MATERI II KEPUTUSAN INVESTASI ASPEK KEUANGAN Mengukur kelayakan suatu proyek secara finansial dimulai dari estimasi biaya dan pendapatan yang dihasilkan dari proyek tersebut. Estimasi biaya akan mencakup : 1. Estimasi biaya investasi awal Estimasi segala biaya yang merupakan pengeluaran yang dipergunakan untuk memperoleh aset fisik yang diharapkan memiliki umur pemakaian lama, meliputi biaya memperoleh ijin usaha, biaya peralatan, biaya instalansi, biaya engineering, biaya pelatihan, biaya pembelian tanah, dan lain-lain. 2. Estimasi biaya operasi Biaya operasi umumnya diklasifikasikan atas: a. biaya langsung (segala biaya yang terkait langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan langsung dan biaya tenaga kerja langsung), b. biaya tidak langsung (segala biaya yang tidak terkait langsung dengan proses produksi mencakup biaya bahan tak langsung, biaya tenaga kerja tak langsung) dan c. biaya komersial (mencakup biaya pemasaran, biaya administrasi). 3. Estimasi pendapatan Proyeksi pendapatan dapat dilakukan dengan melakukan estimasi jumlah konsumen yang mampu diraih, serta pendapatan yang diperoleh per konsumen yang terkait dengan komponen harga produk per unit. Pada akhirnya dapat dilakukan evaluasi atas kelayakan suatu proyek secara finansial berdasarkan cash flow yaitu aliran kas yang akan dihasilkan oleh suatu proyek. Perlu dicatat bahwa dasar evaluasi adalah menggunakan cash flow dan bukan menggunakan pendapatan, karena hanya kas-lah yang dapat dipergunakan oleh perusahaan kelak untuk membayar dividen atau dipergunakan untuk investasi kembali. Tujuan utama laporan arus kas adalah menyediakan informasi yang relevan mengenai penerimaan dan pembayaran kas sebuah perusahaan selama suatu periode meliputi: 1. Aktivitas Operasi (operating activities) 2. Aktivitas Investasi (investing activities) 3. Aktivitas Pembiayaan (financing activities) Jenis Cash Flow : 1. Initial Cash Flow atau kas awal yang merupakan pengeluaran-pengeluaran pada awal periode investasi. Misal, pembelian gedung, mesin, peralatan dan modal kerja. 2. Operational Cash Flow merupakan kas yang diterima atau dikeluarkan pada saat operasi usaha. 3. Terminal Cash Flow merupakan uang kas yang diterima pada saat usaha tersebut berakhir. Studi Kelayakan Bisnis 2 CF = EAT + (1-t)bunga + DEP CF = (1-t)EBIT + DEP Contoh 1 : PT. XYZ melakukan investasi senilai Rp. 3.000.000,-. Seluruh modal berasal dari pemilik. Umur ekonomis investasi 3 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, tanpa nilai sisa. Perkiraan pendapatan per tahun sebesar Rp. 4.000.000,- dan biaya pertahun Rp. 2.000.000,- (belum termasuk penyusutan) serta dikenakan pajak sebesar 50%. Pertanyaan : Berapa kas bersih yang diterima pada akhir tahun. Jawab : Penyusutan : 3.000.000 / 3 tahun = 1.000.000 / tahun Estimasi Laba Rugi Pendapatan 4.000.000 Biaya yang dikeluarkan : Total biaya Penyusutan Total Laba sebelum pajak (Earning Before Tax) Pajak 50% Laba bersih Aliran kas masuk bersih = Aliran kas masuk bersih = 2.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 500.000 500.000 EAT + Penyusutan 500.000 + 1.000.000 = 1.500.000 Contoh 2 : PT. XYZ melakukan investasi senilai Rp. 3.000.000,-. 50% modal berasal dari pemilik, sedangkan sisanya berasal dari pinjaman dengan bunga 20% per tahun. Umur ekonomis investasi 3 tahun dan disusutkan dengan menggunakan metode garis lurus, tanpa nilai sisa. Perkiraan pendapatan per tahun sebesar Rp. 4.000.000,- dan biaya pertahun Rp. 2.000.000,- (belum termasuk penyusutan) serta dikenakan pajak sebesar 50%. Pertanyaan : Berapa kas bersih yang diterima pada akhir tahun. Jawab : Penyusutan : 3.000.000 / 3 tahun = 1.000.000 / tahun Bunga : 1.500.000 x 20% = 300.000 / tahun Studi Kelayakan Bisnis 3 Estimasi Laba Rugi Pendapatan 4.000.000 Biaya yang dikeluarkan : Total biaya Penyusutan Total Laba sebelum pajak dan pajak (EBIT) Bunga 20% Laba sebelum pajak (EBT) Pajak 50% Laba bersih Aliran kas masuk bersih = Aliran kas masuk bersih = 2.000.000 1.000.000 3.000.000 1.000.000 300.000 700.000 350.000 350.000 EAT + Penyusutan + Bunga (1-t) 350.000 + 1.000.000 + 300.000(1-50%) = 1.500.000 Komponen Penilaian Dalam Cost & Benefits Analysis (Aspek Keuangan) 1. Procurement Cost atau biaya pengadaan adalah semua biaya yang dikeluarkan berkaitan dengan pengadaan hardware. Biaya ini biasanya dikeluarkan pada tahun-tahun pertama (initial cost) sebelum system dioperasikan. 2. Start Up Cost atau biaya persiapan operasional adalah semua biaya yang dikeluarkan sebagai upaya membuat sistem siap untuk dioperasionalkan. 3. Project Related Cost atau biaya proyek adalah biaya yang berkaitan dengan biaya mengembangkan sistem termasuk biaya penerapannya. 4. Ongoing and Maintenance Cost atau biaya operasional adalah biaya untuk mengoperasikan sistem agar sistem dapat beroperasi dengan baik. CAPITAL BUDGETING Capital budgeting meliputi keseluruhan proses perencanaan pengeluaran uang, dimana hasil pengembaliannya diharapkan terjadi da-lam jangka waktu lebih dari satu tahun. Capital budgeting penting bagi manajer dan staf keuangan, karena : 1. Hasil keputusan capital budgeting terus berlanjut selama beberapa tahun, sehingga perusahaan kehilangan fleksibilitas. 2. Perluasan aktiva didasarkan atas penjualan yang diharapkan di-masa depan, sehingga perencanaan atas penjualan harus didasar-kan pada usia ekonomis dari aktiva tersebut. 3. Keputusan capital budgeting akan menentukan arah strategis perusahaan, karena perusahaan bergerak ke arah produk, jasa atau pasar baru yang harus didahului dengan capital budgeting. Studi Kelayakan Bisnis 4 Capital Expenditure Capital expenditure adalah merupakan pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan bahwa pengeluar-an tersebut akan memberikan manfaat atau hasil untuk jangka waktu lebih dari satu tahun. Namun tidak semua capital expenditure dipergunakan untuk pembelian aktiva tetap. Misalkan : 1. Pembelian aktiva tetap. 2. Pengurusan perijinan. 3. Pengeluaran biaya promosi. 4. Pengeluaran untuk biaya penelitian dan pengembangan. 5. Pengeluaran biaya untuk pengolahan limbah, dll. Klasifikasi Proyek Perusahaan dapat mengklasifikasikan proyek kedalam beberapa kategori, antara lain : 1. Penggantian : pemeliharaan bisnis Kategori ini terdiri dari pengeluaran untuk mengganti peralatan yang sudah usang atau rusak yang digunakan dalam membuat produk yang menguntungkan. 2. Penggantian : pengurangan biaya. Kategori ini termasuk pengeluaran untuk mengganti peralatan yang telah usang. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya te-naga kerja, bahan dan input lainnya. 3. Ekspansi produk atau pasar yang ada. Kategori ini termasuk pengeluaran untuk meningkatkan output produk yang sudah ada, atau untuk memperluas outlet ritel atau fasilitas distribusi dalam pasar yang sekarang dilayani. Ekspansi ke dalam produk atau pasar baru. Investasi ini untuk menghasilkan produk baru atau untuk mem-perluas ke daerah geografi yang saat ini tidak terlayani. 4. Proyek pengaman dan/atau lingkungan. Kategori ini meliputi pengeluaran yang diperlukan untuk meme-nuhi permintaan pemerintah, perjanjian tenaga kerja, atau polis asuransi. Aktivitas Dalam Capital Budgeting 1. Biaya proyek harus ditentukan. 2. Mengestimasi arus kas yang diharapkan dari proyek, termasuk menaksir nilai sisa aktiva pada akhir proyek. 3. Mengestimasi risiko arus kas yang diproyeksikan. 4. Menentukan biaya modal dimana arus kas harus didiskontokan. 5. Menghitung arus kas masuk yang diharapkan atas dasar PV untuk mendapatkan estimasi nilai aktiva perusahaan. 6. Membandingkan PV dari arus kas masuk yang diharapkan dengan pengeluaran atau atau biaya yang dibutuhkan. Studi Kelayakan Bisnis 5 Terdapat beberapa indikator finansial yang lazim digunakan oleh analis dalam menilai sehat atau tidaknya suatu proyek secara finansial, yaitu : 1. Payback Period Payback Period didefinisikan sebagai periode waktu yang dibutuhkan, agar cash flow yang dihasilkan telah sama besar dengan investasi yang dikeluarkan. Investor tentunya menginginkan payback period yang sesingkat-singkatnya, terutama bila dikaitkan dengan resiko ketidakpastian berusaha yang selalu ada di masa depan. 2. Net Present Value (NPV) NPV didefinisikan sebagai nilai dari proyek yang bersangkutan yang diperoleh berdasarkan selisih antara cash flow yang dihasilkan terhadap investasi yang dikeluarkan. NPV yang layak adalah NPV yang positif, dimana ini berarti cash flow yang dihasilkan melebihi jumlah yang diinvestasikan. 3. Discounted Payback Period Pada metode Payback Period salah satu kelemahannya adalah diabaikan nilai waktu, pada metode ini mencari periode pengembalian investasi dengan mempertimbangkan nilai waktu. 4. Internal Rate of Return (IRR) IRR didefinisikan sebagai tingkat pengembalian investasi yang dihasilkan suatu proyek, diukur dengan membandingkan cash flow yang dihasilkan proyek terhadap investasi yang dikeluarkan untuk proyek tersebut. Lalu bagaimana menentukan apakah suatu angka IRR tertentu dapat diterima oleh investor? Pada umumnya investor akan membandingkan IRR ini dengan apa yang dinamakan Minimal Attractive Rate of Return (MARR) yang merupakan suatu tingkat pengembalian tertentu yang dapat diperoleh relatif tanpa risiko misalnya dengan membandingkan tingkat pengembalian dari investasi yang ditanamkan melalui deposito. Dalam melakukan analisis dengan menggunakan alat analisis di atas, perlu diperhatikan dua faktor yaitu : 1. Periode evaluasi Periode yang dipergunakan untuk melakukan evaluasi secara finansial diestimasikan berdasarkan faktor tertentu misalnya usia kepemilikan (ownership life) usaha apakah terhingga atau abadi. 2. Konsep nilai uang terhadap waktu (time value of money) Uang mempunyai nilai terhadap waktu dan besar nilai itu sangat tergantung pada saat kapan uang itu diterima. Konsep ini mengandung implikasi bahwa sejumlah uang tertentu saat ini tidak sama nilainya dengan sejumlah uang yang sama di saat yang lalu atau yang akan datang. Baik metode analisis IRR maupun NPV di atas dihitung setelah sebelumnya menyesuaikan nilai cash flow di masa yang akan datang (future value) ke nilai saat ini (present value). Studi Kelayakan Bisnis 6