BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1

advertisement
BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Kewirausahaan
2.1.1.1 Pengertian Kewirausahaan
Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata
kewiraswastaan
akhir-akhir
ini
diterjemahkan
dengan
kata
kewirausahaan.
Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai
atau melaksanakan. Wiraswasta/wirausaha berasal dari kata: Wira: utama, gagah
berani, luhur; swa: sendiri; sta: berdiri; usaha: kegiatan produktif. Dari asal kata
tersebut, wiraswasta pada mulanya ditujukan pada prang-orang yang dapat berdiri
sendiri. Di Indonesia kata wiraswasta sering diartikan sebagai orang-orang yang tidak
bekerja pada sektor pemerintah yaitu; para pedagang, pengusaha, dan orang-orang
yang bekerja di perusahaan swasta, sedangkan wirausahawan adalah orang-orang
yang mempunyai usaha sendiri. Wirausahawan adalah orang yang berani membuka
kegiatan produktif yang mandiri.
Menurut pendapat Zimmerer dan Scarborough (2004, p3) “wirausahawan
adalah orang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan
ketidakpastian demi mencapai keuntungan
dan pertumbuhan dengan cara
mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk
mendirikannya.”
5
6
Menurut pendapat Amin (2004, p1) “wirausaha (Entrepreneur) adalah
seseorang yang bertanggung jawab untuk mengorganisasi, mengelola dan
menanggung risiko usaha.”
Menurut pendapat Kasmir (2006, p16) “wirausahawan (entrepreneur) adalah
orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha dalam berbagai
kesempatan.” Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani
memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak
pasti.
Menurut pendapat Peter F. Drucker yang dikutip oleh Kasmir (2006, p17)
”kewirausahaan merupakan kemampuan dalam menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda.” Pengertian ini mengandung maksud bahwa seorang wirausahawan adalah
orang yang memiliki kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru, berbeda dari
yang lain.
Menurut
pendapat
Fuad
et
al
(2005,
p38)
“Kewiraswastaan
(Entrepreneurship) adalah kemampuan dan kemauan seseorang untuk berisiko
dengan menginvestasikan dan mempertaruhkan waktu, uang, dan usaha, untuk
memulai suatu perusahaan dan menjadikannya berhasil.”
Hisrich, Peters, dan Shepherd (2008: p10) mendefinisikan: “Kewirausahaan
adalah proses penciptaan sesuatu yang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya
yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang
7
mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan
kebebasan pribadi”.
Kewirausahaan (Suryana: 2006) adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang
dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Inti dari
kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda
(create new and different) melalui berpikir kreatif dan inovatif.
Suryana (2006) mengatakan bahwa kewirausahaan merupakan suatu
kemampuan dalam menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses pengelolaan
sumber daya dengan cara-cara baru dan berbeda melalui:
1. Pengembangan teknologi baru
2. Penemuan pengetahuan ilmiah baru
3. Perbaikan produk barang dan jasa yang ada
4. Penemuan cara-cara baru untuk menghasilkan barang lebih banyak dengan
sumber daya lebih efisien
Kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan caracara baru dalam pemecahan masalah dan menemukan peluang. Sedangkan inovasi
adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah
dan menemukan peluang. Jadi kreativitas adalah kemampuan untuk memikirkan
sesuatu yang baru dan berbeda, sedangkan inovasi merupakan kemampuan untuk
melakukan sesuatu yang baru dan berbeda.
Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai berikut: “Wirausaha usaha
merupakan pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan
8
memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan
pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar
dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf,
2006).
Kata kunci dari kewirausahaan adalah;
1. Pengambilan resiko
2. Menjalankan usaha sendiri
3. Memanfaatkan peluang-peluang
4. Menciptakan usaha baru
5. Pendekatan yang inovatif
6. Mandiri (misal; tidak bergantung pada bantuan pemerintah)
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kewirausahaan adalah
kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk
mencari peluang menuju sukses dan kemauan seseorang yang memiliki keberanian
dan tanggung jawab dalam mengambil risiko dengan menginvestasikan dan
mempertaruhkan waktu, uang dan usaha untuk menciptakan sesuatu yang baru dan
berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif dan inovatif.
2.1.1.2 Karakteristik Kewirausahaan
Berikut ini adalah ciri-ciri atau karakteristik wirausahawan yang dikatakan
berhasil menurut Kasmir (2006, p27):
1. Memiliki visi dan tujuan yang jelas.
9
Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang
dituju sehingga dapat diketahui apa yang akan dilakukan oleh
pengusaha tersebut.
2. Inisiatif dan selalu proaktif
Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya
menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari
peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
3. Berorientasi pada prestasi
Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik
daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan,
serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu
segala aktivitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih
baik dibanding sebelumnya.
4. Berani mengambil risiko
Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapan
pun dan di mana pun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
5. Kerja keras
Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu. Dimana ada peluang di
situ ia datang. Kadang-Kadang seorang pengusaha sulit untuk
mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan
10
usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja keras
merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang
tidak dapat diselesaikan.
6. Bertanggung jawab
Seorang wirausahawan harus bertanggung jawab terhadap segala
aktivitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang.
Tanggung jawab seorang pengusaha tidak hanya pada material, tetapi
juga moral kepada berbagai pihak.
7. Komitmen
Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang
teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang
merupakan kewajiban untuk segera ditepati dan direalisasikan.
8. Mengembangkan dan memelihara hubungan baik
Seorang wirausahawan harus mengembangkan dan memelihara
hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan
langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik
yang perlu dijalankan antara lain kepada para pelanggan, pemerintah,
pemasok, serta masyarakat luas.
11
2.1.2 Investasi
2.1.2.1 Pengertian Investasi
Menurut pendapat Basalamah dan Murdifin (2003, p3) “Investasi secara
umum diartikan sebagai keputusan mengeluarkan dana pada saat sekarang untuk
membeli aktiva riil (tanah, rumah, mobil, dan sebagainya) dengan tujuan untuk
mendapatkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan datang.”
Menurut pendapat Halim (2003, p5) ”Investasi merupakan penempatan
sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa
mendatang”
Menurut William F.S yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2008, p4)
”Investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan
datang.”
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p4) ”Investasi dapat pula diartikan
penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang
dalam berbagai bidang usaha.”
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah keputusan
mengeluarkan sejumlah dana untuk penanaman modal yang memiliki jangka waktu
relatif panjang dalam berbagai usaha dengan harapan untuk memperoleh keuntungan
di masa mendatang.
12
2.1.2.2 Jenis-Jenis Investasi
Menurut pendapat Kasmir dan Jakfar (2008, p4) investasi dibagi menjadi dua
macam yaitu:
a. Investasi nyata (Real Investment)
Investasi nyata atau real investment merupakan investasi yang dibuat
dalam harta tetap (fixed asset) seperti tanah, bangunan, peralatan atau
mesin-mesin.
b. Investasi finansial (Financial Investment)
Investasi finansial atau financial investment merupakan investasi
dalam bentuk kontrak kerja, pembelian saham atau obligasi atau surat
berharga lainnya seperti sertifikat deposito.
Berdasarkan pendapat Halim (2003, p6) usulan investasi dikelompokkan
menjadi beberapa golongan, yaitu:
a. Investasi penggantian
Suatu aktiva yang telah aus atau usang diganti dengan aktiva baru,
misalnya
investasi
pada
pembelian
mesin-mesin
baru
untuk
menggantikan mesin lama dengan tujuan menghemat biaya agar dapat
meningkatkan laba.
b. Investasi penambahan kapasitas
Usulan penambahan jumlah mesin atau pembukaan pabrik baru.
13
c. Investasi penambahan jumlah produk baru
Investasi
untuk
menghasilkan
produk
baru
disamping
tetap
menghasilkan produk yang telah diproduksi sebelumnya.
d. Investasi lain-lain
Dimisalkan pada pemasangan alat penerangan ruangan.
Dari definisi yang tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pengelompokkan
investasi terdiri dari dua kelompok yaitu:
a. Investasi nyata (Real Investment)
b. Investasi finansial (Financial Investment)
Pengelompokkan
investasi
menurut
Abdul
Halim
merupakan
pengelompokkan investasi yang termasuk ke dalam investasi nyata (Real Investment).
2.1.3 Studi Kelayakan Bisnis
2.1.3.1 Pengertian Bisnis
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p5) ”Pengertian bisnis adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target
yang diinginkan dalam berbagai bidang, baik jumlah maupun waktunya.”
Menurut Umar (2007, p4) “Kegiatan bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan
yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang
perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri di mana perusahaan berada)
dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka.”
14
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bisnis adalah kegiatan atau
usaha yang dilakukan untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan tujuan dan target
yang diinginkan dalam berbagai bidang dalam rangka memperbaiki standar serta
kualitas hidup mereka.
2.1.3.2 Pengertian Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Suryana (2006: p138), Sebelum bisnis baru dimulai atau
dikembangkan terlebih dahulu harus diadakan penelitian tentang apakah bisnis yang
akan dirintis atau dikembangkan menguntungkan atau tidak. Secara teknis mungkin
saja usaha itu layak dilakukan, tetapi secara ekonomis dan sosial kurang memberikan
manfaat. Untuk itu, ada dua studi atau analisis yang dapat digunakan untuk
mengetahui layak tidaknya suatu bisnis dimulai atau dikembangkan, yaitu:
(1) Studi Kelayakan Usaha (Feasibility Study of Businesses)
(2) Analisis SWOT (SWOT analysis), yaitu kekuatan (Strength), kelemahan
(Weak), peluang (Opportunity), ancaman (Threat)
Menurut Suryana (2006: p138) “studi kelayakan usaha / bisnis (business
feasibility study) atau disebut juga analisis proyek bisnis ialah suatu penelitian
tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan menguntungkan secara
terus-menerus.” Menurut Suryana (2006: p138), hasil studi kelayakan bisnis pada
prinsipnya bisa digunakan antara lain:
15
(1) Untuk merintis usaha baru, misalnya untuk membuka toko, membangun
pabrik, mendirikan perusahaan jasa, membuka usaha dagang, dan lain
sebagainya.
(2) Untuk mengembangkan usaha yang sudah ada, misalnya untuk menambah
kapasitas pabrik, untuk memperluas skala usaha, untuk mengganti
peralatan / mesin, untuk menambah mesin baru, untuk memperluas
cakupan usaha, dan sebagainya.
(3) Untuk memilih jenis usaha atau investasi / proyek yang paling
menguntungkan, misalnya pilihan usaha dagang, pilihan usaha barang
atau jasa, pabrikasi atau asemblasi, proyek A atau proyek B, dan lain
sebagainya.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p6) ”Studi kelayakan bisnis adalah suatu
kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang
akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut
dijalankan.”
Menurut Umar (2007: p8) “Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian
terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis
dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian
keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana
peluncuran produk baru.”
16
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan
bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha
atau bisnis yang akan dijalankan, tidak hanya menentukan layak atau tidak usaha
tersebut dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka
pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan.
2.1.3.3 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis
Menurut pendapat yang dikemukakan oleh Kasmir dan Jakfar (2008, p12-13)
paling tidak ada lima tujuan mengapa perlu dilakukan studi kelayakan sebelum
memulai suatu bisnis, yaitu:
1.
Menghindari risiko kerugian
Dilakukannya studi kelayakan yaitu untuk meminimalkan risiko yang
tidak kita inginkan, baik risiko yang dapat kita kendalikan maupun
yang tidak dapat dikendalikan.
2.
Memudahkan perencanaan
Jika peramalan apa yang akan terjadi di masa mendatang sudah
dilakukan
maka
akan
mempermudah
kita
dalam
melakukan
perencanaan dan hal-hal apa saja yang perlu direncanakan.
Perencanaan meliputi berapa jumlah dana yang diperlukan, kapan
usaha atau proyek akan dijalankan, dimana lokasi proyek akan
dibangun, siapa-siapa yang akan melaksanakannya, bagaimana cara
17
menjalankannya, berapa besar keuntungan yang akan diperoleh serta
bagaimana mengawasinya jika terjadi penyimpangan.
3.
Memudahkan pelaksanaan pekerja
Setelah perencanaan sudah tersusun dengan baik, maka para pelaku
bisnis telah memiliki pedoman yang harus dikerjakan. Kemudian
pengerjaan usaha dapat dilakukan secara sistematik, sehingga tepat
sasaran dan sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
4.
Memudahkan pengawasan
Pelaksanaan
proyek
yang
sesuai
dengan
perencanaan
akan
memudahkan perusahaan untuk melakukan pengawasan terhadap
jalannya usaha. Pengawasan perlu dilakukan agar jalannya usaha tidak
melenceng dari rencana yang telah disusun.
5.
Memudahkan pengendalian
Jika pelaksanaan pekerjaan telah dilakukan pengawasan, maka apabila
terjadi penyimpangan akan mudah terdeteksi, sehingga akan bisa
dilakukan pengendalian atas penyimpangan tersebut.
2.1.3.4 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis
Menurut pendapat Kamaluddin (2004, p2) ada tiga manfaat yang ditimbulkan
dari adanya studi kelayakan bisnis, yaitu:
1.
Manfaat Finansial
18
Artinya bisnis sangat menguntungkan bagi pelaku bisnis sendiri,
apabila bisnis tersebut dibandingkan dengan risiko yang akan di
tanggung.
2.
Manfaat Ekonomi Nasional
Artinya jika bisnis tersebut akan di jalankan mampu menunjukan
manfaat makro bagi negara, hal ini biasa ditunjukan dengan semakin
banyak tenaga kerja yang terserap, GNP (Gross National Product)
meningkat, dan lain-lain.
3.
Manfaat Sosial
Artinya masyarakat sekitar lokasi bisnis tersebut merasa memperoleh
manfaat atas bisnis yang dilakukannya.
2.1.3.5 Pihak-Pihak yang Berkepentingan Terhadap Hasil Studi Kelayakan
Adapun pihak-pihak yang berkepentingan atas hasil dari studi kelayakan
menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p13-14) adalah:
a.
Pemilik usaha
Para pemilik perusahaan sangat berkepentingan terhadap hasil dari
analisis studi kelayakan yang telah dibuat, hal ini disebabkan para
pemilik tidak mau jika sampai dana yang ditanamkan akan mengalami
kerugian. Oleh sebab itu, hasil studi kelayakan yang sudah di buat
19
benar-benar dipelajari oleh para pemilik, apakah akan memberikan
keuntungan atau tidak.
b.
Kreditor
Jika uang tersebut dibiayai oleh dana pinjaman dari bank atau lembaga
keuangan lainnya, maka pihak mereka pun sangat berkepentingan
terhadap hasil studi kelayakan yang telah dibuat. Bank atau lembaga
keuangan lainnya tidak mau sampai kreditnya atau pinjaman yang
diberikan akan macet, akibat usaha atau proyek tersebut sebenarnya
tidak layak untuk dijalankan. Oleh karena itu, untuk usaha-usaha
tertentu pihak perbankan akan melakukan studi kelayakan terlebih
dahulu secara mendalam sebelum pinjaman diberikan kepada pihak
peminjam.
c.
Pemerintah
Bagi pemerintah pentingnya studi kelayakan adalah untuk meyakinkan
apakah bisnis yang akan dijalankan akan memberikan manfaat baik
bagi perekonomian secara umum. Pemerintah juga berharap bahwa
bisnis yang akan dijalankan dapat memberi manfaat pada masyarakat
luas yaitu dengan penyediaan lapangan pekerjaan, tidak merusak
lingkungan sekitarnya, baik terhadap manusia, binatang, dan tumbuhtumbuhan.
20
d.
Masyarakat Luas
Bagi masyarakat luas dengan adanya bisnis, terutama bagi masyarakat
sekitarnya akan memberikan manfaat seperti tersedia lapangan kerja,
baik bagi pekerja di sekitar lokasi proyek maupun bagi masyarakat
lainnya. Manfaat lainnya adalah terbukanya wilayah tersebut dari
ketertutupan. Dengan adanya bisnis juga dapat menyebabkan
tersedianya sarana dan prasarana seperti tersedianya fasilitas umum
seperti jalan, jembatan, listrik, telepon, rumah sakit, sekolah, sarana
ibadah, sarana olahraga, taman, dan fasilitas lainnya.
e.
Manajemen
Hasil studi kelayakan merupakan ukuran kinerja bagi pihak
manajemen perusahaan untuk menjalankan apa-apa yang sudah
ditugaskan. Kinerja tersebut dapat dilihat dari hasil yang telah dicapai,
sehingga terlihat prestasi kerja pihak manajemen yang menjalankan
usaha.
Menurut Suryana (2006: p138-139) Adapun pihak yang memerlukan dan
berkepentingan dengan studi kelayakan usaha, di antaranya:
(1) Pihak Wirausaha (Pemilik Perusahaan)
Memulai bisnis atau mengembangkan bisnis yang sudah ada sudah barang
tentu memerlukan pengorbanan yang cukup besar dan selalu dihadapkan
ketidakpastian. Dalam kewirausahaan, studi kelayakan bisnis sangat penting
21
dilakukan supaya kegiatan bisnisnya tidak mengalami kegagalan dan memberi
keuntungan sepanjang waktu. Studi kelayakan berfungsi sebagai laporan, pedoman
dan sebagai bahan pertimbangan untuk merintis usaha, untuk mengembangkan usaha
atau untuk melakukan investasi baru, sehingga bisnis yang akan dilakukan
meyakinkan baik bagi wirausaha itu sendiri maupun bagi semua pihak yang
berkepentingan.
(2) Pihak Investor dan Penyandang Dana
Bagi investor dan penyandang dana, studi kelayakan usaha penting untuk
memilih jenis investasi yang paling menguntungkan dan sebagai jaminan atas modal
yang ditanamkan atau dipinjamkannya.
(3) Pihak Masyarakat dan Pemerintah
Bagi masyarakat studi kelayakan sangat diperlukan terutama sebagai bahan
kajian apakah usaha yang didirikan atau dikembangkan bermanfaat bagi masyarakat
sekitarnya atau sebaliknya malah merugikan selama-lamanya.
Menurut Umar (2005, p19-21) Pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi
kelayakan bisnis itu dapat dijelaskan di bawah ini.
1. Pihak Investor. Jika hasil studi kelayakan yang telah dibuat ternyata
layak direalisasikan, pemenuhan kebutuhan akan pendanaan dapat mulai
dicari.
2. Pihak Kreditor. Pendanaan proyek dapat juga dipinjam dari bank.
3. Pihak Manajemen Perusahaan. Studi kelayakan bisnis dapat dibuat oleh
pihak eksternal perusahaan maupun pihak internal perusahaan (sendiri).
22
4. Pihak Pemerintah dan Masyarakat. Penyusunan studi kelayakan bisnis
perlu memperhatikan kebijakan-kebijakan yang telah ditetapkan oleh
pemerintah karena bagaimanapun pemerintah dapat, secara langsung
maupun tidak langsung, mempengaruhi kebijakan perusahaan.
5. Bagi Tujuan Pembangunan Ekonomi. Dalam menyusun studi kelayakan
bisnis perlu juga dianalisis manfaat yang akan didapat dan biaya yang
akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian nasional.
2.1.3.6 Tahap-Tahap Dalam Studi Kelayakan
Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p17-18) ada lima tahapan dalam studi
kelayakan, yaitu:
1.
Pengumpulan data dan informasi
Mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan selengkap mungkin,
baik yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif.
2.
Melakukan pengolahan data
Setelah data dan informasi yang dibutuhkan terkumpul maka langkah
selanjutnya adalah melakukan pengolahan data dan informasi tersebut.
Pengolahan data dilakukan secara benar dan akurat dengan metodemetode dan ukuran-ukuran yang telah lazim digunakan untuk bisnis.
3.
Analisis data
23
Langkah selanjutnya adalah melakukan analisis data dalam rangka
menentukan kriteria dari seluruh aspek. Kelayakan bisnis ditentukan dari
kriteria-kriteria yang layak digunakan. Setiap jenis usaha memiliki
kriteria sendiri untuk dikatakan layak atau tidak layak untuk dilakukan.
Kriteria kelayakan diukur dari setiap aspek untuk seluruh aspek yang
telah dilakukan.
4.
Mengambil keputusan
Apabila telah diukur dengan kriteria tertentu dan telah diperoleh hasil dari
pengukuran, maka langkah selanjutnya adalah mengambil keputusan
terhadap hasil tersebut. Mengambil keputusan sesuai dengan kriteriakriteria yang telah ditetapkan apakah layak atau tidak dengan ukuran yang
telah ditentukan berdasarkan hasil perhitungan sebelumnya. Jika tidak
layak sebaiknya dibatalkan dengan menyebutkan alasannya.
5.
Memberikan rekomendasi
Langkah terakhir adalah memberikan rekomendasi kepada pihak-pihak
tertentu terhadap laporan studi yang telah disusun. Dalam memberikan
rekomendasi diberikan juga saran-saran serta perbaikan yang perlu, jika
memang masih dibutuhkan, baik kelengkapan dokumen-dokumen
maupun persyaratan-persyaratan lainnya. Rekomendasi diberikan jika
hasil studi kelayakan dinyatakan layak untuk dijalankan.
24
Menurut Umar (2005: p21-24) Dalam melaksanakan studi kelayakan bisnis,
ada beberapa tahapan studi yang hendaknya dikerjakan. Tahapan-tahapan yang
disajikan di bawah ini bersifat umum.
1. Penemuan Ide. Produk yang akan dibuat haruslah berpotensi untuk laku
dijual dan menguntungkan.
2. Tahap Penelitian. Dimulai dengan mengumpulkan data, lalu mengolah
data
berdasarkan
teori-teori
yang
relevan,
menganalisis
dan
menginterpretasikan hasil pengolahan data dengan alat-alat analisis yang
sesuai, menyimpulkan hasil sampai pada pekerjaan membuat laporan hasil
penelitian tersebut.
3. Tahap Evaluasi. Ada tiga macam evaluasi. Pertama, mengevaluasi usulan
proyek yang akan didirikan; kedua, mengevaluasi proyek yang sedang
dibangun; dan ketiga, mengevaluasi bisnis yang sudah dioperasionalkan
secara rutin.
4. Tahap Pengurutan Urutan yang Layak. Jika terdapat lebih dari satu
usulan rencana bisnis yang dianggap layak dan terdapat keterbatasanketerbatasan yang dimiliki manajemen untuk merealisasikan semua
rencana bisnis tersebut, misalnya keterbatasan dana, maka perlu dilakukan
pemilihan rencana bisnis yang dianggap paling penting direalisasikan.
5. Tahap Rencana Pelaksanaan. Setelah rencana bisnis dipilih untuk
direalisasikan, perlu dibuat rencana kerja pelaksanaan pembangunan
proyek. Mulai dari menentukan jenis pekerjaan, waktu yang dibutuhkan
25
untuk tiap jenis pekerjaan, jumlah dan kualifikasi tenaga pelaksana,
ketersediaan dana dan sumber daya lain, kesiapan manajemen, dan lainlain.
6. Tahap Pelaksanaan. Setelah semuan persiapan yang harus dikerjakan
selesai disiapkan, tahap berikutnya adalah merealisasikan pembangunan
proyek tersebut. Kegiatan ini membutuhkan manajemen proyek. Jika
proyek selesai dikerjakan, tahap berikutnya adalah melaksanakan
operasional bisnis ini secara rutin. Dalam operasional ini, perlu kajiankajian untuk mengevaluasi bisnis, yaitu dari fungsional keuangan,
pemasaran, produksi/operasi, SDM dan manajemennya agar selalu bekerja
secara efektif dan efisien dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
Hasil evaluasi dapat dijadikan sebagai feedback bagi perusahaan untuk
selalu mengkaji ulang proses bisnis ini secara terus-menerus.
Menurut Suryana (2006, p139-140) Berdasarkan tahapannya, studi kelayakan
usaha dapat dilakukan melalui langkah-langkah sebagai berikut:
(1) Tahap Penemuan Ide atau Perumusan Gagasan
Tahap penemuan ide ialah tahap di mana wirausaha memiliki ide untuk
merintis usaha barunya.
(2) Tahap Memformulasikan Tujuan
Tahap ini adalah tahap perumusan visi dan misi bisnis.
(3) Tahapan Analisis
26
Tahap penelitian, yaitu proses sistematis yang dilakukan untuk membuat
suatu keputusan apakah bisnis tersebut layak dilaksanakan atau tidak.
Kesimpulan dalam studi kelayakan usaha hanya dua, yaitu dilaksanakan
(go) atau tidak dilaksanakan (no go).
Adapun aspek-aspek yang harus diamati dan dicermati dalam tahap analisis
tersebut meliputi:
a. Aspek Pasar, yaitu mencakup produk yang akan di pasarkan, peluang
pasar, permintaan dan penawaran, harga, segmentasi pasar, target
pasar, ukuran pasar, perkembangan pasar, struktur pasar dan strategi
pesaing.
b. Aspek Teknik Produksi / Operasi, meliputi lokasi, gedung bangunan,
mesin dan peralatan, bahan baku dan bahan penolong, tenaga kerja,
metode produksi, lokasi dan lay-out pabrik, atau tempat usaha.
c. Aspek Manajemen / Pengelolaan, meliputi organisasi, aspek yuridis,
aspek lingkungan, dan sebagainya. Aspek yuridis dan lingkungan
perlu menjadi bahan analisis sebab perusahaan harus mendapat
pengakuan dari berbagai pihak dan harus ramah lingkungan.
d. Aspek Finansial / Keuangan, meliputi sumber dana, penggunaan
dana, proyeksi biaya, proyeksi pendapatan, proyeksi keuntungan dan
proyeksi aliran kas (cash flow).
(4) Tahap Keputusan
27
Setelah di evaluasi, dipelajari, dianalisis, dan hasilnya meyakinkan, maka
langkah berikutnya adalah tahapan mengambil keputusan apakah bisnis
layak dilaksanakan atau tidak.
2.1.3.7 Aspek-Aspek Studi Kelayakan Bisnis
Menurut Suryana (2006: p141-144), Di bawah ini adalah beberapa kriteria
yang dapat dijadikan aspek penilaian.
1. Analisis Aspek Pemasaran
Dalam analisis pasar, bisanya ada beberapa komponen yang harus dianalisis
dan dicermati di antaranya:
(1) Kebutuhan dan Keinginan Konsumen.
(2) Segmentasi Pasar. Pelanggan dikelompokkan dan diidentifikasi,
misalnya berdasarkan geografi, demografi, dan sosial budaya dan
demografis.
(3) Target. Target pasar menyangkut banyaknya konsumen yang dapat
diraih.
(4) Nilai Tambah. Wirausaha harus mengetahui nilai tambah produk
dan jasa pada setiap rantai pemasaran mulai dari pemasok, agen,
sampai pada konsumen akhir. Nilai tambah barang dan jasa
biasanya diukur dengan harga.
(5) Masa Hidup Produk. Harus dianalisis apakah masa hidup produk
dan jasa bertahan lama atau tidak.
28
(6) Struktur Pasar. Harus dianalisis apakah barang dan jasa yang akan
dipasarkan termasuk pasar persaingan tidak sempurna seperti pasar
monopoli, oligopoli, dan monopolistic competation ataukah
termasuk pasar persaingan sempurna.
(7) Persaingan dan Strategi Pesaing. Harus dianalisis apakah tingkat
persaingan tinggi atau rendah.
(8) Ukuran Pasar. Ukuran pasar dapat dianalisis dari volume
penjualan.
(9) Pertumbuhan Pasar. Pertumbuhan pasar dapat dianalisis dari
pertumbuhan volume penjualan.
(10) Laba Kotor.
(11) Pangsa Pasar. Pangsa pasar biasa dianalisis dari selisih antara
jumlah barang dan jasa yang diminta dengan jumlah barang dan
jasa yang ditawarkan.
2. Analisis Aspek Produksi/Operasi
Beberapa unsur dari aspek produksi/operasi yang harus dianalisis, di
antaranya:
(1) Lokasi Operasi. Untuk bisnis hendaknya dipilih lokasi yang paling
strategis dan paling efisien baik bagi perusahaan itu sendiri maupun
bagai pelanggannya.
29
(2) Volume Operasi. Volume operasi harus relevan dengan potensi
pasar dan prediksi permintaan, sehingga tidak terjadi kelebihan dan
kekurangan kapasitas.
(3) Mesin dan Peralatan. Mesin dan peralatan harus sesuai dengan
perkembangan teknologi masa kini dan yang akan datang, serta
harus disesuaikan dengan luas produksi supaya tidak terjadi
kelebihan kapasitas.
(4) Bahan Baku dan Bahan Penolong. Bahan baku dan bahan
penolong serta sumber daya yang diperlukan harus cukup tersedia.
Persediaan tersebut harus sesuai dengan kebutuhan, sehingga
persediaan tersebut efisien.
(5) Tenaga Kerja.
(6) Lay-out. Lay-out adalah tata ruang atau tata letak berbagai fasilitas
operasi. Lay-out harus tepat dan prosesnya praktis sehingga efisien.
3. Analisis Aspek Manajemen
Dalam menganalisis aspek-aspek manajemen ada beberapa unsur yang harus
dinalisis meliputi komponen:
(1) Kepemilikan. Hendaknya dipilih yang tidak berisiko terlalu tinggi
dan menguntungkan
(2) Organisasi. Tentukan jenis yang paling tepat dan efisien
30
(3) Tim Manajemen. Tergantung pada skala usaha dan kemampuan
yang dimiliki wirausaha. Bila bisnisnya besar, buat tim manajemen
yang solid
(4) Karyawan. Karyawan harus disesuaikan dengan jumlah, kualifikasi
dan kualitas yang diperlukan
4. Analisis Aspek Keuangan
Analisis aspek keuangan meliputi komponen-komponen sebagai berikut:
(1) Kebutuhan Dana, yaitu kebutuhan dana untuk operasional
perusahaan, misalnya berapa besarnya dana untuk aktiva tetap,
untuk modal kerja dan pembiayaan awal
(2) Sumber Dana. Ada beberapa sumber dana yang layak digali, yaitu
sumber dana internal (misalnya modal yang disetor, laba yang
ditahan, penyusutan) dan modal eksternal (misalnya saham-saham,
obligasi, dan pinjaman).
(3) Proyeksi Neraca. Sangat penting untuk mengetahui posisi harta dan
kekayaan serta untuk mengetahui kondisi keuangan lainnya.
Misalnya posisi aktiva lancar, aktiva tetap, pasiva lancar, kewajiban
jangka panjang dan kekayaan bersih.
(4) Proyeksi Rugi & Laba. Proyeksi rugi & laba dari tahun ke tahun
menggambarkan perkiraan laba atau rugi di masa yang akan datang.
Komponen rugi & laba meliputi proyeksi penjualan, proyeksi biaya,
dan proyeksi rugi/laba bersih.
31
(5) Proyeksi Aliran Kas (Cash Flow). Dari aliran kas dapat dilihat
kemampuan perusahaan untuk melaksanakan kewajiban-kewajiban
keuangannya. Ada tiga jenis aliran kas, yaitu:
1) Aliran kas masuk (cash in flow), merupakan penerimaanpenerimaan yang berupa hasil penjualan atau pendapatan.
2) Aliran kas keluar (cash out flow), merupakan biaya-biaya
termasuk pembayaran bunga dan pajak.
3) Aliran kas masuk bersih (net cash in-flow), merupakan selisih
dari aliran kas masuk dan aliran kas keluar ditambah penyusutan
dengan diperhitungkan bunga setelah pajak.
Rumusnya:
Aliran Kas masuk bersih = Laba setelah pajak + penyusutan + (1-tarif pajak)
bunga
2.1.3.7.1 Aspek Pemasaran
Pengertian pemasaran menurut Kotler yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar
dalam buku Studi Kelayakan Bisnis (2008, p46) ”Pemasaran adalah suatu proses
sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang
mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan
produk dan nilai dengan pihak lain.”
Adapun jenis struktur pasar menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p45-46) yang
ada bisa dikelompokkan ke dalam:
32
1. Pasar Persaingan Sempurna
Suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli,
sehingga tindakan penjual secara individu tidak dapat memengaruhi harga
barang di pasar. Produk yang dihasilkan relatif sama, dalam pasar ini
perusahaan bebas keluar masuk industri, setiap produsen adalah
pengambil harga (Price taker). Promosi tidak terlalu diperlukan.
2. Pasar Persaingan Monopolistis
Suatu pasar di mana terdapat banyak penjual atau perusahaan dan
memiliki ukuran-ukuran yang relatif sama besarnya. Produk yang
dihasilkan berbeda corak, masuk ke dalam industri ini relatif mudah,
perusahaan
memiliki
sedikit
kekuatan
dalam
menentukan
dan
mempengaruhi harga. Agar dapat memperoleh tingkat penjualan yang
tinggi membutuhkan promosi yang sangat besar.
3. Pasar Oligopoli
Sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. barang yang
dihasilkan adalah barang standar dan barang berbeda corak. Perusahaan
yang ingin memasuki industri ini sedikit sulit, karena membutuhkan
modal yang besar. Peran iklan sangat menentukan tingkat penjualan.
Dalam pasar oligopoli kekuatan menentukan harga sangat tergantung
keadaan, adakalanya kuat dan adakalanya lemah.
33
4. Pasar Monopoli
Struktur pasar di mana hanya terdapat satu penjual saja. Barang yang
dihasilkan tidak mempunyai barang pengganti yang mirip. Perusahaan
yang ingin masuk ke dalam industri memiliki tingkat kesulitan yang
tinggi karena terdapat hambatan seperti: penguasaan bahan mentah yang
strategis oleh pihak tertentu, terdapat skala ekonomi, peraturan
pemerintah.
Dalam pemasaran, positioning telah datang berarti proses di mana pemasar
mencoba menciptakan citra atau identitas di benak target pasar mereka untuk produk,
merek, atau organisasi.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Positioning_%28marketing%29
Bauran pemasaran adalah alat bisnis yang digunakan dalam pemasaran
produk.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Marketing_mix
2.1.3.7.1.1 Peramalan Permintaan
Menurut Render dan Heizer (2006, p165) adapun metode analisis yang dapat
digunakan untuk meramalkan permintaan yaitu:
34
Analisis regresi
Menggabungkan
variabel
atau
faktor
yang
mungkin
mempengaruhi kuantitas yang sedang diramalkan, seperti regresi linear.
Analisis regresi linear merupakan model matematis garis lurus
yang menjelaskan hubungan fungsional antara variabel bebas dan
variabel terkait
∧
y = a + bx
x=
b=
∑ xy − nx y
∑ x − nx
a=
∑ y −b∑x
2
n
2
n
Dimana:
ŷ = nilai variabel terikat
a = perpotongan sumbu y
b = kemiringan garis regresi
x = variabel bebas
y=
∑x
n
∑y
n
35
2.1.3.7.2 Aspek Produksi / Operasi
Tujuan dalam melakukan penilaian tentang aspek teknis/ operasi menurut
Kasmir dan Jakfar (2008, p146-147) adalah:
1. Agar perusahaan dapat menentukan lokasi yang tepat, baik untuk
lokasi pabrik, gudang, cabang, maupun kantor pusat.
2. Agar perusahaan dapat menentukan layout yang sesuai dengan
proses produksi yang dipilih, sehingga dapat memberikan
efisiensi.
3. Agar perusahaan bisa menentukan teknologi yang paling tepat
dalam menjalankan produksinya.
4. Agar perusahaan bisa menentukan metode persediaan yang
paling baik untuk dijalankan sesuai dengan bidang usahanya.
5. Agar dapat menentukan kualitas tenaga kerja yang dibutuhkan
sekarang dan di masa yang akan datang.
2.1.3.7.3 Aspek Manajemen / Pengelolaan
Adapun fungsi-fungsi manajemen menurut Kasmir dan Jakfar (2008,
p161-162) adalah:
1. Perencanaan (Planning)
36
Perencanaan adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan
kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah proses mengelompokkan kegiatan-kegiatan
atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya adalah agar
tertata dengan jelas antara tugas, wewenang dan tanggung jawab serta
hubungan kerja dengan sebaik mungkin dalam bidangnya masingmasing.
3. Pelaksanaan (Actuating)
Menggerakkan atau melaksanakan adalah proses untuk menjalankan
kegiatan/ pekerjaan dalam organisasi. Dalam menjalankan organisasi
para pimpinan/ manajer harus menggerakkan bawahannya untuk
mengerjakan pekerjaan yang telah ditentukan dengan cara memimpin,
memberi perintah, memberi petunjuk dan memberi motivasi.
4.
Pengawasan (Controlling)
Pengawasan adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan
tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses tersebut
terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan.
37
2.1.3.7.4 Kriteria Investasi
Periode payback dalam penganggaran modal merujuk pada periode waktu
yang dibutuhkan untuk laba atas investasi untuk "membayar" jumlah dari investasi
awal. Payback Period = Amount to be Invested/Estimated Annual Net Cash Flow.
Sumber: http://en.wikipedia.org/wiki/Payback_period
Adapun beberapa kriteria atau metode dalam menentukan kelayakan suatu
usaha menurut Kasmir dan Jakfar (2008, p98-105) adalah:
1. Net Present value (NPV):
Net Present Value (NPV) atau nilai bersih sekarang merupakan
perbandingan antara PV kas bersih (PV of proceed) dengan PV investasi
(capital outlays) selama umur investasi. Selisih antara kedua PV
tersebutlah yang kita kenal dengan NPV.
Rumusan yang biasa digunakan dalam menghitung NPV adalah sebagai
berikut:
Kas Bersih 1
NPV =
(1 + r )
Kas Bersih 2
+
(1 + r ) 2
Kas Bersih N
+ ..... +
Setelah memperoleh hasil-hasil yang dengan:
NPV positif, maka investasi diterima
NPV negatif, maka sebaiknya investasi ditolak
(1 + r ) N
− Investasi
38
Untuk mencari discount factor (DF) maka digunakan rumus:
DF (tahun X ) =
1
(1 + r ) X
2. Internal Rate of Return (IRR):
Internal Rate of Return (IRR) merupakan alat untuk mengukur tingkat
pengembalian hasil intern. Ada dua rumus dalam mencari IRR:
a. IRR = i1 +
NPV1
x(i2 − i1 )
NPV1 − NPV2
Dimana:
i1= Tingkat bunga 1
i2= Tingakat bunga 2
NPV1= Net Present Value 1
NPV2= Net Present Value 2
b. IRR = P1 − C1 x
P 2 − P1
C 2 − C1
Dimana:
P1= Tingkat bunga 1
P2= Tingkat bunga 2
39
C1= NPV1
C2= NPV2
Kesimpulan:
Jika IRR lebih besar (>) dari bunga pinjaman, maka diterima
Jika IRR lebih kecil (<) dari bunga pinjaman, maka ditolak.
3. Profitability Index (PI):
Profitability Index (PI) atau Benefit and cost ratio (B/C Ratio)
merupakan rasio aktivitas dari jumlah nilai sekarang penerimaan bersih
dengan nilai sekarang pengeluaran investasi selama umur investasi.
Rumusan yang digunakan dalam mencari PI adalah:
∑ PV Kas bersih
PI =
x100%
∑ PV Investasi
Kesimpulannya:
Apabila PI lebih besar (>) dari 1, maka diterima
Apabila PI lebih kecil (<) dari 1, maka ditolak
2.1.4 Hasil Kajian Peneliti Terdahulu
2.1.4.1 ANALISIS KEUANGAN
Dalam jurnal Safaa Khoudary (2008) Analisis keuangan dilakukan untuk
mengukur profitabilitas pribadi setiap proyek, terlepas dari kepemilikan. Hal
40
ini penting untuk menilai apakah petani, perusahaan swasta, instansi
pemerintah, dan entitas peserta lainnya akan memiliki insentif yang cukup dan
arus kas yang sesuai untuk memungkinkan mereka untuk berpartisipasi.
Tujuan dari analisis keuangan adalah:
1. Untuk memastikan bahwa ada insentif yang memadai bagi petani dan
peserta proyek lainnnya.
2. Untuk menilai dampak keuangan proyek pada petani dan peserta lain
3. Untuk memberikan rencana keuangan yang sehat untuk proyek
4. Untuk menentukan apakah persyaratan keuangan pada peserta individu
dikoordinasikan dengan benar
5. Untuk menilai kompetensi manajemen keuangan, terutama dari
perusahaan besar dan entitas proyek, untuk membentuk penilaian
tentang seberapa baik mereka akan dapat melaksanakan tanggung
jawab mereka untuk pelaksanaan proyek.
2.1.4.2 Analisis Kelayakan Usaha (Aspek Ekonomi dan Keuntungan)
Dalam jurnal Henny M Yunanto (2009) Dalam menganalisis kelayakan
usaha ditinjau dari aspek ekonomi dan keuangan ialah dengan memperlihatkan
jumlah dana yang dibutuhkan untuk membangun dan untuk mengoperasikan
perusahaan. Untuk membangun dibutuhkan apa yang disebut dengan Modal Tetap
yaitu untuk membiayai kegiatan-kegiatan prainvestasi, pengadaan gedung, peralatanperalatan dan biaya-biaya lain yang bersangkutan dengan pengadaan modal tetap.
41
Sedangkan
daya
yang
dibutuhkan
untuk
menjalankan
perusahaan
setelah
pembangunan disebut Modal Kerja. Langkah selanjutnya adalah melakukan
penghitungan biaya-biaya, laba yang diharapkan dan jangka waktu balik modal/titik
impas (break even point).
Faktor-faktor yang dipelajari dalam menganalisis kelayakan usaha
1. Membuat perkiraan hasil penjualan
Hasil penjualan = jumlah pembeli x daya beli
a. Memperkirakan jumlah calon pembeli :
- 10% - 20% dari jumlah penduduk (radius 500 – 1000m)
- 10% - 20% dari arus lalu lintas/pejalan kaki
b. Memperkirakan daya beli dari calon pembeli :
- Rp. 10.000,00 - 25.000,00 untuk kelas bawah
- Rp. 25.000,00 - 50.000,00 untuk menengah ke atas
- Rp. 50.000,00 - 100.000,00 untuk menengah atas
- Di atas Rp. 100.000 untuk kelas atas
2. Membuat perkiraan pencapaian Laba Kotor
- 15% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan optimis
- 17 – 18% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan pesimis
3. Membuat perkiraan pencapaian Laba Bersih
- 5% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan optimis
- 2-3% dari hasil penjualan bersih untuk perkiraan pesimis
4. Membuat perkiraan modal kerja dan modal investasi
42
Modal kerja dibagi 2 yaitu :
1. Modal kerja berputar
Modal kerja berputar yaitu modal kerja berupa barang dagangan yang akan
dijual kepada pembeli. Besarnya modal kerja berputar adalah sebesar hasil
penjualan yang diharapkan
2. Modal kerja tetap (Fixed Equipment)
Modal kerja tetap yaitu modal kerja yang berupa barang dagangan yang
jumlahnya tetap dan harus selalu berada di dalam stok toko. Standar besarnya
modal kerja tetap adalah sebesar modal kerja berputar. Sedangkan standar
ideal besarnya modal kerja tetap adalah dua kali besarnya modal kerja
berputar.
Modal investasi :
a. Standar besarnya modal investasi adalah sebesar modal kerja berputar
b. Modal investasi yang lebih besar dari modal kerja berputar akan
memperpanjang pencapaian titik impas (BEP)
5. Menghitung pencapaian titik impas (BEP)
Waktu BEP =
x 1 bulan
43
2.2 Kerangka Pemikiran
PT. Karya Setia Lestari
Inovasi Produk
Studi Kelayakan Bisnis
Aspek-aspek Kelayakan
Bisnis
Aspek
Hukum
Aspek
Pasar dan
Pemasaran
Aspek
Produksi/
Operasi
Sumber: Penulis
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Aspek
Manajemen/
Pengelolaan
Aspek
Finansial/
Keuangan
Download