BAB 2 Landasan Teori 2.1 Teori Umum 2.1.1 Investasi 2.1.1.1 Pengertian Investasi Menurut William F. S. yang dikutip oleh Kasmir dan Jakfar (2008, h4) ”Investasi adalah mengorbankan dollar sekarang untuk dollar di masa yang akan datang.” ”Investasi dapat pula diartikan penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha” ( Kasmir dan Jakfar, 2008, h4). Menurut Bambang Susilo (Pasar Modal 2009, h2) investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi pada aset nyata (real asset) dan investasi pada aset finansial (financial asset). Invetasi pada aset nyata contohnya seperti pembelian emas, tanah, real estate atau mendirikan perusahaan. Pada jenis investasi ini investor benar-benar melakukan investasi secara langsung mengeluarkan sejumlah dana untuk membeli aset nyata. Sedangkan investasi pada asset financial adalah dengan membeli intrumen keuangan, misalnya saham, obligasi, waran, right issue. Instrument ini bukan berupa aset nyata melainkan hanya berupa kertas klaim (bukti) terhadap penerbitnya. Pengertian investasi menurut Kasmir dan Jakfar (2012) investasi dapat diartikan sebagai penanaman modal dalam suatu kegiatan yang memiliki jangka waktu relatif panjang dalam berbagai bidang usaha. Penanaman modal yang ditanamkan dalam arti sempit berupa proyek tertentu baik bersifat fisik ataupun non-fisik, seperti proyek pendirian pabrik, jalan, jembatan, pembangunan gedung dan proyek penelitian, dan pengembangan. Berdasarkan maka dapat beberapa pengertian investasi diatas, disimpulkan 7 bahwa investasi adalah 8 meluangkan/memanfaatkan waktu, uang atau tenaga dengan harapan mendapatkan keuntungan/manfaat di masa datang. Jadi pada dasarnya investasi adalah “membeli” sesuatu yang diharapkan bisa “dijual kembali“ di masa yang akan datang dengan nilai yang lebih tinggi. 2.1.1.2 Jenis – Jenis Investasi Jenis-jenis investasi berdasarkan kekhususan tertentu dari kegiatannya di bagi dalam beberapa kelompok yaitu (Harapan, 2009, h18): 1. Investasi Baru. Investasi baru yaitu investasi bagi pembuatan sistem produksi baru, baik sebagai bagian dari usaha baru untuk produksi baru maupun perluasan produksi, tetapi harus menggunakan sistem produksi baru. 2. Investasi Peremajaan. Investasi jenis ini umumnya hanya digunakan untuk mengganti barang-barang kapital lama dengan yang baru, tetapi masih dengan kapasitas dan ongkos produksi yang sama dengan alat yang digantikannya. 3. Investasi Rasionalisasi. Pada kelompok ini peralatan yang lama diganti oleh yang baru tetapi dengan ongkos produksi yang lebih murah, walaupun kapasitas sama dengan yang digantikannya. 4. Investasi Perluasan. Dalam kelompok investasi ini peralatannya baru sebagai pengganti yang lama. Kapasitasnya lebih besar sedangkan ongkos produksi masih sama. 5. Investasi Modernisasi. Investasi ini digunakan untuk memproduksi barang baru yang memang proses baru, atau memproduksi barang lama dengan proses yang baru.\ 6. Investasi Diversifikasi. Investasi ini untuk memperluas program produksi perusahaan tertentu, sesuai dengan program diversifikasi kegiatan usaha korporasi yang bersangkutan. Jenis-jenis investasi berdasarkan dari pelaku terbagi dua, yaitu: 9 1. Autonomous Investment (Investasi Otonom). Investasi otonom merupakan investasi yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh pendapatan nasional. Artinya tinggi rendahnya pendapatan nasional jumlah investasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan. Investasi ini dilakukan oleh pemerintah (Public Investment) karena disamping biayanya sangat besar, investasi ini juga tidak memberikan keuntungan maka swasta tidak bisa melakukan investasi jenis ini karena tidak memberikan investasi langsung. 2. Indused Investment (Investasi Dorongan). Investasi dorongan adalah investasi yang besar kecilnya sangat dipengaruhi oleh tingkat pendapatan baik pendapatan daerah maupun pendapatan pusat atau nasional. Investasi ini diadakan akibat adanya pertambahan permintaan, dimana pertambahan permintaan tersebut sebagai akibat dari pertambahan pendapatan. Apabila pendapatan berubah maka permintaan akan digunakan untuk tambahan konsumsi sedangkan pertambahan konsumsi pada dasarnya adalah tambahan permintaan dan jika ada tambahan permintaan maka akan mendorong berdirinya pabrik baru atau memperluas pabrik lama untuk dapat memenuhi tambahan permintaan tersebut. 2.1.2 Teknologi Informasi 2.1.2.1 Pengertian Teknologi Informasi Pengertian Teknologi Informasi menurut Saurip Kadi & Siok Lian Liem (2008), Teknologi Informasi merupakan alat bagi kesetaraan akses informasi (akses kekuasaan) bagi manusia di belahan bumi mana pun Pengertian Teknologi Informasi menurut Christine Wibhowo & Ridwan Sanjaya (2011), Teknologi Informasi adalah hasil rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga 10 pengiriman informasi tersebut akan lebih cepat, lebih luas penyebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Berdasarkan beberapa pengertian Teknologi Informasi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi adalah suatu teknologi yang digunakan untuk mengolah, memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, dan memanipulasi data dalam berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas, yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan dan merupakan informasi yang strategis untuk pengambilan keputusan. 2.1.2.2 Strategi Dasar Penggunaan Teknologi Informasi dalam Bisnis Menurut O’Brien (2008, h48), Strategi Dasar Penggunaan Teknologi Informasi dalam Bisnis adalah sebagai berikut : a) Biaya yang lebih rendah 1. Menggunakan Teknologi Informasi untuk mengurangi secara mendasar biaya proses bisnis. 2. Menggunakan Teknologi Informasi untuk menurunkan biaya pelanggan atau pemasok. a) Diferensiasi 1. Menggembangkan berbagai fitur Teknologi Informasi untuk melakukan diferensiasi produk dan jasa. 2. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi untuk mengurangi keunggulan diferensiasi para pesaing. 3. Menggunakan berbagai fitur Teknologi Informasi untuk memfokuskan diri pada pasar baru yang dipilih. b) Inoviasi 1. Menggembangkan pasar baru yang unik dengan bantuan Teknologi Informasi. 11 2. Membuat perubahan radikal atau proses bisnis dengan Teknologi Informasi secara dramatis akan menggurangi biaya, meningkatkan kualitas, efisiensi dan layanan pelanggan. c) Mendukung Pertumbuhan 1. Menggunakan Teknologi Informasi untuk mengelola perluasan bisnis secara regional dan global. 2. Menggunakan Teknologi Informasi untuk mengitegrasikan produk dan jasa lainnya. d) Menggembangkan Persekutuan 1. Menggunakan Teknologi Informasi untuk membuat organisasi virtual yang terdiri dari para mitra bisnis. 2. Menggembangkan sistem informasi antar perusahaan yang dihubungkan oleh internet dan ekstranet yang akan mendukung hubungan bisnis strategis dengan para pelanggan, pemasok, subkontraktor, dan pihak-pihak lainnya. 2.1.2.3 Dasar Sistem Informasi Komputer dalam Teknologi Informasi Menurut O’Brien (2008, p7), Dasar Sistem Informasi Komputer dalam Teknologi Informasi, sebagai berikut: a. Teknologi hardware computer Termasuk microcomputer, server berukuran menengah, dan sistem mainframe besar, serta alat-alat input, output, dan media penyimpanan yang mendukung. b. Teknologi software computer Termasuk software sistem operasi, pencari Web (browser), alat pembuat software, dan software untuk aplikasi bisnis. c. Teknologi jaringan telekomunikasi Termasuk media telekomunikasi, processor, dan software yang dibutuhkan untuk menyediakan akses kabel dan nirakabel, 12 serta dukungan untuk jaringan internet dan jaringan pribadi berbasis internet, seperti intranet dan ekstranet. d. Teknologi manajemen sumber daya data Termasuk software sistem manajemen database untuk mengembangkan, mengakses, dan memelihara database organisasi. 2.1.3 Sistem 2.1.3.1 Pengertian Sistem Menurut O’Brien (2008, h24), Sistem adalah sekelompok komponen yang saling berhubungan, bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama dengan menerima inputan serta menghasilkan output dalam proses transformasi yang teratur. 2.1.3.2 Bagian dari Sistem Menurut O’Brien (2008, h24), Bagian dari sistem meliputi : a. Input Melibatkan penangkapan dan perakitan berbagai elemen yang memasuki sistem untuk diproses. Contohnya, data yang diatur untuk pemrosesan. b. Pemrosesan Melibatkan proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya adalah proses manufaktur, perhitungan matematika. c. Output Melibatkan perpindahan elemen yang telah diproduksi oleh proses transformasi ke tujuan akhirnya. Contohnya, barang jadi, layanan oleh manusia, dan informasi manajemen harus dipindahkan ke para pemakainya. 2.1.4 Sistem Informasi 2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien adalah suatu (2008, h4), Sistem informasi kombinasi dari people (orang), hardware (perangkat keras), software (piranti lunak), computer networks 13 dan data communications (jaringan komunikasi), dan database (basis data) yang mengumpulkan, mengubah dan menyebarkan informasi di dalam suatu bentuk organisasi. Sistem Informasi memiliki definisi yang berbeda menurut para ahli, namun secara umum, Sistem Informasi adalah kombinasi dari teknologi informasi dan aktivitas orang yang menggunakan teknologi itu untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis dan menyebarkan informasi dalam mendukung proses bisnis. 2.1.4.2 Fungsi Sistem Informasi Menurut O’Brien (2008, h23), Fungsi Sistem Informasi mewakili: a) Area fungsional utama dari bisnis yang penting dalam keberhasilan bisnis, seperti fungsi akuntansi, keuangan, manajemen operasional, pemasaran, dan manajemen sumber daya manusia. b) Kontributor penting dalam efisiensi operasional, produktivitas dan moral pegawai, serta layanan dan kepuasan pelanggan. c) Sumber utama informasi dan dukungan yang dibutuhkan untuk menyebarluaskan pengambilan keputusan yang efektif oleh para manajer dan praktisi bisnis. d) Bahan yang sangat penting dalam menggembangkan produk dan jasa yang kompetitif, yang memberikan organisasi kelebihan strategis dalam pasar global. e) Peluang berkarier yang dinamis, memuaskan, serta menantang bagi jutaan manusia. f) Komponen penting dari sumber daya, infrastruktur dan kemampuan perusahaan bisnis yang membentuk jaringan. 14 2.1.4.3 Kategori Sistem Komputer Menurut O’Brien (2008, h78), kategori Sistem Komputer mencakup : a) Sistem Mikrokomputer Mikrokomputer (microcomputer) adalah kategori yang paling penting dari sistem computer bagi pelaku bisnis dan pelanggan. b) Sistem Skala Menengah Sistem Skala Menengah (midrange system) adalah server jaringan yang tinggi dan server jenis lainnya yang dapat memproses banyak aplikasi bisnis. c) Sistem Mainframe Sistem Mainframe (mainframe system) merupakan sistem komputer yang besar, cepat, dan berdaya tinggi. 2.1.4.4 Keamanan informasi Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008, h270), Keamanan informasi (information security) digunakan untuk mendeskripsikan perlindungan baik peralatan komputer dan non-komputer, fasilitas, data dan informasi dari penyalahgunaan pihak-pihak yang tidak berwenang. Definisi yang luas ini mencakup peralatan seperti : mesin fotokopi dan mesin faks serta semua jenis media, termasuk dokumen kertas. 2.1.4.5 Tujuan Keamanan Informasi Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008, h270), Keamanan informasi ditujukan untuk mencakup tiga tujuan utama, yaitu: a) Kerahasiaan Perusahaan berusaha untuk melindungi data dan informasinya dari pengungkapan kepada orang – orang yang tidak berwenang. b) Ketersediaan Menyediakan data dan informasi bagi pihak-pihak yang berwenang untuk menggunakannya. c) Integritas 15 Semua sistem informasi harus memberikan representasi akurat atas sistem fisik yang direpresentasikannya. 2.1.5 Software 2.1.5.1 Peranti Lunak (Software) Aplikasi Siap Pakai Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008, h137), Beberapa tugas pengolahan informasi sangat terstandarisasi dan memberikan fungsi yang sama dari satu bisnis ke bisnis yang lain. Peranti Lunak (Software) dapat diprogram sebelumnya untuk situasi-situasi seperti ini: Perhitungan pajak, akuntansi untuk penggajian, penyusunan aset tetap, dan banyak transaksi-transaksi bisnis lainnya. Karena aktivitas seperti ini dan aktivitas-aktivitas lain semakin meluas penggunaannya, telah terdapat sangat banyak paketpaket peranti lunak (Software) siap pakai yang dibuat untuk aktivitas tersebut. Peranti lunak (Software) aplikasi siap pakai (prewritten application software), atau kadang –kadang disebut peranti lunak off-the-shelf, produksi oleh pemasok dan dijual kepada pelanggan. Pengguna dapat menggunakan peranti lunak (Software) yang telah dikembangkan oleh programmerprogrammer yang berpengalaman tanpa harus mempekerjakan programmer sendiri atau belajar bagaimana cara membuat program. Pengguna hanya perlu menginstall peranti lunak (Software) di peranti keras (hardware) mereka, dengan sedikit atau tanpa modifikasi, agar dapat mempergunakannya. Peranti Lunak (Software) ini biasanya memperkenankan pengguna untuk melakukan penyesuaian-penyesuaian kecil, guna menyesuaikannya kebutuhan khusus yang mungkin mereka miliki. Peranti Lunak (Software) memiliki 2 keuntungan penting: a) Peranti lunak (Software) siap pakai telah langsung tersedia. b) Peranti lunak (Software) siap pakai lebih murah daripada peranti lunak (Software) khusus. 16 2.1.5.2 Peranti lunak (Software) Aplikasi Khusus Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008, h138), Terkadang sebuah organisasi memiliki operasi yang unik. Dalam kasus-kasus seperti ini, bisnis mungkin memiliki programmer atau sekelompok programmer konsultannya sendiri yang membuat peranti lunak (Software) untuk memenuhi kebutuhannya. Peranti lunak (Software) seperti ini disebut peranti lunak aplikasi khusus (custom applications software). Dewasa ini peranti lunak (Software) yang ditulis secara khusus jauh lebih sedikit jika dibanding dengan yang terdapat pada tahun 1960-an dan 1970-an, ketika komputer pertama kali popular di bidang bisnis, kecuali jika perusahaan memiliki satu kebutuhan bisnis unik, peranti lunak (Software) aplikasi khusus dapat untuk dicari justifikasinya jika dilihat dari sudut pandang ekonomi. 2.1.5.3 Peran Peranti Lunak (Software) yang Mudah Digunakan Pengguna Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008: h.138), Peranti Lunak (Software) yang sederhana dan penggunaannya intuitif sering kali dikatakan mudah digunakan pengguna (user - friendly). Istilah ini mungkin dapat memiliki suatu konotasi negatif dimana secara tidak langsung dapat diartikan bahwa aplikasi ini telah dibuat dengan begitu sederhana sehingga semua orang dapat mempergunakannya. Sebenarnya user – friendly berarti bahwa aplikasi tersebut telah dibuat dengan seksama sehingga berbagai bakat dan keahlian yang dimiliki oleh rentangan pengguna yang luas dapat diakomodasi. Membuat peranti lunak (Software) yang “user-friendly” jauh lebih sulit daripada membuat peranti lunak (Software) yang “programmer friendly”. 2.1.5.4 Contoh Sumber Daya Software Menurut O’Brien (2008, p31), Contoh sumber daya software : 17 a) Software Sistem, seperti program sistem operasi, yang mengendalikan serta mendukung operasi sistem komputer. b) Software aplikasi, yang memprogram pemrosesan langsung bagi penggunaan tertentu komputer oleh pemakai akhir. Contohnya adalah program analisis penjualan, program penggajian, dan program pengolahan kata (word processing). c) Prosedur, yang mengoperasikan perintah bagi orang-orang yang akan menggunakan sistem informasi. Contohnya adalah perintah untuk mengisi formulir kertas atau menggunakan software. 2.1.5.5 Karakteristik Aplikasi yang Mudah Digunakan Menurut Raymond McLeod, Jr.George P.Schell (2008, p139), Ada beberapa karakteristik yang perlu diperhatikan untuk dapat membuat suatu aplikasi yang mudah digunakan (user - friendly), yaitu: a) Menu, berisi langkah-langkah dan panduan yang akan membantu pengguna awam untuk menyelesaikan masalah atau cara untuk menggunakan aplikasi serta memberikan jalan singkat penyelesaikan masalah kepada pengguna yang sudah mahir. b) Bantuan yang sensitif pada konteks. Informasi yang membantu hendaknya diberikan pada titik tertentu dimana pengguna mengalami kesulitan, yang membutuhkan program komputer untuk tetap melacak pada bagian aplikasi sebelah mana permintaan spesifikasi pengguna berasal. c) Interface menggunakan icon-icon yang tidak asing bagi pengguna. 2.1.6 Activity Diagram 2.1.6.1 Pengertian Activity Diagram Menurut Satzinger, Jackson, dan Burd (2010, p141), Activity Diagram adalah jenis dari workflow diagram yang mendeskripsikan aktivitas – aktivitas berbagai user (atau sistem) dan alur- alurnya. Workflow adalah urutan dari 18 langkah-langkah pemrosesan yang secara lengkap mengatur satu transaksi bisnis atau permintaan customer. 2.1.7 Mean 2.1.7.1 Pengertian Mean Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri Utami, Supandi Epha Diana (2012, h40), Mean atau nilai ratarata dapat didefinisikan sebagai pembagian antara jumlah nilai dari keseluruhan data dengan banyaknya data. 2.1.8 Modus 2.1.8.1 Pengertian Modus Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri Utami, Supandi Epha Diana (2012, h48), Modus adalah nilai yang sering muncul atau nilai yang mempunyai frekuensi tertinggi dalam kumpulan data itu. 2.1.9 Variansi dan Standar Deviasi 2.1.9.1 Pengertian Variansi dan Standar Deviasi Menurut Qudratullah Mohammad Farhan, Zuliana Sri Utami, Supandi Epha Diana (2012, h52), Variansi didefinisikan sebagai jumlah kuadrat devisi terhadap mean sampel dibagi n-1. Sedangkan Devisiasi standar didefinisikan sebagai akar dari variansi. 2.2 Teori Khusus 2.2.1 Studi Kelayakan 2.2.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Menurut O’Brien (2008, p449), Studi Kelayakan adalah studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat, dan kelayakan proyek yang diusulkan. Setelah itu, tim praktisi bisnis dan ahli sistem informasi akan menyajikan temuan dari studi ini dalam laporan tertulis yang mencakup spesifikasi awal serta rencana pengembangan untuk aplikasi bisnis yang diusulkan. Menurut Kasmir dan Jakfar (2008, h6), ”Studi kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari 19 secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidak usaha tersebut dijalankan.” Berdasarkan beberapa pengertian studi kelayakan bisnis diatas, maka dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan bisnis adalah sebuah studi yang digunakan untuk menganalisa layak atau tidaknya suatu bisnis dan hasil analisa tersebut dapat dipergunakan untuk pengambilan keputusan selanjutnya. 2.2.1.2 Tujuan Studi Kelayakan Menurut Tata Sutabri (2012, h74), Tujuan studi kelayakan adalah sebagai berikut: a) Memperikirakan biaya penyusunan sistem dan keuntungan sistem. b) Menyediakan informasi ekonomis yang membantu organisasi memutuskan apakah organisasi sebaiknya melanjutkan proses penyusunan sistem atau tidak. Jika ada beberapa pilihan penyusunan sistem, organisasi harus memilih salah satu dari berbagai pilihan tersebut. Jangan lupa, faktor-faktor seperti ukuran sistem, tingkat kekompleksan sistem, jumlah personel penyusun sistem, tingkat keahlian personel penyusun sistem, dan lingkungan komputer akan mempengaruhi biaya penyusunan sistem. Dalam praktiknya, sistem analisis menyertakan penghematan biaya dan peningkatan pendapatan organisasi sebagai keuntungan-keuntungan dari sistem baru. Dalam tahap ini, organisasi harus memutuskan apakah organisasi sebaiknya melanjutkan proses penyusunan sistem atau tidak. Oleh sebab itu, organisasi perlu mengetahui perkiraan biaya penyusunan sistem dari keuntungan sistem, tidak peduli betapa kasar perkiraan tersebut. Jika organisasi menggunakan metodologi penyusunan sistem standar, tim penyusunan sistem dapat mengacu pada analisis biaya dan keuntungan dari proyek-proyek penyusunan sistem yang lain. Sistem analis akan dapat mengukur biaya dengan lebih mudah dari pada 20 harus mengukur keuntungan, karena biaya terjadi pada awal penyusunan dan bersifat kuantitatif, sedangkan keuntungan terjadi pada akhir penyusunan sistem dan bersifat kualitatif. 2.2.1.3 Lingkup Kegiatan Studi Kelayakan Menurut Tata Sutabri (2012, h75), Dalam proyek penyusunan sistem, untuk memperbaiki sistem atau memodifikasi sistem, organisasi sering memutuskan untuk melanjutkan proses pembangunan atau pengembangan sistem informasi tanpa memperhitungkan aspek ekonomisnya. Dalam kasus ini, organisasi tersebut menganggap bahwa penyusunan sistem secara otomatis harus dilanjutkan. Akan tetapi dalam praktiknya, sistem analis tetap mempertimbangkan kelima aspek penting dalam menilai suatu kelayakan, karena keluaran secara umum dari studi kelayakan ini adalah keputusan layak atau tidaknya suatu proyek pembangunan atau pengembangan sistem dijalankan. Adapun lingkup kegiatan studi kelayakan ini adalah sebagai berikut: a) Dimulai dengan membahas kembali hasil-hasil pengkajian awal dan dokumen-dokumen yang berhasil dihimpun dalam kegiatan awal. b) Merupakan pra-kegiatan dari tugas-tugas dan kegiatan di dalam fase analisis dan rancangan sistem detail, akan tetapi tidak terlalu mendalam. Setelah studi kelayakan memutuskan bahwa organisasi sebaiknya melanjutkan proses penyusunan sistem, maka sistem analis mulai menyusun rencana proyek, yaitu pernyataan tentang jangkauan proyek, jadwal proyek, sumber daya untuk membantu menyelesaikan proyek, dan biaya proyek tersebut. Rencana proyek menyertakan rencana yang luas untuk seluruh penyusunan sistem dan rencana spesifik untuk proses analisis sistem ditahap berikutnya. 2.2.1.4 Proses Kegiatan Studi Kelayakan Menurut Tata Sutabri (2012, h75), Pengoperasian suatu sistem informasi harus dapat memenuhi kebutuhan bisnis atau 21 memecahkan masalah yang timbul. Oleh karena itu salah satu pertimbangan di dalam evaluasi kelayakan suatu usulan sistem adalah apakah organisasi akan mendapatkan manfaat dengan adanya proses yang lebih efisien setalah sistem yang baru dioperasikan. Adapun kegiatan dalam studi kelayakan ini meliputi hal-hal sebagai berikut: a. Membuat Sistematika dan Melakukan Proses Pengumpulan Data Kegiatan yang harus dilakukan pada tahap ini, intinya proses pengumpulan data untuk mendapatkan uraian tentang sistem yang berjalan saat ini. Adapun proses pengumpulan data, apabila dilihat dari kategori data dalam suatu organisasi dapat dibagi menjadi 4 (empat) bagian, yaitu sebagai berikut: 1) Data Tentang Organisasi a. Sasaran dan tujuan organisasi b. Bagan struktur organisasi c. Tugas dan fungsi unit-unit dalam organisasi d. Kebijaksanaan organisasi 2) Data Tentang Personel a. Wewenang dan tanggung jawabnya b. Tugas pokok pekerjaannya c. Hubungan antar personel tersebut d. Apa kebutuhan informasinya 3) Data Tentang Prosedur Kerja a. Bagaimana tentang arus kerja/kegiatan kerja yang ada b. Metode kerja yang digunakan c. Jadwal dan volume pekerjaan yang ada d. Bagaimana kriteria penentuan kualitas kerja 4) Data Tentang Lingkungan Kerja a. Bagaimana pengaturan fisik ruang kerja b. Sumber daya yang tersedia c. Suasana kerja yang responsif b. Menginterpretasikan Pengumpulan Data 22 Metode studi yang terpenting adalah wawancara dengan pemakaian sistem dan pimpinannya yang berhubungan dengan sistem yang berjalan. Pada umumnya wawancara di dalam studi kelayakan akan dilakukan terhadap pimpinan menengah keatas, yang akan menjelaskan sistem tersebut sampai batas pengertian yang dibutuhkan. Berdasarkan hasil wawancara dan kegiatan pengumpulan data lainnya, dapat disajikan suatu gambaran awal tentang keuntungan atau penghematan biaya yang akan diperoleh dari sistem yang diusulkan. c. Membuat Kesimpulan dari Hasil Studi Kelayakan Kegiatan studi kelayakan dimulai dengan pembahasan hasil kajian awal. Kesimpulan ini akan menjadi dasar untuk membuat rencana kerja yang meliputi penentuan tugas-tugas, penunjukkan personel untuk menangani tugas-tugas tersebut dan waktu yang dialokasikan untuk menangani tugas-tugas tersebut serta kapan tugas tersebut akan dapat diselesaikan. 2.2.1.5 Kategori Kelayakan usulan Sistem Menurut O’Brien (2008, p451), Kelayakan usulan sistem bisnis dapat dievaluasi dalam empat kategori besar, yaitu : a. Kelayakan Organisasional (organizational feasibility) berfokus pada sebaik apakah dukungan sistem diusulkan terhadap prioritas bisnis strategis organisasi. b. Kelayakan Ekonomi (economic feasibility) berhubungan dengan apakah pendapatan, penghematan peningkatan biaya, keuntungan, peningkatan penggurangan investasi yang diperlukan, dan manfaat lain yang diharapkan akan melebihi biaya pengembangan dan biaya operasional sistem yang diusulkan. Sebagai contoh, jika usulan sistem sumber daya manusia tidak bisa menutupi biaya pengembangannya, maka usulan itu tidak akan disetujui, kecuali dimandatkan oleh peraturan pemerintah atau pertimbangan bisnis strategis. 23 c. Kelayakan Teknis (technical feasibility) dapat direkomendasikan jika hardware dan software yang dapat diandalkan dan mampu memenuhi kebutuhan sistem yang diusulkan, bisa diperoleh atau dikembangkan oleh bisnis dalam waktu yang dibutuhkan. d. Kelayakan Operasional (operational feasibility) adalah kemauan dan kemampuan manajemen, karyawan, pelanggan, pemasok, dan pihak lain yang mengoperasikan, menggunakan, dan mendukung sistem yang diusulkan. Sebagai contoh, jika software yang digunakan untuk sistem bisnis baru terlalu sulit digunakan, pelanggan dan karyawan mungkin sekali melakukan banyak kesalahan dan tidak mau menggunakannya lagi. Jika hal ini terjadi artinya gagal memenuhi kelayakan operasional. 2.2.2 Analisis Biaya dan Manfaat Menurut Tata Sutabri (2012, h122), Untuk pengembangan sistem informasi dengan investasi yang relatif besar perlu dibuat analisis biaya dan manfaat untuk mengetahui apakah investasi tersebut layak dikerjakan atau tidak. Beberapa metode yang umum dan lazim digunakan dalam proses analisis sistem adalah seperti metode periode pengembalian (payback period), metode pengembalian investasi (return on investment), dan metode nilai sekarang (net present value). Investasi yang dikeluarkan untuk mengembangkan atau membangun sistem informasi tersebut merupakan sumber daya untuk mendapatkan manfaat dimasa mendatang. Jika manfaat yang diharapkan atau diperoleh lebih kecil dari sumber daya yang dikeluarkan, maka berarti sistem informasi tersebut tidak memiliki nilai dan tidak layak untuk dibangun atau dikembangkan. Oleh karena itu, sebelum sistem informasi tersebut dikembangkan perlu dihitung nilai ekonomisnya. Teknik untuk menilai ini disebut dengan teknik analisis biaya dan manfaat. Teknik ini disebut juga dengan analisis efektifitas. Keuntungan dari pengembangan atau pembangunan sistem informasi tidak semuanya mudah untuk diukur secara langsung dengan nilai 24 uang. Keuntungan yang sulit diukur dengan nilai uang tersebut, jika ingin ditentukan dalam bentuk nilai uang, maka dapat diukur efektifitasnya. Untuk melakukan analisis biaya dan manfaat diperlukan beberapa komponen biaya, yaitu sebagai berikut: a. Biaya Pengadaan (procurement cost) Biaya ini merupakan biaya yang termasuk dalam semua biaya yang terjadi sehubungan dengan pembelian hardware atau perangkat keras. Biaya pengadaan ini biasanya merupakan biaya yang harus dikeluarkan pada tahun-tahun pertama sebelum sistem dioperasi kecuali untuk pengadaan perangkat keras dengan cara leasing. Yang termasuk didalam biaya ini adalah: a) Biaya konsultasi pengadaan perangkat keras. b) Biaya pembelian atau sewa beli/leasing perangkat keras. c) Biaya instalasi perangkat keras. d) Biaya ruangan untuk perangkat keras. e) Biaya modal untuk perangkat keras. f) Biaya yang berhubungan dengan manajemen dan staff untuk pengadaan hardware b. Biaya Persiapan Operasi (Start-up Cost) Biaya ini berhubungan dengan semua biaya untuk membuat sistem hingga siap untuk dioperasikan. Biaya persiapan operasi ini juga merupakan biaya-biaya yang terjadi diawal tahun sebelum dioperasikan. Oleh karena itu yang termasuk biaya-biaya persiapan awal adalah sebagai berikut: a) Biaya pembelian perangkat lunak sistem atau software. b) Biaya instalasi peralatan komunikasi (telepon). c) Biaya persiapan personel. d) Biaya reorganisasi. e) Biaya manajemen dan staff yang dibutuhkan dalam kegiatan operasi. c. Biaya Proyek (Project Related Cost) Biaya ini berhubungan dengan biaya-biaya untuk mengembangkan sistem dan implementasinya. Apabila sistem dikembangkan oleh konsultan di luar organisasi atau perusahaan, 25 maka akan terjadi tambahan biaya untuk pengembangan sistem, yaitu biaya untuk honor konsultan. Yang termasuk biaya proyek ini adalah sebagai berikut: 1) Biaya dalam tahap analisis sistem a) Biaya untuk menggumpulkan data b) Biaya dokumentasi c) Biaya rapat d) Biaya analis sistem e) Biaya manajemen dan staff yang berhubungan dengan tahap analisis sistem 2) Biaya dalam tahap desain sistem a) Biaya dokumentasi b) Biaya rapat c) Biaya analis sistem d) Biaya programmer e) Biaya pembelian perangkat lunak aplikasi/software f) Biaya manajemen dan staff yang berhubungan dengan tahap desain sistem 3) Biaya dalam tahap implementasi sistem a) Biaya pembuatan formulir baru b) Biaya konversi data c) Biaya pelatihan personel d) Biaya manajemen yang berhubungan dengan tahap implementasi sistem d. Biaya Operasi dan Biaya Perawatan (Maintenance Cost) Biaya operasi (on going cost) merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengoperasikan sistem supaya sistem dapat beroperasi. Sedangkan biaya perawatan adalah biaya yang dikeluarkan untuk merawat sistem dalam masa operasinya. Berbeda halnya dengan biaya lainnya yang biasanya terjadi sebelum operasi sistem diterapkan. Biaya operasi dan perawatan biasanya terjadi secara rutin selama umur operasi sistem. Yang termasuk dalam biaya operasi dan biaya perawatan sistem adalah sebagai berikut: 26 a) Biaya personel (operator, data entry, teknisi) b) Biaya overhead (pemakaian telepon, listrik, air, gaji, keamanan) c) Biaya perawatan perangkat keras/hardware (reparasi, service) d) Biaya perawatan perangkat lunak/software (modifikasi program) e) Biaya perawatan peralatan dan fasilitas f) Biaya manajemen yang terlibat dalam operasi sistem g) Biaya kontak untuk konsultan selama operasi sistem h) Biaya depresiasi (penyusutan) 2.2.3 Cost Benefit Analysis (CBA) 2.2.3.1 Sejarah Cost Benefit Analysis Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis CostBenefit diaplikasikan pada masalah-masalah lingkungan hidup terutama adanya third party baik third party cost maupun third party benefit yang tidak termasuk dalam perhitungan biaya maupun harga dalam bentuk moneter (uang). Contoh yang paling sederhana adalah polusi. Dalam sebuah pasar yang tidak diregulasi (unregulated market) pihak polluters (penyebab polusi) tidak mempunyai kewajiban untuk membayar insentif (kompensasi) terhadap kerusakan dan penderitaan yang ditanggung oleh pihak ketiga. Dalam pendekatan analisis cost benefit pihak yang menimbulkan polusi dan yang menderita masing-masing akan diperhitungkan kewajiban dan haknya dalam bentuk uang. Jika profit lebih besar dari nilai pencemaran maka kegiatan polluter dianggap efisien. 2.2.3.2 Pengertian Cost Benefit Analysis Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis Cost-Benefit merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui besaran keuntungan atau kerugian serta kelayakan suatu proyek. Dalam perhitungannya, analisis ini memperhitungkan biaya serta manfaat yang akan diperoleh dari pelaksanaan suatu program atau proyek. Dalam analisis 27 cost-benefit perhitungan manfaat serta biaya ini merupakan suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Analisis ini mempunyai banyak bidang penerapan. Salah satu bidang penerapan yang umum menggunakan rasio ini adalah dalam bidang investasi. Sesuai dengan makna tekstualnya yaitu costbenefit (manfaat-biaya) maka analisis ini mempunyai penekanan dalam perhitungan tingkat keuntungan atau kerugian suatu program atau suatu rencana dengan mempertimbangkan biaya yang akan dikeluarkan serta manfaat yang akan dicapai. Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010, p144) “Cost/benefit analysis involves the estimation and evaluation of the net benefits associated with alternative courses of action” yang berarti bahwa analisis biaya dan manfaat melibatkan estimasi dan evaluasi dari manfaat yang terkait dalam tindakan. Penerapan analisis ini banyak digunakan oleh para investor dalam upaya mengembangkan bisnisnya. Terkait dengan hal ini maka analisis manfaat dan biaya dalam pengembangan investasi hanya didasarkan pada rasio tingkat keuntungan dan biaya yang akan dikeluarkan atau dalam kata lain penekanan yang digunakan adalah pada rasio financial atau keuangan. 2.2.3.3 Konsep Dasar Cost Benefit Analysis Menurut Aula Ahmad Hafid, SF (2010), Analisis Cost-Benefit digunakan untuk mengevaluasi penggunaan sumber ekonomi agar sumber yang langka tersebut dapat digunakan secara efisien. Pemerintah mempunyai banyak program atau proyek yang harus dilaksanakan sedangkan biaya yang tersedia sangat terbatas. Dengan analisis ini pemerintah menjamin penggunaan sumber-sumber ekonomi yang efisien dengan memilih program-program yang memenuhi kriteria efisiensi. Analisis Cost-Benefit merupakan alat bantu untuk membuat keputusan publik dengan 28 mempertimbangkan kesejahteraan masyarakat. Ada dua pihak yang menaruh perhatian pada analisis ini, yaitu pertama, para praktisi teknis dan ekonom yang berperan dalam mengembangkan metode analisis, pengumpulan data, dan membuat analisis serta rekomendasi. Kedua, pemegang kekuasaan eksekutif yang berwenang untuk membuat peraturan dan prosedur untuk melaksanakan keputusan publik. Analisis Cost-Benefit ini hanya menitikberatkan pada efisiensi penggunaan faktor produksi tanpa mempertimbangkan masalah lain seperti distribusi, stabilisasi ekonomi dan sebagainya. Analisis ini hanya menentukan program dari segi efisiensi sedangkan pemilihan pelaksanaan program berada di tangan pemegang kekuasaan eksekutif yang dalam memilih juga mempertimbangkan faktor lain. Saat ini analisis manfaat dan biaya merupakan alat utama dalam membuat evaluasi program atau proyek untuk kepentingan publik, seperti : manajemen sumber daya alam dan pengembangan sumber energi alternatif. Biasanya analisis ini terintegrasi dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) yang dilakukan untuk mengevaluasi dampak suatu proyek atau program terhadap lingkungan hidup. Sehingga analisis ini tidak hanya melihat manfaat dan biaya individu, tetapi secara menyeluruh memperhitungkan manfaat dan biaya sosial dan selanjutnya dapat disebut sebagai analisis Cost-Benefit sosial. 2.2.3.4 Tahapan Cost Benefit Analysis Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.145), tahapan di dalam melakukan analisis biaya/keuntungan ada 5, yaitu : 29 Gambar 2.1. The five stages of costbenefit analysis 2.2.3.4.1 Mendefinisikan Masalah Mendefinisikan masalah merupakan suatu hal yang sangat penting di dalam membuat suatu keputusan, termasuk didalam membuat keputusan untuk investasi teknologi. Analisis masalah dan mendefinisikan adalah satu – satunya cara dalam memperhitungkan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah. 2.2.3.4.2 Mengidentifikasi biaya dan keuntungan Setelah masalah telah didefinisikan, sekarang tahapan untuk menghitung semua biaya atau keuntungan yang relevan. Menyadari efek yang relevan dari suatu investasi TI mungkin salah satu tahapan yang paling menantang. 2.2.3.4.3 Menghitung biaya dan manfaat Menurut Schniederjans et al(2010:p.147) biaya adalah segala sesuatu yang harus dikeluarkan, termasuk pengadaan, instalasi, dan maintenance untuk IT. Biaya di kelompok menjadi 2 yaitu : biaya tangible, dan biaya intangible. 30 Tabel 2.1 Potential costs of an IT investment. Tangible Intangible Hardware Resistance to chane (change management) Software Inability to change Telecommunications Organizational restructuring Needs specification and updates Integration of new system into current situation Services, e.g.,installation, programming, Temporary loss of productivity etc… Personnel, e.g., hiring, training., etc… Formulation of IT policy and controls Running cost Disruption to normal work practices Furniture Downtime Benefit adalah konsekuensi positif didalam melakukan investasi Technology Information. Manfaat sering muncul timbul dalam perbaikan dengan cara melaksanakan tugas organisasi yang diperlukan. Manfaat secara umum, dapat diklasifikasikan menjadi 5 kategori : 1. Penghematan dan menghindari biaya, 2. Mengurangi kesalahan (error), 3. Peningkatan kinerja operasional, 4. Peningkatan fleksibilitas, dan 5. Peningkatan perencanaan dan pengendalian. 31 Tabel 2.2 Potential benefits of an IT investment. Tangible Intangible Increased productivity Improves asset utilization Decreased operational costs Improve resource control Reduce workforce Improve organizational planning Lower computer costs Improve organizational flexibility Lower outside vendor costs More timely information Lower clerical and professional costs Higher quality information Lower in-house development costs Enhanced organizational learning Reduced rate of growth in expenses Enhanced employee goodwill Lower facility costs Increased job satisfaction Reduced software expenses Improved decision-making Faster decision-making Lower error rates Improve operations Better corporate image Improve customer satisfaction Increased customer loyalty 2.2.3.4.4 Membandingkan Alternatif Setelah semua biaya dan manfaat telah diidentifikasikan dan dihitung kedalam beberapa unit penilaian yang umum, kemudian alternatif tersebut dibandingkan satu dengan yang lainnya berdasarkan kriteria umum. Dalam membandingkan alternatif tersebut dapat menggunakan metode cost benefit analysis seperti benefit/cost ratio, net present value, internal rate of return, dan payback period. Kriteria umum didalam mengevaluasi investasi IT dalam cost/benefit analysis, yaitu: 1. Maximize the ratio of benefits over costs 2. Maximize net present value of net benefits 3. Maximize internal rate of return 4. Shortest payback period 32 2.2.3.4.5 Analisis sensitivitas Analisis sensitivitas didefinisikan sebagai penentuan kehandalan dalam membuat keputusan yang dihasilkan dari analisa biaya atau manfaat. Dalam analisis sensitivitas biaya dan manfaat ini merupakan salah satu cara untuk memperkirakan tingkat kesalahan dalam memperkirakan nilai. Karena biaya dan manfaat ini hanya berupa asumsi sehingga kesalahan mungkin saja terjadi. 2.2.4 Jenis-Jenis Perhitungan Cost Benefit Analysis (CBA) 2.2.4.1 Pengertian Payback Period Menurut Manahan (2013:p.177), Metode payback period merupakan salah satu metode pemilihan investasi yang paling sederhana untuk diterapkan. Payback period dapat diperoleh dengan menghitung jumlah tahun yang diperlukan agar jumlah cash flow sama dengan nilai investasi asalnya. Oleh karena metode payback period mempunyai asumsi bahwa nilai uang antara 1 periode dengan periode lainnya adalah sama, maka cash flow antara satu periode dengan periode lain dapat dijumlahkan begitu saja. Kriteria keputusan menurut metode payback period adalah ; “Terima investasi apabila payback period < dari pada maksimum payback period yang ditentukan oleh perusahaan ”. Berdasarkan kriteria keputusan diatas suatu investasi dapat diterima apabila perhitungan payback periodnya sama atau lebih kecil dari masa payback period yang diinginkan, tetapi tidak berarti semua cash flow sesudah masa payback merupakan laba dari investasi. Keuntungan dengan menggunakan payback period adalah bahwa perhitungannya sangat sederhana, oleh karena itu mudah di terapkan. Keuntungan ini lebih besar ditutupi dengan kelemahan kriteria metode payback period ini. Konsep awal dari metode ini adalah memperhitungkan time value of money. Cash flow antara satu periode dengan cash flow periode lainnya diberi bobot yang sama dalam perhitungan paybacknya. Payback period digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang dibutuhkan dalam mengembalikan nilai investasi semula (initial 33 investment) yang dihitung dengan membagi investasi semula dengan cash inflows. Rumus Payback Period : Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010, p155) “Payback Period is a common accounting and finance tool used select the alternative that recovers its cost in the shortest amount of time” yang artinya Payback Period adalah perhitungan akuntansi keuangan umum dan alat yang bisa digunakan untuk memilih alternatif yang dapat mengembalikan biaya (balik modal) yang cepat dalam waktu singkat. Payback period dapat dihitung sebagai berikut : Dimana: Co: Biaya investasi awal C : Arus kas setiap tahunnya Jika Payback Period > 5 tahun, maka investasi ditolak/tidak layak Jika Paybcak Period < 5 tahun, maka investasi diterima/layak 2.2.4.2 Pengertian Net Present Value (NPV) Menurut Manahan (2013, p108), Net present value (NPV) dipergunakan dengan teknik diskonto cash flow yang dihasilkan oleh suatu investasi dengan suatu tingkat diskonto tertentu yang kemudian mengurangkannya dengan nilai investasi awal, hasil yang diperoleh adalah NPV.Sedangkan tingkat bunga yang dipergunakan untuk mendiskonto cash 34 flow merupakan “opportunity cost of capital” untuk investasi yang akan dianalisis. Kriteria penilaian NPV adalah keputusan untuk menerima atau menolak usulan investasi yang didasarkan pada kriteria sebagai berikut: a) Terima usulan investasi apabila NPV > 0 b) Tolak usulan investasi apabila NPV < 0 c) Apabila NPV = 0, investasi adalah tidak untung tetapi tidak rugi. Keuntungan dari metode NPV adalah, bahwa diakuinya time value of money serta sangat mudah untuk dihitung, baik untuk perubahan cash flow bentuk annuity, menjadi suatu periode keperiode lainnya Rumus NPV adalah Dimana: r = opportunity cost of capital Ct = cash flow dari tahu 0 sampai tahun t Atau NPV = Present Value – Initial Investment Kesimpulan dan ketentuan apabila NPV menunjukkan hasil positif maka project investment itu fisibel/layak dan sebaliknya apabila NPV negatif maka project investment tidak layak. Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.150) “The net present value of net benefits is calculated as the present value of benefits minus the present value of costs discounted back to the present. The net present value of net benefits may be 35 calculated as follows”, yang diartikan nilai bersih sekarang dari keuntungan bersih dihitung sebagai nilai sekarang dari manfaat dikurangi nilai sekarang dari biaya diskon saat ini. NPV dapat dihitung sebagai berikut : Dimana: Co = investasi awal C1 = benefit tahun pertama C2 = benefit tahun kedua CT = benefit tahun t (tahun terakhir) r = interest Jika NPV > 0, maka investasi layak dilakukan Jika NPV ≤ 0, maka investasi tidak layak dilakukan 2.2.4.3 Pengertian Profitability Index atau Benefit Cost Ratio (PI or BC) Menurut Manahan (2013, p186), Kriteria penilaian investasi ini merupakan metode profitability index, dimana menurut metode ini suatu investasi dihitung tingkat indexnya dengan membagi nilai tunai (present value) dari cash in flow dengan present value dari cash outflow dari investasi. Rumus dari Profitability Index adalah : Dimana : PI = Profitability Index PV = Nilai Tunai (Present Value) NPV = Net Present Value I = Investasi awal 36 Dengan metode probability index, keputusan untuk menerima atau menolak usulan investasi didasarkan pada kriteria sebagai berikut: a) Terima investasi apabila PI > dari 1 b) Tolak usulan investasi apabila PI < 1 Dengan kriteria penilaian investasi yang menggunakan metode profitability index dapat diketahui suatu investasi dapat diterima apabila PI yang diperoleh dari hasil perhitungan lebih besar daripada 1. Sebaliknya usulan investasi di tolak apabila PI lebih kecil dari 1. Index ini pada umumnya digunakan sebagai alat untuk membuat rangking atas usulan investasi, dari urutan terendah (menurun) ke tertinggi (menaik). Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010, p126) “PI is the ratio of NPV to the cost of the initial investment” yang berarti PI adalah ratio NPV dengan biaya investasi awal. PI dapat dihitung sebagai berikut : Jika PI > 1, maka investasi layak untuk dilakukan Jika PI ≤ 1, maka investasi tidak layak dilakukan 2.2.4.4 Return on Investment (ROI) Menurut Lukman Syamsuddin (2011, p63), Return on Investment (ROI) atau yang sering juga disebut dengan “Return on total assets” adalah merupakan pengukuran kemampuan perusahaan secara keseluruhan di dalam menghasilkan keuntungan dengan jumlah keseluruhan aktiva yang tersedia di dalam perusahaan. Semakin tinggi ratio ini, semakin baik keadaan suatu perusahaan. Return on Investment dihitung sebagai berikut : 37 Menurut Mare J Schniederjans (2010, p129), “Return on investment (ROI) methodology is other technique traditionally used in capital budgeting decisions where the rate of return of an investment is compared to the opportunity cost of capital” yang berarti metodologi return on investment digunakan dalam pengambilan keputusan penganggaran modal dimana rate of return dari investasi dibandingkan dengan cost of capital. Return on Investment dihitung sebagai berikut : Jika ROI > 1, maka investasi diterima Jika ROI ≤ 1, maka investasi di tolak 2.2.4.5 Benefit/Cost Ratio (BCR) Menurut Schniederjans Mare.J, Hamaker Jamie.L, dan Schniederjans Ashlyn.M (2010:p.153), “The benefit/cost ratio is the present value of benefits divided by the present value of costs and is calculated as follows” yang berarti Benefit/Cost Ratio adalah nilai manfaat sekarang dibagi dengan nilai sekarang dari biaya dan dihitung sebagai berikut: Dimana : B1 = benefit tahun pertama B2 = benefit tahun kedua r = interest 38 Dimana: Co = investasi awal C1 = cost tahun pertama C2 = cost tahun kedua CT = cost tahun t (tahun terakhir) Dimana: PV benefits = present value of benefits PV cost = present value of costs Jika Rasio > 1, maka investasi diterima/layak dilakukan Jika Rasio ≤ 1, maka investasi ditolak/tidak layak dilakukan