BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Umum 2.1.1 Studi Kelayakan 2.1.1.1 Pengertian Studi Kelayakan Menurut O’Brien (2005, h 515) yang diterjemahkan oleh Fitriasari dan Kwary “Studi Kelayakan adalah studi awal untuk merumuskan informasi yang dibutuhkan oleh pemakai akhir, kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat, dan kelayakan proyek yang diusulkan”. Menurut Whitten et al. (2004, p.402) mengatakan “Feasibility analysis is the process by which feasibility is measured”. Dapat diartikan analisis kelayakan adalah proses yang kita lakukan untuk mengukur kelayakan. Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa studi kelayakan adalah proses yang dilakukan untuk menilai apakah suatu investasi layak dilakukan oleh perusahaan dengan melihat dari berbagai aspek, terutama aspek ekonomis. 8 2.1.2 Investasi 2.1.2.1 Pengertian Investasi Menurut Widjajanta dan Widyaningsih (2007, p130) investasi merupakan pengeluaran modal untuk pembelian asset (asset) fisik seperti pabrik, mesin, peralatan, dan persediaan. Menurut Frank Reilly (2003, Hal. 5) mengatakan, investasi adalah komitmen satu dollar dalam satu periode tertentu, akan mampu memenuhi kebutuhan investor di masa yang akan datang dengan: (1) waktu dana tersebut akan digunakan, (2) tingkat inflasi yang terjadi, (3) ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang. Jadi dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa investasi adalah pengeluaran modal untuk memenuhi kebutuhan investor dimasa yang akan datang dengan waktu waktu tersebut akan digunakan,tingkat inflasi yang terjadi dan ketidakpastian kondisi ekonomi di masa yang akan datang. 2.1.2.2 Karakteristik Pengukuran Investasi Teknologi Informasi Menurut Wohlfahrt (2006, p13), karakteristik pengukuran investasi teknologi informasi dapat dibagi menjadi 4, yaitu: 9 1. Cost Structure Karakteristik umum pada investasi teknologi informasi adalah biaya tersembunyi dari teknologi informasi itu sendiri. Biayabiaya tersembunyi ini disebut juga biaya tidak langsung (indirect, tacit, atau soft costs). 2. Intangibility Intangibility merupakan segala sesuatu yang tidak berwujud secara nyata dan tidak dapat diukur secara nyata. Salah satu karaktersitik pada investasi teknologi informasi adalah adanya keuntungan secara intangilble, seperti meningkatkan kinerja karyawan atau meningkatkan kepuasan pelanggan. 3. Impact on Organizational Structure Investasi teknologi informasi harus diikuti oleh investasi pelengkap dan perubahan organisasi dengan tujuan untuk melihat “real value of IT”. Investasi teknologi informasi menuntut organisasi untuk melakukan perubahan strukturnya yang dipicu oleh perubahan umum dalam perekonomian, peningkatan difusi teknologi informasi di tempat kerja, dan tren manajemen baru seperti mendesain ulang proses bisnis. Desain ulang proses bisnis biasanya dilakukan oleh perusahaan karena sebelumnya menggunakan cara manual, seperti dalam memproses data, namun 10 setelah investasi teknologi informasi perusahaan tidak perlu melakukannya lagi secara manual. Karena hal tersebut maka perusahaan perlu mendesain ulang proses bisnisnya. 4. Uncertainty Pelaksanaan atau adopsi teknologi baru ke infrastruktur teknologi infomasi terlihat mudah dilakukan. Namun pada kenyataan, terdapat banyak uncertainty (ketidakpastian) pada proyek investasi tersebut dan kemungkinan adanya kegagalan investasi bila tidak ada keterlibatan pihak-pihak yang ada dan meremehkan kompleksitas dari proyek-proyek investasi teknologi informasi yang ada. Ketidakpastian dalam konteks investasi teknologi informasi yang ada adalah: a. Keberhasilan implementasi atau adopsi. b. Biaya untuk dukungan, downtime, dan pemeliharaan teknologi informasi yang diimplementasikan. c. Masa pengembalian investasi teknologi informasi, baik tangible maupun intangible. d. Peluang bisnis masa depan yang timbul dari teknologi informasi yang baru. 11 2.1.3 Teknologi Informasi 2.1.3.1 Pengertian Teknologi Informasi Menurut Williams,Sawyer,2005 Teknologi Informasi merupakan sebuah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi membantu menghasilkan, memanipulasi, yang menyimpan, mengkomunikasikan, dan atau menyampaikan informasi. Menurut Martin,Brown,DeHayes,Hoffer,Perkins,2005 Teknologi Informasi merupakan kombinasi teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) untuk mengolah dan menyimpan informasi dan teknologi komunikasi untuk melakukan transmisi informasi. Jadi dari pengertian diatas,dapat disimpulkan bahwa Teknologi Informasi adalah bentuk umum yang menggambarkan setiap teknologi yang membantu mengolah dan menyimpan informasi untuk melakukan transmisi informasi. 2.1.4 Sistem Informasi 2.1.4.1 Pengertian Sistem Informasi Menurut O’Brien (2005, h.5) yang diterjemahkan oleh Fitriasari dan Kwary “Sistem Informasi” merupakan kombinasi teratur apapun dari orang-orang,hardware,software,jaringan,komunikasi,dan 12 sumber daya data yang mengumpulkan,mengubah, dan menyebarkan informasi dalam sebuah organisasi”. Thompson dan Cats-Barill (2003, p.2020) menjelaskan “An Information System (IS) is an integrated,information technology-based system designed to support the operation,management, and desicionmaking functions of an organization”. Definisi tersebut dapat diartikan sebagai sistem informasi adalah sistem terintegrasi,berbasis teknologi informasi yang dirancang operasional,manajemen,dan untuk pembuatan mendukung keputusan dalam fungsi sebuah organisasi. Jadi dari pengertian diatas,dapat disimpulkan bahwa Sistem Informasi adalah sistem yang terintegrasi,berbasis teknologi informasi dengan kombinasi teratur dari hardware,software,jaringan,dan sumber daya data. 2.1.5 Investasi Teknologi Informasi 2.1.5.1 Pengertian Investasi Teknologi Informasi Menurut Fitzpatrick (2005, p28) “An IT investment consis of the total life cycle cost of an entire project or project chunk that involves IT,ibcluding the post-project operating cost of the system that was implemented”. Definisi tersebut dapat diartikan investasi teknologi informasi terdiri dari total biaya life cycle dari seluruh atau sebagian 13 proyej yang melibatkan IT,termasuk biaya operasional setelah proyek dari sistem yang telah diimplementasikan. Menurut Schniederjans dan Hamaker (2004, p.9) “The investment decisions of allocating all types (i.e.,human, monetary,physical) of resources to an MIS”. Definisi tersebut dapat dijelaskan investasi teknologi adalah suatu keputusan investasi dalam mengalokasikan semua jenis sumber daya (termasuk manusian dan uang) untuk manajemen sistem informasi. Jadi dapat disimpulkan bahwa investasi TI adalah keputusan yang diambil organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut mencapai nilai apa yang diharapkan. 2.1.6 Tujuan dan Manfaat Investasi Teknologi Informasi 2.1.6.1 Tujuan Investasi Teknologi Informasi: Menurut Indrajit (2004, h.30 – h.32) tujuan Teknologi Informasi adalah: a. Kategori pertama adalah kaarena alasan kelangsungan hidup perusahaan atau bisnis itu sendiri, dalam arti kata adalah bahwa perusahaan melihat bahwa keberadaan teknologi informasi di dalam bisnis terkait sifatnya adalah mutlak. Contohnya adalah perusahaan semacam bank retail, hotel kelas 14 atas (bintang lima), transportasi penerbangan dan lain sebagainya yang “tidak mungkin” dapat bertahan lama dalam ketatnya persaingan bisnis tanpa diperlengkapi oleh teknologi informasi. b. Kategori kedua adalah perusahaan yang hendak melakukan investasi karena alasan ingin memperbaiki efisiensi. Diharapkan dengan diimplemetasikannya teknologi informasi dalam sejumlah bidang atau aktivitas tertentu,maka akan dilakukan proses reduksi atau optimalisasi terhadap alokasi beragam sumber daya perusahaan, seperti manusia, waktu, biaya, material, dan asset dan lain sebagainnya. c. Kategori ketiga adalah tujuan investasi untuk memperbaiki efektivitas usaha, dalam arti kata melakukan apa yang diistilahkan sebagai do the right thing. Contoh penerapan aplikasi teknologi informasi terkait dengan hal ini adalah menerapkan sistem pengambilan keputusan (Decision Support System), membangun data warehause untuk keperluan business intelligence, mengembangkan situs electronic commeree, dan lain sebagainya. d. Kategori keempat adalah keinginan perusahaan untuk mendapatkan suatu loncatan keunggulan kompetitif (competitive advantage leap) agar dapat meninggalkan para pesaing bisnisnya 15 dengan mengembangkan teknologi yang perusahaan lain belum dimiliki. e. Kategori terakhir adalah suatu bentuk investasi yang dilatarbelakangi oleh peranan teknologi informasi sebagai salah satu perangkat infrastruktur yang tidak dapat dihindari keberadaannya bagi sebuah perusahaan di era global ini. 2.1.6.2 Manfaat Investasi Teknologi Informasi: Menurut Indrajit (2004, h.41) manfaat Teknologi Informasi adalah: a. Mereduksi biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (cost displacement). b. Menghindari biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan (cost avoidance). c. Memperbaiki kualitas keputusan yang diambil (decision analysis). d. Menghasilkan dampak positif yang akan diperoleh perusahaan (impact analysis) 16 2.1.7 Tangible dan Intangible 2.1.7.1 Manfaat Tangible dan Intangible Manfaat Berwujud (tangible benefit) Manfaat penerapan sistem informasi dapat dilihat pergerakannya melalui pendapatan yang diraih serta biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Indikator dari keberhasilan/manfaat yang berdampak pada peningkatan pendapatan adalah meningkatnya penjualan dalam pasar yang sudah ada serta perluasan ke pasar yang baru. Sistem informasi yang baik dapat digunakan tidak hanya untuk penyimpanan data secara elektronik saja tetapi harus mampu mendukung proses analisis yang diperlukan oleh manajemen. Sehingga dengan dukungan sistem informasi yang baik maka dapat diperoleh informasi yang akurat, terpercaya, mutakhir dan mudah diakses mengenai kondisi penjualan perusahaan. Dengan adanya laporan yang tersaji dengan cepat dan setiap saat dapat diakses tersebut maka keputusan-keputusan yang diambil pun dapat lebih cepat dan presisi terhadap dinamika pasar yang ada. Dari sisi pengurangan biaya dapat dilakukan analisis faktual atas pengurangan jumlah sumber daya manusia yang dilibatkan dalam bisnis, pengurangan biaya operasional seperti pasokan maupun overhead, pengurangan barang/material dalam stok gudang, pengurangan biaya pemeliharaan dan penyediaan perlengkapan yang tidak terlalu mahal. Contoh dari pengurangan jumlah sumber daya manusia adalah dalam proses 17 pencatatan transaksi keuangan. Jika sebelumnya proses di akunting harus dikelola minimalnya oleh lima orang maka dengan implementasi SIA (sistem informasi akuntansi) yang baik cukup dikerjakan oleh satu orang saja. Hal ini disebabkan dengan SIA yang terintegrasi maka setiap proses pembukuan dapat diproses langsung dari masing-masing bagian terkait tanpa harus melalui proses pengisian ulang data. Selain itu secara otomatis dengan penerapan SIA maka laporan-laporan keuangan dapat disajikan berdasarkan data-data transaksi tersebut tanpa re-entry. Manfaat Tak Berwujud (intangible benefit) Dengan sifatnya yang tidak berwujud, manfaat-manfaat ini seringkali terabaikan atau tidak terdeteksi. Padahal manfaat tak berwujud inilah yang sering menjadi titik kritis pada jalannya roda bisnis sebuah perusahaan, yaitu: 1. Peningkatan kepuasan konsumen Apabila Anda datang ke sebuah toko swalayan, toko mana yang kira-kira akan Anda pilih sebagai tempat berbelanja, toko yang waktu antrian di kasirnya lebih singkat atau sebaliknya? Tentunya Anda akan memilih yang waktu antriannya paling singkat sekalipun mungkin harus membayar sedikit lebih mahal dibandingkan dengan toko kedua. Ternyata toko pertama sudah menerapkan sistem informasi penjualannya yang lebih cepat dalam pemrosesan dan kemudahan pemasukan datanya. 2. Peningkatan kepuasan karyawan 18 Dalam operasional bisnis sehari-hari seringkali muncul dari pihak karyawan yang merasa haknya tidak terpenuhi seperti misalkan insentif lemburnya. Ternyata hal ini terjadi akibat kesalahan perhitungan pihak manajemen yang masih melakukannya secara manual atau dengan sistem pemasukan ulang data. Padahal jika misalkan perusahaan menyediakan sistem absensi yang terintegrasi dalam sistem informasi kepegawaian dan SIA maka secara otomatis dapat dibuat laporan insenstif yang lebih akurat dan benar. 3. Peningkatan mutu dan jumlah informasi Dengan lengkapnya informasi yang dimiliki perusahaan, maka pihak manajemen akan bertindak lebih responsif terhadap perubahan dan tren di masa depan. Penerapan sistem informasi yang baik tentunya akan menghasilkan laporan-laporan hasil kompilasi data yang dikelola oleh database yang berkualitas serta menyeluruh. Hal tersebut dapat diwujudkan karena setiap proses pembuatan laporan tersebut dieksekusi secara otomatis oleh mesin komputer. 4. Peningkatan mutu dan jumlah keputusan manajemen Setiap pengambilan keputusan oleh pihak manajemen sangat bergantung kepada informasi yang mendukung keputusan tersebut. Hal tersebut hanya dapat terwujud jika sistem informasi dapat menyajikan informasi yang relevan, akurat, terkini dan dapat diambil setiap saat. 5. Peningkatan efisiensi dan keluwesan operasional 19 Dengan peningkatan efisiensi serta keluwesan operasional maka akan semakin rendah biaya yang harus dikeluarkan perusahaan untuk operasional. Hal tersebut dapat dicapai karena dipangkasnya rantai birokrasi dalam perusahaan setelah implementasi sistem informasi yang baik. 6. Peningkatan mutu komunikasi internal dan eksternal Penerapan sistem informasi yang baik menyebabkan setiap pihak baik di dalam maupun di luar perusahaan dapat bertukar informasi secara lebih efektif dan efisien.. 7. Peningkatan mutu pengendalian dan pengawasan Dengan sistem informasi yang didesain serta dipelihara dengan baik maka setiap aktivitas di dalam lingkungan bisnis dapat terus-menerus dipantau yang akan menyebabkan peningkatan pengendalian atas setiap prosedur dan kegiatan yang terjadi di dalam perusahaan. 2.2 Metode Cost Benefit Analysis 2.2.1 Pengertian Metode Cost Benefit Analysis Menurut Schniederjans, Hamaker, dan Schnierderjans (2008, p140), Cost Benefit Analysis adalah suatu teknik yang melibatkan identifikasi biaya dan manfaat untuk setiap alternatif investasi, diskon biaya dan manfaat pada masa ini dan memilih alternatif terbaik menurut kriteria spesifik. Cost Benefit Analysis dapat digunakan untuk evaluasi exante (sebelum analisis proyek), ex-post (setelah analisis proyek), dan medias res (analisis yang sedang berjalan). 20 2.2.2 Langkah-Langkah Metode Cost Benefit Analysis Define Problem Identify Cost and Benefits Quantify Costs and Benefits Compare Alternatives Perform Sensitivity Gambar 2.2 Langkah-Langkah Cost Benefit Analysis Sumber: Buku Information Technology Investment a) Define Problem “Defining the problem is extremely in any type of decision-making, including IT investment decision-making. Analyzing the problem and defining is the only way to allow for the appropriate alternative solutions to be generated. problem definition involves an in depth analysis of the situation, investigating the needs and requirements of an information 21 technology After analysis, the problem may be defined and alternative solution may be identified. possible objectives for an information technology investment may be improved customer service, enhanced inventory control, or better information. a welldefined problem also includes a plan to attain the objectives.” Mendefinisikan masalah dalam setiap jenis pengambilan keputusan, termasuk investasi teknologi informasi pengambilan keputusan. Menganalisis masalah dan mendefinisikan satusatunya cara untuk memungkin solusi alternative yang tepat yang akan dihasilkan. Definisi masalah melibatkan analisis mendalam dalam situasi, menyelidiki kebutuhan dan persyaratan dari suatu teknologi informasi. Setelah analisis, masalah dapat diidentifikasi dan solusi alterntif dapat diidentifikasi. Masalah didefinisikan dengan baik termasuk spesifikasi tujuan untuk investasi teknologi informasi dan rencana untuk mencapai tujuan-tujuan. Tujuan memungkinkan investasi teknologi informasi dapat ditingkatkan layanan pelanggan, pengendalian persedian disempurnakan, atau inforamsi yang lebih baik. Masalah yang didefinisikan dengan baik juga mencangkup rencana untuk mencapai tujuan. b) Identification and Quantification of Cost and Benefit 22 “Once the problem has been defined and appropriate alternatives have been identified, the next stage in the analysis is to identify all relevant costs and benefits. recognizing the relevant effects of an information technology investment may be one of the most challenging stages of cost or benefit analysis. an thorough investigation should be undertaken to identify all relevant effects of an information technology, whether positive or negative, and to assign a dollar value to those effects.” Diterjemahkan sebagi berikut, setelah masalah didefinisikan dan alternative yang sesuai. telah diidentifikasi, tahap berikutnya dalam analisis ini adalah untuk mengidentifikasi semua biaya yang relevan dan manfaat. Mengakui efek yang relevan dari sebuah investasi teknologi informasi dapat menjadi salah satu tahapan yang paling menantang Penyelidikan dari biaya menyeluruh atau harus manfaat dilakukan analisis. untuk mengidentifikasi semua efek yang relevan dari suatu teknologi informasi, baik positif atau negative, dan untuk menetapkan nilai dolar untuk efek-efek. c) Compare Alternative once all costs and benefit have been identified and quantified into a common unit of measure, the alternatives are 23 then compared to one another based on a common criterion. but before comparison can be made, the costs and benefits that occur in subqsequent time periods are often discounted back to today's dollars. in some instances, aggregate costs and benefits are compared without considering the time value of money;however, it is recommended that cash flows be discounted to account for this factor. Diterjemahkan sebagai berikut, sekali semua biaya dan manfaat telah diidentifikasi dan dikuantifikasi menjadi unit umum dari ukuran, alternative ini kemudian dibandingkan satu sama lain berdasarkan criteria umum. Tapi sebelum dapat dibuat perbandingan, biaya dan manfaat yang terjadi dalam periode waktu berikutnya sering diskon untuk memperhitungkan faktor ini. dalam beberapa kasus, biaya dan manfaat agregat dibandingkan tanpa mempertimbangkan nilai waktu dari uang, namun disarankan bahwa arus kas didiskontokan untuk memperhitungkan faktor ini d) Perform Sensitivity Analysis Sensitivity analysis is defined as determining the reliability of the decision generated from a cost/benefit analysis. In cost/benefit analysis having the actual values of 24 every cost and benefit associated with alternative investments would be ideal. If these values were known for certain, there would no be error. However, the values of the costs and benefits, especially those intangibles ones, are only estimates of the true value and thus are associated with some amount of error. Performing a sensitivity analysis is one way to determine the degree of error in the estimates. Diterjemahkan sebagai berikut, analisis sensitivitas didefinisikan sebagai menentukan keandalan dari keputusan yang dihasilkan dari analisis biaya/manfaat. Analisa biaya / manfaat memiliki nilai yang sebenarnya dari setiap biaya dan manfaat yang terkait dengan investasi alternatif yang akan ideal. Jika nilai-nilai ini diketahui secara pasti, tidak akan ada kesalahan. Namun, nilai-nilai biaya dan manfaat, terutama mereka yang tidak berwujud, hanya estimasi dari nilai benar dan dengan demikian terkait dengan beberapa jumlah kesalahan. Melakukan analisis sensitivitas adalah salah satu cara untuk menentukan tingkat kesalahan dalam perkiraan. 25 2.2.3 Payback Period 2.2.3.1 Pengertian Payback Period Schniederjans, Hamaker, dan Schnierderjans (2008, p88), payback period methodology is the amount of time required to recover the cost of the initial investment. Definisinya adalah periode atau perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk menutup biaya investasi awal teknologi informasi. Suatu investasi teknologi informasi dapat dikatakan layak bila waktu yang dibutuhkan agar biaya investasi awal tertutup tersebut semakin singkat atau cepat. Menurut Garisson (Garrisson dan Noreen, 2003, p653), metode payback period merupakan jangka waktu beberapa tahun yang dibutuhkan untuk sebuah proyek untuk mengembalikan biaya awal yang dikeluarkan dari penerimaan kas yang dibuat, atau bisa juga disebut sebagai “waktu yang dibutuhkan sebuah investasi untuk membayar invesatsi tersebut”. Dasar pikiran dari metode payback period ini adalah semakin cepat biaya investasi dapat dikembalikan, semakin cepat titik balik keuntungan bagi perusahaan. Jadi dari kesimpulan diatas Payback Period adalah periode atau perhitungan waktu yang dibutuhkan untuk menutup biaya investasi awal teknologi informasi yang dikeluarkan dari 26 penerimaan kas yang dibuat, atau bisa juga disebut sebagai “waktu yang dibutuhkan sebuah investasi untuk membayar invesatsi tersebut”. Rumus: Apabila arus kas masuk dari proyek investasi sama setiap tahun, maka menggunakan rumus: Payback Period = Initial Investment Cash Flow x 1 tahun Apabila arus kas masuk dari proyek investasi berbeda setiap tahun, maka menggunakan rumus: Payback Period = n + Dimana: 27 a-b x 1 tahun c-b n = tahun terakhir dimana arus kas masuk masih belum bias menutupi investasi awal a = jumlah investasi awal b = jumlah arus kas masuk kumulatif pada tahun ke-n c = jumlah arus kas masuk kumulatif pada tahun ke – (n+1) 2.3.2.2 Kebaikan dan Kelemahan Payback Period Keunggulan dari metode payback period : 1. Perhitungan yang mudah dan sederhana. Kita bisa menentukan lamanya waktu pengembalian dana investasi. 2. Bisa digunakan sebagai alat pertimbangan resiko. Karena semakin pendek payback period-nya maka semakin pendek pula resiko kerugiannya. 3. Dapat pula digunakan untuk menbandingkan dua proyek yang memiliki resiko dan rate of return yang sama. Dengan cara melihat jangka waktu pengembaliaan investasi (payback period) apabila payback period-nya lebih pendek maka itulah yang dipilih. Kelemahan dari metode payback period : 1. Tidak menghitung time value of money (nilai waktu akan uang). 28 2. Tidak memperdulikan arus kas masuk yang diperoleh setelah payback period. 3. Tidak memperhatikan keuntungan yang diperoleh setelah payback period. 4. Biasa untuk proyek-proyek berjangka panjang, seperti penelitian dan pengembangan dan proyek-proyek baru. Untuk mengatasi kelemahan itu maka muncul metode kedua yakni Discounted Payback Period. Pada prinsipnya metode pengembalian dengan diskonto ini sama dengan metode periode pengembalian yang sebelumnya, hanya saja untuk menentukan periode pengembaliannya tidak menggunakan aliran kas bersih yang telah didiskontokan atau aliran kas bersih yang telah dinilai sekarangkan (Present Value). Periode pengembalian yang didiskontokan ini dapat diartikan identik dengan titik impas (break even) dalam arti bahwa pada tahun tersebut sebenarnya proyek telah menghasilkan keuntungan (return) sebesar tingkat diskonto atau biaya modalnya. Sedangkan periode pengembalian biasa tidak memperhitungkan keuntungan atau biaya modal yang digunakan. Meskipun metode ini memiliki kelemahan, tetapi umumnya digunakan untuk pelengkap metode lain. 29 2.2.4 Net Present Value (NPV) 2.2.4.1 Pengertian Net Present Value (NPV) Menurut Schniederjans (2010, p. 123) “Net present value is the present value of cash flow minus the initial investment cost”. Definisi tersebut dapat diartikan net present value adalah present value dari arus kas dikurangi biaya investasi awal. Suatu teknikk analisis yang membandingkan biaya dan manfaat annual discounted dari solusi alternatif. Net Present Value dapat dihitung sebagai berikut: Rumus: Net Present Value = B0 - C0 (1 + r) 0 + B1 - C1 + + (1 + r)……………… 1 Dimana: B0 = benefit atau keuntungan tahun awal investasi C0 = cost atau biaya tahun awal investasi Bn = benefit atau keuntungan tahun akhir investasi Cn = cost atau biaya tahun akhir investasi R = tingkat diskonto N = tahun terakhir 30 Bn - Cn (1 + r) n 2.2.5 Return On Investment 2.2.5.1 Pengertian Return On Investment Teknik analisis ROI membandingkan keuntungan seumur hidup pada solusi atau proyek alternatif. ROI untuk proyek adalah tingkat persentase yang mengukur hubungan antara jumlah yang didapat kembali bisnsi tersebut dari sebuah investasi dan jumlah yang diinvestasikan. Menurut Schniederjans dan Hamaker ( 2008, p125 ) ROI adalah another technique traditionally used in capital budgeting decisions where the rate of return of an investment is compared to the opportunity cost of capitalanother technique traditionally used in capital budgeting decisions where the rate of return of an investment is compared to the opportunity cost of capital. Diterjemahkan sebagai berikut, teknik lain yang biasanya digunakan dalam membuat rencana anggaran modal dimana tingkat pengembalian investasi dibandingkan dengan biaya peluang dan modal. Rumus: ROI = Average annual operating cash flow Net investment 1. Jika ROI > 1, maka lakukan investasi. 2. Jika ROI ≤ 1, maka jangan lakukan investasi. 31 2.2.6 Profitability Index 2.2.6.1 Pengertian Profitability Index Merupakan perbandingan nilai sekarang aliran kas masuk pada masa yang akan datang dengan nilai investasi. Secara umum apabila metode NPV dan PI dipakai untuk menilai suatu usulan investasi, maka hasilnya akan selalu konsisten. Dengan kata lain, kalau NPV mengatakan diterima, maka PI juga mengatakan diterima. Demikian pula sebaliknya. Sehingga untuk menghitung PI harus terlebih dahulu menghitung NPV dan ada beberapa kasus lain, dimana setelah perhitungan PI belum dapat mengambil keputusan sebelum dikembalikan ke metode NPV. Rumus: Profitability Index = Total NPV + Investasi Awal Investasi Awal 32