Tatap Muka 6. Anna.Psi.Kli.2017 Tujuan Instruksional Umum Setelah selesai kuliah ini mahasiswa mampu memahami klasifikasi tingkah laku abnormal bagi seseorang. Tujuan Instruksional Khusus Setelah selesai kuliah ini mahasiswa mampu : Mengetahui jenis klasifikasi tingkah laku abnormal; Memahami klasifikasi psikologis; Memahami klasifikasi fisiologis; Memahami klasifikasi etiologis; Memahami klasifikasi simtomatologis; Memahami klasifikasi mutakhir; Mengklasifikasi gangguan tingkah laku kedalam Axis 1, 2, 3, 4, dan Axis 5. Klasifikasi TL Abnormal Klasifikasi tingkah laku abnormal dan gangguan jiwa berubah dari waktu ke waktu . Klasifikasi merupakan pemberian suatu nama, label atau diagnosis nosologis atau penentuan penyebab penyakit, bagi suatu pola tingkah laku abnormal yang disepakati bersama secara profesional. Jenis Klasifikasi Gangguan Jiwa : Klasifikasi Psikologis Klasifikasi Fisiologis Klasifikasi Etiologis Klasifikasi Simtomatologis Klasifikasi Mutakhir Klasifikasi Psikologis Didasarkan secara apriori atas letak dominasi gangguan pada fungsi-fungsi psikologis. Linneaus membedakan ant gangguan2 dalam ide, imajinasi dan emosi (pathetics). Arnold membedakan antara gangguan ‘ideal’ dan ‘notional’ atau dalam fungsi persepsi dan imajinasi, serta gangguan dlm bid konseptual at pemikiran. Pritchard membedakan antara ‘moral insanity’ dan ‘intelectual insanity’. Klasifikasi Psikologis . . . (2) Heinroth membedakan antara gangguan dalam pengertian, gangguan dalam kehendak, dan gangguan campuran. Bucknill & Tuke membedakan antara gangguan intelek dan gangguan afektif (emosi) yang dibagi menjadi gangguan afektif moral & afektif animal. Ziehen membedakan antara gangguan tanpa efek atau kerusakan intelektual, dan gangguan dengan efek intelektual baik dari lahir, juga yang diperoleh kemudian.. Klasifikasi Fisiologis Klasifikasi didasarkan atas asumsi bahwa proses2 mental memiliki dasar faali/ fisiologis. Kesulitan klasifikasi ini adalah belum jelasnya proses & lokasi fisiologi dr proses2 mental normal Tuke kemukakan pembagian gangguan fungsi sensorik, fungsi motorik, dan ide, yaitu: Gangguan fungsi sensorik spt halusinasi, Gangguan fungsi motorik spt kelumpuhan/ paralysis, Gangguan fungsi ide spt demensia. Klasifikasi Fisiologis lanjutan Maynart membagi kelainan TL menurut 3 penyebab faali, yt * Perubahan anatomis, * Gangguan gizi, * Intoksikasi atau keracunan. Gangguan gizi dapat mengakibatkan rangsangan atau gangguan di daerah kortikal ex, mania, delusi; gangguan di daerah subkortikal ex, delusi & halusinasi; gangguan di pusat subkortikal vaskular, ex, epilepsi. Wernicke membuat asumsi2 psikofisiologis, bahwa * Tiap isi kesadaran tergantung pd sperangkat elemen saraf ttt. * Seseorang mengalami gangguan jiwa mungkin mengalami interupsi / hambatan, atau terlalu peka pada asosiasi psikosensoris, intrapsikis atau psikomotor. Klasifikasi Fisiologis lanjutan Gangguan ini diberi nama : * di bidang psikosensorik ada gangguan anesthesia / tidak ada rasa, hyperestesia / rasa berlebihan & paraesthesia / rasa yang tidak tepat; * di bidang intrapsikis : ada gangguan afunction / tidak berfungsi, hyperfunction / fungsi berlebihan & parafunction / salah fungsi; * di bidang psikomotor : ada gangguan akinesis / tak ada gerakan, hyperkinesis / gerakan berlebihan & parakinesis / gerakan salah. Klasifikasi Etiologis Didasarkan atas sebab2 yang menyebabkan gangguan jiwa,Yacobi,1890 Contoh : * Orang panas sangat tinggi sp otaknya terganggu. Akibatnya orang tsb menunjukkan kelainan dalam tingkah laku atau sifat-sifat. * Bbrp wanita pd masa2 sebelum menstruasi mengalami perubahan emosi sehingga berTL aneh, spt - suasana hati menjadi sensitif, - merasa sedih, senang brdiri didekat sumur - punya keinginan untuk membunuh, dll. Klasifikasi Etiologis lanjutan * Skae. 1956 Dlm tiap gangguan fisik spt gangguan ovarium dll, ada suatu gambaran mengenai gangguan jiwa yang berhubungan dengannya. Morel, 1860 Hereditary & toxic insanity ad penyakit jiwa (insanity) yang disebabkan oleh faktor2 herediter & keracunan Klasifikasi Etiologis lanjutan Klasifikasi dari Inggris, mengusulkan Pengelompokkan gangguan jiwa dalam 2 dimensi : - dimensi berdasarkan nama gangguan / penyakitnya - dimensi berdasarkan penyebabnya. Berdasarkan namanya : - Oligophrenia - Neurosis dan Psikoneurosis - Psikosis Schizophrenia- Konstitusi Psikopatik Psikosis Afektif - Keadaan Kacau (Confusional States) - Psikosis Epileptik - Kelumpuhan Umum - Psikosis lain yang berkaitan dengan penyakit otak - Dementia - Tak tergolongkan Henderson dkk, mengkritik sistem klasifikasi ini karena tidak adanya landasan yang sama bagi psikosis schizophrenia dengan keadaan kacau. Klasifikasi Simtomatologis Adalah mencari gejala2 & menyimpulkan jenis gangguan berdasarkan gejala tsb. Metode ini mrpkan metode yang paling penting dalam psikiatri, yang juga sudah mencakup etiologi & menekankan observasi pada simtom yang muncul. * Kahlbaum & Bleuler, 1956. Terdapat asumsi bahwa gejala2 atau simptom-complex yang sifatnya sementara disebabkan oleh penyakit yang mendasarinya sesuai dengan innate disposition yang Klasifikasi Simtomatologis lanjutan Kraeplin, Bleuler, Meyer mengemukakan Kraeplin mengemukakan 3 kategori fungsi psikis, yt : - Stimmung (S) atau emosi, - Denken (D) atau pikiran, & - Handlung (H) atau tindakan . Dlm kondisi normal ada konsistensi ant S-D-H; - Makin terintegrasi S-D-H, maka makin baik kondisi kejiwaan seseorang. Klasifikasi Simtomatologis lanjutan Bleuler memberi kritik terhadap Kraeplin Karena S-D-H ini terlalu dipaksakan untuk menerangkan suatu gejala penyakit secara terarah. Pada waktu itu, usaha2 membuat diagnosis psikiatris belum memuaskan, & mengklasifikasikan pasien ke dalam suatu golongan merupakan suatu kegiatan yang landasannya kurang kokoh. Yang penting bukan diagnosis tetapi mengenali gangguan pasien & memahaminya. Klasifikasi Simtomatologis lanjutan Meyer mengusulkan untuk mencari fakta2, & tidak mengkotak2kan pasien tetapi berusaha mendptkan gambaran mengapa seseorang dapat menjadi spt sekarang via etiologi / penyebab. Di Inggris, via A. Meyer, digunakan istilah ‘reaction type’ sbg pengganti istilah ‘disease’ untuk menunjukkan bahwa gangguan jiwa kadang merupakan reaksi penyesuaian diri. Klasifikasi Simtomatologis lanjutan Pada 1934, WHO menyusun Diagnostic Statistical Manual for Mental Disorders ( DSM I ). Karena ada kekurangan, DSM I diubah menjadi DSM II yang berlaku sampai 1968. Departeman Kesehatan RI memakai DSM II yang diadaptasi untuk Indonesia. DSM II diadaptasi utk Indonesia Retardasi mental Sindroma otak Psikosis yang bertalian dengan kondisi fisik Neurosis Gangguan kepribadian + gangguan nonpsikotik Gangguan psikofisiologis Gejala-gejala khusus Gangguan situasional sementara Gangguan tingkah laku anak + remaja Tiddk ada kelainan psikiatrik tetapi bermasalah & perlu dibantu. Tak tergolongkan Klasifikasi Mutakhir Sekarang ada klasifikasi gangguan jiwa baru, yt Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders atau DSM III dan DSM IV yang dibuat oleh American Psychiatric Association (APA). DSM III & DSM IV dasar klasifikasi ggg jiwa diperluas. Semula 1 dimensi,yt dimensi Simtom Klinis dlm Axis I. Kini DSM IV memperhatikan 5 dimensi yt : * Axis I Clinical Disorders at Gangguan Klinis * Axis II Personality Disorders at Gangguan Kepribadian, * Axis III General Medical Conditions, * Axis IV Psychosocial and Environment Problem, & * Axis V Global Assessment of Functioning. Kuis Jawablah pertanyaan berikut ini : 1. Jelaskan jenis klasifikasi tingkah laku abnormal yang Sdr ketahui ! 2. Apa yang dimaksud dg klasifikasi psikologis ? 3. Apa yang dimaksud dg klasifikasi fisiologis ? 4. Apa yang dimaksud dg klasifikasi etiologis ? 5. Apa yang dimaksud dg klasifikasi simtomatologis ? 6. Apa yang dimaksud dg klasifikasi mutakhir ? 7. Berapa dimensikan dasar klasifikasi gangguan jiwa dalam DSM IV ? Sebutkan !