BAB II PEMBAHASAN A. DEFENISI Osteomielitis ialah suatu istilah yang digunakan dan merupakan suatu infeksi tulang.2 Osteomilitis adalah suatu proses inflamasi akut maupun kronik pada tulang dan struktur disekitarnya yang disebabkan oleh organisme pyogenik .3 B. ETIOLOGI Faktor predisposisi untuk osteomielitis hematogen akut terutama mengenai bayi dan anak-anak, jenis kelamin lebih sering pada laki laki dari pada wanita dengan perbandingan 4 : 1, faktor predisposisi yang paling banyak ialah trauma, jadi hematom akibat trauma pada daerah metafisis, dikarenakan osteomielitis hematogen akut sering terjadi pada daerah metafisis karena daerah ini merupakan daerah aktif tempat terjadinya pertumbuhan tulang, salah satu faktor yang lain ialah nutrisi dimana lingkungan dan imunitas yang buruk serta adanya fokus infeksi sebelumnya (seperti bisul, tonsilitis)..3 Pada dasarnya semua jenis organisme, termasuk virus, parasit, jamur dan bakteri dapat menghasilkan osteomielitis, tetapi paling sering di sebabkan oleh bakteri piogenik tertentu. Penyebab osteomielitis piogenik adalah kuman staphylococcus aureus.2 dan juga yang lainnya seperti escherichia coli, pseudomonas, dan klebsiella. Pada periode neonatal, haemophilus influenzae dan kelompok B streptokokus seringkali bersifat patogen.3 Adapun faktor predisposisi tentang osteomielitis yang mana merupakan komplikasi yang paling ditakutkan dari penyakit DFI (diabetic foot infection). Jadi suatu penyakit diabetis dengan luka yang kronik yang lebih dari 4 minggu, dengan diameter luka lebih dari 2 cm dan kedalaman luka lebih dari 3 cm merupakan suatu faktor predisposisi yang dapat meningkatkan terjadinyan osteomielitis.1 C. PATOGENESIS Osteomielitis selalu di mulai dari daerah metafisis karena pada daerah tersebut peredaran darahnya lambat dan banyak mengandung sinusoid – sinusoid. Diperkirakan bahwa end artery dari pembuluh darah yang menutrisinya bermuara pada vena vena sinusoidal yang berukuran jauh lebih besar, sehingga menyebabkan terjadinya aliran darah yang lambat dan bertubulensi pada tempat ini. Kondisi ini mempredisposisikan bakteri untuk berimigrasi melalui celah pada endotel dan melekat pada matrik tulang. Selain itu rendahnya tekanan oksigen pada daerah ini juga akan menurunkan aktifitas fagositik dari sel darah putih.6 Teori terjadinya infeksi pada daerah metafisis yaitu: Teori vaskuler Pembuluh darah pada daerah metafisis berkelok-kelok dan membentuk sinussinus sehingga menyebabkan aliran darah menjadi lambat. Aliran darah yang lambat pada daerah ini memudahkan bakteri berkembang biak. 6 Teori fagositosis Daerah metafisis merupakan daerah pembentukan sistem retikulo endotelial. Bila terjadi infeksi, bakteri akan di fagosit oleh sel sel fagosit matur di tempat ini. Meskipun demikian di daerah ini terdapat sel sel fagosit imatur yang tidak dapat memfagosit bakteri sehingga beberapa bakteri tidak di fagosit dan berkembang biak di daerah ini.6 Teori trauma Bila trauma artifisial dilakukan pada binatang percobaan maka akan terjadi hematoma pada daerah lempeng epifis. Dengan penyuntikan bakteri secara intravena, akan terajadi bakteri pada daerah hematom tersebut.6 C.1 Penyebaran dapat terjadi : Menurut teori ada 2 cara penyebaran yaitu bakteremia dari suatu fokus aktif infeksi jaringan lunak (sperti : furunkel, infeksi saluran respirasi bagian atas, infeksi saluran kemih) yang mana dapat menyebabkan inokulasi bakteri pada tulang dan berkembang menjadi abses, mekanisme tersebut dinamakan osteomielitis endogen. Selain itu terdapat penyebaran tersering, yang mana bakteri mencapai tulang dari lingkungan luar melalui penetrasi luka, fraktur terbuka atau tindakan bedah, Jalur infeksi ini dinamakan osteomielitis eksogen.2 D. KLASIFIKASI OSTEOMIELITIS Beberapa sistem klasifikasi telah digunakan untuk mendiskripsikan osteomielitis. Sistem tradisional membagi infeksi tulang menurut durasi dan timbulnya gejala : akut, sub akut, dan kronik. Osteomielitis akut di definisikan dengan adanya onset penyakit dalam 7 – 14 hari. Infeksi akut umumnya berhubungan dengan proses hematogen pada anak. Namun pada dewasa juga dapat berkembang infeksi hematogen akut khususnya setelah pemasangan prothesa dan sebagainya. Durasi dari osteomielitis subakut adalah antara 14 sampai 3 bulan. Sedangkan osteomiolitis kronik merupakan infeksi tulang yang perjalan klinisnya terjadi lebih dari 3 bulan. Kondisi ini berhubungan dengan adanya nekrosis tulang pada episentral yang disebut sekuester yang dibungkus involukrum.5 D. 1 Osteomielitis hematogenik akut Osteomielitis akut merupakan infeksi tulang dan sumsum tulang akut yang disebabkan oleh bakteri piogen yang mana berasal dari fokus tempat lain.2,3 Secra klinis penderita memiliki gejala dan tanda dari inflamasi akut. Nyeri biasanya terlokalisir meskipun bisa juga menjalar ke bagian tubuh lain di dekatnya. Sebagai contoh, apabila penderita mengeluhkan nyeri lutut maka sendi panggul juga harus dievalusi akan adanya arthritis. Penderita biasanya akan menghindari menggunakan bagian tubuh yang terkena infeksi.5 Pada pemeriksaan biasanya ditemukan nyeri tekan lokasi dan pergerakan sendi yang terbatas, namun oedem dan kemerahan jarang ditemukan. Dapat pula disertai gejala sistemik seperti demam, mengigil, letargi dan nafsu makan menurun pada anak. D. 2. Osteomielitis Subakut Infeksi sub akut biasanya berhubungan dengan pasien pediatrik. Infeksi ini biasanya disebabkan oleh organisme dengan virulensi rendah dan tidak memiliki gejala. Osteomielitis subakut memiliki gambaran radiologis yang merupakan kombinasi dari gambaran akut dan kronis. Seperti osteomielitis akut, maka ditemukan adanya zona sirkumfrensial dan elevasi periosteal dan jika seperti osteomielitis kronik ditemukan adanya zona sirkumfrensial tulang yang sklerotik.5 D. 3. Osteomielitis Kronis Merupakan hasil dari osteomielitis akut dan subakut yang tidak diobati. Kondisi ini dapat sering terjadi secara hematogen, iatrogenik, atau akibat trauma tembus.5 E. Gejala Klinik Osteomielitis primer dapat dibagi menjadi osteomielitis akut dan kronik. Fase akut ialah fase sejak terjadinya infeksi sampai 10 – 15 hari. Pada fase ini tampak sangat sakit, panas tinggi, pembengkakan dan gangguan fungsi anggota gerak yang terkena. Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan laju endap darah yang meninggi dan lekositosis, sedang gambaran radiologik tidak menunjukan kelaianan pada fase hemtogen akut. Pada osteomiolitis kronik biasanya rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena merah dan bengkak atau disertai terjadinya fistel ( adanya cairan yang keluar dari luka). Pemeriksaan radiologik ditemukan suatu involukrum dan sequester.5 F. PEMERIKSAAN PENUNJANG F. 1. Pemeriksaan darah lengkap Pada pemeriksaan darah untuk osteomielitis hemtogen akut Jumlah leukosit meningkat disertai LED yang meningkat.untuk osteomielitis sub akut leukosit umumnya normal. Tetapi LED meningkat, jadi pada fase akut ditemukan peningkatan dramatis dari CRP dan LED dan leukosit. Untuk osteomielitis kronik juga di dapatkan leukositosis serta LED yang meningkat.5 F. 2. Kultur Kultur dari luka superfisialis atau saluran sinus sering tidak berkolerasi dengan bakteri yang menyebabkan osteomielitis. Berdasarkan teori jaringan sekitar tak dapat mewakili penyebab utama infeksi tulang pada osteomielitis.1 Darah hasil kultur positif pada sekitar 50 % pasien dengan osteomielitis hematogen. Kultur tulang dari biopsi atau aspirasi memiliki hasil diagnostik sekitar 77 % pada semua studi.2,5 F. 3. Radiografi. Tanda awal yang terlihat pada foto adalah pembengkakan jaringan lunak dan kerusakan jaringan yang berdekatan dengan fokus infeksi tulang yang muncul sesudah 3 hari. Reaksi periosteum dan destruksi tulang di deteksi sebagai lubang / titik ( pola penetrasi ) di dalm tulang yang muncul 10 hari. Korteks yang mengalami nekrotik membentuk sekuestra yang merupakan debris tulang yang lepas dari tulang hidup. Tulang yang mati merupakan biakan untuk infeksi. Pada nekrosis tulang, terjadi usaha penyembuhan dan pembentukan tulang baru dari periosteum ( involukrum ). Pada fase kronik abses lokal membentuk dinding di dalam tulang. Abses ini disebut abses brodi. Tampak sebagai banyangan dengan tepi sklerotik.8 Gambar 1. Gambaran Radiologi9 lusen lokal di dalam metafisis Gambar 2. Gambaran Involukurum9 Gambar. 3. Gambaran Radiologi Abses Brodi9 F. 4. CT SCAN Dengan potongan koronal dan sagital berguna untuk mengidentifikasi sequestra pada osteomielitis kronik. Sequestra akan tampak lebih radiodense di banding involukrum disekelilingnya. F. 5. Ultrasonografi Teknik ini menjanjikan terutama pada anak dengan osteomielitis akut. Ultrasonografi dapat menunjukan perubahan sejak 1 – 2 hari setelah timbulnya gejala. Kelainan termasuk abses jaringan lunak atau kumpulan cairan elevasi periosteal.5 G. KOMPLIKASI G. 1. Kematian tulang ( osteonekrosis ) Infeksi pada tulang dapat menghambat sirkulasi darah daka tulang, menyebabkan kematian tulang. Jika terjadi nekrosis pada daerah yang luas kemungkinan harus di amputasi untuk mencegah terjadinya penyebaran infeksi.5 G. 2. Arthritis septic Dalam beberapa kasus infeksi dalam tulang biasa menyebar ke dalam sendi di dekatnya.5 1. 3. Gangguan pertumbuhan Pada anak anak lokasi pasling sering terajdi osteomielitis adalah pada daerahyang lembut, yang disebut lempeng epifis, di kedua ujung tulang panjang pada lengan dan kaki. Pertumbuhan normal dapat terganggu pada tulnag nyang terinfeksi H. 4. Kanker kulit Jika osteomielitis menyebabkan timbulnya luka terbuak yang menyebabkan keluarnya nanah, maka kulit disekitarnya berisiko tinggi terkena karsinoma sel skuamosa. 5 H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan osteomiolitis ialah : Perawatan di rumah sakit. Terapi suportif osteomielitis meliputi keseimbangan cairan dan elektrolit, koreksi anemia yang terjadi, dan penggunaan antipiretik. Imobilisasi ekstremitas yang terkena. Imobilisasi membuat ekstremitas dapat beristirahat dan menurunkan nyeri dan spasme otot. Pada beberapa kejadian, pemberian antibiotik intravena menghasilkan pebaikan yang dramatis dalam 24 jam. Bagaimanapun, intervensi bedah biasanya diperlukan. Prinsip bedah osteomielitis sama dengan terapi abses pada jaringan lunak dan terdiri dari insisi dan drainase. Antibiotika yang efektif terhadap gram negatif maupun gram positif (broad spectrum) diberikan langsung tanpa menunggu hasil biakan darah, dan di lakukan secara parental selama 3 – 6 minggu. Adapun regimen antibiotik yang telah di teliti sensitivitasnya dalam new england jurnal medicine terhadap beberapa kuman penyebab infeksi, khususnya pada pembahasan ini ialah kuman osteomielitis. Dari beberapa penelitian dengan uji coba yang mana kuman staphylococcus aureus (sensitive methiciline) sangat efektif dengan pilihan pertama untuk regimen pengobatan yaitu dengan penggunaan β lactam dosis tinggi ( nafcillin atau oxacillin 2 gram IV/ 6 jam atau cefazolin 1-2 gram IV setiap 8 jam) atau pengobatan antibiotik alternatif yaitu fluoroquinolone + rifampin ( levofloxacine 750 mg/hari secara oral + rifampin 300 mg/ 12 jam oral ). Pada osteimielitis kronik dilakukan sekuestrektomi dan debridemen. Debridemen berupa pengeluaran jaringan narkotik di dinding ruang sekuester dan di buat drainage.2 Pada beberapa teori menganjurkan terapi antibiotik harus berdasarkan hasil dari pemeriksaan kultur tulang yang di lakukan dan yang terpenting bukan kultur soft tissue jaringan sekitar tempat luka karena hasil kultur itu tidak dapat mewakili bakteri yang menginvasi tulang.1