Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan dan Loyalitas

advertisement
 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tempat tinggal pada dasarnya merupakan wadah bagi manusia atau keluarga
dalam melangsungkan kehidupannya (Maslow, 1954). Perumahan dan pemukiman
merupakan suatu wadah yang dapat memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam hal
tempat tinggal.
Pilihan masyarakat dalam memiliki rumah dapat dilakukan melalui pasar properti.
Terdapat dua jenis pasar dalam pasar properti perumahan yaitu pasar primer dan pasar
sekunder. Pasar primer adalah pasar yang menyediakan rumah baru, jenis ini dipasok
oleh pengembang (developer) baik pengembang swasta maupun pengembang
pemerintah. Pengembang swasta pada saat ini kebanyakan tergabung dalam organisasi
Real Estate Indonesia (REI) sementara kepanjangan tangan pemerintah dalam hal
pembangunan perumahan untuk masyarakat dilaksanakan oleh Perum Perumnas. Pasar
sekunder adalah pasar yang menyediakan peralihan hak kepemilikan rumah telah pakai
atau non baru. Pada saat ini pasar sekunder banyak dibantu oleh jasa para broker atau
agen properti seperti ERA, Colliers, Jardin, Ray White, dan lain sebagainya.
Industri properti yang terus berkembang turut mendorong perkembangan bisnis
agen properti, pada tahun 2011 bisnis properti agen tumbuh sebesar 30% dibandingkan
pada tahun 2010 dan berkembang pesat di kawasan Jabodetabek (Latief, 2011). Jakarta
memiliki perkembangan bisnis properti agen tertinggi diantara kota lainnya. Selain di di Jakarta,
diperkirakan terdapat 600 kantor agen properti yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok, dan
Bekasi baik yang berbendera asing, pun yang berbendera lokal. (Bong, 2012).
Banyaknya bermunculan agen properti mengakibatkan persaingan di bisnis agen
properti ini semakin ketat. Agen-agen tersebut ada yang berasal dari franchise
internasional dan berbadan hukum, ada pula yang bersifat individu sebagai agen individu
profesional, ada yang membentuk satu kelompok agen/broker terdiri dua orang atau
lebih, dan sebagainya. Jumlah agen properti yang terdapat di Bogor saat ini sebanyak 24
agen properti (Tabel 1).
Tabel 1. Agen properti yang terdapat di bogor
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nama Agen
Indohouse
ERA Bogor
Raywhite
Century21 Bogor
Nabindra
Soegali Gading Sakti (SGS)
Andalan Jaya Abadi
Maxwell
Harcourts
L.J. Hooker Bogor
Jardin Indonesia
Colliers Indonesia
Sumber : Observasi, 2012
Produk
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Primary
Primary
Primary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
No
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
Nama Agen
rumah123.com
berniaga.com
tokobagus.com
rumah.com
properti24.com
agenrumah123.com
propertykita.com
rumahdijual.com
griyakita.com
bluehouseproperty.com
rumahdanproperty.com
propertyleader.com
Produk
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
Secondary
McMahan (2006) menyatakan bahwa kebutuhan akan tempat tinggal berbanding
lurus dengan pertumbuhan penduduk. Bogor memiliki jumlah penduduk sebanyak 4.9
juta jiwa dengan laju pertumbuhan 3.9%/tahun (www.jabarprov.go.id, 2011).
Meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Kota dan Kabupaten Bogor tersebut maka
kebutuhan perumahan juga akan meningkat. Peluang bisnis agen properti tetaplah selalu
terbuka sebagai upaya pemenuhan kebutuhan akan tempat tinggal. Berikut adalah jumlah
penduduk Kota dan Kabupaten Bogor periode 2006 – 2010 (Tabel 2).
Tabel 2. Jumlah penduduk kota bogor periode 2006 – 2010
No Tahun
1
2011
2
2010
3
2009
4
2008
5
2007
6
2006
Sumber : Katalog Badan Pusat Statistik (BPS) (diolah)
Jumlah Penduduk (Jiwa)
4 966 621
4 453 927
4 402 026
4 316 236
4 216 186
4 100 934
Bogor merupakan kota strategis yang banyak memiliki kelebihan sehingga sangat
berpotensi sebagai sentra bisnis dan tempat bermukim. Letak Bogor yang dekat dengan
Jakarta, iklim yang sejuk serta fasilitas yang ada seperti pusat perbelanjaan, hotel, rumah
sakit, universitas dan wisata kuliner yang ditawarkan merupakan beberapa kelebihan
tersebut.
Infrastruktur di Kota Bogor juga sudah menunjang untuk dijadikan tempat
berinvestasi dengan adanya tol Jagorawi serta pembangunan jalan tol BORR (bogor outer
ring road) dan rencana pembangunan jalan tol BIRR (bogor inner ring road) yang sangat
membantu penduduk Bogor atau luar Bogor menuju kawasan Jabodetabek dan demikian
juga sebaliknya, dengan dekatnya akses tol tersebut maka perekonomian di Bogor akan
berkembang dengan pesat. Hal ini membuat semakin banyak pengembang-pengembang
yang berlomba untuk mendirikan komplek-komplek pemukiman yang ditujukan untuk
kalangan masyarakat menengah ke atas dan menengah serta menengah ke bawah,
sehingga membuat pertumbuhan properti di Bogor diperkirakan semakin komplit sebagai
kawasan hunian untuk semua lapisan masyarakat (Henny, 2010). Seiring dengan semakin
pesatnya pertumbuhan industri properti di bogor menjadikan peluang bagi agen-agen
properti baik itu yang sudah lama berdiri maupun baru untuk tumbuh atau
mengembangkan bisnis mereka di kota Bogor.
STARhome Property Agent (SHPA) merupakan salah satu agen properti yang
telah berdiri di Bogor. SHPA berusaha menangkap peluang dari berbagai kelebihan yang
dimiliki oleh Kota Bogor untuk menjadi kawasan hunian dengan menawarkan bisnis jasa
berupa agen properti. Pendiri SHPA adalah Ir. Wentaria, beliau melihat peluang tersebut
atas kebutuhan akan properti yang tinggi di Kota maupun Kabupaten Bogor.
Selama tiga tahun SHPA berjalan terdapat permasalahan yaitu rendahnya rata-rata
rasio penutupan (closing rate) yang baru mencapai 22.62% (STARhome Property Agent,
2012), hal ini berimplikasi kepada rendahnya pencapaian kerja pemasaran dengan
penjualan yang tidak pernah mencapai atau melebihi target yang ditetapkan oleh pihak
manajemen (Gambar 1). Hal tersebut menandakan bahwa pelayanan yang diberikan
kepada konsumen prospek belum dapat berjalan dengan baik untuk membuat konsumen
prospek melakukan pembelian. Dabholkar dan Overby (2004) menyatakan bahwa sebuah
penyedia layanan haruslah fokus pada proses pelayanan selain menyediakan pelayanan
yang berkualitas, sehingga kepuasan konsumen dapat terukur secara spesifik. Dalam
bisnis agen properti yang termasuk ke dalam proses pelayanan adalah dari perkenalan,
bimbingan dan profesionalisme sampai komunikasi dan usaha yang diberikan kepada
konsumen.
Gambar 1. Penjualan dan target pencapaian kerja pemasaran
Sumber : STARhome Property Agent
Mengacu kepada Gambar 1 dan penjelasan pada paragraf sebelumnya, SHPA
sebagai perusahaan yang sedang berkembang dituntut untuk berorientasi ke depan,
menguasai kondisi pasar serta peningkatan pelayanan yang diberikan juga menjadi suatu
keharusan. Sumarwan (2011a) menyatakan bahwa, kondisi pasar merupakan suatu
keadaan yang tidak stabil, yang selalu berfluktuasi terhadap keinginan konsumen, maka
orientasi yang selalu dilakukan oleh perusahaan haruslah produk/jasa yang selalu
mengacu pada konsumen (consumer-oriented), agar perusahaan dapat merebut pasar.
Kotler dan Keller (2012) menambahkan bahwa kondisi pasar yang berubah-ubah
diakibatkan karena konsumen yang semakin cerdas dalam menilai kualitas suatu
produk/jasa, konsumen cenderung menginginkan pelayanan yang semakin baik, yang
disertai oleh penyesuaian (customization).
Banyak dari perusahaan yang mengabaikan tentang kepuasan dari konsumen
mereka, terutama oleh perusahaan yang sedang berkembang. Akibatnya, ketika ada
pendatang baru masuk dan mampu memberikan suatu pelayanan yang lebih baik, maka
perusahaan tidak dapat bertahan karena tidak memiliki daya saing yang kuat.
Bertolak dari permasalahan closing rate dan penjualan diatas, gagasan pada
perbaikan kinerja dan perbaikan pelayanan perusahaan SHPA dilakukan. Perbaikan
kinerja tersebut dapat berupa dalam bentuk membuat atau memodifikasi marketing tools
seperti flyer, brosur, kartu nama dan lainnya. Selain dalam hal marketing tools, perbaikan
yang lain pun perlu dilakukan misalnya dalam bentuk tata letak interior kantor. Berbagai
pernak-pernik dan dekorasi pun ditambahkan agar suasana nyaman pun dapat tercipta.
Perbaikan juga mencakup pasca jual (after sales services), pasca jual yang saat ini
diberikan yaitu menjaga hubungan interpersonal antara sales dan konsumen. Memberikan
pelayanan claim atas properti yang dibelinya dengan tepat waktu dan tepat sasaran.
Kondisi yang berbeda terdapat pada usaha SHPA dalam memperbaiki pelayanan terhadap
konsumen, saat ini perusahaan belum mengetahui langkah pasti dalam rangka
meningkatkan pelayanan. Oleh karena ini penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
pengaruh dari dimensi kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen SHPA sebagai
upaya evaluasi pelayanan perusahaan kepada konsumen, sehingga dapat dijadikan
masukan bagi pihak manajemen untuk terus mengembangkan serta meningkatkan kinerja
pelayanannya.
Perusahaan dapat lebih meningkatkan pelayanan yang diberikan kepada
konsumen dan selanjutnya perusahaan dapat berkembang kearah yang lebih mengacu
kepada konsumen dengan mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi
kepuasan dan loyalitas konsumen.
1.2 Perumusan Masalah
Harapan semua pihak yang terkait di dalam perusahaan untuk dapat
mengembangkan perusahaan ini. Permintaan masyarakat akan kebutuhan untuk memiliki
tempat tinggal direspon oleh pihak manajemen sebagai peluang bisnis yang menjanjikan.
Peluang bisnis tersebut tentunya tidak hanya melihat dari segi profit saja namun juga
perlu adanya peninjauan pada sisi konsumen yang merupakan sumber dari profit tersebut.
Kepuasan yang dicapai oleh konsumen merupakan suatu harapan yang diinginkan
oleh pihak manajeman dalam rangka pengembangan bisnis. Kepuasan konsumen dapat
dijadikan suatu gambaran kesuksesan pihak manajemen karena tingginya tingkat
kepuasan konsumen terhadap SHPA akan berbanding lurus dengan profit yang
dihasilkan. Oleh karena itu penelitian mengenai kepuasan konsumen ini dilakukan
sebagai media untuk mengetahui faktor – faktor apa yang mempengaruhi kepuasan
konsumen juga loyalitas konsumen terhadap SHPA. Penelitian ini juga dilakukan karena
sebelumnya belum pernah ada peneliti yang meneliti pengaruh kepuasan dan loyalitas
konsumen di SHPA.
Penelitian mengenai faktor – faktor yang mempengaruhi dimensi kualitas
kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen tentunya juga dilakukan melalui penelaahan
atau pengidentifikasian dimensi-dimensi yang mempengaruhi kepuasan konsumen. Pihak
manajemen dapat memanfaatkan informasi tersebut sebagai masukan untuk waktu yang
akan datang dengan mengetahui dimensi – dimensi tersebut. Masukan tersebut dapat
berupa masukan bagi strategi pemasaran. Harapan dari pihak manajemen adalah
terbentuknya loyalitas daripada konsumen terhadap SHPA, hal tersebut dapat tercapai
melalui strategi ideal yang nantinya menjadi masukkan bagi perusahaan. Mengacu
kepada latar belakang seperti yang sudah disebutkan, maka pertanyaan penelitian ini
adalah:
1. Dimensi kualitas pelayanan apa yang paling mempengaruhi kepuasan konsumen
SHPA?
2. Bagaimana sikap loyalitas yang dimiliki oleh konsumen terhadap SHPA saat ini?
3. Terkait dengan keberlangsungan SHPA di masa yang akan datang, upaya apakah
yang dapat diterapkan dalam strategi pemasaran?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan pada sub-bab
sebelumnya, maka penelitian tentang agen properti SHPA bertujuan untuk:
1. Mengidentifikasi dimensi kualitas pelayanan yang paling mempengaruhi tingkat
kepuasan konsumen terhadap SHPA.
2. Mengetahui sikap loyalitas yang dimiliki konsumen terhadap SHPA.
3. Merekomendasikan upaya yang dapat diterapkan pada SHPA di masa yang akan
datang.
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi SHPA sebagai bahan
masukan dalam proses pengembangan bisnis SHPA. Manfaat dari sisi konsumen,
penelitian ini dapat dijadikan suatu masukan terhadap pihak manajemen yang
kedepannya akan menjadi feedback bagi konsumen yang akan termanifestasi dalam
peningkatan pelayanan terhadap konsumen.
Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi suatu dasar pemahaman dalam suatu
industri produk atau jasa seperti perumahan maupun agen perumahan untuk dapat selalu
berkembang dengan mengacu kepada konsumen (customer oriented).
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah :
1. Penelitian dilakukan di agen properti SHPA di Bogor.
2. Penelitian ini dilakukan hanya sebatas lingkup bagian pemasaran SHPA
3. Dilatarbelakangi dengan keingintahuan dalam hal pengaruh dimensi kualitas
pelayanan terhadap kepuasan konsumen dan loyalitas konsumen SHPA, peneliti
mencoba menelaah sisi kualitas yang terbagi kedalam lima dimensi TERRA
(Rangkuti, 2006). Pada penelitian ini penggunaan dimensi servqual dibatasi hanya
empat dimensi yaitu empathy (empati), reliability (keandalan), responsiveness
(ketanggapan) dan assurance (jaminan). Selain itu juga menambakan dimensi
advertising (iklan) dalam dimensi servqual (Dabholkar dan Overby, 2004).
4. Kajian dilakukan sampai dengan tahap implikasi manajerial, sedangkan tahap
implementasi manajerial diserahkan seluruhnya kepada manajemen SHPA.
Untuk Selengkapnya Tersedia di Perpustakaan MB-IPB
Download