Modul Kewirausahaan II [TM13]

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Fakultas
Program Studi
Ilmu Komputer
Sistem Informasi
TatapMuka
13
Kode MK
DisusunOleh
A511584EL
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons).
Abstract
Kompetensi
Memotivasi diri untuk terus mencari
dan mengejar impian harus tetap
dikembangkan agar dapat dicapai
sebuah prestasi yang telah dirancang
Mahasiswa diharapkan mampu
memotivasi diri untuk berprestasi sesuai
dengan apa yang dicita-citakan
Pengenalan
Motivasi Berprestasi
a. Definisi motivasi
Motivasi didefinisikan sebagai keadaan dalam diri individu yang menyebabkan mereka
berperilaku dengan cara yang menjamin tercapainya suatu tujuan. Motivasi menerangkan
mengapa orang-orang berperilaku seperti yang mereka lakukan.Semakin wirausahawan
mengerti perilaku anggota organisasi, semakin mampu mereka mempengaruhi perilaku
tersebut dan membuatnya lebih konsisten dengan pencapaian tujuan organisasional.Karena
produktivitas dalam semua organisasi adalah hasil dari perilaku anggota organisasi,
mempengaruhi perilaku ini adalah kunci bagi wirausahawan untuk meningkatkan
produktivitas.
b. Model-Model Motivasi
• Model motivasi kebutuhan-tujuan
Menurut Masykur (1996:204)
Model motivasi kebutuhan dan tujuan dimulai dengan perasaan kebutuhan individu.
Kebutuhan ini kemudian ditransformasi menjadi perilaku yang diarahkan untuk mendukung
pelaksanaan perilaku tujuan. Tujuan dari perilaku tujuan adalah untuk mengurangi
kebutuhan yang dirasakan.Secara teoritis, perilaku mendukung tujuan dan perilaku tujuan
berkelanjutan sampai kebutuhan yang dirasakan telah sangat berkurang.
Contoh, seseorang mungkin merasakan kelaparan.Kebutuhan ini ditransformasikan pertama
kedalam perilaku yang diarahkan untuk mendukung pelaksanaan perilaku tujuan untuk
makan.Contoh dari perilaku yang mendukung termasuk juga aktivitas-aktivitas seperti
membeli, memasak dan menyajikan makanan untuk dimakan. Perilaku pendukung tujuan
tersebut dan perilaku tujuan makan itu sendiri akan berkelanjutan sampai individu
merasakan kebutuhan lapar menjadi berkurang. Sekali individu mengalami kebutuhan lapar
kembali, daur tersebut akan mulai kembali.
2015
2
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
• Model ekspektasi motivasi Vroom
Model ekspektasi Vroom mengatasi beberapa kerumitan tambahan.Model ekspektasi Vroom
didasarkan pada premis bahwa keburuhan yang dirasakan menyebabkan perilaku
kemanusiaan.Akan tetapi, Disamping itu model ekspektasi Vroom mengungkapkan isu
kekuatan motivasi.Kekuatan motivasi adalah tingkatan keinginan individu untuk menjalankan
suatu perilaku.Ketika keinginan meningkat atu menurun, kekuatan motivasi dikatakan
berfluktuasi.
Model ekspektasi motivasi Vroom dalam bentuk persamaan
• Model motivasi Porter-Lawler
Portel dan Lawler telah mengembangkan suatu model motivasi yang menggambarkan
uraian proses motivasi yang lebih lengkap disbanding model kebutuhan-tujuan atau model
ekspektasi Vroom. Model motivasi Porter-Lawler ini konsisten dengan dua model
sebelumnya dimana model ini menerima premis bahwa (1) kebutuhan yang dirasakan akan
menyebabkan perilaku kemanusiaan; dan (2) usaha yang dilakukan untuk mencapai suatu
tugas ditentukan oleh nilai balas jasa yang dirasakan yang dihasilkan dari suatu tugas dan
probabilitas bahwa balas jasa tersebut akan menjual nyata.
Disamping itu, model motivasi Porter-Lawler menekankan tiga karakteristik lain dari proses
motivasi:
1. Nilai balas jasa yang dirasakan ditentukan oleh baik balas jasa intrinsic dan
ekstrinsik yang menghasilkan kepuasan kebutuhan ketika suatu tugas diselesaikan.
Balas jasa intrinsik berasal langsung dari pelaksanaan suatu tugas, sementara balas
jasa ekstrinsik tidak ada hubungannya dengan tugas itu sendiri.
2. Tingkatan dimana individu secara efektif menyelesaikan suatu tugas ditentukan oleh
dua variablel: (1) persepsi individu tentang apa yang diperlukan untuk mrlaksanakan
suatu tugas, dan (2) Kemampuan sesungguhnya daru individu untuk menjalankan
suatu tugas.
3. Keadilan balas jasa yang dirasakan akan mempengaruhi jumlah kepuasan yang
dihasilkan oleh balas jasa tersebut. Pda umumnya, semakin adil balas jasa yang
dirasakan oleh individu, semakin besar kepuasan yang dirasakan sebagai hasil dari
menerima balas jasa tersebut
2015
3
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
c. Hirarki kebutuhan Maslow
Kebutuhan Fisiologis. Kebutuhan fisiologis berhubungan dengan fungsi normal dari tubuh
dan termasuk pula kebutuhan akan air, istirahat, udara, dan kebutuhan biologis. Hingga
kebutuhan tersebut bisa terpenuhi, bagian penting dari perilaku manusia ditujukan kepada
pemenuhan kebutuhan tersebut.
Kebutuhan Keamanan. Kebutuhan keamanan adalah kebutuhan individu untuk menjauhkan
diri mereka dari bahaya.Bahaya tersebut juga termasuk menghindari kecelakaan tubuh dan
bencana ekonomi. Manajemen mungkin akan membantu karyawan akan memenuhi
kebutuhan fisiologis dan keamanan melalui gaji yang dibayarkan kepada karyawan.
Kebutuhan Sosial.Kebutuhan social termasuk juga keinginan untuk disayangi, kemitraan,
dan persahabatan. Secara keseluruhan, kebutuhan tersebut mencerminkan keinginan
individu untuk diterima oleh orang lain. Ketika kebutuhan tersebut terpenuhi, perilaku
dialihkan kepada pemenuhan kebutuhan penghargaan.
Kebutuhan Harga Diri. Kebutuhan penghargaan adalah keinginan individu untuk
mendapatkan penghormatan dan biasanya dibagi menjadi dua kategori: (1) Penghargaan
diri, dan (2) Penghargaan pada orang lain. Sampai kebutuhan penghargaan terpenuhi,
individu-individu akan terus termotivasi untuk berperilaku yang berhubungan.
Kebutuhan Aktualisasi Diri. Kebutuhan unutk mengaktualisasi diri adalah keinginan untuk
memaksimumkan potensi yang dimiliki oleh individu. Kebutuhan aktualisasi diri adalah
tingkatan tertinggi dari hirarki kebutuhan Maslow
d. Motivasi prestasi McCLELLAND
Teori lain mengenai kebutuhan manusia dipusatakan kepada kebutuhan untuk berprestasi.
Teori ini yang terutama dipopulerkan oleh David McClelland mendefinisikan kebutuhan
berprestasi (need for achievement atau n Ach) sebagai keinginan untuk mengerjakan
sesuatu dengan lebih baik, atau dengan lebih efisien dibandingkan yang telah dikerjakan
sebelumnya. McClelland mengatakan bahwa pada beberapa orang bisnis kebutuhan untuk
berprestasi demikian kuat sehingga ia lebih termotivasi dibandingkan upaya mencapai
keuntungan. Untuk memaksimumkan kepuasannya, individu dengan kebutuhan berprestasi
yang tinggi cenderung menetapkan tujuan untuk diri mereka sendiri yang adalah merupakan
tantangan tetapi masih bisa dicapai.Walaupun individu-individu tersebut tidak menghindari
resiko sepenuhnya, mereka menilai resiko dengan sangat hati-hati. Individu yang termotivasi
keinginan berprestasi tidak ingin gagal dan akan menghindari tugas-tugas yang melibatkan
2015
4
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
terlalu banyak resiko. Individu dengan keinginan yang rendah untuk berprestasi umumnya
menghindari tantangan, tanggung jawab, dan risiko.
• Memotivasi anggota-anggota organisasi
Orang-orang termotivasi atau menjalankan perilaku untuk memuaskan kebutuhan pribadi
mereka. Oleh karena itu dari sudut pandang manajerial, memotivasi anggota organisasi
adalah proses memberikan peluang pada mereka untuk memenuhi kebutuhan mereka
sebagai hasil menjalankan perilaku produktif organisasi.
• Arti penting memotivasi anggota-anggota organisasi
Kebutuhan dari anggota organisasi yang tidak terpenuhi akan menyebabkan munculnya
perilaku anggota organisasi yang tidak semestinya. Wirausahawan yang berhasil didalam
memotivasi oanggota organisasi akan meminimalisasi terjadinya perilaku anggota organisai
yang diinginkan. Motivasi anggota organisasi yang berhasil adalah sangat penting bagi
wirausahawan.
• Strategi memotivasi anggota organisasi
Wirausahawan mempunyai berbagai strategi memotivasi anggota organisasi. Tiap strategi
tersebut ditujukan kepada pemenuhan kebutuhan anggota organisasai konsisten dengan
yang diuraikan oleh hirarki kebutuhan Maslow, dan motif berprestasi McClallend.
Kebutuhan berprestasi wirausaha terlihat dalam bentuk tindakan untuk melakukan sesuatu
yang lebih baik dan lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Wirausaha yang memiliki motif
berprestasi pada umumnya memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Suryana, 2003 : 33-34)
1. Ingin mengatasi sendiri kesulitan dan persoalan-persoalan yang timbul pada dirinya.
2. Selalu memerlukan umpan balik yang segera untuk melihat keberhasilan dan
kegagalan.
3. Memiliki tanggung jawab personal yang tinggi.
4. Berani menghadapi resiko dengan penuh perhitungan.
5. Menyukai tantangan dan melihat tantangan secara seimbang (fiftyfifty).
Jika tugas yang diembannya sangat ringan, maka wirausaha merasa kurang tantangan,
tetapi ia selalu menghindari tantangan yang paling sulit yang memungkinkan pencapaian
keberhasilan sangat rendah.
Motivasi (Motivation) berasal dari bahasa latin “movere” yang berarti to move atau
menggerakkan, (Steers and Porter, 1991:5), sedangkan Suriasumantri (hal.92) berpendapat,
2015
5
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
motivasi merupakan dorongan, hasrat, atau kebutuhan seseorang. Motif dan motivasi
berkaitan erat dengan penghayatan suatu kebutuhan berperilaku tertentu untuk mencapai
tujuan.Motif menghasilkan mobilisasi energi (semangat) dan menguatkan perilaku
seseorang. Secara umum motif sama dengan drive.Beck (1990: 19), berdasarkan
pendekatan regulatoris, menyatakan “drive” sama seperti sebuah kendaraan yang
mempunyai
suatu
mekanisme
untuk
membawa
dan
mengarahkan
perilaku
seseorang.Sejalan dengan itu, berdasarkan teori atribusi Weiner (Gredler, 1991: 452) ada
dua lokus penyebab seseorang berhasil atau berprestasi. Lokus penyebab instrinsik
mencakup (1) kemampuan, (2) usaha, dan (3) suasana hati (mood), seperti kelelahan dan
kesehatan. Lokus penyebab ekstrinsik meliputi (1) sukar tidaknya tugas, (2) nasib baik
(keberuntungan), dan (3) pertolongan orang lain. Motivasi berprestasi mengandung dua
aspek, yaitu (1) mencirikan ketahanan dan suatu ketakutan akan kegagalan dan (2)
meningkatkan usaha keras yang berguna dan mengharapkan akan keberhasilan
(McClelland, 1976: 74-75).
Namun, Travers (1982:435) mengatakan bahwa ada dua kategori penting dalam motivasi
berprestasi, yaitu mengharapkan akan sukses dan takut akan kegagalan.
Uraian di atas menunjukkan bahwa setidak-tidaknya ada dua indikator dalam motivasi
berprestasi (tinggi), yaitu kemampuan dan usaha. Namun, bila dibandingkan dengan atribusi
intrinsik dari Wainer, ada tiga indikator motivasi berprestasi tinggi yaitu: kemampuan, usaha,
dan suasana hati (kesehatan). Berdasarkan uraian di atas, hakikat motivasi berprestasi
dalam penelitian ini adalah rangsangan-rangsangan atau daya dorong yang ada dalam diri
yang mendasari kita untuk belajar dan berupaya mencapai prestasi belajar yang diharapkan.
Seorang wirausahawan hendaknya seorang yang mampu menatap masa dengan dengan
lebih optimis. Melihat ke depan dengan berfikir dan berusaha. Usaha memanfaatkan
peluang dengan penuh perhitungan. Orang yang berorientasi ke masa depan adalah orang
yang memiliki persepktif dan pandangan kemasa depan. Karena memiliki pandangan jauh
ke masa depan maka ia akan selalu berusaha untuk berkarsa dan berkarya (Suryana, 2003
: 23). Kuncinya pada kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru serta berbeda
dengan yang sudah ada.
Walaupun dengan risiko yang mungkin dapat terjadi, seorang yang perspektif harus tetap
tabah dalam mencari peluang tantangan demi pembaharuan masa depan. Pandangan yang
jauh ke depan membuat wirausaha tidak cepat puas dengan karsa dan karya yang sudah
ada. Karena itu ia harus mempersiapkannya dengan mencari suatu peluang.
2015
6
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pengusaha sebagai Pemimpin
Banyak penulis telah menulis esai tentang karakteristik, perilaku, nilai dan sikap yang
menguraikan keberhasilan bagi pemimpin kewirausahaan My top 10 daftar berjalan lebih
jauh, pencampuran arti teoritis, praktis dan umum berdasarkan 25 tahun saya telah
menghabiskan di lapangan menilai, pembinaan dan pemimpin konsultasi.
1. Pemimpin yang sukses memiliki visi: Pikirkan hal-hal melalui dan tahu di mana Anda
ingin pergi dan bagaimana Anda ingin sampai di sana. Bekerja dengan orang lain
untuk memastikan visi yang ditindaklanjuti. Mengarahkan tindakan dan sumber daya
ke arah membuat kenyataan.
2. Pemimpin yang sukses berkomunikasi ini: Mengartikulasikan visi jelas kepada orang
lain. Mendorong komunikasi dua arah antara manajer dan non-manajer dan selalu
tersedia bagi orang lain. Berusaha untuk menjadi ringkas dan spesifik tentang arah
dan petunjuk. Di atas segalanya, pemimpin yang baik menghindari generalisasi dan
ambiguitas yang dapat menyebabkan kesalahpahaman, konflik dan kinerja yang
buruk.
3. Para pendukung pemimpin yang berhasil dan panduan karyawan: Mulailah dengan
membantu orang lain memperjelas dan mencapai tujuan dengan mengidentifikasi
dan menghapus setiap hambatan. Menyediakan sumber daya (waktu, uang, orang,
informasi dan peralatan) yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. Jangan
menegur orang lain yang melakukan kesalahan saat mengambil risiko yang
diperhitungkan dengan baik. Sebaliknya, kritik dan menganalisis apa yang salah dan
apa yang benar. Selanjutnya, bekerja dengan karyawan untuk memperbaiki
kesalahan. Putuskan apakah upaya lain untuk tujuan sebelumnya diperlukan, dan
memberikan dorongan jika. Selama seluruh proses, memberikan umpan balik yang
tepat untuk memastikan sikap positif dan tindakan. Sajikan sebagai model sikap
yang baik dan pendekatan penggunaan orang lain dapat meniru.
4. Pemimpin yang sukses percaya / nya dirinya sendiri: Seorang pemimpin yang baik
memiliki rasa yang kuat keyakinan, dibangun di atas tahun belajar, bereksperimen
dan kadang gagal - tetapi selalu berkembang. Menyadari kekuatan pribadi dan
keterbatasan,
2015
7
dan
menunjukkan
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
keterampilan
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
dan
bakat
tanpa
membual.
Bertanggung jawab atas kesalahan dan kesalahan pribadi tanpa menyembunyikan
mereka atau menyalahkan orang lain, dan tahu bahwa jika kesalahan terjadi, itu tidak
sama tidak mampu. Seorang pemimpin yang sukses percaya bahwa ia bisa berbalik
situasi negatif dengan kembali memeriksa variabel dan kondisi lainnya - dengan
masukan dari orang lain, bila diperlukan.
5. Pemimpin yang berhasil menciptakan suasana yang mendorong orang lain untuk
tumbuh dan berkembang: Ketahuilah bahwa tidak ada individu yang memiliki semua
jawaban. Dengan menghargai peran bahwa teknik motivasi dapat bermain dalam
meningkatkan kinerja karyawan, Anda dapat bekerja dengan pihak lain untuk
meningkatkan produktivitas organisasi dan meningkatkan kepuasan kerja individu.
Berikut adalah beberapa tips tentang cara untuk menciptakan suasana motivasi:
Mintalah orang pendapat mereka daripada mengatakan kepada mereka milik Anda.
Ketika orang meminta Anda untuk solusi, minta mereka datang dengan jawaban atau
pilihan daripada memberitahu mereka cara terbaik untuk mengatasi situasi.
Diskusikan manfaat dari pandangan mereka dan bagaimana membuat mereka
sukses.
Memberikan umpan balik positif ketika karyawan menyuarakan pendapat mereka.
Tawarkan saran atau mencoba untuk menyelesaikan tantangan. Memperkuat
perilaku pada bagian Anda akan mendorong spontanitas lebih, pemikiran dan inovasi
di pihak mereka.
Mintalah karyawan menantang pertanyaan yang mendorong mereka untuk berpikir,
merencanakan dan bereaksi. Di atas segalanya, mendorong karyawan untuk
menantang diri mereka sendiri.
Mendorong karyawan untuk mengambil risiko yang tepat. Mendukung mereka ketika
mereka lakukan dan juga ketika hasil pengambilan risiko tidak positif. Dalam kasus
tersebut, mengevaluasi apa yang salah dan mendorong lainnya, risiko yang lebih
tepat.
6. Pemimpin yang sukses mengelola dengan berjalan sekitar: Dengan keluar dari
kantor dan berjalan di sekitar pabrik, departemen atau bangunan untuk berinteraksi
dengan karyawan lain, Anda mendapatkan kesempatan untuk melihat orang-orang di
garis melakukan tugas-tugas sehari-hari. Buat kesempatan untuk chatting secara
2015
8
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
informal dengan karyawan dan belajar sesuatu tentang tantangan pekerjaan dan
kehidupan mereka.
7. Tindakan pemimpin yang berhasil dan bereaksi dengan cara yang jujur: Penulis dan
pencipta Tantangan Kepemimpinan Program Jim Kouzes dan Barry Posner laporan
bahwa kejujuran adalah No 1 karakteristik pemimpin unggul. Pemimpin yang jujur
mudah membangun kepercayaan dan keyakinan. Karyawan mereka lebih cenderung
untuk bekerja lebih keras, mengajukan pertanyaan dan pemimpin hormat yang tampil
sebagai jujur. Karyawan juga akan menerima kritik, baik positif maupun negatif, dari
para pemimpin mereka percaya dan percaya.
8. Pemimpin yang sukses menciptakan dan menumbuhkan lingkungan belajar:
Mengakui bahwa peningkatan pengetahuan, pengalaman kerja dan menantang
pikiran
yang
berbeda-set
meningkatkan
kepuasan
pekerja,
motivasi
dan
produktivitas. Sering mendorong orang lain untuk berpikir di luar-the-kotak dan
melihat masalah dari perspektif alternatif.
9. Pemimpin yang sukses bertekun: Jangan membelokkan dari pencapaian tujuan
hanya karena kendala ada atau tidak ada jawaban sudah tersedia. Lanjutkan dalam
mengejar Anda keunggulan meskipun hambatan dan kritik, dan mendorong sikap
yang sama pada orang lain.
10. Pemimpin saham sukses keberhasilan: Ketahuilah bahwa hasil positif jarang hasil
dari upaya hanya satu orang atau input. Seorang pengusaha percaya diri berbagi
pusat perhatian dan penghargaan dengan orang lain yang berkontribusi pada produk
akhir atau jasa.
2015
9
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
DaftarPustaka
1.
Meredith, Geffrey, G,2001, Kewirausahaan Teori dan Praktek, Jakarta: PPM.
2.
Longenecker, Justin G, Carlos, W. Moore, J.William Petty, 2001. Kewirausahaan
Manajemen Usaha Kecil, Jakarta, Salemba Empat.
3.
Thomas W. Zimmerer, Norman M. Scarborough, Kewirausahaan dan Manajemen
Bisnis Kecil, 2004, Indeks, Jakarta.
4.
William.E. Heineck dan Jonathan Mars, 2003, Entrepreneur 25 Prinsip Jitu Untuk
Mengelola Bisnis Global, Raja Grafindo Persada, Jakarta.
5.
Darmawi Herman, 1997, Manajemen Resiko, Bumi Aksara, Jakarta.
6.
Griffin W Ricky & Ronald J Ebert, Business, 1996, Prentice Hall Inc.
2015
10
Kewirausahaan 2
Motivasi Berprestasi
Hasan Nuryadi, M.Ec,. B.Sc(Hons)
PusatBahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download