i PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Disusun oleh: Laras Aryanti 106084003635 Disusun oleh: Nur Ahdiyani NIM: 107024001240 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 i ii PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa : 1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata satu di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta berupa pencabutan gelar. Jakarta, 09 Mei 2011 Nur Ahdiyani NIM: 107024001240 ii iii PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS Skripsi Diajukan kepada Fakultas Adab dan Humaniora Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sastra (S.S.) Oleh Nur Ahdiyani NIM:107024001240 Pembimbing Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1979 1229 2005011004 JURUSAN TARJAMAH FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 iii iv PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul “Penerjemahan Kosakata Medan Makna Universitas”. Telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Senin, 09 Mei 2011. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sastra (S.S.) pada Program Studi Tarjamah. Jakarta, 09 Mei 2011 Sidang Munaqasyah Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota, Dr. H. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag. NIP: 1970 0505 200003 1001 Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum NIP: 1979 1229 2005011004 Anggota, Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag NIP: 1957 0816 199403 1001 iv v Abstrak Penelitian ini mengkaji kosakata medan makna universitas. Penulis menganalisis 15 kosakata medan makna universitas, yaitu (1) rektor, (2) dekan, (3) dosen, (4) mahasiswa/mahasiswi, (5) sks, (6) krs, (7) fakultas, (8) jurusan, (9) skripsi, tesis, disertasi, (10) beasiswa, (11) mata kuliah, (12) ip, (13) bem, (14) ukm, dan (15) sarjana. Dalam penelitian ini teori yang digunakan bertalian dengan medan makna, komponen makna, dan kolokasi. Lima belas kosakata tersebut dianalisis dalam konteks untuk mengetahui bagaimana terjemahannya dalam konteks kalimat. Terlihat satu kata jika diaplikasikan pada suatu konteks yang berbeda akan mengalami perubahan makna, yang mengakibatkan perubahan medan makna juga. Analisis dengan menggunakan teori kolokasi pun mempengaruhi perubahan makna walaupun makna dasar suatu kata dalam suatu konteks tetap berpengaruh dalam membentuk makna relasionalnya. v vi UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN Segala puji dan syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Berkat rahmatNya, Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini. Skripsi ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra pada Jurusan Tarjamah Fakultas Adab dan Humaniora UIN Syarif Hidayatullah. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi Penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, Penulis mengucapkan terima kasih kepada beberapa pihak yang membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing Moch. Syarif Hidayatullah, M.Hum, atas segala bantuan, koreksian, masukan-masukan, bimbingan, serta waktu luang yang diberikan sehingga skripsi ini dapat selesai pada waktunya. Penghargaan serupa kepada Karlina Helmanita, M.Ag sebagai dosen yang pertama kali mengajarkan tentang penelitian. Selanjutnya, ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Ketua Jurusan Tarjamah, Dr. Ahmad Syaekhuddin, M.Ag., yang telah banyak memberikan bantuan dan motivasi selama studi saya di jurusan Tarjamah. Begitu juga kepada Drs. Ikhwan Azizi, M.Ag, mantan Ketua Jurusan Tarjamah, yang telah memberikan arahan dan ilmu yang sangat berharga bagi Penulis. Terima kasih juga saya sampaikan kepada para dosen Jurusan Tarjamah yang selalu sabar mengajarkan dan mendidik saya selama perkuliahan atau pun di luar perkuliahan. Semoga ilmu dan kesabaran mereka mengalir dan menjadi amal kebaikan yang tak pernah putus. vi vii Keluarga tercinta, terutama kedua orang tua Penulis, Ayahanda Drs.H.Ali Nurdin, MM dan Ibunda tercinta Hj. Jamilah S.pdi terima kasih atas segala doa, dukungan dan semangat yang selalu diberikan tiada henti yang selalu memotivasi Penulis. Adik-adik dan kakak-kakak saya terima kasih atas segala bantuan dan semangatnya. Teman seperjuangan dan satu bimbingan, Hilman Ridha, yang selalu memberikan semangat dan berbagi di kala suka dan duka selama pengerjaan skripsi ini. Untuk teman-teman terhebat Penulis, Rahma, Diah Restu Fani, Aisyah, Ismy, Sifa, Rozak, Reza, Anas, Syukran, dan Umar, atas segala kerjasama, pengertian dan semangatnya. Terima kasih juga untuk Eka Nova yang selalu memberikan doa, semangat, dan bantuan dalam proses pengerjaan skripsi ini. Teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah sama-sama berjuang dan saling memberikan motivasi dan juga adikadik jurusan Tarjamah. Dan kepada pihak-pihak lain yang terkait dalam Penulisan skripsi ini yang belum disebutkan namanya. Hanya Allah sang pembalas keikhlasan dan ketulusan. Akhir kata, Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi Penulis maupun pembaca. Penulis juga menyadari akan banyaknya kekurangan pada penyusunan skripsi ini, karena itu saran dan kritik yang membangun sangat Penulis harapkan Jakarta, 22 Juni 2011 Penulis vii viii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ............................................................................................... i SURAT PERNYATAAN …………………...………………………….……… ii LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ..……………………………….. iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN…………………………………………… iv ABSTAK………………..……………………………………………………….. v UCAPAN TERIMA KASIH DAN PENGHARGAAN ....................................vi DAFTAR ISI …………………………………………………………………. viii BAB 1 PENDAHULUAN...................................................................................... 1 1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah ....................................................... 3 1.3 Tujuan Penelitian ...................................................................................... 3 1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................... 3 1.5 Metodologi Penelitian .............................................................................. 4 1.6 Sistematika Penulisan ............................................................................... 4 BAB 2 KERANGKA TEORI ............................................................................... 6 2.1.1 Definisi Penerjemahan ...................................................................... 6 2.1.2 Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan ....................................... 7 2.1.3 Diksi dalam Penerjemahan ................................................................ 9 2.2 Medan Makna ......................................................................................... 12 2.3 Komponen Makna .................................................................................. 15 2.3.1 Langkah Analisis Komponen Makna .............................................. 17 2.3.2 Hambatan Analisis Komponen Makna ........................................... 18 2.4 Kolokasi.................................................................................................. 19 BAB 3 KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS ............................... 23 3.1 Analisis Kosakata Medan Makna Universitas ........................................ 23 3.2 Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal .............................. 23 3.2.1 Komponen Makna Rektor ............................................................... 23 3.2.2 Komponen Makna Dekan ............................................................... 23 3.2.3 Komponen Makna Dosen................................................................ 24 3.2.4 Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi .............................. 24 3.3 Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal) .............................. 25 3.3.1 Komponen Makna SKS .................................................................. 25 3.3.2 Komponen Makna KRS .................................................................. 25 3.3.3 Komponen Makna Fakultas ............................................................ 26 3.3.4 Komponen Makna Jurusan .............................................................. 26 3.3.5 Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi ............................. 27 3.3.6 Komponen Makna Beasiswa ........................................................... 27 viii ix 3.3.7 Komponen Makna Mata Kuliah ...................................................... 28 3.3.8 Komponen Makna Indeks Prestasi .................................................. 28 3.3.9 Komponen Makna BEM ................................................................. 28 3.3.10 Komponen Makna UKM................................................................. 29 3.3.11 Komponen Makna Sarjana .............................................................. 29 3.4 Ciri Bersama ........................................................................................... 30 3.5 Ciri Pembeda .......................................................................................... 30 BAB 4 ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS PADA KONTEKS KALIMAT ...................................................................................... 32 4.1 Kata مذيزdalam Konteks Kalimat ........................................................... 32 4.2 Kata عميذdalam Konteks ......................................................................... 36 4.3 Kata مذرّسdalam Konteks Kalimat ......................................................... 38 4.4 Kata طبلبت/ طبلبdalam Konteks Kalimat .................................................. 39 4.5 Kata سبعتdalam Konteks Kalimat .......................................................... 40 4.6 Kata الخططdalam Konteks Kalimat ........................................................ 43 4.7 Kata كليتdalam Konteks Kalimat ............................................................ 45 4.8 Kata قسمdalam Konteks Kalimat ............................................................ 46 4.9 Kata بحْثdalam Konteks Kalimat ........................................................... 47 4.10 Kata منحتdalam Konteks Kalimat ......................................................... 48 4.11 Kata مبدّةdalam Konteks Kalimat ............................................................ 49 4.12 Kata معذّلdalam Konteks Kalimat .......................................................... 50 4.13 Frasa الهيئت التفيذيّتdalam Konteks Kalimat ............................................... 51 4.14 Kata الىحذة االٔنشطتdalam Konteks Kalimat ............................................... 52 4.15 Kata بكبلىريىس, مبجستيز, dan الذكتىرة, dalam Konteks Kalimat .................... 53 BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 55 5.1 KESIMPULAN ...................................................................................... 55 5.2 SARAN .................................................................................................. 56 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................57 ix BAB I 1 1.1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bahasa bukanlah tanda mati atau angka-angka matematik yang dipakai dalam ilmu-ilmu alam untuk makna dan jumlah tertentu, tetapi bahasa adalah makhluk hidup yang tumbuh berubah, berkembang sesuai tempat, waktu, dan perubahan manusia serta akulturasi kebudayaan,1 kebudayaan tidak lahir dari kekosongan. Ia didahului oleh kebudayaan-kebudayaan lain yang menjadi unsur pembentukannya. Kebudayaan suatu bangsa selalu merupakan ikhtisar dari kebudayaan sebelumnya atau seleksi dari berbagai kebudayaan lain. Dengan demikian kebudayaan dapat dipandang sebagai proses memberi dan menerima (Majid, 1997:2), proses di atas terjadi dan berkembang melalui berbagai sarana, di antaranya penerjemahan. 2 Dalam proses penerjemahan, penerjemah membutuhkan kosakata yang banyak karena kosakata pada prinsipnya adalah wilayah hubungan bahasa dan pikiran. Kualitas berbahasa seseorang pastilah tergantung kuantitas dan kualitas kosakatanya karena kosakata adalah kehidupan dan kemampuan mental seseorang.3 Kegiatan penerjemahan tidak terlepas juga oleh makna, karena makna itu merupakan pusat perhatian penerjemah. Segala metode, prosedur, dan teknik dikerahkan dan diabdikan sepenuhnya untuk mengungkap makna yang terdapat 1 Hasan Usman, Manhaj Al- Bahast At- Tarikhiy, (Kairo: Daarul Ma’arif, 1986)cet 4, h. 1 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), (Bandung: Humaniora, 2005), cet-1, h. 1 3 Henri Guntur Tarigan, Pengajaran Kosakata, (Bandung: Angkasa: 1993), h.2-16 2 1 2 dalam nas yang diterjemahkan.4 Kata-kata atau leksem-leksem dalam setiap bahasa dapat dikelompokkan dalam kelompok-kelompok tertentu yang maknannya saling berkaitan atau berdekatan karena sama-sama berada dalam satu bidang atau keilmuan. Umpamanya kata-kata menyalin, menghapal, menyontek, belajar, ujian, tes, guru, murid, catatan, dan buku dapat dikelompokkan menjadi satu karena semuanya berada dalam medan maknabidang pendidikan dan pengajaran.5 Medan makna adalah bagian dari sistem semantik bahasa yang menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu dan direalisasikan oleh seperangkat unsur leksikal yang maknanya berhubungan. Misalnya nama-nama istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia adalah anak, cucu, cicit, piut, bapak/ayah, ibu, kakek, nenek, moyang, buyut, paman, bibi, saudara, kakak, adik, sepupu, kemenakan, istri, suami, ipar, mertua, menantu, dan besan. 6 Contoh istilah perkerabatan dalam bahasa Indonesia tidak selengkap istilah perkerabatan bahasa Arab karena setiap bahasa memiliki medan makna yang berbeda sesuai kebudayaan masing-masing bahasa. Begitu juga bahasa Arab, kata universitas memiliki medan makna. Kosakata-kosakata yang bermedan makna dengan universitas pun akan banyak ditemukan. Untuk itu, inilah alasan Penulis mengambil judul “PENERJEMAHAN KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS” 4 5 h.110 6 Ibid., h. 3 Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995) Ibid., h.110-111 3 1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, Penulis membatasi permasalahan masalah medan makna dengan kata-kata yang memiliki medan makna universitas dengan menganalisisnya pada kosakata-kosakata tertentu agar pembahasannya tidak terlalu melebar dan meluas. Penulis juga menganalisisnya dengan konteks penggunaannya. Dalam hal ini, Penulis merumuskan masalah sebagai berikut: 1. Apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan universitas? 2. Bagaimana kosakata medan makna universitas pada konteks penggunaannya? 1.3 Tujuan Penelitian Sebagaimana masalah yang sudah disinggung dan diidentifikasi oleh Penulis, maka tujuan penelitian ini antara lain; 1. Mengetahui apa saja kosakata yang memiliki medan makna dengan universitas. 2. Mengetahui terjemahan kosakata tersebut jika berada pada konteks penggunaannya. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini akan memberikan manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Manfaat teoretisnya adalah memberi pengetahuan kepada masyarakat bahwa kosakata medan makna universitas memberi sumbangsih dalam proses menerjemahkan. Manfaat praktisnya adalah hasil penelitian ini bermanfaat bagi kegiatan penerjemahan dan memberikan wawasan baru mengenai medan makna. 4 1.5 Metodologi Penelitian Metode yang Penulis gunakan dalam skripsi ini menggunakan metode kualitatif yang bersifat deskripsi analitis yaitu, dengan memaparkan dan mengaplikasikan teori-teori yang berkenaan dengan judul Penulis sehingga mencapai maksud dan tujuan penelitian ini. Data diperoleh dari kata-kata yang memiliki medan makna dengan kata universitas, kemudian dianalisis bagaimana penggunaannya pada konteks. Dalam Penulisan penelitian ini Penulis merujuk buku-buku semantik seperti Pengantar Semantik Bahasa Indonesia (Chaer, 2002), Pesona Bahasa (Kushartanti, dkk, 2007), Semantik Leksikal (Pateda, 2010), Teori Semantik (Parera, 2004), „Ilmu Ad-Dilalah (Umar, 1982), dan Pengantar Semantik (Ullmann, 2009). Penulis Juga merujuk buku-buku yang berkaitan tentang teori penerjemahan, medan makna, komponen makna, dan kolokasi. Untuk pengambilan contoh kosakata medan makna universitas dalam konteks, Penulis mengambilnya dari internet yang bersumber dari berita di Timur Tengah. Untuk menerjemahkan contoh-contoh tersebut, Penulis menggunakan Kamus Al-„Ashry, Kamus Al-Munawwir, dan Mu‟jam Al-Hafiz Lil Mutashahibat. Dalam memperoleh data Penulis juga menggunakan library research (studi pustaka), yaitu mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan penelitian. Sementara itu, dalam Penulisan skripsi ini, Penulis mengacu pada buku Pedoman Penulisan Skripsi, Tesis, dan Disertasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Press 2007. 1.6 Sistematika Penulisan Penelitian ini disajikan dalam 5 bab. Bab I merupakan bab yang memayungi topik penelitian ini. Bab ini berisikan latar belakang, pembatasan dan perumusan 5 masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika Penulisan. Bab ini sangat penting karena ini menjadi awal langkah penelitian ini. Bab II berisikan pembahasan penerjemahan, diksi dalam penerjemahan pemerolehan makna dalam penerjemahan, teori medan makna, komponen makna, langkah analisis komponen makna, hambatan ketika analisis komponen makna, kolokasi, dan kombinasi variasi kolokasi bahasa Arab. Bab ini sebagai pisau analisis pada bab III dan bab IV. Bab III pada bab ini berisikan kosakata medan makna universitas yang tetentu, kemudian dianalisis komponen maknnanya dengan menggunakan analisis biner. Pada bab ini terdapat juga ciri pembedadan ciri bersama. Bab IV merupakan bab analisis kosakata medan makna universitas pada konteks penggunaannya. Bab V merupakan hasil akhir dan kesimpulan dari penelitian Penulis, dan tidak lupa menyertakan saran. BAB II 2 KERANGKA TEORI 2.1 Penerjemahan Secara Umum 2.1.1 Definisi Penerjemahan Penerjemahan selama ini didefinisikan melalui berbagai cara dengan latar belakang teori dan pendekatan yang berbeda-beda. Nida dan Taber sebagaimana yang dikutip Frans Sayogie mengemukakan bahwa penerjemahan adalah “consist in reproducing in the receptor language the closest natural equivalent of the source language message, first in terms of meaning and secondly in terms of style” (suatu upaya mengungkapkan kembali pesan dan suatu bahasa ke dalam bahasa lain).7 Brislin memberikan definisi yang lebih luas, seperti yang dikutip Sayogie bahwa penerjemahan adalah memindahkan pikiran atau ide dari bahasa sumber ke bahasa sasaran, baik bahasa itu merupakan tulis atau lisan, baik bahasa itu tersusun secara ortografi ataupun standar, ataupun bahasa itu merupakan bahasa isyarat untuk orang tuli.8 Suhendra Yusuf juga memberikan definisi yang sama yaitu bahwa terjemah adalah kegiatan manusia dalam mengalihkan seperangkat informasi atau pesan baik verbal atau non verbal dari bahasa sumber ke dalam informasi bahasa sasaran.9 Dari definisi-definisi di atas Penulis menyimpulkan bahwa (1) penerjemahan melibatkan dua bahasa, yaitu bahasa sumber dan bahasa sasaran, 7 Frans Sayogie, Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 7 8 Ibid., h. 9 9 Suhendra Yusuf, Teori Penerjemahan: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik, (Bandung: Mandar Maju, 1994), h.8 6 7 (2) penerjemahan adalah upaya mengalihkan bahasa sumber dengan teks yang sepadan dalam bahasa sasaran baik vebal atau pun non verbal, (3) yang diterjemahkan adalah makna sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengarang. 2.1.2 Pemerolehan Makna dalam Penerjemahan Untuk memperoleh makna dalam penerjemahan, Syihabuddin dalam hal ini mengutip pernyataan Hasan yang menegaskan bahwa tujuan penerjemahan adalah memberikan pemahaman makna yang ada dari bahasa sumber (Bsu). Kesulitan dalam memperoleh makna muncul ketika menentukkan makna dari struktur Bsu yang memang berbeda dengan struktur yang ada di bahasa sasaran (Bsa). Kesulitan juga muncul karena keragaman makna yang membuat penerjemah harus memilih makna dengan tepat dan benar. Karena itu Syihabuddin menjelaskan bagaimana memperoleh makna dalam proses penerjemahan yaitu dengan cara analisis struktur, analisis leksikal, dan analisis kontekstual. Berikut penjelasan cara ketiga analisis tersebut;10 Analisis struktural berkaitan dengan penelaahan dua hal pokok yaitu, analisis morfologis dan analisis sintaksis. Pada analisis morfologis, penerjemah harus memahami tiga hal berikut: Pertama, kata-kata itu memiliki sekumpulan makna morfologis seperti nominal, verbal, ajektifal, dan preposisional. Kedua, makna-makna morfologis tersebut telah disajikan melalui konstruksi yang beragam. Konstruksi ini terdiri atas dasar kata (mujarrad), kata yang telah mengalami afiksasi (mazid), dan kata dengan morfem zero. Ketiga, konstruksi-konstruksi itu berhubungan satu sama lain, baik hubungan persesuaian maupun pertentangan. 10 Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek), hal. 33-35 8 Analisis sintaksis didasarkan pada empat hal, yakni; pertama, sekelompok makna sintaksis yang umum. Kelompok ini diistilahkan dengan makna kalimat, misalnya kalimat nominal, kalimat verbal, kalimat aktif, dan kalimat pasif. Kedua, sekelompok makna sintaksis yang khusus. Makna ini terdapat pada setiap konstituen atau unsur pembentuk kalimat, misalnya makna objektif, agentif, dan idhafah. Ketiga, hubungan di antara makna-makna konstituen pada kalimat, misalnya hubungan predikatif antara subjek dan predikat, atau antara verba dan pelakunya. Jenis hubungan ini ialah isnad (predikatif), takhsis (pengkhususan), nisbah (atribut), dan taba‟iyah (subordinatif). Keempat, bahan-bahan yang dihasilkan dari analisis morfologis seperti harakat, huruf, kategori, dan infleksi. Proses di atas akan menghasilkan makna fungsional bagi sebuah kalimat. Proses ini harus dilanjutkan pada analisis leksikal sebagai tahap kedua dari proses penemuan makna. Sebagaimana kita ketahui bahwa makna leksikal itu beragam dan memiliki banyak kemungkinan, tetapi makna yang dikehendaki oleh konteks kalimat hanya satu. Tahap ketiga adalah analisis kontekstual, dalam analisis ini penerjemah perlu memperhatikan status individu dalam masyarakat, peran individu dalam melakukan tindak tutur, dan tujuan dari tindakannya itu. Pemahaman status individu sangat penting dalam menentukkan makna. Karena sebuah kata atau ugkapan terkadang berbeda maknanya sesuai kedudukan seseorang. Jika ungkapan “Dia banyak minum” ditujukan kepada anak, berarti anak banyak meminum jenis minuman ringan. Namun, jika ditujukan kepada pemabuk, berarti minuman itu adalah minuman keras. 9 Peran individu merujuk pada kedudukannya sebagai pembaca, Penulis, pendengar, pembicara, pembicara, penceramah, dan lain-lain. Sementara itu, tujuan tindak tutur mengacu pada dua tujuan tindak berbahasa, yaitu berinteraksi dan berekspresi. Tujuan interaksi menekankan tujuan pembicaraan untuk mempengaruhi pihak lain, sedangkan tujuan ekspresi menekankan pengungkapan sikap individu semata. Jelaslah bahwa makna semantis merupakan produk dari analisis fungsional, analisis leksikal, dan analisis kontekstual. 2.1.3 Diksi dalam Penerjemahan Dalam kegiatan menerjemahkan setelah penerjemah mendapatkan makna dari Bsu. Mulailah penerjemah menggunakan kosakata-kosakata yang mereka punya guna untuk memilih diksi yang tepat dan baik. Jangan sampai pembaca lebih memilih membaca teks asli karena pembaca tidak mengerti maksud dari hasil terjemahan kita. Dalam proses menerjemahkan penerjemah akan banyak menemukan masalah dalam memilih diksi yang tepat dan baik. Moch. Syarif Hidayatullah mengemukakan lima tingkat masalah dalam memilih diksi, yaitu, literal (harfiah), syntactical (tata bahasa), idiomatical (peribahasa), aesthetical (kesustraan), dan ethical (kesusilaan).11 Untuk lebih jelas akan dipaparkan satu persatu: 1) Literal (Harfiah) Pada tingkat ini penerjemah menerjemahkan kata atau kalimat secara apa adanya yang ada di dalam kamus. Penerjemahan ini juga dapat digunakan selama penggunaannya tidak menyimpang dari pesan bahasa sumber. Contohnya kata لؽءdalam bahasa Indonesia jika 11 Moch.Syarif Hidayatullah, Tarjim al-An: Cara Mudah menerjemahkan Arab-Indonesia, (Tangerang Selatan: Dikara, 2010) h. 39 10 diterjemahkan secara harfiah mempunyai arti „haid atau menstruasi‟ mempunyai komponen makna (+DARAH), sedangkan pada konteks lain ada yang mendefinisikan kata tersebut „suci‟, yang memiliki komponen makna (-DARAH). Di sini terjadi perbedaan makna. Tetapi perbedaan makna ini tidak dapat dielakkan. Penerjemahan tingkat ini dapat digunakan sebagai sarana untuk memperoleh makna. 2) Syntactical (Tata Bahasa) Pemilihan kata pada tingkat ini, penerjemah benar-benar memperhatikan tata bahasa sumber. Contohnya pada kalimat ش١ظِذَ رؼ ْ ٘ػا اٌّىبٟ„ اِشْزَةْ ِينَ ا ْن َجحْزِ ِب فminumlah dari air laut‟ selama kamu tinggal di tempat ini‟. Terjemahan ungkapan ِ ِاشْ َؽةْ َِِٓ اٌْجَسْؽsecara tata bahasa memang benar tetapi maksud atau pesan tidak benar. Untuk itu, di sinilah peran penerjemah guna mentransfer informasi yang benar dan baik kepada pembaca. Terjemahan di atas bisa kita terjemahkan „berbuatlah sesuka hatimu selama kamu tinggal di tempat ini‟. 3) Idiomatical Pemilihan kata berdasarkan kesepadanan idiom. Pada tingkat ini penerjemah harus menangkap pesan dari suatu ungkapan yang merupakan idiom. Pada tingkat ini penerjemah tidak lagi menerjemahkan secara harfiah dan tata bahasa. Penerjemah pun harus jeli menangkap pesan dari suatu kalimat.Contohnya: ِٓ ػؽف ثؼع اٌكفؽ ّاقزؼع. Jika kita menerjemahkan ungkapan ini tanpa memperhatikan aspek bahasa maka terjemahannya siapa yang tahu jauhnya perjalanan 11 maka siap-siap. Padahal, pesan yang ingin disampaikan setara dengan idiom sedia payung sebelum hujan. 4) Aesthetical (Kesustraan) Pemilihan kata pada tingkat ini benar-benar harus memperhatikan nilai kesastraan, seperti konotasi dan irama. Contohnya pada kasus syair Imam Syafi‟i, yaitu: ٟ رؽن اٌّؼبطٌٝ أٟ فبٔؼشعٟء زفظٛغ ق١وٚ ٌٝد اٛشى ٌؼبصٜعٙ٠ ؼ اهلل الٛٔٚ ؼٛٔ ٍُ ثبّْٔ اٌؼٝٔ أضجؽٚ Jika syair ini diterjemahkan secara apa adanya maka tidak akan tampak aspek kesastraannya. Contohnya: Aku mengadu kepada Waki‟ tentang jeleknya hafalanku, Maka ia menasehatiku untuk meninggalkan maksiat Dan mengabarkanku bahwa ilmu itu cahaya Dan cahaya Allah tidak ditujukan kepada orang-orang bermaksiat. Terjemahan di atas belum terlihat nilai kesastraannya. Lain hal jika teks itu diterjemahkan secara aesthetical, maka terjemahannya akan sangat baik dan indah. Seperti terjemahan Moch. Syarif Hidayatullah ketika menerjemahkan syair ini; Kuadukan kepada Waki‟ Buruk sekali hapalanku Jauhi maksiat saja katanya Ilmu itu cahaya Cahaya Allah tidak mau menerangi yang bernoda 12 Dari kedua terjemahan di atas, terlihat terjemahan yang tidak mengandung nilai sastra dan terjemahan yang mengandung nilai sastra. Dari sinilah, penerjemah harus mampu menerjemahkan ungkapan yang bernilai sastra diterjemahkan dengan terjemahan yang bernilai sastra pula. Agar pembaca menikmati karya dan maksud dari pengarang. 5) Ethical (Kesusilaan) Pada tingkat ini, penerjemah tidak hanya mampu memilih diksi dalam tingkat kesastraan, juga harus mampu memilih kata yang baik sesuai pada prinsip kesopanan dan etika dalam bahasa sasaran, apalagi bahasa Indonesia yang sangat menjujung tinggi nilai kesopanan. Sebagai contoh أزّكlebih tepat diterjemahkan „orang yang terbelakang pertumbuhan mentalnya‟ dari pada diterjemahkan „orang idiot‟, karena terjemahan itu lebih etis dan lebih sopan. 2.2 Medan Makna Penerjemah tidak hanya membutuhkan kamus dalam menentukkan makna. Penerjemah harus memperhatikan makna yang dikandung dalam sebuah kata agar tidak salah dan menyimpang. Pada proses itu, penerjemah dapat menggunakan teori-teori medan makna. Medan makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan ٌٟزمً ظال. Parera mengutip pendapat Trier yang melukiskan vokabulari sebuah bahasa tersusun rapi dalam medan-medan dan dalam medan itu setiap unsur yang berbeda didefinisikan dan diberi batas yang jelas sehingga tidak ada tumpang tindih antar makna. Ia mengatakan bahwa medan makna itu tersusun sebagai satu mosaik. Setiap medan makna itu akan selalu tercocokkan antar sesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal 13 tumpang tindih.12 Ullmann dalam hal ini juga mengutip konsep Trier yang merincikan tentang medan-medan sebagai sektor-sektor kosakata yang sangat erat terajut. Dalam rajutannya sebuah bidang tertentu dapat dibagi-bagi, digolonggolongkan dan diorganisasikan sedimikian rupa sehingga setiap elemen membantu membatasi elemen-elemen lainnya yang berdekatan dan tiap elemen dibatasi dengan elemen-elemen tersebut.13 Sementara itu, Chaer mendefinisikan medan makna (semantic domain, semantic field) atau medan leksikal adalah seperangkat unsur leksikal yang maknanya saling berhubungan karena menggambarkan bagian dari bidang kebudayaan atau realitas dalam alam semesta tertentu. Misalnya, nama-nama warna, nama-nama perabot rumah tangga, atau nama-nama perkerabatan, yang masing-masing merupakan satu medan makna.14 Kata-kata atau leksem-leksem yang diklasifikasikan dalam satu medan makna, berdasarkan sifat hubungan semantisnya dapat dibedakan atas kelompok medan kolokasi dan medan set. Medan kolokasi menunjukkan pada hubungan yang sintagmatik yang terdapat di antara kata-kata atau leksem-leksem atau unsurunsur leksikalnya, misalnya kata-kata layar, perahu, nelayan, badai, ombak, dan tenggelam merupakan kata-kata dalam satu kolokasi, yaitu satu tempat atau lingkungan yang sama yang berkenaan dengan lingkungan kelautan. Sementara itu, medan set menunjukkan pada hubungan yang paradigmatik karena kata-kata atau leksem-leksem yang berada dalam satu kelompok medan set bisa saling disubstitusikan. Sekelompok kata yang merupakan satu set biasanya mempunyai 12 13 301 14 J.D. Parera, Teori Semantik, (Jakarta: Erlangga, 2004), edisi kedua, h. 139-140 Stephen Ullmann, Pengantar Semantik, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009), h. 3001Abdul Chaer, Pengantar Semantik Bahasa Indonesia, h. 110-114 14 kelas kata yang sama, dan merupakan satu kesatuan. Setiap kata dalam medan set dibatasi oleh tempatnya dalam hubungan dengan anggota set yang lainnya. Seperti kata remaja dan sejuk. Kata remaja merupakan tahap perkembangan dari kanakkanak menuju dewasa, sedangkan kata sejuk merupakan suhu di antara dingin dan hangat. Pateda memberi konsep tentang fitur medan makna dapat dilihat dari beberapa segi, (1) bentuk atau ukuran, (2) tingkat-tingkat dalam hirearki, (3) keanggotaan kata, (4) kebermacaman kata, dan (5) lingkungan kata semuanya dapat dikelompokkan menjadi; entitas atau objek, kegiatan, abstraksi termasuk di situ kualitas dan penghubung.15 Medan makna merupakan sekelompok kata-kata yang maknanya saling berhubungan maka kata-kata umum dapat mempunyai anggota yang disebut hiponim contohnya: kata tumbuh-tumbuhan yang mempunyai hiponim: bunga, durian, tomat, jagung, kelapa. Kata bunga juga memiliki hiponim: bugenfil, kamboja, tulip dan lain-lain.16 Mukhtar Umar mengemukakan bahwa kumpulan kata-kata yang kecil dapat membentuk satu medan makna jika memiliki hubungan makna antar satu sama lain sebelum kita menganalisis ke tahap komponen makna untuk setiap kata.17 Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa medan makna adalah seperangkat makna yang memiliki komponen makna umum yang sama. Dalam hal ini, Penulis lebih condong pada pernyataan Pateda bahwa 15 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010) edisi ke-2, h. 256 Ibid., h. 257 17 Ahmad Mukhtar Umar, ‘Ilmu Ad-Dilaalah, (Kuwait: Maktabah Daar Al-Guruubah li AnNasyr wa At-Tauzi’), edisi pertama, h.121 16 15 kosakata suatu bahasa sebenarnya bukanlah berupa sejumlah kata yang masingmasing berdiri sendiri, tetapi semuanya saling berhubungan dan memiliki medan maknanya. Namun tidak semua medan makna ada superordinatnya.18 2.3 Komponen Makna Telah dipaparkan pada pembahasan medan makna bahwa kata-kata saling berhubungan dan mempunyai jaringan makna. Kata-kata tersebut ada yang berdekatan maknanya, ada yang mirip, ada yang berjauhan, ada yang sama, dan ada juga yang bertentangan. Untuk mengetahui makna tersebut kita dapat menggunakan analisis komponen. Komponen makna dalam bahasa Arab berpadanan dengan ٌٟاٌّسعظ اٌعال. Dalam studi Antropologi, para antropolog pun berusaha melakukan satu analisis komponen kata-kata yang menyatakan nisbah keluarga. Wallace dan Atkins (1960) mendiskripsikan tiga komponen semantik tentang nisbah keluarga Amerika Serikat: seks, generasi, dan garis hubungan.19 Sama halnya dengan medan makna, Chaer juga mengemukakan setiap kata, leksem, atau butir leksikal tentu mempunyai makna. Makna yang dimiliki oleh setiap kata, leksem, atau butir leksikal itu terdiri dari sejumlah komponen yang dinamakan komponen makna, yang membentuk keseluruhan makna kata, leksem, atau butir leksekal tersebut. Komponen makna ini dapat dianalisis, dibutiri, atau disebutkan satu per satu berdasarkan “pengertian-pengertian” yang dimilikinya.20 18 Ibid., h. 258 J.D. Parera, Teori Semantik, h.158 20 http://file.upi.edu/Direktori/DUALMODES/KEBAHASAAN%20I/BBM%207.pdf 19 16 Komponen makna atau komponen semantik (semantic feature, semantic property, atau semantic marker) mengajarkan bahwa setiap unsur leksikal terdiri dari satu atau beberapa unsur yang bersama-sama membentuk makna kata atau makna unsur tersebut. Untuk menganalisis komponen makna, analisis kata yang memiliki sesuatu ciri diberi tanda plus (+) dan yang tidak memiliki ciri itu diberi tanda minus (-). Konsep analisis ini lazim disebut analisis biner yang oleh para ahli kemudian diterapkan juga untuk membedakan makna suatu kata dengan kata yang lain. Misalnya, kata ayah mengandung komponen makna atau unsur makna: [+INSAN], [+DEWASA], [+JANTAN], dan [+KAWIN]; dan ibu mengandung komponen makna; [+ INSAN], [+DEWASA], [-JANTAN], dan [+KAWIN]. Dalam hal pembeda makna, Pateda melihat bahwa perbedaan makna diakibatkan dari perubahan bentuk yang terbatas pada derivasi leksemnya, karena itu tiap makna memiliki makna dasar. Pembeda makna akan terjadi karena perbedaan bentuk dan perubahan bentuk. Perbedaan bentuk mengakibatkan perbedaan makna dan perubahan bentuk mengakibatkan hubungan makna. Contohnya, kata melihat dan melompat kedua kata ini memperlihatkan tidak ada hubungan makna. Untuk dapat menganalisis komponen makna seseorang perlu mengetahui hubungan-hubungan makna yang ada di dalam kata-kata. Misalnya kata melompat dan melompat-lompat mempunyai hubungan makna dan perbedaan makna, sehingga diperlukan komponen pembeda. Lain halnya jika kata melompat dibandingkan dengan kata melihat, terdapat kenyataan bahwa kedua kata itu tidak memperlihatkan hubungan makna. 17 Komponen pembeda makna akan jelas apabila diketahui komponen makna. Komponen makna diperlukan untuk mengetahui seberapa jauh kedekatan, kemiripan, kesamaan, dan ketidaksamaan suatu makna kata.21 2.3.1 Langkah Analisis Komponen Makna Dalam menganalisis komponen makna, diperlukan langkah-langkah tertentu. Pateda menyebutkan enam langkah untuk menganalisis komponen makna:22 1) Menyeleksi sementara makna yang muncul dari sejumlah komponen yang umum dengan pengertian makna yang dipilih masih berada di dalam makna tersebut. Misalnya, dalam kriteria marah terdapat leksem „mendongkol‟, „menggerutu‟, „mencaci maki‟, dan ‟mengoceh‟. 2) Mendaftar semua ciri spesifik yang dimiliki oleh rujukannya. Misalnya, untuk kata ayah terdapat ciri spesifik antara: [+INSAN], [+JANTAN], [+KAWIN], dan [+ANAK]. 3) Menentukan komponen yang dapat digunakan untuk kata yang lain. Misalnya, ciri „kelamin perempuan‟ dapat digunakan untuk kata ibu, kakak perempuan, adik perempuan, bibi dan nenek. 4) Menentukan komponen diagnostik yang dapat digunakan untuk setiap kata. Misalnya untuk kata ayah terdapat komponen diagnostik „jantan‟, satu turunan di atas ego. 5) Mengecek data yang dilakukan pada langkah pertama. 6) Mendeskripsikan komponen diagnostiknya, misalnya dalam bentuk matriks. 21 22 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, h. 261 Ibid., h. 270-273 18 2.3.2 Hambatan Analisis Komponen Makna Dalam menganalisis komponen makna, terdapat juga beberapa kesulitan atau hambatan. Pateda menjelaskan beberapa hambatan sebagai berikut; 1) Lambang yang didengar atau dibaca tidak diikuti dengan unsur-unsur suprasegmental dan juga unsur-unsur ekstralinguistik. 2) Tiap kata atau leksem berbeda pengertiannya untuk setiap disiplin ilmu. Kata seperti ini disebut istilah. Misalnya istilah kompetensi ada pada bidang linguistik, psikologi, dan pendidikan. Meskipun istilah itu memiliki medan yang sama, tetapi pasti ada perbedaan sesuai dengan disiplin ilmu tersebut. 3) Tiap kata atau leksem memiliki pemakaian yang berbeda-beda. 4) Leksem yang bersifat abstrak sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: liberal, sistem. 5) Leksem yang bersifat dieksis dan fungsional sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: ini, itu, dan, di. 6) Leksem-leksem yang bersifat umum sulit untuk dideskripsikan. Misalnya: binatang, burung, ikan, manusia.23 Abdul Chaer menambahkan bahwa dari pengamatan terhadap data unsurunsur leksikal ada tiga hal yang perlu dikemukakan berkenaan dengan analisis komponen makna. 1) Ada pasangan kata yang salah satu daripadanya lebih bersifat netral atau umum, sedangkan yang lain lebih bersifat khusus. Misalnya pasangan kata mahasiswa dan mahasiswi. Kata mahasiswa lebih 23 Ibid., h.273-275 19 bersifat umum dan netral karena dapat termasuk pria dan wanita sedangkan kata mahasiswi lebih bersifat khusus karena hanya mengenai wanita. Unsur leksikal yang bersifat umum seperti kata tersebut dikenal sebagai anggota yang tidak bertanda dari pasangan itu. Dalam diagram anggota yang tidak bertanda ini diberi tanda 0 atau ±. 2) Ada kata atau unsur leksikal yang sukar dicari pasangannya karena memang mungkin tidak ada, tetapi ada juga yang mempunyai pasangan lebih dari satu. Contoh yang sukar dicari pasangannya antara lain kata-kata yang berkenaan dengan warna. 3) Seringkali kita sukar mengatur ciri-ciri semantik itu secara bertingkat, mana yang lebih bersifat umum dan mana yang lebih bersifat khusus. Umpamanya ciri [jantan] dan [dewasa] mana yang lebih bersifat umum. Keduanya dapat ditempatkan sebagai unsur yang lebih tinggi dalam diagram yang berlainan. Ciri-ciri semantik ini dikenal sebagai ciri-ciri penggolongan silang. 2.4 Kolokasi Saifullah Kamalie mengemukakan bahwa Istilah kolokasi dipopulerkan oleh linguis Inggris Firth dengan slogan yang terkenal “you shall judge a word by the company it keeps”. Mengutip pendapat Firth, Kamalie menjelaskan bagaimana kajian „Meaning by Collocation‟ dapat memberikan kontribusi pada pendekatan makna kata baik secara formal maupun secara kontekstual sebagai kebalikan dari pendekatan secara konseptual.24 24 http://saifullahkamalie.blogspot.com/2007/06/kolokasi-dalam-bahasa-arab.html Tuesday, June 19, 2007 Posted by Saifullah Kamalie at 1:35 AM, diakses pada tanggal 20-012011 jam 4:22 20 Definisi lain diberikan oleh Abu Al-`Azm yang dikutip oleh Saifullah Kamalie: ب١ٍطزٍف و٠ ع٠ خعٕٝب ِؼٕٙشأ ػٓ اؼرجبع٠ ، أوثؽٚٓ أ١ٔخ ِٓ وٍّزٛ ِى،خ١ٍ فؼٚخ أ١ّخ اق٠ٛزعح ٌغٚ خ١ ظالالد اخزّبػٌٝث رٕزمً ثػٌه إ١ ز،خ ِٕفؽظح١ٍخ األط٠ٛب اٌٍغٙ١ٔٗ ِؼب١ٍػّب وبٔذ رعي ػ خ١اطغالزٚ خ١ٔفكٚ خ١ثمبفٚ خ١بق١قٚ (Satuan bahasa yang bermula dengan kata benda atau kata kerja, terdiri dari dua perkataan atau lebih, dari keterikatan satu dengan yang lainnya itu membentuk sebuah makna baru yang berbeda sama sekali dari makna asal dari setiap perkataan tersebut secara sendiri-sendiri, sehingga makna baru tersebut berubah menjadi makna sosial, politik, budaya, kejiwaan dan peristilahan).25 Definisi lain diberikan oleh Harimurti yang dikutip oleh Kushartanti dkk, bahwa kolokasi adalah asosiasi atau pendampingan secara tetap suatu leksem.26 Dari definisi di atas, Penulis menyimpulkan kolokasi adalah keterikatan atau pendampingan kata yang menimbulkan makna baru. Contohnya kata ثسث memiliki makna asalnya „mencari‟, tetapi jika didampingi kata lain maka maknanya akan berubah, contohnya kata ثسث jika didampingi preposisi ٝف bermakna „belajar‟, dan jika berdampingan dengan kata ٍّٝ ػbermakna „riset‟.27 Dalam bahasa Arab ada beberapa kombinasi untuk membentuk kolokasi, Al-Tahir A. Hafiz merumuskan kombinasi tersebut sebagai berikut; 25 Ibid., Kushartanti, Untung Yuwono, Multamia RMT Lauder, Pesona Bahasa: Langkah Awal Memahami Linguistik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007), h.141 27 Al-Tahir A. Hafiz, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, (Libanon: Maktabah Lubnan, 2004), cet-1, h. 59-60 26 21 1) Kombinasi verba (ً )فؼ+ nomina (ُ)إق, dimana nomina dapat berupa subjek, objek, زبيtempat. contohnya kata ٔ أثؽاbermakna „membebaskan‟ + غِخ bermakna„tanggungan, digabungkan dalam satu kalimat jaminan‟ ketika ُّٙ غِخ اٌّزٝ أثؽأ اٌمبضmemiliki makna „Hakim membebaskan jaminan tertuduh‟ 2) Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana nomina bertindak sebagai objek tak langsung. Contohnya ْ ٌٗ اٌؼٕبٝ„ أؼضmengendurkan tali kekang‟ 3) Kombinasi verba + frasa preposisi, dimana frasa tersebut menjadi kata keterangan (adverbial). Contohnya ٗ ػبرمٍٝ„ أضػ ػmenanggung beban‟ 4) Kombinasi verba + frasa nominal ( ٝت إضبف١)رؽو, dimana nomina bertindak sebagai adverbia. Contohnya ّب١ّب ثؽل١„ ارظً ٘برفmenghubungi dengan telpon telegram‟ 5) Kombinasi verba+ konjungsi + verba, biasanya verba itu bersinonim. Contohnya ٔكتٚ زكتbermakna „keturunan‟ 6) Nomina + nomina, ini dalam konstruksi إضبفخ. Contohnya إخبؾح عٛ االٔقجbermakna „weekend‟ 7) Nomina + konjungsi + nomina. Contonya إطعاؼٚ ؽاظ٠ إbermakna „import dan eksport‟ 8) Nomina + adjektifa, contohnya ٟبق١ إطالذ قnomina إطالذyang bermakna „pembenaran, pengislahan‟ + adjektif ٟبق١ قyang bermakna „kepolitikan‟. Jika kita gabungkan keduanya akan bermakna „reformasi politik‟ 22 9) Nomina + frasa preposisi, contonya اٌكٍغخٍٝ طؽاع ػnomina طؽاع yang bermakna „perjuangan‟ berdampingan dengan frasa preposisi ٍٝػ اٌكٍغخyang bermakna „atas kekuasaan‟. Jika kita gabungkan keduanya akan bermakna „perjuangan terhadap kekuasaan‟ 10) Nomina + preposisi, contohnya ٝ„ ؼغجخ فmenyukai‟ 11) Adjektif + nomina, contonya ّح إؼاظحٛ„ لwill power' 12) Adjektif + frasa adverbial, dimana frasa adverbial mengandung preposisi + nomina, contohnya ً ِٓ اٌّبي١ٍ„ لsedikit uangnya‟ Dari kombinasi-kombinasi tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa bahasa Arab merupakan bahasa yang inflektif, yaitu bahasa yang mempunyai sejumlah perubahan bentuk, baik bertalian dengan pembentukan kata baru maupun sesuai dengan fungsi sintaksis tiap kata.28 Inilah yang merupakan tugas penerjemah untuk memahami budaya bahasa sumber dalam hal ini bahasa Arab. 28 Aziz Fahrurrozi dan Muhajir, Gramatika Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010), h. 1 BAB III KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS 3.1 3 Analisis Kosakata Medan Makna Universitas Sebagaimana tertera pada bab sebelumnya, pada bab II diterangkan teori tentang medan makna juga komponen makna. Pada bab III ini Penulis menganalisis kosakata medan makna universitas dengan analisis komponen maknanya dengan menggunakan analisis biner yaitu memberikan tanda plus (+) jika kata tersebut memiliki komponen maknanya dan minus (-) jika kata tersebut tidak memiliki komponen maknanya. Telah dibahasa di bab I, Penulis hanya menganalisis kosakata tertentu yang memiliki jangkauan makna dengan universitas. Untuk itu Penulis akan membahas satu persatu kosakata tersebut: 3.2 Kosakata Medan Makna Universitas yang Berakal 3.2.1 Komponen Makna Rektor Kata rektor dalam bahasa Arab umumnya disebut ؽ اٌدبِؼخ٠ ِعyang merupakan frasa nominal, karena dibentuk oleh 2 nomina, yaitu ؽ٠ ِعyang berarti „pimpinan‟ dan اٌدبِؼخyang bermakna „universitas‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL], [± LAKILAKI], [+ CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+PINTAR], [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN], [+JUJUR], [+AMANAH], [+TANGGUNG JAWAB], [+PIMPINAN SEBUAH UNIVERSITAS]. 3.2.2 Komponen Makna Dekan Kata dekan dalam bahasa Arab yaitu خ١ٍع اٌى١ّ ػyang merupakan frasa nominal, gabungan kata ع١ّ„ ػpimpinan‟ dan خ١ٍ„ اٌىfakultas‟. Kata ini memiliki komponen 23 24 makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT FISIK DAN MENTAL], [±LAKI-LAKI], [+CERDAS], [+BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+PINTAR], [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN], [+TANGGUNG JAWAB], [+PIMPINAN SEBUAH FAKULTAS]. 3.2.3 Komponen Makna Dosen Dosen adalah tenaga pengajar tingkat universitas, dalam bahasa Arab dosen umumnya disebut ِعؼّـ اٌدبِؼخyang bermakna „guru universitas‟. Kata ini memiliki komponen makna [+ MANUSIA], [+ DEWASA], [± LAKI-LAKI], [+ CERDAS], [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR], [+ AMANAH], [+ TANGGUNG JAWAB], [+ MAMPU MENGAJAR], [+ MAMPU BERKOMUNIKASI DUA ARAH], [+ PENGAJAR DI SEBUAH UNIVERSITAS]. 3.2.4 Komponen Makna Mahasiswa atau Mahasiswi Mahasiswa atau Mahasiswi adalah panggilan untuk orang yang sedang menjalani pendidikan tinggi di sebuah universitas atau perguruan tinggi.29 Mahasiswa atau Mahasiswi dalam bahasa Arab adalah عبٌتyang bermakna “pencari” yang merupakan isim fa‟il dari عٍتyang salah satu maknanya „mencari, meminta‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MANUSIA], [+DEWASA], [± LAKILAKI], [+BELAJAR DI UNIVERSITAS], [+KRITIS], [+AKTIF], [+DINAMIS]. 29 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1998), h.543 25 3.3 Kosakata Medan Makna Universitas (Tak Berakal) 3.3.1 Komponen Makna SKS Kata SKS singkatan dari satuan kredit semester, adalah satuan yang digunakan untuk menyatakan besarnya beban studi mahasiswa.30 Jika ingin menyelesaikan sarjananya mahasiswa harus menyelesaikan SKS sesuai dengan jumlah yang ditentukan oleh universitas masing-masing. SKS dalam bahasa Arab adalah قبػخ ِؼزّعحyang merupakan frasa adjektifal karena terdiri dari nomina „ قبػخjam‟ dan ajektifa „ ِؼزّعحtertentu‟. Kata SKS ini memiliki komponen makna [+BOBOT NILAI], [+ANGKA], [+BERADA DALAM KRS] [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+TIAP MATA KULIAH MEMPUNYAI JUMLAH SKS TERTENTU], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP SEMESTER]. 3.3.2 Komponen Makna KRS KRS singkatan dari kartu rencana studi, kartu yang berisi rencana (konsep) mata kuliah yang akan ditempuh pada semester yang akan datang untuk memperoleh persetujuan dosen Pembimbing Akademik (PA). Kartu rencana studi diisi dan didaftarkan pada setiap awal semester. Umumnya mahasiswa mengajukan KRS guna untuk kelancaran perkuliahan.31 KRS dalam bahasa Arab adalah اٌطغظ merupakan bentuk jamak (plural) dari kata ضغخyang bermakna „langkah/rencana‟. Kata KRS ini memiliki komponen makna [+KARTU], [+HURUF], [+ANGKA], [+GARIS-GARIS], [+FORM], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA TIAP 30 Hamid Nasuhi dan Arief Subhan, Pedoman Akademik 2008-2009, (Jakarta: Biro Administrasi Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2008), h. 47 31 http://www.inti.ac.id/stmikinti/index.php?Itemid=98&id=48&option=com_content&ta sk=view diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 13:00 26 SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+ BERISI LIST MATA KULIAH DAN SKS] 3.3.3 Komponen Makna Fakultas Fakultas adalah bagian administratif daripada sebuah universitas. Namun secara umum fakultas diartikan sebagai sebuah devisi dalam sebuah universitas yang terdiri dari suatu area subyek, atau sejumlah bidang studi terkait, merupakan sarana pelayanan mahasiswa belajar.32 Setiap universitas memiliki fakultas yang bermacam-macam. Fakultas dalam bahasa Arab adalah خ١ٍو. Jika kata ini diserap dalam bahasa Indonesia „kuliah‟ bermakna kegiatan yang dilakukan [+BANGUNAN], mahasiswa. [+ADA Kata BANYAK ini memiliki RUANGAN], komponen makna [+SARANA DAN PRASARANA PERKULIAHAN MAHASISWA], [ADA DI UNIVERSITAS], [+NAMANYA BERDASARKAN BIDANG STUDI TERKAIT]. 3.3.4 Komponen Makna Jurusan Program studi merupakan pilihan mahasiswa ketika ingin memasuki gerbang universitas, jurusan ini dipilih calon mahasiswa sesuai keinginannya dan kemampuannya. jurusan dalam bahasa Arab adalah ُ لكyang bermakna „bagian‟. Kata ini memiliki komponen makna [+MEMILIKI BEBERAPA BIDANG STUDI], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+MEMPUNYAI KONSENTRASI TERTENTU]. 32 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.239 27 3.3.5 Komponen Makna Skripsi, Tesis, dan Disertasi Skripsi, Tesis, dan Disertasi adalah pernyataan atau teori yang didukung oleh argumen yang dikemukakan dalam karangan, untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada universitas atau karangan ilmiah yang ditulis untuk mendapatkan gelar kesarjanaan pada suatu universitas.33 Umumnya dalam bahasa Arab skripsi berpadanan dengan ٍّّٟ ثسث ػyang bermakna “research atau penelitian”, tesis berpadanan dengan ؼقبٌخdan disertasi ٖؼٛ ؼقبٌخ اٌعوزatau زخٚاَعؽ. Kata ini memiliki komponen makna [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+KERTAS], [+TULISAN], [+GAMBAR], [+TABEL], [+KARYA MAHASISWA], [+PENELITIAN], [+PEMIKIRAN], [+TEORI], [+ANALISIS], [+DATA], [+MASALAH], [+KESIMPULAN]. 3.3.6 Komponen Makna Beasiswa Beasiswa adalah bantuan yang diberikan kepada pelajar atau mahasiswa sebagai bantuan biaya belajar biasanya berupa sejumlah uang.34 Kata beasiswa dalam bahasa Arab diterjemahkan [+BANTUAN], ّخ١ِٕسخ ظؼاق. Komponen makna beasiswa adalah [+TUNJANGAN], [+MATERI], [+FASILITAS], [+KERINGANAN], [+UNTUK PELAJAR], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. 33 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.851 34 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.89 28 3.3.7 Komponen Makna Mata Kuliah Mata kuliah adalah satuan pelajaran yang diajarkan (dikuliahkan) di tingkat universitas. Dalam bahasa Arab umumnya disebut ِبظّحyang salah satu maknanya „materi‟. adalah kata ini mempunyai komponen makna [+SATUAN PELAJARAN], [+ADA NILAI SKSNYA], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS], [+ADA UJIANNYA], [+ADA HASILNYA]. 3.3.8 Komponen Makna Indeks Prestasi Indeks Prestasi adalah Penilaian keberhasilan seorang mahasiswa yang dinyatakan dengan nilai kredit rata-rata yang merupakan satuan nilai akhir yang menggambarkan mutu penyelesaian suatu program studi. Indeks Prestasi dihitung pada setiap akhir semester.35 IP dalam bahasa Arab diterjemahkan ُِؼعّي اٌزؽل Memiliki komponen makna [+ANGKA], [+NILAI], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA] [+KUMPULAN SKS], [+HASIL NILAI KUMPULAN MATA KULIAH], [+BOBOT MATA KULIAH], [+NILAI MAKSIMAL 4 (EMPAT)], [+DIKELUARKAN PADA SETIAP SEMESTER], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. 3.3.9 Komponen Makna BEM BEM adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat Universitas atau Institut. Dalam melaksanakan programprogramnya, umumnya BEM memiliki beberapa departemen.36 BEM singkatan dari badan eksekutif mahasiswa. Dalam bahasa Arab diterjemahkan ّخ٠ػ١ئخ اٌزف١ٌٙا ٌغالة اٌدبِؼخ. BEM memiliki komponen makna [+ORGANISASI MAHASISWA], 35 http://baak.unikom.ac.id/evaluasi/ip.html diakses pada tanggal 27-Maret-2011 pukul 15:44 WIB 36 http://id.wikipedia.org/wiki/Badan_Eksekutif_Mahasiswa diakses pada tanggal 27Maret-2011 pukul 15:46 WIB 29 [+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN], [+ HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. 3.3.10 Komponen Makna UKM UKM adalah wadah aktivitas kemahasiswaan untuk mengembangkan minat, bakat dan keahlian tertentu bagi para anggotanya. lembaga ini merupakan partner organisasi kemahasiswaan intra kampus lainnya seperti Senat Mahasiswa dan Badan Eksekutif Mahasiswa, baik yang berada di tingkat program studi, jurusan, maupun universitas.37 UKM adalah unit kegiatan mahasiswa yang terjemahannya dalam bahasa Arab adalah زعح االٔٔشغخ ٌغالة اٌدبِؼخٌٛا. UKM memiliki komponen makna [+ORGANISASI MAHASISWA], [+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN MAHASISWA], [+BERBAGAI BIDANG], [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. 3.3.11 Komponen Makna Sarjana Sarjana adalah orang pandai (ahli ilmu pengetahuan) yang akan memiliki gelar strata satu, dua, dan tiga sesuai yang ia capai setelah menamatkan pendidikan tingkat terakhirnya di universitas.38 Gelar sarjana dalam bahasa Arab berbedabeda. Untuk sesorang yang menyelesaikan S1 bahasa Arabny adalah ـٛ٠ؼٌٛثىب, untuk seseorang yang menyelesaikan S2 gelarnya ؽ١ِبخكز, dan untuk seseorang yang telah menyelesaikan S3 gelarnya ٖؼاٛاٌعوز. Untuk orang yang disebut sarjana yaitu ر٠ّضؽ. Memiliki komponen makna [+GELAR], [+DIPEROLEH SETELAH LULUS DARI UNIVERSITAS]. 37 http://id.wikipedia.org/wiki/Unit_Kegiatan_Mahasiswa diakses pada tanggal 27Maret-2011 pukul 15:49 WIB 38 Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h.785 30 3.4 Ciri Bersama Setiap kosakata di atas pasti memiliki ciri bersama yang menjadikannya memiliki jaringan makna dengan universitas. Ciri kosakata medan makna universitas yang berakal antara rektor, dekan, dosen, mahasiwa/mahasiswi memiliki ciri bersama yaitu; [+MANUSIA], [+DEWASA], [+SEHAT MENTAL DAN FISIK], [±LAKILAKI], [BERADA DI UNIVERSITAS]. Untuk kata rektor dan dekan dalam ciri yang spesifik hampir memiliki ciri bersama yaitu; [+PUNYA JIWA KEPEMIMPINAN]. Antara rektor, dekan, dan dosen juga memiliki ciri bersama yaitu; [+ BERPENDIDIKAN], [+KOMPETEN], [+ PINTAR], [+ JUJUR], [+ AMANAH], [+ TANGGUNG JAWAB]. Seluruh Kosakata medan makna yang tak berakal juga mempunyai ciri bersama yaitu [+HANYA BERADA PADA LINGKUP UNIVERSITAS]. Antara SKS, KRS, dan IP memiliki ciri bersama juga yaitu [+ANGKA], [+WAJIB DIMILIKI MAHASISWA]. Antara BEM dan UKM memiliki ciri bersama lainnya yaitu; makna [+ORGANISASI MAHASISWA], [+STRUKTUR KEPANITIAN], [+AGENDA KERJA], [+KEGIATAN], 3.5 Ciri Pembeda Setelah menilik ke ciri bersama, kosakata-kosakata medan makna universitas ini juga memiliki ciri pembeda. Antara rektor dan dekan meski kedua kata ini banyak memiliki ciri bersama, tetapi juga memiliki ciri pembeda yaitu rektor adalah [+PIMPINAN SEBUAH UNIVERSITAS] dan dekan [+PIMPINAN SEBUAH FAKULTAS]. Antara SKS dan KRS juga memiliki ciri pembeda SKS [+BOBOT NILAI], [+TIAP MATA KULIAH MEMPUNYAI JUMLAH SKS TERTENTU], [+BERADA DALAM KRS] dan KRS memiliki ciri [+ BERISI LIST MATA 31 KULIAH DAN SKS], [+KARTU], [+HURUF], [+GARIS-GARIS], [+FORM]. Antara BEM dan UKM, [+BERBAGAI BIDANG]. BEM [-BERBAGAI BIDANG] dan UKM BAB IV ANALISIS KOSAKATA MEDAN MAKNA UNIVERSITAS 4 PADA KONTEKS KALIMAT 4.1 Kata يذيزdalam Konteks Kalimat Kata ؽ٠ ِعdi kamus memilki makna dasar „kepala, direktur, manager‟.39 Makna ini adalah makna dasar yang belum diletakkan dalam konteks. Berbeda jika kita meletakkan kata ini dalam konteks اٌدبِؼخdan membentuk frasa nominal ( ت١رؽو ٟ )إضبفmenjadi ؽ اٌدبِؼخ٠ِع. Frasa ini dapat kita terjemahkan „kepala universitas, pimpinan universitas, atau ketua universitas‟. Secara harfiyah terjemahan tersebut memang tidak salah, tetapi terjemahan tersebut kurang tepat. Setiap bahasa memiliki kebudayaan masing-masing dan di sinilah terjadi pergeseran budaya antara bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia menyebut seorang „pimpinan universitas‟ dengan kata „rektor‟. Kata rektor di sini merupakan kata serapan yang diserap dari bahasa latin yang berasal dari bahasa latin regera yang berarti guru. Dalam budaya lain penggunaan rektor tidak hanya bermakna „pimpinan sebuah universitas‟. Dalam sudut pandang agama kata rektor pada zaman dahulu dipakai untuk pimpinan agama nasrani (Katolik), dan dalam bidang politik kata rektor juga dipakai untuk Gubenur Romawi yang dikenal dengan Rector Provinciae yang dikenal sejak zaman Suetonius. Kata rektor juga dipakai untuk para pengampu jabatan tertentu di pemerintah negara-negara di 39 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia, (Surabaya: Pustaka Progressif, 1997), h.423 32 33 dunia.40 Kata ؽ٠ ِعmemiliki banyak makna kolokatif, seperti contoh-contoh di bawah ini: خ١ٌٚ اٌعQS ك شؽوخ٠ ثفؽٍٝزم٠ ) يذيز انجبيعخ1) Rektor bertemu dengan perusahaan QS internasional بظٙ االٕخزٚ ّا ثبٌدعٍّّٛزؼ٠ ْٔػٖ ال١ِ) ٔظر يذيز انًذرسخ رال2) Kepala sekolah menasehati murid-muridnya untuk belajar dengan giat dan sungguh-sungguh ؾٌٕعاٛ١ٔٚ ب١ٌٓ يذيزا إقهيًيب ألقزؽا١ىف" رؼ١ٕى١ؽ ر٠) شؽوخ "آ3) Perusahaan “Air Techniques” mengangkat Regional manajer Australia dan New Zeland 43 خ١ٔؿا١ٌّاٚ خ١ٌؽ اٌّب٠ؾٚ ٌٟ ثّؼبٛٔغٛ اٌىٌٝب إٙبؼر٠ يذيز عبو اٌّظؽف ضالي ؾٍٟزم٠ (4) General manager Bank bertemu menteri keuangan dan anggaran selama kunjungannya ke Kongo 44 إظاؼح اٌزؽوبد اٌشبغؽحٟ( زك يذيز انتزكبد ف5) Hak administrator dalam pengaturan harta warisan yang kosong خ١ٌظجر اٌؽخً اٌّب٘ؽ يذيز انًزاسى االززفب١) ق6) Pemuda yang pintar akan menjadi pembawa acara ""اٌؿزف األضضؽٚ "ً٠عاْ ٌمٕبح "اٌجع٠ؽ خع٠ٓ رسؽ١ِأٚ ) يذيز تنفيذي7) 40 WIB 41 http://id.wikipedia.org/wiki/Rektor diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 15:06 http://uqu.edu.sa/404.html diambil tanggal 24-februari-2011 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.15 WIB 42 http://www.akhbaralarab.net/index.php/medicinesciencetech/31855--q-q----- diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.16 WIB 43 http://appablog.wordpress.com diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.22 WIB 44 http://www.moj.gov.sd/laws_3/1/19.htm diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.25 WIB 45 http://www.shbabwow.com/vb/t6630.html diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.38 WIB 34 Direktur eksekutif dan sekretaris editing yang baru melalui “pergantian” dan "Green Maret" Contoh pada nomor (1), (2), (5), dan (6) adalah contoh-contoh kata ؽ٠ِع yang berdampingan dengan kata lain dan merupakan frasa nominal (ٟت إضبف١)رؽو karena dibentuk dari nomina + nomina. Kolokasi-kolokasi di atas merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina + nomina. Sementara itu, contoh pada nomor (3), (4), dan (7) adalah contoh-contoh kata ؽ٠ ِعyang berdampingan dengan kata lain yang merupakan frasa adjektifal ( ٟطفٚ ت١ )رؽوkarena dibentuk dari nomina+ adjektif. Kolokasi pada contoh-contoh berikut juga dibentuk dari nomina+adjektif. Adjektif dalam bahasa Arab dapat dibentuk dengan nomina + ٞ nisabah. Perhatikan contoh (1), (2), (3), dan (4). Kata ؽ٠ ِعberdampingan dengan kata „ اٌدبِؼخuniversitas‟, „ اٌّعؼقخsekolah‟, ّٟ١ٍ„ إلregional‟, َ„ ػبumum‟. Pendamping kata-kata ؽ٠ ِعdalam tiap konteks kalimat berbeda-beda. Ketika kata ؽ٠ ِعberdampingan dengan اٌدبِؼخdalam konteks universitas maka frasa tersebut diartikan „rektor‟ karena pimpinan dalam sebuah universitas adalah rektor. Begitu juga kata ؽ٠ ِعyang berdampingan dengan kata اٌّعؼقخdalam konteks sekolah, maka frasa ؽ اٌّعؼقخ٠ ِعdiartikan „kepala sekolah‟.47 Ketika kata ؽ٠ ِعberdampingan dengan kata ّٟ١ٍ إلberada dalam konteks perusahaan diartikan „regional manajer‟,48 dan ketika kata ؽ٠ ِعyang berdampingan dengan kata َ ػبdan membentuk frasa ؽ٠ِع َ ػبdan frasa tersebut berada dalam konteks yang umum maka frasa tersebut diartikan „general manager‟.49 46 http://www.alarabonline.org/libyatoday/display.asp?fname=\2011\02\0202\30.htm&dismode=x&ts=2-2-2011%207:30:38 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.55 WIB 47 Ahmad Warson Munawwir, Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia h.423 48 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675 49 Ibid., 35 Begitu juga, kata ؽ٠ ِعpada contoh (5), (6), dan (7). Kata ؽ٠ِع berdampingan dengan kata-kata lain dengan konteks yang berbeda pula. Jika kata ؽ٠ ِعberdampingan dengan اٌزؽوبدmerupakan bentuk jamak (plural) dari رؽوخ yang bermakna „warisan‟ dan membentuk frasa ؽ اٌزؽوبد٠ ِعjika diterjemahkan apa adanya „pimpinan warisan-warisan‟ tetapi penerjemahan ini tidak tepat. Frasa ini lebih cocok diterjemahkan „administrator‟50 dan jika kita mencari makna administrator dalam KBBI, kita akan menemukan makna direktur perusahaan, pengurus, penata usaha, penguasa atau pembesar setempat, dan orang yang mempunyai kemampuan memerintah yang sangat baik.51 Begitu juga frasa ؽ٠ِع ُاٌّؽاق, kata ُ اٌّؽاقbermakna „ upacara-upacara‟.52 Jika diterjemahkan apa adanya „ketua acara-acara, pimpinan acara-acara, atau ketua upacara-upacara‟, terjemahan ini secara harfiyah memang tidak salah, tetapi kurang tepat. Frasa ini lebih tepat bermakna „pembawa acara‟53 karena pimpinan acara-acara adalah pembawa acara. Begitu pula frasa ٞػ١ؽ رٕف٠ ِعjika diterjemahkan „kepala pelaksana atau ketua pelaksana‟, memang tidak salah tetapi terjemahan „direktur eksekutif‟54 lebih tepat jika dilihat pada konteks kalimat pada nomor (7). Inilah tugas penerjemah dalam memilih diksi yang baik, benar, dan tepat. Contoh-contoh di atas adalah contoh kata ؽ٠ ِعyang berdampingan dengan kata-kata lain. Pendampingan kata dengan kata lain yang biasa disebut kolokasi dan konteks kata atau frasa dalam kalimat akan sangat mempengaruhi makna. Pengaruh makna juga mempengaruhi medan makna sebuah 50 Ibid., Ibid. 52 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1680 53 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675 54 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1675 51 kata. Kata ؽ٠ِع 36 bermakna asli „pimpinan, manager, ketua, dan kepala‟ jika kata itu tidak berdampingan dengan kata lain maka kata ؽ٠ ِعsulit untuk dianalisis dengan analisis biner dan akan sulit pula mencari medan maknanya. Untuk medan makna universitas maka contoh pada nomor (1) lah yang merupakan salah satu makna yang berkaitan dengan universitas karena kata ؽ٠ ِعberdampingan dengan kata اٌدبِؼخyang bermakna „rektor‟. 4.2 Kata عًيذdalam Konteks Bahasa Arab menerjemahkan dekan dengan خ١ٍع و١ّػ, yang merupakan frasa nominal bentukan dari kata ع١ّ ػyang bermakna „pimpinan‟ dan berdampingan dengan kata خ١ٍ وyang bermakna “fakultas” dan membentuk konstruksi idhafah. Ini juga termasuk salah satu kolokasi Arab karena merupakan kombinasi dari nomina + nomina yang melahirkan makna baru, yaitu „dekan‟. Kata ع١ّ ػjuga memiliki banyak makna kolokatif jika didampingi kata-kata lain. Seperti contohcontoh di bawah ini; ؼلخ األقئٍخٚ ُ١ٍ ػعَ ركٍٝ ػ،خبِؼخ اٌمب٘ؽح-ٍَٛؼ ِسّع طبٌر عًيذ كهيخ ظاؼ اٌؼٛ( شعظ اٌعوز8) ؽفضٓ ضٍغ إٌمبة٠ ٌٍٟغبٌجبد اٌالر Dr. Muhammad Shaleh selaku dekan fakultas Daer Al -„Ulum Universitas Kairo mengecam peniadaan penyerahan lembar soal kepada mahasiswi yang menolak membuka cadar. يٚ ظٟخ ف٠ٛ١غ اٌس٠ إلبِخ اٌّشبؼٟذ ف٠ٛؼ اٌىٚكزػوؽ ظ٠ ٟ) عًيذ انسهك انذثهٌيبسي اٌؼؽث9) إٌّغمخ 55 http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2010/01/09/93204.html diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 20.59 WIB 37 Kepala korps diplomatik mengemukakan peran Kuwait dalam pelaksanaan proyek-proyek vital di Negara-negara sekitar. ٌُ ٌٍزأً٘ ٌىأـ اٌؼبٞظٛ فشً إٌّزطت اٌكؼٍٝك عًيذ انكتبة ػ١ٍ) رؼ10) Komentar Redaktur tentang kegagalan tim Saudi untuk lolos ke Piala Dunia. ؽ اٌمٕغبؼ١ّٓ ق٠ اٌّسؽؼٜؼ عًيذ األقؽٚؿ٠ خ٠ف اٌٍدٕخ اٌّؽوؿ١( ؼئ11) Ketua komite pusat mengunjungi brigadir mantan tahanan Samir Kuntar. Contoh-contoh pada nomor (8), (9), (10), dan (11) adalah contoh-contoh kata ع١ّ ػyang bermakna „pimpinan, kepala‟,59 yang berkolokasi dengan kata-kata lain yang membentuk frasa-frasa yang memiliki makna baru akibat konteks yang mempengaruhi makna dasar kata ع١ّػ. Ketika kata ع١ّ ػberdampingan dengan اٌكٍه ِٟبقٍٛ اٌعثdalam satu konteks, maka kata ع١ّ ػtidak lagi bermakna dekan. Tetapi, bermakna „kepala korps diplomatik‟60 karena frasa ini dalam konteks diplomatik. Kolokasi ini dibentuk dari kombinasi nomina + nomina + adjektif dalam konstruksi idhafah. Begitu juga ketika kata ع١ّ ػberdampingan dengan kata-kata lain pada konteks yang berbeda. Seperti dengan kata اٌىزبةyang bermakna 56 http://www.kuna.net.kw/NewsAgencyPublicSite/ArticleDetails.aspx?id=2146937&Lan guage=ar diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.10 WIB 57 http://www.aldwaish.com/Videos.htm diakses pada tanggal 27-02-2011 pukul 16:48 WIB 58 http://www.tahrir.info/index.php?option=com_content&view=article&id=143:o&catid=2:-&Itemid diakses pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 19.56 WIB 59 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1324 60 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1325 38 „penulis-penulis‟,61 maka kata ع١ّ ػtidak lagi bermakna „ketua penulis-penulis‟ kita cukup menerjemahkan „redaktur‟ agar para pembaca mengerti maksud dari makna frasa tersebut. Kolokasi ini juga dibentuk dari nomina + nomina dalam konstruksi idhafah. Pada contoh nomor (11), kata ع١ّ ػdijuluki untuk seorang tentara yang bernama Samir Kuntar, maka kata ع١ّ ػdalam konteks ini lebih tepat diterjemahkan „brigadir‟.62 4.3 Kata يذرّسdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan kata dosen dengan ِعؼّـ اٌدبِؼخkarena sama-sama mengandung pesan „mengajar‟ tanpa melihat status apakah ia mengajar di pendidikan dasar menengah, tinggi baik formal atau nonformal, pesantren, atau universitas. Kata ِعؼّـumumnya diartikan sebagai „pengajar atau guru‟63 seperti makna dasarnya. Kata ِعؼّـmemiliki dua makna yang berbeda jika berada dalam konteks yang berbeda seperti contoh dalam kalimat-kalimat berikut ini: ٖؼاٛبظح اٌعوزٙ شٍٝسظً ػ٠ خبِؼخ اإلِبؼادٟي يذرِس فٚ) أ12) Dosen pertama yang mendapat gelar doktor di UAE إٌدفٟ فٟس١ي يذرِس ِكٚك أ٠) إقىٕعؼ زؽ13) Iskandar Hariq guru Kristen pertama di Najaf Contoh (12) dan (13) adalah contoh yang hampir sama namun berbeda. Kata ِعؼِـpada contoh (12) bermakna „dosen‟ karena konteksnya di universitas sedangkan kata ِعؼِـpada (13) berada dalam konteks sekolah. pada kedua contoh 61 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1493 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1325 63 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1669 64 http://www.mohammedbinzayed.com/vb/showthread.php?t=63041 diakses pada tanggal 23 Februari 2011 pukul 21.15 WIB 65 http://www.masarnews.com/modules.php?name=News&file=article&sid=3758 diakses pada tanggal 27-02-2011 pukul 16:53 WIB 62 39 di atas kata ِعؼِـsama-sama bermakna „pengajar‟, tetapi dalam konteks berbeda bahasa Indonesia mempunyai budaya yang berbeda pula. Pengajar di universitas disebut dengan „dosen‟ sedangkan pengajar di sekolah-sekolah disebut „guru‟. Itulah salah satu perbedaan budaya bahasa Arab dan bahasa Indonesia, bahasa Arab lebih banyak mempunyai kosakata daripada bahasa Indonesia seperti Kata „dosen‟ dalam bahasa Arab dapat diterjemahkan dengan kosakata lain. Tetapi, umumnya diterjemahkan ِعؼِـ. 4.4 Kata طبنجخ/ طبنتdalam Konteks Kalimat Kata طبلبت/ طبلبmerupakan isim fa‟il dari verba غٍت٠ – عٍتyang bermakna „mencari, meminta, mengundang, menuntut, menginginkan‟.66 Kata عبٌت „mahasiswa‟ dan kata عبٌجخyang merupakan feminin atau muannats dari عبٌت yang bermakna „mahasiswi‟. Kata عبٌجخ/ عبٌتdiartikan mahasiswa atau mahasiswi biasanya jika berada dalam kalimat yang berbau „pendidikan‟. Kata ini juga diterjemahkan sesuai pesan dalam bahasa Indonesia yaitu sama-sama „mencari ilmu‟. Kata عبٌتataupun عبٌجخmemiliki banyak makna kolokatif jika didampingi dengan kata lain dan tidak dalam wilayah „pendidikan‟ seperti contoh-contoh di bawah ini; ب٠ؿ١ٌ طبنجخ ِبٚ ن ركزمجً أٌف طبنتِٛؽ٠ ) خبِؼخ14) Universitas Yarmouk menerima seribu mahasiswa dan mahasiswi Malaysia بٙ١ٌ) غ٘ت طبنت انزًاج إ15) Pelamar nikah pergi kepadanya (Fatimah) 66 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1236 http://yunn.yu.edu.jo/index.php?option=com_content&view=article&id=437:201102-10-14-02-37&catid=1:yu-news&Itemid=114 diakses pada tanggal diambil pada tanggal 24 Februari 2011 pukul 22.17 WIB 67 40 عح؟٠ف ػٓ اٌشؽوخ اٌدع١ طبنت انعًم إضفبء األخؽاٌضؼٍٝكزٍؿَ ػ٠ ً٘ )16) Apakah pelamar kerja harus takut gaji yang kecil di perusahaan yang baru? Contoh-contoh pada nomor (14), (15), dan (16) merupakan contoh-contoh kata عبٌتatau عبٌجخpada konteks. Pada contoh (14) kata عبٌتatau عبٌجخdalam konteks universitas maka kata-kata tersebut bermakna „mahasiswa dan mahasiswi‟ tidak lagi diterjemahkan dengan makna dasarnya „pencari atau peminta‟ sedangkan contoh pada nomor (15) kolokasi ini dibentuk dari nomina + nomina yaitu nomina عبٌت+ nomina اجٚ اٌؿyang bermakna „nikah‟69 jika kedua nomina tersebut berada dalam satu konteks dan berdampingan akan bermakna „pelamar‟ yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK MENIKAHI). Begitu pula contoh pada nomor (16) merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina + nomina yaitu nomina عبٌتdan nomina ًّ اٌؼyang bermakna‟pekerjaan, tugas, fungsi, profesi‟.70 Jika kedua nomina ini berada dalam satu konteks maka „pencari kerja‟71 yang memiliki komponen makna (+DATANG UNTUK BEKERJA). Inilah tugas penerjemah dalam menerjemahkan kata atau frasa sesuai konteks agar tidak terjadi kesalahan penerjemahan. 4.5 Kata سبعخdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan SKS dengan قبػخ ِؼزّعحyang merupakan frasa adjektifal. Ini merupakan salah satu 68 kolokasi yang dibentuk dari nomina + http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=14460c896bb456e4 diakses pada tanggal 27 Februari 2011 pukul 16.50 WIB 69 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1025 70 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1322 71 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1322 41 adjektif yang membentuk makna baru. Kata قبػخtidak lagi bermakna „jam‟72 sebagai makna dasarnya. Kata قبػخini juga memiliki banyak makna kolokatif seperti contoh-contoh berikut ini: 73 ب ثبٌىبًِ ٖ قبػبدٍّٙ( سبعخ ريهيخ إقزغؽق ػ17) Pembuatan jam pasir membutuhkan waktu 3 jam penuh 74 َ ٔ٩ٕٓ َىب ػب٠ب أِؽّٙخ طٕؼ٠( سبعخ شًسيخ لع18) Jam matahari yang lama dibuat oleh Amerika pada tahun 1920 M 75 ع٠ّف شعٛ رطٍٕٝزظؽسبعخ انصفزػ٠ (خٍف19) Dia duduk menunggu jam nol dengan perasaan takut yang besar 76 ً خعا١ِٗ ثمٛٔ ٞ( سبعبد ينجو ِطظظخ ٌٍػ20) Jam beker khusus untuk orang yang bangunnya susah 77 ب أزّؽٌٙٔٛ الثكخ سبعخ يذٟٔٔذ ا٠( ؼأ21) Kamu melihatku mengenakan jam tangan berwarna merah خ اٌعلخ١ٌاػبً ِطزٍفخ ِٓ انسبعبد انفهكيخ ػبْٛٔ ثئٔشبء أٍّْٛ اٌّكٕٛعقٌّٙاٚ ْٛ١( لبَ اٌفٍى22) ُٙ ِؽالجبرٟب فِٙالقزطعا 72 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036 http://www.maxforums.net/showthread.php?t=51624&page=1 diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:07 WIB 74 http://www.al-7r.com/vb/t3490.html diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:12 WIB 75 Al-Tahir, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, h.172 76 http://www.e-msjed.com/msjed/site/details.asp?topicid=1534 diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:30WIB 77 http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=7400334090542a0b diakses pada tanggal 17 Maret 2011 pukul 22:35WIB 73 42 Para astronom dan insinyur muslim menciptakan berbagai jenis jam presisi astronomi dengan sangat teliti yang digunakan untuk menemani perjalanan mereka. Contoh pada nomor (17) sampai contoh (22) merupakan contoh-contoh kolokasi kata قبػخyang berdampingan dengan kata-kata lain yang merubah makna dasar kata قبػخitu sendiri yaitu „jam‟. Contoh (17), (18), dan (22) adalah frasa adjektifal dimana kata قبػخdidampingi oleh adjektif خ١ٍِ„ ؼpasir‟, خ١شّك „matahari‟, dan خ١„ فٍىastronomi‟. Sementara itu, contoh (19), (20), dan (21) merupakan contoh-contoh kolokasi kata قبػخyang dibentuk dari nomina قبػخdan nomina „ اٌظفؽnol‟, ٗ„ ِٕجalarm‟, ع٠ „tangan‟ yang membentuk frasa nominal. Dari semua contoh di atas memperlihatkan berbagai jenis jam dan bentuk jam yang berbeda. Ketika قبػخberdampingan dengan ٗ١ٍِ ؼdalam satu konteks bermakna „jam pasir‟.79 Jam pasir adalah perangkat untuk pengatur waktu. Terdiri dari dua tabung gelas yang terhunbung dengan sebuah tabung sempit .Salah satu tabung biasanya diisi dengan pasir yang mengalir melalui tabung sempit ke tabung di bawahnya dengan laju yang teratur. Ketika pasir telah mengisi penuh tabung bawah, alat ini bisa di balik sehingga dapat digunakan kembali sebagai pengatur waktu. Jam pasir merupakan nama umum yang mengacu pada gelas pasir, di mana jam pasir ini digunakan untuk menghitung waktu selama satu jam.80 Ketika قبػخberdampingan dengan kata خ١ شّكdalam satu konteks bermakna 78 http://www.al-7arf.com/vb/t29722.html diakses pada tanggal 18 Maret 2011 pukul 79 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036 http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_pasir diakses pada tanggal 21 Maret 2011 pukul 19:58 80 00:38 43 „jam matahari‟.81 Jam ini merupakan sebuah perangkat yang menunjukkan waktu berdasarkan letak matahari.82 Makna lain diberikan ketika قبػخberdampingan dengan kata اٌظفؽyang bermakna „jam nol‟.83 Jam nol bukan salah satu jenis jam tetapi jam nol adalah jam yang menunjukkan waktu pada pukul 00:00. Contoh lain diberikan pada contoh (17) yaitu ٖ قبػبدyang bemakna „3 jam‟ makna ini tidak bermakna jenis dan bentuk jam tetapi jam yang memiliki komponen makna [-JENIS] dan [-BENTUK]. Begitu juga makna yang tergantung pada قبػخ ِؼزّعح. Walaupun merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina+adjektif yang membentuk frasa adjektifal frasa ini tidak menunjukkan jenis dan bentuk jam tetapi menunjukkan makna seperti makna „3 jam‟ di atas. Contoh-contoh di atas juga bukan termasuk medan makna universitas. 4.6 Kata انخططdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan KRS dengan اٌطغظ. Seperti yang telah dijelaskan pada bab III, pada bagian komponen makna KRS bahwa terjemahan KRS adalah اٌطغظyang merupakan bentuk plural dari ضغخyang bermakna „langkah, rencana, desain‟.84 Kebudayaan bangsa Arab, khususnya di universitas-universitas Timur Tengah memiliki KRS sebagai salah satu sistem yang ada di sana. Bahasa Arab menerjemahkan KRS tidak secara harfiyah tetapi makna yang terkandung dari KRS yaitu „rencana‟ yang akan mahasiswa/mahasiswi ambil dalam setiap 81 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036 82 http://id.wikipedia.org/wiki/Jam_matahari diakses pada tanggal 21 Maret 2011 pukul 00:42 83 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1036 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 844 84 44 semester. Kata اٌطغظ/ ضغخmemiliki makna kolokatif jika didampingi dengan makna lain dalam suatu konteks seperti contoh-contoh di bawah ini: ثخ ثٕظبَ اٌكبػبد٠خ اٌسع١خٌٕٛٛ ػعظ ِٓ اٌّمؽؼاد اٌزىٍٝ ػٜٛ( خطخ دراسيخ رسز23) اٌّؼزّعح KRS berisi sejumlah program teknologi modern dengan sistem SKS خ١ اٌٍغخ اٌؼؽثٍّٟعح ٌّؼ٠خ وزبثخ انخطط انعالجيخ اٌدع١ف١( و24) Tata cara Penulisan sebuah rencana-rencana penyelesaian masalah yang baru bagi guru bahasa Arab ٜف اٌّؤؼش اٌّظؽ١ٌثبؼ رأ٢ اٚ االػزجبؼ ثػوؽ اٌطغظٚ اػظٌّٛ وزبة اٛ٘ ( انخطط انًقزيزيخ25) ٜؿ٠ٓ اٌّمؽ٠ اٌعٝرم Khuthat Al-Maqresais adalah buku nasehat dan pengalaman, berisi caracara dan implikasinya yang ditulis oleh sejarawan Mesir Taqiyuddin Al-Maqrizi ؽٙ رجعأ ِٓ ِغٍغ شٟاٌزٚ خ٠ٕٛؽ ِبؼـ ِٓ وً ػبَ خطتو انتذريجيخ اٌكٙ شٟع فٙظعؼ اٌّؼ٠ (26) ٌٟؽ ِبؼـ ِٓ اٌؼبَ اٌزبٙخ ش٠بٙٔ ٟرىزًّ فٚ ً٠أثؽ 85 http://engineering.menofia.edu.eg.htm diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada pukul 16:19 WIB 86 http://www.almdares.net/vz/showthread.php?t=22964 diakses pada tanggal 06Maret-2011 pada pukul 17:13 WIB 87 http://arz.wikipedia.org/wiki diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada pukul 16:37 WIB 45 Pada bulan Maret Institut mengeluarkan rencana pelatihan tahunan setiap tahun, yang dimulai dari awal April dan akan selesai pada akhir Maret tahun berikutnya. Contoh pada nomor (23) merupakan salah satu kosakata yang memiliki jangkauan makna dengan universitas sementara contoh (24), (25), dan (26) merupakan kolokasi dari kata اٌطغظ/ ضغخ. Pada contoh (24) kata اٌطغظ berdampingan dengan kata خ١„ اٌؼالخpengobatan‟ dalam satu konteks bermakna „rencana pengobatan‟. Kata اٌطغظtetap bermakna „rencana‟ tetapi rencana dalam konteks yang lain yaitu pengobatan. Dalam hal ini makna خ١ اٌطغظ اٌؼالخadalah „solving problem‟ atau „rencana penyelesaian masalah‟. Begitu juga pada contoh (25) dan (26) kata اٌطغظ/ ضغخberada dalam konteks lain. Pada (25) merupakan nama buku yang ditulis oleh seorang sejarahwan mesir Taqiyuddin Al-Maqrizi dan pada contoh (26) berada pada konteks pelatihan. Frasa-frasa di atas adalah kolokasi yang membentuk makna baru. Ketika satu kata berada dalam suatu konteks dan berdampingan dengan kata lain maka makna dasar kata tersebut menjadi lebih sempit dan dapat berubah menjadi makna baru. 4.7 Kata كهيخdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan fakultas dengan خ١ٍ وkemudian bahasa Indonesia menyerap kata خ١ٍ وmenjadi „kuliah‟ yang maknanya sangat bergeser yang disebut faux amis. Kuliah dalam bahasa Indonesia memiliki komponen makna [+AKTIVITAS BELAJAR DI PERGURUAN TINGGI]. Makna dasar خ١ٍ وadalah 88 http://www.iad.gov.qa/arabic/index.php?option=com_content&task=view&id=39&Ite mid=54 diakses pada tanggal 06-Maret-2011 pada pukul 16:25 WIB 46 fakultas.89 Biasanya dalam setiap universitas memiliki beberapa fakultas yang bermacam-macam. Ini salah satu contoh kata خ١ٍ وdalam konteks kalimat: خ١ٍّ ِسبضؽح ػٟٓ اٌّبض١َٕ اإلثٛ٠ بع٠ اٌؽٟ(ػمعد في كهيخ االتصبالد ًانًعهٌيبد ف27) "غ٠ اٌّشبؼٌٝػٓ " اٌّعضً إ Fakultas Komunikasi dan Informasi di Riyadh pada hari Senin mengadakan kuliah ilmiah tentang "pendekatan proyek”. ٌٝ اإلٔضّبَ إٟخ ف١ٍؽغت ِٓ عالة اٌى٠ ِٓ ًح ٌىٛخٗ إظاؼح كهيخ اآلداة اٌعػٛ( ر28) "ٓ١ِاٌزأٚ َخ ٌٍٕظب١"اٌٍدٕخ اٌغالث Manajemen Fakultas Adab mengundang semua mahasiswa yang tertarik untuk bergabung dengan "Komite Mahasiswa sistem dan asuransi” Contoh pada nomor (27) merupakan salah satu fakultas yang ada di Riyadh. Kata خ١ٍ„ وfakultas‟ berdampingan dengan ِبدٍٛاٌّؼٚ „ االرظبالدkomunikasi dan informasi‟. Maka makna dasar خ١ٍ وlebih sempit. Fakultas untuk mahasiswa komunikasi dan informasi. Begitu juga contoh pada nomor (28) makna خ١ٍو menjadi sempit karena didampingi oleh kata ظاة٢ اyang bermakna „adab‟.92 4.8 Kata قسىdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan jurusan dengan ُ لكyang bermakna „bagian‟. Jurusan merupakan salah satu sistem yang ada di universitas. Kata ini memiliki banyak 89 90 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1517 http://www.tvtc.gov.sa/Arabic/TrainingUnits/CollegesOfTechnology/cti/Pages/default. aspx diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 01:34 WIB 91 http://www.foa.edu.eg/ diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 08:22 92 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 64 47 makna kolokatif jika disandangkan dengan kata-kata lain dalam suatu konteks kalimat seperti contoh-contoh di bawah ini: ب قسى االتصبالد ًقسى عهٌو ًىنذسخ انحبسجبدِٕٙعقخ ثبلكأٌٙبد ا١ٍ( لؽاؼاد و29) Keputusan fakultas teknik tentang jurusan-jurusannya yaitu jurusan komunikasi, sains, dan teknik computer. خ١ِبد اإلقال١اٌّؽئٚ بد١رٛ قسى اٌظ: ٜغ إٌّزع١اضِٛ (30) Threads in Forum: bagian audio dan video Islami Dari contoh (29) dan (30) terlihat perbedaan ketika kata ُ لكberada dalam konteks universitas kata ini bermakna „jurusan‟ dan ketika berada dalam konteks lain kata ini barmakna „bagian‟. Walaupun kata ُ لكpada kedua contoh di atas berkonstruksi sama yaitu idhafah tetapi maknanya berbeda karena didampingi kata yang berbeda dan dalam konteks yang berbeda pula. 4.9 Kata ثحْثdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan skripsi, disertasi, dan tesis dengan ٍّّٟثسث ػ. Walaupun ketiga karya ilmiah itu berbeda tingkatan tetapi bahasa Arab tetap menerjemahkan pesan yang ada yaitu „penelitian‟. Kata ثسثsendiri memiliki makna kolokatif jika disandingi dengan kata-kata lain seperti contoh di bawah ini: ئبد اٌدبفخ١ّخ ثبٌج٠خ اٌّكزع١ّٕك اٌز١ رسمٟؼ انجحث انعهًي فٚ( ظ31) 93 http://www.farahat-library.com/blog/2010/09 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 01:56 WIB 94 http://forum.sh3bwah.maktoob.com/f40/ diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 02:03WIB 48 Peran penelitian ilmiah dalam merealisasikan pembangunan yang berkelanjutan terhadap lingkungan yang kering اٌّغؽةٟ( االثزىبؼ ً انجحث ً انتنًيخ ف32) Inovasi dan penelitian dan pengembangan (LITBANG) di Maroko انجحث عن انعًمٝكبػعُ٘ اٌّىزت ف٠ (33) Kantor ini membantu mereka dalam mencari pekerjaan Contoh pada nomor (31) frasa ٍّٟ اٌجسث اٌؼtidak diterjemahkan „skripsi, tesis, atau disertasi‟ karena frasa ini tidak berada dalam konteks universitas. Fasa ini merupakan kolokasi yang dibentuk dari kombinasi nomina + adjektif yaitu nomina اٌجسثdan adjektif ٍّٟ„ اٌؼilmiah‟. Pada (32) juga merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina+konjungsi+nomina yaitu nomina اٌجسث+ konjungsi ٚ + nomina خ١ّٕ اٌزyang melahirkan makna „LITBANG‟. Begitu juga contoh (33) kata اٌجسث mempunyai makna kolokatif karena dibentuk dari nomina+frasa preposisional yaitu اٌجسث+ ًّ ػٓ اٌؼmelahirkan makna „mencari pekerjaan‟. 4.10 Kata ينحخdalam Konteks Kalimat Beasiswa dalam bahasa Arab berpadanan dengan ّخ١ ِٕسخ ظؼاقyang merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina+adjektif yaitu nomina ِٕسخyang memiliki makna dasar „pemberian‟97 dan adjektif ّخ١ ظؼاقyang bermakna„studi‟.98 Secara harfiyah menjadi „pemberian studi‟. Terjemahan ini memang tidak salah tetapi 95 http://www.ires.ma/spip.php?article1292 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 07:06 WIB 96 Al-Tahir, Mu’jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah, h. 59 97 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h.1833 98 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 887 49 faktanya ّخ١ ِٕسخ ظؼاقbiasanya diberikan dalam bentuk uang untuk belajar atau belajar gratis untuk para pelajar. Kata ِٕسخdalam konteks mempunyai makna kolokatif jika didampingi kata-kata lain seperti contoh-contoh berikut: ْبثب١ٌ اٟفّؽ ينحخ دراسيخ فٛ٠ ٌٟٚ( إْ اٌجٕه اٌع34) Bank dunia memperbanyak beasiswa di Jepang ٓاعِٛ ًٕبؼ ٌى٠ظ1000 ( ينحخ أييزيخ35) Sumbangan pemerintah 1000 dinar untuk setiap warga Contoh pada nomor (34) dan (35) merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina + adjektif. Walaupun demikian makna kedua frasa ini berbeda. Kata ِٕسخ pada contoh (34) adalah pemberian untuk pelajar, sedangkan kata ِٕسخpada contoh (35) adalah pemberian untuk masyarakat umum, terlihat pendamping kata ini dan konteks yang membentuk makna ini. 4.11 Kata يبدّحdalam Konteks Kalimat Makna ِبظّحdalam konteks universitas menjadi sempit yaitu mata kuliah. Makna dasar „ ِبظّحmateri atau bahan‟. Dalam konteks tertentu makna ِبظّحdapat berubah seperti contoh-contoh berikut ini: ُبِخ خعا ٌظسخ اٌدكٌٙ( رؼع اٌكجبٔص ِٓ انًٌاد انغذائيخ ا36) Bayam adalah bahan makanan102 yang sangat penting bagi kesehatan tubuh 99 http://www.alquds.edu/en/Scholarships/2321.html diakses pada tanggal 21-Maret2011 pada pukul 07:27 WIB 100 http://aboflan.com/2011/01/17 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 07:28 WIB 101 http://shathaq.blogspot.com/2010/04/blog-post_04.html diakses pada tanggal 21Maret-2011 pada pukul 07:52 WIB 50 خ ثبألطً ركزطؽج ِٓ شدؽح اٌّغبط١ؼ١( اٌّغبط يبدّح خبو عج37) Karet adalah bahan baku104 yang berasal diekstrak dari pohon karet Contoh pada (36) dan (37) kata يبدّح/ انًٌادbermakna „bahan‟. Makna bahan sangat luas, ketika kata اظٌّٛ اdidampingi dengan kata خ١„ اٌغػائmakanan‟ maka makna bahan dibatasi oleh kata makanan yang menjadikan makna اظٌّٛ اdi sini menjadi sempit, yaitu hanya bahan-bahan makanan saja. Begitu pula kata ِبظّح pada contoh (37), makna „bahan‟ pada contoh ini dibatasi oleh kata „baku‟ sebagai pendamping kata ِبظّحini. 4.12 Kata يعذّلdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahkan IP dengan ُ ِؼعّي اٌزؽلyang merupakan kolokasi yang dibentuk dari nomina+nomina yaitu nomina ِؼعّيyang bermakna dasar „rata-rata atau yang di tengah-tengah‟105 dan ُ اٌزؽلang bermakna dasar „nomor, perhitungan‟.106 Ketika kedua nomina ini digabungkan dalam satu konteks universitas bermakna „IP (indeks prestasi). Kata ِؼعّيdalam suatu konteks memiliki beberapa makna kolokatif seperti contoh-contoh dibawah ini: ٞع ِٓ يعذل ًفيبد اٌّظبثبد ثكؽعبْ اٌثع٠( اٌكّٕخ رؿ38) Obesitas meningkatkan angka kematian108 dengan kanker payudara 102 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1579 http://www.masress.com/soutelomma/3699 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 07:58 WIB 104 Atabik, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1579 105 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762 106 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 987 107 http://football.riadah.org/t153-topic diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 09:26 WIB 108 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762 103 51 ٘ػاٟ ػعظ األفؽاظ فٌٝ ِدزّغ إٟظح فٛع اٌّؽط١ٌاٌّٛسكت ثٕكجخ ػعظ ا٠ ( يعذل انًٌانيذ39) اٌّدزّغ Tingkat kelahiran110 dihitung per jumlah kelahiran yang diamati di masyarakat dengan jumlah individu dalam masyarakat ini Contoh pada nomor (38) kata ِؼعيdidampingi oleh kata بد١فٚ yang bermakna „kematian‟ yang membentuk kolokasi yang melahirkan makna baru. Begitu pula kata ِؼعيpada contoh (39) yang berdampingan dengan kata ع١ٌاٌّٛا „kelahiran‟ yang membentuk makna baru. 4.13 Frasa انييئخ انتفيذيّخdalam Konteks Kalimat Bahasa Arab menerjemahan BEM dengan ّخ ٌغالة اٌدبِؼخ٠ػ١ئخ اٌزف١ٌٙا. Kata BEM diterjemahkan apa adanya dalam bahasa Arab. Di uniersitas-universitas timur tengah organisasi BEM belum diberlakukan, karena sistem pemerintahan di sana bersifat kerajaan. Berikut frasa ّخ٠ػ١ئخ اٌزف١ٌٙ اdalam konteks lain: ٟؿ اٌظمؼج٠ف ٌدٕخ أزطبثبد ارسبظ ِظؽ ػجعاٌؼؿ١ؼئٚ ف انييئخ انتنفيذيخ١( أػٍٓ ٔبئت ؼئ40) خ١خ ِظؽ اٌؼؽث٠ؼّٛٙ خٟخ ف١ػٓ رّبَ االقزؼعاظاد ٌالٔزطبثبد اٌغالث Wakil Ketua komite eksekutif dan Ketua panitia pemilihan serikat Mesir Abdul Aziz Saq'abi mengumumkan kesiapannya untuk pemilu mahasiswa di Republik Arab Mesir ٞؽ٠ك اٌسؽ١بي ؼف١ اغزٜ غوؽٟؽ خؼدغ ف١ّخ ق١ٔاد اٌٍجٕبٛ اٌمٟف انييئخ انتنفيذيخ ف١( وٍّخ ؼئ41) 109 http://ar-ii.demopaedia.org/wiki diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 09:33 WIB 110 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1762 http://nuksnews.blogspot.com/2010/04/8.html diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 08:07WIB 111 52 Sambutan Presiden badan eksekutif dalam Pasukan Lebanon Samir Geagea dalam peringatan pembunuhan Rafik Harir Kata ئخ١ٌٙ اbermakna dasar „organisasi, institusi, lembaga.113 Kata خ٠ػ١اٌزٕف memiliki makna „pelaksanaan, eksekutif.‟114 خ٠ػ١ئخ اٌزٕف١ٌٙ اdalam kedua konteks di atas memiliki makna yang sama dengan makna BEM, yaitu suatu organisasi eksekutif. Perbedaannya BEM hanya berada di wilayah universitas. 4.14 Kata انٌحذح االٔنشطخdalam Konteks Kalimat UKM dalam bahasa Arab diterjemahkan ٌغالة اٌدبِؼخ زعح االٔٔشغخٌٛ اyaitu „unit kegiatan mahasisiwa‟. زعح االٔٔشغخٌٛ اFrasa ini merupakan frasa adjektifal karena dibentuk dari nomina زعحٌٛ„ اunit‟115 + adjektif „ االٔٔشغخkegiatan‟.116 Berikut frasa ini dalam konteks kalimat: 2008 قٕخٟ فٟ اٌثمبفٚ ٟٕف ًحذح اننشبط اٌف١( رُ رأق42) Unit kegiatan seni dan budaya telah didirikan tahun 2008 118 ( أنشطة متنىعت للوحدة األولى43) Kegiatan yang bermacam-macam untuk unit yang pertama Pada contoh (41) dan (42) terdapat kata زعحٚ dan إٌشبط/ أٔشغخ dalam konteks. Pada (41) kata زعحٚ dan إٌشبطmembentuk satu frasa yaitu زعح إٌشبطٚ yang bermakna „unit kegiatan‟, sedangkan pada contoh (42) kata أٔشغخdan زعحٚ tidak 112 http://www.lebanese-forces.org/forum/showthread.php?49358 diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 08:15 WIB 113 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1986 114 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 595 115 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 2004 116 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1911 117 http://www.csw-iraq.com/art.htm diakses pada tanggal 21-Maret-2011 pada pukul 09:24 WIB 118 http://www.4shared.com/file/q3bcWrHv/BahrainArabaiacom.htm diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:10 53 membentuk frasa maka kedua kata itu memiliki pesan tersendiri yaitu „kegiatan dalam suatu unit‟. 4.15 Kata ثكبنٌريٌس, يبجستيز, dan انذكتٌرح, dalam Konteks Kalimat Pada bab III dijelaskan makna sarjana yang berbeda-beda sesuai konteks kata‟sarjana‟ dalam kalimat. Jika sarjana yang dimaksudkan gelar, maka memilki tiga terjemahan untuk s1 ـٛ٠ؼٌٛثىب, untuk s2 ؽ١ِبخكز, dan s3 ؼحٛاٌعوز. Jika sarjana yang dimaksudkan adalah orang yang memilki gelar tersebut maka diterjemahkan ر٠ّ ضؽseperti contoh-contoh berikut ini: خ١بد اٌّدزّغ رّٕر اٌغبٌت فؽطخ اقزىّبي اٌعؼاقخ اٌدبِؼ١ٍخ ثى١ٌ( اٌجؽاِح االٔزمب44) ٔفف اٌزطظضٟ ظؼخخ انجكبنٌريٌس فٍٝي ػٌٍٛسظ Program transisi fakultas sosial memberikan mahasisiwa kesempatan untuk melanjutkan sarjana untuk mendapatkan gelar s1 (bachelor) dalam spesialisasi yang sama. ي نهًبجستيزٛط اٌمجٚ( شؽ45) Syarat-syarat penerimaan master ي نهذكتٌراهٛط اٌمجٚ( شؽ46) Syarat-syarat penerimaan doktoral Pada ketiga contoh di atas merupaka contoh yang memperlihatkan bahwa sarjan memiliki tingkatan-tingkatan tertentu yang memiliki terjemahan yang 119 http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/Bac helors.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:51 120 http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/Ma ster.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 08:01 121 http://www.ksu.edu.sa/sites/KSUArabic/Students/ProsStds/AddmisionReq/Pages/PH D.aspx diakses pada tanggal 25-Maret-2011 pukul 07:57 54 berbeda-beda. Pada contoh (44) makna ـٛ٠ؼٌٛ„ اٌجىبbachelor‟122 untuk mahasiswa yang menyelesaikan sarjananya pada tingkat pertama, pada contoh (45) makna ؽ١„ ِبخكزgelar master‟123 untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan tingkat kedua, dan pada contoh (46) kata ٖؼاٛ اٌعوزbermakna „gelar doktor‟124 untuk mahasiswa yang telah menyelesaikan tingkat ketiga maka ia patut mendapat gelar doktor. 122 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 346 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 1577 124 Atabik Ali, Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia, h. 904 123 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 5 KESIMPULAN Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apa saja kosakata medan makna universitas dan bagaimana kosakata tersebut dalam konteks kalimat. Penulis hanya membatasi kosakata tertentu yang dianalisis yaitu rektor, dekan, dosen, mahasiswa/ mahasiswi, SKS, KRS, fakultas, program studi, skripsi, tesis, disertasi, beasiswa, mata kuliah, indeks prestasi, BEM, UKM, dan sarjana. Penelitian ini pun menggunakan teori-teori penerjemahan, medan makna, komponen makna, kolokasi, kombinasi pembentukan kolokasi Arab sebagai pisau analisis kosakata-kosakata di atas. Pada bab III yaitu analisis komponen makna, diketahui setiap kosakata memiliki hubungan yang menunjukkan bahwa kosakata-kosakata tersebut memiliki ciri-ciri yang sama dan yang beda. Ciri-ciri yang sama menunjukkan bahwa setiap kata yang Penulis analisis merupakan satu medan makna yang mengacu pada kata universitas. Sementara ciri pembeda menunjukkan setiap kata pasti memiliki perbedaan. Pada bab IV Penulis menganalisis kosakata-kosakata tersebut dalam konteks kalimat. Terlihat satu kata jika diaplikasikan pada suatu konteks yang berbeda akan mengalami perubahan makna, yang mengakibatkan perubahan medan makna juga. Analisis dengan menggunakan teori kolokasi pun mempengaruhi perubahan makna walaupun makna dasar suatu kata dalam suatu konteks tetap berpengaruh membentuk makna relasionalnya. 55 56 5.2 SARAN Dari penelitian ini telah diketahui bahwa bahasa adalah sesuatu yang terus menerus berkembang seiring dengan perubahan zaman. Begitu pula kosakatakosakata ini akan terus berkembang dan tidak menutup kemungkinan kosakata yang Penulis teliti akan terjadi pergeseran medan makna. Oleh karena itu, Penulis menyarankan agar terus mengkaji bahasa yang lebih mendalam. 57 DAFTAR PUSTAKA Ali, Atabik. Al-‘Ashry Kamus Arab-Indonesia. Yogyakarta: Mulya Karya Grafika,1998. A.Hafiz, Al-Tahir. Mu‟jam al-Hafiz Lil Mutashahibaat al-Arabiyah. Libanon: Maktabah Lubnan, 2004. Chaer, Abdul. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 1995. Hidayatullah, Moch.Syarif . Tarjim al-An: Cara Mudah menerjemahkan ArabIndonesia. Tangerang Selatan: Dikara, 2010. Kamalie, Saifullah. Dalam Artikelnya yang bertajuk Kolokasi dan Leksikografi. http://saifullahkamalie.blogspot.com/2007/06/kolokasi-dalam-bahasa-arab.html Kushartanti. dkk. Pesona Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka, 2007. Machasin. Relasi Tuhan dan Manusia: PendekatanSemantik Terhadap Al-Quran. Yoyakarta: Tiara Wacana Yogya, 2003. Muhajir, dan Aziz Fahrurrozi. Gramatika Bahasa Arab, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2010. Munawwir, Ahmad Warson. Al-Munawwir Kamus Arab-Indonesia. Surabaya: Pustaka Progressif, 1997. Nasuhi, Hamid dan Subhan, Arief. Pedoman Akademik 2008-2009. Jakarta: Biro Administrasi Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Parera, J.D. Teori Semantik. Jakarta: Erlangga, 2004. Pateda, Mansoer. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2010. 58 Putrayasa, Ida Bagus. Kalimat Efaktif (Diksi, Struktur, dan logika). Bandung: Refika Aditama, 2007. Sayogie, Frans. Penerjemahan Bahasa Inggris ke dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah, 2008. Syihabuddin, Penerjemahan Arab Indonesia (Teori dan Praktek). Bandung: Humaniora, 2005. Taufiqurrochman. Leksikologi Bahasa Arab. Malang: UIN Malang Press, 2008. Tarigan, Henri Guntur. Pengajaran Kosakata. Bandung: Angkasa, 1993. Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan Dan Pengembangan Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1998 Ullmann, Stephen. Penghantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009. Umar, Ahmad Mukhtar.„Ilmu Ad-Dilaalah. Kuwait: Maktabah Daar Al-Guruubah li An-Nasyr wa At-Tauzi‟, 1982. Usman, Hasan. Manhaj Al Bahast At Tarikhiy. Kairo: Daarul Ma‟arif, 1986. Yusuf, Suhendra. Teori Penerjemahan: Pengantar ke Arah Pendekatan Linguistik dan Sosiolinguistik. Bandung: Mandar Maju, 1994. Sumber-sumber dari Internet http://uqu.edu.sa/404.html http://www.akhbaralarab.net http://appablog.wordpress.com http://www.shbabwow.com/vb/t6630.html http://www.alarabonline.org http://www.islammemo.cc/akhbar/arab/2010/01/09/93204.html http://www.mohammedbinzayed.com/vb/showthread.php?t=63041 59 http://ejabat.google.com/ejabat/thread?tid=14460c896bb456e4 http://www.maxforums.net/showthread.php?t=51624&page=1 http://www.e-msjed.com/msjed/site/details.asp?topicid=1534 http://id.wikipedia.org http://engineering.menofia.edu.eg.htm http://www.almdares.net/vz/showthread.php?t=2296 http://www.farahat-library.com/blog/2010/09