"Distance Learning " Model Strategis untuk meningkatkan Kualitas Pekerja Sosial Oleh : Dra. Emmy Widayanti, MPd Staf Ahli Bidang Hubungan Antar Lembaga Sejalan dengan semakin meningkatnya peran Kementerian Sosial Republik Indonesia dalam pembangunan kesejahteraan sosial, terutama pasca ditetapkannya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011tentang Penanganan Fakir Miskin dan Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan, kebutuhan akan peningkatan kapasitas sumber daya manusia kesejahteraan sosial juga meningkat. Kebutuhan untuk mengembangkan kualitas SDM Kesos terutama Pekerja Sosial agar dapat selalu beradaptasi terhadap tugas dan fungsinya serta lingkungan strategis saat ini, termasuk tuntutan kebutuhan pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi penanganan masalah dan perkembangan masalah sosial, diperlukan strategi khusus dengan mengembangkan model diklat yang tidak hanya mengandalkan model pembelajaran " tatap muka". Mencermati data yang tertuang dalam Kementerian Sosial dalam Angka Tahun 2013, hal 112, pada periode tahun 2009-2011 terdapat 2.292 orang pekerja sosial fungsional, dari jumlah tersebut baru 582 orang yang telah mengikuti diklat atau baru 25,40% sehingga terdapat 74,60% pekerja sosial yang belum memperoleh kesempatan diklat. Adapun dalam LAKIP Badiklit Kesos tahun 2013 dari jumlah SDM kesos sebanyak 393.916 orang (Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan Sosial) baru 23.118 orang yang telah mengikuti diklat (5,86%) , masih terdapat 94,14% atau 370.798 orang yang belum memperoleh kesempatan diklat. Memperhatikan data tersebut begitu banyak SDM Kesos yang masih perlu ditingkatkan kompetensinya agar kualitas dan output kinerjanya terstandar dan lebih baik sesuai dengan tuntutan tugas yang juga selalu meningkat dan dinamis. Timbul pertanyaan, kenapa antara target sasaran diklat dengan realisasinya masih terdapat kesenjangan yang sangat jauh? Jawabannya, karena anggaran yang dialokasikan untuk diklat masih terbatas. 1 Lalu langkah apa yang perlu dilakukan? Tentu diperlukan langkah inovatif dan strategis agar jumlah pekerja sosial dan SDM kesos secara cepat dan tepat mendapat kesempatan diklat. Untuk itu Distance Learning/Pendidikan dan Pelatihan Jarak Jauh (PPJJ) harus menjadi alternatif solusi dan secara bertahap harus diimplementasikan untuk mengurangi kesenjangan tersebut. Bentuk Distance Learning/PPJJ : 1. Model On-Line, atau E-Learning 2. Model Off-Line, atau melalui bahan-bahan tertulis. Keunggulan Distance Learning/PPJJ adalah : 1. Efisien Waktu, karena dengan metode ini kesempatan untuk mengikuti diklat lebih cepat, tidak harus menunggu 5 sampai 7 tahun. 2. Sebaran dan jangkauan sasaran diklat lebih banyak. 3. Anggaran lebih efisien baik anggaran untuk transportasi, uang saku harian maupun akomodasi, bahkan anggaran tersebut tidak diperlukan lagi, kalaupun diperlukan sedikit untuk evaluasi dan lainnya. 4. Mendorong Kemandirian Pekerja Sosial/SDM Kesos, untuk lebih proaktif dan mengambil inisiatif dalam menentukan pilihan diklat yang akan diikuti sesuai kebutuhan masing-masing. Guna menjamin kualitas penyelenggaraan Distance Learning diharapkan: 1. Penyelenggaraan Distance Learning didasarkan pada perencanaan yang sistemik, meliputi kurikulum, materi ajar, proses pembelajaran, instrumen dan sistem evaluasi. 2. Berbasis Tujuan Instruksional Khusus (TIK). 3. Memanfaatkan sistem penyampaian materi yang inovatif dan kreatif. 4. Mengembangkan dan membina tingkat kemandirian dan soft skill peserta didik. 5. Menyediakan layanan pendukung yang berkualitas seperti, administrasi akademik, bantuan belajar untuk peserta didik, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan peserta didik, akses dan infrastruktur. Fasilitator, Widyaiswara dan Dosen sebagai ujung tombak pendidikan dan pelatihan diharuskan : 1. Melakukan pemutakhiran bahan ajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhir. 2. Mengembangkan diri secara terus menerus, termasuk melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya. 3. Mengontrol kegiatan belajar peserta pendidikan dan pelatihan. 2 Langkah-langlah yang perlu dipersiapkan untuk terselenggaranya Distance Learning : 1. Aspek Kelembagaan. a. Menetapkan peran masing-masing lembaga penyelenggara diklat agar jelas dan lebih fokus, termasuk perlu mengidentifikasi, mengembangkan dan melembagakan jejaring kerja pelaksana Distance Learning. b. Meningkatkan kerjasama dan hubungan antar lembaga baik internal maupun eksternal, termasuk dengan berbagai negara dan lembaga internasional untuk menunjang terlaksananya Distance Learning. 2. Aspek Sumber Daya Manusia Kesiapan SDM penyelenggara seperti Pejabat Penyelenggara, Widyaiswara, Tenaga Pengajar/Dosen perlu dibangun melalui pemetaan SDM sehingga dapat mengantisipasi tantangan baru seperti Distance Learning. 3. Aspek Ketatalaksanaan Pada aspek ketatalaksanaan, perlu disusun: a. Standar Operasional Prosedur (SOP) agar dapat memberikan pelayanan yang optimal, seperti kemudahan registrasi, waktu pelaksanaan, sistem evaluasi yang terukur dll. b. Dibangun teknologi/Information Technology disesuaikan dengan kondisi dan karakteristik diklat. c. Sistem dan mekanisme hubungan antar lembaga baik di pusat maupun di daerah. Hal-hal lain yang perlu diperhatikan adalah: 1. Disusun Road Map tentang kesiapan kelembagaan, SDM, teknologi, prosedur, metode, target group, dan lain-lain, sehingga dapat ditetapkan langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam mengimplementasikan Distance Learning. 2. Melaksanakan Workshop untuk memperkuat pengembangan Distance Learning. 3. Melaksanakan uji coba Distance Learning dengan sasaran yang terbatas. 4. Membangun dan mengembangkan bahan ajar (modul pendidikan & pelatihan) dan sistem online sebagai salah satu pendekatan dalam Distance Learning. Akhirnya semoga pekerja sosial dan SDM kesejahteraan sosial tetap mendapat kesempatan diklat yang proposional, sehingga dapat meningkatkan kualitas kinerja dan daya saing dalam berkiprah untuk Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan kelompok masyarakat marginal. 3