1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konsumen dengan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumen dengan etnosentrisme tinggi
cenderung memiliki perasaan
bersalah apabila mengonsumsi produk dari luar negeri karena berakibat buruk pada
perekonomian bangsanya sendiri. Adapun konsumen dengan etnosentrisme rendah
tidak merasakan hal tersebut. Implikasinya bagi pemasar adalah penggunaan
penekanan pada aspek kebangsaan dalam penggunaan produk dalam negeri bagi
konsumen dengan tingkat etnosentrisme tinggi.
Sementara etnosentrisme konsumen telah sering dipandang sebagai sesuatu
yang berbeda, peneliti lain telah memperkenalkan model di mana etnosentrisme
konsumen adalah bagian dari tingkat tinggi untuk membangun ekonomi nasional.
Baughn dan Yaprak (1996) mengkonsepkan konstruk ini sebagai in-group vs divisi
out-group, yang memisahkan perusahaan nasional dan asing, produk, pekerjaan,
dan pekerja. Etnosentrisme konsumen digunakan untuk mengukur "Produk kami"
dalam mengembangkan nasionalisme ekonomi.
Sikap etnosentrisme memang tidak salah, selama tidak nerlebihan
berlebihan. Karena jika memiliki etnosentrisme berlebihan dapat mengakibatkan
fanatisme kedaearahan dan lingkup kelompok. Sikap etnosentrisme tetap
dibutuhkan untuk menjaga kebutuhan dan kestabilan budaya, mempertinggi
semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa, serta memperteguh rasa cinta
terhadap kebudayaan suatu bangsa. Namun tentu konteksnya kebangsaan.
Etnosentrisme ini sangat dibutuhkan untuk dasar pembentukan sikap
patriotisme. Han (1988) menyatakan bahwa emosi patriotis konsumen memiliki
pengaruh signifikan terhadap intensi dan perilaku pembelian. Lebih jauhnya lagi,
Han juga menyatakan bahwa patriotisme konsumen dapat menunjukkan kerelaan
untuk berkorban untuk membeli merek dalam negeri. Jadi, dimensi dari patriotisme
konsumen dapat ditunjukkan melalui rasa cinta dan pengorbanan untuk membeli
merek dalam negeri (preferensi untuk membeli merek dalam negeri dibanding
merek luar).
1
2
Di negara maju, masyarakat cenderung lebih tertarik untuk membeli produk
lokal dari pada produk import, karena mereka mengetahui kualitas produknya.
Sedangkan negara berkembang memiliki dampak country of origin lebih besar.
Masyarakat Negara berkembang lebih menyukai merek dari luar negeri karena
percaya memiliki kualitas yang tinggi.
Indonesia mengalami kendala mengenai pemasaran produk dalam negeri
yang kalah pamor dengan produk luar negeri yang seharusnya produk dalam negeri
bisa menjadi tuan rumah negeri sendiri. Hal ini disebabkan kurangnya kesadaran
dan penghargaan masyarakat Indonesia terhaap produk lokal,karena masyarakat
Indonesia lebih percaya dan bangga dengan mengkonsumsi atau menggunakan
produk luar. Selain itu produk luar biasanya mempunyai desain dan kualitas yang
bagus serta meningkatkan kesan mewah sehingga dapat meningkatkan gengsi
pemakainya.
Situasi ini menuntut kepedulian konsumen, pemerintah, pelaku bisnis, dan
masyarakat Indonesia untuk saling bahu–membahu bekerja sama memprioritaskan
penggunaan produk Indonesia. Perlu dilakukan langkah terpadu untuk mengajak
masyarakat dan pihak-pihak terkait agar lebih mencintai produk Indonesia.
Sudah banyak cara yang dilakukan dan dorongan dari masyarakat salah
satunya adanya gerakan “Beli Indonesia”, sampai Agustus lalu, sudah lebih dari
12.000 orang tergabung dalam akun yang dibuat sekitar awal tahun 2011. Gerakan
ini ada untuk memperjuangkan dua hal. Pertama, membeli produk Indonesia bukan
karena lebih baik, bukan karena lebih murah, tetapi karena milik bangsa sendiri dan
kedua sebagai upaya untuk membela bangsa Indonesia.
Adapun gerakan pemerintah yakni “Aku Cinta Indonesia” yang didirikan
sejak tahun 2009. Mempunyai tujuan : Meningkatkan pemahaman, pembuatan dan
penggunaan barang produksi dalam negeri. Cara untuk mencapai tujuan ACI cukup
dengan menggunakan dan memproduksi barang dalam negeri. Dalam jangka
panjang diharapkan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan produksi dalam
negeri.
Sejumlah produk industri nasional dinilai sudah mampu bersaing dengan
produk regional. Tetapi tentu saja langkah mendukung produk lokal harus dimulai
dari pemerintah. BUMN, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah harus bekerja
3
sama untuk menggunakan produk lokal sebagai apresiasi kepada para pengusaha
lokal dalam berkarya, berproduksi dan penguatan produk dalam negeri.
Pesatnya penetrasi produk dari China di pasaran Indonesia, ditambah lagi
Pemerintah China yang mendukung penuh perdagangan masyarakatnya telah
mampu untuk menghasilkan produk yang berkualitas, produk yang bervariasi,
teknologi yang maju serta harga yang relatif murah. Indonesia merupakan pasar
yang sangat besar bagi produsen China dan seluruh dunia, apalagi dengan rata rata
tingkat konsumsi yang tinggi dan didukung dengan kemampuan beli yang terus
mengalami peningkatan, sehingga bisa dimaklumi jika produk luar negeri seperti
dari China, Korea, Jepang dan negara asia lainnya berlomba untuk menguasai pasar
Indonesia dan menawarkan berbagai macam produk berkualitas tinggi dengan
harga yang relatif lebih terjangkau bahkan hingga produk murah yang
mengesampingkan kualitas. Ditambah lagi pada akhir tahun 2015 diberlakukan
Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community), diantara negara negara
Asean sudah tidak dibatasi lagi dalam perdagangan barang, jasa dan orang,
Indonesia merupakan pasar terbesar , yaitu 60% pasar ASEAN ada di Indonesia,
jangan sampai Indonesia menjadi pasar aja, tetapi pasar Indonesia harus direbut
oleh para pengusaha lokal dari Indonesia sendiri.
Sektor mebel telah ditetapkan pemerintah sebagai salah satu dari 10
komoditas unggulan ekspor Tanah Air. Hal ini didukung berbagai faktor, di
antaranya potensi Indonesia akan ketersediaan bahan baku maupun sumber daya
manusia yang trampil. Saat ini pangsa pasar industri mebel juga masih menguasai
70% pasar domestik. Namun demikian ancaman mebel impor dari negara lain,
khususnya China yang mencapai 200% pada satu tahun terakhir ini.
Indonesia adalah sebuah negara yang dikenal sebagai penghasil berbagai
macam sumber daya alam, termasuk sumber daya alam hasil hutan berupa kayukayuan. Kayu yang ada di Indonesia sangat banyak sekali macam dan jenisnya
sebanyak 131 jenis kayu. Dan dari jenis-jenis itu ada yang tidak memiliki nilai jual
dan ada juga yang memiliki nilai jual. Untuk jenis-jenis kayu yang memiliki nilai
jual tergolong banyak jumlahnya, dan diantara jenis-jenis kayu tersebut bahkan
memiliki nilai jual yang tinggi di pasaran, baik domestik maupun Internasional
diantaranya yakni Akasia, Balsa, Bangkirai, Bayur, Jabon, Jati, Kelapa, Keruing,
Mindi, Ulin, Eboni, Sengon.
4
Popularitas furnitur Indonesia tidak hanya dikenal dalam lingkup domestik,
melainkan di tingkat Internasional. Furnitur dari Indonesia ini sudah lama memiliki
tempat.
Indikator popularitas furnitur
Indonesia di
tingkat
Internasional
ini
ditunjukkan oleh banyaknya volume permintaan yang berasal dari negara-negara
luar negeri terhadap produk-produk furnitur dari Indonesia untuk tiap tahunnya.
Negara tujuan ekspor utama produk furnitur Indonesia adalah Amerika Serikat,
Jepang, Jerman, dan Inggris.
Tabel 1.1 Nilai ekspor funitur
Nilai
Ekspor
Furnitur
Indonesia
2008-2012
(DalamMilyar USD)
Tahun
Milyar USD
2008
2.25
2009
1.37
2010
1.61
2011
1.34
2012
1.41
Sumber: Kementrian Perindustrian RI
Meskipun sebagian besar furnitur berbahan kayu solid mendominasi,
bukan berarti furnitur berbahan selain kayu solid tidak disukai oleh masyarakat
Internasional. Faktanya furnitur berbahan rotan dari Indonesia juga memiliki
tempat yang baik di level Intenasional. Furnitur rotan dari Indonesia dikenal unik
dan bernilai tinggi baik dari sisi desain maupun kualitas pengerjaan. Selain
furnitur rotan, masih ada lagi jenis furnitur dari Indonesia yang sangat disukai
oleh masyarakat Internasional, yakni furnitur dari kayu solid yang dipadukan
dengan eceng gondok. Jenis furnitur ini sangat laris sebab furnitur perpaduan
antara kayu dan eceng gondok dari Indonesia ini mampu menonjolkan kesan
elegan tanpa meninggalkan kesan naturalnya pada desainnya.
5
Reputasi negara terhadap kategori produk cenderung lebih berpengaruh
dari
pada
daya
tarik
secara
keseluruhan
(O’Shaughnessy
dan
O’Shaughnessy,2000). Reputasi ini yang sering dikenal dengan Country-oforigin reputation atau image. Reputasi Indonesia yang baik di dalam produk
furnitur ini dapat meningkatkan keyakinan etnosentris. Selain itu indonesia
dikenal dengan furnitur yang kental dengan karakteristiknya. Ini menandakan
bahwa Indonesia memiliki kualitas yang baik sehingga dapat menambah
kebanggan tersendiri atas pemakainya. Seperti yang di jelaskan dalam jurnal
yakni dengan kualitas yang jauh lebih baik dapat meningkatkan pemikiran yang
positif (Cheng Lu wang dan Zhen Xiong Chen, 2004).
Berkaitan dengan pemaparan di atas, saya tertarik melakukan penelitian
di CV.Savana yang merupakan salah satu perusahaan furniture berjenis rotan
yang berdomisili di Cirebon. Selama ini CV Savana fokus pada penjualan
ekspor business to business yang biasa disebut dengan B2B, adapun negara
tujuan ekspor produk furnitur CV Savana adalah negara negara Amerika dan
Eropa.
Sejauh ini CV Savana belum pernah menjual produknya di pasar
Indonesia dengan mencoba di pasar Indonesia yang juga memiliki banyak
peluang untuk melakukan penjualan di negara Indonesia ini.
1.2 Identifikasi Masalah
Banyak faktor yang menyebabkan konsumen melaukan pembelian
terhadap produk lokal.
Hal ini tidak lepas dari strategi perusahaan dalam
menciptakan produk yang baik di mata konsumen. Konsumen tidak sekedar
menginginkan produk tetapi juga nilai dan manfaat yang diberikan oleh suatu
produk.
Sebelum memutuskan membeli suatu produk konsumen biasanya
melakukan banyak pertimbangan, karena konsumen ingin yang sesuai dengan
kebutuhannya.
Berikut ini adalah masalah-masalah yang menjadi bahan penelitian laporan ini:
6
1. Apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap willingness to buy furnitur cv savana ?
2. Apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap Brand awareness furnitur cv savana ?
3. Apakah willingness to buymemiliki pengaruh yang signifikan terhadap
Brand awareness furnitur cv savana ?
4. Apakah Consumer Ethnocentrism dan willingness to buy memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Brand awareness furnitur cv savana ?
5. Apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap keputusan membelifurnitur cv savana ?
6. Apakah willingness to buy memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian furnitur cv savana ?
7. Apakah Brand awarenesss memiliki pengaruh langsung yang signifikan
terhadap keputusan pembelianfurnitur cv savana ?
8. Apakah Consumer Ethnocentrism, willingness to buy, dan Brand Awareness
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian furnitur cv
savana ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah untuk menemukan, mengembangkan dan
menguji kebenaran suatu pengetahuan. Dengan demikian, penelitian ini
merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi tentang keputusan dalam
membeli sepeda. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap willingness to buy furnitur cv savana.
2. Untuk mengetahui apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap Brand awareness furnitur cv savana
3. Untuk mengetahui apakah willingness to buy memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap Brand awareness furnitur cv savana.
4. Untuk mengetahui apakah Consumer Ethnocentrism dan willingness to buy
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Brand awareness furnitur cv
savana
7
5. Untuk mengetahui apakah Consumer Ethnocentrism memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap keputusanmembelifurnitur cv savana
6. Untuk mengetahui apakah willingness to buy memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap keputusan pembelian furnitur cv savana.
7. Untuk mengetahui apakah Brand awareness memiliki pengaruh langsung
yang signifikan terhadap keputusan pembelian furnitur cv savana.
8. Untuk mengetahui apakah Consumer Ethnocentrism, willingness to buy,
dan Brand Awareness memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
keputusan pembelian furnitur cv savana.
Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
mengenai hubungan dan pengaruh antar variabel yang ada, baik secara parsial
maupun simultan.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan akan mempunyai manfaat, yaitu :
1. Bagi penulis
-
Hasil dari penelitian diharapkan dapat memberikan bahan yang bermanfaat bagi
pengembangan ilmu penelitian dalam bidang manajemen Pemasaran kaitannya
dengan consumer behavior dalam keputusan melakukan pembelian.
-
Menambah
wawasan
serta
pengalaman
penulis
mengenai,
consumer
ethnocentrism, wilingness to buy dan kepercayaan dalam kaitannya untuk
menciptakan kepercayaan terhadap merek lokal
-
Mengasah kemampuan dalam identifikasi masalah, menganalisa serta melakukan
penelitian yang bersifat formal guna mendapatkan suatu solusi dari
permasalahan yang ada.
2. Bagi perusahaan
8
-
Hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan
dalam
penetapan
strategi
pemasaran
terkait
dengan
faktor
consumer
ethnocentrism dan willingness to buy dalam usaha menciptakan kepercayaan
konsumen terhadap merek lokal atau menjadi faktor evaluasi keefektifan
keputusan pemasaran yang telah diambil.
-
Menambah pengetahuan akan perilaku konsumen terhadap merek lokal sehingga
bisa membantu dalam penetapan strategi yang lebih baik, peningkatan usaha
dalam membangun kepercayaan yang akhirnya bisa tercipta suatu kekuatan
merek yang menjadi suatu keunggulan kompetitif yang berkelanjutan.
3. Bagi pihak lain
-
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi yang
sudah ada bagi pihak-pihak yang tertarik dengan persoalan, consumer
ethnocentrism, willingness to buy, brand awareness, dan keputusan pembelian
-
Hasil ini juga diharapkan dapat menjadi referensi atau bahkan masukan dan
informasi bagi penelitian-penelitian selanjutnya yang berkenaan dengan masalah
kepercayaan merek lokal.
1.5 Ruang Lingkup
Untuk mempermudah penulisan laporan skripsi ini dan agar lebih terarah dan
berjalan dengan baik, maka perlu kiranya dibuat suatu batasan masalah. Adapun
ruang lingkup permasalahan yang akan dibahas dalam penulisan laporan skripsi ini,
yaitu :
1. Peneliti hanya membahas tentang prospek penjualan furnitur dalam negeri
2. Peneliti mengakses informasi seputar produk cv savana
3. Penelitian ditujukan kepada konsumen akhir
9
1.6 States of arts
Peneliti
Judul
Hasil
Cheng Lu Wang Consumer
and
Zhen
Chen (2004)
Intenrion
Xiong ethnocentrism
Perbedaan
to
buy Intentions
to
and memiliki pengaruh foreign vs domestic
willingness to buy terhadap consumer products
products ethnocentrism
domestic
in
a
setting
in
dan developing
developing willingness to buy
country
buy
countries
:
testing moderating
effects
Alexander
Consumer
Josiassen,
A. ethnocentrism
Consumer
Consumer
and demographics
in demographics
Georege Assaf, and willingness to buy regards to purchase characteristic
Ingo
(2011)
O.
Karpen analyzing the role of decision
and
three demographics consumer
ethnocentrism
consumer
characteristics
Nazia
Yaseen, Impact
of
Brand There
was
a Perceived
Quality
Mariam Tahira, Amir Awareness,
significant influence and
Customer
Gulzar,
Ayesha Perceived Quality of brand awareness Loyalty on Brand
Anwar.
and
(2011)
Customer on
Loyalty on Brand
Profitability
and
Purchase Intention:
A Resellers’ View
Tabel 1.2 States of Arts penelitian
Sumber : penulis (2015)
intension
purchase Profitability
10
Download