marcom convergence strategy

advertisement
WHITEPAPER OCTOBER 2016
MARCOM CONVERGENCE STRATEGY
Float like a Butterfly, Sting like a Bee
Strategi meningkatkan efektifitas penjualan produk-produk terbaru dengan cara melakukan konvergensi
pesan komunikasi pemasaran
By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
PENDAHULUAN
Saat memasuki sharing economy seperti sekarang ini, teknik pemasaran yang terbaik dan
yang sudah teruji oleh pakar marketing dunia khususnya untuk mendongkrak penjualan produk
terbaru, adalah harus dilakukan secara serentak melalui semua channel komunikasi dengan
kekuatan budget yang tersedia untuk menyasar 1 target pasar tertentu dengan 1 ide komunikasi
yang pas dengan kebutuhan mereka. Oleh sebab itu di dalam ilmu pemasaran seringkali digunakan
istilah Integrated Marketing Communication (IMC) atau disebut juga Komunikasi Pemasaran
Terpadu.
Komunikasi pemasaran terpadu digunakan sebagai senjata untuk menyampaikan pesan
kepada konsumen dengan menggunakan sejumlah media dan berbagai saluran yang dapat
dipergunakan, tentunya dengan harapan terjadi tiga perubahan, yaitu berubahnya tindakan, sikap,
serta pengetahuan target pasar. Dalam edisi whitepaper kali ini, akan dibahas bagaimana langkahlangkah perusahaan agar dapat membuat strategi meningkatkan efektifitas penjualan produkproduk terbaru dengan cara melakukan konvergensi
pesan komunikasi pemasaran. Sedikit
meminjam perkataan petinju legendaris dunia, Mohammad Ali, yaitu “float like a butterfly, sting like
a bee”, sebuah strategi yang dijalankannya saat di ring tinju untuk sengaja membuat lawannya
cepat naik emosi di awal pertandingan, lalu dengan gerakan lincah dan memberikan sekali
serangkaian serangan yang mematikan saat lawannya sudah kehabisan tenaga.
Hal ini yang mendasari pola pikir marketer untuk tidak terjebak ikut-ikutan kompetitor lain
yang menggunakan suatu strategi pemasaran, lalu membalasnya dengan strategi yang sama di
waktu yang sama pula, sebab hal ini akan merugikan diri sendiri. Masih ingat kejadian berapa tahun
lalu saat provider telekomunikasi di Indonesia saling bersaing harga? Dari tarif harga 1 rupiah,
kemudian 0,01 rupiah, sampai akhirnya ada yang menulis 0,00000001 rupiah.
Gambar 1. Persaingan Usaha yang Tidak Sehat
Apakah dengan memberikan diskon atau harga murah kepada konsumen adalah satusatunya cara agar usaha kita bisa berkembang secara sehat? Tentunya cara promosi demikian
harus dihindari. Biasa perusahaan yang melakukan hal ini karena sudah tidak percaya diri pada
kapasitas perusahaannya sendiri. Bahwa ada banyak aspek lain yang sesungguhnya dilihat
konsumen selain masalah kualitas produk dan harga. Oleh sebab itu sebelum lebih jauh kita
membahas masalah IMC (integrated marketing communication) dan branding, ada baiknya kita
coba mendalami konsep Holistic Marketing terlebih dahulu.
Pemasaran Holistik merupakan sebuah konsep dalam marketing yang mendefinisikan
sebuah entitas (perusahaan) secara keseluruhan bukan hanya sebatas korporasi saja. Hal ini
menarik, mengingat konsep pemasaran holistik banyak digunakan oleh perusahaan saat ini dalam
rangka menjaga tingkat keberlangsungannya dalam dunia bisnis ( going concern). Maksud dari
mendefinisikan perusahaan secara keseluruhan dalam pemasaran holistik adalah melihat
perusahaan sebagai satu kesatuan yang terintegrasi dengan berbagai unsur lainnya. Unsur-unsur
tersebut yaitu konsumen, pemasok, karyawan, lingkungan, masyarakat sekitar dan seluruh
stakeholder terkait. Perusahaan harus mampu melihat konsumen sebagai bagian terpenting dalam
pengembangan perusahaan karena konsumen memiliki andil yang besar dalam keberhasilan atau
pencapaian profit. Konsep pemasaran holistik mengharuskan itu. Mengabaikan konsumen berarti
perusahaan telah mengambil langkah yang salah dan secara signifikan akan membawa perusahaan
kepada kegagalan.
Gambar 2. Konsep Holistic Marketing
Begitu pun dengan kepentingan shareholder (pemegang saham), stakeholder, dan
pemasok yang masing-masing memiliki peran serta kontribusi yang proporsional dalam
keberlangsungan sebuah bisnis. Barangkali kasus-kasus skandal dalam dunia bisnis semacam
Enron dan Lehman Brothers menjadi pelajaran penting bagi perkembangan dunia bisnis saat ini.
Bahwa fraud (kecurangan) yang terjadi baik ditingkat manager, stakeholder, atau pihak internal
manapun yang bekerjasama untuk meraih keuntungan personal dan dengan kata lain merugikan
pihak lain, dengan sendirinya akan terpental dan bangkrut. Ini bukan soal hukum alam, namun
kredibilitas perusahaan akan didapat tidak hanya dari performa perusahaan atau laporan
keuangannya yang bagus. Segala faktor yang ada diluar entitas bisnisnya, seperti konsumen,
pemegang saham, kreditur, dan siapapun akan sangat menentukan tingkat kredibilitas perusahaan.
Oleh sebab itu, fraud semacam mempercantik laporan keuangan yang dilakukan oleh
Enron dan Lehman Brothers telah sangat jelas membuktikan pentingnya arti konsep holistic
marketing (pemasaran holistik) yang mengintegrasikan semua pihak yang berkepentingan.
Tujuannya agar tercipta tranparansi dan pada akhirnya akan melejitkan kredibiltas perusahaan.
Karena bisnis tidak selamanya soal profit. Lalu seperti apa penerapan konsep pemasaran holistik
dalam perusahaan?
Konsep pemasaran holistik sering disebut oleh para ahli marketing sebagai konsep yang
fokus pada nilai (value) dalam marketing. Dalam hal ini, pemasaran holistik memiliki tujuan untuk
menciptakan tiga perspektif nilai. Yang pertama adalah eksplorasi nilai, ini merupakan kegiatan
yang bertujuan untuk menemukan nilai yang diinginkan pasar. Penerapannya adalah dengan
melakukan riset pasar sehingga perusahaan mampu menemukan seperti apa produk yang harus
dibuat agar sesuai dengan keinginan pasar.
Kedua adalah penciptaan nilai. Setelah melakukan riset pasar dan menemukan value yang
diinginkan pasar, dengan pendekatan holistic marketing, sebuah perusahaan harus mampu
menciptakan nilai tersebut. Penerapannya adalah dengan melakukan diferensiasi produk. Sehingga
perusahaan akan mampu menghasilkan produk yang tidak “membosankan” bagi pasar
(konsumen). Diferensiasi produk yang berhasil ditandai dengan terciptanya produk unggulan yang
disukai konsumen dan mampu menjadi ciri khas perusahaan. Dan yang ketiga adalah
implementasi nilai, yaitu konsep bagaimana perusahaan mampu menawarkan produk ke
pelanggan dengan nilai yang telah diciptakan dan menggunakan cara yang efisien.
Poin nomor ketiga di atas adalah poin terpenting untuk benar-benar seorang marketer
memirkan bagaimana cara mengkomunikasikan ke pasar apa saja kelebihan-kelebihan yang
dimiliki perusahaan, misal dari sisi internal karyawannya, atau dari sisi partner yang dimiliki, atau
dari sisi keberhasilan pencapaian prestasi penjualan sebelumnya. Jadi, tidak hanya melulu dari sisi
kualitas produk dan harganya saja yang harus dikomunikasikan. Untuk itu, dalam membuat ide
pesan komunikasi pemasaran, haruslah ada kesepakatan terlebih dahulu antar fungsi di dalam
perusahaan, jangan sampai yang dijanjikan ke para konsumen hanya bisa dipenuhi sebagian orang,
tapi sebagian lainnya tidak mampu melakukan janji value proposition yang diusung. Misal sebagai
contoh, suatu perusahaan menjanjikan speed of service (kecepatan layanan) adalah nilai utama
yang akan diberikan ke pelanggan. Memang benar, bagian front-end seperti customer service dan
kasir mampu melayani pelanggan dengan cepat untuk proses pemesanan dan pembayaran, namun
ternyata bagian back-end, yaitu bagian delivery barang ke rumah pelanggan seringkali salah kirim
item barang yang dipesan, dan terkadang molor waktu pengirimannya.
Setelah terjadi kesepakatan internal dalam perusahaan akan apa saja value proposition
yang akan diusung dan dijanjikan ke konsumen, maka berikutnya tugas seorang marketer adalah
mulai memikirkan strategi komunikasi terpadunya.
Gambar 3. Karakteristik IMC (integrated marketing communication)
Karakteristik dari IMC yaitu, berawal dari konsumen, kemudian mempengaruhi perilaku
dengan mendorong konsumen untuk bertindak, menggunakan berbagai macam sarana dan
saluran untuk menghubungkan perusahaan dengan konsumen, lalu berusaha menjalin hubungan
antara brand dengan pelanggannya sehingga tercipta sinergi komunikasi pemasaran. Tujuannya
adalah untuk mengkomunikasikan value, meningkatkan brand awareness, membangun brand
loyalty, mengurangi serangan dari competitor dengan menghadirkan pesan yang unik dan positif
sehingga dapat melindungi perang harga di kalangan competitor.
Begitu bermanfaatnya penggunaan strategi IMC bagi suatu bisnis hingga banyak
perusahaan yang menggunakannya untuk mendapatkan hati pelanggan. Manfaat-manfaat yang
didapat adalah sebagai berikut:

Membentuk identitas merk yang kuat di pasar dengan mengikat bersama dan memperkuat
semua citra dan pesan komunikasi perusahaan.

Mengkoordinasikan semua pesan, positioning dan citra, serta identitas perusahaan melalui
semua bentuk komunikasi pemasaran.

Adanya hubungan yang lebih erat antara perusahaan (melalui produk/jasanya) dengan para
konsumennya.
Gambar 4. Langkah Strategi IMC
Dalam IMC, kita akan memadukan fungsi-fungsi pemasaran seperti advertising, personal
selling, sales promotion, PR (public relation), dll guna menciptakan dan memelihara suatu brand
relationships. Untuk menciptakan suatu brand relationships yang baik, maka diperlukan penciptaan
brand message yang baik pula. Sekali lagi, untuk menciptakan brand message yang baik itu, maka
strategi pemasaran 4P (product, price, place, promotion) harus berjalan terpadu dan tidak saling
kontradiksi. Misalnya: ketika kita mengiklankan produk parfum untuk kalangan wanita elit, maka
pengemasan parfumnya harus dibuat dengan kesan mewah juga. Begitu pula dengan distribusinya,
jangan menjual parfum ini di toko ritel sederhana, melainkan di gerai modern yang terkenal dan
sering dikunjungi kalangan wanita elit. Harga parfum sengaja dipatok dengan harga yang tinggi agar
kesan image nya mewah dan menjadi sebuah prestise tersendiri bagi wanita elit yang membelinya.
Nah, ketika brand relationship terpelihara dengan baik, maka dengan sendirinya customer
akan memilih brand kita, dan akan meningkatkan penjualan serta meraih untung kelak. Secara
otomatis, dengan IMC itulah, maka tujuan dari pemasaran, yakni supaya customer mengenal dan
mau membeli produk kita, telah tercapai. Ada beberapa fungsi dalam IMC yang wajib kita kenal, di
antaranya adalah:
1. DIRECT MARKETING
Disaat perusahaan ingin berhubungan langsung dengan customer tanpa melalui retailer,
maka digunakanlah direct-response marketing, seperti: close-loop, interactive, database-driven
messaging system yang menggunakan banyak jenis media untuk menciptakan respon behavioral.
Direct marketing merupakan salah satu fungsi IMC yang terdiri dari front-end dan back end
operations. Front-end menyusun harapan-harapan dari konsumen yang mencakup the offer (yakni
segala sesuatu yang nyata maupun tidak, yang dijanjikan oleh perusahaan guna mencapai perilaku
customer yang diinginkan perusahaan, misal: penawaran harga khusus, garansi, dll), the database
(mendapatkan data customer-nya dan menggunakan data itu untuk penawaran selanjutnya) dan
the response (memberikan respon yang baik terhadap customer, misal: dengan membuat tollfree-line untuk layanan customer) sedangkan back-end berusaha mempertemukan harapan
konsumen dengan produk, mencakup fulfillment (yakni membuat produk atau informasi yang
diminta oleh konsumen cocok, efektif dan tepat waktu).
2. SALES PROMOTION
Sales promotion merupakan istilah singkat dari penawaran nilai tambah yang dirancang
untuk menggerakkan dan mempercepat respons dari customer. Contoh dari nilai tambah itu sendiri
adalah “kesempatan untuk memenangkan hadiah”, potongan harga (seperti diskon 20 %, sale 50 %
off, dsb.), produk ekstra (seperti “isi teh kotak 30% lebih banyak”), sample gratis dan premiums
(misalnya beli rinso dapat piring cantik). Pada konsepnya, Sales promotion digunakan untuk
memotivasi customer agar melakukan aksi dengan membeli produk yang dipicu dengan adanya
penawaran produk dalam jangka waktu terbatas.
3. PUBLIC RELATIONS
PR dalam konsepsi IMC adalah melakukan pekerjaan yang sangat luas dan beragam, tidak
hanya bertugas men-track opini publik saja, tetapi juga bertugas me-manage corporate brand dan
menjaga reputasinya. Salah satu fungsi PR adalah menggerakan media massa tanpa harus
membayar mereka untuk menyampaikan brand information guna mempengaruhi calon customer
atau existing customer secara positif. PR lebih fokus pada 4 tugas utama: (1) meningkatkan
kredibilitas brand message; (2) menyampaikan message sesuai targetnya berdasarkan aspek
demografis, psikografis, etnik atau khalayak secara regional; (3) mempengaruhi opinion leader atau
trendsetter yang berpengaruh; (4) melibatkan customer dan stakeholder lainnya pada event
spesial.
4. PERSONAL SELLING
Personal Selling adalah komunikasi dua arah dimana seorang penjual menjelaskan fitur dari
suatu brand untuk kepentingan pembeli. Dalam Personal Selling, dilibatkan komunikasi yang
sifatnya tatap muka dan kegiatannya lebih terfokus pada pemecahan masalah dan penciptaan nilai
bagi customer (lebih dikenal sebagai problem solver). Dimensi dari problem solver ini adalah
seorang salesperson harus memahami customer-nya dengan baik. Personal selling sendiri
merupakan bagian dari direct marketing, namun perbedaan dasarnya adalah dalam personal
selling, perusahaan yang dijembatani salesperson berinteraksi secara tatap muka dengan customer.
Gambar 5. Perbedaan Karakteristik 5 Aspek IMC
5. ADVERTISING
Advertising merupakan suatu bentuk presentasi non-personal (atau dengan kata lain
dipublikasi secara massal), cara promosi suatu ide, barang atau jasa yang tidak gratis (berbayar
mahal) dan dilakukan oleh perusahaan yang punya budget cukup besar untuk beriklan. Advertising
seperti kita kenal channel nya lewat radio, koran, TV, baliho, videotron, dll yang jangkauan ( reach)
besar sekali sebab banyak audience yang melihat atau mendengar. Karakteristik dari iklan sendiri
adalah bersifat non-personal, komunikasi satu arah, dan bertujuan untuk mengubah sikap dan
perilaku. Biasanya advertising itu dipakai ketika suatu perusahaan ingin mengubah customer dari
unaware, menjadi aware terhadap suatu brand.
Dari paparan kelima aspek IMC di atas, sebenarnya yang paling penting bukan masalah
luas-sempit jangkauan, atau mahal-murah biayanya, melainkan adalah ada-tidaknya interaksi
perusahaan dengan pelanggan, yaitu bagaimana perusahaan mampu atau tidak berkomunikasi
dengan customer-nya dalam memberikan solusi yang baik terkait dengan penggunaan produk.
Dalam hal ini interactive marketing juga terkait dengan customer relationship management (CRM)
Gambar 6. Manfaat Penggunaan CRM untuk Konvergensi Marcom
Penggunaan Customer Relationship Management (CRM) memiliki beberapa manfaat yang
dapat berpengaruh bagi meningkatnya nilai suatu perusahaan yaitu :

Meningkatkan Loyalitas Pelanggan; Aplikasi CRM memungkinkan untuk menggunakan
informasi dari semua titik dengan pelanggan, baik via web, call center, ataupun lewat staff
pemasaran dan pelayanan di lapangan. Konsistensi dan aksepsibilitas informasi ini
memungkinkan penjualan dan pelayanan yang lebih baik dengan berbagai informasi
penting mengenai pelanggan tersebut.

Mengurangi Biaya; CRM juga memungkinkan penjualan atau pelayanan dengan biaya lebih
murah dalam sebuah skema program pemasaran yang spesifik dan terfokus. Tertuju ke
pelanggan yang tepat dan pada waktu yang tepat pula.

Meningkatkan Efisiensi Operasional; Otomasi penjualan dan proses layanan dapat
mengurangi resiko turunnya kualitas pelayanan dan mengurangi beban cashflow.
Penggunaan teknologi web dan call center misalnya, akan mengurangi hambatan birokrasi
dan biaya serta proses administratif yang mungkin timbul.

Peningkatan Time to Market; Aplikasi CRM memungkinkan membawa produk ke pasar
dengan lebih cepat dengan informasi pelanggan yang lebih baik, adanya data trend
pembelian oleh pelanggan.

Peningkatan Pendapatan; Aplikasi CRM menyediakan informasi untuk meningkatkan
pendapatan dan keuntungan bagi perusahaan. Dengan aplikasi CRM, perusahaan dapat
melakukan penjualan dan pelayanan melalui website sehingga peluang dari penjualan
secara global tanpa perlu menyediakan upaya khusus untuk mendukung penjualan dan
pelayanan tersebut.
CRM juga dapat membantu perusahaan untuk mengembangkan produk baru berdasarkan
pengetahuan yang lengkap tentang keinginan pelanggan, dinamika pasar dan pesaing dengan cara
menjaga pelanggan yang sudah ada, menarik pelanggan baru, melakukan cross selling atau menjual
produk lain yang mungkin dibutuhkan pelanggan berdasarkan pembeliannya. Melakukan Upgrading
yaitu menawarkan status pelanggan yang lebih tinggi (gold card vs. silver card), melakukan
Identifikasi kebiasaan pelanggan untuk menghindari penipuan, mengurangi resiko operasional
karena data pelanggan tersimpan dalam satu sistem database yang sama, mampu memberikan
respon yang lebih cepat ke pelanggan, meningkatkan efisiensi karena otomasi proses, serta dapat
meningkatkan kemampuan melihat dan mendapatkan peluang-peluang baru ke depannya.
Setiap aktivitas marcom yang dilakukan perusahaan pasti akan berdampak pada
peningkatan atau bahkan penurunan branding atau pencitraan perusahaan itu di mata para
konsumen. Oleh sebab itu, setiap perusahaan setidaknya sesekali perlu melakukan survei persepsi
para konsumen, apakah perusahaan telah berhasil memberikan value proposition yang dijanjikan,
atau malah menyimpang dan tidak sesuai terhadap kualitas yang dirasakan oleh konsumennya.
Survei dilakukan untuk mengetahui 2 hal, yaitu manakah aspek yang dirasa penting bagi konsumen
dalam membeli suatu jenis kategori produk, dan bagaimana persepsi mereka akan kualitas /
pencitraan perusahaan yang menjual produk tersebut. Dari survei tersebut kita akan dapat
melakukan mapping jawaban konsumen ke dalam 4 bagian kuadran, yaitu:
-
Penting bagi konsumen & pencitraan baik Leverage, artinya kita harus membuat
daya ungkit, yaitu untuk ide pesan marcom ke depan sebaiknya mengusung tema
“value for money” atau dari sisi keandalan juga bisa.
-
Tidak penting bagi konsumen & pencitraan baikThink Again, artinya kita harus
memikirkan lagi ide pesan marcom yang selama ini kita gunakan, mungkin dari sisi after
sales service, ketahanan kemasan, dll yang seharusnya dianggap penting oleh
konsumen ternyata belum berhasil kita berikan selama ini atau bahkan sebaliknya kita
terlalu over delivery padahal tidak terlalu penting bagi mereka.
-
Penting bagi konsumen & pencitraan tidak baik  Focus Here, ini menjadi masalah
yang harus segera diselesaikan, sebab apabila tidak diselesaikan, maka konsumen akan
lari ke kompetitor. Beberapa hal yang bisa dibenahi adalah bagaimana memperkuat
WoM, melatih karyawan agar lebih sopan dalam melayani, dll.
-
Tidak penting bagi konsumen & pencitraan tidak baik  Don’t bother, artinya kita
sebaiknya tidak perlu melakukan beberapa hal ini dulu, seperti kegiatan amal, atau
memakai artis untuk menjadi brand ambassador oleh sebab konsumen tidak akan
mudah terpengaruh secara psikologis.
Gambar 7. Survei Persepsi Konsumen
Setelah kita tahu hasil survei persepsi konsumen akan aspek terpenting yang dicari mereka
dan bagaimana kekuatan branding yang kita punya, serta tahu apa saja langkah yang kita bisa
lakukan untuk aktivitas marcom ke depannya, maka selanjutnya adalah bagaimana kita bisa
menghitung nilai pencitraan (brand value) ke dalam bentuk yang lebih konkrit yaitu konversi ke
nominal rupiah, sedemikian saat kita hendak memfranchise-kan usaha, atau menjual sebagian
saham ke investor, atau bahkan sepenuhnya akan diakuisisi perusahaan yang lebih besar, kita tahu
berapa nilai jual branding perusahaan. Ingat bahwa branding bukan hanya sekedar logo saja,
melainkan kepercayaan yang diberikan masyarakat untuk perusahaan kita.
Gambar 8. Cara Menghitung Brand Value
Pada dasarnya cara menghitung brand value tidak jauh berbeda dengan menghitung aset
lain yang perusahaan miliki, seperti tanah, mesin, dll. Namun bedanya adalah apabila nilai aset lain
harus disusutkan (kecuali tanah), maka nilai branding bisa jadi semakin naik atau semakin turun,
bergantung pada action bisnis yang dilakukan perusahaan dan kekuatan serta konsistensi marcom
yang dijalankan. Brand value harus dihitung dengan pendekatan time value of money, bahwa nilai
yang ada sekarang berbeda dengan nilai untuk beberapa tahun mendatang. Beberapa aspek yang
harus diperhatikan untuk menghitung brand value menurut Interbrand, sebuah lembaga survei
pemeringkat branding perusahaan kelas dunia, menyatakan bahwa aspek leadership, stability,
market condition, geographic spread, trend, support & protection memegang peranan penting
untuk menurunkan resiko kegagalan branding (risk mitigation), masing-masing diberikan bobot
25%, 15%, 10%, 25%, 10%, 10%, 5%.
Dalam menghitung relevant earnings di awal analisis finansial seperti diagram di atas,
beberapa hal yang bisa dihitung adalah brand sales, costs of sales, marketing costs, overhead
expenses, remuneration of capital charge, dan taxation. Lantas setelah itu harus dikurangkan
dengan nilai pemasukan karena kontribusi dari aset fisik. Setelah keluar nilai intangible earnings –
nya, kita bisa memilah manakah proporsi dari branding, mana yang bukan, sebab bisa jadi aspek
intangible lain seperti paten teknologi, dll memegang peranan. Untuk lebih jelasnya, sebaiknya
Anda bisa kontak tim SLC MARKETING, INC. untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut terkait
konsep menghitung brand value di atas.
PENUTUP
Itulah sekilas pemaparan konsep whitepaper berjudul “Marcom CONVERGENCE
Strategy”. Bagaimana perusahaan bisa mulai mencoba kembali mundur sejenak untuk
menemukan value proposition yang paling tepat dan relevan dengan kebutuhan konsumen saat ini,
lalu mengkomunikasikannya secara terpadu sembari memanfaatkan aplikasi teknologi CRM agar
semakin mudah berinteraksi 2 arah dengan konsumen, dan akhirnya peningkatan branding
perusahaan harus bisa dinilai secara konkrit nominal rupiahnya. Untuk konsultasi lebih lanjut
mengenai aplikasi konsep ini di perusahaan Anda, segera kontak tim kami di kantor untuk
mendapatkan penjelasan lebih detail akan layanan yang ada di SLC MARKETING, INC.!
ONLY MARKETING CAN DRIVE INNOVATION!
By: Dr. Sandy Wahyudi (DSW)
Praktisi & Pakar Marketing dan Inovasi
Consultant, Trainer, Business Coach, Writer, Speaker
Business Development Director SLC MARKETING, INC.
Download