PROPOSAL(6) STUDI KELAYAKAN PENGEMBANGAN SISTEM PERPUSTAKAAN DIGITAL BERBASIS WEB DI PERPUSTAKAAN SEKOLAH TINGGI PERIKANAN (STP) JURUSAN PENYULUHAN PERIKANAN (JURLUHKAN) BOGOR DADAN SYACHRULRAMDHANI SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan teknologi komputer, informasi dan komunikasi yang lebih dikenal dengan sebutan teknologi informasi (TI) sudah berlangsung lama dan berkembang sangat pesat di berbagai bidang pada umumnya dan khususnya di bidang perpustakaan. Penggunaan komputer di perpustakaan ini menjadi awal dari perkembangan perpustakaan digital. Keinginan manusia untuk mengembangkan perpustakaan digital ini dimulai oleh Vannevar Bush pada tahun 1945 sudah menulis artikel berjudul As We May Think tentang memex machine yaitu mesin yang memberikan stimulasi awal bagi aplikasi komputer untuk temu kembali informasi (information retrieval) (Harter, 1996). Upaya Vannever Bush ini kemudian ditindaklanjuti oleh Douglas Engelbart tahun 1968 yang mengembangkan hypertext dan mouse, kemudian Ted Nelson tahun 1974 melanjutkan tentang hypertext dan Xanadu Project tentang jaringan raksasa serta Tim Berners-Lee tahun 1989 tentang jaringan global world wide web. Sebelumnya J.C.R. Licklider pada tahun 1960-an sudah mempelajari bagaimana teknologi komputer akan mengubah perpustakaan dengan menulis buku berjudul Libraries of the Future pada tahun 1965 dan Kenneth Dowlin tahun 1984 menulis buku berjudul The Elekctronic Library yang menggambarkan ciri perpustakaan elektronik (Pendit, 2007). Di Indonesia TI baru mulai berkembang sekitar tahun 1990-an. Sudarsono (1994) yang dikutip oleh Sastraatmadja (2003) menyatakan bahwa TI akan sangat berperan dan akan menjadi tulang punggung karya dokumentasi maupun jasa informasi, sehingga antisipasi perkembangan TI harus menjadi perhatian para pengelola perpustakaan dan informasi. Pernyataan Sudarsono tersebut mengacu pada hasil kongres ke-44 International Federation of Information and Documentation (FID) di Helsinki pada tahun 1988, bahwa pemakaian TI pada tahun 2010 akan memiliki kemampuan hypertext dan hypermedia. Dengan perangkat itu pencarian, penanganan dan penggabungan informasi berupa teks, suara dan gambar sudah dimungkinkan. Saat ini ternyata TI sudah sangat mempengaruhi penyelenggaraan perpustakaan. Menurut Supriadi (2009) perkembangan bidang TI sangat pesat, yang ditandai dengan perkembangan perangkat dan sistem komputer, intranet dan internet. Perkembangan tersebut memungkinkan aliran data dan informasi dapat diperoleh secara lebih cepat dan mampu menampilkan lebih banyak keragaman koleksi serta dengan tampilan yang menarik. Selanjutnya menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) kehadiran personal computer (PC), internet dan Word Wide Web (WWW) memungkinkan terciptanya perpustakaan digital. Sejalan dengan perkembangan TI yang sangat pesat yang memungkinkan aliran data dan informasi diperoleh secara lebih cepat, semakin beragam dan menarik serta dalam format digital tersebut, berdampak nyata pada perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam pencarian informasi. Hal ini merupakan tuntutan kebutuhan dan kepuasaan pengguna informasi dalam pencarian informasi dan ini terlihat dari intensitas pengguna informasi melakukan penelusuran lewat komputer, baik melalui jalur online maupun offline, sehingga pemanfaatan informasi dari sumber-sumber manual seperti katalog tercetak, bibliografi, indeks, buku-buku cenderung semakin menurun (Maksum dan Darmawiredja, 2007). Sebelumnya Sweetland (2002) dalam Harmawan (2008) sudah menyatakan bahwa mayoritas pengguna perpustakaan lebih senang menggunakan ”electronic format” dari pada teks secara konvensional (printed materials), khususnya untuk koleksi jurnal. Pesatnya kemajuan TI dan tuntutan kebutuhan informasi serta kepuasan penggunanya harus mampu diiringi dengan pesatnya kemajuan perpustakaan sebagai salah satu penyedia dan penyimpan informasi. Kedudukan perpustakaan menjadi sangat strategis dalam kecepatan dan ketepatan perpustakaan merespon kecepatan perkembangan dan globalisasi informasi dan pengetahuan. Hal ini sejalan dengan pemikiran Rufaidah (2007) sebagaimana pernyataannya bahwa perpustakaan sebagai sebagai salah satu penyedia dan penyimpan informasi dan pengetahuan (information provider and knowledge repository) harus dapat mengimbangi bahkan mengantinsipasinya. Selain itu Rufaidah berpendapat, bila sebelumnya fungsi perpustakaan lebih berfokus pada penyediaan informasi dalam bentuk fisik, seperti dokumen tercetak, maka pada era teknologi informasi perpustakaan dituntut untuk mampu menyediakan sumber-sumber informasi dalam bentuk terekam yang dioperasikan secara elektronis. Sastratmaja (2003) bahkan menyimpulkan bahwa pengadaan sarana digital library mutlak diperlukan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan, sehingga cakupan layanan perpustakaan dan informasi lebih luas lagi jangkauannya. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan TI, tuntutan masyarakat penggunanya dan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi maka Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (STP) Jurusan Penyuluhan Perikanan (Jurluhkan) Bogor perlu menjawab tantangan tersebut sebagai bentuk pertanggungjawaban lembaga dalam mendukung visi, misi lembaga induknya. Hal ini senada dengan pernyataan Seminar (2004) dalam Sutarsyah (2008) bahwa perpustakaan perlu menjawab tantangan global yang bertumpu pada keunggulan manajemen dan layanan modern untuk mendukung visi, misi dan program pembangunan. STP Jurluhkan merupakan perguruan tinggi kedinasan yang bertujuan menyiapkan manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mempunyai rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan, professional, berkualitas dan memenuhi kebutuhan tenaga ahli di bidang perikanan yang berwawasan bisnis, dengan penguasaan teknis dan manajerial yang mampu secara mandiri mengelola dan mengembangkan usaha perikanan secara berkelanjutan. Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor berdiri bersamaan dengan kelahiran lembaga induknya yaitu pada tahun 1958. Saat ini berada dibawah lingkup Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Republik Indonesia. Perpustakaan tersebut bertugas memberikan pelayanan terbaik dalam penyediaan, penyimpanan dan pelayanan informasi serta sebagai mitra dosen dan taruna (mahasiswa), berkepentingan untuk dapat memberdayakan sumber pengetahuan yang dimiliki (knowledge resources) dengan menggali potensi yang dimiliki lembaganya. Koleksi dokumen yang dimilikinya meliputi berbagai bidang ilmu, diantaranya yaitu: ilmu umum, ilmu filsafat, ilmu agama, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan murni, ilmu pengetahuan terapan, bahasa dan sastra, olah raga dan kesenian, geografi dan sejarah serta dokumen-dokumen andalan yang dimiliki Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor yaitu Karya Ilmiah Praktek Akhir (KIPA) yang merupakan karya akhir mahasiswa untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Terapan Penyuluhan Perikanan (SSt.Pi). Selain itu perpustakaan juga memiliki koleksi buku dan jurnal perikanan lainnya perikanan serta publikasi ilmiah yang diterbitkan oleh instansi-instansi lingkup KKP RI. Terbitan ini dapat dikatagorikan sebagai terbitan muatan lokal (local content). Untuk mengimbangi dan mengantisipasi pesatnya perkembangan informasi berbasis TI, sistem perubahan sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dalam pencarian informasi, perlunya meningkatkan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan serta dalam rangka memberdayakan sumber daya pengetahuan yang dimiliki, perlu dilakukan studi kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web agar pengembangannya dapat dilaksanakan secara optimal. 1.2 Perumusan Masalah Tahap pertama dalam investigasi sistem. proses pengembangan sistem adalah tahap Tahap investigasi sistem dalam pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web membutuhkan kajian awal yang disebut studi kelayakan (feasibility study), yaitu kegiatan awal yang akan mengkaji kelayakan berbagai kondisi permasalahan yang berkaitan dengan pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web tersebut. Diantara permasalahan yang mendasari pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web adalah perlunya dukungan dari beberapa elemen dasar perpustakaan digital dengan kondisi yang ideal. Dari uraian di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah menilai kondisi elemen dasar perpustakaan digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan dan membandingkannya dengan kondisi elemen dasar ideal perpustakaan digital berbasis web yang berpedoman kepada elemen dasar (basic elements) grand design perpustakaan digital PUSTAKA Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian (2006). Dengan mengetahui kondisi yang dimiliki tersebut dan membandingkannya dengan kondisi ideal, maka diharapkan dapat memberi gambaran seberapa besar tingkat kelayakan Perpustakaan STP Jurluhkan dalam membangun perpustakaan digital basis web. Dari penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi bagi Perpustakaan STP Jurluhkan yang dapat dijadikan dasar dalam mengembangkan sistem perpustakaan digital berbasis web. 1.3 Tujuan Penelitian ini bertujuan: a. Menilai kondisi elemen dasar perpustakan digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dan membandingkannya dengan kondisi elemen dasar perpustakaan digital yang ideal. b. Mengetahui seberapa besar tingkat kelayakan elemen dasar yang dimiliki perpustakaan STP Jurluhkan Bogor. c. Mendefinisikan kebutuhan elemen dasar pengembangan sistem perpustakaan digital minimal yang harus dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan perpustakaan digital. d. Memformulasikan saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan kepada Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan sistem perpustakaan digital di perpustakaan tersebut. 1.4 Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan rekomendasi mengenai kelayakan elemen dasar yang harus dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan tersebut. 1.5 Ruang Lingkup a. Mengkaji kondisi elemen dasar sistem perpustakan digital yang dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dan membandingkannya dengan kondisi ideal perpustakaan digital. b. Menganalisis seberapa besar tingkat kelayakan elemen dasar yang dimiliki perpustakaan STP Jurluhkan Bogor. c. Mendefinisikan kebutuhan elemen dasar pengembangan perpustakaan digital minimal yang harus dimiliki oleh Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka pengembangan perpustakaan digital. d. Memformulasikan saran dan rekomendasi yang dapat disampaikan kepada Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor dalam rangka perpustakaan digital berbasis web di perpustakaan tersebut. pengembangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Perpustakaan Salah satu strategi untuk pengembangan perpustakaan adalah melalui pengembangan perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi (ICT base), hal ini sesuai dengan perkembangan dunia perpustakaan bahwa perkembangan mutakhir adalah perpustakaan digital. Wahono (2006) berpendapat bahwa perkembangan dunia perpustakaan dimulai dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku tanpa katalog, kemudian perpustakaan semi modern yang menggunakan katalog. Perkembangan mutakhir adalah perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer (internet). Sementara itu Pendit (2007) berpendapat mengenai perkembangan perpustakaan berdasarkan keragaman sumberdaya informasinya sebagaimana tabel berikut: Tabel 1 : Perkembangan Perpustakaan Menurut Keragaman Sumberdaya Informasi Perpustakaan Perpustakaan Multiple Media Perpustakaan Hybrida Koleksinya sematamata bahan tercetak, berupa buku, jurnal, surat kabar, peta dan sebagainya. Koleksinya sama dengan perpustakaan biasa, ditambah media analog dan elektronik. Koleksinya sama dengan perpustakaan multiple media, ditambah bahan digital yang interaktif Teknologi cetak Analog Biasa Elektronik Analog Digital Perpustakaan Multimedia Digital Koleksinya semua digital, bersifat interaktif, dan dapat merupakan perpustakaantampa lokasi fisik (virtual) Multimedia Digital Sedangkan istilah perpustakaan digital itu sendiri pertama kali digunakan pada September 1995 sebagaimana diuraikan dalam sejarah perpustakaan digital, sebagai berikut: a. Sebelum tahun 1960: dikenal sebagai perpustakaan tradisional. b. Pertengahan tahun 1960-1988 : perkembangan teknologi informasi dan jaringan yang dapat mengolah dokumen menjadi lebih mudah dan efisien dengan menggunakan perangkat lunak pengolah kata. Perpustakaan masih berkembang semi modern dengan menggunakan katalog indeks. c. Tahun 1990 : berkembang teknologi internet yang mampu mengakses informasi dengan cepat. Katalog mengalami metamorfosis menjadi katalog elektronik yang lebih mudah dan lebih cepat dalam pencarian kembali koleksi yang disimpan di perpustakaan. d. Tahun 1991 : Proyek TULIP (The University Licensing Project), kerjasama beberapa universitas di Amerika dengan perusahaan Elsevier Science, meneliti tentang sistem pengumpulan dan penyimpanan data serta teknik pengaksesan perpustakaan digital. e. September 1995 : Proyek NSF/ARPA/NASA merupakan lanjutan penelitian Proyek TULIP. Istilah perpustakaan digital digunakan untuk pertama kali dalam bidang pendigitalan dokumen dan pembangunan sistem untuk dokumen digital. (http://id.wikipedia.org/wiki/Perpustakaan_digital#Arsitektur_Perpustakaan Digital) 2.2 Pengertian Perpustakaan Digital Ada beberapa pengertian yang perlu diketahui dalam pemahaman konsep perpustakaan digital antara lain: sistem perpustakaan digital, definisi perpustakaan digital, tujuan perpustakaan digital dan kelebihan perpustakaan digital adalah sebagai berikut: a. Sistem Perpustakaan Digital Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988), sistem adalah perangkat unsur yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas, susunan yang teratur dari pandangan, teori, asas, metode, dan sebagainya. Sedangkan pengertian sistem menurut Wikipedia Indonesia adalah berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) adalah suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama untuk memudahkan aliran informasi, materi atau energi. Pengertian lainnya sistem adalah jaringan kerja dari prosedur-prosedur yang saling berhubungan, berkumpul bersama-sama untuk melakukan suatu kegiatan atau menyelasikan suatu sasaran tertentu. Esensinya sistem terdiri dari komponen-komponen dalam sistem dan fungsi-fungsi teknologi di dalamnya. Komponen-komponen tersebut mencakup: perangkat keras, perangkat lunak, prosedur-prosedur, perangkat manusia dan sedangkan informasi, fungsi-fungsi teknologi di dalamnya adalah: input, process, output, storage, communication. Adapun Subrata (2009) menyatakan sistem perpustakaan digital adalah penerapan teknologi informasi sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital, atau secara sederhana dapat dianalogikan sebagai tempat menyimpan koleksi perpustakaan yang sudah dalam bentuk digital. b. Definisi Perpustakaan Digital Ada banyak definisi perpustakaan digital berdasarkan pendapat para ahli, organisasi maupun lembaga, berikut beberapa definisi yang dirumuskan oleh para ahli, organisasi maupun lembaga tersebut: Surachman (2008) berpendapat bahwa: “Perpustakaan digital adalah organisasi yang melakukan kegiatan memilih, mengumpulkan, mengolah, dan menyimpan koleksi digital dengan tujuan untuk melestarikan, menjaga, dan terutama mendistribusikan kepada pengguna sehingga pengguna secara mudah, tepat dan luas dapat mengakses ke dalam data dan sumber informasi digital tersebut sehingga mendapatkan pengetahuan yang dibutuhkan. Selain itu organisasi juga membuat dan merancang jaringan dan kerjasama dengan memanfaatkan infrastruktur yang mendukung sehingga terjadi proses knowledge-sharing yang lebih baik, cepat, tepat, dan luas” http://arifs.blog.ugm.ac.id/2008/08/05/beberapa-definisi-perpustakaan-digital Santoso (2003) dalam Sutarsyah (2008) berpendapat perpustakaan digital adalah perpustakaan yang memiliki sejumlah sumber informasi dalam format digital yang dapat diakses melalui jaringan. Dengan kata lain bahwa sebuah perpustakaan menjadi perpustakaan digital ketika mayoritas sumberdayanya ada dalam bentuk elektronik. Berdasarkan konsep teknologi informasi, maka konsep perpustakaan digital mengarah ke kumpulan jasa (collection of services) yang bersifat digital. Menurut Wahono (1998) perpustakan digital adalah suatu perpustakaan yang menyimpan data baik itu buku (tulisan), gambar, suara dalam bentuk elektronik dan mendistribusikannya dengan menggunakan protokol elektronik melalui jaringan komputer. Istillah perpustakaan digital atau digital library sendiri mengandung pengertian sama dengan electronic library dan virtual library. Sedangkan Witten (2003) berpendapat bahwa perpustakaan digital , adalah suatu kumpulan informasi yang terorganisir, koleksi yang berfokus pada objek digital, termasuk teks, video, dan audio, bersama dengan metode untuk akses dan temu kembali informasi, dan metode untuk seleksi, organisasi, dan pemeliharaan koleksi. Digital Library Federation (DLF) di Amerika Serikat menyatakan bahwa perpustakaan digital merupakan suatu organisasi yang menyediakan sumber-sumber informasi, termasuk staf-staf ahli, untuk memilih, menyusun, menawarkan akses intelektual, menterjemahkan, mendistribusikan, memelihara integritas koleksi-koleksi dari pekerjaan-pekerjaan digital sehingga mereka tersedia secara cepat dan ekonomis untuk digunakan/dimanfaatkan oleh komunitas tertentu atau kumpulan komunitas. http://www.diglib.org/about/dldefinition.htm. International Conference of Digital Library 2004, menyatakan bahwa konsep Perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat, disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks) berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapat, menyimpan, memformat, menelusur atau mendapatkan kembali, dan mereproduksi informasi nonteks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan informasi secara elektronik dan memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan tinggi. http:// www. lib.itb. ac.id/~mahmudin/makalah/materi-depag07/pelatihan unpad/ Digita l%20library.doc The Association of Research Libraries (ARL) ( 1995), mendefinisikan perpustakaan digital sebagai berikut: a) Perpustakaan digital bukanlah kesatuan tunggal. b) Perpustakaan digital memerlukan teknologi untuk dapat menghubungkan ke berbagai sumberdaya. c) Hubungan antara berbagai perpustakaan digital dan layanan informasi bagi pemakai bersifat transparan. d) Akses universal terhadap perpustakaan digital dan layanan informasi merupakan suatu tujuan. e) Koleksi-koleksi perpustakaan digital tidak terbatas pada wakil dokumen; koleksi meluas sampai artefak digital yang tidak dapat diwakili atau didistribusikan dalam format tercetak. Dari definisi-definisi di atas perpustakaan digital dapat dipahami dari berbagai perspektif, yaitu: a) Perspektif koleksi adalah perpustakaan yang lebih menekankan adanya koleksi digital yang dapat diakses selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu di dalam perpustakaan maupun jarak jauh tampa harus datang ke perpustakan secara fisik. b) Perspektif komunikasi adalah media atau pesan atau informasi yang dihimpun dan dikelola untuk kepentingan pengguna. c) Perspektif lembaga adalah organisasi atau lingkungan yang mengelola koleksi informasi berupa tulisan, gambar, dan suara dalam bentuk elektronik dan memberikan pelayanan kepada pengguna melalui jaringan internet. d) Perspektif jaringan bahwa perpustakaan digital merupakan perpustakaan jaringan, bukan sebuah perpustakaan yang memiliki situs web dan berdiri sendiri, tetapi adalah jaringan perpustakan yang dilayankan secara online dan dapat diakses selama 24 jam sehari dan 7 hari dalam seminggu. c. Tujuan Perpustakaan Digital Tujuan utama pengembangan perpustakaan digital PUSTAKA Kementerian Pertanian Republik Indonesia (2003), pembangunan sistem perpustakaan digital bertujuan untuk: a) Mempermudah dan mempercepat proses temu balik informasi. b) Mempermudah proses pertukaran dan pengiriman informasi (information exchange) antar instansi yang membutuhkan informasi tersebut. c) Dapat mengakses jurnal elektronis (ProQuest, Science Direct, dll). d) Terkelolanya sistem informasi perpustakaan terutama data hasil penelitian melalui pemanfaatan database offline. e) Meningkatnya infomation sharing dengan lembaga dunia (FAO, FFTC, AGLINET, dsb). f) Terkelolanya informasi di Pustaka Data Center. g) Terbangunnya database INDONESIANA dan information sharing lingkup litbang. Adapun menurut Perpustakaan Nasional (2010), tujuan pembangunan Perpustakaan Digital Nasional adalah: a) Meningkatkan akses ke sumberdaya informasi tersedia dan layanan perpustakaan yang diselenggarakan oleh seluru perpustakaan yang tergabung dalam jaringan (resource sharing). b) Mempromosikan pemahaman dan kesadaran antar budaya dalam lingkup nasional, menyediakan sumber belajar, mendorong ketersediaan bahan pustaka dan informasi yang mengandung nilai budaya setempat (local content) c) Melestarikan sumber informasi tentang Indonesia; d) Mendukung penelitian ilmiah melalui pemanfaatan akses Internet. http://arsipweb.pnri.go.id/about.jsp Sedangkan tujuan perpustakaan digital menurut Association of Research Libraries (ARL), (1995), adalah sebagai berikut: a) Untuk melancarkan pengembangan yang sistematis tentang: cara mengumpulkan, menyimpan, dan mengorganisasi informasi dan pengetahuan dalam format digital. b) Untuk mengembangkan pengiriman informasi yang hemat dan efisien di semua sektor. c) Untuk mendorong upaya kerjasama yang sangat mempengaruhi investasi pada sumber-sumber penelitian dan jaringan komunikasi. d) Untuk memperkuat komunikasi dan kerjasama dalam penelitian, perdagangan, pemerintah, dan lingkungan pendidikan. e) Untuk mengadakan peran kepemimpinan internasional pada generasi berikutnya dan penyebaran pengetahuan ke dalam wilayah strategis yang penting. f) d. Untuk memperbesar kesempatan belajar sepanjang hayat. Kelebihan Perpustakaan Digital Perpustakaan digital mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan perpustakan konvensional sebagaimana diuaraikan Subrata(2009) keunggulan perpustakaan digital diantaranya adalah sebagai berikut: long distance service, artinya dengan perpustakaan digital, pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun. Kedua, akses yang mudah karena pengguna tidak perlu mencari di katalog dengan waktu yang lama. Ketiga, murah (cost efective), mendigitalkan koleksi perpustakaan lebih murah dibandingkan membeli buku. Keempat, mencegah plagiat dan duplikasi. Perpustakaan digital lebih aman dengan penyimpanan koleksi perpustakaan dalam format PDF. Kelima, publikasi karya secara global. Dengan adanya perpustakaan digital, karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet. Menurut Saleh (2010), kelebihan perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan konvensional antara lain: menghemat ruangan, akses ganda (multiple acces), tidak dibatasi ruang dan waktu, koleksi dapat berbentuk multimedia dan biaya murah. 2.3 Pengembangan Perpustakaan Digital Pengembangan perpustakaan digital secara sederhana identik dengan proses digitalisasi, yaitu proses pengalihan sumber-sumber informasi dalam bentuk analog ke dalam bentuk digital. Beberapa pedoman yang harus dipahami dalam pengembangan perpustakaan diantaranya dasar pengembangan perpustakaan digital, komponen utama pengembangan perpustakaan digital, metode utama pengembangan perpustakaan perpustakaan digital. digital dan elemen-elemen pengembangan a. Dasar Pengembangan Perpustakaan Digital Disamping didasari oleh pesatnya perkembangan sistem informasi berbasis TI, sikap dan perilaku masyarakat pengguna informasi dan dalam upaya peningkatan daya saing pelayanan jasa informasi pada perpustakaan serta dalam rangka pemberdayaan sumber daya pengetahuan yang dimiliki, ada beberapa motif lainnya yang mendasari pengembangan perpustakaan digital yaitu: a) Pada perpustakaan konvensional, akses terhadap dokumen terbatas pada kedekatan fisik. Pengguna harus datang untuk mendapat dokumen yang diinginkan, atau melalui jasa pos. Untuk mengatasi keterbatasan ini perpustakaan digital diharap mampu untuk menyediakan akses cepat terhadap katalog dan bibliografi serta isi buku, jurnal, dan koleksi perpustakan lainnya secara lengkap. b) Melalui komponen manajemen database, penyimpanan teks, sistem telusur, dan tampilan dokumen elektronik, sistem perpustakaan digital diharap mampu mencari database koleksi yang mengandung karakter tertentu, baik sebagai kata maupun sebagai bagian kata. Di perpustakaan konvensional penelusuran seperti ini tidak mungkin dilakukan. c) Untuk menyederhanakan perawatan dan kontrol harian atas koleksi perpustakaan. d) Untuk mengurangi bahkan menghilangkan tugas-tugas staf tertentu, misalnya menaruh terbitan baru di rak, mengembalikan buku yang selesai dipinjam ke rak, dan lain-lain. e) Untuk mengurangi penggunaan ruangan yang semakin terbatas dan mahal. http://www.lib.itb.ac.id/~mahmudin/makalah/materidepag07/pelatihanunpad/Digital%20library.doc b. Komponen Utama Pengembangan Perpustakaan digital NISO (National Information Standards Organization) dalam karyanya berjudul: A Framework of Guidance for Building Good Digital Collections menguraikan komponen-komponen utama yang diperlukan dalam pengembangan perpustakaan digital. Ada empat jenis kriteria/aspek yang harus menjadi perhatian, yaitu: a) Koleksi (kelompok obyek terorganisasi), dengan prinsip-prinsip pengembangannya sebagai berikut: (a) Diwujudkan berdasarkan pada kebijakan koleksi yang jelas. (b) Koleksi sebaiknya dideskripsikan. (c) Dipelihara sepanjang waktu. (d) Tersedia secara luas. (e) Menghormati hak atas kekayaan intelektual. (f) Memiliki mekanisme. (g) Koleksi interoperable. (h) Terintregasi dengan alur kerja yang ada dalam institusi. (i) Berkelanjutan sepanjang waktu. b) Obyek (bahan digital) prinsip-prinsip yang dapat dipedomani: (a) Eksis dalam format yang mendukung penggunaan yang diinginkan. (b) Bisa dipelihara dimana obyek tidak akan menimbulkan rintangan dan dapat diakses setiap saat. (c) Bermakna dan berguna di luar konteks lokal, mudah dipindahkan, bisa di gunakan kembali, dan dapat dipertukarkan. (d) Ditandai dengan identifier yang tetap dan bersifat unik (e) Dapat diautentifikasi (f) Memiliki metadata berkaitan. c) Metadata (informasi tentang obyek dan koleksi, Prinsip-prinsip yang dapat digunakan: (a) Metadata sesuai dengan standar komunitas. (b) Mendukung interoperability. (c) Menggunakan authority control dan standar konten (d) Mencakup tentang pernyataan tentang syarat- syarat penggunaan obyek digital. (e) Mendukung pemeliharaan dan preservasi jangka panjang terhadap obyek dalam koleksi. d) Prakarsa atau inisiatif (program atau proyek untuk menciptakan dan mengelola koleksi), prinsip-prinsip yang dapat diterapkan: (a) Memiliki desain dasar dan komponen perencanaan yang (b) Memiliki staf yang sesuai dengan keahlian yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Adakalanya beberapa peran bisa dilakukan oleh orang yang sama, dan peran lainnya membutuhkan lebih dari satu orang. (c) Mengikuti best practices untuk manajemen proyek. (d) Memiliki komponen evaluasi untuk melakukan asesmen. (e) Memasarkan dan menyebarluaskan informasi tentang proses dan hasil proyek kepada pemangku kepentingan. c. Metode Utama Pengembangan Perpustakaan digital Cleveland (1998) dalam Occasional Paper 8 berjudul Digital Libraries: Definitions, Issues and Challenges yang diterbitkan IFLA (International Federation of Library of Associations and Institutions) menyatakan bahwa membangun koleksi digital dapat dilakukan dengan tiga metoda utama yakni: a. Digitization, merupakan proses konversi koleksi berbentuk cetak, analog atau media lain seperti buku, artikel jurnal, foto, lukisan, bentuk mikro ke dalam bentuk elektronik atau digital. b. Acquisition of original digital works, maksudnya adalah mengadakan baik melalui metode membeli atau berlangganan karya digital asli dari penerbit atau peneliti dalam bentuk misalnya jurnal elektronik (ejournal), buku elektronik (e-book) dan data base online seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dll. c. Acces to external materials, maksudnya adalah perpustakaan harus mempunyai semacam jaringan ke sumber lain yang tidak tersedia secara local yang disediakan melalui website, koleksi perpustakaan lain atau server-server milik penerbit-pennerbit. Lebih jauh Cleveland (1998) menyatakan beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi koleksinya adalah: a) Kekuatan koleksi Kekuatan koleksi sebuah perpustakaan menjadi pertimbangan bagi perpustakaan itu sendiri untuk melakukan ekspansi ke dalam format digital. b) Keunikan koleksi Apabila perpustakaan hanya mempunyai satu salinan koleksi atau koleksi langka, maka perlu dipikirkan untuk melakukan digitasi terhadap koleksi tersebut. Biasanya koleksi-koleksi yang bernilai sejarah, kuno, langka dan tidak dapat ditemukan di tempat lain menjadi pertimbangan bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi. c) Prioritas bagi komunitas penggguna Kebutuhan komunitas juga menjadi prioritas tersendiri bagi perpustakaan untuk melakukan digitasi koleksinya. Misal adanya kebutuhan kurikulum dari universitas yang mewajibkan adanya sumber-sumber informasi digital yang diakses oleh mahasiswa melalui perpustakan. d) Kemampuan staff Perpustakaan juga harus dapat mempertimbangkan bagaimana kemampuan staff dalam melakukan manajemen koleksi digital, mulai dari penguasaan terhadap teknologi informasi, bagaimana teknis dan prosedur digitasi, hingga bagaimana melakukan pengelolaan dan perawatan koleksi digital hasil digitasi. Hal ini perlu sebagai jaminan kesinambungan pengelolaan dan perancangan koleksi digital di perpustakaan tersebut. d. Elemen Utama Perpustakaan Digital Dalam Executive Summary Grand Design Perpustakaan Digital Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2006) proses pelaksanaan pengembangan perpustakaan digital mencakup beberapa elemen utama yang membentuk perpustakaan digital yang harus menjadi perhatian. Elemen-elemen tersebut sangat menentukan keberhasilan pengembangan perpustakan digital. Elemen tersebut terdiri atas a) elemen dasar, b) sarana media, c) fungsi/jenis layanan dan d) sistem pendukung. Hubungan antar elemen pembentuk perpustakaan digital dapat dilihat Penelitian akan dibatasi pada elemen dasar pada gambar 1. (basic elements) pengembangan perpustakaan digital. 2.4 Elemen Dasar (basic elements) Perpustakaan digital Sebagai salah satu elemen utama perpustakaan digital, elemen dasar berarti bagian dasar, sebagaimana di dalam kamus besar bahasa Indonesia (1988) disebutkan bahwa elemen dasar mengandung pengertian bagian yang penting atau yang dibutuhkan dari keseluruhan yang lebih besar. Elemen dasar perpustakaan digital berarti bagian terpenting yang paling dibutuhkan dalam pengembangan perpustakaan digital. Menurut perpustakaan model yang dikembangkan oleh PUSTAKA elemen dasar digital terdiri atas: a. SDM b. Koleksi c. Infrastruktur d. SOP e. Manajemen f. Anggaran Gambar 1. Diagram model perpustkaan digital (Sumber: Execitve Summary Grand Design Perpustakaan Digital PUSTAKA Litbang Deptan, 2006) a. Sumber Daya Manusia (SDM) Komponen pertama elemen dasar perpustakaan digital adalah SDM. Menurut Nawawi (2001) dalam Sudayat (2009) ada tiga pengertian SDM yaitu: a) SDM adalah manusia yang bekerja dilingkungan suatu organisasi (disebut juga personil, tenaga kerja, pekerja atau karyawan). b) SDM adalah potansi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. c) SDM adalah potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal (non material/non finansial) di dalam organisasi bisnis, yang dapat mewujudkan menjadi potensi nyata (real) secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Dalam rangka mengoptimalkan pengembangan perpustakaan digital dibutuhkan SDM perpustakaan digital yang professional, yaitu SDM yang memiliki kompetensi dan keterampilan mengelola perpustakaan digital. Menurut Maksum dan Darmawiredja (2007) pengelolaan Perpustakaan MODEL memerlukan SDM yang memiliki keahlian di bidang manajemen informasi dan dalam pengelolaam TIK. Jumlah tenaga perpustakaan yang dibutuhkan untuk satu perpustakaan model minimum empat orang, yang akan bertugas sebagai kepala, pelaksanan teknis dan pelaksanan layanan perpustakaan. Pendidikan formal yang diperlukan adalah bidang perpustakaan minimum D3 dan untuk tingkat keahlian S1. Melalui program pelatihan SDM perpustakaan model harus memiliki kemampuan: a) Membangun metadata dan pangkalan data b) Mendigitasi dokumen c) Mengelola jaringan d) Memahami instalasi dan konfigurasi perangkat lunak e) Memahami sistem perangkat lunak f) Memahami perawatan perangkat keras g) Membangun dan mengelola Web h) Memahami multimedia Sedangkan menurut Achmad (2006) disamping kompetensi manajerial, untuk membangun perpustakaan digital dibutuhkan kompetensi TI, yaitu: a) Kemampuan dalam penggunaan komputer (computer literacy) b) Kemampuan dalam menguasai basis data (database management) c) Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technology skills) d) Kemampuan dalam penguasaan jaringan (computer network) Menurut Sulistyo-Basuki (2006) ada tiga kompetensi yang diperlukan pengembangan perpustakaan digital, salah satunya adalah kompetensi teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yaitu : a) Kompetensi Dasar TIK b) Kompetensi Olah Kata (word processing) c) Kompetensi Surat Elektronik (e-mail) d) Kompetensi Internet dan Intranet e) Kompetensi Grafik f) Kompetensi Penyajian g) Kompetensi Penerbitan h) Kompetensi Manajemen Proyek dan Lembar Elektronik (spreadsheet) i) Kompetensi Pangkalan Data j) Kompetensi Pemeliharaa Sistem (system maintenance) k) Kompetensi Desain Dan Pengembangan Aplikasi Dalam Lingkungan WEB l) Kompetensi Analisis Sistem dan pemrograman. Selanjutnya menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pengelolaan perpustakaan digital adalah: a) Database Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran basis data. b) Network Administrator, yaitu penanggungjawab kelancaran operasional jaringan computer. c) System Administrator, yaitu penanggungjawab siapa saja yang berhak mengakses sistem d) Web Master, yaitu penjaga agar website beserta seluruh halaman ada di dalamnya tetap beroperasi sehingga bisa diakses oleh pengguna. e) Web Designer, yaitu penanggungjawab rancangan tampilan website sekaligus mengatus isi website. Adapun minimal secara teknis perpustakaan digital memerlukan sumberdaya manusia yang dapat melaksanakan kegiatan pemindaian (scanning), penyuntingan (editing) dan uploading sebagaimana pendapat Suryandari (2007) sumber daya manusia yang diperlukan untuk proses pemindaian cukup seorang lulusan SMP atau SMA yang dilatih mengenai cara menggunakan mesin scanner. Kegiatan editing dan uploading harus dilakukan oleh pustakawan yang mampu menentukan Tajuk Subjek (Subject Heading), nama pengarang, tahun terbit, tempat terbit dan lainlain, selain itu, seorang editor harus memiliki kompetensi di bidang komputer, terutama mengenai Adobe Acrobat, software untuk proses OCR (Optical Character Recognation), yaitu Omnipage dan software digital library itu sendiri. Dengan demikian editor akan mampu memberikan proteksi di dalam berkas digital berupa password, watermark, footnote dan lain-lain. b. Koleksi Elemen dasar kedua perpustakaan digital adalah koleksi digital, Surachman (tanpa tahun) menyatakan bahwa koleksi digital dapat difahami sebagai koleksi informasi dalam bentuk elektronik atau digital yang mungkin terdapat juga dalam koleksi cetak, yang dapat diakses secara luas menggunakan media komputer dan sejenisnya. Koleksi digital tersebut dapat berupa buku elektronik, jurnal elektronik, database online, statistik elektronik dan lain sebagainya. Maksum dan Darmawiredja menyatakan koleksi perpustakaan diutamakan dalam format digital baik offline maupun online, sedangkan koleksi tercetak lebih diutamakan buku-buku tentang formula (standar) dan rujukan. Sedangkan Pendit (2007) menyatakan secara garis besar ada empat sumberdaya informasi digital yaitu: a) Bahan dan sumber full text, termasuk di sini e-journal, koleksi digital yang bersifat terbuka (open acces), e-books, e-newpapers, dan tesis serta disertasi digital. b) Sumberdaya metadata, termasuk perangkat lunak digital berbentuk katalog, indeks dan abstrak, atau sumberdaya yang menyediakan informasi tentang informasi lainnya. c) Bahan-bahan multimedia digital. d) Aneka situs di internet Sementara itu menurut Hartinah (2009) obyek digital yang mengisi perpustakaan digital sangat bervareasi meliputi teks, grafik, gambar, audiovideo, program-program komputer dll. Sedangkan Makarim dan Prastyo (2007) menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan sumber daya digital (digital resources) adalah koleksi-koleksi digital yang dimiliki, antara lain; lagu-lagu berformat MP3, Film yang diputar dengan VCD/DVD player, ringtone pada handphone, foto digital, e-mail dan dokumen softcopy suatu tulisan. c. Infrastruktur Sebagai elemen dasar ke tiga infrastruktur mempunyai beberapa pengertian, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1988) infrastruktur disebut prasarana, yaitu: segala yang merupakan penunjang terselenggaranya suatu proses. Pengertian infrastruktur sebenarnya mencakup sarana-sarana teknologis yang berwujud fisik seperti: jaringan kabel, perangkat keras, dan bangunan-bangunan. Infrastruktur non fisik seperti struktur sosial budaya, cara kerja dan aspirasi masyarakat tempat infrastruktur itu berada (http://perpuspedia.digilib.pnri.go.id/index.php/Infrastruktur_Digital). Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) berpendapat bahwa dalam pengembangan perpustakaan digital perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer adalah sebagai elemen penting infrastruktur sebuah perpustakaan digital (lihat gb.3). Selain dari itu kehadiran komputer personal (PC), Internet dan Word Wide Web (WWW) memungkinkan terciptanya perpustakaan digital. Gambar 3 : Infrastruktur Perpustakaan Digital (Sumber:Modifikasi Infrstruktur Perpustakaan, Ruldeviyani dan Sucahyo, 2007) a) Perangkat Keras (Hardware) Perangkat keras dalam sistem komputer adalah semua elemen fisik dalam komputer, seperti rangkaian terpadu (integrated circuit) kabel dan terminal (Downing dan Covington 1990). Menurut maksum dan Darmawiredja komponen perangkat keras berbasis TI (computer based information system) yang diperlukan adalah: (a) Komponen input, yaitu perangkat keras yang digunakan untuk data entri informasi ( keyboard, mouse, scanner). (b) Komponen output, adalah perangkat keras yang diperlukan untuk menampilkan data informasi melalui intranet dan internet (monitor, printer). (c) Komponen pengolah untuk melakukan pengolahan dan eksekusi intruksi (processoer, motherboth). (d) Komponen memori untuk menyimpan data dan intruksi dalam bentuk elektronik digital (harddisk, RAM). Perangkat keras lainnya yang diperlukan adalah perangkat untuk membangun jaringan intranet dan internet, yaitu perangkat untuk akses katalog, akses online serta server. Lebih rinci Maksum (2009) mengatakan hardware minimal yang diperlukan untuk mengembangkan perpustakaan digital adalah: 4 unit PC Pentium III, 1 unit server, 1 unit hub, 1 unit router, 1 unit printer, 1 unit UPS, kabel konektor, instalasi listrik, instalasi jaringan, 1 unit kamera digital. Dalam standar pengelolaan informasi digital yang dihasilkan oleh instansi-instansi lingkup Departemen Pertanian hardware yang dibutuhkan adalah komputer dengan spesifikasi RAM 256 Mb atau lebih, Prosesor Pentium III atau lebih, Harddisk 40 GB atau lebih, Monitor SVGA atau lebih. Demikian pula menurut Pudjiona dibutuhkan komputer dengan processor pentium 4 dengan harddisk sebesar 40 GB, memory 256 megabytes adalah spesifikasi komputer minimal, selain itu saluran telepon dan modem (Pardosi, 2001), scanner (Suryandari,2007) dan komputer server. Sebagaimana pendapat Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) untuk pencapaian kinerja yang maksimum, sebuah perpustakaan digital bisa saja mempunyai beberapa server yang masing-masing mempunyai tugas pokok dan fungsi yang khusus sebagai berikut: (a) Web server, yaitu server yang akan melayani permintaan-permintaan layanan web page dari para pengguna internet. (b) Database server, yaitu jantung sebuah perpustakaan digital karena di sinilah keseluruhan koleksi disimpan; (c) FTP server, yaitu untuk melakukan kirim/terima berkas melalui jaringan komputer; (d) Mail server, yaitu server yang melayani segala sesuatu yang berhubungan dengan surat elektronik (e-mail); (e) Printer server, yaitu untuk menerima permintaan-permintaan pencetakan, mengatur antriannya, dan memprosesnya; (f) Proxy server, yaitu untuk pengaturan keamanan penggunaan internet dari pemakai-pemakai yang tidak berhak dan juga dapat digunakan untuk membatasi ke situs-situs yang tidak diperkenankan. b) Perangkat Lunak (Software) Perangkat lunak dalam sistem komputer adalah merupakan kumpulan program yang akan memberitahu komputer, apa yang harus dilakukan. Perangkat keras yang membentuk sistem komputer tidak berarti, tanpa adanya instruksi yang memberitahukan apa yang harus dilakukannya (Downing dan Covington 1990). Demikian pula pendapat Maksum dan Darmawiredja (2007) Software mencakup sekumpulan aturan atau panduan untuk kelangsungan aktivitas sistem informasi, program aplikasi komputer, program pengembangan dan program sistem operasi (operating system). Menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sebuah perpustakaan digital paling tidak memerlukan dua perangkat lunak utama yaitu perangkat lunak untuk penyimpanan koleksi dan perangkat lunak untuk pencarian koleksi. Untuk penyimpanan koleksi, dibutuhkan sebuah sistem manajemen basis data yang bisa mendukung proses penambahan, pengubahan, penghapusan termasuk juga pencarian koleksi secara cepat. Oracle, Microsoft SQL server, dan IBM DB2 adalah basis data yang bersifat proprietary dan MySQL dan postgreSQL adalah basis data yang bersifat open source. Manajemen basis data tersebut dalam sebuah perpustakaan digital dapat menggunakan sistem operasi windows yaitu sistem operasi komputer yang bersifat proprietary atau sistem operasi unix/linux yaitu sistem operasi komputer yang bersifat open source ataupun berbagai vareasinya atau sistem operasi lainnya Untuk pencarian koleksi umumnya menggunakan interaksi web, y1aitu menggunakan web browser melalui aplikasi interface. Web browser adalah software yang digunakan untuk menampilkan halaman-halaman website yang ada di internet. Web browser yang popular adalah internet explore, netscape navigator dan mozilla firefox. Sedangkan aplikasi interface yang popular antara lain senayan, GDL, Igloo, Mysipisis, dll. Sementara itu diantara bahasa pemrograman yang dapat digunakan untuk membangunnya mulai dari Java, Perl, python, ASP ataupun PHP. Perangkat lunak berikutnya adalah untuk web server, yaitu software yang memberikan layanan data yang berfungsi menerima permintaan HTTP dari klien yang dikenal dengan browser web dan mengirimkan kembali hasilnya dalam bentuk halaman-halaman web yang umumnya berbentuk dokumen HTML (www.worldfriend.web.id/pengertian-webserver) Salah satu web server yang paling banyak digunakan adalah web server Apache. Web server ini dapat diperoleh dengan menginstal perangkat lunak XAMPP yaitu tool yang menyediakan paket perangkat lunak ke dalam satu buah paket. Dengan menginstall XAMPP maka tidak perlu lagi malakukan instalasi dan konfigurasi web server Apache, MySQL dan PHP secara manual. mengkonfigurasikannya XAMPP secara akan mengistalasi otomatis dan (http://php-mysql- solution.blogspot.com). Fungsi masing-masing adalah: (a) Apache, merupakan aplikasi web server. Tugas utamanya adalah menghasilkan halaman web yang benar kepada user. (b) MySQL, merupakan database server. MySQL dapat digunakan untuk membuat dan mengelola database beserta isinya, termasuk menambahkan, mengubah dan menghapus data yang berada dalam database. (c) PHP, merupakan bahasa pemrograman web yaitu bahasa pemrograman untuk membuat web yang bersifat server-side scripting yang memungkinkan membuat halaman web yang bersifat dinamis (http://id.wikipwdia.org/Wiki/XAMMP). c) Jaringan Komputer (computer netware) Adalah sebuah sistem yang merupakan gabungan beberapa komputer terpisah dan software serta perangkat lainnya yang saling berhubungan melalui media komunikasi, terutama untuk melakukan pembagian data digital (data sharing) antar komputer dan tujuan-tujuan lainnya, sebagaimana pendapat Somad bahwa jaringan komputer adalah sebuah sistem yang terdiri atas komputer dan perangkat jaringan lainya yang bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan yang sama. Menurut Sopandi (2008) jaringan komputer merupakan gabungan antara teknologi kumputer dan teknologi telekomunikasi. Gabungan teknologi ini melahirkan pengolahan data yang dapat didistribusikan, mencakup pemakaian database, software aplikasi dan peralatan hardware secara bersamaan. Sedangkan Maksum dan Darmawiredja (2007) berpendapat bahwa jaringan (netware) merupakan unit telekomunikasi yang terdiri atas media, aliran data (data flow), topologi dan aturan, keamanan serta zona telekomunikasi yang diperlukan untuk mengakses informasi yang tersimpan dalam server untuk mempermudah dan mempercepat para pengguna memperoleh informasi. Untuk mengoptimalkan tujuan tersebut suatu perpustakaan digital memerlukan jaringan komputer (lihat gb. 4), baik jaringan lokal (LAN/intranet/ektranet), maupun jaringan global (internet) sebagaimana pendapat Pudjiono, setelah memiliki koleksi digital, PC dan software maka diperlukan jaringan intranet minimal 100 Mbps dan internet (layanan global) minimal 128 Kbps. Gambar 4 : Diagram Model Jaringan Komputer (a) LAN Jaringan wilayah lokal (bahasa Inggris: local area network biasa disingkat LAN) adalah jaringan komputer yang jaringannya hanya mencakup wilayah kecil; seperti jaringan komputer kampus, gedung, kantor, dalam rumah, sekolah atau yang lebih kecil. Saat ini, kebanyakan LAN berbasis pada teknologi IEEE 802.3 Ethernet menggunakan perangkat switch, yang mempunyai kecepatan transfer data 10, 100, atau 1000 Mbit/s. Selain teknologi Ethernet, saat ini teknologi 802.11b (atau biasa disebut Wi-fi) juga sering digunakan untuk membentuk LAN. Tempat-tempat yang menyediakan koneksi LAN dengan teknologi Wi-fi biasa disebut hotspot. (http://www.psbpsma.org/forum/jaringan-dan-internet/jaringan-intranet/carapemasangan-jaringan-intranet). (b) Intranet dan Ekstranet Intranet adalah sebuah jaringan koputer berbasis protokol TCP/IP seperti internet, hanya saja digunakan dalam internal perpustakaan. Antar Intranet dapat saling berkomunikasi dengan yang lainnya melalui sambungan internet yang memberikan tulang punggung komunikasi jarak jauh. Jika sebuah perpustakaan mengekspose sebagian dari internal jaringannya ke komunitas di luar, hal ini disebut ekstranet. Perpustakaan dapat melakukan pemblokiran akses ke intranet melalui router dan pengaturan akses ke intranet dengan meletakan firewall (Purbo, 2000). (c) Internet Interconected network atau lebih dikenal dengan sebutan internet adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia (oleh alat pengatur lalulintas data, yang dinamakan routers) meskipun beda sistem operasi dan mesin. Setiap komputer dan jaringan terhubung secara langsug maupun tidak langsung ke beberapa jalur utama yang disebut internet backbone (mekanisme hirarki dari jaringan komputer) dan dibedakan satu dengan yang lain menggunakan unique name yang bisa disebut alamat IP (Internet Protocol) 32 bit. Contoh 202.133.81 (http://kangbudhi.wordpress.com/2007/09/12/teknologi-jaringanintranet-ekstranet-dan-internet-di-perpustakaan/). Menurut Ruldeviyani dan Sucahyo (2007) sesuai dengan kepanjangannya, Internet terdiri dari sekumpulan jaringan komputer milik perusahaan, institusi, lembaga pemerintah, ataupun penyedia jasa masing-masing jaringan komputer yang terhubung dikelola secara independen. Dengan adanya internet memungkinkan data digital di satu tempat bisa diakses dengan mudah dan cepat dari tempat lain. (d) World Wide Web (WWW) WWW (World Wide Web), merupakan kumpulan web dari seluruh dunia yang berfungsi menyediakan data dan informasi untuk dapat digunakan bersama. Melalui WWW atau biasa disebut web, dapat mengakses informasi-informasi yang tidak hanya berupa teks tetapi bisa juga berupa gambar, suara, video dan animasi. WWW sebenarnya merupakan kumpulan dokumen-dokumen yang sangat banyak yang berada pada komputer server (web server), di mana server-server ini tersebar di lima benua termasuk Indonesia, dan terhubung menjadi satu melalui jaringan Internet. Dokumendokumen informasi ini disimpan atau dibuat dengan format HTML (Hypertext Markup Language). Suatu halaman dokumen informasi dapat terdiri atas teks yang saling terkait dengan teks lainnya atau bahkan dengan dokumen lain. Keterkaitan halaman lewat teks ini disebut hypertext. Dokumen infomasi ini tidak hanya terdiri dari teks tetapi dapat juga berupa gambar, mengandung suara bahkan klip video. Kaitan antar-dokumen yang seperti itu biasa disebut hypermedia (http://id.wikipedia.org/wiki/WWW). Jadi dapat disimpulkan bahwa WWW adalah sekelompok dokumen multimedia yang saling terkoneksi menggunakan hyperteks link. Dengan mengklik hyperlink, maka bisa berpindah dari satu dokumen ke dokumen lainnya. d. Standard Operation Procedure (SOP) Elemen dasar ke empat adalah SOP, yang diperlukan diberbagai bidang kegiatan termasuk kegiatan pengembangan perpustakan digital. SOP diperlukan agar proses operasional kegiatan berlangsung secara teratur. Proses yang sudah berlangsung teratur dapat tetap berjalan walaupun orang yang bertanggung jawab pada proses tersebut tidak hadir, karena perannya dapat digantikan orang lain. SOP merupakan mendokumentasikan suatu kegiatan atau rangkaian instruksi tertulis yang proses rutin yang terdapat pada suatu bidang kegiatan. Menurut Mustafa dan Yulia (2005) SOP atau dalam bahasa Indonesia dikenal dengan istilah prosedur baku mutu adalah suatu panduan tertulis dalam menjalankan kegiatan sehari-hari di suatu lembaga untuk menjamin standar mutu hasil pekerjaan. Sedangkan Aries dan Saleh, (2004) mendefinisikan SOP sebagai dokumen tertulis yang memuat prosedur kerja secara rinci, tahap demi tahap dan sistematis. Dengan adanya SOP, maka standar mutu layanan yang akan dihasilkan oleh suatu pekerjaan dapat diukur sebelumnya. Demikian juga mutu layanan yang diharapkan diberikan kepada pengguna dapat ditentukan. Selanjutnya dengan SOP akan mudah melaksanakan pekerjaan, karena ada pedoman yang diikuti dan kontrol terhadap pekerjaan dapat dilakukan dengan mudah. Perpustakaan digital yang koleksinya berformat digital tersimpan dalam suatu komputer server harus dapat diakses dengan komputer secara cepat dan mudah melalui jaringan komputer. Oleh karena itu maka SOP sangat diperlukan untuk menjalankan operasional sebuah perpustakaan digital agar memberikan manfaat lebih bagi pengguna dan yang menjalankan tugas-tugas sebagai pustakawan. Dalam grand design perpustakaan digital Pustaka Litbangtan, pembuatan SOP terdiri dari: a) SOP untuk konversi dokumen b) SOP untuk upload ke web c) SOP untuk pengolahan dokumen digital d) SOP untuk system layanan perpustakaan digital e) SOP untuk pemeliharaan jaringan f) SOP untuk pemeliharaan web Biasanya SOP disusun berbentuk modul-modul, setiap kegiatan dibuat SOP-nya yang berdiri sendiri atau ada keterkaitan dengan modul lainnya. Modul kegiatan perpustakaan terdiri dari nomor kode modul, judul modul, cakupan, tujuan, standar yang digunakan, tahapan kegiatan, alur kerja dalam bentuk diagram, serta formulir-formulir yang mungkin digunakan dan biaya atau keterangan lain yang diperlukan terkait langsung dengan isi modul tersebut (Mustafa dan Yulia, 2005). SOP minimal yang paling diperlukan dalan pengembangan perpustakaan digital adalah SOP digitalisasi bahan perpustakaan (lihat lampiran 1 s.d 4). e. Manajemen Elemen dasar kelima adalah manajemen yang secara umum adalah merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan, usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (Stoner dalam Daryono, 2008). Oleh karena itu, apabila proses dan sistem perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan tidak baik, maka proses manajemen secara keseluruhan tidak lancar, dan proses pencapaian tujuan akan terganggu dan mengalami kegagalan. Adapun manajemen perpustakaan digital menurut Arif (2003) adalah Penerapan teknologi informasi (TI) sebagai sarana untuk menyimpan, mendapatkan dan menyebarluaskan informasi ilmu pengetahuan dalam format digital. Bentuk penerapan TI seperti ini dikenal sebagai Perpustakaan Digital. Sedangkan menurut Suryandari (2007) manajemen perpustakaan di era digital salahsatunya dibatasi pada proses digitalisasi. Menurut Cleveland (1998) sebagaimana diuraikan diatas, selain proses digitization membangun koleksi digital dapat dilakukan dengan metoda lainnya yakni: a. Acquisition of original digital works, maksudnya adalah mengadakan baik melalui metode membeli atau berlangganan karya digital asli dari penerbit atau peneliti dalam bentuk misalnya jurnal elektronik (e-journal), buku elektronik (e-book) dan data base online seperti Ebsco, Proquest, Science Direct, dll. b. Acces to external materials, maksudnya adalah perpustakaan harus mempunyai semacam jaringan ke sumber lain yang tidak tersedia secara local yang disediakan melalui website, koleksi perpustakaan lain atau server-server milik penerbit-pennerbit. Proses digitalisasi adalah proses yang mengubah dokumen tercetak menjadi dokumen digital. Proses tersebut (lihat Gb.2) dibedakan menjadi tiga kegiatan utama (Suryandari, 2007), yaitu: a) Scanning, yaitu proses memindai (men-scan) dokumen dalam bentuk cetak dan mengubahnya ke dalam bentuk berkas digital. Berkas yang dihasilkan adalah berkas PDF. Salah satu alat yang dapat digunakan adalah canon IR2200. b) Editing, adalah proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya, dengan software adobe acrobat, termasuk proses OCR (Optical Character Recognition). Proses OCR adalah sebuah proses yang mengubah gambar menjadi teks. c) Uploading, adalah proses pengisian (input) metadata dan meng-upload berkas dokumen tersebut ke digital library. Berkas yang di-upload adalah berkas PDF yang berisi full text karya akhir dari mulai halaman judul hingga lampiran, yang telah melalui proses editing. Dibagian akhir diagram di atas ada dua server, yaitu : sebuah server yang berhubungan dengan intranet, berisi seluruh metadata dan full text karya akhir yang dapat diakses oleh seluruh pengguna di dalam Local Area Network (LAN). Sedangkan server yang terakhir adalah yang terhubung ke internet, berisi metadata dan abstrak karya akhir tersebut. Proses lainnya adalah konversi dilakukan jika dokumen sudah dalam bentuk softcopy untuk menyamakan format dan mengatur penamaan file, pembuatan metadata untuk keperluan penelusuran berbasis web (Rufaidah,2007). Kemudian proses penyimpanan dokumen adalah proses penyimpanan dimana termasuk di dalamnya adalah pemasukan data (data entry), editing, pembuatan indeks dan klasifikasi berdasarkan subjek dari dokumen dan proses pengaksesan dan pencarian kembali dokumen adalah proses bagaimana melakukan pencarian kembali dokumen-dokumen yang telah disimpan (Wahono, 2006) Terakhir proses pendistribusian dokumen adalah proses penyebarluasan hasil penyimpanan dokumen ke masyarakat pengguna sesuai bentuk penyimpanannya (Saleh, 2010). Gambar 2: Alur Kerja Digitalisasi (Sumber: Modifikasi Alur Kerja Digitalisasi Suryandari,2007) f. Anggaran Elemen dasar keenam adalah anggaran, yaitu rencana penjatahan sumber daya yang dinyatakan dengan angka, biasanya dalam satuan uang (Moeliono, 1988). Secara garis besar anggaran yang diperlukan terbagi dua yaitu anggaran untuk investasi awal dan operasional. Besarnya anggaran yang diperlukan tergantung faktor-faktor pendukung perpustakaan digital yang tersedia dalam sebuah perpustakaan. Siregar (1999) menyatakan bahwa penyediaan layanan digital memerlukan pendanaan baik untuk investasi awal maupun operasionalnya. Dana investasi digunakan untuk perangkat keras dan lunak, dana operasional antara lain digunakan untuk proses digitalisasi. Besarnya biaya yang diperlukan tergantung pada berbagai faktor diantaranya infrastruktur dan prasarana yang tersedia, jumlah terminal layanan akses yang akan disediakan, jenis server yang akan diguanakan dan tenaga pengembang yang tersedia. Sementara itu Suryandari (2009) membedakan struktur pembiayaan proses digitalisasi berdasarkan pada jumlah anggaran yang tersedia menjadi perpustakaan besar, menengah dan kecil, dengan rincian sebagai berikut: a) Perpustakaan besar memiliki dana sekitar Rp 57.000.000 (lima puluh tujuh juta rupiah) untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) per bulan untuk biaya operasional proses digitalisasi. b) Perpustakaan menengah memiliki dana sekitar Rp 30.000.000 (tiga puluh juta rupiah) untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 3.000.000 (tiga juta lima ratus ribu rupiah) per bulan untuk biaya operasional proses digitalisasi. c) Perpustakaa kecil memiliki dana sekitar Rp 11.000.000 (sebelas juta rupiah) untuk investasi awal, yaitu biaya peralatan dan jasa yang sifatnya tidak rutin dan Rp 400.000 (empat ratus ribu rupiah) per bulan untuk biaya operasional proses digitalisasi. Struktur pembiayaan tersebut dibedakan menjadi dua, yaitu biaya rutin (bulanan) dan biaya investasi (tidak rutin, dikeluarkan hanya satu kali pada saat proyek akan dimulai) (lihat lampiran 5 s.d 13) 2.5 Studi Kelayakan Dalam systems development life cycle-nya O’brain (1999) berpendapat bahwa langkah pertama dalam proses pengembangan sistem adalah tahap investigasi sistem yang membutuhkan sebuah kajian awal yang disebut studi kelayakan (lihat gb. 2). Studi kelayakan tersebut merupakan kajian awal yang menyelidiki kebutuhan informasi dari perspektif pengguna dan menentukan kebutuhan sumber daya, biaya, manfaat dan kelayakan proyek yang diajukan. Selanjutnya Lucas (2000) menyatakan bahwa studi kelayakan menyajikan beberapa alternatif potensial dan mengevaluasinya secara teknis, ekonomi, dan ukuran-ukuran operasional. Sedangkan Laudon dan Laudon (1996) berpendapat bahwa studi kelayakan dilakukan untuk menentukan solusi apakah yang mungkin atau terjangkau, memberi batasan dan sumber daya organisasi. Kamus Bahasa Indonesia (1988) menjelaskan bahwa kata studi berarti penelitian atau penyelidikan ilmiah sedangkan kelayakan berarti perihal yang dapat (pantas, patut) dilaksanakan. Sedangkan Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004) menjelaskan frasa studi kelayakan adalah analisis untuk mengambil keputusan tentang kelayakan suatu rencana investasi. Selanjutnya Kamus Komputer dan Teknologi Informasi (2007) menjelaskan frasa studi kelayakan tersebut merupakan studi yang digunakan apakah proyek yang direncanakan layak untuk diteruskan atau tidak. SDLC Investigation/Planning Feasibility study Analysis Functional Requirement Design System Specification Implementation System Operational Maintenance Improved System ACTIVITIES PRODUCT Gb. 2. System Development Life Cycle O’brain (1999) Oleh karena itu informasi dibutuhkan untuk menilai kondisi faktual elemen-elemen dasar tersebut sehingga dapat dibuat rekomendasi elemen dasar perrpustakaan digital yang paling ideal. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mengumpulkan informasi dalam tahap pengembangan sistem tersebut sebagaimana disebutkan oleh O’brain (1999) antara lain: a. Wawancara dengan pekerja, pelanggan dan manajer. b. Kuisioner kepada pengguna akhir (end users) dalam organisasi. c. Pengamatan pribadi, videotaping atau melibatkan diri dalam aktivitas pengguna akhir. d. Menguji dokumen, laporan panduan prosedur dan dokumentasi lain. e. Pengembangan, simulasi dan pengamatan model dalam suatu aktivitas. Dalam studi kelayakan pengembangan sistem perpustakan digital berbasis web di Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor, akan dilakukan terhadap salah satu elemen yang membentuk perpustakaan digital, yaitu elemen dasar (basic element) yang mengacu pada Grand Design Perpustakaan Digital Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2006) sebagaimana telah diuraikan di atas, yang akan mengkaji: a. Kelayakan sumber daya manusia (SDM) b. Kelayakan koleksi digital c. Kelayakan infrastuktur d. Kelayakan Standard Operational System (SOP) e. Kelayakan manajemen f. Kelayakan anggaran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Saat ini teknologi informasi sudah sangat mempengaruhi penyelenggaraan perpustakaan sehingga salah satu strategi untuk pengembangannya adalah melalui pengembangan perpustakaan berbasis TI, antara lain pengembangan sistem perpustakaan digital. Hal ini sesuai dengan perkembangan dunia perpustakaan bahwa perkembangan mutakhir adalah perpustakaan digital (digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi ke data digital dan media jaringan komputer. Oleh karena itu pengembangan sistem informasi perpustakaan berbasis TI dalam format digital tersebut menjadi hal yang penting. Permasalahannya adalah bahwa pengembangan perpustakaan digital tersebut perlu didukung oleh kondisi ideal elemen-elemen dasar perpustakaan digital sebagaimana diuraikan dalam perumusan masalah. Untuk itu salah satu langkah awal yang perlu dilakukan dalam upaya pengembangannya adalah melakukan studi kelayakan pengembangan sistem perpustakaan digital terhadap kelayakan elemen-elemen dasar (basic elements) perpustakaan digital. Elemen-elemen dasar tersebut berpedoman kepada Grand Design Perpustakaan Digital Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian (PUSTAKA) Badan Litbang Pertanian Departemen Pertanian (2006), yaitu: kelayakan SDM, kelakan koleksi, kelayan infrastruktur, kelayakan SOP, kelayakan manajemen dan kelayakan anggaran. Kelayakan elemen-elemen dasar tersebut sangat menentukan keberhasilan pengembangan perpustakan digital. Dari studi kelayakan tersebut diharapkan dapat mengetahui tingkat kelayakan elemen dasar perpustakaan digital, mendefinisikan kebutuhan elemen dasar pengembangan sistem perpustakaan digital minimal dan dapat memformulasikan saran serta menghasilkan rekomendasi mengenai kelayakan elemen dasar yang harus dimiliki, dalam rangka pengembangan sistem perpustakaan digital berbasis web di Perpustakaan STP Jurluhkan Bogor 3.2 Metode Penelitian Metode adalah cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis, 2009). Metode dan Rancangan Penelitian yang akan dilaksanakan selengkapnya adalah sebagai berikut: a. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian studi kasus (case study) dengan melakukan studi kelayakan, yaitu studi kasus yang bersifat evaluatif yang ditujukan pada layak tidaknya suatu tindakan atau usaha dilakukan. Studi kelayakan merupakan penelitian terapan (Applied Research. (http:xa.yim.com/kg/groups/33216553/479676807/name/METODE+METODE+PENELI TIAN.ppt) Studi kasus adalah salah satu bentuk rancangan penelitian deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang dimaksudkan hanya membuat deskripsi atau uraian suatu fenomena semata-mata, tidak untuk mencari hubungan variable, menguji hipotesis atau membuat ramalan (Aditya S.,2009) Komponen yang akan dianalisis dalam studi kelayakan ini adalah elemen dasar perpustakaan digital, yaitu: kelayakan sumber daya manusia, kelayakan koleksi digital, kelayakan infrastruktur, kelayakan standard operational procedure (SOP), kelayakan manajemen dan kelayakan anggaran. b. Teknik Pengumpulan Data Untuk pengumpulan data, teknik yang digunakan adalah observasi langsung dengan melihat kondisi yang ada, wawancara dengan pimpinan dan pengelola perpustakaan, serta pengamatan dengan sistem yang sudah ada. Pengumpulan data dilakukan juga melalui studi kepustakaan dan browsing internet. c. Instrumen Penelitian Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik wawancara, pelaksanaan wawancara harus menggunakan instrumen. Instrumen tersebut berupa rambu-rambu pertanyaan yang akan ditanyakan sebagai pedoman wawancara. Untuk memperoleh data dari setiap variabel yang terdapat pada model penelitian, maka instrumen tersebut dibagi terhadap 6 (enam) bagian elemen dasar perpustakaan digital, yaitu: a) Instrumen untuk data SDM b) Instrumen untuk data Koleksi c) Instrumen untuk data Infrastruktur d) Instrumen untuk data SOP e) Instrumen untuk data Manajemen f) Instrumen untuk data Anggaran d. Teknik Analisis Data Analisis deskriptif kualitatif dilakukan untuk menggambarkan penjelasan masalah dan upaya pemecahan masalah yang dapat dilakukan (untuk meningkatkan kondisi perpustakaan digital). Data dari hasil observasi dan wawancara dianalisis dan beri makna berupa deskripsi atas dasar data yang didapat. e. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan dilakukan mulai bulan Juli 2011 s.d Agustus 2011, berlokasi di Sekolah Tinggi Perikanan Jurusan Penyuluhan Perikanan Bogor. Pengolahan dan analisis data dilakukan di Laboraturium Pasca Sarjana Ilmu Komputer-FMIPA, Barangansiang Bogor. 3.3 Tahapan Studi Kelayakan Tahapan Kegiatan Persiapan Pengumpulan bahan dan materi Pengumpulan data awal Sumber Studi pustaka online & off line Mendeskipsikan kondisi ideal elemen dasar perpustakaan digital Pembuatan instrument wawancara Penyusunan proposal Pelaksanaan Studi Kelayakan: Observasi /Survey Lokasi Studi pustaka, observasi, wawancara Melakukan Wawancara/Interview Mendeskripsikan kondisi obyektif elemen dasar perpust digital Pengolahan dan Analisa data Pengolahan dan Analisis data Finalisasi Penyusunan laporan Memformulasikan & Merekomendasikan kondisi ideal elemen dasar perpustakaan digital Dokumentasi Gambar 8. : Flow Chart Proses Studi Kelayakan: PERSIAPAN - Studi Literatur Pengumpulan data awal Pembuatan Instrumen Wawancara Mendeskripsikan kondisi ideal elemen dasar perpust digital Penyusunan Proposal DITOLAK Proposal disetujui ? Studi pustaka, hasil observasi, hasil wawancara YA Studi Kelayakan: - Observasi/Survey lokasi - Melakukan wawancara/Interview - Mendeskripsikan kondisi obyektif elemen dasar perpust digital Analisa data: - Mengolah dan menganalisis data - Memformulasikan & Merekomendasikan kondisi ideal elemen dasar perpustakaan digital PENYELESAIAN - Penyusunan laporan - Dokumentasi -dokumentasi SELESAI 3.4 Jadwal Penelitian Daftar 1. Jadwal Kegiatan Penelitian No. Uraian Kegiatan 1. Draft Proposal 2. Sidang Komisi 1 3. Perbaikan Proposal 4. Kolokium 5. Perbaikan Proposal April 2010 1 2 3 Juni 2011 4 1 2 3 4 Juli 2011 Agts 2011 Sept. 2011 Okt. 2011 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 6. Penelitian 7. Sidang Komisi 2 8. Perbaikan Hasil 9. Seminar Hasil 10. Perbaikan Hasil 11. Ujian Sidang DAFTAR PUSTAKA Aji, RFdan Kurniawan, Heri , 2007. Rdf Dalam Pertukaran Data Perpustakaan Digital http://www.google.com/search?hl=&q=RDF+Resource+Description+Framewor k+Rizal++Fathoni&sourceid=navclientff&rlz=1B3WZPB_enID351ID353&ie= UTF-8 (3/6/2010) Anonim. 2002. African Digital Library Glossary. Tersedia di http://www.africandl.org.za/glossary.htm Arif, Ikhwan. 2003. Konsep dan Perencanaan dalam Automai Perpustakaan. Makalah Seminar dan Workshop Sehari “Membangun Jaringan Perpustakaan Digital dan Otomasi Perpustakaan menuju Masyarakat Berbasis Pengetahuan”, Universitas Muhamadiyah Malang 4 Oktober 2003 Banurea, Amran. 2008. Prototipe Perpustakaan Digital Dengan GDL Pada Perpustakaan The Habibie Center. Bogor: Insititut Pertanian Bogor, hal 16 Buckland, Maka. 1991. Information as Thing. Journal of the American Society for Information Science. Vol 42. P.351-360 Daryono. 2008. Manajemen Perpustakaan http://daryono.staff.uns.ac.id/2008/09/24/manajemen-perpustakaan/ (14/5/2010) Departemen Pertanian. 2006. Executive Summary Grand Design Perpustakaan Digitaln Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian Badan Litbang Pertanian. Bogor. Dewyana, Himma, 2004. Perpustakaan dalam konteks Knowledge Management, Study Kasus Perpustakaan Universitas Indonesia. Depok: Universitas Indonesia. P. 23 Downing, D. dan Covington M. 1990. Kamus Istilah Komputer. Jakarta, Penerbit Erlangga. Ensiklopedi Nasional Indonesia (2004) studi kelayakan Handoyo, Reko, 2009. Study Kelayakan Bisnis http://konsultan-manajemen.com/2009/03/konsultan-feasibility-studykonsultan-study-kelayakan-berpengalaman-di-indonesia/ (11/5/2010) Hariningsih, S.P. ,2005. Teknologi Informasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Harmawan. 2008. Membangun Perpustakaan Digital: Suatu Tinjauan Aspek Manajemen. http://pustaka.uns.ac.id/include/inc_print.php?nid=37(7/5/2010) Hartinah, Sri. 2009. Pemanfaatan Alih Media Untuk Pengembangan Perpustakaan Digital. Visi Pustaka Majalah Perpustakaan Vol. 11 No. 3 Desember 2009 hal. 13-18 Hendra, 2006. Definisi Infrastruktur. http://www.hdn.or.id/index.php/research/2006/definisi_infrastruktur_ti Kamus Bahasa Indonesia (1988) Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, 2007. Studi Kelayakan http://www.total.or.id/info.php?kk= Feasibility%20study [ 20/4/ 2010]). Kamus Komputer dan Teknologi Informasi, Istilah Proses http://www.total.or.id/info.php?kk=proses [03-November-2010] Kusmayadi, Eka dan Andriaty, Etty. 2006. Kajian Online Public Acces Catalogue (OPAC) dalam Pelayanan Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol. 15. No. 2, 2006 hal. 51-58 Maksum dan Darmawiredja MR, 2007. Perpustakaan Model UK/UPT Departemen Pertanian: Suatu Pendekatan Manajemen dan Organisasi. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol. 16, Nomor2, 2007 hal. 35-42 Laudon KC and Laudon JP, 1996. Management Information System: Organitation and Technology. 4th ed. By Prentice-Hall, Inc. P. 412 Lucas HC. 2000. Information Technology for Management.7th ed. Irwin McGrawHill. P.416 Nawawi, H. dan Hadari, M., 1995. Instrumen Penelitian Bidang Sosisal. Gajah Mada University Press, Yogyakarta. O’Brien, J.A. 2002. Management Information System: Managing Information Technol ogy In E-Bussines Enterprise. 4th ed. NY:McGraw-Hill Inc. Pendit PL. 2007. Perpustakaan Digital Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia. Jakarta. CV Sagung Seto.ungan dan Dinamika. Jakarta: Cipta Karya Mandiri. Pendit PL. 2009. Perpustakaan Digital Kesinamb. CV Sagung Seto. Rufaidah VW. 2007. Knowledge Commerce: Peluang Implementasinya di Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Jurnal Perpustakaan Pertanian. Vol. 16. No. 2, 2007 hal. 44-50 Santoso, Joko., 2004. Sumber Daya Pengelolaan Perpustakan Digital. Jakarta: PNRI Sastraatmadja, Tintin, 2003. Konsep Peningkatan Daya Saing Pada Pelayanan Jasa Informasi, di Perpustakaan. http://www.google.com/search?hl=&q=Pengukuhan+pustakawan+utama+Tintin +S.+&sourceid=navclient-ff&rlz=1B3WZPB_enID351ID353&ie=UTF-8 Seminar KB. 2004. Kebijakan Pengembangan Perpustakaan Institut Pertanian Bogor. Bogor: IPB Subrata, Gatot, 2009. Perpustakaan Digital. http://library.um.ac.id/images/stories/pustakawan/kargto/Perpustakaan Sudarsono, B., 1994. Peran Pustakawan dalam Pembangunan Nasional Indonesia, Majalah Ikatan Pustakawan Indonesia, Vol.6, No. 1-2. Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian, Bandug: CV Alfa Beta Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar Ilmu Perpuskaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Sulistyo-Basuki. 2006. Pengembangan Sumber Daya Manusia Pustaka Dalam Rangka Pembentukan Perpustakaan Digital; Makalah Seminar Nasional Grand Design Perpustakaan Digital. Bogor: Pusat Perpustakaan dan Penyebaran Teknologi Pertanian. Supriadi, Eri. 2009. Pengembangan Perpustakaan Sebagai Sarana Pusat Sumber Informasi Masa Depan. http://erisupriadi.blog.unej.ac.id/2009/02023/pengembangan-perpustakaan sebagai-sarana-pusat-sumber-informasi-masa-depan. (12/3/2010) Surachman, Arif. 2008. Membangun Koleksi Digital http://pustaka.uns.ac.id/?opt=1001&menu=news&option=detail&nid=35 Wahono SW. 2006. Teknologi Informasi untuk Perpustakaan: Perpustakaan Digital dan Sistem Otomasi Perpustakaan. http://www.scribd.com/doc/3020850/Perpustakaan-Digital-dan-Sistem-Otomasi -Perpustakaan(12/3/2010) Witten, Ian H. and Bainbridge, David. 2003. How To Built a Digital Library. San Francisco: Morgan Kaufmann Publisher. Kajian DL http://www.google.co.id/#hl=id&source=hp&q=pengertian+elemen+dasar+perp ustakaan+digital&aq=f&aqi=&aql=&oq=&gs_rfai=&fp=644a00694a09cee0 Lampiran 1. SOP Digitalisasi (sumber perpustakaan IPB): PERPUSTAKAAN ………………….. STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal : Revisi ke : Tgl. Efektif : Modul : Digitalisasi Bahan Perpustakaan Kode : Tujuan : Mengalihbentukkan/dengan cara memindai bahan tercetak ke dalam bentuk elektronik sehingga tersedia sebagai koleksi digital melalui situs web yang ditujukan bagi pengguna perpustakaan digital. Ruang Lingkup : Prosedur operasi standar (SOP) ini mencakup pekerjaan; menyeleksi, memindai, mengatur berkas, menyediakan akses, mendesiminasikan, memelihara berkas, dan memastikan keutuhan karya-karya digital. Standar: Untuk menjamin kelancaran operasional proses digitalisasi bahan perpustakaan diperlukan kebijakan atau aturan sbb: 1. Setiap ketua departemen atau program studi memberikan pernyataan dukungan terhadap inisiatif digitalisasi karya sivitas akademika; 2. Bahan perpustakaan yang akan didigitalisasi termasuk semua disertasi, tesis, skripsi, dan karya lainnya dari sivitas akademika IPB merupakan teks lengkap, mulai dari halaman judul hingga lampiran; 3. Pimpinan perguruan tinggi menerbitkan surat keputusan yang mewajibkan seluruh sivitas akademika untuk menyerahkan berkas elektronik (soft file) karya yang mereka hasilkan, dengan bantuan atau fasilitas dan persetujuan perguruan tinggi kepada perpustakaan. 4. Perpustakaan menyediakan formulir pernyataan ”Pengalihan Hak Cipta Non-eksklusif” yang kemudian ditanda-tangani oleh mahasiswa atau dosen pada saat penyerahan karya tersebut. Pernyataan tersebut memberikan hak kepada perpustakaan untuk menyimpan, mengalihbentukkan, dan menyebar-luaskan karya tersebut untuk tujuan peningkatan kualitas pendidikan dan bersifat non-komersial. Penulis karya tetap memiliki hak eksklusif terhadap hasil karyanya, termasuk hak untuk menerbitkannya dalam bentuk buku atau artikel. 5. Dalam kasus tertentu dimana penulis berkeberatan seluruh isi karyanya disebar-luaskan, maka mereka akan diberikan pilihan seperti: publikasi terbatas yaitu hanya beberapa bab saja yang digitalisasi (ada beberapa bab yang tidak di”upload” ke server); Publikasi setelah periode tertentu, misalnya setelah satu tahun karya diterima perpustakaan, dsb.; 6. Jika penulis karya berkeberatan untuk menada-tangani surat pernyataan ”Pengalihan Hak Cipta Non-eksklusif”, mereka dapat mengajukan surat permohonan kepada ketua departemen atau program studi. Contoh Pernyataan Hak Cipta Non-eksklusif ada pada lampiran 7. Ketua departemen atau program studi akan mengeluarkan suatu peraturan yang mewajibkan mahasiswa untuk menanda-tangani surat pernyataan ”keaslian” karya akhirnya pada halaman pertama karya. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya tersebut adalah hasil bajakan, maka institusi berhak mencabut gelar akademik yang dimilikinya. 8. Untuk melindungi karya tersebut, dipilih format PDF (Portable Document Format) sebagai jenis berkas digital karya. Melalui format ini, berkas tersebut bisa diatur ”hanya baca” atau read only dan diberikan password sebagai pengamannya. Menentukan jenis proteksi yang akan diterapkan pada koleksi digital ini, apakah boleh dicetak atau tidak, apakah perlu diberi password atau tidak, apakah bisa diedit atau tidak, dan lain-lain. 9. Menetapkan mekanisme layanan koleksi digital, misalnya apakah koleksi digital tersebut dapat diunduh, atau dikirim secara offline, dan sebagainya. Prosedur : 1. Seleksi dan pengumpulan bahan yang akan dibuat koleksi digital. Bahan-bahan yang akan dialih-bentukkan dari tercetak menjadi digital perlu diseleksi untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan digitalisasi koleksi perpustakaan. Sesuai dengan tujuan dan target program digitalisasi maka bahan-bahan yang akan digitalisasi adalah bahan-bahan yang mengandung informasi spesifik dimana perpustakaan lain mungkin tidak memilikinya, misalnya skripsi, tesis dan disertasi serta laporan penelitian bagi perpustakaan perguruan tinggi dan lain-lain. 2. Pembongkaran jilid koleksi agar bisa dibaca alat pemindai (scanner) Proses ini perlu dilakukan untuk memudahkan operator pemindai melakukan proses pemindaian lembar demi lembar dari bahan tersebut. Untuk penggunaan mesin pemindai atau scanner yang mempunyai fasilitas ADF (Automatic Document Feeder), maka pembongkaran dokumen tercetak dari jilidannya menjadi suatu keharusan. 3. Pembacaan halaman demi halaman dokumen menggunakan alat pemindai yang kemudian disimpan dalam format file PDF. Jika menggunakan alat pemindai yang memiliki fasilitas ADF (Automatic Document Feeder) maka pembacaan dengan alat pemindai ini bisa dilakukan secara otomatis oleh mesin. Operator tinggal memasukkan sejumlah lembar (misalnya 30 atau 50 lembar atau lebih sesuai kemampuan alat pemindai) kedalam bak kertas. Mesin pemindai secara otomatis akan mengambil lembar-demi lembar sampai persediaan lembaran di bak kertas habis. Hasil dari proses ini adalah dokumen dalam bentuk elektronik atau file komputer. 4. Pengeditan. Hasil pemindaian tadi walaupun sudah dalam bentuk elektronik, namun masih perlu diedit, terutama jika ukuran kertas yang ditentukan pada saat scanning tidak tepat benar. Oleh karena itu perlu dilakukan editing seperti pemotongan pinggiran halaman, pembalikan halaman dan lain-lain sehingga hasilnya menjadi lebih 5. 6. 7. 8. enak dibaca. Selain itu perlu dilakukan penggabungan halaman dan bookmarking agar halaman-halaman dokumen dapat diakses dengan cepat. Pembuatan serta pengelolaan metadata (basisdata) agar dokumen tersebut dapat diakses dengan cepat. Pembuatan basisdata ini dapat menggunakan perangkat lunak apa saja yang dapat dikenal dan biasa digunakan oleh manajer sistem. Namun bila manajer sistem belum mengenal dan terbiasa dalam menggunakan perangkat lunak basisdata tertentu, disarankan untuk menggunakan perangkat lunak ISIS for Window atau lebih dikenal dengan WINISIS. Selain gratis, perangkat lunak ini memiliki cukup banyak kelebihan-kelebihan dibandingkan dengan program lunak lain sejenis. Melengkapi basis data dokumen dengan abstrak jika diperlukan. Terutama untuk dokumen-dokumen yang berisi informasi ilmiah serta monograf lainnya. Sedangkan untuk dokumen yang berisi informasi singkat seperti teknologi tepat guna dan semacamnya, cukup ditambahkan keterangan atau anotasi saja. Proses selanjutnya adalah pemindahan atau menyimpan (upload) ke server. Penjilidan kembali dokumen yang sudah dibongkar. Jika dokumen tersebut masih diperlukan bentuk tercetaknya, maka dokumen yang sudah dibongkar dan sudah melalui tahapan pemindaian atau scanning, dapat dijilid kembali. Dokumen tersebut dapat dikembalikan ke bagian koleksi yang menyimpan bahan-bahan tercetak. Lampiran2. ALUR KERJA DIGITALISASI BAHAN PERPUSTAKAAN PERPUSTAKAAN Mulai Dokumen S/T/D/ LP/dll dalam bentuk tercetak Seleksi Dokumen Dialihmediakan? Dikembalikan ke koleksi Selesai Bongkar jilidan Pindai dokumen Edit hasil pemindaian Edit metadata (untuk tautan ke teks lengkap) Cek tautan Berfungsi? Perbaiki tautan Unggah ke server Selesai Lampiran 3. SOP Penanganan Dokumen Digital (sumber perpustakaan IPB): PERPUSTAKAAN ………………… STANDAR PROSEDUR OPERASIONAL Hal Revisi ke : : Tgl. Efektif : Modul : Penanganan Dokumen Digital Kode : Tujuan : Penanganan dokumen digital diantaranya untuk memudahkan penyimpanan bahan pustaka sehingga tidak memerlukan tempat dan dapat menghemat tempat penyimpanan Ruang Lingkup : Digital yang ditangani berupa Cd yang terdiri dari Skripsi, Tesis dan Disertasi hasil karya mahasiswa Institut Pertanian Bogor Prosedur : 1. Menerima CD dari Bidang Pengembangan Bahan Pustaka 2. Memeriksa CD dan daftar pengantar CD 3. Dari bentuk pdf untuk kemudian di edit metadata 4. Dari bentuk non pdf di konversi ke bentuk pdf kemudian edit metadata 5. Pemetaam (pengelompokan berkas elektronik berdasarkan jenid karyanya 6. Upload atau penggabungan data ke server 7. Membuat berkas cadangan Lampiran 4.. ALUR KERJA PENANGANGAN DOKUMEN DIGITAL Mulai Dokumen S/T/D digital dari Pengolahan Periksa kondisinya Baik? Tidak Tolak dan kembalikan ke bidang Pengolahan Tidak Konversi kedalam format PDF Periksa format berkasnya PDF? Ya Kelompokkan dan simpan berkas kedalam folder berdasarkan jenis karya Edit Metadata Unggah ke server dan buatkan berkas cadangannya Selesai Lampiran 5: Biaya rutin (bulanan) proses digitalisasi untuk perpustakaan besar No. Tahapan Proses Material dan Jasa yang Dibutuhkan Biaya Rutin/Bulan Total Biaya Rp 1. 2. Scanning Biaya sewa mesin scanner canon IR2200 1 orang operator scanner, bekerja lembur 2 jam per hari (2 jam x 20 hari kerja /bulan) Gaji 2 orang editor Editing dan Uploading TOTAL BIAYA RUTIN/BULKAN RP Rp 2.200.000 2.200.000 400.000 400.000 761.000 1.522.000 4.122.000 Lampiran 6: Biaya investasi proses digitalisasi untuk perpustakaan besar No. 1. 2. Tahapan Proses Scanning Material dan Jasa yang Biaya non rutin Dibutuhkan Rp Biaya bongkar-pasang 8.000 bahan digital (tesis, dll) sebesar Rp 8.000/tesis, dengan jumlah total sebanyak 1.600 tesis Pelatihan cara men-scan Satu Unit PC untuk 5.000.000 operator scanner Editing dan Biaya training software 5.000.000 Uploading yang diperlukan ( in house training ), meliputi Adobe Acrobat, Omnipage, and Digital library software Pembelian software 2.500.000 Adobe Acrobat 7 # US $ 250 (Academic price) Pembelian software 1.500.000 omnipage 15 # US $ 150 Dua buah server untuk 10.000.000 INTRANET dan untuk INTERNET Dua buah unit computer 5.000.000 untuk 2 (dua) orang petugas EDITOR TOTAL BIAYAINVESTASI/TIDAK RUTIN Total biaya Rp 12.800.000 5.000.000 5.000.000 2.500.000 1.500.000 20.000.000 10.000.000 56.800.000 Lampiran 7: Total biaya yang dibutuhkan untuk melakukan proses digitalisasi tesis sebanyak 1.600 tesis dalam waktu 4 bulan untuk perpustakaan besar No. Jenis Biaya Biaya Per Jumlah Bulan Total Biaya Rp 1. Bulan Rp - Biaya Investasi - 56.800.000 4 bulan 16.488.000 (tidak rutin) 2. Biaya Rutin 4.122.000 (Bulanan) TOTAL BIAYA PROYEK DIGITALISASI 73.288.000 Lampiran 8 : Biaya rutin (bulanan) proses digitalisasi untuk perpustakaan menengah No. Tahapan Proses 1. Scanning 2. Material dan Jasa yang Dibutuhkan Biaya Rutin/Bulan Rp 2.200.000 Total Biaya Rp - - 800.000 1.600.000 Biaya sewa mesin Scanner Cannon IR2200 1 orang operator scanner, bekerja 2 jam per hari di dalam jam kerja (tidak perlu lembur) Editing dan Honor 2 orang Uploading petugas, sebesar Rp 4.000/tesis, masingmasing mampu menyelesaikan tesis sebanyak 200 dalam satu bulan TOTAL BIAYA RUTIN/BULAN RP 2.200.000 3.800.000 Lampiran 9: Biaya investasi proses digitalisasi untuk perpustakaan menengah No. 1. 2. Tahapan Proses Scanning Material dan Jasa yang Biaya non rutin Dibutuhkan Rp Biaya bongkar-pasang 4.000 tesis sebesar Rp 4.000/tesis, dengan jumlah total sebanyak 1.600 tesis Pelatihan cara men-scan Satu Unit PC untuk operator scanner (tidak perlu dibeli karena menggunakan computer yang ad.a Editing Biaya training software 5.000.000 dan yang diperlukan ( in Uploading house training ), meliputi Adobe Acrobat, Omnipage, and Digital library software Pembelian software 2.500.000 Adobe Acrobat 7 # US $ 250 (Academic price) Pembelian software 750.000 omnipage 14 # US $ 75 (used software berdasarkan Amazon.com) Satu buah server untuk 10.000.000 INTERNET dan untuk INTERNET satu buah unit komputer 5.000.000 untuk 1 (satu) orang petugas EDITOR. Satu orang editor lainnya menggunakan computer server sebagai komputer kerja. TOTAL BIAYAINVESTASI/TIDAK RUTIN Total biaya Rp 6.400.000 - 5.000.000 2.500.000 750.000 10.000.000 5.000.000 29.650.000 Lampiran 10 : Total biaya yang dibutuhkan untuk melakukan proses digitalisasi tesis sebanyak 1.600 tesis dalam waktu 4 bulan untuk perpustakaan menengah No. 1. Jenis Biaya Biaya Investasi Biaya Per Bulan Rp - Jumlah Bulan Total Biaya Rp - 29.650.000 4 bulan 15.200.000 (tidak rutin) 2. Biaya Rutin 3.800.000 (Bulanan) TOTAL BIAYA PROYEK DIGITALISASI 44.850.000 Lampiran 11 : Biaya rutin (bulanan) proses digitalisasi untuk perpustakaan kecil No. 1. 2. Tahapan Proses Scanning Material dan Jasa yang Dibutuhkan Biaya sewa mesin scanner 1 orang operator scanner, bekerja lembur 2 jam per hari (2 jam x 20 hari kerja /bulan) Gaji 2 orang editor Biaya Rutin/Bulan Rp Editing dan Uploading TOTAL BIAYA RUTIN/BULKAN RP Total Biaya Rp - - - - 200.000 400.000 400.000 Lampiran 12 : Biaya investasi proses digitalisasi untuk perpustakaan kecil No. 1. 2. Tahapan Proses Scanning Material dan Jasa yang Biaya non rutin Dibutuhkan Rp Biaya bongkar-pasang 4.000 bahan digital (tesis, dll) sebesar Rp 8.000/tesis, dengan jumlah total sebanyak 1.600 tesis Pelatihan cara men-scan Satu Unit PC untuk operator scanner Pembelian satu unit 2.750.000 scanner HP Scanjet C7716A US $ 275 Editing dan Biaya training software 5.000.000 Uploading yang diperlukan ( in house training ), meliputi Adobe Acrobat, Omnipage, and Digital library software Pembelian software 1.500.000 Adobe Acrobat 6 # US $ 150 (used software berdasarkan Amazone.com) Pembelian software 750.000 omnipage 14 # US $ 75 satu buah server untuk INTERNET dan untuk INTERNET Satu buah unit computer untuk 1 (satu) orang petugas EDITOR TOTAL BIAYAINVESTASI/TIDAK RUTIN Total biaya Rp 800.000 2.750.000 5.000.000 1.500.000 750.000 - - 10.800.000 Lampiran 13 : Total biaya yang dibutuhkan untuk melakukan proses digitalisasi tesis sebanyak 1.600 tesis dalam waktu 4 bulan untuk perpustakaan kecil No. 1. Jenis Biaya Biaya Investasi (tidak Biaya Per Bulan Rp - Jumlah Bulan Total Biaya Rp - 10.800.000 4 bulan 1.600.000 rutin) 2. Biaya Rutin 400.000 (Bulanan) TOTAL BIAYA PROYEK DIGITALISASI 12.400.000 Judul Penelitian Nama NRP Program Studi : Studi Kelayakan Pengembangan Perpustakaan Digital Berbasis Web Di Perpustakaan Sekolah Tinggi Perikanan (Stp) Jurusan Penyuluhan Perikanan (Jurluhkan) Bogor : Dadan Syachrulramdhani : G650280135 : Magister Teknologi Informasi untuk Perpustakaan Disetujui Komisi pembimbing Ir. Abdul Rahman Saleh, M.Sc. Ir. Meuthia Rachmaniah, M.Sc Diketahui, Ketua Program Studi MTP a.n. Dekan Sekolah Pascasarjana Azis Kustiyo,S.Si, M.Kom Dr.Ir. Naresworo Nugroho, M.Si Tanggal Disetujui: ........................................................................ BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan hasil pengolahan dan analisis data sesuai dengan tujuan penelitian. Untuk memudahkan pembahasan maka pemaparan hasil pengolahan data ………………………………………………….. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari hasil pembahasan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut: 5.2. Saran