Bab 2 - Nawasis

advertisement
Bab 2
Gambaran Umum Wilayah
2.1
Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
Kota Tanjungpinang merupakan salah satu kabupaten/kota pelaksana
Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2013 di
Provinsi Kepulauan Riau bersama dengan Kota Batam. Pada tahun 1983, sesuai
dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal 18 Oktober 1983 telah
dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang terdiri atas 2 kecamatan yaitu
kecamatan Tanjungpinang Timur dan kecamatan Tanjungpinang Barat. Dan
kemudian seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 2001 sesuai dengan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, kota
Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang terdiri atas
4 kecamatan dan 18 kelurahan.
Secara geografis, Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dan wilayah
Kota Tanjungpinang terletak pada titik koordinat antara 0051' - 0059' Lintang Utara
dan 10423' - 10434' Bujur Timur, dengan total luas wilayah sebesar 239,50 KM2.
Secara geologis, keadaan wilayah Kota Tanjungpinang sebagian besar terdiri dari
daerah berbukit-bukit dengan lembah yang landai dan daerah pesisir laut serta
beberapa pulau. Luas wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 131,54 KM2 luas
daratan dan 107,96 KM2 luas lautan.
Posisi Kota Tanjungpinang sangat strategis, disamping berdekatan dengan
Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai
pusat perdagangan dunia, Kota Tanjungpinang juga terletak pada posisi silang
perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, yakni di antara Samudera
Hindia dan Laut Cina Selatan.
Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang
pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki
topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0
– 2 % hingga 40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada
pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0 - 50 meter di
atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan
laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar,
umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0 – 2 % dengan luas wilayah
mencapai 75,30 Km², dan kemiringan lereng 2 – 15 % mempunyai luas sekitar 51,15
Km². Sedangkan kemiriringan lereng 15 – 40 % memiliki luas wilayah paling sedikit
yaitu 5,09 Km².
Secara administrasi wilayah Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan
wilayah administrasi Kabupaten Bintan dan Kota Batam, yaitu sebagai berikut:
Sebelah Utara
: Kabupaten Bintan dan Kota Batam
Sebelah Selatan
: Kabupaten Bintan
Sebelah Barat
: Kota Batam
Sebelah Timur
: Kabupaten Bintan
11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Pada umumnya wilayah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan
temperatur berkisar antara 18 - 30C. Rata-rata kelembaban udara sekitar 86 %,
sedangkan yang tertinggi dapat mencapai tingkat kelembaban 99 % dan yang
terendah di persentase 58 %. Gugusan kepulauan di Kota Tanjungpinang mempunyai
curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000 - 2500 mm/th. Ratarata curah hujan per hari ± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak ±
16,8 hari per bulan. Curah hujan rata – rata adalah berkisar pada angka 324,4 mm.
Temperatur rata-rata terendah 22,5C dengan kelembaban udara 83 - 89%.
Wilayah Kota Tanjungpinang memiliki 4
angin sepanjang tahun yaitu:




Bulan Desember-Februari
Bulan Maret-Mei
Bulan Juni-Agustus
BulanSeptember-November
:
:
:
:
Angin
Angin
Angin
Angin
(empat) macam perubahan arah
Utara
Timur
Selatan
Barat
Sungai-sungai yang mengalir di Kota Tanjungpinang kebanyakan kecil-kecil
dan dangkal, seperti halnya kebanyakan sungai-sungai yang ada di Pulau Bintan,
dan tidak sepenuhnya dipergunakan untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya
hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu.
Selain sebagai saluran drainase, sungai yang cukup besar dimanfaatkan sebagai
sumber air baku bagi penduduk kota dan sekitarnya. Adapun sungai-sungai yang
terdapat di Kota Tanjungpinang antara lain adalah: Sungai Gugus, Sungai Terusan,
Sungai Papah, Sungai Senggarang, Sungai Sei Payung, dan Sungai Dompak.
Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua)
kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam
berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah
tersebut terdiri dari:
a.
Air Bawah Tanah Dangkal
Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan
kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan
akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung
pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil
pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di
daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya.
Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2-3 m.Air bawah
tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di
beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa
lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah
tanah dangkal sekitar 13 m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan.
b. Air Bawah Tanah Dalam
Air bawah tanah dalam di Kota Tanjungpinang tersusun atas litologi berupa
pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas
(unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang
berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk
lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined
aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem
akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang tergolong
multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan
12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan
akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat
kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh
granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar
sekitar 26 meter. Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen
yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe
pemunculan pada umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk
lereng dengan dataran.
Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Tanjungpinang
Nama DAS
DAS Dompak
DAS Jang
DAS Katubi
Sumber: Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang
Tabel di atas menunjukkan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di wilayah
Kota Tanjungpinang. Sementara untuk lokasi dan wilayah Daerah Alirah Sungai
(DAS) yang telah disebutkan pada Tabel 2.1 di atas, diperjelas lokasi dan wilayahnya
pada Peta 2.1 di bawah ini.
Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di W.S Kep. Batam – Bintan
13 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Kota Tanjungpinang, sampai dengan saat ini masih terdiri dari 4 kecamatan
dan 18 kelurahan. Kelurahan yang memiliki luas paling besar adalah kelurahan
Dompak dengan luas wilayah mencapai 30,50 KM2. Sementara kelurahan terkecil
adalah kelurahan Penyengat dengan luas 4,00 KM2.
Sementara itu, kecamatan yang memiliki wilayah paling luas terdapat di
kecamatan Tanjungpinang Timur dengan luas wilayah mencapai 83,50KM 2. Dan
kecamatan dengan luas paling kecil terdapat di kecamatan Tanjungpinang Barat
dengan luas 34,50 KM2.
Rincian mengenai luas wilayah kelurahan dan kecamatan yang terdapat di
Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.2 yang terdapat di bawah ini.
Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan
No
I.
II
III.
Kecamatan / Kelurahan
Luas Wilayah (Km2)
KEC. TANJUNGPINANG BARAT
34,50
1. Kelurahan Tanjungpinang Barat
11,00
2. Kelurahan Kemboja
7,00
3. Kelurahan Kampung Baru
6,50
4. Kelurahan Bukit Cermin
10,00
KEC. TANJUNGPINANG TIMUR
83,50
1. Kelurahan Melayu Kota Piring
13,00
2. Kelurahan Kampung Bulang
11,50
3. Kelurahan Air Raja
13,00
4. Kelurahan Batu Sembilan
23,00
5. Kelurahan Pinang Kencana
23,00
KEC. TANJUNGPINANG KOTA
52,50
1.
2.
3.
4.
1,50
24,00
23,00
4,00
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Kelurahan
Tanjungpinang Kota
Kampung Bugis
Senggarang
Penyengat
KEC. BUKIT BESTARI
1. Kelurahan Tanjungpinang Timur
IV.
69,00
7,00
2. Kelurahan Dompak
30,50
3. Kelurahan Tanjungayun Sakti
10,50
4. Kelurahan Sei Jang
10,50
5. Kelurahan Tanjung Unggat
10,50
Total Luas Wilayah Kota Tanjungpinang
Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, Tahun 2010
14 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
239,50
Peta 2.2 Peta Administrasi Kota Tanjungpinang
2.2
Demografi
Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk dapat dikatakan sebagai aset
penting dalam menggerakkan roda pembangunan suatu daerah. Bukan hanya
dengan jumlah yang besar saja, akan tetapi tetapi kualitas yang baik jauh lebih
berguna dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu kehidupan & kesejahteraan
masyarakat secara umum.
Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk kota Tanjungpinang mengalami laju
pertambahan yang berarti. Menurut data Disdukcapil Kota Tanjungpinang, pada
tahun 2011 jumlah penduduk Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 230.380 jiwa,
dengan tingkat pertumbuhan mencapai 4,39 %. Akan tetapi di tahun 2012
(berdasarkan data sementara Disdukcapil, Mei 2013), jumlah penduduk di Kota
Tanjungpinang masih stagnan di angka 230.380 jiwa.
Walaupun penyebaran penduduk belum merata pada setiap kecamatan tetapi
kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang terus meningkat setiap tahunnya dan
hal ini akan terus terjadi mengingat Kota Tanjungpinang masih akan terus
berkembang seiring dengan Visi RTRW Kota Tanjungpinang yang akan mewujudkan
Tanjungpinang sebagai kota perdagangan jasa, industri, pariwisata serta daerah
pusat kebudayaan melayu.
Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat
berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak
61.493 jiwa dan luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km2
wilayah Kecamatan Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa.
Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km2 dan
Kecamatan Bukit Bestari serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masing‐masing
15 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
dengan 925 jiwa/Km2 dan 450 jiwa/Km2. Jumlah dan kepadatan penduduk di
Tanjungpinang mulai dari tahun 2007 – 2012 ditunjukkan oleh tabel yang tersedia di
bawah ini.
Tabel 2.3 Jumlah dan kepadatan penduduk Tanjungpinang 2007 – 2012
Kecamatan
Bukit Bestari
Tanjungpinang Timur
Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat
2012
2011
2010
2009
2008
2007
1
2
3
4
Kecamatan
Populasi (Jiwa)
69,0
63.800
83,5
81.452
52,5
23.635
34,5
61.493
239,5
230.380
239,5
230.380
239,5
220.682
239,5
220.376
239,5
208.258
239,5
187.678
Kepadatan (per Km2)
925
975
450
1.782
962
962
921
920
870
784
Sumber: Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Tanjungpinang
Sementara untuk perkiraan/proyeksi pertambahan kepadatan penduduk di
masing-masing kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 2.4 Proyeksi Pertambahan Kepadatan Penduduk Kota Tanjungpinang per
Kecamatan Tahun 2010-2030
No
Kecamatan
Luas
Daratan
(ha)
Pertambahan Kepadatan (jiwa/ha)
2009
2010
2015
2020
2025
2030
1
Bukit Bestari
3.901
16
17
23
33
46
64
2
Tanjungpinang
Timur
6.024
12
13
18
25
35
49
3
Tanjungpinang
Kota
2.900
8
9
12
17
24
34
4
Tanjungpinang
Barat
329
188
201
281
393
550
770
13.154
17
18
25
35
49
68
Jumlah
Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2009
Proyeksi total jumlah penduduk Kota Tanjungpinang hingga tahun 2030
adalan mencapai 897.479 jiwa. Melalui pendekatan standar daya tampung penduduk
kota (60 jiwa/ha), maka sampai tahun 2030, pemerintah Kota Tanjungpinang
membutuhkan lahan permukiman sekitar 14.957,98 Ha untuk dapat menampung
penduduk sebanyak 897.479 jiwa tersebut. Saat ini pemanfaatan lahan permukiman
eksisting di Kota Tanjungpinang mencapai luas sekitar 1.812,60 Ha. Dengan
demikan, hingga akhir tahun rencana nanti dibutuhkan lahan untuk permukiman
sekitar 13.145,38 Ha.
16 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
2.3
Keuangan dan Perekonomian Daerah
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang
Keuangan Negara, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD)
adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan
Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD)
terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Kekuasaan pengelolaan
keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/pimpinan satuan kerja pengelola keuangan
daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat
pengguna anggaran/barang daerah.
Gambaran tentang APBD Kota Tanjungpinang dapat dilihat tabel berikut.
17 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Tabel 2.5 Ringkasan Anggaran APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir
ANGGARAN
NO
URUT
URAIAN
TA. 2008
TA. 2009
TA. 2010
TA. 2011
TA. 2012
ANGGARAN
%
ANGGARAN
%
ANGGARAN
%
ANGGARAN
%
BELANJA
537.133.164.014,00
100,00%
691.361.505.377,00
100,00%
632.271.231.272,00
100,00%
797.844.461.142,66
100,00%
BELANJA TIDAK LANGSUNG
244.275.531.399,65
45,48%
312.327.345.447,59
45,18%
292.717.809.712,00
46,30%
336.652.709.537,66
1.1.1
Belanja Pegawai
196.267.271.399,65
36,54%
255.718.345.447,59
36,99%
240.808.809.712,00
38,09%
1.1.2
Belanja Bunga
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
1.1.3
Belanja Subsidi
0,00
0,00%
0,00
0,00%
1.1.4
Belanja Hibah
8.900.000.000,00
1,66%
11.996.756.000,00
1.1.5
Belanja Bantuan Sosial
34.948.260.000,00
6,51%
1.000.000.000,00
1
1.1
1.1.6
1.1.7
1.1.8
1.2
Belanja Bagi Hasil kepada
Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Bantuan Keuangan kepada
Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah
Desa
Belanja Tidak Terduqa
BELANJA LANGSUNG
ANGGARAN
TA. 2013 *
%
ANGGARAN
%
824.515.230.636,18
100,00%
836.625.768.959,00
100,00%
42,20%
344.382.664.021,00
41,77%
367.922.182.351,00
43,98%
276.240.859.537,66
34,62%
297.804.836.021,00
36,12%
342.657.182.351,00
40,96%
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
1,74%
8.924.000.000,00
1,41%
10.894.850.000,00
1,37%
34.761.828.000,00
4,22%
14.500.000.000,00
1,73%
39.612.244.000,00
5,73%
38.485.000.000,00
6,09%
46.017.000.000,00
5,77%
9.251.000.000,00
1,12%
8.000.000.000,00
0,96%
0,19%
1.000.000.000,00
0,14%
1.000.000.000,00
0,16%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
0,00
0,00%
2.160.000.000,00
0,40%
2.500.000.000,00
0,36%
2.500.000.000,00
0,40%
2.500.000.000,00
0,31%
765.000.000,00
0,09%
765.000.000,00
0,09%
1.000.000.000,00
0,19%
1.500.000.000,00
0,22%
1.000.000.000,00
0,16%
1.000.000.000,00
0,13%
1.800.000.000,00
0,22%
2.000.000.000,00
0,24%
292.857.632.614,35
54,52%
379.034.159.929,41
54,82%
339.553.421.560,00
53,70%
461.191.751.605,00
57,80%
480.132.566.615,18
58,23%
468.703.586.608,00
56,02%
30.017.668.250,00
5,59%
49.407.515.000,00
7,15%
46.081.710.386,00
7,29%
56.912.672.479,00
7,13%
65.247.960.000,00
7,91%
81.391.332.800,00
9,73%
1.2.1
Belanja Pegawai
1.2.2
Belanja Barang dan Jasa
149.904.047.530,00
27,91%
194.510.463.553,56
28,13%
189.360.312.060,00
29,95%
222.705.585.303,00
27,91%
250.168.360.837,18
30,34%
258.492.084.906,00
30,90%
1.2.3
Belanja Modal
112.935.916.834,35
21,03%
135.116.181.375,85
19,54%
104.111.399.114,00
16,47%
181.573.493.823,00
22,76%
164.716.245.778,00
19,98%
128.820.168.902,00
15,40%
JUMLAH BELANJA
537.133.164.014,00
100%
691.361.505.377,00
100%
632.271.231.272,00
100%
797.844.461.142,66
100%
824.515.230.636,18
100%
836.625.768.959,00
100%
Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang
18 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Tabel 2.6 Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per SKPD 5 tahun
terakhir
No
Subsektor/SKPD
2008
2009
2010
2011
2012
41.566.870,00
51.000.000,00
844.100.000,00
89.937.000,00
A
Air Limbah
1
DTKKPP
-
-
-
-
2
PU-CK
-
51.000.000,00
844.100.000,00
89.937.000,00
3
BLH
41.566.870,00
-
-
-
-
4
Dinas Pertamanan
-
-
-
-
-
B
Persampahan
147.220.500,00
231.030.000,00
2.909.110.000,00
1.306.830.000,00
C
Drainase
1.575.667.000,00
4.786.519.000,00
2.520.071.000,00
2.026.448.000,00
D
Aspek PHBS (pelatihan,
sosialisasi, komunikasi,
pendampingan)
1.276.965.000,00
1.205.655.000,00
876.815.000,00
868.480.200,00
E
Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d
D)
3.041.419.370,00
6.274.204.000,00
7.150.096.000,00
4.291.695.200,00
F
Total Belanja Modal Sanitasi dari
APBD murni (bukan pendamping)
3.041.419.370,00
6.223.204.000,00
6.305.996.000,00
4.201.758.200,00
G
Total Belanja APBD
537.133.164.014,00
691.361.505.377,00
632.271.231.272,00
797.844.461.142,66
824.515.230.636,18
H
Proporsi Belanja Modal Sanitasi
terhadap Belanja Total
(9:10x100%)
0,57%
0,91%
1,13%
0,54%
0,79%
I
Jumlah penduduk
208.258,00
220.376,00
220.682,00
230.380,00
230.380,00
J
Belanja Modal Sanitasi per
penduduk (E:I)
14.604,09
28.470,45
32.400,00
18.628,77
28.401,00
Keterangan : belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan)
19 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
1.133.079.000,00
-
1.133.079.000,00
1.236.625.000,00
2.832.073.000,00
1.341.246.190,00
6.543.023.190,00
5.409.944.190,00
Tabel 2.7 Ringkasan Pendapatan APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir
NO.
URUT
ANGGARAN
URAIAN
TA. 2008
TA. 2009
TA. 2010
TA. 2011
TA. 2012
TA. 2013 *
408.198.302.039,00
513.689.383.384,00
486.582.369.263,00
642.159.119.892,00
724.112.660.388,29
746.625.768.959,00
PENDAPATAN ASLI DAERAH
29.654.352.147,00
41.549.791.199,00
46.859.191.353,00
55.227.157.863,00
72.356.700.000,00
83.818.759.250,00
1.1.1
Pendapatan Pajak Daerah
10.446.000.000,00
12.385.000.000,00
15.088.549.848,00
22.927.147.460,00
35.539.935.497,00
41.220.000.000,00
1.1.2
Pendapatan Retribusi Daerah
9.682.746.223,00
12.510.768.000,00
4.683.247.224,00
4.624.426.000,00
4.491.180.100,00
4.991.279.250,00
1.1.3
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
Dipisahkan
3.190.000.000,00
2.070.000.000,00
3.037.859.716,00
3.000.000.000,00
3.000.000.000,00
3.000.000.000,00
1.1.4
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
6.335.605.924,00
14.584.023.199,00
24.049.534.565,00
24.675.584.403,00
29.325.584.403,00
34.607.480.000,00
DANA PERIMBANGAN
346.703.800.000,00
444.170.354.839,00
417.239.015.136,00
515.261.744.249,00
573.267.188.904,00
588.741.011.719,00
1.2.1
Dana Bagi Hasil Pajak / Bukan Pajak
129.972.800.000,00
175.223.383.688,00
220.075.001.136,00
260.231.701.249,00
279.796.020.904,00
238.195.902.719,00
1.2.2
Dana Alokasi Umum
188.537.000.000,00
229.303.000.000,00
194.022.114.000,00
252.589.043.000,00
292.026.588.000,00
348.778.489.000,00
1.2.3
Dana Alokasi Khusus
28.194.000.000,00
39.643.971.151,00
3.141.900.000,00
2.441.000.000,00
1.444.580.000,00
1.766.620.000,00
LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH
31.840.149.892,00
27.969.237.346,00
22.484.162.774,00
71.670.217.780,00
78.488.771.484,29
74.065.997.990,00
1.100.000.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
0,00
3.500.000.000,00
0,00
0,00
0,00
0,00
29.595.070.892,00
24.469.237.346,00
21.484.162.774,00
25.115.488.420,00
34.599.813.152,29
29.418.942.990,00
1.145.079.000,00
0,00
1.000.000.000,00
35.314.242.760,00
30.647.055.000,00
30.647.055.000,00
0,00
0,00
0,00
11.240.486.600,00
13.241.903.332,00
14.000.000.000,00
408.198.302.039,00
513.689.383.384,00
486.582.369.263,00
642.159.119.892,00
724.112.660.388,29
746.625.768.959,00
1
1.1
1.2
1.3
PENDAPATAN
1.3.1
Pendapatan Hibah
1.3.2
Pendapatan Dana Darurat
1.3.3
Dana Bagi Hasil dari Propinsi dan Pemda Lainnya
1.3.4
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus
1.3.5
Bantuan Keuangan dari Propinsi atau Pemda Lainnya
JUMLAH PENDAPATAN
Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang
20 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Tabel 2.8 Tabel mengenai Indeks Ruang Fiskal Daerah (IRFD) Kota
Tanjungpinang 5 tahun terakhir
2.4
Tahun
Indeks Kemampuan Fiskal/
Ruang Fiskal Daerah (IRFD)
2009
0,706
2010
0,898
2011
0,922
2012
1,210
2013
1,169
Tata Ruang Wilayah
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 – 2030
dimaksudkan agar menjadi pedoman pelaksanaaan pembangunan di wilayah Kota
Tanjungpinang sehingga proses pembangunan di wilayah ini dapat lebih terarah
dengan mewujudkan dalam aspek keruangan wilayah kota yang senantiasa
berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat
dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya
kesejahteraan masyarakat.
Adapun tujuan dari penataan ruang Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030
adalah :
“Mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Industri,
Pariwisata serta Pusat Budaya Melayu melalui Optimalisasi Pemanfaatan Ruang
Yang Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan”.
Penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Tanjungpinang tersebut adalah:
a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan kawasan lindung
yang efisien, serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan
kemampuan daya dukung wilayah;
b. Menyediakan ruang yang berkualitas dan menarik minat dunia usaha untuk
berinvestasi, berusaha, bekerja, dan bertempat tinggal;
c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur perkotaan secara memadai dan
berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan
d. Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Tanjungpinang yang mampu
mengakomodir kebutuhan pengembangan wilayah sebagai kawasan perdagangan
bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), industri, pariwisata, serta pusat budaya
melayu.
Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan
ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan
kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan
ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan
lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan
ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan
ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung
lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan
21 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat
meningkatkan kualitas ruang yang ada.
Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang
lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara
keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem
keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang
penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang.
Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan,
baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat
pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata
ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun
tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang.
Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, kebijakan dan strategi penataan
ruang, merupakan landasan bagi pembangunan yang memanfaatkan ruang.
Kebijakan
dan
strategi
penataan
ruang
wilayah
dirumuskan
dengan
mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketersediaan data dan
informasi, serta pembiayaan pembangunan. Kebijakan dan strategi penataan ruang,
antara lain, dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing wilayah dalam
menghadapi tantangan global, serta mewujudkan Wawasan
Nusantara dan
Ketahanan Nasional.
Dengan demikian, maka kebijakan penataan ruang wilayah Kota
Tanjungpinang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan
struktur ruang, serta kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang di Kota
Tanjungpinang. Sesuai dengan tujuan penataan ruang wilayah yang akan dicapai
dalam 20 tahun mendatang, maka kebijakan dan strategi penataan ruang yang akan
dikembangkan di Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut:
1) Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang fungsional, berhierarki
dan terintegrasi. Strategi yang akan dikembangkan adalah:





Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan di wilayah Kota
Tanjungpinang dengan pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitarnya;
Menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang sudah ada di Kota
Tanjungpinang secara optimal;
Meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan
sejarah budaya melayu;
Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan
peran yang dikembangkan; dan
Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah Kota
Tanjungpinang.
2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi,
sumberdaya air, energi, telekomunikasi, dan prasarana wilayah yang terpadu
dan merata di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang, dengan tanpa
mengakibatkan alih fungsi lahan utama pertanian dan kawasan lindung.
Strategi yang akan dikembangkan adalah:


Meningkatkan dan memantapkan kualitas jaringan prasarana dan
mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara
serta keterpaduan intra dan antarmoda;
Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di seluruh
wilayah Kota Tanjungpinang;
22 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3




Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan
dan tidak terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan
tenaga listrik secara optimal;
Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan sistem
jaringan sumberdaya air, mempercepat konservasi sumber air, serta
menigkatkan pengendalian daya rusak air;
Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana permukiman; dan
Mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung bagi
pengembangan kegiatan pariwisata dan budaya melayu di Kota
Tanjungpinang.
3) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; Strategi
yang akan dikembangkan, antara lain:








Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang
udara, termasuk ruang di dalam bumi;
Mempertahankan fungsi kawasan lindung di wilayah Koata
Tanjungpinang sesuai dengan kondisi ekosistemnya;
Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi
lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, kawasan pantai,
sungai, danau/waduk, mata air, kawasan perairan laut;
Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah
menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka
mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak
langsung
menimbulkan
perubahan
sifat
fisik
lingkungan
yang
mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang
pembangunan yang berkelanjutan;
Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk
menjamin kepentingan masa sekarang dan masa yang akan datang;
Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin
pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan
untuk menjamin kesinambungan ketersediannya dengan tetap memelihara
dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannnya; dan
Mengendalikan pemanfaatan kawasan pesisir.
4) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan
budidaya; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain:





Menetapkan kawasan budidaya dan memanfaatkan sumberdaya alam di
ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi
secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah
Kota Tanjungpinang;
Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan yang meliputi pariwisata,
industri, kelautan,dan perikanan beserta prasarananya secara sinergis dan
berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah Kota
Tanjungpinang;
Mengembangkan kegiatan budidaya di Tanjungpinang Barat dan Air
Raja untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial
budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi;
Mengembangkan Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Sekatap, Pulau
Basing, dan Pulau Penyengat dengan pendekatan gugus pulau untuk
meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan
Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang
bernilai ekonomi tinggi di laut teritorial Indonesia.
23 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
5) Pengembangan kawasan ekonomi yang prospektif dan menarik di dalam
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan di luar
KPBPB. Strategi yang akan dikembangkan, antara lain:





Mengembangkan kegiatan ekonomi di KPBPB yang berdaya saing dan
seimbang dengan negara lain;
Mengembangkan
kegiatan
ekonomi
di
non-KPBPB
di
Kota
Tanjungpinang yang terkait dengan kegiatan ekonomi di KPBPB dan wilayah
nasional lainnya;
Mengembangkan kawasan industri pengolahan makanan di KPBPB
Dompak Seberang berorientasi promosi ekspor yang memiliki nilai tambah
yang tinggi;
Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi
pasar regional, nasional, internasional di Senggarang; dan
Menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat
menunjang kegiatan ekonomi di dalam KPBPB dan diluar KPBPB di
Senggarang dan Dompak dengan wilayah sekitarnya.
6) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak
melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; Strategi yang akan
dikembangkan, antara lain:

Menata dan mengendalikan pengembangan kawasan perumahan guna
terciptanya ruang tempat tinggal yang nyaman dan manusiawi bagi
masyarakat.

Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan
air dan pulau-pulau kecil untuk mempertahankan ketersediaan sumber air;

Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masingmasing kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya;

Mengendalikan pemanfaatan kawasan budidaya melalui mekanisme
perijinan;

Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan
disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi
utamanya; dan

Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi.
7) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara;
Strategi yang akan dikembangkan, antara lain :

Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi
khusus pertahanan dan keamanan;

Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan
disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan;

Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak
terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga
yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya terbangun;
dan

Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan
keamanan Negara.
24 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Peta 2.3
Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tanjungpinang
Peta 2.3 yang ada di atas menunjukkan rencana sistem pusat pelayanan yang
akan dikembangkan di kota Tanjungpinang, sementara peta 2.4 yang ada di bawah
merupakan rencana pola ruang yang tertera di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 – 2030.
Peta 2.4
Rencana Pola Ruang Kota Tanjungpinang
25 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
2.5
Sosial dan Budaya
Pengenalan terhadap aspek sosial budaya merupakan hal yang penting dalam
perencanaan dan pembangunan suatu kota, kondisi sosial budaya masyarakat akan
berpengaruh terhadap perwujudan peran serta masyarakat dalam pembangunan
termasuk dalam pembangunan sanitasi permukiman.
Karakteristik sosial budaya penduduk di wilayah perencanaan secara garis
besar bersifat heterogen yang terdiri dari percampuran suku bangsa dan golongan
etnis seperti Melayu sebagai penduduk asli/lokal yang telah turun temurun
bermukim di daerah ini dan sebagian lainnya berasal dari suku Batak, Minang,
Jawa, Tionghoa, Bugis (Sulawesi) dan dari daerah lainnya di Sumatera serta berbagai
suku bangsa lainnya. Dengan kondisi demikian, pluralisme sudah menjadi ciri khas
utama kebudayaan masyarakat Kota Tanjungpinang. Sebagian penduduk Kota
Tanjungpinang merupakan penduduk kepulauan yang hidupnya bersentuhan
langsung dengan karakteristik laut, seperti musim angin, musim ikan, daya jangkau
laut antar pulau. Hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat setempat
dan mempengaruhi pola sanitasi dan perilaku hidup bersih dengan adanya gerak
keluar yang relatif dominan dan gerak ke dalam yang kurang sehingga pola
kehidupan sosial masyarakanya lebih terbuka.
Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan asli penduduk Kota
Tanjungpinang. Dalam perkembangannya sesuai dengan karakteristik sifat heterogen
penduduknya, kebudayaan lain juga ikut mengalami perkembangan dengan tetap
menghormati Kebudayaan Melayu sebagai kebudayaan asli dalam dalam hubungan
sosial kemasyarakatan. Merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Tanjungpinang,
dengan kehadiran masyarakat yang multi etnis ini tetap dapat menjaga kerukunan
hidup dan kerukunan beragama terdapat paguyuban-paguyuban etnis guna tetap
menjaga dan meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam kerangka NKRI.
Karakteristik sosial budaya yang heterogen ini juga merupakan suatu potensi untuk
pembangunan sanitasi di wilayahnya di masa mendatang karena ditunjang semangat
bersama untuk berkembang ke arah yang lebih maju. Pembangunan sanitasi
permukiman di daerah perkotaan harus memperhatikan aspek sosial budaya. Di
Kota Tanjungpinang, peran sosial sangat dominan apalagi dikaitkan dengan masalah
lahan. Sehingga keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini mempunyai andil
yang besar, dalam arti sosialisasi tentang arti pentingnya sanitasi yang baik dan
Perilaku Hygiene, Bersih dan Sehat (PHBS) harus terus digalakkan.
Dari segi pendidikan, kemajuan pendidikan di Kota Tanjungpinang cukup
menggembirakan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah ini telah
berkembang diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya
program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke semua
wilayah.
Gambaran keadaan fasilitas dan prasarana pendidikan di Kota Tanjungpinang
dapat diuraikan bahwa di kota Tanjungpinang terdapat SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
sebanyak 67 sekolah, dengan rincian sebanyak 54 sekolah negeri dan 13 sekolah
dengan status pengelolaan oleh pihak swasta.
Berdasarkan data terakhir yang ada, pada tahun 2012, jumlah SMP dan MTs
di Kota Tanjungpinang sebanyak 26 sekolah dengan rincian 16 SMP/ Madrasah
Tsanawiyah (MTs) yang memiliki status pengelolaan oleh pihak pemerintah dan
sebanyak 11 SMP/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dikelola oleh pihak swasta. Untuk
fasilitas pendidikan setingkat SMA/SMK/Madrasah Aliyah (MA) terdapat 11 sekolah
yang dikelola oleh pemerintah dan berstatus negeri, serta 14 sekolah yang berstatus
pengelolaan pihak swasta.
26 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Berikut ini disajikan beberapa tabel yang berkaitan dengan fasilitas
pendidikan yang ada di Kota Tanjungpinang (baik yang berstatus negeri dan juga
swasta), dan jumlah rumah yang terbangun di masing – masing kecamatan serta
angka penduduk miskin di Kota Tanjungpinang.
Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota
No
1
2
3
Jumlah sarana pendidikan
Negeri
Swasta
54
16
11
81
Tingkat
SD/MI
SMP/MTs
SMA/SMK/MA
Jumlah
Total
13
11
14
38
119
Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, 2012
Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per-kecamatan
No
1
2
3
4
Kecamatan
Jumlah Keluarga Miskin (KK)
Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat
Tanjungpinang Timur
Bukit Bestari
Total
1182
2406
2756
3052
9396
Sumber : Database Kemiskinan TKPKD Kota Tanjungpinang, 2011
Tabel 2.11 Jumlah rumah per-kecamatan
No
1
2
3
4
Kecamatan
Jumlah Rumah (unit)
Tanjungpinang Kota
Tanjungpinang Barat
Tanjungpinang Timur
Bukit Bestari
Total
3791
11432
17359
12746
45328
Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Maret 2013
2.6
Kelembagaan Pemerintah Daerah
Secara institusi dan kelembagaan, Pemerintahan Kota Tanjungpinang terdiri
dari lembaga eksekutif yang berkedudukan sebagai pelaksana roda pemerintahan
yang dibantu oleh Sekretaris Daerah yang membawahi 3 sekretariat, 14 dinas, 9
badan dan 3 kantor Pelayanan, 4 kantor kecamatan dan 18 kantor kelurahan, serta
lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai pengawas jalannya roda pemerintahan
daerah yang terdiri dari berbagai fraksi dengan anggota berdasarkan hasil pemilihan
umum legislatif.
27 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tanjungpinang
Walikota
DPRD
Wakil Walikota
Sekretariat Daerah
Staf Ahli
Assisten Pemerintahan
1.Bagian Pemerintahan Umum
2.Bagian Pemerintahan Desa dan Kelurahan
3.Bagian Hukum
4.Bagian Pengelolaan Data Elektronik
Kecamatan :
4 Kecamatan
Kelurahan :
18 Kelurahan
1.Bagian Umum
2.Bagian Persidangan, Humas dan Protokol
3.Bagian Perundang undangan
4.Kelompok Jabatan Fungsional
Inspektorat
Badan
1. BAPPEDA Dan Penanaman Modal
2. BKD
3. BLH
4. PP2AKB
5. BPS
6. BP2T
7. BPMD
8. BNN
9. Badan Pemberdayaan Perempuan
28 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3
Assisten Perekonomian, Pembangunan & Kesra
1.Bagian Perekonomian
2.Bagian Administrasi Pembangunan
3.Bagian Kesejahteraan Rakyat
Dinas
1.Dinas Kesehatan
2.Dinas Pekerjaan Umum
3.Dinas Perindustrian dan Perdagangan
4.Dinas Pemuda dan Olahraga
5.Dinas Pendidikan
6.DPPKAD
7.DTKKPP
8.Dinsosnaker
9.Dinas KP2KE
10.Dinas Pariwisata
11.Disdukcapil
12.Dinas Koperasi dan UKM
13.Dinas Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif
14.Dinas Perhubungan
Assisten Administrasi Umum
1.Bagian Perlengkapan dan Keuangan
2.Bagian Organisasi dan Kepegawaian
3.Bagian Umum
Kantor
1. Kantor Ketahanan Pangan
2. Kantor Perpustakaan & Arsip
3. Kantor Satpol PP
RSUD
Download