Bab 2 Gambaran Umum Wilayah 2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik Kota Tanjungpinang merupakan salah satu kabupaten/kota pelaksana Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) Tahun 2013 di Provinsi Kepulauan Riau bersama dengan Kota Batam. Pada tahun 1983, sesuai dengan peraturan pemerintah Nomor 31 Tahun 1983 Tanggal 18 Oktober 1983 telah dibentuk Kota Administratif Tanjungpinang yang terdiri atas 2 kecamatan yaitu kecamatan Tanjungpinang Timur dan kecamatan Tanjungpinang Barat. Dan kemudian seiring dengan perkembangan waktu, pada tahun 2001 sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2001 tanggal 21 Juni 2001, kota Administratif Tanjungpinang berubah menjadi Kota Tanjungpinang yang terdiri atas 4 kecamatan dan 18 kelurahan. Secara geografis, Kota Tanjungpinang berada di Pulau Bintan dan wilayah Kota Tanjungpinang terletak pada titik koordinat antara 0051' - 0059' Lintang Utara dan 10423' - 10434' Bujur Timur, dengan total luas wilayah sebesar 239,50 KM2. Secara geologis, keadaan wilayah Kota Tanjungpinang sebagian besar terdiri dari daerah berbukit-bukit dengan lembah yang landai dan daerah pesisir laut serta beberapa pulau. Luas wilayah Kota Tanjungpinang mencapai 131,54 KM2 luas daratan dan 107,96 KM2 luas lautan. Posisi Kota Tanjungpinang sangat strategis, disamping berdekatan dengan Kota Batam sebagai kawasan perdagangan bebas, dan Negara Singapura sebagai pusat perdagangan dunia, Kota Tanjungpinang juga terletak pada posisi silang perdagangan dan pelayaran dunia, antara timur dan barat, yakni di antara Samudera Hindia dan Laut Cina Selatan. Wilayah Kota Tanjungpinang terdiri dari pulau-pulau besar dan kecil yang pada umumnya merupakan daerah dengan dataran landai di bagian pantai, memiliki topografi yang bervariatif dan bergelombang dengan kemiringan lereng berkisar dari 0 – 2 % hingga 40 % pada wilayah pegunungan. Sedangkan ketinggian wilayah pada pulau-pulau yang terdapat di Kota Tanjungpinang berkisar antara 0 - 50 meter di atas permukaan laut hingga mencapai ketinggian 400-an meter diatas permukaan laut. Secara keseluruhan kemiringan lereng di Kota Tanjungpinang relatif datar, umumnya didominasi kelerengan yang berkisar antara 0 – 2 % dengan luas wilayah mencapai 75,30 Km², dan kemiringan lereng 2 – 15 % mempunyai luas sekitar 51,15 Km². Sedangkan kemiriringan lereng 15 – 40 % memiliki luas wilayah paling sedikit yaitu 5,09 Km². Secara administrasi wilayah Kota Tanjungpinang berbatasan langsung dengan wilayah administrasi Kabupaten Bintan dan Kota Batam, yaitu sebagai berikut: Sebelah Utara : Kabupaten Bintan dan Kota Batam Sebelah Selatan : Kabupaten Bintan Sebelah Barat : Kota Batam Sebelah Timur : Kabupaten Bintan 11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Pada umumnya wilayah Kota Tanjungpinang beriklim tropis basah, dengan temperatur berkisar antara 18 - 30C. Rata-rata kelembaban udara sekitar 86 %, sedangkan yang tertinggi dapat mencapai tingkat kelembaban 99 % dan yang terendah di persentase 58 %. Gugusan kepulauan di Kota Tanjungpinang mempunyai curah hujan cukup dengan iklim basah, berkisar antara 2000 - 2500 mm/th. Ratarata curah hujan per hari ± 17,0 milimeter, dengan jumlah hari hujan sebanyak ± 16,8 hari per bulan. Curah hujan rata – rata adalah berkisar pada angka 324,4 mm. Temperatur rata-rata terendah 22,5C dengan kelembaban udara 83 - 89%. Wilayah Kota Tanjungpinang memiliki 4 angin sepanjang tahun yaitu: Bulan Desember-Februari Bulan Maret-Mei Bulan Juni-Agustus BulanSeptember-November : : : : Angin Angin Angin Angin (empat) macam perubahan arah Utara Timur Selatan Barat Sungai-sungai yang mengalir di Kota Tanjungpinang kebanyakan kecil-kecil dan dangkal, seperti halnya kebanyakan sungai-sungai yang ada di Pulau Bintan, dan tidak sepenuhnya dipergunakan untuk lalu lintas pelayaran. Pada umumnya hanya digunakan untuk saluran pembuangan air dari daerah rawa-rawa tertentu. Selain sebagai saluran drainase, sungai yang cukup besar dimanfaatkan sebagai sumber air baku bagi penduduk kota dan sekitarnya. Adapun sungai-sungai yang terdapat di Kota Tanjungpinang antara lain adalah: Sungai Gugus, Sungai Terusan, Sungai Papah, Sungai Senggarang, Sungai Sei Payung, dan Sungai Dompak. Secara umum tatanan air bawah tanah dapat dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok berdasarkan keterdapatannya. Air bawah tanah tersebut terdapat dalam berbagai sistem akuifer dengan litologi yang berbeda-beda. Adapun air bawah tanah tersebut terdiri dari: a. Air Bawah Tanah Dangkal Air bawah tanah dangkal pada umumnya tersusun atas endapan aluvium dan kedudukan muka air bawah tanah mengikuti bentuk topografi setempat. Lapisan akuifer ini pada umumnya tersusun atas pasir, pasir lempungan, dan lempung pasiran yang bersifat lepas sampai kurang padu dari endapan aluvium dan hasil pelapukan granit. Kedudukan muka air bawah tanah akan menjadi semakin dalam di daerah yang topografinya tinggi dengan daerah sekitarnya. Kedalaman muka air bawah tanah pada umumnya sekitar 2-3 m.Air bawah tanah dangkal ini tersusun atas lapisan akuifer bebas (unconfined aquifer) yang di beberapa tempat bagian bawahnya dibatasi oleh lapisan kedap air yang berupa lapisan lempung dan lempung pasiran. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dangkal sekitar 13 m dan pada umumnya akan menipis ke arah perbukitan. b. Air Bawah Tanah Dalam Air bawah tanah dalam di Kota Tanjungpinang tersusun atas litologi berupa pasir kompak, pasir, dan pasir lempungan dan tersusun atas sistem akuifer bebas (unconfined aquifer), walaupun di beberapa tempat terdapat lapisan kedap air yang berupa lempung dan lempung pasiran yang tidak menerus atau hanya membentuk lensa-lensa, sehingga di beberapa tempat terbentuk sistem akuifer tertekan (confined aquifer) atau semi tertekan (semi confined aquifer), sehingga secara umum sistem akuifer yang berkembang di wilayah Pulau Bintan, Kota Tanjungpinang tergolong 12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 multi-layer dimana antara satu lokasi dengan lokasi lain kedalaman lapisan akuifernya tidak berada pada level yang sama. Pada bagian bawah dari lapisan akuifer dalam dibatasi oleh granit yang bersifat kedap air sampai mempunyai sifat kelulusan terhadap air yang kecil tergantung adanya celah atau rekahan pada tubuh granit tersebut. Ketebalan rata-rata lapisan akuifer air bawah tanah dalam berkisar sekitar 26 meter. Sedangkan keterdapatan mata air muncul pada batuan sedimen yang terdapat dalam mata air bawah tanah perbukitan bergelombang. Tipe pemunculan pada umumnya diakibatkan oleh pemotongan topografi pada tekuk lereng dengan dataran. Tabel 2.1 Daerah Aliran Sungai (DAS) di Wilayah Kota Tanjungpinang Nama DAS Luas (M2) DAS Dompak N/A DAS Jang N/A DAS Katubi N/A Sumber: Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013 Tabel di atas menunjukkan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang ada di wilayah Kota Tanjungpinang. Sementara untuk lokasi dan wilayah Daerah Alirah Sungai (DAS) yang telah disebutkan pada Tabel 2.1 di atas, diperjelas lokasi dan wilayahnya pada Peta 2.1 di bawah ini. 13 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Peta 2.1 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) di W.S Kep. Batam – Bintan Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013 11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Kota Tanjungpinang, sampai dengan saat ini masih terdiri dari 4 kecamatan dan 18 kelurahan. Kelurahan yang memiliki luas paling besar adalah kelurahan Dompak dengan luas wilayah mencapai 30,50 KM2. Sementara kelurahan terkecil adalah kelurahan Penyengat dengan luas 4,00 KM2. Sementara itu, kecamatan yang memiliki wilayah paling luas terdapat di kecamatan Tanjungpinang Timur dengan luas wilayah mencapai 83,50KM2. Dan kecamatan dengan luas paling kecil terdapat di kecamatan Tanjungpinang Barat dengan luas 34,50 KM2. Rincian mengenai luas wilayah kelurahan dan kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang dapat dilihat pada tabel 2.2 yang terdapat di bawah ini. Tabel 2.2 Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah Kelurahan Luas Wilayah (KM2) No Kecamatan Jumlah Kelurahan Administrasi Km2 Terbangun % terhadap total I. TANJUNGPINANG BARAT 4 34,50 14% II TANJUNGPINANG TIMUR 5 83,50 35% III TANJUNGPINANG KOTA 4 52,50 22% IV BUKIT BESTARI 5 69,00 29% 239,50 100% Total Luas Wilayah Kota Tanjungpinang 18 Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, Tahun 2010 11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Km2 % terhadap total Peta 2.2 Peta Administrasi Kota Tanjungpinang Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013 11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 2.2 Demografi Sebagai modal dasar pembangunan, penduduk dapat dikatakan sebagai aset penting dalam menggerakkan roda pembangunan suatu daerah. Bukan hanya dengan jumlah yang besar saja, akan tetapi tetapi kualitas yang baik jauh lebih berguna dan bermanfaat dalam meningkatkan mutu kehidupan & kesejahteraan masyarakat secara umum. Dari tahun ke tahun, jumlah penduduk kota Tanjungpinang mengalami laju pertambahan yang berarti. Menurut data Disdukcapil Kota Tanjungpinang, pada tahun 2011 jumlah penduduk Kota Tanjungpinang tercatat sebesar 230.380 jiwa, dengan tingkat pertumbuhan mencapai 4,39 %. Akan tetapi di tahun 2012 (berdasarkan data sementara Disdukcapil, Mei 2013), jumlah penduduk di Kota Tanjungpinang masih stagnan di angka 230.380 jiwa. Walaupun penyebaran penduduk belum merata pada setiap kecamatan tetapi kepadatan penduduk di Kota Tanjungpinang terus meningkat setiap tahunnya dan hal ini akan terus terjadi mengingat Kota Tanjungpinang masih akan terus berkembang seiring dengan Visi RTRW Kota Tanjungpinang yang akan mewujudkan Tanjungpinang sebagai kota perdagangan jasa, industri, pariwisata serta daerah pusat kebudayaan melayu. Dari kepadatan penduduk setiap kecamatan terlihat bahwa penduduk terpadat berada di Kecamatan Tanjungpinang Barat, dengan jumlah penduduk sebanyak 61.493 jiwa dan luas wilayah 34,5 km2. Hal ini dapat diartikan bahwa di setiap Km2 wilayah Kecamatan Tanjungpinang Barat terdapat penduduk sebanyak 1.782 jiwa. Selanjutnya diikuti oleh Kecamatan Tanjungpinang Timur, dengan 975 jiwa/Km2 dan Kecamatan Bukit Bestari serta Kecamatan Tanjungpinang Kota masing‐masing dengan 925 jiwa/Km2 dan 450 jiwa/Km2. Jumlah dan kepadatan penduduk di Tanjungpinang mulai dari tahun 2009 – 2012 ditunjukkan oleh tabel yang tersedia di bawah ini. Tabel 2.3 Jumlah penduduk Tanjungpinang dan kepadatan 2009 – 2012 Jumlah Penduduk Kecamatan Jumlah KK Tingkat Pertumbuhan Kepadatan Penduduk/ Ha 2009 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 2010 2011 2012 Bukit Bestari 61298 61375 63800 63.800 15344 15950 15950 0,13% 3,95% 0,00% 16 16 16 Tanjungpinang Timur 78952 79028 81452 81.452 19757 20363 20363 0,10% 3,07% 0,00% 13 14 14 Tanjungpinang Kota 21133 21210 23635 23.635 5303 5909 5909 0,36% 11,43% 0,00% 7 8 8 Tanjungpinang Barat 58993 59069 61493 61.493 14767 15373 15373 0,13% 4,10% 0,00% 180 187 187 Sumber: Hasil Analisa, Tahun 2013 Sementara untuk perkiraan/proyeksi pertambahan kepadatan penduduk di masing-masing kecamatan yang terdapat di Kota Tanjungpinang ditunjukkan pada tabel berikut ini. 11 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Tabel 2.4 Jumlah penduduk Tanjungpinang saat ini dan Proyeksi pertambahan penduduk 5 tahun ke depan Jumlah Penduduk Jumlah KK Kecamatan Bukit Bestari Tanjungpinang Timur Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Barat 2013 2014 2015 2016 2017 2013 2014 2015 2016 2017 663 21 839 50 263 37 640 16 689 41 865 25 293 48 666 44 716 65 891 79 327 04 693 78 744 97 919 15 364 43 722 25 774 40 947 34 406 10 751 89 165 80 209 88 658 4 160 04 172 35 216 31 733 7 166 61 179 16 222 95 817 6 173 45 186 24 229 79 911 1 180 56 193 60 236 83 101 52 187 97 Tingkat Pertumb uhan Kepadatan Penduduk/ Ha 2013 201 4 2015 2016 2017 3,95% 17 18 18 19 20 3,07% 14 14 15 15 16 11,43% 9 10 11 13 14 4,10% 195 20 3 211 220 229 Sumber : Hasil Analisa, Tahun 2013 Proyeksi total jumlah penduduk Kota Tanjungpinang hingga tahun 2017 adalan mencapai 287973 jiwa dengan Jumlah Total KK sebesar 71993 KK dan tingkat kepadatan penduduk perhektar 278 Jiwa/Ha. 2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara, disebutkan bahwa Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat daerah (DPRD). Anggaran Pendapatan dan Belanja daerah (APBD) terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dilaksanakan oleh kepala/pimpinan satuan kerja pengelola keuangan daerah selaku pejabat pengelola APBD dan kepala/pimpinan SKPD selaku pejabat pengguna anggaran/barang daerah. Gambaran tentang APBD Kota Tanjungpinang dapat dilihat tabel berikut. 12 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Tabel 2.5 Ringkasan Anggaran APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir ANGGARAN NO URUT URAIAN TA. 2008 TA. 2009 TA. 2010 TA. 2011 TA. 2012 ANGGARAN % ANGGARAN % ANGGARAN % ANGGARAN % BELANJA 537.133.164.014,00 100,00% 691.361.505.377,00 100,00% 632.271.231.272,00 100,00% 797.844.461.142,66 100,00% BELANJA TIDAK LANGSUNG 244.275.531.399,65 45,48% 312.327.345.447,59 45,18% 292.717.809.712,00 46,30% 336.652.709.537,66 1.1.1 Belanja Pegawai 196.267.271.399,65 36,54% 255.718.345.447,59 36,99% 240.808.809.712,00 38,09% 1.1.2 Belanja Bunga 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 1.1.3 Belanja Subsidi 0,00 0,00% 0,00 0,00% 1.1.4 Belanja Hibah 8.900.000.000,00 1,66% 11.996.756.000,00 1.1.5 Belanja Bantuan Sosial 34.948.260.000,00 6,51% 1.000.000.000,00 1 1.1 1.1.6 1.1.7 1.1.8 1.2 Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Bantuan Keuangan kepada Propinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa Belanja Tidak Terduqa BELANJA LANGSUNG ANGGARAN TA. 2013 * % ANGGARAN % 824.515.230.636,18 100,00% 836.625.768.959,00 100,00% 42,20% 344.382.664.021,00 41,77% 367.922.182.351,00 43,98% 276.240.859.537,66 34,62% 297.804.836.021,00 36,12% 342.657.182.351,00 40,96% 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 1,74% 8.924.000.000,00 1,41% 10.894.850.000,00 1,37% 34.761.828.000,00 4,22% 14.500.000.000,00 1,73% 39.612.244.000,00 5,73% 38.485.000.000,00 6,09% 46.017.000.000,00 5,77% 9.251.000.000,00 1,12% 8.000.000.000,00 0,96% 0,19% 1.000.000.000,00 0,14% 1.000.000.000,00 0,16% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 0,00 0,00% 2.160.000.000,00 0,40% 2.500.000.000,00 0,36% 2.500.000.000,00 0,40% 2.500.000.000,00 0,31% 765.000.000,00 0,09% 765.000.000,00 0,09% 1.000.000.000,00 0,19% 1.500.000.000,00 0,22% 1.000.000.000,00 0,16% 1.000.000.000,00 0,13% 1.800.000.000,00 0,22% 2.000.000.000,00 0,24% 292.857.632.614,35 54,52% 379.034.159.929,41 54,82% 339.553.421.560,00 53,70% 461.191.751.605,00 57,80% 480.132.566.615,18 58,23% 468.703.586.608,00 56,02% 30.017.668.250,00 5,59% 49.407.515.000,00 7,15% 46.081.710.386,00 7,29% 56.912.672.479,00 7,13% 65.247.960.000,00 7,91% 81.391.332.800,00 9,73% 1.2.1 Belanja Pegawai 1.2.2 Belanja Barang dan Jasa 149.904.047.530,00 27,91% 194.510.463.553,56 28,13% 189.360.312.060,00 29,95% 222.705.585.303,00 27,91% 250.168.360.837,18 30,34% 258.492.084.906,00 30,90% 1.2.3 Belanja Modal 112.935.916.834,35 21,03% 135.116.181.375,85 19,54% 104.111.399.114,00 16,47% 181.573.493.823,00 22,76% 164.716.245.778,00 19,98% 128.820.168.902,00 15,40% JUMLAH BELANJA 537.133.164.014,00 100% 691.361.505.377,00 100% 632.271.231.272,00 100% 797.844.461.142,66 100% 824.515.230.636,18 100% 836.625.768.959,00 100% Sumber : DPPKAD Kota Tanjungpinang, 2013 13 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Tabel 2.6 Anggaran sanitasi dan belanja modal sanitasi per SKPD 5 tahun terakhir No Subsektor/ SKPD A Air Limbah 1 2008 2009 2010 2011 Rata-rata Pertumbuhan 2012 41.566.870,00 51.000.000,00 DTKKPP - - - - - 2 PU-CK - 51.000.000,00 844.100.000,00 89.937.000,00 1.133.079.000,00 3 BLH 41.566.870,00 - - - - 4 Dinas Pertamanan - - - - - B Persampahan 147.220.500,00 231.030.000,00 2.909.110.000,00 1.306.830.000,00 1.236.625.000,00 C Drainase 1.575.667.000,00 4.786.519.000,00 2.520.071.000,00 2.026.448.000,00 2.832.073.000,00 1.276.965.000,00 1.205.655.000,00 876.815.000,00 868.480.200,00 1.341.246.190,00 3.041.419.370,00 6.274.204.000,00 7.150.096.000,00 4.291.695.200,00 6.543.023.190,00 3.041.419.370,00 6.223.204.000,00 6.305.996.000,00 4.201.758.200,00 5.409.944.190,00 537.133.164.014,00 691.361.505.377,00 632.271.231.272,00 97.844.461.142,66 824.515.230.636,18 12% D E F Aspek PHBS (pelatihan, sosialisasi, komunikasi, pendampingan) Total Belanja Modal Sanitasi (A s/d D) Total Belanja Modal Sanitasi dari APBD murni (bukan pendamping) 844.100.000,00 89.937.000,00 1.133.079.000,00 662% 656% 289% 44% 5% 33% 25% G Total Belanja APBD H Proporsi Belanja Modal Sanitasi terhadap Belanja Total (9:10x100%) 0,57% 0,91% 1,13% 0,54% 0,79% 19% I Jumlah penduduk 208.258,00 220.376,00 220.682,00 230.380,00 230.380,00 3% J Belanja Modal Sanitasi per penduduk (E:I) 14.604,09 28.470,45 32.400,00 18.628,77 28.401,00 30% Keterangan : belanja modal (investasi baru dan pemeliharaan) Sumber : Diolah, DPPKAD Kota Tanjungpinang, 2013 14 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Tabel 2.7 Ringkasan Pendapatan APBD Kota Tanjungpinang 5 Tahun Terakhir No Tahun Deskripsi 1 Total Belanja Modal Sanitasi 2 Jumlah penduduk Belanja Modal Sanitasi per penduduk Rata-rata 2008 2009 2010 2011 2012 3.041.419.370,00 6.274.204.000,00 7.150.096.000,00 4.291.695.200,00 6.543.023.190,00 208.258,00 220.376,00 220.682,00 230.380,00 230.380,00 14.604,09 28.470,45 32.400,00 18.628,77 28.401,00 5.460.087.552 222.015 24.501 Sumber : Hasil Analisa, 2013 Tabel 2.8 Tabel Peta Perekonomian Tanjungpinang 2009 - 2012 TAHUN No Deskripsi 1. PDRB Harga Konstan (Struktur Perekonomian) (Milyar Rp) Pendapatan/Kapita Kota (Juta Rp) Pertumbuhan Ekonomi (%) 2. 3. 2009 2010 2011 2012 4.561,32 5.177,16 5.759,99 6.323,62 23,58 26,19 27,74 30,04 6,97 7,08 7,06 7,09 Sumber : TDA 2011 dan BPS Prov. Kepulauan Riau 2012 2.4 Tata Ruang Wilayah Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 – 2030 dimaksudkan agar menjadi pedoman pelaksanaaan pembangunan di wilayah Kota Tanjungpinang sehingga proses pembangunan di wilayah ini dapat lebih terarah dengan mewujudkan dalam aspek keruangan wilayah kota yang senantiasa berwawasan lingkungan, efisien dalam alokasi investasi, bersinergi dan dapat dijadikan acuan dalam penyusunan program pembangunan untuk tercapainya kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan dari penataan ruang Kota Tanjungpinang Tahun 2010 - 2030 adalah : “Mewujudkan Kota Tanjungpinang sebagai Pusat Perdagangan dan Jasa, Industri, Pariwisata serta Pusat Budaya Melayu melalui Optimalisasi Pemanfaatan Ruang Yang Memperhatikan Daya Dukung Lingkungan”. Penjabaran dari tujuan penataan ruang Kota Tanjungpinang tersebut adalah: a. Mengoptimalkan pemanfaatan ruang kawasan budidaya dan kawasan lindung yang efisien, serasi dan seimbang, sesuai dengan kebutuhan pembangunan dan kemampuan daya dukung wilayah; b. Menyediakan ruang yang berkualitas dan menarik minat dunia usaha untuk berinvestasi, berusaha, bekerja, dan bertempat tinggal; 15 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 c. Mewujudkan pembangunan infrastruktur perkotaan secara memadai dan berkelanjutan bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat; dan d. Mewujudkan penataan ruang wilayah Kota Tanjungpinang yang mampu mengakomodir kebutuhan pengembangan wilayah sebagai kawasan perdagangan bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB), industri, pariwisata, serta pusat budaya melayu. Penataan ruang sebagai suatu sistem perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan antara yang satu dan yang lain dan harus dilakukan sesuai dengan kaidah penataan ruang sehingga diharapkan (i) dapat mewujudkan pemanfaatan ruang yang berhasil guna dan berdaya guna serta mampu mendukung pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan; (ii) tidak terjadi pemborosan pemanfaatan ruang; dan (iii) tidak menyebabkan terjadinya penurunan kualitas ruang. Penataan ruang yang didasarkan pada karakteristik, daya dukung dan daya tampung lingkungan, serta didukung oleh teknologi yang sesuai akan meningkatkan keserasian, keselarasan, dan keseimbangan subsistem. Hal itu berarti akan dapat meningkatkan kualitas ruang yang ada. Karena pengelolaan subsistem yang satu berpengaruh pada subsistem yang lain dan pada akhirnya dapat mempengaruhi sistem wilayah ruang nasional secara keseluruhan, pengaturan penataan ruang menuntut dikembangkannya suatu sistem keterpaduan sebagai ciri utama. Hal itu berarti perlu adanya suatu kebijakan tentang penataan ruang yang dapat memadukan berbagai kebijakan pemanfaatan ruang. Seiring dengan maksud tersebut, pelaksanaan pembangunan yang dilaksanakan, baik oleh Pemerintah, pemerintah daerah, maupun masyarakat, baik pada tingkat pusat maupun pada tingkat daerah, harus dilakukan sesuai dengan rencana tata ruang yang telah ditetapkan. Dengan demikian, pemanfaatan ruang oleh siapa pun tidak boleh bertentangan dengan rencana tata ruang. Sesuai dengan UU Nomor 26 Tahun 2007, kebijakan dan strategi penataan ruang, merupakan landasan bagi pembangunan yang memanfaatkan ruang. Kebijakan dan strategi penataan ruang wilayah dirumuskan dengan mempertimbangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, ketersediaan data dan informasi, serta pembiayaan pembangunan. Kebijakan dan strategi penataan ruang, antara lain, dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing wilayah dalam menghadapi tantangan global, serta mewujudkan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional. Dengan demikian, maka kebijakan penataan ruang wilayah Kota Tanjungpinang diwujudkan dalam bentuk kebijakan dan strategi pengembangan struktur ruang, serta kebijakan dan strategi pengembangan pola ruang di Kota Tanjungpinang. Sesuai dengan tujuan penataan ruang wilayah yang akan dicapai dalam 20 tahun mendatang, maka kebijakan dan strategi penataan ruang yang akan dikembangkan di Kota Tanjungpinang adalah sebagai berikut: 1) Peningkatan pelayanan pusat-pusat kegiatan yang fungsional, berhierarki dan terintegrasi. Strategi yang akan dikembangkan adalah: Meningkatkan keterkaitan antar pusat-pusat kegiatan di wilayah Kota Tanjungpinang dengan pusat-pusat kegiatan di kawasan sekitarnya; Menjaga berfungsinya pusat-pusat kegiatan yang sudah ada di Kota Tanjungpinang secara optimal; Meningkatkan dan memantapkan kualitas pusat-pusat pariwisata dan sejarah budaya melayu; 16 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Mengendalikan pusat-pusat kegiatan yang tidak sesuai dengan fungsi dan peran yang dikembangkan; dan Mendorong berfungsinya pusat-pusat kegiatan baru di wilayah Kota Tanjungpinang. 2) Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan transportasi, sumberdaya air, energi, telekomunikasi, dan prasarana wilayah yang terpadu dan merata di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang, dengan tanpa mengakibatkan alih fungsi lahan utama pertanian dan kawasan lindung. Strategi yang akan dikembangkan adalah: Meningkatkan dan memantapkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan keterpaduan pelayanan transportasi darat, laut, dan udara serta keterpaduan intra dan antarmoda; Mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di seluruh wilayah Kota Tanjungpinang; Meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tidak terbarukan serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga listrik secara optimal; Meningkatkan kualitas jaringan prasarana dan mewujudkan sistem jaringan sumberdaya air, mempercepat konservasi sumber air, serta menigkatkan pengendalian daya rusak air; Meningkatkan penyediaan sarana dan prasarana permukiman; dan Mendorong pengembangan prasarana dan sarana pendukung bagi pengembangan kegiatan pariwisata dan budaya melayu di Kota Tanjungpinang. 3) Pemeliharaan dan perwujudan kelestarian fungsi lingkungan hidup; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain: Menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi; Mempertahankan fungsi kawasan lindung di wilayah Koata Tanjungpinang sesuai dengan kondisi ekosistemnya; Menyelenggarakan upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup terutama kawasan tangkapan air, kawasan pantai, sungai, danau/waduk, mata air, kawasan perairan laut; Mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung yang telah menurun akibat pengembangan kegiatan budidaya, dalam rangka mewujudkan dan memelihara keseimbangan ekosistem wilayah; Mencegah terjadinya tindakan yang dapat secara langsung atau tidak langsung menimbulkan perubahan sifat fisik lingkungan yang mengakibatkan lingkungan hidup tidak berfungsi dalam menunjang pembangunan yang berkelanjutan; Mengendalikan pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana untuk menjamin kepentingan masa sekarang dan masa yang akan datang; Mengelola sumberdaya alam tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumberdaya alam yang terbarukan untuk menjamin kesinambungan ketersediannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannnya; dan Mengendalikan pemanfaatan kawasan pesisir. 17 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 4) Perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antarkegiatan budidaya; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain: Menetapkan kawasan budidaya dan memanfaatkan sumberdaya alam di ruang darat, ruang laut, dan ruang udara termasuk ruang di dalam bumi secara sinergis untuk mewujudkan keseimbangan pengembangan wilayah Kota Tanjungpinang; Mengembangkan kegiatan budidaya unggulan yang meliputi pariwisata, industri, kelautan,dan perikanan beserta prasarananya secara sinergis dan berkelanjutan untuk mendorong pengembangan perekonomian wilayah Kota Tanjungpinang; Mengembangkan kegiatan budidaya di Tanjungpinang Barat dan Air Raja untuk menunjang aspek politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu pengetahuan dan teknologi; Mengembangkan Pulau Terkulai, Pulau Los, Pulau Sekatap, Pulau Basing, dan Pulau Penyengat dengan pendekatan gugus pulau untuk meningkatkan daya saing dan mewujudkan skala ekonomi; dan Mengembangkan kegiatan pengelolaan sumberdaya kelautan yang bernilai ekonomi tinggi di laut teritorial Indonesia. 5) Pengembangan kawasan ekonomi yang prospektif dan menarik di dalam Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) dan di luar KPBPB. Strategi yang akan dikembangkan, antara lain: Mengembangkan kegiatan ekonomi di KPBPB yang berdaya saing dan seimbang dengan negara lain; Mengembangkan kegiatan ekonomi di non-KPBPB di Kota Tanjungpinang yang terkait dengan kegiatan ekonomi di KPBPB dan wilayah nasional lainnya; Mengembangkan kawasan industri pengolahan makanan di KPBPB Dompak Seberang berorientasi promosi ekspor yang memiliki nilai tambah yang tinggi; Mengembangkan kawasan perdagangan dan jasa yang berorientasi pasar regional, nasional, internasional di Senggarang; dan Menyediakan sarana dan prasarana yang seimbang dan dapat menunjang kegiatan ekonomi di dalam KPBPB dan diluar KPBPB di Senggarang dan Dompak dengan wilayah sekitarnya. 6) Pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar sesuai fungsi dan tidak melampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain: Menata dan mengendalikan pengembangan kawasan perumahan guna terciptanya ruang tempat tinggal yang nyaman dan manusiawi bagi masyarakat. Membatasi perkembangan kawasan terbangun di kawasan tangkapan air dan pulau-pulau kecil untuk mempertahankan ketersediaan sumber air; Menetapkan ketentuan-ketentuan peraturan zonasi pada masing-masing kawasan budidaya sesuai dengan karakteristiknya; Mengendalikan pemanfaatan kawasan budidaya melalui mekanisme perijinan; Memberikan insentif bagi kegiatan yang sesuai dengan fungsi dan disinsentif bagi kegiatan yang mengakibatkan gangguan bagi fungsi utamanya; dan Melakukan penertiban bagi kegiatan-kegiatan yang tidak sesuai fungsi. 18 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 7) Peningkatan fungsi kawasan untuk pertahanan dan keamanan Negara; Strategi yang akan dikembangkan, antara lain : Mendukung penetapan kawasan strategis nasional dengan fungsi khusus pertahanan dan keamanan; Mengembangkan kegiatan budidaya secara selektif didalam dan disekitar kawasan strategis nasional untuk menjaga fungsi pertahanan dan keamanan; Mengembangkan kawasan lindung dan/atau kawasan budidaya tidak terbangun disekitar kawasan strategis nasional sebagai zona penyangga yang memisahkan kawasan strategis nasional dengan budidaya terbangun; dan Turut serta menjaga dan memelihara aset-aset pertahanan dan keamanan Negara. 19 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Peta 2.3 Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013 20 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Rencana Sistem Pusat Pelayanan Kota Tanjungpinang Peta 2.3 yang ada di atas menunjukkan rencana sistem pusat pelayanan yang akan dikembangkan di kota Tanjungpinang, sementara peta 2.4 yang terdapat pada halaman berikut merupakan rencana pola ruang yang tertera di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Tanjungpinang Tahun 2010 – 2030. 21 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Peta 2.4 Sumber : Bappeda dan PM Kota Tanjungpinang, 2013 22 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Rencana Pola Ruang Kota Tanjungpinang 2.5 Sosial dan Budaya Pengenalan terhadap aspek sosial budaya merupakan hal yang penting dalam perencanaan dan pembangunan suatu kota, kondisi sosial budaya masyarakat akan berpengaruh terhadap perwujudan peran serta masyarakat dalam pembangunan termasuk dalam pembangunan sanitasi permukiman. Karakteristik sosial budaya penduduk di wilayah perencanaan secara garis besar bersifat heterogen yang terdiri dari percampuran suku bangsa dan golongan etnis seperti Melayu sebagai penduduk asli/lokal yang telah turun temurun bermukim di daerah ini dan sebagian lainnya berasal dari suku Batak, Minang, Jawa, Tionghoa, Bugis (Sulawesi) dan dari daerah lainnya di Sumatera serta berbagai suku bangsa lainnya. Dengan kondisi demikian, pluralisme sudah menjadi ciri khas utama kebudayaan masyarakat Kota Tanjungpinang. Sebagian penduduk Kota Tanjungpinang merupakan penduduk kepulauan yang hidupnya bersentuhan langsung dengan karakteristik laut, seperti musim angin, musim ikan, daya jangkau laut antar pulau. Hal ini sangat mempengaruhi pola kehidupan masyarakat setempat dan mempengaruhi pola sanitasi dan perilaku hidup bersih dengan adanya gerak keluar yang relatif dominan dan gerak ke dalam yang kurang sehingga pola kehidupan sosial masyarakanya lebih terbuka. Kebudayaan Melayu merupakan kebudayaan asli penduduk Kota Tanjungpinang. Dalam perkembangannya sesuai dengan karakteristik sifat heterogen penduduknya, kebudayaan lain juga ikut mengalami perkembangan dengan tetap menghormati Kebudayaan Melayu sebagai kebudayaan asli dalam dalam hubungan sosial kemasyarakatan. Merupakan suatu kebanggaan bagi Kota Tanjungpinang, dengan kehadiran masyarakat yang multi etnis ini tetap dapat menjaga kerukunan hidup dan kerukunan beragama terdapat paguyuban-paguyuban etnis guna tetap menjaga dan meningkatkan kesatuan dan persatuan dalam kerangka NKRI. Karakteristik sosial budaya yang heterogen ini juga merupakan suatu potensi untuk pembangunan sanitasi di wilayahnya di masa mendatang karena ditunjang semangat bersama untuk berkembang ke arah yang lebih maju. Pembangunan sanitasi permukiman di daerah perkotaan harus memperhatikan aspek sosial budaya. Di Kota Tanjungpinang, peran sosial sangat dominan apalagi dikaitkan dengan masalah lahan. Sehingga keterlibatan masyarakat dalam pembangunan ini mempunyai andil yang besar, dalam arti sosialisasi tentang arti pentingnya sanitasi yang baik dan Perilaku Hygiene, Bersih dan Sehat (PHBS) harus terus digalakkan. Dari segi pendidikan, kemajuan pendidikan di Kota Tanjungpinang cukup menggembirakan, pelaksanaan program pembangunan pendidikan di daerah ini telah berkembang diberbagai jenis dan jenjang pendidikan. Dengan dilaksanakannya program pembangunan, pelayanan pendidikan telah dapat menjangkau ke semua wilayah. Gambaran keadaan fasilitas dan prasarana pendidikan di Kota Tanjungpinang dapat diuraikan bahwa di kota Tanjungpinang terdapat SD/Madrasah Ibtidaiyah (MI) sebanyak 67 sekolah, dengan rincian sebanyak 54 sekolah negeri dan 13 sekolah dengan status pengelolaan oleh pihak swasta. Berdasarkan data terakhir yang ada, pada tahun 2012, jumlah SMP dan MTs di Kota Tanjungpinang sebanyak 26 sekolah dengan rincian 16 SMP/ Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang memiliki status pengelolaan oleh pihak pemerintah dan sebanyak 11 SMP/Madrasah Tsanawiyah (MTs) dikelola oleh pihak swasta. Untuk fasilitas pendidikan setingkat SMA/SMK/Madrasah Aliyah (MA) terdapat 11 sekolah 23 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 yang dikelola oleh pemerintah dan berstatus negeri, serta 14 sekolah yang berstatus pengelolaan pihak swasta. Berikut ini disajikan beberapa tabel yang berkaitan dengan fasilitas pendidikan yang ada di Kota Tanjungpinang (baik yang berstatus negeri dan juga swasta), dan jumlah rumah yang terbangun di masing – masing kecamatan serta angka penduduk miskin di Kota Tanjungpinang. Tabel 2.9 Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten/Kota No 1 2 3 Tingkat Jumlah sarana pendidikan Negeri Swasta SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Jumlah Total 54 16 11 81 13 11 14 38 119 Sumber : Dinas Pendidikan Kota Tanjungpinang, 2012 Tabel 2.10 Jumlah penduduk miskin per-kecamatan No 1 2 3 4 Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin (KK) Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Timur Bukit Bestari Total 1182 2406 2756 3052 9396 Sumber : Database Kemiskinan TKPKD Kota Tanjungpinang, 2011 Tabel 2.11 Jumlah rumah per-kecamatan No 1 2 3 4 Kecamatan Jumlah Rumah (unit) Tanjungpinang Kota Tanjungpinang Barat Tanjungpinang Timur Bukit Bestari Total Sumber : Dinas Kesehatan Kota Tanjungpinang, Maret 2013 24 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 3791 11432 17359 12746 45328 2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah Secara institusi dan kelembagaan, Pemerintahan Kota Tanjungpinang terdiri dari lembaga eksekutif yang berkedudukan sebagai pelaksana roda pemerintahan yang secara pelaksanaan tugas dibantu oleh Sekretaris Daerah yang membawahi 3 sekretariat, 14 dinas, 9 badan dan 3 kantor Pelayanan, serta 4 kantor kecamatan dan 18 kantor kelurahan, serta lembaga legislatif yang berkedudukan sebagai pengawas jalannya roda pemerintahan daerah yang terdiri dari berbagai fraksi dengan anggota berdasarkan hasil pemilihan umum legislatif. 25 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3 Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintahan Kota Tanjungpinang 26 | B u k u P u t i h S a n i t a s i K o t a T a n j u n g p i n a n g - 2 0 1 3