riwayat hidup

advertisement
1
Laporan Studi Pustaka (KPM 403)
ANALISIS DAMPAK SOSIAL KULTURAL DARI
KOMODIFIKASI BUDAYA
DIAN NITA HIKMAHWATI
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
2
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan studi pustaka yang berjudul
“Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi Budaya” benar-benar hasil karya saya
sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau
lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang
diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan
dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan studi pustaka. Demikian
pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia
mempertanggungjawabkan pernyataan ini
Bogor, Januari 2015
DIAN NITA HIKMAHWATI
NIM. I34110159
2
ABSTRAK
DIAN NITA HIKMAHWATI. Analisis Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi
Budaya. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO
Agenda penting pariwisata dari pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya. Salah satu strategi pengembangan
pariwisata pemerintah daerah dengan menggunakan konsep komodifikasi budaya.
Komodifikasi budaya memerupakan suatu proses perubahan budaya yang dijadikan
suatu komoditas yang siap untuk dijual ke pasar. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui
defini dan menganalisis komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan
pariwisata, serta pengaruh dampak sosial kulturalnya. Metode penulisan studi pustaka
yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa jurnal
penelitian ilmiah, tesis dan disertasi. Berbagai bentuk komodifikasi di antaranya
komodifikasi budaya kota, aktivitas budaya masyarakat, kesenian budaya dan bangunan
cagar budaya. Kedatangan wisatawan akan berinteraksi sosial dengan penduduk sekitara
daerah wisata. Hal ini dapat mempengaruhi pada kondisi ekonomi, lingkungan hidup,
sosial dan budaya. Penelitian ini berfokus pada dampak sosial budaya masyarakat,
terdapat perubahan nilai, norma, sikap dan persepsi masyarakat. Temuan identifikasi
dampak sosial budaya harusnya menjadi perhatian sebagai pertimbangan pemerintah
dalam pembangunan.
Kata Kunci : Pariwisata Budaya, Komodifikasi, Dampak Sosial Budaya
ABSTRACT
DIAN NITA HIKMAHWATI. Analysis Effect Social Cultural of Commofication.
Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO.
An important agenda tourisme of local goverments is to increasing proverty of society
and conserving cultural. The one of tourisme development strategy based local
goverments through cultural commodification concept. Cultural commodification is a
proces modificating cultural became a commodity, which ready to sell in global market.
Some kind of cultural commodification are cultural city commodification, cultural
activity, cultural art, and cultural heritage object. This research study aims to
identification and analysis of cultural commodification as tourisme development
strategy, and impact social and cultural. Methods for this literatur study are resuming,
analysing and concluding some journals, thesis and dissertation. Tourists visit will
stimulate social interaction with people around the tourisme area. That is can influent
economic condition, envirotment, social and cultural. Focused impact of social and
cultural society, that there are many change of value, norms, attitude, and perception
people. The findings of identification social and cultural impact must be a concern as
evaluation goverment in development.
Key word : Cultural Tourism, Commodification , Effect Social Cultural
2
ANALISIS DAMPAK SOSIAL KULTURAL DARI
KOMODIFIKASI BUDAYA
Oleh
DIAN NITA HIKMAHWATI
I34110159
Laporan Studi Pustaka
sebagai syarat kelulusan KPM 403
pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT
FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2015
2
LEMBAR PENGESAHAN
Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka disusun oleh :
Nama Mahasiswa :
Dian Nita Hikmahwati
NIM
:
I34100159
Judul
:
Analisis Dampak Kultural Sosial dari Komodifikasi Budaya
dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada
Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains
Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Dosen Pembimbing
Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS
Mengetahui,
Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Siti Amanah, MSc
Tanggal pengesahan : ___________________
2
PRAKATA
Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
studi pustaka yang berjudul “Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi Budaya” ini
dengan baik. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan
Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan
Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.
Ucapan hormat dan terimakasih disampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS
selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan banyak memberikan
saran, motivasi dan pengarahan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan
studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibunda tercinta, Ayah
tersemangat dan Adik terhebat yang selalu memotivasi dan menjadi sumber motivasi
penulis, serta teman-teman SKPM 2011, teman seperjuangan bimbingan studi pustaka
telah menularkan semangat dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Penulis
berharap Laporan Studi Pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat kesalahan, untuk itu
saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan.
Bogor, Januari 2015
2
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL ......................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................................
viii
viii
ix
PENDAHULUAN
Latar Belakang .....................................................................................................
Tujuan Penulisan ...................................................................................................
Metode Penulisan .................................................................................................
1
2
2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1. Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud (Ruastiti 2011) ...........
2. Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Kasus
mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi
Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar) (Widyastuti
2008) ................................................................................................................
3. Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di Medan
(Ardiwijaya R et al 2013) ...............................................................................
4. Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Sulistiani
2007) ................................................................................................................
5. Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan (Taryati 2007) ...........................
6. Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa
Tenganan Pegringsingan, Bali (Dhana IN et al 2014) .....................................
7. Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan
(Alhasanat SA dan Hyasat AS. 2011) ..............................................................
8. Tourism and The Commodification of Urban Culture (Fainstein 2007) .........
9. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah
Kajian Budaya (Surbakti A 2003) ...................................................................
10. Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan
Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using (Taufiq A dan
Makmur MH 2013) ........................................................................................
11. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi
Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
(Amalia 2014) .................................................................................................
12. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan
Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari
Lombok Barat Propinsi NTB) (Hilyana 2001) ...............................................
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Pariwisata Budaya..................................................................................................
Komodifikasi .........................................................................................................
3
4
6
7
9
10
12
13
15
16
17
19
21
22
viii
2
Budaya ...................................................................................................................
Hubungan Komodifikasi dengan Dampak Sosial Kultural....................................
23
24
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan .....................................................................
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ........................................
Usulan Kerangka Analisis Baru .............................................................................
27
27
28
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................
LAMPIRAN ...............................................................................................................
RIWAYAT HIDUP ...................................................................................................
29
31
41
DAFTAR TABEL
Tabel
1
Tabel
2
Tabel
Tabel
3
4
Perbandingan konsep pariwisata budaya program berdasarkan jurnal
tahun 2005-2011...................................................................................
Perbandingan strategi pengembangan pariwisata budaya tahun 20052014 ......................................................................................................
Perbandingan definisi komodifikasi tahun 2005-2014 ........................
Perbandingan dampak sosial budaya akibat pengembangan
pariwisata tahun 2005-2014 .................................................................
21
22
22
24
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1
Usulan kerangka pengaruh komodifikasi budaya terhadap dampak
sosial kultural .......................................................................................
28
2 ix
DAFTAR LAMPIRAN
Gambar 1
Mind mapping faktor yang pengaruh dan dampak komodifikasi
budaya ..................................................................................................
Gambar 2 Mind mapping pengelolaaan pariwisata serta dampaknya ...................
Gambar 3 Mind mapping faktor pengaruh dan terpengaruh dari komodifikasi
kota .......................................................................................................
Gambar 4 Mind mapping sebab dan pengaruh komodifikasi seni kebudayaan ...
Gambar 5 Mind mapping dampak pengembangan pariwisata ..............................
Gambar 6 Mind mapping strategi pemasaran dan pengelolaaan pariwisata serta
dampaknya ...........................................................................................
Gambar 7 Mind mapping pengaruh karakteristik individu mempengaruhi
persepsi, sikap dan dampak ekonomi, sosial dan budaya ...................
Gambar 8 Mind mapping pengaruh globalisasi terhadap strategi .........................
Gambar 9 Mind pengaruh orientasi kepentingan pariwisata terhadap citra dan
identitas kota ........................................................................................
Gambar 10 Mind mapping pengaruh wacana pengembangan budaya terhadap
strategi pengembangan kebudayaan .....................................................
Gambar 11 Mind mapping pengaruh pariwisata terhadap dinamika sosial ............
Gambar 12 Mind mapping pengaruh pengembangan pariwisata terhadap
perubahan kultural ................................................................................
Tabel
1 Matiks analisis literatur tahun 2005-2014 ............................................
31
31
32
32
33
33
34
34
34
35
35
35
36
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Di negara berkembang seperti Indonesia, isu kemiskinan dan isu kesejahteraan
rakyat menjadi prioritas dalam pembangunan. Penyelesaian isu tersebut juga secara
tersirat tertuang pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 bagian Pembukaan bahwa
tujuan negara ini adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pada konteks ini
negara berkewajiban untuk mensejahterahkan rakyat dengan memanfaatkan segala
sumber daya yang dimiliki Indonesia. Beberapa jenis sumberdaya yang dapat
dimanfaatkan adalah sumberdaya modal, teknologi dan seni budaya. Sumberdaya seni
budaya merupakan aset yang potensial dimiliki Indonesia. Masyarakat pun memahami
bahwa seni budaya salah satunya yakni seni hiburan merupakan hasil modifikasi
konstruksi budaya masyarakat itu sendiri. Di beberapa budaya, seni merupakan suatu
bentuk rangkaian seni sakral upacara yang telah mengakar pada tradisi masyarakat.
Bila dilihat dari konteks waktu sekarang, berbagai pertunjukan seni tidak lagi
sarat akan nilai-nilai kesakralan akan tetapi lebih pada orientasi ekonomi. Sejalan
dengan pernyataan UNESCO bahwa budaya sebagai sebuah sektor dari aktivitas
ekonomi. Budaya disini saangat berkaitan dengan pembangunan melalui strategi
kebudayaan dalam pengembangan masyarakat. Pemerintah sebagai aktor yang memiliki
peran penting memiliki beragam upaya untuk mengembangkannya. Diantarnya yang
marak dan mengglobal adalah sektor pariwisata. Pariwisata sebagai suatu industri telah
membuktikan sebagai sebuah alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan
sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut
Joyosuharto (1995) dalam Soebagyo (2012) pengembangan pariwisata memiliki tiga
fungsi yaitu 1) menggalakkan ekonomi; 2) memelihara kepribadian bangsa dan
kelestarian fungsi dan mutu lingkungan; 3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa.
Data statistik menunjukkan peranan pariwisata sangat besar dalam perekonomian dunia.
United Sations’ World Tourism Organization (UNWTO) melaporkan bahwa pada tahun
2010 jumlah kunjungan internasional telah mencapai angka 940 juta kali dan
menghasilkan keuntungan sebesar US$ 919 milyar. Diperkirakan bahwa pada tahun
2020, jumlah kunjungan internasional akan mencapai angka 1,56 milyar kali, dengan
peningkatan jumlah perjalanan jarak jauh (longhaul) dari 18% menjadi 24%.1 Dengan
demikian, terdapat peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak
segmen pasar tersebut yang pada umumnya berasal dari negara-negara yang
berpendapatan tinggi (negara maju).
Pertarungan global dunia pariwisata menuntut kondisi ideal perkembangan
pariwisata yang baik dan menghasilkan produk yang dapat diunggulkan. Menurut
Marpaung (2002), kondisis ideal dapat dicapai dengan kemauan politik pemerintah yang
memberikan landasan hukum, serta kesadaran masyarakat untuk dapat berinteraksi serta
mellibatkan diri sebagai bagian dari proses dan menghasilkan produksi unggulan dalam
seluruh kegiatan industri pariwisata. Industri pariwisata umumnya sebagai gejala
ekonomi bisnis, salah satu produk industri pariwisata yakni kebudayaan masyarakat
yang dijadikan komoditas atau yang biasa disebut pariwisata budaya. Bila dilihat dari
kacamata pengembangan masyarakat, pariwisata budaya merupakan salah satu isu
keberagaman budaya yakni komodifikasi budaya. Komodifikasi merupakan suatu
1
World Tourism Organization.
2
proses pengubahan kebudayaan menjadi barang dagangan, massa digiring ke arah seni
dan tontonan yang mudah untuk dicerna dan yang menimbulkan daya pesona yang
diproduksi melalui corak produksi kapitalisme (Widyastuti, 2008). Berbagai tindakan
komodifikasi budaya yang dijalankan harapannya dapat menyelesaikan masalah
ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat.
Hingga saat ini pada abad ke-21, pada era globalisasi industri pariwisata menjadi sektor
terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Pengaruhnya tidak hanya pada aspek
ekonomi bisnis namun juga pada berbagai aspek lingkungan hayati, sosial dan budaya
masyarakat sekitar area wisata. Dampak langsung maupun tidak langsung pasti akan
dirasakan mesyarakat yang budayanya mengalami proses komodifikasi budaya.
Bedasarkan penelitian Hilyana S (2001) terdapat perubahan prilaku, perubahan nilai,
pergeseran moral masyarkat dan banyak lagi dampak sosial budaya lainnya dari tindakan
komodifikasi budaya. Pembuat kebijakan yakni pemerintah baiknya dapat
memperhitungkan keberlanjutan program dan dapat dijadikan bentuk evaluasi untuk
pembangunan selanjutnya. Maka penting telaah mendalam mengenai bagaimana
proses komodifikasi budaya dapat berakibat pada dampak sosio kultur
masyarakat.
Tujuan Penelitian
Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis
definisi dari komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan pariwisata,
mengidentifikasi dan menganalisis definisi pengaruh komudifikasi budaya khususnya
dampak sosial kultural.
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini yaitu
meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa jurnal
penelitian ilmiah, tesis dan disertasi yang berkaitan dengan tema dari studi pustaka ini,
yaitu Dampak Sosial Kultural dari Strategi Pengembangan Pariwisata Melalui
Komudifikasi Buday. Jurnal penelitian yang telah digunakan berjumlah enam buah,
sedangakn tesis yang digunakan berjumlah tiga buah, disertasi yang digunakan
berjumlah 1 buah serta laporan penelitian terdapat dua buah. Hasil dari ringkasan
tersebut akan digunakan sebagai landasan teori dan juga konsep mengenai komodifikasi
budaya dalam pembentukan identitas komunitas. Studi pustaka ini terdiri dari Bab I
yang berisi Pendahuluan; Bab II berisikan ikhtisar atau ringkasan dari literatur-literatur
yang berkaitan dengan judul dari studi pustaka; Bab III berisikan analisis dan sintesis
mengenai literatur-literatur yang sudah diringkas dan disesuaikan dengan judul dari
studi pustaka dan permasalahan yang akan diangkat; dan Bab IV berisikan kesimpulan
beserta Mind Mapping dan perumusan masalah dari analisis dan pembahasan literaturliteratur yang sudah diringkas mengenai komodifikasi kebudayaan, budaya, hubungan
komodifikasi budaya dengan dampak sosial kultural.
2
RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA
1
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud
2011
Laporan Penelitian
Elektronik
Ni Made Ruastiti
http://repo.isi-dps.ac.id/977/1/Komodifikasi_Obyek_
Wisata_Puri_ Saren_Agung_ Ubud,_bagian_II.pdf
Tanggal diunduh : 29 September 2014
Ringkasan Pustaka :
Latar belakang penelitian ini atas dasar adanya proses industrialisasi
pariwisata yang menyebabkan komodifikasi. Salah satu yang menjadi proyek
komodifikasi industrialisasi pariwisata yakni produk produk budaya berupa Puri
Saren Agung Bali. Puri Saren Agung Bali yang memiliki nilai historis, filosofi
hindu yang kental, bangunan istana dan nilai estika yang tinggi. Hal ini sesuai
dengan kriteria daya tarik wisatawan yakni membutuhkan keunikan budaya,
arsitektur bangunan dan kekhasan gaya hidup masyarakatnya. Didukung dengan
adanya kebijakan pemerintah daerah Bali terjadilah proses industrialisasi
pariwisata. Pengaruh dengan adanya industrialisasi ini selain dari sektor ekonomi
juga penting diperhatikan mengenai faktor distribusi dan konsumsinya pula.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata bali
diawali dengan adanya seniman luar negri yang datang ke Bali memamerkan
lukisa Ubud Bali di dunia internasional melalui kapal dagang KPM ( Koninklije
Paketvaat Maatscappij). Dukungan perkembangan periwisata juga dilakukan
pemerintah Indonesia melalui berbagaikebijakan dan kerjasama dengan tujuan
pemperluas kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, menigkatkan devisa dan
menigkatkan industri berkaitan dengan pariwisaa. Dibentuknya konsep pariwisata
budaya mempertimbangkan nilai historis, filosofi, estetika, arsitektur bangunan,
gaya hidup masyarakat, dan keunikan budaya. Faktor-faktor pendukung lainnya
yakni globalisasi industri pariwisata,dukungan kebijakan pariwisata serta asosiasi
pariwisata nasional dan internasional. Hal ini memunculkan gejala komodifikasi di
berbagai sektor kehidupan masyarakat yang juga terjadi pada Puri Saren Agung.
Puri Saren Agung memiliki potensi bagunan sebagai obyek wisata, kebudayaan
dan gaya hidup masyarakatnya yang unik, serta sumberdaya manusianya.
Komodifikasi budaya ini lah yang dikembangkan pemerintah sebagai
konsep pengembangan pariwisata Ubud Bali. Gejala komodikasi disebutkan
sebagai adalah suatu konsep yang luas, yang tidak hanya menyangkut masalah
produksi komoditas dalam pengertian perekonomian yang sempit saja, namun juga
menyangkut tentang bagaimana barang-barang tersebut didistribusikan dan
dikonsumsi. Tujuan besarnya adalah peningkatan ekonomi dan pelestarian pusat
kebudayaan. Namun disisi lain hal-hal yang dipertahankan Puri Saren Agung
adalah statusnya sebagai pusat kebudayaan dan juga identitas budaya masyarakat
serta konsep warisan budaya yang dijunjung untuk menghindari komersialisme.
Terbentuknya Puri Saren Agung sebagai destinasi pariwisata budaya mampu
menarik banyak datangnya wisatawan. Hal ini berdampak pada perubahan sosial
ekonomi. Dari segi ekonomi terjadi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD),
24
berkembangnya industri yang berkaitan dengan pariwisata, peningkatan
kesempatan kerja di sektor pendukung pariwisata, meningkatnya pendapatan
masyarakat serta. Dari segi sosial terdapat dampak positif dan negatif. Dampak
negatif yakni bergesernya mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian sawah
ladang ke sektor pariwisata yang lebih menguntungkan. Disisi lain keuntungan
positif yang dirasakan adalah simbiosis mutualisme karena dengan adanya
pendapatan yang diperoleh Puri Saren Agung dapat dijadikan biaya perawatan
bangunan sehingga bangunan tetap lestari selain itu konsep pariwisata budaya
dijadikan laboratorium sosial penelitian dan dari segi budaya semakin
mengukuhkan karakter budaya Bali khususnya Puri Saren Agung. Perlakuan
komodifikasi budaya demi kepentingan ekonomi akan lebih baik bila diintegrasikan
dengan potensi masyarakat. Sebagai proses adaptasi ekologi masyarakat yang
memiliki pengetahuan lokal sehingga tercermin konsep pariwisata budaya yang
sebenarnya
Analisis Pustaka
Penelitian ini memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya
komodifikasi budaya di Bali. Terbagi menjadi tiga faktor yakni potensi daya tarik
wisatawan, kebijakan dan arus globalisasi. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi
terbentukny konsep komodifikasi budaya. Kmodifikasi budaya yang dilakukan
merupakan komodifikasi bangunan candi. Dipaparkan pula berbagai dampak yang
dimbul dari komodifikasi budaya terutama dampak sosial ekonomi. Maka dapat
dibuktikan ada hubungan antara pengaruh komodifikasi budaya terhadap perubahan
atau dampak sosial masyarakat. Namun dalam pembahasannya, dampak budaya
kurang dijabarkan dengan jelas.
2
Judul
: Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata
(Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi
Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata
Candi Ceto Kabupaten Karanganyar)
Tahun
: 2008
Jenis Pustaka
: Tesis
Bentuk Pustaka : Elektronik
Nama Penulis
: Dhyah Ayu Retno Widyastuti
Kota dan Nama
: Surakarta
Penerbit
: Universitas Sebelas Maret
Alamat URL
: http://eprints.uns.ac.id/8148/1/71890707200910431.pdf
Tanggal diunduh : 29 September 2014
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya isu klaim budaya Indonesia oleh
negara Malaysia. Hal ini disinyalir karena kurangnya perhatian pemerintah
Indonesia pada sektor budaya dan pariwisata Indonesia. Dari tragedi tersebut maka
perlulah tindakan tegas pemerintah untuk mengajukan hak paten budaya Indonesia
serta didukung dengan pengelolaan pariwisata yang baik. Melalui otonomi daerah
dapat dibentuk kebijakan pengembangan pengelolaan pariwisata yang nantinya
dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat pula. Khususnya
pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar, kebijakan pengembangan pariwisata
melalui intervensi komodifikasi budaya sebagai alat untuk pengembangan
25
pariwisata setempat sehingga meningkatkan nilai jual beli. Maka perlulah
komunikasi pemasaran yang efektif sehingga dinas pariwisata juga mendapat
umpan balik dari wisatawan sebagai evaluasi kebijakan pariwisata.
Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komodifikasi upacara religi
Saraswati yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar dalam
komunikasi pemasaran baik proses, pesan, dan media serta tanggapan khalayak.
Jenis penelitian studi kasus melalui pendekatan kritis melalui prespektif politik
ekonomi. Berlalokasi di Candi Ceto dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar.
Menggunakan metode deskripsi kualitatif melalui teknik wawancara, observasi dan
dokumentasi.
Hasil penelitian ini memaparkan proses pengembangan pariwisata
Kabupaten Karanganyar melalui strategi komodifikasi budaya upacara religi. Tahap
awal yang dilakukan pemerintah Kabupaten Karangaanyar adalah mengidentifikasi
potensi pariwisata yang dimiliki, salah satunya Candi Ceto. Berdasarkan
sejarahnya, Candi Ceto merupakan candi tertua di umat Hindu sehingga memiliki
keterikatan nilai sakral yang kuat terutama dengan umat Hindu di Bali. Pada tahap
selanjutnya pemerintah Kabupaten Gianyar mengkomunikasikan keberadaan dan
nilai sejarah candi Ceto pada pemerintah Kabupaten Gianyar di Bali sekaligus
untuk belajar dan kerjasama diberbagai aspek kepariwisataan. Salah satu bentuk
kerjasamanya ialah diboyongnya patung Saraswati dari Bali ke Karanganyar.
Pengembangan wisata Kabupaten Karanganyar dituangkan dalam Peraturan Daerah
Nomor 4 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis 2005-2009. Salah satu strateginya
yakni program pengembangan manajemen pemasaran melalui komunikasi
pemasararan, strategi ini dikemas melalui media komunikasi dan peran guide.
Sasaran pemasaran ditujukan pada wisatawan umum maupun wisatawan minat
khusus dengan brand concept ‘Kota Wisata Religi dan Edukasi Candi Ceto dan
Candi Sukuh’. Hal ini berdampak positif pada meningkatnya daya ingat wisatawan
dan mampu meningkatkan minat dan kunjungan wisatawan. Aktor yang terlibat
dalam komodifikasi upacara religi yakni Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar
sebagai komunikator, khalayak sebagai komunikan serta pelaku atau produsen
budaya yakni masyarakat. Pemasaran industri pariwisata ini berdampak pada meni
Namun komunikasi pemasaran Kabupaten Karang anyar masih terbatas sebab
faktor biaya. Kekurangan ini disiasati melalui pendekatan terpadu yakni
dilaksanakannya rangkaian kegiatan wisata sehingga pesan wisata yang
disampaikan lebih efektif. Pengaruh komodifikasi budaya yang dilakukan
pemerintah dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosio-kultur. Aspek ekonomi sangat
jelas dapat mendongkrak ekonomi masyarakat, meningkatkan PAD dan
meningkatkan kunjungan wisata Aspek sosio-kultur dapat dijadikan sarana
pewarisan budaya, masyarakat lokal merasa menurunnya tingkat kekhidmatan
berlangsungnya upacara religi karena menjadi totonan. Sedangkan wisatawan
merespon positif adanya komodifikasi budaya. Hal ini menunjukkan kebijakan
struktur sosial yang tidak seimbang karena pengaruh kapitalisme sehingga perlu
solusi yang lebih bijaksana.
Analisis Pustaka
Penelitian ini menjelaskan secara rinci alur sejarah tebentuknya obyek
wisata Candi Ceto. Upaya pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan
Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar untuk memilih berfokus pada strategi
pemasaran dan pengelolaan pariwisata sangat tepat. Karena tujuan peningkatan
26
kunjungan wisatawan dan peningkatan kesejahteraan dapat tercapai. Strategi
pengembangan secara top down juga melibatkan masyarakat sebagai pelaku
produsen budayanya namun aspek religi dan kehidmatan upacara bagi pelakunya
terkadang dilupakan. Dijelaskan pula strategi pemasaran dan pengelolaan
pariwisata melalui media dan pemandu wisata. Analisas aspek ini kurang
mendalam karena dinyatakan secara kualitatif dan deskriptif. Bila dinyatakan
dalam bentuk presentase kuantitatif sehingga terlihat nyata sebesar apa pengaruh
strategi tersebut terhadap respon wisatawan maupun masyarakat.
3
Judul
: Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota
Lama di Medan
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Damardjati Kun Marjanto, Ernayanti, Robby
Ardiwijaya
Nama Jurnal
: Jurnal Kebudayaan
Volume (Edisis), Hal : Vol. 8 (No. 1), 5-23
Alamat URL
: http://litbang.kemdikbud.go.id/pusat/puslitbangbud/
jurnal/ Vol% 08%20no
%201%20tahun%202013.pdf
Tanggal diunduh
: 23 September 2014
Ringkasan Pustaka :
Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kesenjangan yang dirasakan antara
kondisi ideal sebuah kota lama Medan dengan kondisi terkini yang jauh dari
harapan. Daerah kota lama Medan merupakan aset dalam ekonomi, sosial, budaya
dan berbagai bangunan pusaka budaya. Sehingga kota lama layak dijadikan cagar
budaya sebagai pengukuhan jati diri dan identitas masyarakat Medan. Namun
kondisi dilapangan seiring perubahan waktu kota lama Medan tidak terlihat lagi
eksistensinya. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan berbagai warisan budaya
kawasan kota lama di Medan, dan mencoba mengungkapkan berbagai
permasalahan dan upaya pelestarian yang perlu dilakukan untuk menjaga warisan
budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan
melakukan observasi di kawasan kota lama Medan, wawancara dengan berbagai
informan, focus group discussion (FGD), serta studi pustaka.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki warisan budaya
dalam bentuk peninggalan bangunan kota lama yang cukup banyak. Warisan
budaya tersebut memiliki kondisi yang beragam, ada yang masih terjaga keutuhan
dan kondisinya, namun di beberapa tempat sangat memprihatinkan. Kondisi ini
dipengaruhi Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dengan kemajuan ekonomi,
meningkatkannya tingkat pendidikan dan jumlah penduduk serta beragamnya
kelompok etnis. Permasalahan pokok yang terjadi dalam pelestarian warisan
budaya kota lama tersebut antara lain aspek lingkungan kawasan kota lama dan
aspek pelestarian bangunan terdiri dari konsep pelestarian yang belum dipahami,
lingkungan yang belum tertata dengan baik, peruntukkan yang tidak sesuai dengan
fungsi bangunan kota lama, tidak jelasnya konsep pelestarian budaya kota lama,
padatnya lalu lintas dan papan iklan, polusi udara, dan maraknya kegiatan ekonomi.
Dampaknya pada perubahan pola pikir, nilai, sikap yang masyarakat pada
72
kepentingan ekonomi. Sehingga kawasawan kota lama tidak tertata juga telah
banyak bangunan bersejarah yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru.
Cara pandang lain yang kontradiktif mengenai perencanaan pembangunan
Kota Medan dijadikan sebagai kawasan Kota Lama Medan. Dasarnya bahwa
kawasan tersebut merupakan aset negara dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya.
Kedepannya selains menjadi destinasi pariwisata yang baru kawasan ini sarat akan
konsep kawasan bersejarah dan cagar budaya. Faktor yang mendukung adalah
karakteristik bangunan yang usianya telah mencapai lebih dari 50 tahun, bangunan
berarsitektir khusus dan memiliki kolektif memori pada masyarakat. Kawasan
tersebut juga memiliki fungsi sebagai jati diri Kota Medan, sebagai asal usul
lingkungan, orientasi mas lampau dan dapat memupuk rasa kebanggaan.
Dari kedua pandangan tersebut maka perlulah upaya tindak lanjut yang
dapat dilakukan untuk pelestarian kota lama yakni tujuh tindakan antara lain;
merumuskan prinsip-prinsip pelestarian dalam perencanaan dan proses
pembangunan; mengidentifikasi, memetakan, menilai dan menginterpretasikan
sumberdaya budaya kota lama; mempromosikan citra kota lama sebagai pusat
sejarah yang penting bagi identitas Kota Medan; mengintegrasikan berbagai
kegiatan di Medan; menetapkan komunikasi desain dan review proses perencanaan;
alokasi anggaran; serta pengelolaan pemerintah bersama swasta.\
Analisis Pustaka
Dijabarkan kedua cara pandangan rencana pembangunan kawasan Kota
Medan yakni yang pertama dijadikan pusat pertumbuhan ekonomi dan kedua
sebagai kawasan Kota Lama Medan. Pebedaanya terletak pada orientasi, bila Kota
Meda dijadikan pusat pertumbuhan maka orientasi pada ekonomi beserta
pembangunan infrastruktur yang merujuk pada kota-kota besar lainnya. Dan bila
dijadikan sebagai kawasan Kota Lama medan maka orientasi pada konservasi
bangunan lama. Disis lain kedua pandangan ini juga memiliki persamaan yakni
dirancang melalui konsep komodifikasi kawasan kota. Kota dijadikan produk yang
diperjual belikan untuk mengumpan datangnya orang atau wisatawan. Faktor yang
dipengaruhi berupa perubahan budaya, terdiri dari nilai pola pikir dan sikap.
Perubahan aspek lingkungan dan aspek pelestarian lingkuangan.
4
Judul
: Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata
Yogyakarta
Tahun
: 2007
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Digital
Nama Penulis
: Endah Susilantini
Nama Jurnal
: Jurnal Sejarah dan Budaya
Volume (Edisi) hal : Vol. 2 (No.4), Hal : 237-244
Alamat URL
: http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/
wp-content/uploads/sites/37/2014/06/Jantra_Vol._II_
No._4_ Desember_2007.pdf
Tanggal
: 9 November 2014
Ringkasan Pustaka :
Jurnal ini membahas mengenai eksisstensi seni pertunjukan Wayang Wong
Panggung. Bermula dari pertunjukan di daerah keraton yang sarat akan nilai
82
keramat dan seni klasik kraton (kagungan adiluhung) dan hingga menjadi seni
pertunjukan rakyat. Saat ini pertunjukan Wayang Wong Panggung tidak lagi
dipandang sebagai pertunjukan yang sakral, sebagian masyarakat menyatakan
sebagai pertunjukan murahan. Hal ini disebabkan para pemainnya menjual seni
untuk mendapat uang dan ditampilkan setiap malam sebagai meski tanpa penonton.
Meski pun dengan kondisi demikian, motivasi para pemain tidak berkurang bahkan
terus berekspresi dan berolah seni.
Wayang Wong Panggung Purawisata diprakarsai pada 10 Agustus 1976
dalam wadah Sendratari Ramayana. PT. Ganesha Dwipaya Bhakti dulunya
memiliki banyak tugas dan pesanan pertunjukan. Namun seiring perubahan sosial
budaya masyarakat sendratari ini tidak lagi diminati. Perubahan internal
dipengaruhi turunnya minat dan apresiasi masyarakat terhadap pertunjukan dengan
alasan 1) Banyak alternatif hiburan yang lebih efisien waktu dan biaya. Sebab
kemajuan teknologi informasi mempengaruhi pola pikir dan selera seni. 2) Generasi
muda mengembangkan diri pada dunia informasi yang didukung kurikulum ilmu
terapan sehingga secara tidak langsung merubah selera seni. 3) Sistem pendidikan
dan komunikasi keluarga mengalami perubahan. Keluarga lebih menekankan
penggunaan bahasa Indonesia dari pada bahasa ibu. Meski tujuannya edukatif dan
mengikuti perkembanga teknologi, namun secara tidak sengaja anak terputus pada
sistematis,dengan kesenian tradisional yang menggunakan Bahasa Jawa. Meskipun
Wayang Wong Panggung pernah mencoba menggunakan Bahasa Indonesia dan
Bahasa Inggris namun akan mengurangi rasa bahasa dalam seni pewayangan.
Pengaruh perkembangan religi pada dekade 1970-an adanya pembangunan
fisik pembangunan mental spiritual, sesuai dalam UUD 1945 pasal 32, GBHN dan
P4. Momentum tersebut merubah pola pikir yang awalnya pewayangan menjadi
sumber inspirasi berubah menjadi religius keyakinan pada Tuhan. Pengaruh ini
lambat laun mengurangi antusiasme masyarakat untuk mendapatkan ajaran moral
dan religi dari dunia pewayangan sehingga ketokohan dalam wayang ditinggalkan
sejalan dengan perkembangan religi masyarakat. Pengaruh lainnya pada perubahan
dunia anak-anak, upaya mempertahankan kebudayaan melalui regenerasi budaya
dapat berjalan dengan baik serta didukung oleh peraturan niscaya eksistensi
kesenian tradisional dapat bertahan. Pada anak-anak Indonesia khususnya suku
Jawa, tokoh peran tokoh tradisional telah digantikan dengan tayangan televisi dan
film pahlawan yang berasal dari negara lain. Ketika tumbuh dewasa ilustrasi tokoh
pewayangan tidak dapat dikenali karena telah terputus rantai kebudayaan dan
tradisinya dengan generasi orang tuanya.
Upaya pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional yang merupakan
kebudayaan nasional dan telah tertuang dalam pasal 32, Undang-Undang Dasar
1945 baiknya didukung oleh masyarakat. Masyarakat dapat memberikan apresiasi
dan penghargaan kepada pemain. Akan tetapi bila dukungan masyarakat
diinterpretasikan dalam bentuk komersialisasi seni maka pemain diberikan
penghargaan dalam bentuk penghasilan yang semestinya. Kasus ini ditemukan
diberbagai pementasan yang dilakukan event organizer dengan wisatawan
mancanegara. Pendapatan yang diperoleh event organizer jauh lebih besar dan
hanya sebagian kecil yang diberikan kepada para pemain. Kondisi ini jauh dari
penghargaan dan bentuk apresiasi dukungan sesuai pasal 32, Undang-Undang
Dasar 1945. Seiring perkembangan zaman masyarakat sulit mencerna hiburan
pewayangan, sekarang lebih menyukai hiburan ekspresif dan mudah dicerna. Maka
92
bentuk komersialisasi seni pewayangan dengan ide baru memberikan daya tarik dan
menjadi pilihan. Berbagai modifikasi sesuai pesanan pada waktu yang dipersingkat
dan tema teraktual sehingga kaidah yang semestinya berubah menjadi dialog
pesanan tanpa mempertahankan sastra pendalangan.
Analisis Pustaka
Penelitian ini memaparkan gejala sosial perubahan eksistensi Wayang
Wong Panggung Purawisata. Fenomena di masyarakat dapat pula disebut sebagai
faktor perubahan sosial budaya. Faktor perubahan sosial budaya tersebut dapat di
sebut juga sebagai faktor yang nantinya mempengaruhi upaya komodifikasi seni
pertunjukan Wayang Wong Panggung Purawisata. Upaya komodifikasi budaya
juga dianggap sebagai bentuk pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional
yang menyesuaikan permintaan zaman. Namun yang takterhindarkan pula berbagai
dampak yang terjadi dari komodifikasi Wayang Wong Panggung Purawisata.
Dampak tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni dampak dampak budaya
seperti halnya perubahan pesan nilai ajaran kehidupan dan dampak sosial ekonomi.
5
Judul
Nama Penulis
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Nama Jurnal
Volume (Edisi) hal
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
:
:
:
Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan
Taryati
2007
Jurnal
Digital
Taryati
Jurnal Sejarah dan Budaya
Vol. 2 (No.4), Hal : 291-297
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/
wp-content/uploads/sites/37/2014/06/Jantra_Vol._II_
No._4_ Desember_2007.pdf
Tanggal diunduh
: 9 November 2014
Ringkasan Pustaka :
Pada era globalisasi dengan berbagai kemajuan teknologi, komunikasi dan
transportasi memudahkan manusia memenuhi kebutuhan. Kebutuhan
keingintahuan, mobilisasi, mencari nafkah dan juga pariwisata. Fenomena ini
sejalan dengan pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan dan Instruksi Presiden
Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969, Bab II tertuang tujuan kepariwisataan.
Keberadaan sektor pariwisata memiliki keuntungan harapan secara tidak langsung
seperti memperjelas bias pandangan internasional terhadap bangsa,
mengembangkan jiwa entrepreneurship industri pariwisara dan meningkatkan
ekspor produk dalam negri. Maka dari itu pengelola pariwisata penting memahami
faktor-foktor yang dapat menarik wisatawan. Menurut Manggolo HA, tiga faktor
yang menjadi fakto penarik wisatawan yaitu 1) obyek wisata memiliki atraksi yang
khas (something to see), 2) tersedia fasilitas olahraga dan rekreasi (something
todo), 3) fasilitas berbelaja barang khas (something to buy). Faktor-faktor tersebut
akan lebih mudah dilengkapi bila terjadi sinergi antara terpadu antara pemerintah,
swasta dan masyarakat lokal yang terlibat aktif dalam pengembangan pariwisata.
Setiap kegiatan pembangunan khususnya pembangunan melalui
kepariwisataan pasti memiliki dampak. Kontraversi pembangunan kepariwisataan
antara dampak positif kesejahteraan masyarakat dan dampak negatif dari
102
meluluhnya nilai budaya. Kondisi ini deipengaruhi tingkat kemajuan dan kesiapan
menghadapi kehadiran pariwisata beserta ekses negatif yang menyertainya.
Dampak negatif pariwisata mempengaruhi aspek kehidupan penduduk sekitar,
kebudayaan, lingkungan. Aspek kebudayaan seperti berubahnya nilai-nilai sakral
budaya masyarakat berubah menjadi nilai tontonan, penularan penyakit, pelecehan
moral, dan dominasi budaya asing terhadap budaya masyarakat lokal. Maka untuk
meminimalisasi dampak negatif tersebut pemerintah telah mengeluarkan peraturan
yang tertuang pada Undang-Undang Kepariwisataan pada Bab III pasal 6 yang
berbunyi sebagai berikut: “Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan
dengan memperhatikan; a) kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan
perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya; b) nilai-nilai agama,
adatistiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; c)
kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; d) kelangsungan usaha pariwisata
itu sendiri”. Menghindari kontraversi tersebut diarahkan sesuai potensi yang
dimiliki daerah tersebut. Pengembangan pariwisata berarti pula pengembangan
budaya, pariwisata harus mendukung keberadaan, eksistensi serta substansi dari
kebudayaan itu sendiri. Sehingga baiknya dampak negatif di antisipasi dan
dicarikan solusi yang terbaik sedangkan dampak positif perlu diukung dan
dikembangkan.
Analisis Pustaka
Jurnal ini membahas beberapa kebijakan kepariwisataan Indonesia yang
mendukung pelaksanaan pembangunan pariwisata berbasis budaya Indonesia.
Dipaparkan pula kemungkinan dampak positif dan dampak negatif dari
pengembangan pariwisata budaya berdasarkan pengalaman yang ada. Dampak yang
timbul dapat diklasifikasikan menjadi dampak pada ekonomi, sosial budaya dan
lingkungan. Secara umum dampak positif lebih condong pada aspek ekonomi
sedangkan dampak negatif lebih mengarah pada aspek sosial budaya dan
lingkungan. Sesuai dengan judul jurnal, sangat sulit menyatukan tujuan
pengembangan pariwisata budaya yang kontraversi antara bidang ekonomi dan
pelestarian budaya. Aspek perlindungan budaya umumnya akan terkesampingkan.
6
Judul
: Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi
Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali
Nama Penulis
: I Wayan Ardika, Ni Luh Sutjianti B, I Nyoman Dhana
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Alamat URL
: http://jurnal.isidps.ac.id/index.php/mudra/article/viewFile/ 1103/pdf
Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka :
Jurnal ini mengangkat tema tentang dampak pariwisata budaya. Berlokasi di
Desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Desa Tenganan Pegringsingan, Bali memiliki
keunikan kondisi geografis wilayah dan sistem kebudayaan yang menjadi daya
tarik tersendiri bagi wisatawan. Sehingga dapat dikembangkan sebagai desa
pariwisata berbasis warisan budaya dan ekonomi kreatif. Adanya aktivitas
pariwisata membuahkan dampak yang baik maupun buruk. Dampak baiknya
2
11
terkaiit peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pelestarian budaya
masyarakat. Disisilain dampak buruk akibat komodifikasi budaya. Penelitian ini
diulas menggunakan metode penelitian metode deskripstif analisis.
Desa Tenganan Pegringsingan, Bali merupakan desa yang unik. Letak
geografisnya seperti terkurung dan memiliki banyak pintu karenadikelilingi desadesa lain yang berbatasan dengan Desa Tenganan Pegringsingan. Keunikan tata
wilayah desa berciri dari kebudayaan zaman batu megalitik. Salah satu
keunikannya yakni jalan yang luas berundak-undak dari batu kali yang disebut
awangan. Hal ini mengharuskan wisatawan berjalan dan tidak diperkenankan
membawa kendraan saat memasuki wilayah desa. Perubahan fungsi bangunan
terjadi semenjak perkembangan pariwisata. Selain komodifikasi budaya hal lain
yang berubah adanya modifikasi fungsi bangunan. Modifikasi bangunan berubah
karena dulunya bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat upacara agama
berganti menjadi lokasi berjualanrya barang-barang khas ka masyarakat. Keunikan
lainnya terletak pada sejarah adanya Desa Tenganan Pegringsingan yang sarat akan
mitos magis, aktivitas ritual upacara pengorbanan darah. Hasil karya penduduk
desa yakni menenun kain pegringsingan dan kain geringsing dianggap memiliki
nilai etnis, magis dan menungjukkan status sosial bagi pemakainya. Seluruh
aktivitas budaya seperti menenun, menganyam keranjang, menulis naskah prasi
tetap dipertahankan. Sebab selain sebagai aktivita tradisi budaya, tujuan lainnya
yakni pemasukan usaha ekonomi kreatif dan juga daya tarik wisata.
Pariwisata berbasis warisan budaya memberikan manfaat bagi komunitas
Desa Tenganan Pegringsingan dan wisatawan. Manfaat yang diterima komunitas
yakni manfaat ekonomi, sosial dan budaya. Secara ekonomi masyarakat dapat
mengekspresikan karya seni dan kerajinannya untuk dijual, dan juga dari aspek
budaya sejarahnya, tradisi dan adat istiadat dapat dipertahankan melalu kegiatan
pariwisata. Masyarakat juga sangat menjunjung tinggi kearifan lokalnya selain
untuk menjaga lingkungan juga sebagai aset budaya dan bahan baku alami setiap
karya seni mereka. Bagi wisatawan memperoleh manfaat berupa bertambahnya
pengetahuan budaya dari komunitas Desa Tenganan Pegringsingan. Pengaruh
komodifikasi budaya tersebut memili dua dampak positif dan negatif. Dampak
positif yang terlihat seperti yang telah dipaparkan pada manfaat peningkatan
penghasilan ekonomi khususnya melalui ekonomi kreatif karya dapat semua yang
berkaitan dengan aktivitas tradisi. Aktivitas tradisi yang dilakukan untuk
pelestarian tradisi dan adat istiadat sebagai identitas komunitas. Namun dampak
negatif juga tidak luput dari komodifikasi budaya. Orientasi ekonomi mendominasi
pada aktivitas masyrakat, bangunan dialihfungsikan, kesenian dan kerajianan,
semua itu menjadi komoditas untuk dijual kepada wisatawan.
Analisis Pustaka
Faktor yang berpengaruh adalah kegiatan pariwisata berbasis warisan
budaya atau dapat disebut sebagai tindakan komodifikasi. Beberapa penelitian yang
menjadikan komodifikasi sebagai faktor pengaruh pasti memaparkanpula dampak
kegiatan pariwisata sebagai faktor yang dipengaruhi. Sepertihalnya aspek ekonomi
selalu sesuai dengan tujuan dan menjadi manfaat atau dampak positif. Kemudian
aspek sosial budaya menjadi korban dampak negatif dari komodifikasi budaya.
Namun ulasan pengertian ini sedikit berbeda dimana aspek budaya menjadi dampak
positif. Sepertihalnya aktivitas kebudayaan masyarakat yang menjadi komoditas
utama pariwisata sekaligus sebagai upaya pelestarian tradisi. Dalam hal ini terdapat
122
hal yang menarik untuk ditelaah mendalam yakni sejauh mana generasi muda
memperoleh pemahaman yang baik mengenai pewarisan tradisi yang dilakukan
oleh generasi yang lebih tua. Apakah esensi berbeda -orientasi budaya berubah
menjadi orientasi ekonomi komersil- mampu mewariskan pemahaman tradisi
budaya sesuai dengan nilai-nilai sebenarnya dari kearifan lokal budaya tersebut.
7
Judul
: Sociocultural Impacts of Tourism on the Local
Community in Petra, Jordan
Tahun
: 2011
Jenis Pustaka
: Jurnal
Bentuk Pustaka
: Elektronik
Nama Penulis
: Sami Ahmad Alhasanat dan Ali Salem Hyasat
Nama Jurnal
: Jordan Jounal of Sosial Sciences
Volume (Edisi), Hal : Vol. 4 (No. 1), 144-158
Alamat URL
: http://www.borjournals.com/a/index.php/jbmssr/arti
cle/view/1626
Tanggal diunduh
: 20 Oktober 2014
Ringkasan Pustaka :
Penelitian ini membahas mengenai persesi dampak sosial berdasarkan status
pendidikan serta manfaat yang diperoleh dan konsekuensi positif mau pun negatif
dari kegiatan pariwisata. Terdapat perbedaan kelas sebagai perbandingan persepsi
yakni kelas yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah. Ditemukan
bahwa kelas berpendidikan rendah berpresepsi positif terhadap adanya pariwisata
dari pada kelas berpendidikan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk 1)
mengidentifikasi dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, 2)
Mengevaluasi kritik dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, dan
3) Menentukan rekomendasi khusus untuk meningkatkan kesadara pemerintah,
masyarakat lokal dan wisatawan terhadap dampak sosial budaya pariwisaata pada
masyarakat Petra. Metode penelitian kuantitatif, pengumpulan data melalui metode
survei random sampling menggunakan kuesioner, pengumpulan data disebar pada
500 kuesioner yang dilakukan di lima daerah di wilayah Petra, Yordania.
Mengunakan analiss deskriptif dan analisis data hasil yang didukung kajian
literatur.
Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data variable karakteristik individu
status gender, tingkat pendidikan dan asal daerah tujuan wiasata, status pekerjaan.
Dijelaskan bahwa range usia yang aktif dalam kegiatan pariwisata adalah usia
produktif 18-30 tahun. Range usia tersebut peran gender perempuan sama baiknya
dengan laki-laki untuk berpartisipasi di bidang pariwisata namun kesempatan yang
sama tidak terlihat untuk perempuan yang lebih dari 31 tahun. Pada level
pendidikan ditemukan pada hampir 57% penduduk usia muda mengalami putus
sekolah dan memilih untuk bekerja. Di sektor area demografi penduduk, wilayah
tujuan utama wisata memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi. Hal ini
dipengaruhi semakin dekat denga daerah utama tujuan wisata memiliki peluang
kesempatan bekerja lebih besar.
Berdasarkan analisis deskriptif dipaparkan sikap masyarakat terhadap
pariwisata beragam sesuai ketergantungan pada industri pariwisata dan demografi.
Ditemukan orang yang berpendidikan rendah lebih bersikap positif terhadap
industri pariwisata, sebab mereka umumnya tidak memiliki matapencaharian lain.
2
13
Terdapat batasan peran gender bekerja dalam industri pariwisata sesuai nilai sosial
budaya dan agama yang dijunjung tinggi. Perempuan mendapat porsi yang sedikit
berkecimbung didunia pariwisata karena kepercayaan mereka mengenai moral
agama Islam melarang perempuan dan laki-laki dilaranng bekerja bersama-sama
(Hejazee, 2007) Kondisi ini tercermin pada penduduk perempuan usia diatas 30
tahun. Karena perubahan moral generasi musa umumnya generasi muda yang
mendominasi bekerja di industri pariwisata. Dampak yang ditimbulkan dari
kegiatan pariwisata diantranya dampak positif seperti pada aspek ekonomi
tersedianya lapangan kerja bidang pariwisata, pendapatan meningkat, kemampuan
berbahasa asing, peluang berinvestasi dan secara sosia terjadi interaksi
intrakomunitas masyarakat lokal. Dampak negatif yang terjadi yakni menurunnya
moral generasi muda akibat pengaruh budaya yang dibawa wisatawan, kemudahan
mengakses sumberdaya pariwisata menjadikan generasi muda lebih tertarik untuk
bekerja dari pada melanjutkan pendidikan
8
Judul
Nama Penulis
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Alamat URL
:
:
:
:
:
:
Tourism and The Commodification of Urban Culture
Sussan S. Fainstein
2007
Jurnal
Elektronik
http://www.urbanreinventors.net/2/fainstein/fainstein
urbanreinventors.pdf
Tanggal diunduh : 23 September 2014
Ringkasan Pustaka :
Pada penelitian ini dilatarbelakangi kondisi maraknya penggunaan industri
pariwisata sebagai strategi pengembangan wilayah oleh perencana kota.
Dipengaruhi asumsi bahwa kota dianggap memiliki kompetisi yang lebih dari pada
pinggir kota sebab kota memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memiliki
tingginya mobilisasi kunjungan bisnis. Maka dari itu industri pariwisata melilihat
kota memiliki sasaran wisatawan secara ekonomis. Didukung dengan adanya
globalisasi dunia yang berdampak pada meningkatnya perjalanan bisnis yang
merupakan keharusan bagi pelaku bisnis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa
hubungan kebijakan industri pariwisata pemerintah dengan jenis pariwisata
perkotaan serta mengidentifikasi sebab budaya lokal terhadap variasi pariwisata
perkotaan.
Hasil yang diperoleh dari penelitian mengemukakan definisi wisatawan
menurut World Tourism Organization dari PBB, turis adalah setiap orang yang
melakukan perjalanan lebih dari 50 km dan tetap dalam semalam, termasuk orang
yang pergi untuk sejumlah alasan yang berbeda. Pada era globalisasi
mempengaruhi prilaku perjalanan manusia dan prilaku berwisata. Perjalanan yang
dilakukan orang kesuatu tempat tidak hanya untuk tujuan berwisata, rekreasi namun
juga untuk tujuan perjalannan lain yang lebih serius. Dinyatakan bahwa rekreasi
adalah untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan hidup karena kebanyakan
pengunjung tidak datang pada tujuan wisata serius seperti wisata antropolog atau
sosiolog. Sehingga orang dengan tujuan berpergian serius kadang kala
menyempatkan waktu dalam perjalanannya untuk berrekreasi.
Menurut jenis wisatawan terdapat jenis pariwisata yakni pariwisata secara
umum untuk semua segmen wisatawan atau untuk sasaran masyarakat umum ada
2
14
pula pariwisata fragmentasi. Fragmentasi dimaksudkan pada pembagian kelas dan
budaya. Pariwisata fragmentasi kelas dikhususkan sesuai kelompok sosial pada
sasatan tertentu sedangkan fragmentasi budaya khusus pada wisatawan dengan
preferensi berwisata untuk mencari perbedaan budaya. Terdapat tiga jenis kota
wisata dalam buku The Tourist City yakni pertama Resor kota yakni kota yang
dijadikan sebagai konsumsi pengunjung. Kedua Kota Dikonversi yakni kota yang
membangun infrastruktur untuk tujuan menarik pengunjung. Ketiga Kota Dibangun
kota yang diperuntukkan untuk pengunjung bukan untuk warganya karena
pembangunan tidak merata. Keempat Kota Sejarah adalah kota yang memiliki
monumen bersejarah asli, sehingga membutuhkan pemandu wisata untuk
menyampaikan pengetahuan pada wisatawan. Keberadaan bangunan bersejarah
dimanipulasi dan dibangkitkan sebagi upaya menarik atas dasar budaya. Beberapa
faktor yang dapat menarik wisatawan adalah lembaga, aturan dari industri
pariwisata global. Selain itu kota wisata juga harus mencerminkan realitas politik
lokal atau budaya lokal yang mampu memasarkan keragaman. Serta disediakannya
lingkungan untuk industri hiburan.
Maka perlu upaya pengelola pariwisata untuk menarik perhatian wisatawan
dan mengontrol pengunjung melalui ekonomi, tata ruang dan budaya non
penduduk. Juga pentingnya menjadikan kota sebagai destinasi pariwisata sehingga
perlu menjadikan budaya menjadi komoditas. Sebab perkotaan bergantung pada
industri tradisional, kota menjual budaya; Pergeseran ekonomi (konsekuensi
rekonstruksi ekonomi dunia), sosial dan budaya; budaya memiliki aspek mitologis.
Upaya menjadikan budaya sebagai komoditas akan dapat membentuk citra kota
namun khusus untuk pariwisata untuk semua kalangan komodifikasi yang
dilakukan tanpa perlu membedakan kelas dan tanpa menghancurkan pusaka budaya
atau bangunan masyarakat setempat. Sampak secara aspek ekonomi terjadi pada
desentralisasi produksi, meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, peluang
usaha industri pariwisata, meningkatkan peluang tenaga kerja serta dapat
menghasilkan pendapatan asli daerah setempat. Disisi lain keberadaan daerah yang
memiliki destinasi pariwisata terjadi beberapa perubahan yakni daerah tersebut
akan diubah menjadi rezim perkotaan, adanya upaya menjaga keamanan untuk
warga atau keamanan untuk pengunjung, pandangan stereotype sasaran wisarawan
mengenai pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan untuk berwisata dilihat dari
kelas ekonomi wisatawan. Dari perubahan tersebut maka jenis regulasi dalam
industri pariwisata yang harus diberlakukan : 1. regulasi kota untuk melindungi
turis dan dari kota untuk kepentingan pengunjung, 2. regulasi pengunjung untuk
melindungi kota dan 3. regulasi tenaga kerja.
Analisis Pustaka
Penelitian ini membahas faktor yang mempengaruhi kebijakan membentuk
sebuah kota menjadi kota pariwisata. Pada era globalisasi khususnya daerah
perkotaan, pembentukan pariwisata dipengaruhi oleh aktivitas. Dinyatakan bahwa
pengaruh globalisasi mempengaruhi strategi pada industri pariwisata. Strategi
pariwisata salah satunya menentukan peruntukan aset wisata melalui komodifikasi
budaya atau pemilihan jenis pariwisata umum dan pariwisata fragmentasi (budaya
dan kelas) strategi komodifikasi budaya.
152
9
Judul
Tahun
Jenis Pustaka
Bentuk Pustaka
Nama Penulis
Kota dan
Penerbit
Alamat URL
: Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota
Medan : Sebuah Kajian Budaya
: 2003
: Disertasi
: Elektronik
: Asmyta Surbakti
: Bali, UniversitasUdayana
: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14
303&val=963&title=
Tanggal diunduh : 29 September 2014
Ringkasan Pustaka:
Penelitian ini dilatar belakangi oleh perubahan perkembangan
pembangunan Kota Medan. Kota dengan citra Paris van Sumatra yang kaya akan
bangunan bersejarah dirombak menjadi bangunan modern baru demi semangat
peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)-nya.Upaya perlindungan masyarakat
selaku pemilik kebudayaan mengalakkan isu pelestarian lewat konsetvasi dan
pengembangan pariwisata diabaikan pemerintah. Kondisi ini menyebabkan
diskursus-hegemoni pemerintah yang berhadapan dengan diskursus konta
hegemoni masyarakat.
Melalui metode kualitatif, format pengumpulan data, dan strategi
analisis datanya bersifat deskriptif-kualitatif. Sumber data terdiri atas data primer
yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi partisipasi dan metode
penelitian berganda sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi. Hasil
analisis disajikan secara informal melalui deskripsi induktif-analitik.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap antara
diskursus modernitas pembangunan pemerintah dengan diskursus kontra-hegemoni
masyarakat terhadap perlakuan penghancuran dan mengalih fungsikan bangunan
bersejarah atau pusaka budaya di Kota Medan. Pemerintah melalui kekuasaanya
dan pelaku usaha melalui modal usahanya bekerja sama meningkatkan
pembangunan daerah kapitalistik modern dengan pembangunan bangunan baru
seperti pusat perbelanjaan sehingga muncul politik ekonomi instan. Kondisi ini
mengakibatkan Kota Medan mengalami komodifikasi pariwisata. Tentu
mengancam pustaka budaya dapat berdampak pada hilangnya identitas dan sejarah
Kota Medan seperti fisik arsitektural maupun keadaan sosial, ekonomi, dan budaya
masyarakat setempat. Gerakan pelestarian budaya pembangunan pariwisata yang
dilakukan masyarakat dan elemen sipil kota berupaya untuk menjadikan pusaka
budaya sebagai modal ekonomi. Menurut Surbakti A (2004) pusaka budaya
memiliki nilai berupa ektetika, informasi atau ilmu pengetahuan, asosiasi atau
simbolis dan ekonomi. Sehingga melalui memahami nilai pusaka, kajian budaya
dan konservasi, pusaka budaya dapat dikembangkan menjadi pariwisata
postmodern yang nantinya Kota Medan dapat menjadi tour city.
Analisis Pustaka
Dapat disimppulan bahwa perlu adanya komunikasi dan kesepahaman
antar aktor pembangunan sehingga tujuan pembangunan dari berbagai pihak secara
efektif dapat terwujud melalui kerjasama yang teringrasi. Dalam kasus
pembangunan pariwisata Kota Medaan beberapa aktor yang terlibat yakni
pemerintah, pengusaha, masyarakat dan elemen masyarakat sipil lainya memiliki
162
dua tujuan pembangunan pariwsata yang berbeda. Harusnya pemerintah sebagai
pelayan masyarakat dan pengusaha dapat secara adil dan tepat memandang
keberlanjutan dari pembangunan yang dilaksanakan dan tidak terlepas dari sejarah
dan identitas Kota Medan sendiri. Sesuai dengan konsepsi Perlas (2003) Arsworth
dan Tunbridge (1990),terdapat empat pilar (fourfolding) pengembangan pariwisata
pusaka budaya yakni masyarakat, pemerintah, industri pariwisata, dan bangunan
bersejarah itu sendiri. Keempat pilar tersebut sangatlah penting integrasinya dalam
pembangunan pariwisata.
10
Judul
: Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya :
Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk
Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using
Nama Penulis
: Muhammad Hadi Makmur dan Akhmad Taufiq
Tahun
: 2013
Jenis Pustaka
: Laporan Penelitian
Bentuk Pustaka
: Digital
Alamat URL
: http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/1234567
89/57794/muhammad%20hadi%20makmur_hb_bopt
n_101.pdf?sequence=1
Tanggal diunduh : 29 September 2014
Ringkasan Pustaka :
Latar belakang ini didasarkan latar belakang adanya perubahan sistem
pemerintahan. Berpengaruh pada perubahan pengelolaan dan pelestarian budaya
bangsa khususnya dalam kasus ini pengaturan otonomi darah Kabupaten
Banyuwangi. Status pemerintah daerah selaku aktor pengatur otonomi daerah
berperan pula sebagai fasilitator, dinamisator dan koordinator dalam pelestarian
budaya. Sedangkan aktor lainya masyarakat lebih berperan dalam upaya pelestarian
budaya. Kebijakan pengembangan dan pelestarian budaya sangat membutuhkan
kemandirian fisikal guna meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah). Kondisi ini
seringkali dijadikan obyek sasaran kepentingan elit ekonomi, penguasa sebagai
upaya pencitraan dimata publik. Kekhawatiran bias dan dikesampingkannya
kebijakan pelestarian budaya akibat introduksi kepentingan penguasa. Tujuannya
yakni pentingnya memahami wacana, program dan strategi kebijakan yang akan
diusung dalam pengembangan dan pelestarian pariwisata budaya khususnya Using.
Penelitian studi kasus di Kabupaten Banyuwangi memiliki subyek dan
obyek penelitiannya berupa kebijakan pemerintah daerah dalam melestarikan dan
mengembangakan budaya lokal. Dijabarkan secara diskriptif-kualitatif dengan
analisis trianggulasi melalui metode pengamatan, wawancara, dokumentasi dan
studi kepustakaan. Data dianalisi dengan menggunakan teknik analis interaktif
model milles & Huberman, teknik ini menurut Sugiono,(2008). dimulai dari reduksi
data (data reduction), penyajian data (data display), dan Penariakn
kesimpulan/verivikasi (conclusion drawing/verification).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seni dan tradisi budaya Using telah
menjadi perhatian dan agenda penting kebijakan pemerintahan daerah kabupaten
Banyuwangi. Melalui pengembangan dan pelestarian Kebudayaan, budaya dan seni
tradisi masyarakat Banyuwangi dikemas tidak saja untuk kepentingan ekonomi,
tetapi juga menjadi arena dialektika wacana kebijakan kebudayaan. Muncul dan
berkembang tiga wacana dalam kebijakan kebudayaan di wilayah kabupaten
2
17
Banyuwangi, yaitu rehabilitasi dan kontrol kebudayaan, pembentukan identitas
utama atau pusat kebudayaan dan re-identitas dan promosi kebudayaan. Terdapat
tiga strategi dan program yang telah dijalankan yakni pertama pengembangan
pendidikan seperti pengenalan budaya pada generasi muda, menjadikan masyarakat
memiliki keterampilan seni, bahasa lokal Using dijadikan muatan lokal di sekolah,
mempublikasikan bahasa Using melalui buku cetak, majalah dan sebagainya.
Kedua, pembangunan simbol atau situs dan penyiaran melalui membangun
identitas daerah yang tercermin pada pembangunan patung kesenian
dandibentuknya desa budaya. Ketiga, pementasan dan pagelaran karya kebudayaan
lokal dengan kegiatan membangun fantasi, citra dan promosi kebudayaan yang
dapat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi-kunjungan wisata-ke daerah.
Strategi ini dilakukan melalui program kegiatan seperti perekaman dan penyiaran
lagu-lagu daerah (Using), Pekan dan festival Budaya, Pekan berbusana Using, dan
menjadikan desa Kemiren sebagai Desa Wisata Adat Using. Berbagai kegiatan
tersebut sesuai denga pendapat Effendy dan Anoegrajekti ( 2004) bahwa strategi
kebudayaan juga bisa berfungsi menjadi alat mobilisasi kepentingan politik, dimana
kebudayaan yang berkembang dalam komunitas digunakan ataupun dilaksanakan
bukan hanya didasarkan pada nilai esensi yang terkandung didalamnya melainkan
efektifitasnya dalam menghimpun massa desa Kemiren sebagai Desa Wisata Adat
Using.
Analisi Pustaka
Penelitian ini menjelaskan bahwa pemerintah Banyuwangi memiliki
berbagai tujuan seperti halnya pendidikan, pembentukan identitas, promosi
kebudayaan dan lainnya. Untuk mencapau seluruh tujuan tersebut kemudian
dipadukan dalam strategi pariwisata dalam bentuk komodifikasi budaya Using.
Komodifikasi budaya tidak dilakukan seragam namun dilakukan menyesuaikan
tujuan masing-masing. Strategi ini sangat efektif sehingga dapat mempengaruhi
suksesnya program kerja Pemda Banyuwangi. Salah satu indikator suksesnya
porgram dapat dilihat dari efektifitas menghimpun massa.
11
Judul
: Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika
Sosial Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu,
Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor)
Tahun
: 2014
Jenis Pustaka
: Tesis
Bentuk Pustaka
Cetak
Nama Penulis
: Melly Amalia
Kota Penerbit
: Bogor, Institut Pertanian Bogor
Ringkasan Pustaka :
Latar belakang tesis ini dibukanya sektor pariwisata Puncak Kabupaten
Bogor. Dampaknya terjadi perputaran uang yang tinggi dan cepat sehingga
pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Kondisi ini menjadikan Desa Tugu yang
awalnya memiliki sektor produktif dari pertanian berubah pada sektor pariwisata.
Perubahan ini sebab yang paling mendasar adalah kedatangan turis Arab di Desa
Tugu sehingga memberikan dampak terhadap dinamika sosial ekonomi komunitas.
Secara umum perubahan aspek sosial yang terjadi adalah keberadaan turis
berpengaruh pada norma dan nilai komunitas. Dari aspek ekonomi yakni
182
terbukanya peluang usaha dan kerja bagi komunitas. Perubahan kedua aspek ini
menimbulkan dibukanya usaha-usaha negatif oleh masyarakat umum. Maka tesis
ini mengemukakan permasalah mengenai 1) proses dinamika norma dan sikap
komunitas terhadap keberadaan turis Arab, 2) proses dinamika komunitas dan
jaringan ekonomi yang terbentuk, dan 3) peranan gender pada sektor kerja
produktif. Menggunakan pendekatan kualitatif dan data kuantitatif. Teknik
pengumpulan data berdasarkan wawancara mendalam dan kuesioner.
Konsep yang digunakan yakni mengenai konsep-konsep pariwisata,
dinamika sosial ekonomi, nilai, norma, sikap, nafkah masyarakat pedesaan, jaringan
sosial-ekonomi, posisi-peran gender khususnya perempuan. Dinyatakan bahwa
dinamika sosial ekonomi merupakan bentuk perubahan sosial pada aspek
kehidupan masyarakat. Pada perubahan kebudayaan menurut Sumarjdan (1974)
perubahan kebudayaan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga
kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya
termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompokkelompok masyarakat. Pada norma memiliki kekuatan yang mengikat. Soekanto S
(1982) menyatakan tingkatan norma yakni cara, kebiasaan, tata kelakuan dan adat
istiadat. Sedangkan sikap yang dimunculkan dipengaruhi norma yang berlaku.
Menurut Thurstone (1946) merupakan tingkat kecendrungan yang positif atau
negatif dan berhubungan dengan obyek psikologi. Tiga komponen pada sikap yakni
kognitif, afektif dan konatif.
Hasilnya mengungkapkan perkembangan pariwisata Puncak memberikan
dampak positif bagi komunitas Desa Tugu. Sikap positif menimbulkan hubungan
kerja yang baik antara komunitas dan turis. Pada konteks ini hubungan kerja
misalkan pekerja seks komersial (psk) tidak berpengaruh terhadap hubungan
pribadi. Sikap yang dimunculkan pada hubungan pribadi sampai pada tahap
annoyance dan atagonisme. Perubahan ekonomi komunitas berawal dari perubahan
fungsi lahan dari lahan pertanian yang diperuntukkan pada sektor pendukung
pariwisata. Kemudian merubah pola aktifitas nafkah komunitas yang bergeser
menjadi pelaku pariwisata. Peluang usaha seperti home stay, vila, travel agent,
restorant dan lainya. Kondisi ini memunculkan adanya jaringan-jaringan yang baru.
Jaringan ekonomi dan jaringan sosial. Jaringan ekonomi terkait jaringan kerja dan
jaringan sosial seperti dibentuknya Gerakan Masyarakat Sampay sebagai organisasi
yang mewadahi usaha-usaha mereka. Jaringan ini dipengaruhi hubungan
kekerabatan dan norma yang terbangun adalah sistem kepercayaan. Pada
pembahasan peran gender, perempuan Desa Tugu mendapatkan kesempatan yang
sam dengan laki-laki. Pembagian kerjanya menyesuaikan norma yang dianut
masyarakat. Peran perempuan di sektor domestik, sosial dan produktif. Secara
umum pada kerja produktif perempuan mengarah pada pekerjaan yang setipe
dengan pekerjaan domesti namun lebih unggul pendapatannya dari pada laki-laki.
Berdasarkan hasil tesis ditemukan keterkaitan antaran datangnya turis
terhadap dampak sosial ekonomi komunitas. penerimaan komunitas atas datangnya
turis Arab. Penerimaan lebih ke arah positif dipengaruhi pola kunjungan turis
Arab. Turis yang hadir memiliki kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kondisi ini
dijadikan peluang bagi komunitas Desa Tugu untuk mengembangkan usaha
dibidang jasa pemenuhan sandang, pangan dan papan serta dapat membuka
lapangan pekerjaan yang baru. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peluang
kerja adalah jaringan kekerabatan, tingkat partisipasi, peran gender dalam kerja
produktif tersebut.
192
Analisi Pustaka
Pada tesis ini dijabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika sosial
ekonomi, khususnya faktor yang mempengaruhi dinamika sosial yaitu norma dan
sikap. Norma dan sikap pada teorinya merupakan kesatuan konsep sistem sosial
namun salah satu sub konsep dari sistem sosial variable yang belum diteliti adalah
pola pikir.
12
Judul
: Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap
Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta
Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok
Barat Propinsi NTB)
Tahun
: 2001
Jenis Pustaka
: Tesis
Bentuk Pustaka
Cetak
Nama Penulis
: Sitti Hilyana
Kota Penerbit
: Bogor, Institut Pertanian Bogor
Ringkasan Pustaka:
Latar belakang tesis ini adalah tesis ini mengamati perubahan karakteristik
kultural dan struktural setelah adanya pengembangan pariwisata di kawasan wisata
bahari Lombok Barat propinsi NTB. Lombok Barat merupakan salah satu kawasan
yang memiliki potensi pariwisata Indonesia. Pemerintah NTB menetapkan Lombok
Barat sebagai salah satu dari 15 kawasan wisata potensial yang tertuang dalam
Keputusan Gubernur No 9 tahun 1989. Tujuan baik untuk meningkatkan kondisi
ekonomi kesejahteraan masyarakt lokal. Permasalahannya terletak pada kondisi
masyarakat yang hingga saat ini tidak memiliki aset produktif di sektor pariwisata
karena masih mendominasi manjadi karyawan. Sebab perlunya modal yan tidak
sedikit dalam sektor pariwisata. Hal ini memungkinkan masyarakat lokal semakin
terpinggirkan. Maka tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik
masyarakat lokal dikawasan wisata bahari Kabupaten Lombok Barat, mengetahui
sikap dan persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata bahari dan
mengetahui dampak pengembangan wisata bahari terhadap transformasi kultural
dan struktural masyarakat lokal.
Variable yang diamati karakteristik masyarakat, sikap dan persepsi
masyarakat dalam program pengembangan pariwisata, aspek stuktural dan aspek
kultural. Aspek kultural terdiri dari orientasi budaya, dimensi moral dan etika,
norma sosial dan ikatan adat istiadat. Menggunakan metode survei, transformasui
kultural dijelaskan secara deskriptif sedangkan transformasi struktural dianalisis
dengan uji t-student. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan. Secara
kultural pergeseran yang terjadi tidak signifikan. Sedangkan secara struktural
perubahan yang terjadi pada perubahan matapencaharian, diversifikasi lapangan
kerja dan usaha, peningkatan pendapatan, aksesibilitas pendidikan, dan sarana
prasarana pelayanan publik lainnya. Faktor persepsi menunjukan secara umum
masyarakat setuju dikembangkannya pariwisata. Sedangkan sebagian kecil yang
tidak setuju sebab tidak adanya akses mendapatkan manfaat dan kekhawatiran
rusaknya ekosistem akibat aktivitas pariwisata. Masyarakaat dengan persepsi yang
positif dinyatakan dalam sikap untuk turut berkembang dalam sektor pariwisata.
Didukung dengan memiliki akses, jaringan terhadap sektor pariwisata dan
keterampilan yang dimiliki. Pengaruh secara kultural tidak begitu terlihat nyata
2
20
sebab kuatnya peran tokoh masyarakat yang dapat mengontrol kehidupan sosial
masyarakat. Namun dampak negatif yang terlihat seperti gaya hidup, etika
pergaulan yang mulai berubah dan bertentangan dengan dengan nilai moral
masyarakat setempat.
Analisis Pustaka
Kritik pada tesis ini adalah pada bagian kesimpulan, tesis ini menyimpulkan
analisa dibedakan berdasarkan point. Format point menyimpulkan setiap analisa
berdasarkan konsep masing-masing. Sehingga tidak dapat menyimpulkan hubungan
antara analisa persepsi masyarakat terhadap pariwisata dengan analisa perubahan
nilai budaya masyarakat.
2
RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN
Pariwisata Budaya
Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan
untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan
atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat,
kebiasaan dan adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka.
Melalui konsep pariwisata budaya kedua aspek budaya dan pariwisata (orientasi
ekonomi) dapat berlakunya simbiosis mutualisme.
Tabel 1 Perbandingan konsep pariwisata budaya berdasarkan jurnal tahun 2007-2011
No
1
2
3
4
Pengarang
Pariwisata Budaya
Pariwisata budaya bertumpu pada potensi budaya dan dapat saling
Ruastiti
mengisi dan menikmati keuntungan dari budaya dan ekonomi.
(2011)
Wisata budaya menawarkan kesempatan untuk menikmati tradisitradisi di masa lampau, dimaksudkan agar perjalanan yang
Widyastuti dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan
hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau
(2008)
peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari
keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat mereka, cara hidup
mereka, budaya dan seni mereka.
Pariwisata budaya khusus pada wisatawan dengan preferensi
Fainstein
(2007)
berwisata untuk mencari perbedaan budaya.
Pariwisata budaya adalah usaha bisnis yang menawarkan alam
budaya, keunikan, kenyamanan dan berbagai pelayanan kepada
Taryati
wisatawan. Pariwisata berbasis warisan budaya adalah satu dari
(2007)
segmen pariwisata yang berkembang paling pesat sebagai dampak
dari adanya kecenderungan meningkatnya spesialisasi antarturis.
Wisata budaya sebagai komoditas industri pariwisata sangat berkaitan denga
upaya preserving heritage (menjaga kelestarian), living within heritage (menumbuhkan
kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap budaya yang dimiliki); heritage
tourism (pengembangan budaya untuk industri pariwisata yang pada gilirannya
meningkatkan masyarakat lokal). Maka para pengelola pariwisata yang umumnya
didalandi aktor pemerintah memiliki strategi-strategi pengembangan pariwisata budaya
agar dapat menjadikan budaya sebagai dayatarik pariwisata. Menurut Widyastuti
(2008) kebijakan pariwisata yang merupakan segala tindakan instansi pemerintah dan
badan atau organisasi masyarakat yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu
sendiri, dapat menimbulkan akibat yang dimana ada kalanya menggembirakan tetapi
mungkin pula mengecewakan. Berikut merupakan rangkuman beberapa perbandingan
strategi pengembangan pariwisata budya yang telah dilakukan di beberapa wilayah
berdasarkan literatur.
2
22
Tabel 2 Perbandingan strategi pengembangan pariwisata budaya tahun 2007-2014
No
Pengarang
1 Ruastiti
(2011)
2
3
4
5
6
Staregi Pengembangan Pariwisata Budaya
Gubernur kepala Daerah Tingkat I Bali mengeluarkan
keputusan No. 528 tahun 1990 tentang kawasan pariwisata
Ubud yang merupakan kawasan wisata ke 5 dari dua puluh
satu kawasan pariwisata Bali. Stategi menggunakan potensi
puri yakni bangunan beserta aktivitas budaya di puri
sebagai komoditas pariwisata
Kabupaten Karanganyar mengelolaan objek wisata Candi
Widyastuti
Ceto dan menjadikan upacara religi dimodifikasi menjadi
(2008)
atraksi wisata. Juga kerjasama antara industri
pariwisata.dan Pemda Gianyar Bali
Fainstein
Kota dikonvensi dengan membangun infrastruktur yang
(2007)
menarik minat pengunjng.
Ardiwijaya R et al Strategi Kota Medan yakni mengkomodifikasi kota dengan
(2013)
menjadikan kawasan Kota Lama medan menjadi kawasan
bersejarah atau Cagar Budaya. Dilain pihak komodifikasi
kota juga dengan menjadikan kawasan pusat pertumbuahan
kota.
Taryati
Mensinergikan peranan pemerintah, swasta dan masyarakat
(2007)
lokal pada pengembangan budaya lokal melalui
komodifikasi seni tradisional.
Ardika, IW et al
Branding pariwisata berbasis warisan budaya melalui
(2014)
komodifikasi
aktivitas budaya masyarkat, seni, dan
kerajinan sebagai konsumsi wisatawan
Komodifikasi
Komodifikasi merupakan konsep dan proses menjadikan suatu obyek menjadi
layak untuk diperjual belikan. Berkenaan dengan pariwisata budaya maka komodifikasi
budaya lebih tepat mengarah pada menjadikan aktivitas dan unsur budaya lainnya
menjadi obyek yang dapat dinikmati wisatawan dengan tujuan kearah orientasi ekonomi
keuntungan. Dibawah ini adalah gambaran perbandingan dari konsep komodifikasi
budaya.
Table 3 Perbandingan konsep komodifikasi tahun 2007-2014
No
Pengarang
1
Ruastiti (2011)
Konsep Komodifikasi
Pelopor
Komodifikasi adalah suatu konsep yang tidak pemerintah
hanya menyangkut
masalah produksi
komoditas dalam pengertian perekonomian
yang sempit saja, namun juga menyangkut
tentang bagaimana barang-barang tersebut
didistribusikan dan dikonsumsi.
23
2
No
Pengarang
2
Widyastuti (2008)
3
4
5
Konsep Komodifikasi
Pelopor
Komodifikasi adalah proses pengubahan pemerintah
menjadi barang dagangan, massa digiring ke
arah seni dan tontonan yang mudah untuk
dicerna dan yang menimbulkan daya pesona
yang diproduksi melalui corak produksi
kapitalisme.
Fainstein (2007)
Komodifikasi merupan segala bentuk aktifitas perencana
manusia khususnya budaya urban yang tata kota
dijadikan target penjualan ekonomi baru.
Susilantini (2007) Komodifikasi
merupakan
bentuk pelaku seni
komersialisasi seni pertunjukan dengan dan swasta
memodifikasi kaidah budaya sesuai tuntutan
zaman agar memudahkan penonton mencerna
pesan-pesan yang ditampilakan
Ardika, IW et al
Komodifikasi
merupakan
tindakan komunitas
(2014)
menjadikan budaya, seni dan kerajinan
menjadi komoditi yang dijual pada wisatawan
Berdasarkan perbandingan komodikasi tersebut komodifikasi budaya merupakan
suatu tindakan menjadikan unsur-unsur budaya menjadi komoditas yang
diperjualbelikan, umumnya menggunakan dominasi kekuasaan pemerintah dan pihak
swasta. Bekerja sama dengan pihak swasta yang memiliki modal maka pengembangan
pariwisata melalui komodifikasi budaya akan lebih efektif dalam orientasi ekonomi
keuntungan. Komodifikasi budaya juga dapat dijadikan strategi untuk pelestarian
budaya, umumnya pemerintah yang menggunakan konsep komodifikasi dan
disenergikan dengan kepentingan pariwisata daerah. Hal ini dapat meningkatkan
keuntungan ekonomi dengan adanya kedatangan wisatawan sehingga turut
menyumbang pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata.
Budaya
Budaya merupaka suatu sistem yang bekerja dalam kehidupam masyarakat.
Budaya terkonstruksi melalui pemikiran dan diwariskan. Dipaparkan oleh Soerjono
Soekanto mengenai asal istilah budaya yakni :
“... Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang
merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan
sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. ...” (Soekanto S 1982 : 150)
Budaya memili tujuh unsur kebudayaan, mencakup: (a) bahasa, (b) sistem
pengetahuan, (c) organisasi sosial, (d) sistem peralatan hidup dan teknologi, (e) sistem
mata pencaharian hidup, (f) sistem religi, (g) kesenian. Secara konseptual pariwisata
budaya bertumpu pada potensi budaya. Budaya adalah sumber yang sangat potensial
bagi kehidupan masyarakat. Dalam konsep budaya itu, budaya sebagai modal dasar
242
mempunyai pengertian dan fungsi normatif dan operasional (Mantra, 1991 : 4 )
Bedasarkan literatur ditemukan perbandingan konsep budaya yakni oleh Ruastiti
(2011), budaya merupakan Sumber yang sangat potensial bagi kehidupan masyarakat.
Budaya sebagai modal dasar mempunyai pengertian dan fungsi normatif dan
operasional. Sebagai konsep normatif aturan budaya diharapkan dapat mempunyai
potensi dalam memberikan identitas aturan prinsipil dan memiliki pola kontrol yang
secara operasional diharapkan dapat menjadi daya tarik wisatawan. Sedangkan pada
Widyastuti (2008) dikemukakan bahwa kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, yang meliputi
seluruh aspek kehidupan manusia melalui cipta, rasa, dan karsanya, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kesemuanya dapat ditujukan untuk membantu manusia dalam
melangsungkan kehidupan bermasyarakat.
Hubungan Komodifikasi dengan Dampak Sosial Kultural
Pentingnya menelaah lebih mendalam tentang dampak sosial budaya dalam
sektor pariwisata yakni sesuai dengan pandangan Alhasanat SA dan Hyasat AS (2011) :
1. Dampak sosial budaya mempengaruhi persepsi masyarakat lokal terhadap
pariwisata itu sendiri. Misalkan sikap ramah masyarakat lokal terhadap wisatawan
yang datang sangat menarik wisatawan untuk bertahan di lokasi wisata.
2. Kemampuan mendefinisikan beragam dampak sosial budaya pariwisata terhadap
komunitas lokal dapat membantu merancang strategi yang efektif untuk mncegah
konflik potensial antara wisatawan dan tuan rumah.
3. Mengurangi kemungkinan perbedaan hubungan antara pengelola dan pemangku
kepentingan. Manfaatnya akan didapatkan pengunjung juga pada peningkatan
jumlah wissatawan di waktu depan.
Hal ini penting untuk pembuat kebijakan dan strategi pariwisata untuk peduli pada
dampak pariwisata terhadap masyarakat lokal untuk memaksimalkan manfaat dari
daerah tujuan wisata. Berikut merupakan perbandingan hubungan komodifikasi dengan
dampak kultural sosial dari beberapa literature
Tabel 4 Perbandingan Hubungan komodifikasi dengan dampak sosial kulturalnya
No
Pengarang
1 Ruastiti (2011)
Komodifikasi
Komodifikasi
obyek wisata
2
Komodifikasi
upacara religi
Widyastuti
(2008)
Aspek Kultural sosial
1. Perubahan fungsi bangunan : pusat
kebudayaan, identitas budaya dan
laboratorium sosial
2. Upaya pelestarian bangunan
3. Pengukuhan budaya
1. Dominasi dan hegemoni kebijakan
2. Penurunkan sikap kritis masyarakat
3. Sarana pewarisan kearifan lokal
4. Aktualisasi nilai budaya lokal
5. Kehidmatan upacara.
6. Peningkatan daya ingat wisatawan
tentang budaya
25
2
No
Pengarang
3 Ardiwijaya R et al
(2013)
4
Susilantini (2007)
5
Taryati (2007)
6
Dhana IN et al
(2014)
7
Alhasanat SA dan
Hyasat AS (2011)
8
Fainstein
(2007)
9
Surbakti
(2003)
10 Amalia
(2014)
11 Hilyana
(2001)
Komodifikasi
Komodifikasi
budaya kota
Aspek Kultural sosial
1. Perubahan nilai
2. Perubahan pola pikir
3. Perubahan sikap
Komodifikasi 1. Penyimpangan kaidah nilai kramat
seni
dan seni klasik kraton
kebudayaan
2. Perubahan pesan nilai ajaran
kehidupan
3. Hilangnya sastra pendalangan
4. Hegemoni event organizer
5. Daya tarik penonton
6. Kontribusi masyarakat
Pengembangan 1. Pengetahuan mengenai budaya asing
pariwisata
2. Dominasi budaya asing
berbasis
3. Pelcehan moral
budaya
4. Nilai-nilai sakral menjadi tontonan
Komodifikasi 1. Pengetahuan budaya wisatawan
warisan
2. Pelestarian budaya
budaya
3. Mengukuhkan identitas budaya
4. Alih fungsi bangunan bersejarah
Komodifikasi 1. Persepsi masyarakat
budaya kota
2. Interaksi intrakomunitas masyarakat
lokal.
3. Perubahan moral
4. Adaptasi budaya baru
5. Putusnya pendidikan
Perencanaan
1. Mobilitas wisatawan
komodifikasi
2. Prilaku perjalanan wisatawan
budaya kota
3. Perubahan adaptasi budaya masyarakat
Komodifikasi
Perubahan :
pariwisata kota 1. citra kota
2. identitas kota
Kegiatan
Dinamika sosial dan Ekonomi ;
Pariwisata
1. Sistem sosoal :
Nilai kehidupan dan sikap
2. Pola Nafkah dan jaringan sosial
3. Posisi dan peran perempuan
Pengembangan 1. Orientasi nilai budaya
Pariwisata
2. Perubahan moral etika
- Moral agama
- Moral sosial : gotong royong, tolong
menolong
3. Norma Sosial dan Ikatan adat
- Norma hubungan bermasyarakat
- Aturan adat
- Hubungan sosial
262
Berdasarkan uraian matriks diatas, dapat dilihat perbandingan hubungan
komodifikasi budaya dengan dampak sosial kultural. Secara umum dampak sosial
kultural merupakan dampak negatif dari kegiatan pariwisata komodifikasi budaya. Bila
diambil garis merah dari seluruh dampak sosial kultural diatas dampak yang paling
dominan adalah orientasi nilai budaya, persepsi masyarakat, identitas budaya dan sikap
dan hubungan sosial. Dampak pada orientasi budaya sesuai dengan salah satu dari tiga
unsur sosial budaya menurut Soekanto yakni pada sistem kepercayaan, nilai dan sikap.
Perubahan tersebut seharusnya mampu meminimalisir dampak budaya negatif pada
orang lokal, menghargai tradisi dan aktifitas kebudayaan. Integritas budaya dari tuan
rumah harus dilindungi, baik itu meminimalisir adanya akulturasi ataupun membiarkan
orang lokal mengendalikan kondisi tersebut sekaligus mempercepat terjadinya
akulturasi yang mampu mereka terima.
2
SIMPULAN
Hasil Rangkuman dan Pembahasan
Pariwisata merupakan salah satu sektor paling dominan diminati aktor
pengembang wilayah untuk menarik datangnya orang untuk berkunjung. Dipengaruhi
faktor ekonomi, potensi daerah dan sasaran wisatawan, para pengelola wilayah
berkompetisi merencanakan dan mengemas faktor pendukung menjadi daerah tujuan
wisata. Budaya yang berbeda tiap wilayah menjadi potensi dan daya tarik tersendiri
sehingga upaya mengemas budaya menjadi strategi yang potensial untuk berkembang.
Upaya memproduksi budaya menjadi kemasan jasa pariwisata dapat disebut sebagai
komodifikasi budaya. Bila didukung berbagai jasa pendukung lainnya industri
pariwisata akan semakin berkembang. Pengelola menyuguhi produk budaya kepada
wisatawan yang berminat membeli jasa-jasa mereka. Sepertihalnya Pemerintah daerah
berbersama otonomi daerahnya yang berwenang mengemas budaya masyarakatnya
menjadi daetah tujuan pariwisata. Strategi ini mampu menjawab tujuan pemerintah
daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian budaya. Selain
masyarakat yang berperan pihak swasta pun dapat turut masuk untuk berinvestasi.
Namun hal yang tidak dapat dihindari adalah dampak ekonomi sosial dan budaya yang
terjadi dari tindakan komodifikasi budaya.
Berdasarkan literatur seluruh aspek ekonomi termasuk dalam dampak positif
dari pariwisata komodifikasi budaya. Umumnya sesuai tujuan pemerintah kesejahteraan
masyarakat menigkat dari sebelum dibukanya daerah tujuan wisata. Sedangkan dampak
sosial budaya dapat dikategorikan dalam dua yakni dampak positif dan negatif. Dampak
poditif sosial budaya pada pelestarian dan identitas budaya yang semakin kukuh
dipegang masyarakat. Akan tetapi pada hakikatnya bukanlah dari pelestarian dan
identitas budaya yang dirasakan sesuai nilai-nilai budaya sebelum adanya komodifikasi
budaya. Perubahan nilai, norma, sikap dan persepsi yang sebab interaksi dan pertukaran
budaya dengan wisatawan yang intent menjadi dampak negatif sosial budaya. Maka
pentinglah pembahasan mengenai dampak sosial budaya masyarakat terhadap strategi
pengembangan pariwisata melalui komodifikasi budaya sebagai bahan evaluasi
perbaikan program kerja pemerintah daerah.
Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi
Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan, serta
simpulan yang dibuat, maka muncullah pertanyaan analisis baru yang akan dijadikan
dasar untuk penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut di antaranya:
1. Mengapa konsep komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan
pariwisata menjadi suatu strategi yang diperhitungkan dalam pengembangan sektor
pariwisata ?
2. Bagaimana proses komodifikasi budaya yang dilakukan ?
3. Bagaimana keterkaitan komodifikasi budaya terhadap dampak sosial budaya yang
terjadi?
2
28
Usulan Kerangka Analisis Baru
Strategi pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata dalahsatunya
melalui komodifikasi budaya. Adapun pilihan komodifikasi budaya berdasarkan potensi
yang dimiliki daerah yakni komodifikasi budaya kota, aktivitas budaya masyarakat,
kesenian budaya dan bangunan cagar budaya. Pilihan komodifikasi tersebut
mempengaruhi proses komodifikasi budaya yang dilakukan. Didukung dengan
karakteristik yang berbeda tiap individu, interaksi yang terjadi berpengaruh pada sosial
budaya masyarakat yang terdiri dari nilai, sikap dan persepsi masyarakat Adapun
kerangka analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut :
Dampak Sosial Budaya
Strategi pengembangan
pariwisata
- Komodifikasi budaya
kota
(Frainstein 2007)
- Komodifikasi aktivitas
budaya
(Ardika IW et al 2014)
- Komodifikasi kesenian
budaya
(Taryati 2007)
- Komodifikasi bangunan
cagar budaya (Ruastiti
NM 2011)
Orientasi Nilai Budaya
(Hilyana S 2001)
- Hakikat hidup
- Hakikat karya
- Hakikat waktu
- Hakikat lingkungan
alam
- Hakikat lingkungan
sosial
Sikap Sosial :
- Keberadaan wisatawan
- Keberadaan pengelola
- Sarana penunjang
pariwisata
- Pengelolaan pariwisata
Persepsi masyarakat
(Amalia M 2014)
- Pengetahuan mengenai
kegiatan pariwisata
- Persepsi dampak
pariwisata
- Persepsi manfaat
kegitan
Keterangan :
= mempengaruhi
Gambar 1 Usulan kerangka komodifikasi budaya terhadap dampak sosial kultural
2
DAFTAR PUSTAKA
Alhasanat SA dan Hyasat AS. 2011. Sociocultural Impacts of Tourism on the Local
Community in Petra, Jordan. Jordan Jounal of Sosial Sciences. [Internet]. [20
Oktober 2014]. Volume 4 Nomor 1 2013 (144-158). Dapat diunduh dari :
http://www.borjournals.com/a/index.php/jbmssr/article/view/1626
Amalia M. 2014. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi
Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). [Tesis].
Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Ardiwijaya R et al. 2013. Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di
Medan. Jurnal Kebudayaan. [Internet]. [23 September 2014]. Volume 8 Nomor 1
2013
(5-23)
ISSN
1907-5561.
Dapat
diunduh
dari
:
http://litbang.kemdikbud.go.id/pusat/puslitbangbud/ jurnal/ Vol% 08%20no
%201%20tahun%202013.pdf
Dhana IN et al.2014. Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa
Tenganan Pegringsingan, Bali. Jurnal Mudra. [Internet]. [20 Oktober 2014].
Volume 29 Nomor 1 (108-116) ISSN 0854-3461. Dapat diunduh dari :
http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/viewFile/ 1103/pdf
Fainstein SS. 2007. Tourism and The Commodification of Urban Culture. [Internet].
[dikutip
23
September
2014].
Dapat
diunduh
dari
:
http://www.urbanreinventors.net/2/fainstein/fainstein urbanreinventors.pdf
Hilyana S. 2011. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural
dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari
Lombok Barat Propinsi NTB) ). [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor.
Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung [ID] : ALFABETA
Ruastiti NM. 2011. Komodifokasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud. [Internet].
[dikutip 29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://repo.isidps.ac.id/977/1/Komodifikasi_Obyek_Wisata_Puri_Saren_Agung_Ubud,_bagian
_II.pdf.
Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity.
[Internet]. [20 Oktober 2014]. Volume 1 Nomor 2 (153-158). Dapat diunduh dari :
http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/lisa_mapson.pdf
Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] : PT Raja Grafindo Persada.
Surbakti A. 2003. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan :
Sebuah Kajian Budaya. Disertasi. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh
dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14303& val=963&title
30
2
Susilantini E. 2007. Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta. Jurnal
Sejarah dan Budaya. [Internet]. [9 November 2014]. Volume 2 Nomor 4
Desember 2007 (237-244) ISSN 1907-9605. Dapat diunduh dari :
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/wp-content/uploads/sites/
37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_ Desember_2007.pdf
Taryati. 2007. Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan. Jurnal Sejarah dan Budaya
Volume 2 Nomor 4 Desember 2007 (291-297) ISSN 1907-9605. [Internet]. [29
September 2014]. Dapat diunduh dari : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/
bpnbyogyakarta/wp-content/uploads/ sites/ 37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_
Desember_2007.pdf
Taufiq A dan Makmur MH. 2013. Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya :
Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya
Using. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh dari :
http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/57794/muhammad%20ha
di%20makmur_hb_boptn_101.pdf?sequence=1
Widyastuti. 2008. Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi
Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi
Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar). [Tesis]. Surakarta
[ID]: Universitas Sebelas Maret
World Tourism Organization. 2010. Tourism Vision 2020 : Europe. [Internet]. [29
September 2014]. Dapat diunduh dari : http://pub.unwto.org/WebRoot/Store/
Shops/Infoshop/Products/1152/1152-1.pdf
2
LAMPIRAN
Mind Mapping
1
Judul
Oleh
: Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud
: Ni Made Ruastiti
Faktor yang mempengaruhi
Potensi daya tarik wisatawan
nilai historis, filosofi, estetika,
arsitektur bangunan, gaya hidup
masyarakat, dan keunikan budaya.
Kebijakan pariwisata :
Pembangunan
pariwisata budaya Puri
Saren Agung
Era globalisasi dan
perkembangan
industrialisasi
pariwisata
Pembentukan konsep komodifikasi budaya
Dampak sosial budaya
- Perubahan matapencaharian
masyarakat dari pertanian ke
sektor pariwisata
- Pelestarian bangunan puri
- Sebagai laboratorium sosial
- Mengukuhkan budaya bali
Dampak ekonomi
- Peningkatan PAD
- Berkembangnya industri yang
berkaitan dengan pariwisata
- peningkatan kesempatan kerja
- meningkatnya pendapatan
masyarakat
Gambar 1 Mind mapping faktor yang pengaruh dan dampak komodifikasi budaya
2
Judul
Oleh
: Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi
Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam
Komunikasi Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten
Karanganyar)
: Dhyah Ayu Retno Widyastuti
Strategi pengelolaan pariwisata : komodifikasi upacara religi
Dampak Ekonomi
- Meningkatkan PAD
- Perubahan
matapencaharian
masyarakat lokal
- Meningkatkan
kesejahteraan ekonomi
masyarakat
- meningkatnya
pendapatan masyarakat
Dampak Sosial
- Masyarakat
terdominasi oleh
kebijakan
pariwisata
- Menurunkan sikap
kritis masyarakat
Dampak Budaya
- Sarana pewarisan budaya
kearifan lokal
- Aktualisasi nilai budaya lokal
- Mengganggu kehidmatan
pelaksanaan upacara.
- Meningkatkan daya ingat
wisatawan akan budaya
- Sebagai laboratorium sosial
- Mengukuhkan budaya bali
Gambar 2 Mind mapping strategi pengelolaaan pariwisata serta dampaknya
32
2
3
Judul
Oleh
: Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di
Medan
: Damardjati Kun Marjanto, Ernayanti, Robby Ardiwijaya
Sejarah
Fungsi bangunan
Karakteristik bangunan
Konservasi
Kota Lama Medan dan
Cagar Budaya
Faktor yang
mempengaruhi
Orientaasi
Komodifikasi kota
Perubahan Aspek Budaya Perubahan Aspek
- Nilai
Lingkungan :
- Pola pikir
- Fungsi tata kota
- Sikap
- Polusi
Perkembangan ekonomi
Tingkat pendidikan
Jumlah penduduk
Keragaman etnis
Ekonomi
Pusat pertumbuhan
ekonomi
Perubahan Aspek
Pelestarian Bangunan :
- Konsep pelestarian
- Fungsi bangunan
- Identitas kota
Gambar 3 Mind mapping faktor pengaruh dan terpengaruh dari komodifikasi kota
4
Judul
Oleh
: Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta
: Endah Susilantini
Perubahan Sosial Budaya
Dampak Budaya
Penyimpangan kaidah
nilai kramat dan seni
klasik kraton
Perubahan pesan nilai
ajaran kehidupan
Hilangnya sastra
pendalangan
Minat masyarakat
- Alternatif pertunjukan
- Selera seni generasi
muda
- Sistem komunikasi
keluarga
Kepedulian dan
apresiasi masyarakat
Peran agama dan
pendidikan religi
Eksistensi seni
pertunjukan
Komodifikasi
seni
kebudayaan
Dampak Sosial
Ekonomi
Hegemoni event
organizer
Honorium pemain
Popularitas dalang
Daya tarik penonton
Kontribusi masyarakat
Gambar 4 Mind mapping sebab dan pengaruh komodifikasi seni kebudayaan
2
33
5
Judul
Oleh
: Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan
: Taryati
Kebijakan Pariwisata
Pembangunan pariwisata berbasis budaya
Dampak Negatif
Dominasi budaya asing
Penularan penyakit
Pelcehan moral
Nilai-nilai sakral menjadi tontonan
Pencemaran lingkungan
Dampak Positif
Pembayaran penghasil valuta
Pembangunan daerah non-industri
Kesempatan kerja
Pengetahuan mengenai budaya asing
Gambar 5 Mind mapping dampak pengembangan pariwisata
6
Judul
Oleh
: Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa
Tenganan Pegringsingan, Bali
: I Wayan Ardika, Ni Luh Sutjianti B, I Nyoman Dhana
Potensi dan daya tarik pariwisata berbasis warisan budaya
Komodifikasi aktivitas kebudayaan
Dampak Positif
Ekonomi
Hasil karya komunitas dihargai
Ekonomi kreatif berkembang
Penghasilan masyarakat meningkat
Budaya
Pengetahuan budaya wisatawan
Pelestarian budaya
Mengukuhkan identitas budaya
Dampak Negatif
Budaya
Budaya sebagai komoditas
Alih fungsi bangunan
bersejarah
Dominasi orientasi ekonomi
Gambar 6 Mind mapping dampak pariwisata berbasis warisan budaya
2
34
7
Judul
Oleh
: Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra,
Jordan
: Sami Ahmad Alhasanat dan Ali Salem Hyasat
Karakteristik individu
Usia, status gender, tingkat pendidikan, asal daerah dan status pekerjaan
Persepsi dan sikap terhadap pariwisata
Dampak sosial budaya
interaksi intrakomunitas masyarakat
lokal.
Perubahan moral
Adaptasi budaya baru
Putusnya pendidikan
Dampak ekonomi
lapangan kerja
peningkatan pendapatan
kemampuan berbahasa asing,
peluang berinvestasi
Gambar 7 Mind mapping pengaruh karakteristik individu mempengaruhi
persepsi, sikap dan dampak ekonomi, sosial dan budaya
8
Judul
Oleh
: Tourism and The Commodification of Urban Culture
: Sussan S. Fainstein
Globalisasi
- Prilaku wisatawan
- Pusat pertumbuhan
ekonomi
- Mobilisasi
masyarakat
Strategi
industri
pariwisata
Jenis pariwisata
- Umum
- Fragmentasi : Budaya atau
kelas
Komodifikasi budaya
Gambar 8 Mind mapping pengaruh globalisasi terhadap strategi
9
Judul
Oleh
: Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan :
Sebuah Kajian Budaya
: Asmyta Surbakti
Nilai, Orientasi
dan Dominasi
kekuasaan
Tindakan pada pustaka
budaya :
Komodifikasi pariwisata kota
Perubahan
Citra kota dan
Identitas kota
Gambar 9 Mind mapping pengaruh orientasi kepentingan pariwisata terhadap citra
dan identitas kota
35
2
10
Judul
Oleh
: Konstruksi Identitas dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model
Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya
Using
: Muhammad Hadi Makmur dan Akhmad Taufiq
Kesenian Asli
Akulturasi budaya antar etnis
Wacana kebijakan pengembangan dan pelestarian kebudayaan
Strategi pengembangan dan pelestarian kebudayaan
Gambar 10 Mind mapping pengaruh wacana pengembangan budaya terhadap
strategi pengembangan kebudayaan
11
Judul
Oleh
: Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua,
Kabupaten Bogor)
: Melly Amalia
Pariwisata
Dinamika sosial
Sistem sosial
Nilai kehidupan
Sikap masyarakat
pada pendatang
Gambar 11 Mind mapping pengaruh pariwisata terhadap dinamika sosial
12
Judul
Oleh
: Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik
Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di
Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB)
: Sitti Hilyana
Pengembangan Pariwisata
Perubahan Kultural
1. Orientasi nilai budaya
2. Perubahan moral etika
-Moral agama
-Moral sosial : gotong royong, tolong menolong
3. Norma Sosial dan Ikatan adat
- Norma hubungan bermasyarakat
- Aturan adat
- Hubungan sosial
Gambar 12 Mind mapping pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan
kultural
1
Tabel 1 Matriks analisis sintesis literatur tahun 2005-2014
No
Pengarang
Obyek
Meodelogi
Pengaruh (x)
Komodifikasi
obyek wisata
1.
Ruastiti
(2011)
Komodifi kasi
obyek wisata Puri
Saren Agung Ubud
Deskriptif
Analisis
2.
Widyastuti
(2008)
Komodifikasi
upacara religi
Saraswati pada
pariwisata Candi
Ceto, Kabupaten
Karanganyar
Metode deskripsi
kualitatif melalui
teknik wawancara,
observasi dan
dokumentasi.
Komodifikasi
upacara religi
3.
Ardiwijaya
R et al
(2013)
Permasalahan dan
upaya pelestarian
kawasan kota lama di
meda sebagai cagar
metode penelitian
kualitatif, observasi
langsung
wawancara, focus
Komodifikasi kota
1. Sejarah
2. Fungsi
bangunan
Temuan
Terpengaruh (y)
Aspek Ekonomi :
1. Peningkatan PAD
2. Perkembangan industri pariwisata
3. Kesempatan kerja
4. Pendapatan masyarakat
Aspek Budaya :
1. Fungsi bangunan : pusat kebudayaan
dan identitas budaya
2. Upaya pelestarian bangunan
3. Pengukuhan budaya
Aspek Sosial :
1. Perubahan mata pencaharian
2. Fungsi laboratorium sosial
Aspek Ekonomi
1. Persaingan industri pariwisata
2. Peningkatan PAD
3. Perubahan matapencaharian
4. Peningkatan kesejahteraan
Aspek Sosial
1. Dominasi dan hegemoni kebijakan
2. Penurunkan sikap kritis masyarakat
Aspek Budaya
1. Sarana pewarisan budaya kearifan lokal
2. Aktualisasi nilai budaya lokal
3. Kehidmatan upacara.
4. Daya ingat wisatawan akan budaya
Perubahan Budaya Masyarakat (orientasi
ekonomi)
1. Nilai
2. Pola pikir
Keterangan
Tanggapan positif
masyarakat terhadap
kegiatan komodifikasi
budaya adalah jalinan
simbiosis mutualisme.
Wisatawan mendapat
manfaat pengetahuan
dan pengalaman budaya
secara langsung
sedangkan masyarakat
memperoleh pendapatan
serta biaya perawataan
puri.
Pembangunan Candi
Ceto dikonstruksikan
dan terlihat seperti aksi
bottom up namun pada
kenyataannya
merupakan upaya top
down Pemda
Karanganyar.
Masyarakat lokal belum
dilibatkan sepenuhnya
sehingga dirasa belum
menikmati manfaat dari
kepariwisataan.
Dua cara pandang
mengubah kota yakni
yang berorientasi pada
ekonomi dan orientasi
36
2
No
Pengarang
Obyek
Meodelogi
budaya
group discussion
(FGD), dan studi
pustaka.
4.
Susilantini
(2007)
Eksistensi Wayang
Wong Panggung
Purawisata
Yogyakarta
Kualitatif,
wawancara dan
observasi langsung.
5.
Taryati
(2007)
Kontroversi
Pembangunan
Kepariwisataan
Deskripstif analisis
Pengaruh (x)
3. Kemajuan
ekonomi
4. Tingkat
pendidikan
5. Jumlah
penduduk
6. Keragaman
kelompok etnis
Komodifikasi seni
kebudayaan
Pengembangan
pariwisata berbasis
budaya
Temuan
Terpengaruh (y)
3. Sikap
Perubahan Aspek Lingkungan
1. Fungsi tata kota
2. Polusi
Perubahan Aspek Pelestarian Bangunan
1. Konsep pelestarian
2. Fungsi bangunan
3. Identitas kota
Dampak Budaya
1. Penyimpangan kaidah nilai kramat dan
seni klasik kraton
2. Perubahan pesan nilai ajaran kehidupan
3. Hilangnya sastra pendalangan
Dampak Sosial Ekonomi
1. Hegemoni event organizer
2. Honorium pemain
3. Popularitas dalang
4. Daya tarik penonton
5. Kontribusi masyarakat
Keterangan
konservasi. Keduanya
memiliki daya tarik di
bidang pariwisata yakni
melalui komodifikasi
kota.
Komodifikasi seni
kebudayaan dianggap
suatu solusi dari upaya
pelestarian dan
pengembangan kesenian
tradisional. Namun
dilain pihak bentuk
tampilan komodifikasi
menampilkan degradasi
nilai-nilai budaya
sesngguhnya.
Kontradiksi tersebut
dilihat dari tujuan dan
hasil dari komodifikasi.
Dampak Positif
1. Pembayaran penghasil valuta
2. Pembangunan daerah non-industri
3. Kesempatan kerja
4. Pengetahuan mengenai budaya asing
Dampak Negatif
1. Dominasi budaya asing
2. Penularan penyakit
3. Pelcehan moral
37
2
No
Pengarang
Obyek
Meodelogi
Pengaruh (x)
6.
Dhana IN et Pariwisata Berbasis
al (2014)
Warisan Budaya dan
Ekonomi Kreatif di
Desa Tenganan
Pegringsingan, Bali
Deskripstif analisis
Komodifikasi
warisan budaya
7.
Alhasanat
SA dan
Hyasat AS
Sociocultural
Impacts of Tourism
on the Local
Community in Petra,
Jordan
Metode kuantitatif
pengumpulan data
melalui kuesioner
metode survei
random sampling,
analisis data
deskriptif dan
analisis data hasil,
kajian literatur.
Karakteristik
individu :
1. Usia,
2. status gender,
3. tingkat
pendidikan,
4. asal daerah
5. status
pekerjaan.
(2011)
Temuan
Terpengaruh (y)
4. Nilai-nilai sakral menjadi tontonan
5. Pencemaran lingkungan
Dampak Positif
Ekonomi
1. Hasil karya komunitas dihargai
2. Ekonomi kreatif berkembang
3. Penghasilan masyarakat meningkat
Budaya
1. Pengetahuan budaya wisatawan
2. Pelestarian budaya
3. Mengukuhkan identitas budaya
Dampak Negatif
Budaya
1. Budaya sebagai komoditas
2. Alih fungsi bangunan bersejarah
3. Dominasi orientasi ekonomi
Persepsi masyarakat terhadap
pariwisata
Dampak ekonomi:
1. lapangan kerja
2. peningkatan pendapatan
3. kemampuan berbahasa asing,
4. peluang berinvestasi
Dampak sosial budaya:
1. interaksi intrakomunitas masyarakat
lokal.
2. Perubahan moral
3. Adaptasi budaya baru
4. Putusnya pendidikan
Keterangan
Terbukti bahwa strategi
komodifikasi warisan
budaya ternyata dapat
secara efektif
menghasilkan dampak
positif dari dua tujuan
yang kontroversial
(kesejahteraan ekonomi
dan pelestarian budaya)
Persepsi dapat
mempengaruhi
perubahan sosial
ekonomi
38
2
No
Pengarang
Obyek
Meodelogi
8.
Fainstein
(2007)
Tourism and the
commodification of
urban culture
Deskripstif analisis
9
Surbakti
(2003)
Pusaka Budaya Dan
Pengembangan
Pariwisata Di Kota
Medan : Sebuah
Kajian Budaya
10
Taufiq A
dan
Makmur
MH (2013)
Konstruksi Identitas
Dan Komodifikasi
Budaya : Kajian
Model Kebijakan
Daerah Untuk
Pengembangan dan
Pelestarian Budaya
Using
Metode kualitatif,
format pengumpulan
data, dan strategi
analisis datanya
bersifat deskriptifkualitatif.
Metode diskriptifkualitatif dengan
analisis trianggulasi
melalui metode
pengamatan,
wawancara,
dokumentasi dan
studi kepustakaan
11
Amalia
(2014)
Dampak Keberadaan
Turis Arab Terhadap
Dinamika Sosial
Ekonomi Komunitas
Pengaruh (x)
Perencanaan
komodifikasi
budaya kota
Komodifikasi
pariwisata kota
Wacana kebijakan
pengembangan
dana pelestarian
kebudayaan :
1. kebijakan
rehabilitasi dan
kontrol
kebudayaan.
2. kebijakan
pembentukan
identitas utama
kebudayaan dan
3. kebijakan reidentitas dan
promosi
kebudayaan.
Pendekatan kualitatif Kegiatan Pariwisata
dan data kuantitatif,
wawancara
mendalam dan
kuesioner
Temuan
Terpengaruh (y)
1. Perkembangan ekonomi
2. Mobilitas wisatawan
3. Prilaku perjalanan wisatawan
4. Perubahan adaptasi budaya masyarakat
Perubahan :
1. citra kota
2. identitas kota
Strategi pengembangan lestarian dan
pkebudayaan :
1. pengembangan pendidikan
2. pembangunan simbol atau situs dan
penyiaran
3. pementasan dan pagelaran karya
kebudayaan lokal
Keterangan
Setiap aktor
berkepentingan meniliki
motif pengembangan
dan pelestarian
pariwisata yang
berbeda-beda.
Dinamika sosial dan Ekonomi ;
1. Sistem sosoal : Nilai kehidupan dan
sikap
2. Pola Nafkah dan jaringan sosial
3. Posisi dan peran perempuan
39
2
No
12
Pengarang
Hilyana
(2001)
Obyek
Dampak
Pengembangan
Pariwisata Terhadap
Karakteristik
Kultural dan
Struktural
Masyarakta Lokal
(Studi Kasus di
Kawasan Wisata
Bahari Lombok
Barat Propinsi NTB)
Meodelogi
Pengaruh (x)
Metode kuantitatif
Pengembangan
dan kualitatif. survei, Pariwisata
transformasui
kultural dijelaskan
secara deskriptif.
Temuan
Terpengaruh (y)
Perubahn Kultural
1. Orientasi nilai budaya
2. Perubahan moral etika
- Moral agama
- Moral sosial : gotong royong, tolong
menolong
3. Norma Sosial dan Ikatan adat
- Norma hubungan bermasyarakat
- Aturan adat
- Hubungan sosial
Keterangan
40
1
RIWAYAT HIDUP
Dian Nita Hikmahwati dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 25 April 1993
dari orang tua Syahroni dan Siti Tavipah. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya
dari MI AT-Taqwa Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, SMP Negeri 2 Kabupaten
Jombang dan SMA 2 Darul Ulum serta pendidikan informal di Asrama Pondok
Pesantren Darul Ulum Jombang, Jawa Timur. Pada tahun 2011 penulis menempuh
pendidikan sarjana pada Program Studi Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan
Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia serta minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa
Lingkungan di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat melalui jalur Beasiswa Utusan
Daerah.
Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, pengalaman dan
prestasi yang pernah diraih diantaranya sebagai penerima beasiswa sarjana dari
Kementrian Agama RI, menjadi asisten praktikum mata kuliah Komunikasi Bisnis.
Penulis turut aktif belajar dan berperan sebagai pembawa acara di berbagai acara
kemahasiswaan serta pernah menjadi kontributor poyek riset penulisan ilmiah
Bibliografi Beranotasi dan Kodifikasi mengenai National Inquiry yang diadakan oleh
Komnas HAM RI berkerja sama dengan AMAN dan LSM Sajogyo Institute. Penulis
juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi internal kampus,
eksternal kampus dan organisasi kemasyarakatan. Penulis pernah aktif dalam organisasi
internal kampus yakni Klub Ilmiah Asrama TPB IPB sebagai bendahara, Paduan Swara
Mahasiswa IPB Agria Swara sebagai anggota, pengurus HIMASIERA (Himpunan
Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) pada
divisi Broadcasting, serta kegiatan BEM KM IPB IDEA 2014. Organisasi eksternal
kampus yang diikuti yakni CSS MoRA IPB sebagai sekertaris, CSS Mora Nasional
sebagai sebagai anggota, Ikalum (Ikatan Mahasiswa Darul Ulum) Bogor.
Berpengalaman dalam kegiatan kemasyarakatan seperti mengadvokasi masyarakat
untuk pendirian Posdaya Walet Asih di Desa Leuwikaret, Bogor dan perintis pendirian
PAUD Al-Fikri di Desa Leuwikaret, Bogor.
Download