1 Laporan Studi Pustaka (KPM 403) ANALISIS DAMPAK SOSIAL KULTURAL DARI KOMODIFIKASI BUDAYA DIAN NITA HIKMAHWATI DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 2 PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan studi pustaka yang berjudul “Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi Budaya” benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari pustaka yang diterbitkan atau tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam naskah dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir laporan studi pustaka. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini Bogor, Januari 2015 DIAN NITA HIKMAHWATI NIM. I34110159 2 ABSTRAK DIAN NITA HIKMAHWATI. Analisis Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi Budaya. Dibimbing oleh SARWITITI SARWOPRASODJO Agenda penting pariwisata dari pemerintah daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melestarikan budaya. Salah satu strategi pengembangan pariwisata pemerintah daerah dengan menggunakan konsep komodifikasi budaya. Komodifikasi budaya memerupakan suatu proses perubahan budaya yang dijadikan suatu komoditas yang siap untuk dijual ke pasar. Kajian ini bertujuan untuk mengetahui defini dan menganalisis komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan pariwisata, serta pengaruh dampak sosial kulturalnya. Metode penulisan studi pustaka yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa jurnal penelitian ilmiah, tesis dan disertasi. Berbagai bentuk komodifikasi di antaranya komodifikasi budaya kota, aktivitas budaya masyarakat, kesenian budaya dan bangunan cagar budaya. Kedatangan wisatawan akan berinteraksi sosial dengan penduduk sekitara daerah wisata. Hal ini dapat mempengaruhi pada kondisi ekonomi, lingkungan hidup, sosial dan budaya. Penelitian ini berfokus pada dampak sosial budaya masyarakat, terdapat perubahan nilai, norma, sikap dan persepsi masyarakat. Temuan identifikasi dampak sosial budaya harusnya menjadi perhatian sebagai pertimbangan pemerintah dalam pembangunan. Kata Kunci : Pariwisata Budaya, Komodifikasi, Dampak Sosial Budaya ABSTRACT DIAN NITA HIKMAHWATI. Analysis Effect Social Cultural of Commofication. Supervised by SARWITITI SARWOPRASODJO. An important agenda tourisme of local goverments is to increasing proverty of society and conserving cultural. The one of tourisme development strategy based local goverments through cultural commodification concept. Cultural commodification is a proces modificating cultural became a commodity, which ready to sell in global market. Some kind of cultural commodification are cultural city commodification, cultural activity, cultural art, and cultural heritage object. This research study aims to identification and analysis of cultural commodification as tourisme development strategy, and impact social and cultural. Methods for this literatur study are resuming, analysing and concluding some journals, thesis and dissertation. Tourists visit will stimulate social interaction with people around the tourisme area. That is can influent economic condition, envirotment, social and cultural. Focused impact of social and cultural society, that there are many change of value, norms, attitude, and perception people. The findings of identification social and cultural impact must be a concern as evaluation goverment in development. Key word : Cultural Tourism, Commodification , Effect Social Cultural 2 ANALISIS DAMPAK SOSIAL KULTURAL DARI KOMODIFIKASI BUDAYA Oleh DIAN NITA HIKMAHWATI I34110159 Laporan Studi Pustaka sebagai syarat kelulusan KPM 403 pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2015 2 LEMBAR PENGESAHAN Dengan ini menyatakan bahwa Laporan Studi Pustaka disusun oleh : Nama Mahasiswa : Dian Nita Hikmahwati NIM : I34100159 Judul : Analisis Dampak Kultural Sosial dari Komodifikasi Budaya dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2015 Dosen Pembimbing Dr. Ir. Sarwititi Sarwoprasodjo, MS Mengetahui, Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Dr. Ir. Siti Amanah, MSc Tanggal pengesahan : ___________________ 2 PRAKATA Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan studi pustaka yang berjudul “Dampak Sosial Kultural dari Komodifikasi Budaya” ini dengan baik. Laporan studi pustaka ini ditujukan untuk memenuhi syarat kelulusan Mata Kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Ucapan hormat dan terimakasih disampaikan kepada Ibu Dr. Ir. Sarwititi S. Agung, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar membimbing dan banyak memberikan saran, motivasi dan pengarahan selama proses penulisan hingga penyelesaian laporan studi pustaka ini. Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Ibunda tercinta, Ayah tersemangat dan Adik terhebat yang selalu memotivasi dan menjadi sumber motivasi penulis, serta teman-teman SKPM 2011, teman seperjuangan bimbingan studi pustaka telah menularkan semangat dalam menyelesaikan laporan studi pustaka ini. Penulis berharap Laporan Studi Pustaka ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Penulis menyadari bahwa dalam karya ini terdapat kesalahan, untuk itu saran dan kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis harapkan. Bogor, Januari 2015 2 DAFTAR ISI DAFTAR TABEL ...................................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................. viii viii ix PENDAHULUAN Latar Belakang ..................................................................................................... Tujuan Penulisan ................................................................................................... Metode Penulisan ................................................................................................. 1 2 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1. Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud (Ruastiti 2011) ........... 2. Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar) (Widyastuti 2008) ................................................................................................................ 3. Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di Medan (Ardiwijaya R et al 2013) ............................................................................... 4. Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta (Sulistiani 2007) ................................................................................................................ 5. Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan (Taryati 2007) ........................... 6. Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali (Dhana IN et al 2014) ..................................... 7. Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan (Alhasanat SA dan Hyasat AS. 2011) .............................................................. 8. Tourism and The Commodification of Urban Culture (Fainstein 2007) ......... 9. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah Kajian Budaya (Surbakti A 2003) ................................................................... 10. Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using (Taufiq A dan Makmur MH 2013) ........................................................................................ 11. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) (Amalia 2014) ................................................................................................. 12. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB) (Hilyana 2001) ............................................... RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Pariwisata Budaya.................................................................................................. Komodifikasi ......................................................................................................... 3 4 6 7 9 10 12 13 15 16 17 19 21 22 viii 2 Budaya ................................................................................................................... Hubungan Komodifikasi dengan Dampak Sosial Kultural.................................... 23 24 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan ..................................................................... Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi ........................................ Usulan Kerangka Analisis Baru ............................................................................. 27 27 28 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ LAMPIRAN ............................................................................................................... RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... 29 31 41 DAFTAR TABEL Tabel 1 Tabel 2 Tabel Tabel 3 4 Perbandingan konsep pariwisata budaya program berdasarkan jurnal tahun 2005-2011................................................................................... Perbandingan strategi pengembangan pariwisata budaya tahun 20052014 ...................................................................................................... Perbandingan definisi komodifikasi tahun 2005-2014 ........................ Perbandingan dampak sosial budaya akibat pengembangan pariwisata tahun 2005-2014 ................................................................. 21 22 22 24 DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Usulan kerangka pengaruh komodifikasi budaya terhadap dampak sosial kultural ....................................................................................... 28 2 ix DAFTAR LAMPIRAN Gambar 1 Mind mapping faktor yang pengaruh dan dampak komodifikasi budaya .................................................................................................. Gambar 2 Mind mapping pengelolaaan pariwisata serta dampaknya ................... Gambar 3 Mind mapping faktor pengaruh dan terpengaruh dari komodifikasi kota ....................................................................................................... Gambar 4 Mind mapping sebab dan pengaruh komodifikasi seni kebudayaan ... Gambar 5 Mind mapping dampak pengembangan pariwisata .............................. Gambar 6 Mind mapping strategi pemasaran dan pengelolaaan pariwisata serta dampaknya ........................................................................................... Gambar 7 Mind mapping pengaruh karakteristik individu mempengaruhi persepsi, sikap dan dampak ekonomi, sosial dan budaya ................... Gambar 8 Mind mapping pengaruh globalisasi terhadap strategi ......................... Gambar 9 Mind pengaruh orientasi kepentingan pariwisata terhadap citra dan identitas kota ........................................................................................ Gambar 10 Mind mapping pengaruh wacana pengembangan budaya terhadap strategi pengembangan kebudayaan ..................................................... Gambar 11 Mind mapping pengaruh pariwisata terhadap dinamika sosial ............ Gambar 12 Mind mapping pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan kultural ................................................................................ Tabel 1 Matiks analisis literatur tahun 2005-2014 ............................................ 31 31 32 32 33 33 34 34 34 35 35 35 36 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Di negara berkembang seperti Indonesia, isu kemiskinan dan isu kesejahteraan rakyat menjadi prioritas dalam pembangunan. Penyelesaian isu tersebut juga secara tersirat tertuang pada amanat Undang-Undang Dasar 1945 bagian Pembukaan bahwa tujuan negara ini adalah untuk memajukan kesejahteraan umum. Pada konteks ini negara berkewajiban untuk mensejahterahkan rakyat dengan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki Indonesia. Beberapa jenis sumberdaya yang dapat dimanfaatkan adalah sumberdaya modal, teknologi dan seni budaya. Sumberdaya seni budaya merupakan aset yang potensial dimiliki Indonesia. Masyarakat pun memahami bahwa seni budaya salah satunya yakni seni hiburan merupakan hasil modifikasi konstruksi budaya masyarakat itu sendiri. Di beberapa budaya, seni merupakan suatu bentuk rangkaian seni sakral upacara yang telah mengakar pada tradisi masyarakat. Bila dilihat dari konteks waktu sekarang, berbagai pertunjukan seni tidak lagi sarat akan nilai-nilai kesakralan akan tetapi lebih pada orientasi ekonomi. Sejalan dengan pernyataan UNESCO bahwa budaya sebagai sebuah sektor dari aktivitas ekonomi. Budaya disini saangat berkaitan dengan pembangunan melalui strategi kebudayaan dalam pengembangan masyarakat. Pemerintah sebagai aktor yang memiliki peran penting memiliki beragam upaya untuk mengembangkannya. Diantarnya yang marak dan mengglobal adalah sektor pariwisata. Pariwisata sebagai suatu industri telah membuktikan sebagai sebuah alternatif kegiatan ekonomi yang dapat diandalkan sebagai salah satu upaya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menurut Joyosuharto (1995) dalam Soebagyo (2012) pengembangan pariwisata memiliki tiga fungsi yaitu 1) menggalakkan ekonomi; 2) memelihara kepribadian bangsa dan kelestarian fungsi dan mutu lingkungan; 3) memupuk rasa cinta tanah air dan bangsa. Data statistik menunjukkan peranan pariwisata sangat besar dalam perekonomian dunia. United Sations’ World Tourism Organization (UNWTO) melaporkan bahwa pada tahun 2010 jumlah kunjungan internasional telah mencapai angka 940 juta kali dan menghasilkan keuntungan sebesar US$ 919 milyar. Diperkirakan bahwa pada tahun 2020, jumlah kunjungan internasional akan mencapai angka 1,56 milyar kali, dengan peningkatan jumlah perjalanan jarak jauh (longhaul) dari 18% menjadi 24%.1 Dengan demikian, terdapat peluang yang lebih besar bagi Indonesia untuk menarik lebih banyak segmen pasar tersebut yang pada umumnya berasal dari negara-negara yang berpendapatan tinggi (negara maju). Pertarungan global dunia pariwisata menuntut kondisi ideal perkembangan pariwisata yang baik dan menghasilkan produk yang dapat diunggulkan. Menurut Marpaung (2002), kondisis ideal dapat dicapai dengan kemauan politik pemerintah yang memberikan landasan hukum, serta kesadaran masyarakat untuk dapat berinteraksi serta mellibatkan diri sebagai bagian dari proses dan menghasilkan produksi unggulan dalam seluruh kegiatan industri pariwisata. Industri pariwisata umumnya sebagai gejala ekonomi bisnis, salah satu produk industri pariwisata yakni kebudayaan masyarakat yang dijadikan komoditas atau yang biasa disebut pariwisata budaya. Bila dilihat dari kacamata pengembangan masyarakat, pariwisata budaya merupakan salah satu isu keberagaman budaya yakni komodifikasi budaya. Komodifikasi merupakan suatu 1 World Tourism Organization. 2 proses pengubahan kebudayaan menjadi barang dagangan, massa digiring ke arah seni dan tontonan yang mudah untuk dicerna dan yang menimbulkan daya pesona yang diproduksi melalui corak produksi kapitalisme (Widyastuti, 2008). Berbagai tindakan komodifikasi budaya yang dijalankan harapannya dapat menyelesaikan masalah ekonomi dan kesejahteraan sosial masyarakat. Hingga saat ini pada abad ke-21, pada era globalisasi industri pariwisata menjadi sektor terkuat dalam pembiayaan ekonomi global. Pengaruhnya tidak hanya pada aspek ekonomi bisnis namun juga pada berbagai aspek lingkungan hayati, sosial dan budaya masyarakat sekitar area wisata. Dampak langsung maupun tidak langsung pasti akan dirasakan mesyarakat yang budayanya mengalami proses komodifikasi budaya. Bedasarkan penelitian Hilyana S (2001) terdapat perubahan prilaku, perubahan nilai, pergeseran moral masyarkat dan banyak lagi dampak sosial budaya lainnya dari tindakan komodifikasi budaya. Pembuat kebijakan yakni pemerintah baiknya dapat memperhitungkan keberlanjutan program dan dapat dijadikan bentuk evaluasi untuk pembangunan selanjutnya. Maka penting telaah mendalam mengenai bagaimana proses komodifikasi budaya dapat berakibat pada dampak sosio kultur masyarakat. Tujuan Penelitian Penulisan studi pustaka ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis definisi dari komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan pariwisata, mengidentifikasi dan menganalisis definisi pengaruh komudifikasi budaya khususnya dampak sosial kultural. Metode Penulisan Metode penulisan yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini yaitu meringkas, menganalisis, dan menyimpulkan dengan menggunakan berupa jurnal penelitian ilmiah, tesis dan disertasi yang berkaitan dengan tema dari studi pustaka ini, yaitu Dampak Sosial Kultural dari Strategi Pengembangan Pariwisata Melalui Komudifikasi Buday. Jurnal penelitian yang telah digunakan berjumlah enam buah, sedangakn tesis yang digunakan berjumlah tiga buah, disertasi yang digunakan berjumlah 1 buah serta laporan penelitian terdapat dua buah. Hasil dari ringkasan tersebut akan digunakan sebagai landasan teori dan juga konsep mengenai komodifikasi budaya dalam pembentukan identitas komunitas. Studi pustaka ini terdiri dari Bab I yang berisi Pendahuluan; Bab II berisikan ikhtisar atau ringkasan dari literatur-literatur yang berkaitan dengan judul dari studi pustaka; Bab III berisikan analisis dan sintesis mengenai literatur-literatur yang sudah diringkas dan disesuaikan dengan judul dari studi pustaka dan permasalahan yang akan diangkat; dan Bab IV berisikan kesimpulan beserta Mind Mapping dan perumusan masalah dari analisis dan pembahasan literaturliteratur yang sudah diringkas mengenai komodifikasi kebudayaan, budaya, hubungan komodifikasi budaya dengan dampak sosial kultural. 2 RINGKASAN DAN ANALISIS PUSTAKA 1 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Alamat URL : : : : : : Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud 2011 Laporan Penelitian Elektronik Ni Made Ruastiti http://repo.isi-dps.ac.id/977/1/Komodifikasi_Obyek_ Wisata_Puri_ Saren_Agung_ Ubud,_bagian_II.pdf Tanggal diunduh : 29 September 2014 Ringkasan Pustaka : Latar belakang penelitian ini atas dasar adanya proses industrialisasi pariwisata yang menyebabkan komodifikasi. Salah satu yang menjadi proyek komodifikasi industrialisasi pariwisata yakni produk produk budaya berupa Puri Saren Agung Bali. Puri Saren Agung Bali yang memiliki nilai historis, filosofi hindu yang kental, bangunan istana dan nilai estika yang tinggi. Hal ini sesuai dengan kriteria daya tarik wisatawan yakni membutuhkan keunikan budaya, arsitektur bangunan dan kekhasan gaya hidup masyarakatnya. Didukung dengan adanya kebijakan pemerintah daerah Bali terjadilah proses industrialisasi pariwisata. Pengaruh dengan adanya industrialisasi ini selain dari sektor ekonomi juga penting diperhatikan mengenai faktor distribusi dan konsumsinya pula. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkembangan pariwisata bali diawali dengan adanya seniman luar negri yang datang ke Bali memamerkan lukisa Ubud Bali di dunia internasional melalui kapal dagang KPM ( Koninklije Paketvaat Maatscappij). Dukungan perkembangan periwisata juga dilakukan pemerintah Indonesia melalui berbagaikebijakan dan kerjasama dengan tujuan pemperluas kesempatan kerja, pendapatan masyarakat, menigkatkan devisa dan menigkatkan industri berkaitan dengan pariwisaa. Dibentuknya konsep pariwisata budaya mempertimbangkan nilai historis, filosofi, estetika, arsitektur bangunan, gaya hidup masyarakat, dan keunikan budaya. Faktor-faktor pendukung lainnya yakni globalisasi industri pariwisata,dukungan kebijakan pariwisata serta asosiasi pariwisata nasional dan internasional. Hal ini memunculkan gejala komodifikasi di berbagai sektor kehidupan masyarakat yang juga terjadi pada Puri Saren Agung. Puri Saren Agung memiliki potensi bagunan sebagai obyek wisata, kebudayaan dan gaya hidup masyarakatnya yang unik, serta sumberdaya manusianya. Komodifikasi budaya ini lah yang dikembangkan pemerintah sebagai konsep pengembangan pariwisata Ubud Bali. Gejala komodikasi disebutkan sebagai adalah suatu konsep yang luas, yang tidak hanya menyangkut masalah produksi komoditas dalam pengertian perekonomian yang sempit saja, namun juga menyangkut tentang bagaimana barang-barang tersebut didistribusikan dan dikonsumsi. Tujuan besarnya adalah peningkatan ekonomi dan pelestarian pusat kebudayaan. Namun disisi lain hal-hal yang dipertahankan Puri Saren Agung adalah statusnya sebagai pusat kebudayaan dan juga identitas budaya masyarakat serta konsep warisan budaya yang dijunjung untuk menghindari komersialisme. Terbentuknya Puri Saren Agung sebagai destinasi pariwisata budaya mampu menarik banyak datangnya wisatawan. Hal ini berdampak pada perubahan sosial ekonomi. Dari segi ekonomi terjadi peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), 24 berkembangnya industri yang berkaitan dengan pariwisata, peningkatan kesempatan kerja di sektor pendukung pariwisata, meningkatnya pendapatan masyarakat serta. Dari segi sosial terdapat dampak positif dan negatif. Dampak negatif yakni bergesernya mata pencaharian masyarakat dari sektor pertanian sawah ladang ke sektor pariwisata yang lebih menguntungkan. Disisi lain keuntungan positif yang dirasakan adalah simbiosis mutualisme karena dengan adanya pendapatan yang diperoleh Puri Saren Agung dapat dijadikan biaya perawatan bangunan sehingga bangunan tetap lestari selain itu konsep pariwisata budaya dijadikan laboratorium sosial penelitian dan dari segi budaya semakin mengukuhkan karakter budaya Bali khususnya Puri Saren Agung. Perlakuan komodifikasi budaya demi kepentingan ekonomi akan lebih baik bila diintegrasikan dengan potensi masyarakat. Sebagai proses adaptasi ekologi masyarakat yang memiliki pengetahuan lokal sehingga tercermin konsep pariwisata budaya yang sebenarnya Analisis Pustaka Penelitian ini memaparkan faktor-faktor yang mempengaruhi adanya komodifikasi budaya di Bali. Terbagi menjadi tiga faktor yakni potensi daya tarik wisatawan, kebijakan dan arus globalisasi. Faktor-faktor tersebut mempengaruhi terbentukny konsep komodifikasi budaya. Kmodifikasi budaya yang dilakukan merupakan komodifikasi bangunan candi. Dipaparkan pula berbagai dampak yang dimbul dari komodifikasi budaya terutama dampak sosial ekonomi. Maka dapat dibuktikan ada hubungan antara pengaruh komodifikasi budaya terhadap perubahan atau dampak sosial masyarakat. Namun dalam pembahasannya, dampak budaya kurang dijabarkan dengan jelas. 2 Judul : Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar) Tahun : 2008 Jenis Pustaka : Tesis Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Dhyah Ayu Retno Widyastuti Kota dan Nama : Surakarta Penerbit : Universitas Sebelas Maret Alamat URL : http://eprints.uns.ac.id/8148/1/71890707200910431.pdf Tanggal diunduh : 29 September 2014 Ringkasan Pustaka: Penelitian ini dilatarbelakangi maraknya isu klaim budaya Indonesia oleh negara Malaysia. Hal ini disinyalir karena kurangnya perhatian pemerintah Indonesia pada sektor budaya dan pariwisata Indonesia. Dari tragedi tersebut maka perlulah tindakan tegas pemerintah untuk mengajukan hak paten budaya Indonesia serta didukung dengan pengelolaan pariwisata yang baik. Melalui otonomi daerah dapat dibentuk kebijakan pengembangan pengelolaan pariwisata yang nantinya dapat berpengaruh pada tingkat kesejahteraan masyarakat pula. Khususnya pemerintah daerah Kabupaten Karanganyar, kebijakan pengembangan pariwisata melalui intervensi komodifikasi budaya sebagai alat untuk pengembangan 25 pariwisata setempat sehingga meningkatkan nilai jual beli. Maka perlulah komunikasi pemasaran yang efektif sehingga dinas pariwisata juga mendapat umpan balik dari wisatawan sebagai evaluasi kebijakan pariwisata. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui komodifikasi upacara religi Saraswati yang dilaksanakan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar dalam komunikasi pemasaran baik proses, pesan, dan media serta tanggapan khalayak. Jenis penelitian studi kasus melalui pendekatan kritis melalui prespektif politik ekonomi. Berlalokasi di Candi Ceto dan Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar. Menggunakan metode deskripsi kualitatif melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini memaparkan proses pengembangan pariwisata Kabupaten Karanganyar melalui strategi komodifikasi budaya upacara religi. Tahap awal yang dilakukan pemerintah Kabupaten Karangaanyar adalah mengidentifikasi potensi pariwisata yang dimiliki, salah satunya Candi Ceto. Berdasarkan sejarahnya, Candi Ceto merupakan candi tertua di umat Hindu sehingga memiliki keterikatan nilai sakral yang kuat terutama dengan umat Hindu di Bali. Pada tahap selanjutnya pemerintah Kabupaten Gianyar mengkomunikasikan keberadaan dan nilai sejarah candi Ceto pada pemerintah Kabupaten Gianyar di Bali sekaligus untuk belajar dan kerjasama diberbagai aspek kepariwisataan. Salah satu bentuk kerjasamanya ialah diboyongnya patung Saraswati dari Bali ke Karanganyar. Pengembangan wisata Kabupaten Karanganyar dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2004 tentang Rencana Strategis 2005-2009. Salah satu strateginya yakni program pengembangan manajemen pemasaran melalui komunikasi pemasararan, strategi ini dikemas melalui media komunikasi dan peran guide. Sasaran pemasaran ditujukan pada wisatawan umum maupun wisatawan minat khusus dengan brand concept ‘Kota Wisata Religi dan Edukasi Candi Ceto dan Candi Sukuh’. Hal ini berdampak positif pada meningkatnya daya ingat wisatawan dan mampu meningkatkan minat dan kunjungan wisatawan. Aktor yang terlibat dalam komodifikasi upacara religi yakni Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar sebagai komunikator, khalayak sebagai komunikan serta pelaku atau produsen budaya yakni masyarakat. Pemasaran industri pariwisata ini berdampak pada meni Namun komunikasi pemasaran Kabupaten Karang anyar masih terbatas sebab faktor biaya. Kekurangan ini disiasati melalui pendekatan terpadu yakni dilaksanakannya rangkaian kegiatan wisata sehingga pesan wisata yang disampaikan lebih efektif. Pengaruh komodifikasi budaya yang dilakukan pemerintah dapat dilihat dari aspek ekonomi, sosio-kultur. Aspek ekonomi sangat jelas dapat mendongkrak ekonomi masyarakat, meningkatkan PAD dan meningkatkan kunjungan wisata Aspek sosio-kultur dapat dijadikan sarana pewarisan budaya, masyarakat lokal merasa menurunnya tingkat kekhidmatan berlangsungnya upacara religi karena menjadi totonan. Sedangkan wisatawan merespon positif adanya komodifikasi budaya. Hal ini menunjukkan kebijakan struktur sosial yang tidak seimbang karena pengaruh kapitalisme sehingga perlu solusi yang lebih bijaksana. Analisis Pustaka Penelitian ini menjelaskan secara rinci alur sejarah tebentuknya obyek wisata Candi Ceto. Upaya pengembangan sektor pariwisata yang dilakukan Pemerintah Daerah Kabupaten Karanganyar untuk memilih berfokus pada strategi pemasaran dan pengelolaan pariwisata sangat tepat. Karena tujuan peningkatan 26 kunjungan wisatawan dan peningkatan kesejahteraan dapat tercapai. Strategi pengembangan secara top down juga melibatkan masyarakat sebagai pelaku produsen budayanya namun aspek religi dan kehidmatan upacara bagi pelakunya terkadang dilupakan. Dijelaskan pula strategi pemasaran dan pengelolaan pariwisata melalui media dan pemandu wisata. Analisas aspek ini kurang mendalam karena dinyatakan secara kualitatif dan deskriptif. Bila dinyatakan dalam bentuk presentase kuantitatif sehingga terlihat nyata sebesar apa pengaruh strategi tersebut terhadap respon wisatawan maupun masyarakat. 3 Judul : Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di Medan Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Damardjati Kun Marjanto, Ernayanti, Robby Ardiwijaya Nama Jurnal : Jurnal Kebudayaan Volume (Edisis), Hal : Vol. 8 (No. 1), 5-23 Alamat URL : http://litbang.kemdikbud.go.id/pusat/puslitbangbud/ jurnal/ Vol% 08%20no %201%20tahun%202013.pdf Tanggal diunduh : 23 September 2014 Ringkasan Pustaka : Penelitian ini dilatarbelakangi adanya kesenjangan yang dirasakan antara kondisi ideal sebuah kota lama Medan dengan kondisi terkini yang jauh dari harapan. Daerah kota lama Medan merupakan aset dalam ekonomi, sosial, budaya dan berbagai bangunan pusaka budaya. Sehingga kota lama layak dijadikan cagar budaya sebagai pengukuhan jati diri dan identitas masyarakat Medan. Namun kondisi dilapangan seiring perubahan waktu kota lama Medan tidak terlihat lagi eksistensinya. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan berbagai warisan budaya kawasan kota lama di Medan, dan mencoba mengungkapkan berbagai permasalahan dan upaya pelestarian yang perlu dilakukan untuk menjaga warisan budaya tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan melakukan observasi di kawasan kota lama Medan, wawancara dengan berbagai informan, focus group discussion (FGD), serta studi pustaka. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kota Medan memiliki warisan budaya dalam bentuk peninggalan bangunan kota lama yang cukup banyak. Warisan budaya tersebut memiliki kondisi yang beragam, ada yang masih terjaga keutuhan dan kondisinya, namun di beberapa tempat sangat memprihatinkan. Kondisi ini dipengaruhi Kota Medan sebagai pusat pertumbuhan dengan kemajuan ekonomi, meningkatkannya tingkat pendidikan dan jumlah penduduk serta beragamnya kelompok etnis. Permasalahan pokok yang terjadi dalam pelestarian warisan budaya kota lama tersebut antara lain aspek lingkungan kawasan kota lama dan aspek pelestarian bangunan terdiri dari konsep pelestarian yang belum dipahami, lingkungan yang belum tertata dengan baik, peruntukkan yang tidak sesuai dengan fungsi bangunan kota lama, tidak jelasnya konsep pelestarian budaya kota lama, padatnya lalu lintas dan papan iklan, polusi udara, dan maraknya kegiatan ekonomi. Dampaknya pada perubahan pola pikir, nilai, sikap yang masyarakat pada 72 kepentingan ekonomi. Sehingga kawasawan kota lama tidak tertata juga telah banyak bangunan bersejarah yang dirobohkan dan diganti dengan bangunan baru. Cara pandang lain yang kontradiktif mengenai perencanaan pembangunan Kota Medan dijadikan sebagai kawasan Kota Lama Medan. Dasarnya bahwa kawasan tersebut merupakan aset negara dalam bidang ekonomi, sosial dan budaya. Kedepannya selains menjadi destinasi pariwisata yang baru kawasan ini sarat akan konsep kawasan bersejarah dan cagar budaya. Faktor yang mendukung adalah karakteristik bangunan yang usianya telah mencapai lebih dari 50 tahun, bangunan berarsitektir khusus dan memiliki kolektif memori pada masyarakat. Kawasan tersebut juga memiliki fungsi sebagai jati diri Kota Medan, sebagai asal usul lingkungan, orientasi mas lampau dan dapat memupuk rasa kebanggaan. Dari kedua pandangan tersebut maka perlulah upaya tindak lanjut yang dapat dilakukan untuk pelestarian kota lama yakni tujuh tindakan antara lain; merumuskan prinsip-prinsip pelestarian dalam perencanaan dan proses pembangunan; mengidentifikasi, memetakan, menilai dan menginterpretasikan sumberdaya budaya kota lama; mempromosikan citra kota lama sebagai pusat sejarah yang penting bagi identitas Kota Medan; mengintegrasikan berbagai kegiatan di Medan; menetapkan komunikasi desain dan review proses perencanaan; alokasi anggaran; serta pengelolaan pemerintah bersama swasta.\ Analisis Pustaka Dijabarkan kedua cara pandangan rencana pembangunan kawasan Kota Medan yakni yang pertama dijadikan pusat pertumbuhan ekonomi dan kedua sebagai kawasan Kota Lama Medan. Pebedaanya terletak pada orientasi, bila Kota Meda dijadikan pusat pertumbuhan maka orientasi pada ekonomi beserta pembangunan infrastruktur yang merujuk pada kota-kota besar lainnya. Dan bila dijadikan sebagai kawasan Kota Lama medan maka orientasi pada konservasi bangunan lama. Disis lain kedua pandangan ini juga memiliki persamaan yakni dirancang melalui konsep komodifikasi kawasan kota. Kota dijadikan produk yang diperjual belikan untuk mengumpan datangnya orang atau wisatawan. Faktor yang dipengaruhi berupa perubahan budaya, terdiri dari nilai pola pikir dan sikap. Perubahan aspek lingkungan dan aspek pelestarian lingkuangan. 4 Judul : Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta Tahun : 2007 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Digital Nama Penulis : Endah Susilantini Nama Jurnal : Jurnal Sejarah dan Budaya Volume (Edisi) hal : Vol. 2 (No.4), Hal : 237-244 Alamat URL : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/ wp-content/uploads/sites/37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_ Desember_2007.pdf Tanggal : 9 November 2014 Ringkasan Pustaka : Jurnal ini membahas mengenai eksisstensi seni pertunjukan Wayang Wong Panggung. Bermula dari pertunjukan di daerah keraton yang sarat akan nilai 82 keramat dan seni klasik kraton (kagungan adiluhung) dan hingga menjadi seni pertunjukan rakyat. Saat ini pertunjukan Wayang Wong Panggung tidak lagi dipandang sebagai pertunjukan yang sakral, sebagian masyarakat menyatakan sebagai pertunjukan murahan. Hal ini disebabkan para pemainnya menjual seni untuk mendapat uang dan ditampilkan setiap malam sebagai meski tanpa penonton. Meski pun dengan kondisi demikian, motivasi para pemain tidak berkurang bahkan terus berekspresi dan berolah seni. Wayang Wong Panggung Purawisata diprakarsai pada 10 Agustus 1976 dalam wadah Sendratari Ramayana. PT. Ganesha Dwipaya Bhakti dulunya memiliki banyak tugas dan pesanan pertunjukan. Namun seiring perubahan sosial budaya masyarakat sendratari ini tidak lagi diminati. Perubahan internal dipengaruhi turunnya minat dan apresiasi masyarakat terhadap pertunjukan dengan alasan 1) Banyak alternatif hiburan yang lebih efisien waktu dan biaya. Sebab kemajuan teknologi informasi mempengaruhi pola pikir dan selera seni. 2) Generasi muda mengembangkan diri pada dunia informasi yang didukung kurikulum ilmu terapan sehingga secara tidak langsung merubah selera seni. 3) Sistem pendidikan dan komunikasi keluarga mengalami perubahan. Keluarga lebih menekankan penggunaan bahasa Indonesia dari pada bahasa ibu. Meski tujuannya edukatif dan mengikuti perkembanga teknologi, namun secara tidak sengaja anak terputus pada sistematis,dengan kesenian tradisional yang menggunakan Bahasa Jawa. Meskipun Wayang Wong Panggung pernah mencoba menggunakan Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris namun akan mengurangi rasa bahasa dalam seni pewayangan. Pengaruh perkembangan religi pada dekade 1970-an adanya pembangunan fisik pembangunan mental spiritual, sesuai dalam UUD 1945 pasal 32, GBHN dan P4. Momentum tersebut merubah pola pikir yang awalnya pewayangan menjadi sumber inspirasi berubah menjadi religius keyakinan pada Tuhan. Pengaruh ini lambat laun mengurangi antusiasme masyarakat untuk mendapatkan ajaran moral dan religi dari dunia pewayangan sehingga ketokohan dalam wayang ditinggalkan sejalan dengan perkembangan religi masyarakat. Pengaruh lainnya pada perubahan dunia anak-anak, upaya mempertahankan kebudayaan melalui regenerasi budaya dapat berjalan dengan baik serta didukung oleh peraturan niscaya eksistensi kesenian tradisional dapat bertahan. Pada anak-anak Indonesia khususnya suku Jawa, tokoh peran tokoh tradisional telah digantikan dengan tayangan televisi dan film pahlawan yang berasal dari negara lain. Ketika tumbuh dewasa ilustrasi tokoh pewayangan tidak dapat dikenali karena telah terputus rantai kebudayaan dan tradisinya dengan generasi orang tuanya. Upaya pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional yang merupakan kebudayaan nasional dan telah tertuang dalam pasal 32, Undang-Undang Dasar 1945 baiknya didukung oleh masyarakat. Masyarakat dapat memberikan apresiasi dan penghargaan kepada pemain. Akan tetapi bila dukungan masyarakat diinterpretasikan dalam bentuk komersialisasi seni maka pemain diberikan penghargaan dalam bentuk penghasilan yang semestinya. Kasus ini ditemukan diberbagai pementasan yang dilakukan event organizer dengan wisatawan mancanegara. Pendapatan yang diperoleh event organizer jauh lebih besar dan hanya sebagian kecil yang diberikan kepada para pemain. Kondisi ini jauh dari penghargaan dan bentuk apresiasi dukungan sesuai pasal 32, Undang-Undang Dasar 1945. Seiring perkembangan zaman masyarakat sulit mencerna hiburan pewayangan, sekarang lebih menyukai hiburan ekspresif dan mudah dicerna. Maka 92 bentuk komersialisasi seni pewayangan dengan ide baru memberikan daya tarik dan menjadi pilihan. Berbagai modifikasi sesuai pesanan pada waktu yang dipersingkat dan tema teraktual sehingga kaidah yang semestinya berubah menjadi dialog pesanan tanpa mempertahankan sastra pendalangan. Analisis Pustaka Penelitian ini memaparkan gejala sosial perubahan eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata. Fenomena di masyarakat dapat pula disebut sebagai faktor perubahan sosial budaya. Faktor perubahan sosial budaya tersebut dapat di sebut juga sebagai faktor yang nantinya mempengaruhi upaya komodifikasi seni pertunjukan Wayang Wong Panggung Purawisata. Upaya komodifikasi budaya juga dianggap sebagai bentuk pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional yang menyesuaikan permintaan zaman. Namun yang takterhindarkan pula berbagai dampak yang terjadi dari komodifikasi Wayang Wong Panggung Purawisata. Dampak tersebut dapat diklasifikasikan menjadi dua yakni dampak dampak budaya seperti halnya perubahan pesan nilai ajaran kehidupan dan dampak sosial ekonomi. 5 Judul Nama Penulis Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Nama Jurnal Volume (Edisi) hal Alamat URL : : : : : : : : : Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan Taryati 2007 Jurnal Digital Taryati Jurnal Sejarah dan Budaya Vol. 2 (No.4), Hal : 291-297 http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/ wp-content/uploads/sites/37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_ Desember_2007.pdf Tanggal diunduh : 9 November 2014 Ringkasan Pustaka : Pada era globalisasi dengan berbagai kemajuan teknologi, komunikasi dan transportasi memudahkan manusia memenuhi kebutuhan. Kebutuhan keingintahuan, mobilisasi, mencari nafkah dan juga pariwisata. Fenomena ini sejalan dengan pasal 3 Undang-Undang Kepariwisataan dan Instruksi Presiden Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1969, Bab II tertuang tujuan kepariwisataan. Keberadaan sektor pariwisata memiliki keuntungan harapan secara tidak langsung seperti memperjelas bias pandangan internasional terhadap bangsa, mengembangkan jiwa entrepreneurship industri pariwisara dan meningkatkan ekspor produk dalam negri. Maka dari itu pengelola pariwisata penting memahami faktor-foktor yang dapat menarik wisatawan. Menurut Manggolo HA, tiga faktor yang menjadi fakto penarik wisatawan yaitu 1) obyek wisata memiliki atraksi yang khas (something to see), 2) tersedia fasilitas olahraga dan rekreasi (something todo), 3) fasilitas berbelaja barang khas (something to buy). Faktor-faktor tersebut akan lebih mudah dilengkapi bila terjadi sinergi antara terpadu antara pemerintah, swasta dan masyarakat lokal yang terlibat aktif dalam pengembangan pariwisata. Setiap kegiatan pembangunan khususnya pembangunan melalui kepariwisataan pasti memiliki dampak. Kontraversi pembangunan kepariwisataan antara dampak positif kesejahteraan masyarakat dan dampak negatif dari 102 meluluhnya nilai budaya. Kondisi ini deipengaruhi tingkat kemajuan dan kesiapan menghadapi kehadiran pariwisata beserta ekses negatif yang menyertainya. Dampak negatif pariwisata mempengaruhi aspek kehidupan penduduk sekitar, kebudayaan, lingkungan. Aspek kebudayaan seperti berubahnya nilai-nilai sakral budaya masyarakat berubah menjadi nilai tontonan, penularan penyakit, pelecehan moral, dan dominasi budaya asing terhadap budaya masyarakat lokal. Maka untuk meminimalisasi dampak negatif tersebut pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang tertuang pada Undang-Undang Kepariwisataan pada Bab III pasal 6 yang berbunyi sebagai berikut: “Pembangunan obyek dan daya tarik wisata dilakukan dengan memperhatikan; a) kemampuan untuk mendorong dan meningkatkan perkembangan kehidupan ekonomi dan sosial budaya; b) nilai-nilai agama, adatistiadat, serta pandangan dan nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat; c) kelestarian budaya dan mutu lingkungan hidup; d) kelangsungan usaha pariwisata itu sendiri”. Menghindari kontraversi tersebut diarahkan sesuai potensi yang dimiliki daerah tersebut. Pengembangan pariwisata berarti pula pengembangan budaya, pariwisata harus mendukung keberadaan, eksistensi serta substansi dari kebudayaan itu sendiri. Sehingga baiknya dampak negatif di antisipasi dan dicarikan solusi yang terbaik sedangkan dampak positif perlu diukung dan dikembangkan. Analisis Pustaka Jurnal ini membahas beberapa kebijakan kepariwisataan Indonesia yang mendukung pelaksanaan pembangunan pariwisata berbasis budaya Indonesia. Dipaparkan pula kemungkinan dampak positif dan dampak negatif dari pengembangan pariwisata budaya berdasarkan pengalaman yang ada. Dampak yang timbul dapat diklasifikasikan menjadi dampak pada ekonomi, sosial budaya dan lingkungan. Secara umum dampak positif lebih condong pada aspek ekonomi sedangkan dampak negatif lebih mengarah pada aspek sosial budaya dan lingkungan. Sesuai dengan judul jurnal, sangat sulit menyatukan tujuan pengembangan pariwisata budaya yang kontraversi antara bidang ekonomi dan pelestarian budaya. Aspek perlindungan budaya umumnya akan terkesampingkan. 6 Judul : Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali Nama Penulis : I Wayan Ardika, Ni Luh Sutjianti B, I Nyoman Dhana Tahun : 2014 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Alamat URL : http://jurnal.isidps.ac.id/index.php/mudra/article/viewFile/ 1103/pdf Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka : Jurnal ini mengangkat tema tentang dampak pariwisata budaya. Berlokasi di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Desa Tenganan Pegringsingan, Bali memiliki keunikan kondisi geografis wilayah dan sistem kebudayaan yang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Sehingga dapat dikembangkan sebagai desa pariwisata berbasis warisan budaya dan ekonomi kreatif. Adanya aktivitas pariwisata membuahkan dampak yang baik maupun buruk. Dampak baiknya 2 11 terkaiit peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat dan pelestarian budaya masyarakat. Disisilain dampak buruk akibat komodifikasi budaya. Penelitian ini diulas menggunakan metode penelitian metode deskripstif analisis. Desa Tenganan Pegringsingan, Bali merupakan desa yang unik. Letak geografisnya seperti terkurung dan memiliki banyak pintu karenadikelilingi desadesa lain yang berbatasan dengan Desa Tenganan Pegringsingan. Keunikan tata wilayah desa berciri dari kebudayaan zaman batu megalitik. Salah satu keunikannya yakni jalan yang luas berundak-undak dari batu kali yang disebut awangan. Hal ini mengharuskan wisatawan berjalan dan tidak diperkenankan membawa kendraan saat memasuki wilayah desa. Perubahan fungsi bangunan terjadi semenjak perkembangan pariwisata. Selain komodifikasi budaya hal lain yang berubah adanya modifikasi fungsi bangunan. Modifikasi bangunan berubah karena dulunya bangunan tersebut berfungsi sebagai tempat upacara agama berganti menjadi lokasi berjualanrya barang-barang khas ka masyarakat. Keunikan lainnya terletak pada sejarah adanya Desa Tenganan Pegringsingan yang sarat akan mitos magis, aktivitas ritual upacara pengorbanan darah. Hasil karya penduduk desa yakni menenun kain pegringsingan dan kain geringsing dianggap memiliki nilai etnis, magis dan menungjukkan status sosial bagi pemakainya. Seluruh aktivitas budaya seperti menenun, menganyam keranjang, menulis naskah prasi tetap dipertahankan. Sebab selain sebagai aktivita tradisi budaya, tujuan lainnya yakni pemasukan usaha ekonomi kreatif dan juga daya tarik wisata. Pariwisata berbasis warisan budaya memberikan manfaat bagi komunitas Desa Tenganan Pegringsingan dan wisatawan. Manfaat yang diterima komunitas yakni manfaat ekonomi, sosial dan budaya. Secara ekonomi masyarakat dapat mengekspresikan karya seni dan kerajinannya untuk dijual, dan juga dari aspek budaya sejarahnya, tradisi dan adat istiadat dapat dipertahankan melalu kegiatan pariwisata. Masyarakat juga sangat menjunjung tinggi kearifan lokalnya selain untuk menjaga lingkungan juga sebagai aset budaya dan bahan baku alami setiap karya seni mereka. Bagi wisatawan memperoleh manfaat berupa bertambahnya pengetahuan budaya dari komunitas Desa Tenganan Pegringsingan. Pengaruh komodifikasi budaya tersebut memili dua dampak positif dan negatif. Dampak positif yang terlihat seperti yang telah dipaparkan pada manfaat peningkatan penghasilan ekonomi khususnya melalui ekonomi kreatif karya dapat semua yang berkaitan dengan aktivitas tradisi. Aktivitas tradisi yang dilakukan untuk pelestarian tradisi dan adat istiadat sebagai identitas komunitas. Namun dampak negatif juga tidak luput dari komodifikasi budaya. Orientasi ekonomi mendominasi pada aktivitas masyrakat, bangunan dialihfungsikan, kesenian dan kerajianan, semua itu menjadi komoditas untuk dijual kepada wisatawan. Analisis Pustaka Faktor yang berpengaruh adalah kegiatan pariwisata berbasis warisan budaya atau dapat disebut sebagai tindakan komodifikasi. Beberapa penelitian yang menjadikan komodifikasi sebagai faktor pengaruh pasti memaparkanpula dampak kegiatan pariwisata sebagai faktor yang dipengaruhi. Sepertihalnya aspek ekonomi selalu sesuai dengan tujuan dan menjadi manfaat atau dampak positif. Kemudian aspek sosial budaya menjadi korban dampak negatif dari komodifikasi budaya. Namun ulasan pengertian ini sedikit berbeda dimana aspek budaya menjadi dampak positif. Sepertihalnya aktivitas kebudayaan masyarakat yang menjadi komoditas utama pariwisata sekaligus sebagai upaya pelestarian tradisi. Dalam hal ini terdapat 122 hal yang menarik untuk ditelaah mendalam yakni sejauh mana generasi muda memperoleh pemahaman yang baik mengenai pewarisan tradisi yang dilakukan oleh generasi yang lebih tua. Apakah esensi berbeda -orientasi budaya berubah menjadi orientasi ekonomi komersil- mampu mewariskan pemahaman tradisi budaya sesuai dengan nilai-nilai sebenarnya dari kearifan lokal budaya tersebut. 7 Judul : Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan Tahun : 2011 Jenis Pustaka : Jurnal Bentuk Pustaka : Elektronik Nama Penulis : Sami Ahmad Alhasanat dan Ali Salem Hyasat Nama Jurnal : Jordan Jounal of Sosial Sciences Volume (Edisi), Hal : Vol. 4 (No. 1), 144-158 Alamat URL : http://www.borjournals.com/a/index.php/jbmssr/arti cle/view/1626 Tanggal diunduh : 20 Oktober 2014 Ringkasan Pustaka : Penelitian ini membahas mengenai persesi dampak sosial berdasarkan status pendidikan serta manfaat yang diperoleh dan konsekuensi positif mau pun negatif dari kegiatan pariwisata. Terdapat perbedaan kelas sebagai perbandingan persepsi yakni kelas yang berpendidikan tinggi dan berpendidikan rendah. Ditemukan bahwa kelas berpendidikan rendah berpresepsi positif terhadap adanya pariwisata dari pada kelas berpendidikan tinggi. Tujuan penelitian ini untuk 1) mengidentifikasi dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, 2) Mengevaluasi kritik dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra, dan 3) Menentukan rekomendasi khusus untuk meningkatkan kesadara pemerintah, masyarakat lokal dan wisatawan terhadap dampak sosial budaya pariwisaata pada masyarakat Petra. Metode penelitian kuantitatif, pengumpulan data melalui metode survei random sampling menggunakan kuesioner, pengumpulan data disebar pada 500 kuesioner yang dilakukan di lima daerah di wilayah Petra, Yordania. Mengunakan analiss deskriptif dan analisis data hasil yang didukung kajian literatur. Berdasarkan hasil kuesioner diperoleh data variable karakteristik individu status gender, tingkat pendidikan dan asal daerah tujuan wiasata, status pekerjaan. Dijelaskan bahwa range usia yang aktif dalam kegiatan pariwisata adalah usia produktif 18-30 tahun. Range usia tersebut peran gender perempuan sama baiknya dengan laki-laki untuk berpartisipasi di bidang pariwisata namun kesempatan yang sama tidak terlihat untuk perempuan yang lebih dari 31 tahun. Pada level pendidikan ditemukan pada hampir 57% penduduk usia muda mengalami putus sekolah dan memilih untuk bekerja. Di sektor area demografi penduduk, wilayah tujuan utama wisata memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi. Hal ini dipengaruhi semakin dekat denga daerah utama tujuan wisata memiliki peluang kesempatan bekerja lebih besar. Berdasarkan analisis deskriptif dipaparkan sikap masyarakat terhadap pariwisata beragam sesuai ketergantungan pada industri pariwisata dan demografi. Ditemukan orang yang berpendidikan rendah lebih bersikap positif terhadap industri pariwisata, sebab mereka umumnya tidak memiliki matapencaharian lain. 2 13 Terdapat batasan peran gender bekerja dalam industri pariwisata sesuai nilai sosial budaya dan agama yang dijunjung tinggi. Perempuan mendapat porsi yang sedikit berkecimbung didunia pariwisata karena kepercayaan mereka mengenai moral agama Islam melarang perempuan dan laki-laki dilaranng bekerja bersama-sama (Hejazee, 2007) Kondisi ini tercermin pada penduduk perempuan usia diatas 30 tahun. Karena perubahan moral generasi musa umumnya generasi muda yang mendominasi bekerja di industri pariwisata. Dampak yang ditimbulkan dari kegiatan pariwisata diantranya dampak positif seperti pada aspek ekonomi tersedianya lapangan kerja bidang pariwisata, pendapatan meningkat, kemampuan berbahasa asing, peluang berinvestasi dan secara sosia terjadi interaksi intrakomunitas masyarakat lokal. Dampak negatif yang terjadi yakni menurunnya moral generasi muda akibat pengaruh budaya yang dibawa wisatawan, kemudahan mengakses sumberdaya pariwisata menjadikan generasi muda lebih tertarik untuk bekerja dari pada melanjutkan pendidikan 8 Judul Nama Penulis Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Alamat URL : : : : : : Tourism and The Commodification of Urban Culture Sussan S. Fainstein 2007 Jurnal Elektronik http://www.urbanreinventors.net/2/fainstein/fainstein urbanreinventors.pdf Tanggal diunduh : 23 September 2014 Ringkasan Pustaka : Pada penelitian ini dilatarbelakangi kondisi maraknya penggunaan industri pariwisata sebagai strategi pengembangan wilayah oleh perencana kota. Dipengaruhi asumsi bahwa kota dianggap memiliki kompetisi yang lebih dari pada pinggir kota sebab kota memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat dan memiliki tingginya mobilisasi kunjungan bisnis. Maka dari itu industri pariwisata melilihat kota memiliki sasaran wisatawan secara ekonomis. Didukung dengan adanya globalisasi dunia yang berdampak pada meningkatnya perjalanan bisnis yang merupakan keharusan bagi pelaku bisnis. Tujuan penelitian ini adalah menganalisa hubungan kebijakan industri pariwisata pemerintah dengan jenis pariwisata perkotaan serta mengidentifikasi sebab budaya lokal terhadap variasi pariwisata perkotaan. Hasil yang diperoleh dari penelitian mengemukakan definisi wisatawan menurut World Tourism Organization dari PBB, turis adalah setiap orang yang melakukan perjalanan lebih dari 50 km dan tetap dalam semalam, termasuk orang yang pergi untuk sejumlah alasan yang berbeda. Pada era globalisasi mempengaruhi prilaku perjalanan manusia dan prilaku berwisata. Perjalanan yang dilakukan orang kesuatu tempat tidak hanya untuk tujuan berwisata, rekreasi namun juga untuk tujuan perjalannan lain yang lebih serius. Dinyatakan bahwa rekreasi adalah untuk melarikan diri dari ketidaknyamanan hidup karena kebanyakan pengunjung tidak datang pada tujuan wisata serius seperti wisata antropolog atau sosiolog. Sehingga orang dengan tujuan berpergian serius kadang kala menyempatkan waktu dalam perjalanannya untuk berrekreasi. Menurut jenis wisatawan terdapat jenis pariwisata yakni pariwisata secara umum untuk semua segmen wisatawan atau untuk sasaran masyarakat umum ada 2 14 pula pariwisata fragmentasi. Fragmentasi dimaksudkan pada pembagian kelas dan budaya. Pariwisata fragmentasi kelas dikhususkan sesuai kelompok sosial pada sasatan tertentu sedangkan fragmentasi budaya khusus pada wisatawan dengan preferensi berwisata untuk mencari perbedaan budaya. Terdapat tiga jenis kota wisata dalam buku The Tourist City yakni pertama Resor kota yakni kota yang dijadikan sebagai konsumsi pengunjung. Kedua Kota Dikonversi yakni kota yang membangun infrastruktur untuk tujuan menarik pengunjung. Ketiga Kota Dibangun kota yang diperuntukkan untuk pengunjung bukan untuk warganya karena pembangunan tidak merata. Keempat Kota Sejarah adalah kota yang memiliki monumen bersejarah asli, sehingga membutuhkan pemandu wisata untuk menyampaikan pengetahuan pada wisatawan. Keberadaan bangunan bersejarah dimanipulasi dan dibangkitkan sebagi upaya menarik atas dasar budaya. Beberapa faktor yang dapat menarik wisatawan adalah lembaga, aturan dari industri pariwisata global. Selain itu kota wisata juga harus mencerminkan realitas politik lokal atau budaya lokal yang mampu memasarkan keragaman. Serta disediakannya lingkungan untuk industri hiburan. Maka perlu upaya pengelola pariwisata untuk menarik perhatian wisatawan dan mengontrol pengunjung melalui ekonomi, tata ruang dan budaya non penduduk. Juga pentingnya menjadikan kota sebagai destinasi pariwisata sehingga perlu menjadikan budaya menjadi komoditas. Sebab perkotaan bergantung pada industri tradisional, kota menjual budaya; Pergeseran ekonomi (konsekuensi rekonstruksi ekonomi dunia), sosial dan budaya; budaya memiliki aspek mitologis. Upaya menjadikan budaya sebagai komoditas akan dapat membentuk citra kota namun khusus untuk pariwisata untuk semua kalangan komodifikasi yang dilakukan tanpa perlu membedakan kelas dan tanpa menghancurkan pusaka budaya atau bangunan masyarakat setempat. Sampak secara aspek ekonomi terjadi pada desentralisasi produksi, meningkatnya jumlah wisatawan yang datang, peluang usaha industri pariwisata, meningkatkan peluang tenaga kerja serta dapat menghasilkan pendapatan asli daerah setempat. Disisi lain keberadaan daerah yang memiliki destinasi pariwisata terjadi beberapa perubahan yakni daerah tersebut akan diubah menjadi rezim perkotaan, adanya upaya menjaga keamanan untuk warga atau keamanan untuk pengunjung, pandangan stereotype sasaran wisarawan mengenai pengeluaran yang dikeluarkan wisatawan untuk berwisata dilihat dari kelas ekonomi wisatawan. Dari perubahan tersebut maka jenis regulasi dalam industri pariwisata yang harus diberlakukan : 1. regulasi kota untuk melindungi turis dan dari kota untuk kepentingan pengunjung, 2. regulasi pengunjung untuk melindungi kota dan 3. regulasi tenaga kerja. Analisis Pustaka Penelitian ini membahas faktor yang mempengaruhi kebijakan membentuk sebuah kota menjadi kota pariwisata. Pada era globalisasi khususnya daerah perkotaan, pembentukan pariwisata dipengaruhi oleh aktivitas. Dinyatakan bahwa pengaruh globalisasi mempengaruhi strategi pada industri pariwisata. Strategi pariwisata salah satunya menentukan peruntukan aset wisata melalui komodifikasi budaya atau pemilihan jenis pariwisata umum dan pariwisata fragmentasi (budaya dan kelas) strategi komodifikasi budaya. 152 9 Judul Tahun Jenis Pustaka Bentuk Pustaka Nama Penulis Kota dan Penerbit Alamat URL : Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah Kajian Budaya : 2003 : Disertasi : Elektronik : Asmyta Surbakti : Bali, UniversitasUdayana : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14 303&val=963&title= Tanggal diunduh : 29 September 2014 Ringkasan Pustaka: Penelitian ini dilatar belakangi oleh perubahan perkembangan pembangunan Kota Medan. Kota dengan citra Paris van Sumatra yang kaya akan bangunan bersejarah dirombak menjadi bangunan modern baru demi semangat peningkatan pendapatan asli daerah (PAD)-nya.Upaya perlindungan masyarakat selaku pemilik kebudayaan mengalakkan isu pelestarian lewat konsetvasi dan pengembangan pariwisata diabaikan pemerintah. Kondisi ini menyebabkan diskursus-hegemoni pemerintah yang berhadapan dengan diskursus konta hegemoni masyarakat. Melalui metode kualitatif, format pengumpulan data, dan strategi analisis datanya bersifat deskriptif-kualitatif. Sumber data terdiri atas data primer yang diperoleh dari wawancara mendalam dan observasi partisipasi dan metode penelitian berganda sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumentasi. Hasil analisis disajikan secara informal melalui deskripsi induktif-analitik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan sikap antara diskursus modernitas pembangunan pemerintah dengan diskursus kontra-hegemoni masyarakat terhadap perlakuan penghancuran dan mengalih fungsikan bangunan bersejarah atau pusaka budaya di Kota Medan. Pemerintah melalui kekuasaanya dan pelaku usaha melalui modal usahanya bekerja sama meningkatkan pembangunan daerah kapitalistik modern dengan pembangunan bangunan baru seperti pusat perbelanjaan sehingga muncul politik ekonomi instan. Kondisi ini mengakibatkan Kota Medan mengalami komodifikasi pariwisata. Tentu mengancam pustaka budaya dapat berdampak pada hilangnya identitas dan sejarah Kota Medan seperti fisik arsitektural maupun keadaan sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat setempat. Gerakan pelestarian budaya pembangunan pariwisata yang dilakukan masyarakat dan elemen sipil kota berupaya untuk menjadikan pusaka budaya sebagai modal ekonomi. Menurut Surbakti A (2004) pusaka budaya memiliki nilai berupa ektetika, informasi atau ilmu pengetahuan, asosiasi atau simbolis dan ekonomi. Sehingga melalui memahami nilai pusaka, kajian budaya dan konservasi, pusaka budaya dapat dikembangkan menjadi pariwisata postmodern yang nantinya Kota Medan dapat menjadi tour city. Analisis Pustaka Dapat disimppulan bahwa perlu adanya komunikasi dan kesepahaman antar aktor pembangunan sehingga tujuan pembangunan dari berbagai pihak secara efektif dapat terwujud melalui kerjasama yang teringrasi. Dalam kasus pembangunan pariwisata Kota Medaan beberapa aktor yang terlibat yakni pemerintah, pengusaha, masyarakat dan elemen masyarakat sipil lainya memiliki 162 dua tujuan pembangunan pariwsata yang berbeda. Harusnya pemerintah sebagai pelayan masyarakat dan pengusaha dapat secara adil dan tepat memandang keberlanjutan dari pembangunan yang dilaksanakan dan tidak terlepas dari sejarah dan identitas Kota Medan sendiri. Sesuai dengan konsepsi Perlas (2003) Arsworth dan Tunbridge (1990),terdapat empat pilar (fourfolding) pengembangan pariwisata pusaka budaya yakni masyarakat, pemerintah, industri pariwisata, dan bangunan bersejarah itu sendiri. Keempat pilar tersebut sangatlah penting integrasinya dalam pembangunan pariwisata. 10 Judul : Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using Nama Penulis : Muhammad Hadi Makmur dan Akhmad Taufiq Tahun : 2013 Jenis Pustaka : Laporan Penelitian Bentuk Pustaka : Digital Alamat URL : http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/1234567 89/57794/muhammad%20hadi%20makmur_hb_bopt n_101.pdf?sequence=1 Tanggal diunduh : 29 September 2014 Ringkasan Pustaka : Latar belakang ini didasarkan latar belakang adanya perubahan sistem pemerintahan. Berpengaruh pada perubahan pengelolaan dan pelestarian budaya bangsa khususnya dalam kasus ini pengaturan otonomi darah Kabupaten Banyuwangi. Status pemerintah daerah selaku aktor pengatur otonomi daerah berperan pula sebagai fasilitator, dinamisator dan koordinator dalam pelestarian budaya. Sedangkan aktor lainya masyarakat lebih berperan dalam upaya pelestarian budaya. Kebijakan pengembangan dan pelestarian budaya sangat membutuhkan kemandirian fisikal guna meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah). Kondisi ini seringkali dijadikan obyek sasaran kepentingan elit ekonomi, penguasa sebagai upaya pencitraan dimata publik. Kekhawatiran bias dan dikesampingkannya kebijakan pelestarian budaya akibat introduksi kepentingan penguasa. Tujuannya yakni pentingnya memahami wacana, program dan strategi kebijakan yang akan diusung dalam pengembangan dan pelestarian pariwisata budaya khususnya Using. Penelitian studi kasus di Kabupaten Banyuwangi memiliki subyek dan obyek penelitiannya berupa kebijakan pemerintah daerah dalam melestarikan dan mengembangakan budaya lokal. Dijabarkan secara diskriptif-kualitatif dengan analisis trianggulasi melalui metode pengamatan, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan. Data dianalisi dengan menggunakan teknik analis interaktif model milles & Huberman, teknik ini menurut Sugiono,(2008). dimulai dari reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan Penariakn kesimpulan/verivikasi (conclusion drawing/verification). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seni dan tradisi budaya Using telah menjadi perhatian dan agenda penting kebijakan pemerintahan daerah kabupaten Banyuwangi. Melalui pengembangan dan pelestarian Kebudayaan, budaya dan seni tradisi masyarakat Banyuwangi dikemas tidak saja untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga menjadi arena dialektika wacana kebijakan kebudayaan. Muncul dan berkembang tiga wacana dalam kebijakan kebudayaan di wilayah kabupaten 2 17 Banyuwangi, yaitu rehabilitasi dan kontrol kebudayaan, pembentukan identitas utama atau pusat kebudayaan dan re-identitas dan promosi kebudayaan. Terdapat tiga strategi dan program yang telah dijalankan yakni pertama pengembangan pendidikan seperti pengenalan budaya pada generasi muda, menjadikan masyarakat memiliki keterampilan seni, bahasa lokal Using dijadikan muatan lokal di sekolah, mempublikasikan bahasa Using melalui buku cetak, majalah dan sebagainya. Kedua, pembangunan simbol atau situs dan penyiaran melalui membangun identitas daerah yang tercermin pada pembangunan patung kesenian dandibentuknya desa budaya. Ketiga, pementasan dan pagelaran karya kebudayaan lokal dengan kegiatan membangun fantasi, citra dan promosi kebudayaan yang dapat berpengaruh terhadap peningkatan ekonomi-kunjungan wisata-ke daerah. Strategi ini dilakukan melalui program kegiatan seperti perekaman dan penyiaran lagu-lagu daerah (Using), Pekan dan festival Budaya, Pekan berbusana Using, dan menjadikan desa Kemiren sebagai Desa Wisata Adat Using. Berbagai kegiatan tersebut sesuai denga pendapat Effendy dan Anoegrajekti ( 2004) bahwa strategi kebudayaan juga bisa berfungsi menjadi alat mobilisasi kepentingan politik, dimana kebudayaan yang berkembang dalam komunitas digunakan ataupun dilaksanakan bukan hanya didasarkan pada nilai esensi yang terkandung didalamnya melainkan efektifitasnya dalam menghimpun massa desa Kemiren sebagai Desa Wisata Adat Using. Analisi Pustaka Penelitian ini menjelaskan bahwa pemerintah Banyuwangi memiliki berbagai tujuan seperti halnya pendidikan, pembentukan identitas, promosi kebudayaan dan lainnya. Untuk mencapau seluruh tujuan tersebut kemudian dipadukan dalam strategi pariwisata dalam bentuk komodifikasi budaya Using. Komodifikasi budaya tidak dilakukan seragam namun dilakukan menyesuaikan tujuan masing-masing. Strategi ini sangat efektif sehingga dapat mempengaruhi suksesnya program kerja Pemda Banyuwangi. Salah satu indikator suksesnya porgram dapat dilihat dari efektifitas menghimpun massa. 11 Judul : Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) Tahun : 2014 Jenis Pustaka : Tesis Bentuk Pustaka Cetak Nama Penulis : Melly Amalia Kota Penerbit : Bogor, Institut Pertanian Bogor Ringkasan Pustaka : Latar belakang tesis ini dibukanya sektor pariwisata Puncak Kabupaten Bogor. Dampaknya terjadi perputaran uang yang tinggi dan cepat sehingga pertumbuhan ekonomi terus meningkat. Kondisi ini menjadikan Desa Tugu yang awalnya memiliki sektor produktif dari pertanian berubah pada sektor pariwisata. Perubahan ini sebab yang paling mendasar adalah kedatangan turis Arab di Desa Tugu sehingga memberikan dampak terhadap dinamika sosial ekonomi komunitas. Secara umum perubahan aspek sosial yang terjadi adalah keberadaan turis berpengaruh pada norma dan nilai komunitas. Dari aspek ekonomi yakni 182 terbukanya peluang usaha dan kerja bagi komunitas. Perubahan kedua aspek ini menimbulkan dibukanya usaha-usaha negatif oleh masyarakat umum. Maka tesis ini mengemukakan permasalah mengenai 1) proses dinamika norma dan sikap komunitas terhadap keberadaan turis Arab, 2) proses dinamika komunitas dan jaringan ekonomi yang terbentuk, dan 3) peranan gender pada sektor kerja produktif. Menggunakan pendekatan kualitatif dan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data berdasarkan wawancara mendalam dan kuesioner. Konsep yang digunakan yakni mengenai konsep-konsep pariwisata, dinamika sosial ekonomi, nilai, norma, sikap, nafkah masyarakat pedesaan, jaringan sosial-ekonomi, posisi-peran gender khususnya perempuan. Dinyatakan bahwa dinamika sosial ekonomi merupakan bentuk perubahan sosial pada aspek kehidupan masyarakat. Pada perubahan kebudayaan menurut Sumarjdan (1974) perubahan kebudayaan adalah segala perubahan pada lembaga-lembaga kemasyarakatan didalam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem sosialnya termasuk didalamnya nilai-nilai, sikap dan pola prilaku diantara kelompokkelompok masyarakat. Pada norma memiliki kekuatan yang mengikat. Soekanto S (1982) menyatakan tingkatan norma yakni cara, kebiasaan, tata kelakuan dan adat istiadat. Sedangkan sikap yang dimunculkan dipengaruhi norma yang berlaku. Menurut Thurstone (1946) merupakan tingkat kecendrungan yang positif atau negatif dan berhubungan dengan obyek psikologi. Tiga komponen pada sikap yakni kognitif, afektif dan konatif. Hasilnya mengungkapkan perkembangan pariwisata Puncak memberikan dampak positif bagi komunitas Desa Tugu. Sikap positif menimbulkan hubungan kerja yang baik antara komunitas dan turis. Pada konteks ini hubungan kerja misalkan pekerja seks komersial (psk) tidak berpengaruh terhadap hubungan pribadi. Sikap yang dimunculkan pada hubungan pribadi sampai pada tahap annoyance dan atagonisme. Perubahan ekonomi komunitas berawal dari perubahan fungsi lahan dari lahan pertanian yang diperuntukkan pada sektor pendukung pariwisata. Kemudian merubah pola aktifitas nafkah komunitas yang bergeser menjadi pelaku pariwisata. Peluang usaha seperti home stay, vila, travel agent, restorant dan lainya. Kondisi ini memunculkan adanya jaringan-jaringan yang baru. Jaringan ekonomi dan jaringan sosial. Jaringan ekonomi terkait jaringan kerja dan jaringan sosial seperti dibentuknya Gerakan Masyarakat Sampay sebagai organisasi yang mewadahi usaha-usaha mereka. Jaringan ini dipengaruhi hubungan kekerabatan dan norma yang terbangun adalah sistem kepercayaan. Pada pembahasan peran gender, perempuan Desa Tugu mendapatkan kesempatan yang sam dengan laki-laki. Pembagian kerjanya menyesuaikan norma yang dianut masyarakat. Peran perempuan di sektor domestik, sosial dan produktif. Secara umum pada kerja produktif perempuan mengarah pada pekerjaan yang setipe dengan pekerjaan domesti namun lebih unggul pendapatannya dari pada laki-laki. Berdasarkan hasil tesis ditemukan keterkaitan antaran datangnya turis terhadap dampak sosial ekonomi komunitas. penerimaan komunitas atas datangnya turis Arab. Penerimaan lebih ke arah positif dipengaruhi pola kunjungan turis Arab. Turis yang hadir memiliki kebutuhan sandang, pangan dan papan. Kondisi ini dijadikan peluang bagi komunitas Desa Tugu untuk mengembangkan usaha dibidang jasa pemenuhan sandang, pangan dan papan serta dapat membuka lapangan pekerjaan yang baru. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi peluang kerja adalah jaringan kekerabatan, tingkat partisipasi, peran gender dalam kerja produktif tersebut. 192 Analisi Pustaka Pada tesis ini dijabarkan faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika sosial ekonomi, khususnya faktor yang mempengaruhi dinamika sosial yaitu norma dan sikap. Norma dan sikap pada teorinya merupakan kesatuan konsep sistem sosial namun salah satu sub konsep dari sistem sosial variable yang belum diteliti adalah pola pikir. 12 Judul : Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB) Tahun : 2001 Jenis Pustaka : Tesis Bentuk Pustaka Cetak Nama Penulis : Sitti Hilyana Kota Penerbit : Bogor, Institut Pertanian Bogor Ringkasan Pustaka: Latar belakang tesis ini adalah tesis ini mengamati perubahan karakteristik kultural dan struktural setelah adanya pengembangan pariwisata di kawasan wisata bahari Lombok Barat propinsi NTB. Lombok Barat merupakan salah satu kawasan yang memiliki potensi pariwisata Indonesia. Pemerintah NTB menetapkan Lombok Barat sebagai salah satu dari 15 kawasan wisata potensial yang tertuang dalam Keputusan Gubernur No 9 tahun 1989. Tujuan baik untuk meningkatkan kondisi ekonomi kesejahteraan masyarakt lokal. Permasalahannya terletak pada kondisi masyarakat yang hingga saat ini tidak memiliki aset produktif di sektor pariwisata karena masih mendominasi manjadi karyawan. Sebab perlunya modal yan tidak sedikit dalam sektor pariwisata. Hal ini memungkinkan masyarakat lokal semakin terpinggirkan. Maka tujuan dari penelitian adalah mengidentifikasi karakteristik masyarakat lokal dikawasan wisata bahari Kabupaten Lombok Barat, mengetahui sikap dan persepsi masyarakat lokal terhadap pengembangan wisata bahari dan mengetahui dampak pengembangan wisata bahari terhadap transformasi kultural dan struktural masyarakat lokal. Variable yang diamati karakteristik masyarakat, sikap dan persepsi masyarakat dalam program pengembangan pariwisata, aspek stuktural dan aspek kultural. Aspek kultural terdiri dari orientasi budaya, dimensi moral dan etika, norma sosial dan ikatan adat istiadat. Menggunakan metode survei, transformasui kultural dijelaskan secara deskriptif sedangkan transformasi struktural dianalisis dengan uji t-student. Hasil penelitian ini menunjukan adanya perubahan. Secara kultural pergeseran yang terjadi tidak signifikan. Sedangkan secara struktural perubahan yang terjadi pada perubahan matapencaharian, diversifikasi lapangan kerja dan usaha, peningkatan pendapatan, aksesibilitas pendidikan, dan sarana prasarana pelayanan publik lainnya. Faktor persepsi menunjukan secara umum masyarakat setuju dikembangkannya pariwisata. Sedangkan sebagian kecil yang tidak setuju sebab tidak adanya akses mendapatkan manfaat dan kekhawatiran rusaknya ekosistem akibat aktivitas pariwisata. Masyarakaat dengan persepsi yang positif dinyatakan dalam sikap untuk turut berkembang dalam sektor pariwisata. Didukung dengan memiliki akses, jaringan terhadap sektor pariwisata dan keterampilan yang dimiliki. Pengaruh secara kultural tidak begitu terlihat nyata 2 20 sebab kuatnya peran tokoh masyarakat yang dapat mengontrol kehidupan sosial masyarakat. Namun dampak negatif yang terlihat seperti gaya hidup, etika pergaulan yang mulai berubah dan bertentangan dengan dengan nilai moral masyarakat setempat. Analisis Pustaka Kritik pada tesis ini adalah pada bagian kesimpulan, tesis ini menyimpulkan analisa dibedakan berdasarkan point. Format point menyimpulkan setiap analisa berdasarkan konsep masing-masing. Sehingga tidak dapat menyimpulkan hubungan antara analisa persepsi masyarakat terhadap pariwisata dengan analisa perubahan nilai budaya masyarakat. 2 RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN Pariwisata Budaya Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Melalui konsep pariwisata budaya kedua aspek budaya dan pariwisata (orientasi ekonomi) dapat berlakunya simbiosis mutualisme. Tabel 1 Perbandingan konsep pariwisata budaya berdasarkan jurnal tahun 2007-2011 No 1 2 3 4 Pengarang Pariwisata Budaya Pariwisata budaya bertumpu pada potensi budaya dan dapat saling Ruastiti mengisi dan menikmati keuntungan dari budaya dan ekonomi. (2011) Wisata budaya menawarkan kesempatan untuk menikmati tradisitradisi di masa lampau, dimaksudkan agar perjalanan yang Widyastuti dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan atau (2008) peninjauan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat-istiadat mereka, cara hidup mereka, budaya dan seni mereka. Pariwisata budaya khusus pada wisatawan dengan preferensi Fainstein (2007) berwisata untuk mencari perbedaan budaya. Pariwisata budaya adalah usaha bisnis yang menawarkan alam budaya, keunikan, kenyamanan dan berbagai pelayanan kepada Taryati wisatawan. Pariwisata berbasis warisan budaya adalah satu dari (2007) segmen pariwisata yang berkembang paling pesat sebagai dampak dari adanya kecenderungan meningkatnya spesialisasi antarturis. Wisata budaya sebagai komoditas industri pariwisata sangat berkaitan denga upaya preserving heritage (menjaga kelestarian), living within heritage (menumbuhkan kesadaran dan kebanggaan masyarakat terhadap budaya yang dimiliki); heritage tourism (pengembangan budaya untuk industri pariwisata yang pada gilirannya meningkatkan masyarakat lokal). Maka para pengelola pariwisata yang umumnya didalandi aktor pemerintah memiliki strategi-strategi pengembangan pariwisata budaya agar dapat menjadikan budaya sebagai dayatarik pariwisata. Menurut Widyastuti (2008) kebijakan pariwisata yang merupakan segala tindakan instansi pemerintah dan badan atau organisasi masyarakat yang mempengaruhi kehidupan kepariwisataan itu sendiri, dapat menimbulkan akibat yang dimana ada kalanya menggembirakan tetapi mungkin pula mengecewakan. Berikut merupakan rangkuman beberapa perbandingan strategi pengembangan pariwisata budya yang telah dilakukan di beberapa wilayah berdasarkan literatur. 2 22 Tabel 2 Perbandingan strategi pengembangan pariwisata budaya tahun 2007-2014 No Pengarang 1 Ruastiti (2011) 2 3 4 5 6 Staregi Pengembangan Pariwisata Budaya Gubernur kepala Daerah Tingkat I Bali mengeluarkan keputusan No. 528 tahun 1990 tentang kawasan pariwisata Ubud yang merupakan kawasan wisata ke 5 dari dua puluh satu kawasan pariwisata Bali. Stategi menggunakan potensi puri yakni bangunan beserta aktivitas budaya di puri sebagai komoditas pariwisata Kabupaten Karanganyar mengelolaan objek wisata Candi Widyastuti Ceto dan menjadikan upacara religi dimodifikasi menjadi (2008) atraksi wisata. Juga kerjasama antara industri pariwisata.dan Pemda Gianyar Bali Fainstein Kota dikonvensi dengan membangun infrastruktur yang (2007) menarik minat pengunjng. Ardiwijaya R et al Strategi Kota Medan yakni mengkomodifikasi kota dengan (2013) menjadikan kawasan Kota Lama medan menjadi kawasan bersejarah atau Cagar Budaya. Dilain pihak komodifikasi kota juga dengan menjadikan kawasan pusat pertumbuahan kota. Taryati Mensinergikan peranan pemerintah, swasta dan masyarakat (2007) lokal pada pengembangan budaya lokal melalui komodifikasi seni tradisional. Ardika, IW et al Branding pariwisata berbasis warisan budaya melalui (2014) komodifikasi aktivitas budaya masyarkat, seni, dan kerajinan sebagai konsumsi wisatawan Komodifikasi Komodifikasi merupakan konsep dan proses menjadikan suatu obyek menjadi layak untuk diperjual belikan. Berkenaan dengan pariwisata budaya maka komodifikasi budaya lebih tepat mengarah pada menjadikan aktivitas dan unsur budaya lainnya menjadi obyek yang dapat dinikmati wisatawan dengan tujuan kearah orientasi ekonomi keuntungan. Dibawah ini adalah gambaran perbandingan dari konsep komodifikasi budaya. Table 3 Perbandingan konsep komodifikasi tahun 2007-2014 No Pengarang 1 Ruastiti (2011) Konsep Komodifikasi Pelopor Komodifikasi adalah suatu konsep yang tidak pemerintah hanya menyangkut masalah produksi komoditas dalam pengertian perekonomian yang sempit saja, namun juga menyangkut tentang bagaimana barang-barang tersebut didistribusikan dan dikonsumsi. 23 2 No Pengarang 2 Widyastuti (2008) 3 4 5 Konsep Komodifikasi Pelopor Komodifikasi adalah proses pengubahan pemerintah menjadi barang dagangan, massa digiring ke arah seni dan tontonan yang mudah untuk dicerna dan yang menimbulkan daya pesona yang diproduksi melalui corak produksi kapitalisme. Fainstein (2007) Komodifikasi merupan segala bentuk aktifitas perencana manusia khususnya budaya urban yang tata kota dijadikan target penjualan ekonomi baru. Susilantini (2007) Komodifikasi merupakan bentuk pelaku seni komersialisasi seni pertunjukan dengan dan swasta memodifikasi kaidah budaya sesuai tuntutan zaman agar memudahkan penonton mencerna pesan-pesan yang ditampilakan Ardika, IW et al Komodifikasi merupakan tindakan komunitas (2014) menjadikan budaya, seni dan kerajinan menjadi komoditi yang dijual pada wisatawan Berdasarkan perbandingan komodikasi tersebut komodifikasi budaya merupakan suatu tindakan menjadikan unsur-unsur budaya menjadi komoditas yang diperjualbelikan, umumnya menggunakan dominasi kekuasaan pemerintah dan pihak swasta. Bekerja sama dengan pihak swasta yang memiliki modal maka pengembangan pariwisata melalui komodifikasi budaya akan lebih efektif dalam orientasi ekonomi keuntungan. Komodifikasi budaya juga dapat dijadikan strategi untuk pelestarian budaya, umumnya pemerintah yang menggunakan konsep komodifikasi dan disenergikan dengan kepentingan pariwisata daerah. Hal ini dapat meningkatkan keuntungan ekonomi dengan adanya kedatangan wisatawan sehingga turut menyumbang pendapatan asli daerah melalui sektor pariwisata. Budaya Budaya merupaka suatu sistem yang bekerja dalam kehidupam masyarakat. Budaya terkonstruksi melalui pemikiran dan diwariskan. Dipaparkan oleh Soerjono Soekanto mengenai asal istilah budaya yakni : “... Kata “kebudayaan” berasal dari (bahasa Sansekerta) buddayah yang merupakan bentuk jamak kata “buddhi” yang berarti budi atau akal. Kebudayaan diartikan sebagai hal-hal yang bersangkutan dengan budi atau akal. ...” (Soekanto S 1982 : 150) Budaya memili tujuh unsur kebudayaan, mencakup: (a) bahasa, (b) sistem pengetahuan, (c) organisasi sosial, (d) sistem peralatan hidup dan teknologi, (e) sistem mata pencaharian hidup, (f) sistem religi, (g) kesenian. Secara konseptual pariwisata budaya bertumpu pada potensi budaya. Budaya adalah sumber yang sangat potensial bagi kehidupan masyarakat. Dalam konsep budaya itu, budaya sebagai modal dasar 242 mempunyai pengertian dan fungsi normatif dan operasional (Mantra, 1991 : 4 ) Bedasarkan literatur ditemukan perbandingan konsep budaya yakni oleh Ruastiti (2011), budaya merupakan Sumber yang sangat potensial bagi kehidupan masyarakat. Budaya sebagai modal dasar mempunyai pengertian dan fungsi normatif dan operasional. Sebagai konsep normatif aturan budaya diharapkan dapat mempunyai potensi dalam memberikan identitas aturan prinsipil dan memiliki pola kontrol yang secara operasional diharapkan dapat menjadi daya tarik wisatawan. Sedangkan pada Widyastuti (2008) dikemukakan bahwa kebudayaan yaitu sistem pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, yang meliputi seluruh aspek kehidupan manusia melalui cipta, rasa, dan karsanya, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kesemuanya dapat ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. Hubungan Komodifikasi dengan Dampak Sosial Kultural Pentingnya menelaah lebih mendalam tentang dampak sosial budaya dalam sektor pariwisata yakni sesuai dengan pandangan Alhasanat SA dan Hyasat AS (2011) : 1. Dampak sosial budaya mempengaruhi persepsi masyarakat lokal terhadap pariwisata itu sendiri. Misalkan sikap ramah masyarakat lokal terhadap wisatawan yang datang sangat menarik wisatawan untuk bertahan di lokasi wisata. 2. Kemampuan mendefinisikan beragam dampak sosial budaya pariwisata terhadap komunitas lokal dapat membantu merancang strategi yang efektif untuk mncegah konflik potensial antara wisatawan dan tuan rumah. 3. Mengurangi kemungkinan perbedaan hubungan antara pengelola dan pemangku kepentingan. Manfaatnya akan didapatkan pengunjung juga pada peningkatan jumlah wissatawan di waktu depan. Hal ini penting untuk pembuat kebijakan dan strategi pariwisata untuk peduli pada dampak pariwisata terhadap masyarakat lokal untuk memaksimalkan manfaat dari daerah tujuan wisata. Berikut merupakan perbandingan hubungan komodifikasi dengan dampak kultural sosial dari beberapa literature Tabel 4 Perbandingan Hubungan komodifikasi dengan dampak sosial kulturalnya No Pengarang 1 Ruastiti (2011) Komodifikasi Komodifikasi obyek wisata 2 Komodifikasi upacara religi Widyastuti (2008) Aspek Kultural sosial 1. Perubahan fungsi bangunan : pusat kebudayaan, identitas budaya dan laboratorium sosial 2. Upaya pelestarian bangunan 3. Pengukuhan budaya 1. Dominasi dan hegemoni kebijakan 2. Penurunkan sikap kritis masyarakat 3. Sarana pewarisan kearifan lokal 4. Aktualisasi nilai budaya lokal 5. Kehidmatan upacara. 6. Peningkatan daya ingat wisatawan tentang budaya 25 2 No Pengarang 3 Ardiwijaya R et al (2013) 4 Susilantini (2007) 5 Taryati (2007) 6 Dhana IN et al (2014) 7 Alhasanat SA dan Hyasat AS (2011) 8 Fainstein (2007) 9 Surbakti (2003) 10 Amalia (2014) 11 Hilyana (2001) Komodifikasi Komodifikasi budaya kota Aspek Kultural sosial 1. Perubahan nilai 2. Perubahan pola pikir 3. Perubahan sikap Komodifikasi 1. Penyimpangan kaidah nilai kramat seni dan seni klasik kraton kebudayaan 2. Perubahan pesan nilai ajaran kehidupan 3. Hilangnya sastra pendalangan 4. Hegemoni event organizer 5. Daya tarik penonton 6. Kontribusi masyarakat Pengembangan 1. Pengetahuan mengenai budaya asing pariwisata 2. Dominasi budaya asing berbasis 3. Pelcehan moral budaya 4. Nilai-nilai sakral menjadi tontonan Komodifikasi 1. Pengetahuan budaya wisatawan warisan 2. Pelestarian budaya budaya 3. Mengukuhkan identitas budaya 4. Alih fungsi bangunan bersejarah Komodifikasi 1. Persepsi masyarakat budaya kota 2. Interaksi intrakomunitas masyarakat lokal. 3. Perubahan moral 4. Adaptasi budaya baru 5. Putusnya pendidikan Perencanaan 1. Mobilitas wisatawan komodifikasi 2. Prilaku perjalanan wisatawan budaya kota 3. Perubahan adaptasi budaya masyarakat Komodifikasi Perubahan : pariwisata kota 1. citra kota 2. identitas kota Kegiatan Dinamika sosial dan Ekonomi ; Pariwisata 1. Sistem sosoal : Nilai kehidupan dan sikap 2. Pola Nafkah dan jaringan sosial 3. Posisi dan peran perempuan Pengembangan 1. Orientasi nilai budaya Pariwisata 2. Perubahan moral etika - Moral agama - Moral sosial : gotong royong, tolong menolong 3. Norma Sosial dan Ikatan adat - Norma hubungan bermasyarakat - Aturan adat - Hubungan sosial 262 Berdasarkan uraian matriks diatas, dapat dilihat perbandingan hubungan komodifikasi budaya dengan dampak sosial kultural. Secara umum dampak sosial kultural merupakan dampak negatif dari kegiatan pariwisata komodifikasi budaya. Bila diambil garis merah dari seluruh dampak sosial kultural diatas dampak yang paling dominan adalah orientasi nilai budaya, persepsi masyarakat, identitas budaya dan sikap dan hubungan sosial. Dampak pada orientasi budaya sesuai dengan salah satu dari tiga unsur sosial budaya menurut Soekanto yakni pada sistem kepercayaan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut seharusnya mampu meminimalisir dampak budaya negatif pada orang lokal, menghargai tradisi dan aktifitas kebudayaan. Integritas budaya dari tuan rumah harus dilindungi, baik itu meminimalisir adanya akulturasi ataupun membiarkan orang lokal mengendalikan kondisi tersebut sekaligus mempercepat terjadinya akulturasi yang mampu mereka terima. 2 SIMPULAN Hasil Rangkuman dan Pembahasan Pariwisata merupakan salah satu sektor paling dominan diminati aktor pengembang wilayah untuk menarik datangnya orang untuk berkunjung. Dipengaruhi faktor ekonomi, potensi daerah dan sasaran wisatawan, para pengelola wilayah berkompetisi merencanakan dan mengemas faktor pendukung menjadi daerah tujuan wisata. Budaya yang berbeda tiap wilayah menjadi potensi dan daya tarik tersendiri sehingga upaya mengemas budaya menjadi strategi yang potensial untuk berkembang. Upaya memproduksi budaya menjadi kemasan jasa pariwisata dapat disebut sebagai komodifikasi budaya. Bila didukung berbagai jasa pendukung lainnya industri pariwisata akan semakin berkembang. Pengelola menyuguhi produk budaya kepada wisatawan yang berminat membeli jasa-jasa mereka. Sepertihalnya Pemerintah daerah berbersama otonomi daerahnya yang berwenang mengemas budaya masyarakatnya menjadi daetah tujuan pariwisata. Strategi ini mampu menjawab tujuan pemerintah daerah dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pelestarian budaya. Selain masyarakat yang berperan pihak swasta pun dapat turut masuk untuk berinvestasi. Namun hal yang tidak dapat dihindari adalah dampak ekonomi sosial dan budaya yang terjadi dari tindakan komodifikasi budaya. Berdasarkan literatur seluruh aspek ekonomi termasuk dalam dampak positif dari pariwisata komodifikasi budaya. Umumnya sesuai tujuan pemerintah kesejahteraan masyarakat menigkat dari sebelum dibukanya daerah tujuan wisata. Sedangkan dampak sosial budaya dapat dikategorikan dalam dua yakni dampak positif dan negatif. Dampak poditif sosial budaya pada pelestarian dan identitas budaya yang semakin kukuh dipegang masyarakat. Akan tetapi pada hakikatnya bukanlah dari pelestarian dan identitas budaya yang dirasakan sesuai nilai-nilai budaya sebelum adanya komodifikasi budaya. Perubahan nilai, norma, sikap dan persepsi yang sebab interaksi dan pertukaran budaya dengan wisatawan yang intent menjadi dampak negatif sosial budaya. Maka pentinglah pembahasan mengenai dampak sosial budaya masyarakat terhadap strategi pengembangan pariwisata melalui komodifikasi budaya sebagai bahan evaluasi perbaikan program kerja pemerintah daerah. Perumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Skripsi Berdasarkan ringkasan dan analisis pustaka, rangkuman dan pembahasan, serta simpulan yang dibuat, maka muncullah pertanyaan analisis baru yang akan dijadikan dasar untuk penelitian selanjutnya, pertanyaan tersebut di antaranya: 1. Mengapa konsep komodifikasi budaya sebagai suatu strategi pengembangan pariwisata menjadi suatu strategi yang diperhitungkan dalam pengembangan sektor pariwisata ? 2. Bagaimana proses komodifikasi budaya yang dilakukan ? 3. Bagaimana keterkaitan komodifikasi budaya terhadap dampak sosial budaya yang terjadi? 2 28 Usulan Kerangka Analisis Baru Strategi pemerintah daerah untuk mengembangkan pariwisata dalahsatunya melalui komodifikasi budaya. Adapun pilihan komodifikasi budaya berdasarkan potensi yang dimiliki daerah yakni komodifikasi budaya kota, aktivitas budaya masyarakat, kesenian budaya dan bangunan cagar budaya. Pilihan komodifikasi tersebut mempengaruhi proses komodifikasi budaya yang dilakukan. Didukung dengan karakteristik yang berbeda tiap individu, interaksi yang terjadi berpengaruh pada sosial budaya masyarakat yang terdiri dari nilai, sikap dan persepsi masyarakat Adapun kerangka analisis tersebut dapat dilihat sebagai berikut : Dampak Sosial Budaya Strategi pengembangan pariwisata - Komodifikasi budaya kota (Frainstein 2007) - Komodifikasi aktivitas budaya (Ardika IW et al 2014) - Komodifikasi kesenian budaya (Taryati 2007) - Komodifikasi bangunan cagar budaya (Ruastiti NM 2011) Orientasi Nilai Budaya (Hilyana S 2001) - Hakikat hidup - Hakikat karya - Hakikat waktu - Hakikat lingkungan alam - Hakikat lingkungan sosial Sikap Sosial : - Keberadaan wisatawan - Keberadaan pengelola - Sarana penunjang pariwisata - Pengelolaan pariwisata Persepsi masyarakat (Amalia M 2014) - Pengetahuan mengenai kegiatan pariwisata - Persepsi dampak pariwisata - Persepsi manfaat kegitan Keterangan : = mempengaruhi Gambar 1 Usulan kerangka komodifikasi budaya terhadap dampak sosial kultural 2 DAFTAR PUSTAKA Alhasanat SA dan Hyasat AS. 2011. Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan. Jordan Jounal of Sosial Sciences. [Internet]. [20 Oktober 2014]. Volume 4 Nomor 1 2013 (144-158). Dapat diunduh dari : http://www.borjournals.com/a/index.php/jbmssr/article/view/1626 Amalia M. 2014. Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor). [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Ardiwijaya R et al. 2013. Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di Medan. Jurnal Kebudayaan. [Internet]. [23 September 2014]. Volume 8 Nomor 1 2013 (5-23) ISSN 1907-5561. Dapat diunduh dari : http://litbang.kemdikbud.go.id/pusat/puslitbangbud/ jurnal/ Vol% 08%20no %201%20tahun%202013.pdf Dhana IN et al.2014. Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali. Jurnal Mudra. [Internet]. [20 Oktober 2014]. Volume 29 Nomor 1 (108-116) ISSN 0854-3461. Dapat diunduh dari : http://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/viewFile/ 1103/pdf Fainstein SS. 2007. Tourism and The Commodification of Urban Culture. [Internet]. [dikutip 23 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://www.urbanreinventors.net/2/fainstein/fainstein urbanreinventors.pdf Hilyana S. 2011. Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB) ). [Tesis]. Bogor [ID]: Institut Pertanian Bogor. Marpaung H. 2002. Pengetahuan Kepariwisataan. Bandung [ID] : ALFABETA Ruastiti NM. 2011. Komodifokasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud. [Internet]. [dikutip 29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://repo.isidps.ac.id/977/1/Komodifikasi_Obyek_Wisata_Puri_Saren_Agung_Ubud,_bagian _II.pdf. Soebagyo. 2012. Strategi Pengembangan Pariwisata di Indonesia. Jurnal Liquidity. [Internet]. [20 Oktober 2014]. Volume 1 Nomor 2 (153-158). Dapat diunduh dari : http://www.acicis.murdoch.edu.au/hi/field_topics/lisa_mapson.pdf Soekanto S. 1982. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta [ID] : PT Raja Grafindo Persada. Surbakti A. 2003. Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah Kajian Budaya. Disertasi. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://download.portalgaruda.org/article.php?article=14303& val=963&title 30 2 Susilantini E. 2007. Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta. Jurnal Sejarah dan Budaya. [Internet]. [9 November 2014]. Volume 2 Nomor 4 Desember 2007 (237-244) ISSN 1907-9605. Dapat diunduh dari : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpnbyogyakarta/wp-content/uploads/sites/ 37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_ Desember_2007.pdf Taryati. 2007. Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan. Jurnal Sejarah dan Budaya Volume 2 Nomor 4 Desember 2007 (291-297) ISSN 1907-9605. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/ bpnbyogyakarta/wp-content/uploads/ sites/ 37/2014/06/Jantra_Vol._II_ No._4_ Desember_2007.pdf Taufiq A dan Makmur MH. 2013. Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://repository.unej.ac.id/bitstream/handle/123456789/57794/muhammad%20ha di%20makmur_hb_boptn_101.pdf?sequence=1 Widyastuti. 2008. Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar). [Tesis]. Surakarta [ID]: Universitas Sebelas Maret World Tourism Organization. 2010. Tourism Vision 2020 : Europe. [Internet]. [29 September 2014]. Dapat diunduh dari : http://pub.unwto.org/WebRoot/Store/ Shops/Infoshop/Products/1152/1152-1.pdf 2 LAMPIRAN Mind Mapping 1 Judul Oleh : Komodifikasi Obyek Wisata Puri Saren Agung Ubud : Ni Made Ruastiti Faktor yang mempengaruhi Potensi daya tarik wisatawan nilai historis, filosofi, estetika, arsitektur bangunan, gaya hidup masyarakat, dan keunikan budaya. Kebijakan pariwisata : Pembangunan pariwisata budaya Puri Saren Agung Era globalisasi dan perkembangan industrialisasi pariwisata Pembentukan konsep komodifikasi budaya Dampak sosial budaya - Perubahan matapencaharian masyarakat dari pertanian ke sektor pariwisata - Pelestarian bangunan puri - Sebagai laboratorium sosial - Mengukuhkan budaya bali Dampak ekonomi - Peningkatan PAD - Berkembangnya industri yang berkaitan dengan pariwisata - peningkatan kesempatan kerja - meningkatnya pendapatan masyarakat Gambar 1 Mind mapping faktor yang pengaruh dan dampak komodifikasi budaya 2 Judul Oleh : Upacara Religi Dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata (Studi Kasus mengenai Komodifikasi Upacara Religi Saraswati dalam Komunikasi Pemasaran Pariwisata Candi Ceto Kabupaten Karanganyar) : Dhyah Ayu Retno Widyastuti Strategi pengelolaan pariwisata : komodifikasi upacara religi Dampak Ekonomi - Meningkatkan PAD - Perubahan matapencaharian masyarakat lokal - Meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat - meningkatnya pendapatan masyarakat Dampak Sosial - Masyarakat terdominasi oleh kebijakan pariwisata - Menurunkan sikap kritis masyarakat Dampak Budaya - Sarana pewarisan budaya kearifan lokal - Aktualisasi nilai budaya lokal - Mengganggu kehidmatan pelaksanaan upacara. - Meningkatkan daya ingat wisatawan akan budaya - Sebagai laboratorium sosial - Mengukuhkan budaya bali Gambar 2 Mind mapping strategi pengelolaaan pariwisata serta dampaknya 32 2 3 Judul Oleh : Permasalahan dan Upaya Pelestarian Kawasan Kota Lama di Medan : Damardjati Kun Marjanto, Ernayanti, Robby Ardiwijaya Sejarah Fungsi bangunan Karakteristik bangunan Konservasi Kota Lama Medan dan Cagar Budaya Faktor yang mempengaruhi Orientaasi Komodifikasi kota Perubahan Aspek Budaya Perubahan Aspek - Nilai Lingkungan : - Pola pikir - Fungsi tata kota - Sikap - Polusi Perkembangan ekonomi Tingkat pendidikan Jumlah penduduk Keragaman etnis Ekonomi Pusat pertumbuhan ekonomi Perubahan Aspek Pelestarian Bangunan : - Konsep pelestarian - Fungsi bangunan - Identitas kota Gambar 3 Mind mapping faktor pengaruh dan terpengaruh dari komodifikasi kota 4 Judul Oleh : Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta : Endah Susilantini Perubahan Sosial Budaya Dampak Budaya Penyimpangan kaidah nilai kramat dan seni klasik kraton Perubahan pesan nilai ajaran kehidupan Hilangnya sastra pendalangan Minat masyarakat - Alternatif pertunjukan - Selera seni generasi muda - Sistem komunikasi keluarga Kepedulian dan apresiasi masyarakat Peran agama dan pendidikan religi Eksistensi seni pertunjukan Komodifikasi seni kebudayaan Dampak Sosial Ekonomi Hegemoni event organizer Honorium pemain Popularitas dalang Daya tarik penonton Kontribusi masyarakat Gambar 4 Mind mapping sebab dan pengaruh komodifikasi seni kebudayaan 2 33 5 Judul Oleh : Kontroversi Pembangunan Kepariwisataaan : Taryati Kebijakan Pariwisata Pembangunan pariwisata berbasis budaya Dampak Negatif Dominasi budaya asing Penularan penyakit Pelcehan moral Nilai-nilai sakral menjadi tontonan Pencemaran lingkungan Dampak Positif Pembayaran penghasil valuta Pembangunan daerah non-industri Kesempatan kerja Pengetahuan mengenai budaya asing Gambar 5 Mind mapping dampak pengembangan pariwisata 6 Judul Oleh : Pariwisata Berbasis Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali : I Wayan Ardika, Ni Luh Sutjianti B, I Nyoman Dhana Potensi dan daya tarik pariwisata berbasis warisan budaya Komodifikasi aktivitas kebudayaan Dampak Positif Ekonomi Hasil karya komunitas dihargai Ekonomi kreatif berkembang Penghasilan masyarakat meningkat Budaya Pengetahuan budaya wisatawan Pelestarian budaya Mengukuhkan identitas budaya Dampak Negatif Budaya Budaya sebagai komoditas Alih fungsi bangunan bersejarah Dominasi orientasi ekonomi Gambar 6 Mind mapping dampak pariwisata berbasis warisan budaya 2 34 7 Judul Oleh : Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan : Sami Ahmad Alhasanat dan Ali Salem Hyasat Karakteristik individu Usia, status gender, tingkat pendidikan, asal daerah dan status pekerjaan Persepsi dan sikap terhadap pariwisata Dampak sosial budaya interaksi intrakomunitas masyarakat lokal. Perubahan moral Adaptasi budaya baru Putusnya pendidikan Dampak ekonomi lapangan kerja peningkatan pendapatan kemampuan berbahasa asing, peluang berinvestasi Gambar 7 Mind mapping pengaruh karakteristik individu mempengaruhi persepsi, sikap dan dampak ekonomi, sosial dan budaya 8 Judul Oleh : Tourism and The Commodification of Urban Culture : Sussan S. Fainstein Globalisasi - Prilaku wisatawan - Pusat pertumbuhan ekonomi - Mobilisasi masyarakat Strategi industri pariwisata Jenis pariwisata - Umum - Fragmentasi : Budaya atau kelas Komodifikasi budaya Gambar 8 Mind mapping pengaruh globalisasi terhadap strategi 9 Judul Oleh : Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah Kajian Budaya : Asmyta Surbakti Nilai, Orientasi dan Dominasi kekuasaan Tindakan pada pustaka budaya : Komodifikasi pariwisata kota Perubahan Citra kota dan Identitas kota Gambar 9 Mind mapping pengaruh orientasi kepentingan pariwisata terhadap citra dan identitas kota 35 2 10 Judul Oleh : Konstruksi Identitas dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using : Muhammad Hadi Makmur dan Akhmad Taufiq Kesenian Asli Akulturasi budaya antar etnis Wacana kebijakan pengembangan dan pelestarian kebudayaan Strategi pengembangan dan pelestarian kebudayaan Gambar 10 Mind mapping pengaruh wacana pengembangan budaya terhadap strategi pengembangan kebudayaan 11 Judul Oleh : Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas (Kasus Desa Tugu, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor) : Melly Amalia Pariwisata Dinamika sosial Sistem sosial Nilai kehidupan Sikap masyarakat pada pendatang Gambar 11 Mind mapping pengaruh pariwisata terhadap dinamika sosial 12 Judul Oleh : Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB) : Sitti Hilyana Pengembangan Pariwisata Perubahan Kultural 1. Orientasi nilai budaya 2. Perubahan moral etika -Moral agama -Moral sosial : gotong royong, tolong menolong 3. Norma Sosial dan Ikatan adat - Norma hubungan bermasyarakat - Aturan adat - Hubungan sosial Gambar 12 Mind mapping pengaruh pengembangan pariwisata terhadap perubahan kultural 1 Tabel 1 Matriks analisis sintesis literatur tahun 2005-2014 No Pengarang Obyek Meodelogi Pengaruh (x) Komodifikasi obyek wisata 1. Ruastiti (2011) Komodifi kasi obyek wisata Puri Saren Agung Ubud Deskriptif Analisis 2. Widyastuti (2008) Komodifikasi upacara religi Saraswati pada pariwisata Candi Ceto, Kabupaten Karanganyar Metode deskripsi kualitatif melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Komodifikasi upacara religi 3. Ardiwijaya R et al (2013) Permasalahan dan upaya pelestarian kawasan kota lama di meda sebagai cagar metode penelitian kualitatif, observasi langsung wawancara, focus Komodifikasi kota 1. Sejarah 2. Fungsi bangunan Temuan Terpengaruh (y) Aspek Ekonomi : 1. Peningkatan PAD 2. Perkembangan industri pariwisata 3. Kesempatan kerja 4. Pendapatan masyarakat Aspek Budaya : 1. Fungsi bangunan : pusat kebudayaan dan identitas budaya 2. Upaya pelestarian bangunan 3. Pengukuhan budaya Aspek Sosial : 1. Perubahan mata pencaharian 2. Fungsi laboratorium sosial Aspek Ekonomi 1. Persaingan industri pariwisata 2. Peningkatan PAD 3. Perubahan matapencaharian 4. Peningkatan kesejahteraan Aspek Sosial 1. Dominasi dan hegemoni kebijakan 2. Penurunkan sikap kritis masyarakat Aspek Budaya 1. Sarana pewarisan budaya kearifan lokal 2. Aktualisasi nilai budaya lokal 3. Kehidmatan upacara. 4. Daya ingat wisatawan akan budaya Perubahan Budaya Masyarakat (orientasi ekonomi) 1. Nilai 2. Pola pikir Keterangan Tanggapan positif masyarakat terhadap kegiatan komodifikasi budaya adalah jalinan simbiosis mutualisme. Wisatawan mendapat manfaat pengetahuan dan pengalaman budaya secara langsung sedangkan masyarakat memperoleh pendapatan serta biaya perawataan puri. Pembangunan Candi Ceto dikonstruksikan dan terlihat seperti aksi bottom up namun pada kenyataannya merupakan upaya top down Pemda Karanganyar. Masyarakat lokal belum dilibatkan sepenuhnya sehingga dirasa belum menikmati manfaat dari kepariwisataan. Dua cara pandang mengubah kota yakni yang berorientasi pada ekonomi dan orientasi 36 2 No Pengarang Obyek Meodelogi budaya group discussion (FGD), dan studi pustaka. 4. Susilantini (2007) Eksistensi Wayang Wong Panggung Purawisata Yogyakarta Kualitatif, wawancara dan observasi langsung. 5. Taryati (2007) Kontroversi Pembangunan Kepariwisataan Deskripstif analisis Pengaruh (x) 3. Kemajuan ekonomi 4. Tingkat pendidikan 5. Jumlah penduduk 6. Keragaman kelompok etnis Komodifikasi seni kebudayaan Pengembangan pariwisata berbasis budaya Temuan Terpengaruh (y) 3. Sikap Perubahan Aspek Lingkungan 1. Fungsi tata kota 2. Polusi Perubahan Aspek Pelestarian Bangunan 1. Konsep pelestarian 2. Fungsi bangunan 3. Identitas kota Dampak Budaya 1. Penyimpangan kaidah nilai kramat dan seni klasik kraton 2. Perubahan pesan nilai ajaran kehidupan 3. Hilangnya sastra pendalangan Dampak Sosial Ekonomi 1. Hegemoni event organizer 2. Honorium pemain 3. Popularitas dalang 4. Daya tarik penonton 5. Kontribusi masyarakat Keterangan konservasi. Keduanya memiliki daya tarik di bidang pariwisata yakni melalui komodifikasi kota. Komodifikasi seni kebudayaan dianggap suatu solusi dari upaya pelestarian dan pengembangan kesenian tradisional. Namun dilain pihak bentuk tampilan komodifikasi menampilkan degradasi nilai-nilai budaya sesngguhnya. Kontradiksi tersebut dilihat dari tujuan dan hasil dari komodifikasi. Dampak Positif 1. Pembayaran penghasil valuta 2. Pembangunan daerah non-industri 3. Kesempatan kerja 4. Pengetahuan mengenai budaya asing Dampak Negatif 1. Dominasi budaya asing 2. Penularan penyakit 3. Pelcehan moral 37 2 No Pengarang Obyek Meodelogi Pengaruh (x) 6. Dhana IN et Pariwisata Berbasis al (2014) Warisan Budaya dan Ekonomi Kreatif di Desa Tenganan Pegringsingan, Bali Deskripstif analisis Komodifikasi warisan budaya 7. Alhasanat SA dan Hyasat AS Sociocultural Impacts of Tourism on the Local Community in Petra, Jordan Metode kuantitatif pengumpulan data melalui kuesioner metode survei random sampling, analisis data deskriptif dan analisis data hasil, kajian literatur. Karakteristik individu : 1. Usia, 2. status gender, 3. tingkat pendidikan, 4. asal daerah 5. status pekerjaan. (2011) Temuan Terpengaruh (y) 4. Nilai-nilai sakral menjadi tontonan 5. Pencemaran lingkungan Dampak Positif Ekonomi 1. Hasil karya komunitas dihargai 2. Ekonomi kreatif berkembang 3. Penghasilan masyarakat meningkat Budaya 1. Pengetahuan budaya wisatawan 2. Pelestarian budaya 3. Mengukuhkan identitas budaya Dampak Negatif Budaya 1. Budaya sebagai komoditas 2. Alih fungsi bangunan bersejarah 3. Dominasi orientasi ekonomi Persepsi masyarakat terhadap pariwisata Dampak ekonomi: 1. lapangan kerja 2. peningkatan pendapatan 3. kemampuan berbahasa asing, 4. peluang berinvestasi Dampak sosial budaya: 1. interaksi intrakomunitas masyarakat lokal. 2. Perubahan moral 3. Adaptasi budaya baru 4. Putusnya pendidikan Keterangan Terbukti bahwa strategi komodifikasi warisan budaya ternyata dapat secara efektif menghasilkan dampak positif dari dua tujuan yang kontroversial (kesejahteraan ekonomi dan pelestarian budaya) Persepsi dapat mempengaruhi perubahan sosial ekonomi 38 2 No Pengarang Obyek Meodelogi 8. Fainstein (2007) Tourism and the commodification of urban culture Deskripstif analisis 9 Surbakti (2003) Pusaka Budaya Dan Pengembangan Pariwisata Di Kota Medan : Sebuah Kajian Budaya 10 Taufiq A dan Makmur MH (2013) Konstruksi Identitas Dan Komodifikasi Budaya : Kajian Model Kebijakan Daerah Untuk Pengembangan dan Pelestarian Budaya Using Metode kualitatif, format pengumpulan data, dan strategi analisis datanya bersifat deskriptifkualitatif. Metode diskriptifkualitatif dengan analisis trianggulasi melalui metode pengamatan, wawancara, dokumentasi dan studi kepustakaan 11 Amalia (2014) Dampak Keberadaan Turis Arab Terhadap Dinamika Sosial Ekonomi Komunitas Pengaruh (x) Perencanaan komodifikasi budaya kota Komodifikasi pariwisata kota Wacana kebijakan pengembangan dana pelestarian kebudayaan : 1. kebijakan rehabilitasi dan kontrol kebudayaan. 2. kebijakan pembentukan identitas utama kebudayaan dan 3. kebijakan reidentitas dan promosi kebudayaan. Pendekatan kualitatif Kegiatan Pariwisata dan data kuantitatif, wawancara mendalam dan kuesioner Temuan Terpengaruh (y) 1. Perkembangan ekonomi 2. Mobilitas wisatawan 3. Prilaku perjalanan wisatawan 4. Perubahan adaptasi budaya masyarakat Perubahan : 1. citra kota 2. identitas kota Strategi pengembangan lestarian dan pkebudayaan : 1. pengembangan pendidikan 2. pembangunan simbol atau situs dan penyiaran 3. pementasan dan pagelaran karya kebudayaan lokal Keterangan Setiap aktor berkepentingan meniliki motif pengembangan dan pelestarian pariwisata yang berbeda-beda. Dinamika sosial dan Ekonomi ; 1. Sistem sosoal : Nilai kehidupan dan sikap 2. Pola Nafkah dan jaringan sosial 3. Posisi dan peran perempuan 39 2 No 12 Pengarang Hilyana (2001) Obyek Dampak Pengembangan Pariwisata Terhadap Karakteristik Kultural dan Struktural Masyarakta Lokal (Studi Kasus di Kawasan Wisata Bahari Lombok Barat Propinsi NTB) Meodelogi Pengaruh (x) Metode kuantitatif Pengembangan dan kualitatif. survei, Pariwisata transformasui kultural dijelaskan secara deskriptif. Temuan Terpengaruh (y) Perubahn Kultural 1. Orientasi nilai budaya 2. Perubahan moral etika - Moral agama - Moral sosial : gotong royong, tolong menolong 3. Norma Sosial dan Ikatan adat - Norma hubungan bermasyarakat - Aturan adat - Hubungan sosial Keterangan 40 1 RIWAYAT HIDUP Dian Nita Hikmahwati dilahirkan di Bondowoso pada tanggal 25 April 1993 dari orang tua Syahroni dan Siti Tavipah. Penulis menyelesaikan pendidikan formalnya dari MI AT-Taqwa Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur, SMP Negeri 2 Kabupaten Jombang dan SMA 2 Darul Ulum serta pendidikan informal di Asrama Pondok Pesantren Darul Ulum Jombang, Jawa Timur. Pada tahun 2011 penulis menempuh pendidikan sarjana pada Program Studi Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia serta minor Pengelolaan Wisata Alam dan Jasa Lingkungan di Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah. Selama penulis menimba ilmu di Institut Pertanian Bogor, pengalaman dan prestasi yang pernah diraih diantaranya sebagai penerima beasiswa sarjana dari Kementrian Agama RI, menjadi asisten praktikum mata kuliah Komunikasi Bisnis. Penulis turut aktif belajar dan berperan sebagai pembawa acara di berbagai acara kemahasiswaan serta pernah menjadi kontributor poyek riset penulisan ilmiah Bibliografi Beranotasi dan Kodifikasi mengenai National Inquiry yang diadakan oleh Komnas HAM RI berkerja sama dengan AMAN dan LSM Sajogyo Institute. Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan dan organisasi internal kampus, eksternal kampus dan organisasi kemasyarakatan. Penulis pernah aktif dalam organisasi internal kampus yakni Klub Ilmiah Asrama TPB IPB sebagai bendahara, Paduan Swara Mahasiswa IPB Agria Swara sebagai anggota, pengurus HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu-Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) pada divisi Broadcasting, serta kegiatan BEM KM IPB IDEA 2014. Organisasi eksternal kampus yang diikuti yakni CSS MoRA IPB sebagai sekertaris, CSS Mora Nasional sebagai sebagai anggota, Ikalum (Ikatan Mahasiswa Darul Ulum) Bogor. Berpengalaman dalam kegiatan kemasyarakatan seperti mengadvokasi masyarakat untuk pendirian Posdaya Walet Asih di Desa Leuwikaret, Bogor dan perintis pendirian PAUD Al-Fikri di Desa Leuwikaret, Bogor.