MENCIPTAKAN AGEN PERUBAHAN Oleh : Chairul Fuad Abstrak Perubahan merupakan hal yang cukup penting dalam kehidupan manusia termasuk di dalamnya kehidupan berorganisasi, walau diketahui bahwa tidak ada agen perubahan yang paling ideal. Perubahan dalam organisasi merupakan perubahan sosial dalam hubungan interaksi antar orang, organisasi atau komunitas, dapat menyangkut “struktur sosial” atau “pola nilai dan norma” serta “peran”. Tulisan ini bertujuan untuk mengungkap secara sederhana tentang cara menciptakan agen perubahan dengan harapan kita semua akan mendapatkan gambaran tentang sesuatu yang berhubungan dengan hal tersebut Perubahan merupakan syarat mutlak bagi kehidupan manusia karena dengan perubaan diharapkan seseorang akan dapat hidup di masa depannya. Perubahan akan dapat membawa seseorang menapak dan menggapai masa depan dan selanjutnya dapat menjawab tantangan demi tantangan di masa mendatang. Demikian pula jika seseorang berada di dalam lingkungan organisasi. Agen perubahan merupakan istilah digunakan untuk semua orangorang atau kelompok orang, yang bertanggung jawab untuk mengimplementasikan perubahan. Dengan demikian, mencakup fungsi agen perubahan dalam dirinya sendiri, serta manajer perubahan, para pemimpin perubahan atau manajer proyek untuk proyek perubahan. Dalam organisasi dapat berhubungan dengan situasi aktual dalam organisasi, misalnya budaya perusahaan, relevansi strategis proyek, penerimaan proyek antara manajemen dan staf, jangka waktu, sumber daya dan sebagainya. Dengan demikian perubahan memerlukan kemampuan manajemen yang baik untuk menjamin terselenggaranya aktifitas organisasi secara baik dan benar. Hal ini akan semakin kompleks lagi karena tidak jarang seseorang itu harus menjadi pemimpin yang baik dengan kemampuan untuk memotivasi orang. Canterucci (2007) mendefinisikan pemimpin perubahan pada lima tingkat. 1. Tingkat I : menerima perlunya perubahan, berkomunikasi dan membela perlunya perubahan di seluruh organisasi, menciptakan lingkungan yang terbuka dan reseptif inisiatif perubahan kecil dengan arah yang jelas. 2. Tingkat II : mendefinisikan dan memulai perubahan, mengidentifikasi poin maksimal untuk perubahan dalam proses dan kebiasaan kerja mengubah proyek di tingkat lokal. 3. Tingkat III : memimpin perubahan, menerjemahkan visi organisasi ke dalam konteks inisiatif perubahan tertentu dan membawa pesan ini ke seluruh organisasi, pengalihan pendekatan dalam menghadapi peluang baru transformasi visi pusat menjadi inisiatif perubahan dan komunikasi di seluruh organisasi. 4. Tingkat IV : mengelola perubahan yang kompleks, memahami dinamika budaya dari keadaan saat ini organisasi, menciptakan kursus praktis strategis, menyeimbangkan realitas saat ini dengan kebutuhan untuk adopsi yang cepat dari realitas masa depan yang diinginkan menghasilkan perubahan dengan tingkat tinggi transformasi. 5. Tingkat V : champions perubahan, menantang status quo dengan membandingkannya dengan ideal atau visi perubahan, menyebabkan krisis dalam rangka mendukung tindakan dramatis dan mengubah usaha, mengubah organisasi untuk merevolusi organisasi Kemampuan agen perubahan selalu membutuhkan kemampuan untuk mendapatkan semua orang yang terkena proyek yang terlibat, untuk memastikan dukungan dan komitmen mereka. Hal ini memerlukan kompetensi yang tinggi sebagai dasar untuk penerimaan serta soft skill, menyangkut kemampuan intelektual, emosional, dan spiritual. Kemampuan intelektual menyangkut kemampuan kognitif yang dalam konteks perubahan perilaku diaplikasikan dalam bentuk knowledge. Kemampuan emosional terutama yang berkenaan dengan afektif yang dalam konteks perubahan perilaku diaplikasikan dalam bentuk attitude, sedangkan kemampuan spiritual dalam konteks perubahan diaplikasikan dalam bentuk motivation power and belief (trust), termasuk mind set. Kesemuanya itu sering kita sebut dengan istilah KAP (kognitif, afektif, dan psikomotor). Pada gilirannya kesemuanya akan diimplementasikan dalam bentuk perilaku nyata (action atau practice) menjadi hard skill. Kemampuan tersebut akan menjadi kemampuan yang beragam dan memiliki kompleksitas yang tinggi, seperti kemampuan untuk berkomunikasi, untuk memahami dan memperhitungkan pendapat orang lain, mempertimbangkan faktor kelemahan dan kekuatan. Dalam kondisi seperti inilah tantangan agen perubahan karena tidak jarang perubahan itu sendiri bertentangan dengan kebiasaan lama yang sudah membudaya pada diri individu maupun dalam suatu organisasi. Upaya untuk mengubah nilai-nilai abadi seperti itu akan menyebabkan resistensi dan penolakan. Dalam kondisi ini dibutuhkan penerimaan dan dukungan dari semua pihak yang terkena dampak perubahan tersebut. Disinilah tugas agen perubahan untuk menciptakan sikap acceptance (penerimaan) individu dan lingkungan yang akan diubahnya. Buchanan (1975) telah melakukan studi tentang efektivitas yang dirasakan dari agen perubahan. Atas dasar itu disusun lima belas kompetensi yang paling penting dari agen perubahan, yakni :. 1. Sensitivitas terhadap perubahan personil kunci, persepsi manajemen puncak dan kondisi pasar, dan cara di mana dampak ini tujuan proyek. 2. Pengaturan yang jelas, tujuan yang realistis 3. Fleksibilitas dalam merespon perubahan tanpa kontrol dari manajer proyek, mungkin memerlukan perubahan besar dalam tujuan proyek dan gaya manajemen. 4. Peran, kemampuan team-building, untuk mempertemukan para pemangku kepentingan kunci dan membentuk kelompok kerja yang efektif, dan untuk mendefinisikan dan mendelegasikan tanggung jawab masing-masing secara jelas. 5. Jaringan keterampilan dalam membangun dan mempertahankan kontak yang sesuai di dalam dan di luar organisasi. 6. Toleransi ambiguitas, untuk dapat berfungsi dengan nyaman, sabar dan efektif dalam lingkungan yang tidak pasti. 7. Komunikasi, keterampilan komunikasi untuk mengirimkan secara efektif kepada rekan-rekan dan bawahan perlunya perubahan dalam tujuan proyek dan dalam tugas dan tanggung jawab individu. 8. Keterampilan interpersonal, di kisaran, termasuk seleksi, mendengarkan, mengumpulkan informasi yang sesuai, mengidentifikasi kekhawatiran orang lain, dan mengelola pertemuan. 9. Antusiasme pribadi dalam mengungkapkan rencana dan ide-ide. 10. Merangsang motivasi dan komitmen pada orang lain yang terlibat perundingan 11. Menjual rencana dan ide-ide kepada orang lain dengan menciptakan visi yang diinginkan dan menantang masa depan. 12. Bernegosiasi dengan pemain kunci untuk sumber daya, untuk perubahan dalam prosedur, dan untuk menyelesaikan konflik. 13. Kesadaran politik dalam mengidentifikasi koalisi potensial, dan dalam menyeimbangkan tujuan yang saling bertentangan dan persepsi. 14. Mempengaruhi keterampilan, untuk mendapatkan komitmen untuk rencana dan ide-ide proyek membentuk skeptis potensial dan penentang. 15. Perspektif helikopter, untuk berdiri kembali dari proyek langsung dan mengambil pandangan yang lebih luas prioritas. Memperhatikan hal di atas dapat diambil konklusi bahwa terdapat cukup banyak komponen emosional yang terlibat dan memegang peranan penting dari agen perubahan. Hal ini sangat beralasan karena untuk berubah dan dapat merubah diperlukan pertimbangan dan kematangan emosional, terutama dari attitude dan motivasi yang kuat dari diri seseorang. Adanya niat dan keyakinkan serta cita-cita (dream/imagination) yang kuat dan jelas merupakan modal penting suatu perubahan. Banyak seseorang gagal berubah karena mereka merasa tidak pelu berubah, tidak punya keyakinan untuk berubah tidak punya cita-cita atau tujuan untuk berubah sehingga yang terjadi adalah pasrah. Demikian pula jika yang bersangkutan berada dalam suatu organisasi terutama jika berada pada level yang dapat mempengaruhi orang lain. Khusus dalam suatu organiasai dirasakan perlu untuk mempertanyakan pengetahuan organisasi tersebut tentang perubahan. Pola yang ada, pemikiran dan asumsi yang ada tentang organisasi, pasar, pelanggan dan hubungan antar manusia ditantang untuk berubah. Dengan demikian agen perubahan harus menyadari bahwa ada lebih dari satu solusi yang tepat. Agen perubahan harus mampu mengevaluasi fakta-fakta dari sudut pandang yang berbeda, misalnya dari perspektif pelanggan atau pesaing. Kanter (2013) menekankan pentingnya membangun koalisi, yang ia gambarkan sebagai langkah yang sering diabaikan dalam proses perubahan. Agen perubahan harus mengidentifikasi dan melibatkan pemimpin opini, pengambil keputusan pada sumber daya, ahli fungsional dan orang penting lainnya sedini mungkin dalam tahap perencanaan proyek. Pentingnya faktor motivasi dijelaskan dengan frase mentransfer kepemilikan kepada tim kerja dan membuat semua orang pahlawan. Kanter memberikan prasyarat yang paling penting bagi manajemen perubahan yang berhasil keterlibatan orang - dengan dua frase tersebut. Anggota tim perubahan dan karyawan lain dipengaruhi oleh inisiatif perubahan tidak harus merasa seperti seolah-olah mereka hanya alat untuk perubahan atau subjek perubahan. Perubahan tidak cukup hanya memiliki visi yang meyakinkan. Komitmen sangat diperlukan guna mencapai perubahan optimal. Komitmen yang digariskan secara bersama akan terrealisasi dengan memberikan orang kesempatan untuk menjadi aktif terlibat, untuk berkontribusi pengalaman mereka sendiri. Setiap karyawan perlu tahu bahwa kontribusinya untuk proyek ini adalah penting dan dihargai. Teori kebutuhan manusia menjadi penting (kebutuhan akan dihargai, mendapat tempat di antara orang lain dan merdeka). Dengan demikian, orang akan mengembangkan rasa kepemilikan untuk proyek perubahan tersebut, yang pada gilirannya dapat berfungsi sebagai sumber utama motivasi bagi seluruh aktifitas organisainya termasuk dalam menghadapi tantangan dan masalah yang timbul. Dari semua uraian di atas penulis mencoba untuk menyimpulkan bahwa sumber hal yang paling penting seorang pemimpin dapat membawa ke organisasi perubahan adalah semangat, keyakinan, dan kepercayaan diri pada orang lain. Perubahan proses dan proyek perubahan telah menjadi tonggak utama dalam sejarah banyak organisasi. Dinamika dalam lingkungan eksternal menyebabkan banyak organisasi menemukan perubahan pada diri mereka. Hal ini terutama pada organisasi yang sensitif terhadap perubahan. Kegagalan sering terjadi terutama karena adanya hambatan yang tak terduga di lingkungan eksternal, kurangnya komitmen dalam pelaksanaan, resistensi orang yang terlibat, atau kekurangan sumber daya atau implikasi dari proyek perubahan gagal melampaui tujuan terjawab. Dalam kondisi ini yang cukup berperanan adalah mind set/mind frame orang-orang yang terlibat dalam perubahan tersebut. Hal ini merupakan tantangan tersendiri bagi individu perubahan ataupun bagi agen perubahan. Faktor lain yang mungkin terjadi adalah adanya ketidakpuasan individu dengan kinerja mereka sendiri atau dengan kurangnya dukungan yang mereka terima, sehingga akhirnya mereka enggan berkomitmen untuk mengubah inisiatif. Dampak selanjutnya bagi yang gagal akan tumbuh perasaan skeptis, sehingga timbul anggapan bahwa proyek perubahan di masa depan sebagai "ide lain mewah dari manajemen", yang membawa banyak pekerjaan dan menjadikan mereka korban perubahan tersebut. Di sinilah tantangan peran dan fungsi para agen perubahan dimana mereka harus mampu meng”arange” agar hambatan-hambatan di atas dapat teratasi. Sebagai penutup penulis akan memberikan beberapa kata-kata bijak perubahan sebagai motivasi bagi kita semua : Perubahan adalah hukum kehidupan. Siapa saja yang hanya memandang masa lalu dan masakini, pasti akan kehilangan masa depan, karenanya belajarlah dan berubahlah dalam menyambut datangnya masa depan Perubahan adalah hukum kehidupan. Siapa yang tidak belajar dan berubah sama saja dengan tidak hidup, bahkan bisa mati sebelum waktunya Masa depan hanyalah milik mereka yang sangat percaya (yakin) pada keindahan “mimpi”nya (dream) Organisasi masa datang adalah organisasi yang mau dan mampu belajar mencintai perubahan tanpa mengenal batas waktu Saya tertarik kepada masa depan karena saya akan menghabiskan sisa kehidupan saya di sana