PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI KOMUNIKASI VERBAL Fakultas Program Studi ILMU KOMUNIKASI HUBUNGAN MASYARAKAT Tatap Muka 10 Kode MK Disusun Oleh 85001 Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Abstract Kompetensi Komunikasi nonverbal adalah kebalaikan dari komunikasi verbal yaitu suatu proses dari komunikasi yang dimana penyampaian informasi atau pesannya tidak memakai kata-kata komunikasi ini sering disebut juga dengan bahasa isyarat. Bentuk dari komunikasi nonverbal ini memakai gerakan seperti misalnya: bahasa tubuh, ekspresi wajah, dengan kontak mata dan lain sebagainya. Setelah mempelajari modul ini, mahasiswa diharapkan mampu memahami: 1. Pengertian komunikasi nonverbal dari beberapa pakar 2. Fungsi bahasa nonverbal 3. Ragam bahasa verbal MODUL 10 KOMUNIKASI NONVERBAL A. PENGANTAR Kalau kau benar-benar sayang padaku, Kalau kau benar-benar cinta, Tak perlu kau katakan semua itu, Cukup tingkah laku. (Teks lagu: Semua Bisa Bilang) Kutipan teks lagu di atas begitu amat bermakna. Perasaan cinta tidak selamanya diungkapkan melalui kata-kata (verbal), melainkan bisa lewat tingkah laku (nonverbal). Birdwhistell (dalam Rakhmat, 1994:288) menjelaskan, barangkali tidak lebih dari 30 % sampai 35 % makna sosial percakapan atau interaksi dilakukan dengan kata-kata. Sisanya dilakukan dengan pesan nonverbal. Mehrabian, penulis The Silent Message, bahkan memperkirakan 93 % dampak pesan diakibatkan oleh pesan nonverbal. Orang mengungkapkan penghormaan dengan cara yang berbeda-beda. Seorang santri kepada gurunya dengan cara mencium tangan, lalu berjalan sambil membungkuk. Orang Jawa menghormati kepda orang tuanya dengan cara sungkeman. Orang Arab menghormati orang asing dengan memeluknya. Kita menghormati pemenang perlombaan dengan cara tepuk tangan atau mengacungkan jempol, seorang jejaka menggoda anak gadis dengan cara mengerlingkan mata kirinya, dan sebagainya. Tepuk tangan, pelukan, sungkeman, cium tangan, kerlingan mata kiri adalah bentuk pesan nonverbal yang mengartikulasikan gagasan, keinginan, ‘13 2 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id perasaan atau maksud yang terkandung dalam hati seseorang. Pesan nonverbal sama pentingnya dengan pesan verbal. Sebab, ada ungkapan perasaan yang mendalam tidak cukup diungkapkan dengan kata-kata (verbal). Misalnya, perasaan cinta lebih terasa dalam diungkapkan dengan cara memeluk lawan jenisnya, mengelusnya dengan segenap perasaan. Ungkapan marah lebih terasa “galak” dengan cara menggertakan gigi, memukul meja serta dibarengi dengan air muka yang memerah. Suasana sedih atau pilu diungkapkan dengan mata yang sembab dan sedikit bengkak, diiringi sedu sedan dan melelehnya air mata tanpa henti. Pesan nonverbal digunakan orang dalam bentuk komunikasi apa saja, termasuk dalam komunikasi antarbudaya. Dalam komunikasi antarbudaya, begitu banyak lambang (simbol) yang tidak berbentuk kata-kata, melainkan dalam bentuk gerakan tubuh. Budaya memeluk orang asing yang dibarengi dengan rabaan hanya dilakukan oleh orang Arab. Perilaku tersebut mungkin bagi sebagian orang (non-Arab) adalah perilaku tidak sopan, tetapi bagi orang Arab adalah simbol persahabatan. Pelukan dan rabaan adalah salah satu bentuk pesan nonverbal yang menjadi budaya bagi orang Arab. Jika komunikasi nonverbal tesebut dilakukan oleh orang-orang yang memiliki latar belakang budaya sama mungkin tidak menjadi masalah. Tetapi lain halnya, jika komunikasi nonverbal tersebut dilakukan oleh orang-orang yang berbeda latar belakang budayanya, kesalahan menginterpretasi akan menjadi hambatan atau kendala yang cukup krusial. Kendala tersebut pada gilirannya akan memasuki ranah persepsi. Jika persepsi orang-orang yang terlibat komunikasi (partisipan komunikasi) cenderung menajam maka akan menjadi hambatan yang mendistorsi pesan dan situasi komunikasi. B. PENGERTIAN Secara sederhana, komunikasi nonverbal adalah proses penyampaian pesan tidak menggunakan kata-kata (bahasa) melainkan dengan isyarat-isyarat yang dapat dipahami. Menurut Liliweri (1994:89) komunikasi nonverbal pun oleh ‘13 3 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sebagian pakar disebut dengan istilah komunikasi tanpa kata (karena tidak berkata-kata). Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Proses encoding (penyandian) dilakukan dengan menggunakan isyarat yang memungkikan dipahami oleh orang lain melalui proes decoding. Unsur-unsur seperti ruang pegetahuan (frame of reference) dan pengalaman (filed of experience) memegang peranan penting untuk terciptanya proses komunikasi yang efektif. DeVito (1997:177) menjelaskan komunikasi nonverbal ini dalam kalimat yang agak panjang, demikian. Komunikasi nonverbal pastilah merupakan kata yang saat ini. Setiap orang tampaknya tertarik pada sedang popular pesan yang dikomunikasikan oleh gerakan tubuh, gerakan mata, ekspresi wajah, sosok tubuh, penggunaan jarak (ruang), kecepatan dan volume bicara, bahkan juga keheningan. Sementara itu Mark L. Knapp (dalam Mulyana, 2001:313), menjelaskan sebagai berikut: Istilah nonverbal biasanya digunakan untuk melukiskan semua peristiwa komunikasi di luar kata-kata terucap dan tertulis. Pada saat yang sama kita harus menyadari bahwa banyak peristiwa dan perilaku nonverbal ini ditafsirkan melalui simbol-simbol verbal. Dalam pengertian ini, peristiwa dan perilaku nonverbal itu tidak sungguh-sungguh bersifat nonverbal. Untuk melengkapi pembahasan mengenai pengertian komunikasi nonverbal ini, berkikut ini pendapat Haryani (2001:20), demikian: Komunikasi nonverbal adalah kumpulan isyarat, gerak tubuh, intonasi suara, sikap dan sebagainya yang memungkinkan seseorang untuk ‘13 4 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id berkomunikasi tanpa menggunakan kata-kata. Komunikasi nonverbal memiliki berbagai perbedaan dengan komunikasi verbal. Salah satunya adalah bahwa komunikasi nonverbal tidak mempunyai struktur yang jelas, sehingga relatif lebih sulit untuk dipelajari. Kedua, intensitas terjadinya komunikasi nonverbal juga tidak dapat diperkirakan atau disebut bersifat spontanitas. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi nonverbal adalah komunikasi tanpa kata-kata, terdiri dari berbagai isyarat, ekspresi wajah, gerak tubuh, sikap, intonasi suara, penggunaan ruang (jarak), kecepatan dan volume suara, keheningan, bersifat tidak beraturan dan spontan. C. PERILAKU NONVERBAL Ekspresi wajah dan gerakan tubuh seringkali mewakili komunikasi nonverbal. Tersipu, tersenyum, tertawa lebar, wajah yang merona (malu), atau wajah yang memerah (marah), memalingkan muka, menggelengkan kepala, menganggukan kepala, gerakan tangan melambai, mengacungkan ibu jari (jempol), dan seterusnya adalah beberapa jenis atau bentuk komunikasi nonverbal. Bahkan diam itu sendiri dapat bermakna komunikasi nonverbal. Pepatah mengatakan: diam adalah emas. Artinya, diam itu memiliki makna tersendiri. Mungkin kita masih ingat “diamnya” mantan Presiden Megawati ketika dihadapkan kepada berbagai kritik dari lawan politiknya. Ia hanya diam yang ditimpali senyum simpul yang mengadung sejuta makna. Secara lebih spesifik, beberapa contoh perilaku nonverbal sebagaimana di bawah ini: 1. Menggertakkan gigi untuk menunjukkan kemarahan. 2. Mengerutkan dahi untuk menunjukkan seseorang sedang berpikir. 3. Gambar pria atau wanita yang dipasang dipintu toilet untuk menunjukkan kamar sesuai dengan jenis kelaminnya. 4. Berpangku tangan untuk menunjukkan seseorang sedang melamun. ‘13 5 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 5. Tersenyum dan berjabat tangan dengan orang lain untuk mewujudkan rasa senang, simpati, dan persahabatan. 6. Membuang muka untuk menunjukkan sikap tidak senang atau antipati terhadap orang lain. 7. Air muka yang memerah untuk menunjukkan kemarahan. 8. Menggelengkan kepala untuk menunjukkan sikap menolak atau keheranan. 9. Menganggukan kepala untuk menunjukkan tanda setuju atau OK. 10. Menutup mulut dengan telapak tangan untuk menunjukkan suatu kebohongan. 11. Meletakan telunjuk di bibir untuk meminta orang lain tidak bicara (diam). 12. Telapak tangan yang terbuka untuk menunjukkan kejujuran. 13. Tangan mengepal untuk menunjukkan rasa percaya diri. 14. Gerak kaki yang tak beraturan yang menunjukkan rasa grogi (gugup). 15. Tersipu-sipu untuk menunjukkan rasa malu. 16. Kedip mata sebelah kiri untuk menunjukkan rasa suka. D. FUNGSI PESAN NONVERBAL Beberapa fungsi pesan nonverbal dikemukakan oleh Mark L. Knapp (dalam Rakhmat, 1994:287), yaitu: 1. Repetisi Mengulang kembali gagasan yang sudah disajikan secara verbal. Misalnya, setelah saya menyatakan penolakan saya, saya menggelengkan kepala berkali-kali. ‘13 6 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Substitusi Menggantikan lambang-lambang verbal. Misalnya, tanpa sepatah katapun anda berkata-kata. Anda dapat menunjukkan persetujuan dengan cara mengangguk-anggukan kepala. 3. Kontradiktif Menolak pesan verbal atau memberikan makna yang lain terhadap pesan verbal. Misalnya, anda memuji prestasi kawan anda dengan cara mencibirkan bibir anda. 4. Komplemen Melengkapi dan memperkaya makna pesan nonverbal. Misalnya, air muka anda menunjukkan tingkat penderitaan yang tidak terungkap dengan katakata. 5. Aksentuasi Menegaskan pesan verbal atau menggarisbawahinya. Misalnya, anda mengungkapkan betapa jengkelnya dengan cara memukul meja atau melempar kursi. E. URGENSI PESAN NONVERBAL Tanpa disadari, ketika komunikasi berlangsung bukan hanya mulut yang mengeluarkan kata-kata (bahasa), tetapi sejumlah anggota tubuh kita ikut memberikan isyarat, baik untuk memperteguh atau hanya sekedar melengkapi. Pesan nonverbal sama pentingnya dengan pesan verbal. Dalam konteks ini ada sejumlah alasan yang melatarbelakangi pentingnya pesan nonverbal, yaitu: 1. Faktor-faktor nonverbal sangat menentukan makna dalam komunikasi interpersonal. ‘13 7 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Ketika kita berkomunikasi tatap muka, kita banyak menyampaikan gagasan dan pikiran kita melalui pesan-pesan nonverbal. Orang yang kita ajak bicara pun lebih banyak “membaca” pikiran kita melalui petunjuk-petunjuk nonverbal. Misalnya, untuk menyebut seorang yang pandai cukup dengan mengacungkan ibu jari (jempol), tanpa harus berkata-kata. 2. Perasaan dan emosi lebih cermat disampaikan melalui pesan nonverbal daripada pesan verbal. Anda boleh menulis surat kepada pacar anda serta mengungkapkan gelora kerinduan anda. Tapi sesekali anda akan tertegun, anda tidak menemukan kata-kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu yang begitu mudah diungkapkan melalui pesan nonverbal. Bahasa memiliki keterbatasan untuk melukiskan getaran hati anda yang menggebu-gebu, rindu yang tak terperi, tarikan napas yang mengalir penuh syahdu, kesayuan mata dan detak jantung. Menurut Mahrabian (1967), hanya 7 % perasaan kasih sayang dapat dikomunikasikan dengan kata-kata. Selebihnya, 38 % dikomunikasikan lewat suara, dan 55 % dikomunikasikan lewat ungkapan wajah (senyum, kontak mata, dan sebagainya). 3. Pesan nonverbal menyampaikan makna dan maksud yang relatif bebas dari penipuan, distorsi (pengurangan) dan kerancuan. Sudah menjadi hukum yang relatif berlaku umum, bahwa ketika seorang wanita ditanya diam saja, maka sejatinya ia berkata ya. Diam tersebut tidak bisa menipu laki-laki. 4. Pesan nonverbal mempunyai fungsi metakomunikatif yang sangat diperlukan untuk mencapai komunikasi yang berkualitas tinggi. ‘13 8 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Fungsi metakomunikatif artinya memberikan informasi tambahan yang memperjelas maksud dan makna pesan. Di atas telah dijelaskan bahwa pesan nonverbal mempunyai fungsi repetisi, substitusi, kontradiksi, komplemen, dan aksentuasi. Semua itu menambah bobot komunikasi yang dibangun. 5. Pesan nonverbal merupakan cara komunikasi yang lebih efisien dibandingkan dengan pesan verbal. Melalui pesan nonverbal, jika ingin mengatakan tdak cukup menggelengkan kepala. Jika ingin menyampaikan perpisahan cukup melambaikan tangan, dan sebaginya. Cara-cara tersebut lebih efisien dibandingkan dengan harus berkata-kata. 6. Pesan verbal merupakan sarana sugesti yang paling tepat. Ada situasi komunikasi yang menuntut kita untuk mengungkapkan gagasan atau emosi secara tidak langsung. Sugesti ini dimaksudkan menyarankan sesuatu kepada orang lain secara implisit (tersirat). Sugesti itu lebih efektif disampaikan melalui pesan nonverbal. Misalnya, jika seorang ayah sedang marah, maka ibunya cukup menggerakan tangan untuk menyuruh anaknya menjauh (Rakhmat, 1994:287-289). F. KLASIFIKASI PESAN NONVERBAL Meskipun belum ada kesepakatan dari para pakar mengenai klasifikasi pesan nonverbal, tetapi salah seorang pakar menyebut enam klasifikasi pesan nonverbal. 1. Kinesik atau gerak tubuh Pesan kinesik terbagi ke dalam 3 bagian, yaitu: (a) pesan fasial yang menggunakan air muka untuk menyampaikan ‘13 9 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. makna tertentu. Misalnya: Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kebahagiaan, rasa terkejut, ketakutan, kemarahan, kesedihan, kemuakan, pengecaman, minat, ketakjuban, dan tekad. (b) pesan gestural yang merujuk kepada gerakan sebagian anggota badan seperti mata dan tangan untuk mengkomunikasikan berbagai makna. Pesan gestural bisa digunakan untuk mengungkapkan: 1) mendorong atau membatasi 2) menyesuaikan atau mempertentangkan 3) responsif atau tak responsif 4) perasaan positif atau negatif 5) memperhatikan atau tidak memperhatikan 6) melancarkan atau tidak melancarkan 7) menyetujui atau menolak (c) pesan postural berkenaan dengan keseluruhan anggota badan. Postur ABRI jika sedang berdiri tegak berbeda dengan postur seorang murid dihadapan gurunya, atau santri didepan kiyainya. Postur tubuh dapat menyiratkan: 1) immediacy, yaitu ungkapan kesukaan atau ketidaksukaan terhadap individu yang lain. Postur tubuh yang condong ke arah orang yang diajak bicara menunjukkan kesukaan. 2) power, yaitu megungkapkan status yang tinggi dari komunikator. Kita bisa membayangkan postur tubuh orang yang tinggi hati bila sedang berbicara dengan orang yang merendah. 3) responsiveness, bila ia bereaksi secara emosional pada lingkungan, secara positif dan negative. Bila postur anda tidak berubah, anda mengungkapkan sikap yang tidak responsif. ‘13 10 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Pesan proksemik disampaikan melalui pengaturan jarak dan ruang. Umumnya dengan cara mengatur jarak kita mengungkapkan keakraban kita dengan orang lain. 3. Pesan artifaktual, diungkapkan melalui penampilan. Misalnya, cara berpakaian, dan berkosmetik. 4. Pesan paralinguistik adalah pesan nonverbal yang berhubungan dengan cara mengucapkan pesan verbal. Satu pesan verbal yang sama dapat menyampaikan arti yang berbeda bila diucapkan dengan cara yang berbeda. Cermati kalimat di bawah ini: Ayah Tino mengambil rantai anjing Berhentilah pada Ayah dan mengucapkan dengan nada memanggil: Ayah / Tino mengambil rantai anjing, akan semakin beda jika diucapkan: Ayah Tini mengambil rantai / anjing. Perbedaan tersebut sangat mencolok dan sudah pasti memiliki arti tersendiri. Pesan paralinguistik terdiri dari nada, kualitas suara, volume, kecepatan, dan ritme. 5. Pesan sentuhan dan bau-bauan termasuk pesan nonverbal nonvisual dan nonvokal. Alat penerima sentuhan kulit mampu menerima dan membedakan berbagai emosi yang disampaikan oleh orang melalui sentuhan. Bau-bauan telah digunakan manusia untuk berkomunikasi secara sadar dan tidak sadar, misalnya, bau khas seseorang ketika sedang marah atau tenang. Menurut Heslin (dalam Mulyana, 2001:336), terdapat lima kategori sentuhan, yang merupakan suatu rentang dari yang sangat impersonal hingga yang sangat personal, yaitu: 1) Fungsional-profesional. Di sini sentuhan bersifat “dingin” dan berorientasibisnis, misalnya pelayan toko membantu pelanggan memilih pakaian. ‘13 11 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2) Sosial-sopan. Perilaku dalam situasi ini membangun dan memperteguh pengharapan, aturan dan praktek sosial yang berlaku, misalnya berjabat taangan. 3) Persahabatan-kehangatan. Kategori ini meliputi setiap sentuhan yang menandakan afeksi atau hubungan yang akrab, misalnya dua orang yang saling merangkul setelah mereka lama berpisah. 4) Cinta-keintiman. Kategori ini merujuk pada sentuhan yang menyatakan keterkaitan emosional atau ketertarikan, misalnya mencium pipi orang tua dengan lembut; orang yang sepenuhnya memeluk orang lain; dua orang yang “bermain kaki” di bawah meja; orang Eskimo yang saling menggosokan hidung. 5) Rangsangan seksual. Kategori ini berkait erat dengan kategori sebelumnya , hanya saja motifnya bersifat seksual. Rangsangan seksual tidak otomatis bermakna cinta atau keintiman. G. KOMUNIKASI NONVERBAL DALAM KONTEKS KOMUNIKASI ANTARBUDAYA. Komunikasi nonverbal atau pesan nonverbal adalah salah satu cara dalam menyampaikan pesan, termasuk dengan orang yang berbeda budaya. Dalam banyak hal, perbedaan budaya bisa juga membedakan komunikasi nonverbal yang dilakukan, misalnya: 1. Orang Amerika menatap tajam lawan bicaraya apabila sedang berbicara. 2. Orang Arab mencium dan bahkan meraba-raba apabila sedang bersalaman. 3. Orang Jawa menyalami orang yang dihormatimya dengan cara sungkem. 4. Orang Jawa duduk bersila menyambut kedatangan orang yang mulia. 5. Orang Belanda berdiri tegak apabila sedang menyambut kedatangan tamu mulia. ‘13 12 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pemahaman yang mendalam mengenai berbagai pesan nonverbal dibutuhkan bagi komunikator antarbudaya. Dengan cara demikian, kesalahan tafsir, atau Daftrar Bacaan Anugrah, Dadan & Winny Kresnowiati, 2008. Komunikasi Antarbudaya, Konsep dan Apliksinya. Jakarta: Jala Permata. Cheryl Hamilton, 2008. Communicating For Results, A Guide For Business and The Profession. USA: Belmont. Hafied Cangara, 2002. Penganar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajagrafindo Persada. Machfoedz, Mas’ud dan Mahmud Machfoedz, 2004. Komunikasi Bisis Modern untuk Mahasiswa dan Profesi. Yogyakarta: BPFE. Mas’ud, Machfoedz dan Mahmud Machfoedz, 2004. Komunikasi Bisnis Modern, Untuk Mahasiswa dan Profesi. Yogyakarta: BPFE. Morreale, Spitzberg and Barge, 2007. Human Communication Motivation, Knowledge, and Skills. USA: Belmont. Mulyana, Deddy, 2007. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Rosda. Onong Uchjana Effendy, 1994. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Rosda. Onong Uchjana Effendy, 2000. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: Citra Aditya bakti. Purwanto, Djoko, 2003. Komunikasi Bisnis. Jakrta Erlangga. Stewart Tubbs and Sylvia Moss, 2008. Human Communication, Principles and Contexts. New York: McGraw-Hill. Sumartono, 2003. Kecerdasan Komunikasi. Jakarta: Gramedia. Supratiknya, A., 1996. Komunikasi Antarpribadi Tinjauan Psikologis. Yogyakarta: Kanisius Vardiansyah, Dani, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia. Wiryanto, 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Grasindo. Wood, Julia T., 2009. Communication in Our Lives, Fifth Edition. USA: Wadsworth Cengage Learning. ‘13 13 PANCASILA Dr. Dadan Anugrah, M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id