RNP2009 Bappenas - RPJMN 2010

advertisement
RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA
MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2010-2014
BIDANG PENDIDIKAN
Oleh:
NINA SARDJUNANI
Deputi Menneg PPN/ Kepala Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan
Disampaikan dalam Rembugnas Departemen Pendidikan Nasional
Sawangan – Bogor, 23 Februari 2009
1
KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN
RPJMN TEKNOKRATIK 2010-2014
I.
II.
III.
IV.
V.
Arahan RPJPN 2005-2025
Sasaran RPJPN 2009-2014
Kondisi Saat Ini
Perkembangan Global
Tantangan Pembangunan Pendidikan
2010-2014
VI. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
untuk penyusunan RPJMN 2010-2014
2
I. ARAHAN RPJPN 2005-2025
3
RPJPN 2005-2025
Visi Pembangunan
INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU,
ADIL DAN MAKMUR
Mandiri
Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa
lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri.
Maju
Diukur dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, dan
kemantapan sistem dan kelembagaan politik dan hukum.
Adil
Tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu,
gender, maupun wilayah.
Makmur
Diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup
4
RPJPN 2005-2025
Misi Pembangunan
1.
Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila
2.
Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing
3.
Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum
4.
Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu
5.
Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan
6.
Mewujudkan Indonesia asri dan lestari
7.
Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri,
maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional
8.
Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan
dunia internasional
5
Arah Pembangunan Jangka Panjang:
PEMBANGUNAN DAYASAING BANGSA
1.
Sumberdaya Manusia yang Berkualitas
2.
Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan
Berdayasaing Global
3.
Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek
4.
Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju
5.
Reformasi Hukum dan Birokrasi
6
Tahapan Pembangunan dalam
Rencana Pembangunan
Jangka Panjang Nasional
(RPJPN) 2005-2025
7
II. SASARAN RPJMN 2010-2014
(yang relevan dengan pembangunan SDM)
8
Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Rakyat (1)






Meningkatnya pendapatan perkapita,
Menurunnya angka kemiskinan dan tingkat
pengangguran,
meningkatnya tingkat pendidikan
masyarakat yang didukung dengan
pelaksanaan sistem pendidikan nasional
yang mantap,
Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi,
Meningkatnya kesetaraan gender,
Meningkatnya tumbuh kembang optimal,
kesejahteraan dan perlindungan anak,
9
Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Rakyat (2)
Terkendalinya jumlah dan laju
pertumbuhan penduduk,
 Menurunnya kesenjangan kesejahteraan
(antara individu, kelompok, dan daerah),
dipercepatnya pengembangan pusat
pertumbuhan di luar Pulau Jawa,
 Makin mantapnya nilai-nilai baru yang
positif dan produktif dalam rangka
memantapkan budaya dan karakter bangsa.

10
Sasaran Daya Saing Perekonomian


Meningkatnya pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
Peningkatan kualitas dan relevansi
pendidikan
11
Sasaran Perbaikan Pelayanan Publik


Membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan
otonomi daerah serta kuatnya peran
masyarakat sipil dalam kehidupan bangsa
Meningkatnya kualitas pelayanan publik
yang lebih murah, cepat, transparan dan
akuntabel yang ditandai dengan
terpenuhinya Standar Pelayanan Minimun
(SPM) di semua tingkatan pemerintahan
12
Peran Pembangunan SDM terhadap Misi Pembangunan
Misi 1:
Berakhlak,
bermoral,
beretika,
berbudaya
Misi 8:
Peran dalam
Pergaulan
Internasional
Misi 6:
Asri dan
Lestari
Akhlak Mulia
Berpendidikan
Maju
Mandiri
Adil
Makmur
Harmonis
Bermoral
Kualitas hidup
Perempuan & Anak
Misi 5:
Pemerataan
Pembangunan
& Berkeadilan
Misi 2:
Bangsa
Berdaya
Saing
Sehat
Kompetitif
Berpendidikan
Etos Kerja
Kreatif
Orientasi Iptek
Tangguh
Sumber Daya
Berpendidikan
Kompetitif
Jatidiri
Insan
Misi 7:
Neg. kepulauan
yg mandiri,
maju, kuat
Kreatif
Harkat
Jatidiri
Martabat
Saling percaya
Berpendidikan
Misi 3:
Demokratis
berlandaskan
Hukum
Rukun
Harmonis
Akhlak Mulia
Toleran Harmonis
Saling percaya
Misi 4:
Aman,
Damai,
Bersatu
13
III. KONDISI SDM INDONESIA
SAAT INI
14
HDI Beberapa Negara ASEAN Tahun 2002-2005
Negara
2002
2003
2004
HDI
Ranking
HDI
Ranking
Singapura
0,902
25
0,907
Brunei
Darussalam
0,867
33
Malaysia
0,793
Thailand
HDI
2005
HDI
Ranking
25
0,922
25
0,866
33
0,894
30
59
0,796
61
0,805
61
0,811
63
0,768
76
0,778
73
0,784
74
0,781
78
Pilipina
0,753
83
0,758
84
0,763
84
0,771
90
Vietnam
0,691
112
0,704
108
0,709
109
0,733
105
Indonesia
0,692
111
0,697
110
0,711
108
0,728
107
Myanmar
0,551
132
0,578
129
0,583
132
Cambodia
0,568
130
0,571
130
0,598
131
0,583
Ranking
129
Sumber: UNDP, Human Development Report 20042007/2008
15
Indikator IPM 2005
(Human Development Report 2007/2008)
Rank
Negara
Umur
Harapan
Hidup
Angka Melek
Aksara 15+
Gabungan
Angka
Partisipasi
Kasar
PDB per
kapita
25
Singapura
79,4
92,5
87,3
29.663
30
Brunei
Darussalam
76,7
92,7
77,7
28161
63
Malaysia
73,7
88,7
74,3
10.882
78
Thailand
69,6
92,6
71,2
8.677
90
Pilipina
71,0
92,6
81,1
8.137
105
Vietnam
73,7
90,3
63,9
3.071
107
Indonesia
69,7
90,4
68,2
3.843
131
Cambodia
58,0
73,6
60,0
2.727
132
Myanmar
60,8
89,9
49,5
1.027
Sumber: UNDP, Human Development Report 2007/2008 16
GDI Beberapa Negara ASEAN Tahun 2002-2005
Negara
2002
2003
GDI
Ranking
0,884
28
-
-
-
-
Malaysia
0,786
52
0,791
50
0,795
Thailand
0,766
61
0,774
57
Pilipina
0,751
66
0,755
Vietnam
0,689
87
Indonesia
0,685
90
Myanmar
-
-
Cambodia
0,557
105
Singapura
Brunei
Darussalam
GDI
2004
GDI
Ranking
-
-
-
-
0,886
31
51
0,802
58
0,781
58
0,779
71
63
0,761
66
0,768
77
0,702
83
0,708
80
0,732
91
0,691
87
0,704
81
0,721
94
-
-
-
-
-
99
0,578
97
0,94
114
0,567
Ranking
GDI
2005
Ranking
Sumber: UNDP, Human Development Report 2004-2007/2008
17
Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia
Menurut Provinsi, Tahun 1999-2005
Tahun 1999
TERTINGGI
TERENDAH
Tahun 2002
Tahun 2005
DKI
69,1
DKI
75,6
DKI
76,1
DIY
65,4
SULUT
71,3
SULUT
74,2
KALTIM
63,9
DIY
70,8
RIAU
73,6
NTB
49,0
NTB
57,8
PAPUA
62,1
PAPUA
52,3
PAPUA
60,1
NTB
62,4
NTT
54,3
NTT
60,3
NTT
63,6
NASIONAL
64,3
NASIONAL
65,8
NASIONAL
69,6
PAPUA
NTB
NTT
PAPUA BARAT
SULBAR
KALBAR
MALUT
KALSEL
GORONTALO
SULTRA
SULSEL
JATIM
SELTENG
BANTEN
LAMPUNG
NAD
MALUKU
JATENG
BALI
JABAR
SUMSEL
KEP. BABEL
JAMBI
BENGKULU
SUMBAR
SUMUT
KEPRI
KALTIM
KALTENG
DIY
RIAU
SULUT
DKI
100
95
90
85
80
75
70
65
60
55
50
1999
Sumber: BPS.
2002
2005
18
IV. PERKEMBANGAN GLOBAL
19
PERKEMBANGAN GLOBAL (Krisis Global)
Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi
Dunia (persen)
2007
2008
2009
2010
World
5.2
3.4
0.5
3.0
United States Euro Area
2.0
2.6
1.1
1.0
-1.6
-2.0
1.6
0.2
Japan
2.4
-0.3
-2.6
0.6
Sumber : WEO Jan 09, IMF
Sumber : WEO Jan 09, IMF


Krisis ekonomi global yang terjadi saat ini, diperkirakan akan terus
berlanjut;
Melalui langkah-langkah kebijakan moneter, fiskal dan pembenahan
struktural diharapkan pada tahun 2010 perekonomian akan membaik
20
Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2009
menjadi 4,0% - 5,0%
8%
PDB
Konsumsi RT
Ekspor
Investasi
6.3%
5.7%
6%
24%
Pertumbuhan PDB
6.2%
6.0%
5.5%
5.0%
5.0%
16%
4.0%
4%
8%
2%
0%
0%
2004
2005
2006
2007
2008*
2009
2009*
• Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 2009 ke 4,0% - 5,0%, pertumbuhan
konsumsi RT diharapkan 4,7%, kisaran pertumbuhan ekspor adalah 0 – 5 %
tergantung pada perkembangan perdagangan dan pertumbuhan dunia
• Jika proyeksi pertumbuhan ekspor 0% mengakibatkan proyeksi pertumbuhan
ekonomi sedikit atas 4%, jika 5% maka proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas
4,5%
21
21
Dampak Pada Pengangguran & Kemiskinan
Perkiraan Dampak Pengangguran Terbuka,
2005-2009 (persen)
12.00
11.50
11.00
10.50
10.00
9.50
9.00
8.50
8.00
7.50
7.00
8.87
8.34
7.44
Feb
Nov
2005
Tanpa Krisis
Feb
Agust
2006
Feb
Agust
2007
Krisis Tanpa Kebijakan
Feb
Agt
2008
Feb
Agt
2009
Krisis Dengan Kebijakan
Fenomena 1999-2005 akan terulang –
less job growth with poverty reduction
22
22
V. MASALAH DAN TANTANGAN
PEMBANGUNAN PENDIDIKAN
23
1. Wacana Pendidikan Dasar Gratis
24
24
Tantangan (1)



Pendidikan dasar gratis dimandatkan dalam UU
dan tepat dari pandangan ekonomi publik, namun
membutuhkan langkah besar dan mobilisasi
sumberdaya yang sangat besar  dibutuhkan
strategi pelaksanaan yang baik
Penyamaan persepsi mengenai DEFINISI GRATIS
 dalam batasan Standar Pelayanan Minimum
(meliputi biaya investasi dan operasional)
Tantangan besar  variasi yang lebar dalam
tataran kualitas sekolah, ketersediaan
sumberdaya, dan kesiapan untuk
pengembangannya
25
Tantangan (2)


Perlu kejelasan hubungan antara BOS dengan
pemenuhan SPM. Perlu disepakati bagaimana
sekolah yang sudah beroperasi diatas SPM tetap
mendapatkan kontribusi dari orangtua guna
mempertahankan kualitas pembelajaran
Perlu disediakan kerangka kerja akuntabilitas di
tingkat sekolah yang memperoleh anggaran dari
pemerintah dan swasta/orangtua
26
Tantangan (3)

Bagaimana pembagian peran pemerintah dan
masyarakat?

“Privatisasi” pendidikan secara diam-diam sudah
mulai terjadi

Penduduk miskin seringkali harus membayar lebih
mahal untuk mendapat pendidikan dengan kualitas
yang lebih rendah

Pemisahan siswa karena latar belakang sosial ekonomi
 penduduk kaya lebih memilih sekolah yang lebih
bagus yang umumnya lebih mahal
27
2. Disparitas Kinerja Pendidikan
28
28
Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Jenjang dan Kelas
Tertinggi yang Pernah Diikuti, 1995 & 2006
Tahun 2006
Tahun 1995
110,0
110,0
100,0
94,8
90,0
kelompok 20%
100,0
ter kaya
90,0
81,0
80,0
20% termiskin
70,0
76,9
69,3
60,6
60,0
87,5
kelompok
88,5
20% termiskin
70,0
69,7
60,0
50,0
46,7
40,0
61,2
50,0
49,7
40,0
30,0
ter kaya
92,5
80,0
kelompok
kelompok 20%
97,7
kelas I SMP/MTs
30,0
33,8
21,4
20,0
kelas I SMP/MTs
10,0
20,0
10,0
-
1
2
3
4
5
6
Lulus SD/MI
7
8
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Lulus
1
2
3
4
5
6
Lulus SD/MI
7
8
SMP/MTs
Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti
Quintile 1
9
9
Lulus
SMP/MTs
Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti
Quintile 5
Rata-rata
Quintile 1
Quintile 2
Quintile 3
Quintile 4
Quintile 5
Rata-rata
29
Pendidikan yang Pernah Diikuti oleh Penduduk
Usia 16-18 Tahun, Tahun 2006
100
90
80
70
60
50
40
Kls I SMP/MTs
30
Kls I SM
20
10
0
1
2
3
4
5
6
Lulus
7
8
SD/MI
INDONESIA
PAPUA
DKI. JAKARTA
SULAWESI BARAT
9
Lulus
10
11
12
SMP/MTs
JAWA BARAT
DI. YOGYAKARTA
30
Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang
Ditamatkan di Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2008.
(Februari)
Perdesaan
Perkotaan
Kota + Desa
Wilayah Pulau
≤ SLTP
≥ SLTA
≤ SLTP
≥ SLTA
≤ SLTP
≥ SLTA
Sumatera
81,05
18,95
48,71
51,29
70,40
29,60
Jawa dan Bali
86,38
13,62
55,77
44,23
71,57
28,43
Nusa Tenggara
85,13
14,87
59,34
40,66
78,90
21,10
Kalimantan
85,25
14,75
52,57
47,43
74,65
25,35
Sulawesi
79,31
20,69
47,60
52,40
70,44
29,56
Maluku
79,03
20,97
42,31
57,69
69,72
30,28
Papua
80,85
19,15
34,97
65,03
71,34
28,66
84,26
15,74
54,02
45,98
71,69
28,31
INDONESIA
31
Rendahnya pendidikan  Rendahnya produktivitas  Rendahnya daya saing
32
3. Desentralisasi dan Pembiayaan
Pendidikan
33
33




Desentralisasi menciptakan lingkungan baru dan
membutuhkan kelembagaan dan tata kelola yang
berbeda dari sentralisasi;
Pembagian tugas yang baru sesuai UU 32/2004
and PP 38/2007  penyelenggaraan pendidikan
dasar dan menengah merupakan tanggungjawab
pemerintah kab/kota;
Implementasi PP 38/2007 membutuhkan road
map yang jelas dengan mempertimbangkan
kemampuan kapasitas semua jenjang
pemerintahan agar proses transisi dapat berjalan
dengan baik;
Implementasi reformasi pengelolaan keuangan
diperlukan untuk meningkatkan kinerja keuangan
publik secara keseluruhan;
34




Pembiayaan pendidikan terutama pendidikan dasar
dan menengah yang menjadi kewenangan
kabupaten/kota berasal dari berbagai sumber yang
belum secara baik terkoordinasi  membutuhkan
akuntabilitas yang baik
Masih cukup banyak inkonsistensi antara alokasi
anggaran dengan kewenangan yang dimiliki terutama
di tingkat pusat
DAU sebagai mekanisme transfer utama dari
pemerintah pusat ke daerah belum sepenuhnya
berhasil mendukung agenda pembangunan
pendidikan di tingkat kab/kota
Mekanisme DAK cukup menjanjikan tetapi sampai
saat ini masih terbatasi oleh jumlah anggaran yang
tidak terlalu besar dan kelayakan penggunaan
anggaran ( masih terbatas pada kegiatan fisik);
35
Trillions of Rp. (2001 constan
100
4,50%
90
4,00%
80
3,50%
70
3,00%
60
2,50%
50
2,00%
40
1,50%
30
20
1,00%
10
0,50%
0
0,00%
2001
2002
2003
Anggaran riil (harga 2001)
2004
2005
2006*
2007**
% Anggaran pendidikan nasional thdp PDB
Sumber : Bank Dunia, diolah dari data Depkeu
36
Komposisi Alokasi Anggaran
 Kab/kota
menerima mayoritas anggaran rutin (83%)
dan sebagian besar diantaranya untuk gaji guru (96%)
Provinsi
Pusat
Pembangunan

Rutin
Kab/Kota
Rutin lain
Gaji
Kab/kota hanya mengalokasikan 12% anggaran pendidikan untuk
anggaran pembangunan/investasi
37
Presentase Distribusi Anggaran Pendidikan antar
Tingkatan Pemerintahan
kabupaten
Pusat
Pusat
Provinsi
Kab/Kota
Provinsi
38
Persentase Anggaran Pendidikan terhadap Total
Pengeluaran Anggaran di Tingkat Kabupaten/Kota
40
36,6
36,2
35
33,3
33,5
30,4
30
28,3
29,1
29,1
29,1
25
20
15
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008* 2009**
39
4. Ketersediaan, Persebaran, dan
Kualitas Pendidik
40

Efisiensi
Rasio siswa : guru Indonesia sudah sangat rendah (salah
satu terendah di dunia)
 Gaji guru merupakan porsi terbesar anggaran pendidikan
 Tunjangan guru yang diperkenalkan dalam UU No.
14/2005 Guru dan Dosen akan meningkatkan lebih
besar lagi anggaran untuk remunerasi guru & dosen
 Distribusi yang tidak efisien berdampak pada besar pada
anggaran yang harus disediakan
 Beban kerja umumnya rendah (variasi cukup lebar)

41

Pemerataan
Ketersediaan guru yang terbatas pada sekolah di daerah
tertinggal, sementara di wilayah kota sering terjadi
kelebihan guru
 Kualitas guru juga tidak merata

 Pelaksanaan desentralisasi
 Sebagian besar kewenangan pengelolaan guru
sudah dipindahkan dari tingkat pusat ke tingkat
kab/kota
 Tantangan untuk penyesuaian sistem dari
sentralisasi ke desentralisasi
 Kapasitas untuk pengelolaan guru masih rendah di
sebagian kab/kota
42
Efisiensi: Rasio siswa-guru Indonesia termasuk
salah satu yang terendah di dunia
• Rasio siswa : guru di negara EAP adalah sekitar 31:1 untuk SD dan 25:1
untuk SMP.
• Rasio di Indonesia berturut-turut sebesar 20,3 dan 14.2
SD
Cambodia
India
Philippines
Korea, Rep.
Mongolia
Lao PDR
Vietnam
China
Thailand
Indonesia
Japan
Malaysia
UK
US
SMP
56.24
0
10
41.33
34.93
31.26
30.77
30.64
24.65
21.05
20.68
20.29
19.56
18.92
17.1
14.81
20
30
40
50
60
Philippines
India
Lao PDR
Vietnam
Thailand
Cambodia
Mongolia
UK
China
Korea, Rep.
Malaysia
US
Indonesia
Japan
0
37.09
32.32
5
10
25.66
25.59
24.86
23.59
21.52
19.05
18.61
18.24
17.72
14.92
14.23
13.22
15
20
25 30
35
Source: Edstats database
43
40
Rasio Siswa-Guru pada jenjang Sekolah Dasar (PNS
dan Non PNS)
44
Rasio Siswa-Guru pada jenjang SMP
(PNS dan Non PNS)
45
Besaran Sekolah Dasar Menurut Jumlah Siswa
14%
12%
47% sekolah memiliki murid
kurang dari 150 siswa
10%
8%
78% sekolah memiliki murid
kurang dari 250 siswa
6%
4%
2%
0%
Sumber: SIMPTK2005/2006
Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa
46
Rasio Siswa – Guru Menurut Besaran
Sekolah Jenjang SD
50
Rasio siswa-guru
40
Rata-rata jumlah guru
30
24.1
19.7
20
10
4.9
5.8
7.1
8.0
8.5
8.7
9.0
9.3
9.7
12.0
10.1 10.6 11.3
13.3
14.7 15.7
21.8
17.3
0
1- 26- 51- 76- 101- 126- 151- 176- 201- 226- 251- 276- 301- 351- 401- 451- 501- 601- 701- 80125 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 350 400 450 500 600 700 800 900
Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa
Sumber: SIMPTK2005/2006
47
Besaran SMP Menurut Jumlah Siswa
18%
40% sekolah memiliki jumlah siswa < 300
Dengan rata-rata rasio siswa-guru sebesar 10:1
% dari total sekolah
16%
14%
12%
10%
8%
6%
4%
2%
0%
1-100 101- 201- 301- 401- 501- 601- 701- 801- 901- 1001200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1500
Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa
48
Rasio Siswa – Guru Menurut
Besaran Sekolah Jenjang SMP
Rasio siswa-guru
Rata-rata jumlah guru
Rasio siswa-guru
20
15.2
15
16.1
12.9
18.3
51.2
46.1
37.7
28.1
7.2
11.7
17.2
19.9
57.5
32.3
19.9
5
17.2
43.3
11.0
10
17.0
18.5
23.7
70
60
Rata-rata jumlah siswa
25
50
40
30
20
15.2
10
0
0
1-100 101- 201- 301- 401- 501- 601- 701- 801- 901- 1001200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1500
Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa
49
Beban Kerja : Banyak guru yang mengajar kurang
dari batasan minimum
(24 jam mata pelajaran)
Rata-rata
29%
SD
11%
18%
6%
6%
0%
10%
20%
13-23 jam
8%
13%
41%
43%
SMA/SMK
30%
51%
40%
SMP
1-12 jam
28%
8%
38%
30%
40%
24 jam
50%
60%
9%
5% 11% 2%
70%
25-36 jam
80%
90%
100%
>36 jam
50
Masa Pensiun: peluang untuk memecahkan
masalah kelebihan dan distribusi guru
140,000
120,000
25% guru
negeri
berumur 50
tahun atau
lebih
100,000
80,000
Guru sekolah
negeri
cenderung
lebih tua
60,000
40,000
Swasta
20,000
Negeri
0
20
Sumber: SIMPTK2005/2006
25
30
35
40
45
50
55
60
51
Jumlah Guru Menurut Tahun Rekrutmen
180,000
160,000
140,000
Setelah Desentralisasi
Rekrutmen guru tidak tetap (GTT) meningkat
signifikan setelah desentralisasi  menjadi
masalah jika kualitas GTT tidak ada standarnya
120,000
GTY
100,000
GTT
80,000
Kontrak kab/kota
60,000
Kontrak Pusat
40,000
PNS
20,000
1970
1975
1980
1985
1990
Tahun
1995
2000
2005
52
Gaji guru akan meningkat signifikan
dengan adanya berbagai tunjangan
180
160
Total gaji dan
tunjangan jika inflasi
dihitung 7%
.
140
Triliun Rp.
120
100
Total anggaran 2006
(untuk pembanding)
80
Tunjangan profesi
Tunjangan khusus
60
Tunjangan fungsional
40
Gaji dasar
20
0
2006 2006
Total Anggaran
Pendidikan
2007 2008 2009
2010
2011
2012
2013
2014 2015
Sumber: Dihitung dengan menggunakan data gaji guru yang dikeluarkan oleh Depkeu dan target jumlah guru yang bersertifikat
53
5. PENINGKATAN DAYA SAING
54
Global Competitiveness Index /
Indeks Daya Saing Global (Indonesia)
Peringkat
(dari 134 negara)
GCI 2008 – 2009 .......................................... 55
GCI 2007-2008 (dr 131 negara).................. 54
GCI 2007-2008 (dr 131 negara).................. 54
Persyaratan Dasar....................................... 76
Pilar 1 : Kelembagaan.................................... 68
Pilar 2 : Infrastruktur........................................86
Pilar 3 : Stabilitas ekonomi makro ..................72
Pilar 4 : Kesehatan dan pendidikan dasar ......87
Penguat Efisiensi......................................... 49
Pilar 5 : pendidikan tinggi dan pelatihan ........ 71
Pilar 6 : Efisiensi pasar barang....................... 37
Pilar 7 : Efisiensi pasar tenaga kerja.............. 43
Pilar 8 : Kemapanan pasar keuangan.............57
Pilar 9 : Kesiapan teknologi............................ 88
Pilar 10 : Besaran pasar..................................17
Inovasi dan Faktor keunggulan....................45
Pilar 11 : Kemapanan bisnis............................39
Pilar 12 : Inovasi..............................................47
Sumber: WEF 2005-2008
55
Indeks
GCI
Pendidikan
Peringkat
(dari 134 negara)
Pilar 4 : Kesehatan dan pendidikan dasar ....87
4.09 Kualitas Pendidikan Dasar........................51
4.10 Partisipasi Pendidikan Dasar....................48
4.11 Anggaran Pendidikan..............................126
Pilar 5 : pendidikan tinggi dan pelatihan ......71
5.01 Partisipasi pendidikan menengah............102
5.02 Partisipasi pendidikan tinggi......................91
5.03 Kualitas sistem pendidikan........................39
5.04 Kualitas matematika dan sains..................46
5.05 Kualitas sekolah manajemen.....................48
5.06 Akses internet di sekolah...........................58
5.07 Ketersediaan lembaga penelitian
dan pelatihan di tingkat lokal.....................43
5.08 Pelatihan staf.............................................31
Pilar 12 : Inovasi..............................................47
12.02 Kualitas lembaga penelitian.....................39
12.04 Kerjasama penelitian industri dan PT......54
12.06 Ketersediaan ilmuwan & ahli teknik.........31
56
Perbandingan GCI – Partisipasi Pendidikan di
Beberapa Negara, 2008 - 2009
120,0
100,0
Korea
Jepang
80,0
Singapore
60,0
Thailand
Malaysia
40,0
China
Indonesia
20,0
0,0
APM Sekolah
Dasar
APK Sekolah
Menengah
APK PT
57
Perbandingan GCI – Inovasi
di Beberapa Negara, 2008-2009
7,0
6,0
Singapore
5,0
Korea
4,0
Jepang
Malaysia
3,0
China
Indonesia
2,0
Thailand
1,0
0,0
Kualitas lembaga
penelitian
Kerjasama
penelitian
industri & PT
Ketersediaan
ilmuwan dan ahli
teknik
58
Perbandingan GCI – Kualitas Pendidikan
di Beberapa Negara, 2008-2009
7,0
6,0
Singapore
5,0
Malaysia
4,0
Korea
Jepang
3,0
Indonesia
China
2,0
Thailand
1,0
0,0
Kualitas Sekolah
Dasar
Kualitas Sistem
Pendidikan
Kualitas
Matematika dan
Sains
59
Skor Test Matematika dan Sains
dalam TIMSS 2007
Indonesia
600
550
500
Jepang
Korea
450
400
350
300
250
Cina
Thailand
Singapore
Matematika
Malaysia
Sains
Sumber : Trends in International Mathematic and Sains Study 2007
60
Persentase Siswa Kelas 8 yang Mencapai
Benchmark Internasional dalam TIMSS 2007
Negara
Cina
Singapore
Korea
Jepang
Thailand
Malaysia
Indonesia
Matematika
Sains
45
40
40
26
3
2
#
25
32
17
17
3
3
#
 # : Mendekati 0
Sumber : Trends in International Mathematic and Sains Study 2007
61
VI. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN
untuk penyusunan RPJMN 2010-2014
62
ALUR PIKIR PENYUSUNAN
RANCANGAN AWAL RPJMN 2010-2014
Arahan RPJPN 2005-2025 untuk
RPJMN ke-2 2010-2014
Rancangan Awal
RPJMN 2010-2014

Tantangan

Arah
Pembangunan

Prioritas
Pembangunan
Kondisi Saat Ini
Perkembangan Global
Aspirasi Masyarakat
63
RESTRUKTURISASI PROGRAM PEMBANGUNAN
(DEPARTEMEN)
STRUKTUR ORGANISASI
STRUKTUR ANGGARAN
STRUKTUR PERENCANAAN
KEBIJAKAN
STRUKTUR MANAJEMEN
KINERJA
FUNGSI
PRIORITAS
SASARAN POKOK
(IMPACT)
SUB-FUNGSI
FOKUS PRIORITAS
INDIKATOR KINERJA
FOKUS PRIORITAS
(OUTCOME)
TUJUAN FOKUS
MISI/SASARAN K/L
(IMPACT)
ORGANISASI
ESELON 1A
PROGRAM
PROGRAM
INDIKATOR KINERJA
PROGRAM (OUTCOME)
TUJUAN PROGRAM
ESELON 2
KEGIATAN
KEGIATAN PRIORITAS
NASIONAL
INDIKATOR
KINERJA KEGIATAN
(OUTPUT)
TUJUAN KEGIATAN
JENIS BELANJA
64
Reformasi Keuangan Negara

Unified budget:


Medium term expenditure framework (MTEF):





Anggaran yang berdasarkan kebijakan
Penerapan kerangka kinerja dalam proses alokasi anggaran
Berorientasi jangka panjang
Kepastian penganggaran yang lebih besar untuk program dan
kegiatan prioritas
Performance based budgeting (PBB):




Konsolidasi dan integrasi anggaran rutin dan pembangunan
Berorientasi pada kinerja
Indikator Output/outcome
Akuntabilitas pada setiap tingkat manajemen
Gender Responsive Budgeting
65
Terima Kasih
66
Download