RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2010-2014 BIDANG PENDIDIKAN Oleh: NINA SARDJUNANI Deputi Menneg PPN/ Kepala Bappenas Bidang SDM dan Kebudayaan Disampaikan dalam Rembugnas Departemen Pendidikan Nasional Sawangan – Bogor, 23 Februari 2009 1 KERANGKA PIKIR PENYUSUNAN RPJMN TEKNOKRATIK 2010-2014 I. II. III. IV. V. Arahan RPJPN 2005-2025 Sasaran RPJPN 2009-2014 Kondisi Saat Ini Perkembangan Global Tantangan Pembangunan Pendidikan 2010-2014 VI. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN untuk penyusunan RPJMN 2010-2014 2 I. ARAHAN RPJPN 2005-2025 3 RPJPN 2005-2025 Visi Pembangunan INDONESIA YANG MANDIRI, MAJU, ADIL DAN MAKMUR Mandiri Mampu mewujudkan kehidupan sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kemampuan dan kekuatan sendiri. Maju Diukur dari kualitas SDM, tingkat kemakmuran, dan kemantapan sistem dan kelembagaan politik dan hukum. Adil Tidak ada diskriminasi dalam bentuk apapun, baik antarindividu, gender, maupun wilayah. Makmur Diukur dari tingkat pemenuhan seluruh kebutuhan hidup 4 RPJPN 2005-2025 Misi Pembangunan 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya, dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya-saing 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum 4. Mewujudkan Indonesia aman, damai, dan bersatu 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari 7. Mewujudkan Indonesia menjadi negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional 5 Arah Pembangunan Jangka Panjang: PEMBANGUNAN DAYASAING BANGSA 1. Sumberdaya Manusia yang Berkualitas 2. Perekonomian Domestik dengan Orientasi dan Berdayasaing Global 3. Penguasaan, Pengembangan, dan Pemanfaatan Iptek 4. Sarana dan Prasarana yang Memadai dan Maju 5. Reformasi Hukum dan Birokrasi 6 Tahapan Pembangunan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 7 II. SASARAN RPJMN 2010-2014 (yang relevan dengan pembangunan SDM) 8 Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Rakyat (1) Meningkatnya pendapatan perkapita, Menurunnya angka kemiskinan dan tingkat pengangguran, meningkatnya tingkat pendidikan masyarakat yang didukung dengan pelaksanaan sistem pendidikan nasional yang mantap, Meningkatnya derajat kesehatan dan status gizi, Meningkatnya kesetaraan gender, Meningkatnya tumbuh kembang optimal, kesejahteraan dan perlindungan anak, 9 Sasaran Peningkatan Kesejahteraan Rakyat (2) Terkendalinya jumlah dan laju pertumbuhan penduduk, Menurunnya kesenjangan kesejahteraan (antara individu, kelompok, dan daerah), dipercepatnya pengembangan pusat pertumbuhan di luar Pulau Jawa, Makin mantapnya nilai-nilai baru yang positif dan produktif dalam rangka memantapkan budaya dan karakter bangsa. 10 Sasaran Daya Saing Perekonomian Meningkatnya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi Peningkatan kualitas dan relevansi pendidikan 11 Sasaran Perbaikan Pelayanan Publik Membaiknya pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah serta kuatnya peran masyarakat sipil dalam kehidupan bangsa Meningkatnya kualitas pelayanan publik yang lebih murah, cepat, transparan dan akuntabel yang ditandai dengan terpenuhinya Standar Pelayanan Minimun (SPM) di semua tingkatan pemerintahan 12 Peran Pembangunan SDM terhadap Misi Pembangunan Misi 1: Berakhlak, bermoral, beretika, berbudaya Misi 8: Peran dalam Pergaulan Internasional Misi 6: Asri dan Lestari Akhlak Mulia Berpendidikan Maju Mandiri Adil Makmur Harmonis Bermoral Kualitas hidup Perempuan & Anak Misi 5: Pemerataan Pembangunan & Berkeadilan Misi 2: Bangsa Berdaya Saing Sehat Kompetitif Berpendidikan Etos Kerja Kreatif Orientasi Iptek Tangguh Sumber Daya Berpendidikan Kompetitif Jatidiri Insan Misi 7: Neg. kepulauan yg mandiri, maju, kuat Kreatif Harkat Jatidiri Martabat Saling percaya Berpendidikan Misi 3: Demokratis berlandaskan Hukum Rukun Harmonis Akhlak Mulia Toleran Harmonis Saling percaya Misi 4: Aman, Damai, Bersatu 13 III. KONDISI SDM INDONESIA SAAT INI 14 HDI Beberapa Negara ASEAN Tahun 2002-2005 Negara 2002 2003 2004 HDI Ranking HDI Ranking Singapura 0,902 25 0,907 Brunei Darussalam 0,867 33 Malaysia 0,793 Thailand HDI 2005 HDI Ranking 25 0,922 25 0,866 33 0,894 30 59 0,796 61 0,805 61 0,811 63 0,768 76 0,778 73 0,784 74 0,781 78 Pilipina 0,753 83 0,758 84 0,763 84 0,771 90 Vietnam 0,691 112 0,704 108 0,709 109 0,733 105 Indonesia 0,692 111 0,697 110 0,711 108 0,728 107 Myanmar 0,551 132 0,578 129 0,583 132 Cambodia 0,568 130 0,571 130 0,598 131 0,583 Ranking 129 Sumber: UNDP, Human Development Report 20042007/2008 15 Indikator IPM 2005 (Human Development Report 2007/2008) Rank Negara Umur Harapan Hidup Angka Melek Aksara 15+ Gabungan Angka Partisipasi Kasar PDB per kapita 25 Singapura 79,4 92,5 87,3 29.663 30 Brunei Darussalam 76,7 92,7 77,7 28161 63 Malaysia 73,7 88,7 74,3 10.882 78 Thailand 69,6 92,6 71,2 8.677 90 Pilipina 71,0 92,6 81,1 8.137 105 Vietnam 73,7 90,3 63,9 3.071 107 Indonesia 69,7 90,4 68,2 3.843 131 Cambodia 58,0 73,6 60,0 2.727 132 Myanmar 60,8 89,9 49,5 1.027 Sumber: UNDP, Human Development Report 2007/2008 16 GDI Beberapa Negara ASEAN Tahun 2002-2005 Negara 2002 2003 GDI Ranking 0,884 28 - - - - Malaysia 0,786 52 0,791 50 0,795 Thailand 0,766 61 0,774 57 Pilipina 0,751 66 0,755 Vietnam 0,689 87 Indonesia 0,685 90 Myanmar - - Cambodia 0,557 105 Singapura Brunei Darussalam GDI 2004 GDI Ranking - - - - 0,886 31 51 0,802 58 0,781 58 0,779 71 63 0,761 66 0,768 77 0,702 83 0,708 80 0,732 91 0,691 87 0,704 81 0,721 94 - - - - - 99 0,578 97 0,94 114 0,567 Ranking GDI 2005 Ranking Sumber: UNDP, Human Development Report 2004-2007/2008 17 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia Menurut Provinsi, Tahun 1999-2005 Tahun 1999 TERTINGGI TERENDAH Tahun 2002 Tahun 2005 DKI 69,1 DKI 75,6 DKI 76,1 DIY 65,4 SULUT 71,3 SULUT 74,2 KALTIM 63,9 DIY 70,8 RIAU 73,6 NTB 49,0 NTB 57,8 PAPUA 62,1 PAPUA 52,3 PAPUA 60,1 NTB 62,4 NTT 54,3 NTT 60,3 NTT 63,6 NASIONAL 64,3 NASIONAL 65,8 NASIONAL 69,6 PAPUA NTB NTT PAPUA BARAT SULBAR KALBAR MALUT KALSEL GORONTALO SULTRA SULSEL JATIM SELTENG BANTEN LAMPUNG NAD MALUKU JATENG BALI JABAR SUMSEL KEP. BABEL JAMBI BENGKULU SUMBAR SUMUT KEPRI KALTIM KALTENG DIY RIAU SULUT DKI 100 95 90 85 80 75 70 65 60 55 50 1999 Sumber: BPS. 2002 2005 18 IV. PERKEMBANGAN GLOBAL 19 PERKEMBANGAN GLOBAL (Krisis Global) Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Dunia (persen) 2007 2008 2009 2010 World 5.2 3.4 0.5 3.0 United States Euro Area 2.0 2.6 1.1 1.0 -1.6 -2.0 1.6 0.2 Japan 2.4 -0.3 -2.6 0.6 Sumber : WEO Jan 09, IMF Sumber : WEO Jan 09, IMF Krisis ekonomi global yang terjadi saat ini, diperkirakan akan terus berlanjut; Melalui langkah-langkah kebijakan moneter, fiskal dan pembenahan struktural diharapkan pada tahun 2010 perekonomian akan membaik 20 Pemerintah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi tahun 2009 menjadi 4,0% - 5,0% 8% PDB Konsumsi RT Ekspor Investasi 6.3% 5.7% 6% 24% Pertumbuhan PDB 6.2% 6.0% 5.5% 5.0% 5.0% 16% 4.0% 4% 8% 2% 0% 0% 2004 2005 2006 2007 2008* 2009 2009* • Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi 2009 ke 4,0% - 5,0%, pertumbuhan konsumsi RT diharapkan 4,7%, kisaran pertumbuhan ekspor adalah 0 – 5 % tergantung pada perkembangan perdagangan dan pertumbuhan dunia • Jika proyeksi pertumbuhan ekspor 0% mengakibatkan proyeksi pertumbuhan ekonomi sedikit atas 4%, jika 5% maka proyeksi pertumbuhan ekonomi di atas 4,5% 21 21 Dampak Pada Pengangguran & Kemiskinan Perkiraan Dampak Pengangguran Terbuka, 2005-2009 (persen) 12.00 11.50 11.00 10.50 10.00 9.50 9.00 8.50 8.00 7.50 7.00 8.87 8.34 7.44 Feb Nov 2005 Tanpa Krisis Feb Agust 2006 Feb Agust 2007 Krisis Tanpa Kebijakan Feb Agt 2008 Feb Agt 2009 Krisis Dengan Kebijakan Fenomena 1999-2005 akan terulang – less job growth with poverty reduction 22 22 V. MASALAH DAN TANTANGAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN 23 1. Wacana Pendidikan Dasar Gratis 24 24 Tantangan (1) Pendidikan dasar gratis dimandatkan dalam UU dan tepat dari pandangan ekonomi publik, namun membutuhkan langkah besar dan mobilisasi sumberdaya yang sangat besar dibutuhkan strategi pelaksanaan yang baik Penyamaan persepsi mengenai DEFINISI GRATIS dalam batasan Standar Pelayanan Minimum (meliputi biaya investasi dan operasional) Tantangan besar variasi yang lebar dalam tataran kualitas sekolah, ketersediaan sumberdaya, dan kesiapan untuk pengembangannya 25 Tantangan (2) Perlu kejelasan hubungan antara BOS dengan pemenuhan SPM. Perlu disepakati bagaimana sekolah yang sudah beroperasi diatas SPM tetap mendapatkan kontribusi dari orangtua guna mempertahankan kualitas pembelajaran Perlu disediakan kerangka kerja akuntabilitas di tingkat sekolah yang memperoleh anggaran dari pemerintah dan swasta/orangtua 26 Tantangan (3) Bagaimana pembagian peran pemerintah dan masyarakat? “Privatisasi” pendidikan secara diam-diam sudah mulai terjadi Penduduk miskin seringkali harus membayar lebih mahal untuk mendapat pendidikan dengan kualitas yang lebih rendah Pemisahan siswa karena latar belakang sosial ekonomi penduduk kaya lebih memilih sekolah yang lebih bagus yang umumnya lebih mahal 27 2. Disparitas Kinerja Pendidikan 28 28 Persentase Penduduk Usia 16-18 Tahun Menurut Jenjang dan Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti, 1995 & 2006 Tahun 2006 Tahun 1995 110,0 110,0 100,0 94,8 90,0 kelompok 20% 100,0 ter kaya 90,0 81,0 80,0 20% termiskin 70,0 76,9 69,3 60,6 60,0 87,5 kelompok 88,5 20% termiskin 70,0 69,7 60,0 50,0 46,7 40,0 61,2 50,0 49,7 40,0 30,0 ter kaya 92,5 80,0 kelompok kelompok 20% 97,7 kelas I SMP/MTs 30,0 33,8 21,4 20,0 kelas I SMP/MTs 10,0 20,0 10,0 - 1 2 3 4 5 6 Lulus SD/MI 7 8 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Lulus 1 2 3 4 5 6 Lulus SD/MI 7 8 SMP/MTs Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti Quintile 1 9 9 Lulus SMP/MTs Kelas Tertinggi yang Pernah Diikuti Quintile 5 Rata-rata Quintile 1 Quintile 2 Quintile 3 Quintile 4 Quintile 5 Rata-rata 29 Pendidikan yang Pernah Diikuti oleh Penduduk Usia 16-18 Tahun, Tahun 2006 100 90 80 70 60 50 40 Kls I SMP/MTs 30 Kls I SM 20 10 0 1 2 3 4 5 6 Lulus 7 8 SD/MI INDONESIA PAPUA DKI. JAKARTA SULAWESI BARAT 9 Lulus 10 11 12 SMP/MTs JAWA BARAT DI. YOGYAKARTA 30 Angkatan Kerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan di Perdesaan dan Perkotaan Tahun 2008. (Februari) Perdesaan Perkotaan Kota + Desa Wilayah Pulau ≤ SLTP ≥ SLTA ≤ SLTP ≥ SLTA ≤ SLTP ≥ SLTA Sumatera 81,05 18,95 48,71 51,29 70,40 29,60 Jawa dan Bali 86,38 13,62 55,77 44,23 71,57 28,43 Nusa Tenggara 85,13 14,87 59,34 40,66 78,90 21,10 Kalimantan 85,25 14,75 52,57 47,43 74,65 25,35 Sulawesi 79,31 20,69 47,60 52,40 70,44 29,56 Maluku 79,03 20,97 42,31 57,69 69,72 30,28 Papua 80,85 19,15 34,97 65,03 71,34 28,66 84,26 15,74 54,02 45,98 71,69 28,31 INDONESIA 31 Rendahnya pendidikan Rendahnya produktivitas Rendahnya daya saing 32 3. Desentralisasi dan Pembiayaan Pendidikan 33 33 Desentralisasi menciptakan lingkungan baru dan membutuhkan kelembagaan dan tata kelola yang berbeda dari sentralisasi; Pembagian tugas yang baru sesuai UU 32/2004 and PP 38/2007 penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah merupakan tanggungjawab pemerintah kab/kota; Implementasi PP 38/2007 membutuhkan road map yang jelas dengan mempertimbangkan kemampuan kapasitas semua jenjang pemerintahan agar proses transisi dapat berjalan dengan baik; Implementasi reformasi pengelolaan keuangan diperlukan untuk meningkatkan kinerja keuangan publik secara keseluruhan; 34 Pembiayaan pendidikan terutama pendidikan dasar dan menengah yang menjadi kewenangan kabupaten/kota berasal dari berbagai sumber yang belum secara baik terkoordinasi membutuhkan akuntabilitas yang baik Masih cukup banyak inkonsistensi antara alokasi anggaran dengan kewenangan yang dimiliki terutama di tingkat pusat DAU sebagai mekanisme transfer utama dari pemerintah pusat ke daerah belum sepenuhnya berhasil mendukung agenda pembangunan pendidikan di tingkat kab/kota Mekanisme DAK cukup menjanjikan tetapi sampai saat ini masih terbatasi oleh jumlah anggaran yang tidak terlalu besar dan kelayakan penggunaan anggaran ( masih terbatas pada kegiatan fisik); 35 Trillions of Rp. (2001 constan 100 4,50% 90 4,00% 80 3,50% 70 3,00% 60 2,50% 50 2,00% 40 1,50% 30 20 1,00% 10 0,50% 0 0,00% 2001 2002 2003 Anggaran riil (harga 2001) 2004 2005 2006* 2007** % Anggaran pendidikan nasional thdp PDB Sumber : Bank Dunia, diolah dari data Depkeu 36 Komposisi Alokasi Anggaran Kab/kota menerima mayoritas anggaran rutin (83%) dan sebagian besar diantaranya untuk gaji guru (96%) Provinsi Pusat Pembangunan Rutin Kab/Kota Rutin lain Gaji Kab/kota hanya mengalokasikan 12% anggaran pendidikan untuk anggaran pembangunan/investasi 37 Presentase Distribusi Anggaran Pendidikan antar Tingkatan Pemerintahan kabupaten Pusat Pusat Provinsi Kab/Kota Provinsi 38 Persentase Anggaran Pendidikan terhadap Total Pengeluaran Anggaran di Tingkat Kabupaten/Kota 40 36,6 36,2 35 33,3 33,5 30,4 30 28,3 29,1 29,1 29,1 25 20 15 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008* 2009** 39 4. Ketersediaan, Persebaran, dan Kualitas Pendidik 40 Efisiensi Rasio siswa : guru Indonesia sudah sangat rendah (salah satu terendah di dunia) Gaji guru merupakan porsi terbesar anggaran pendidikan Tunjangan guru yang diperkenalkan dalam UU No. 14/2005 Guru dan Dosen akan meningkatkan lebih besar lagi anggaran untuk remunerasi guru & dosen Distribusi yang tidak efisien berdampak pada besar pada anggaran yang harus disediakan Beban kerja umumnya rendah (variasi cukup lebar) 41 Pemerataan Ketersediaan guru yang terbatas pada sekolah di daerah tertinggal, sementara di wilayah kota sering terjadi kelebihan guru Kualitas guru juga tidak merata Pelaksanaan desentralisasi Sebagian besar kewenangan pengelolaan guru sudah dipindahkan dari tingkat pusat ke tingkat kab/kota Tantangan untuk penyesuaian sistem dari sentralisasi ke desentralisasi Kapasitas untuk pengelolaan guru masih rendah di sebagian kab/kota 42 Efisiensi: Rasio siswa-guru Indonesia termasuk salah satu yang terendah di dunia • Rasio siswa : guru di negara EAP adalah sekitar 31:1 untuk SD dan 25:1 untuk SMP. • Rasio di Indonesia berturut-turut sebesar 20,3 dan 14.2 SD Cambodia India Philippines Korea, Rep. Mongolia Lao PDR Vietnam China Thailand Indonesia Japan Malaysia UK US SMP 56.24 0 10 41.33 34.93 31.26 30.77 30.64 24.65 21.05 20.68 20.29 19.56 18.92 17.1 14.81 20 30 40 50 60 Philippines India Lao PDR Vietnam Thailand Cambodia Mongolia UK China Korea, Rep. Malaysia US Indonesia Japan 0 37.09 32.32 5 10 25.66 25.59 24.86 23.59 21.52 19.05 18.61 18.24 17.72 14.92 14.23 13.22 15 20 25 30 35 Source: Edstats database 43 40 Rasio Siswa-Guru pada jenjang Sekolah Dasar (PNS dan Non PNS) 44 Rasio Siswa-Guru pada jenjang SMP (PNS dan Non PNS) 45 Besaran Sekolah Dasar Menurut Jumlah Siswa 14% 12% 47% sekolah memiliki murid kurang dari 150 siswa 10% 8% 78% sekolah memiliki murid kurang dari 250 siswa 6% 4% 2% 0% Sumber: SIMPTK2005/2006 Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa 46 Rasio Siswa – Guru Menurut Besaran Sekolah Jenjang SD 50 Rasio siswa-guru 40 Rata-rata jumlah guru 30 24.1 19.7 20 10 4.9 5.8 7.1 8.0 8.5 8.7 9.0 9.3 9.7 12.0 10.1 10.6 11.3 13.3 14.7 15.7 21.8 17.3 0 1- 26- 51- 76- 101- 126- 151- 176- 201- 226- 251- 276- 301- 351- 401- 451- 501- 601- 701- 80125 50 75 100 125 150 175 200 225 250 275 300 350 400 450 500 600 700 800 900 Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa Sumber: SIMPTK2005/2006 47 Besaran SMP Menurut Jumlah Siswa 18% 40% sekolah memiliki jumlah siswa < 300 Dengan rata-rata rasio siswa-guru sebesar 10:1 % dari total sekolah 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 1-100 101- 201- 301- 401- 501- 601- 701- 801- 901- 1001200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1500 Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa 48 Rasio Siswa – Guru Menurut Besaran Sekolah Jenjang SMP Rasio siswa-guru Rata-rata jumlah guru Rasio siswa-guru 20 15.2 15 16.1 12.9 18.3 51.2 46.1 37.7 28.1 7.2 11.7 17.2 19.9 57.5 32.3 19.9 5 17.2 43.3 11.0 10 17.0 18.5 23.7 70 60 Rata-rata jumlah siswa 25 50 40 30 20 15.2 10 0 0 1-100 101- 201- 301- 401- 501- 601- 701- 801- 901- 1001200 300 400 500 600 700 800 900 1000 1500 Klasifikasi Sekolah Menurut Jumlah Siswa 49 Beban Kerja : Banyak guru yang mengajar kurang dari batasan minimum (24 jam mata pelajaran) Rata-rata 29% SD 11% 18% 6% 6% 0% 10% 20% 13-23 jam 8% 13% 41% 43% SMA/SMK 30% 51% 40% SMP 1-12 jam 28% 8% 38% 30% 40% 24 jam 50% 60% 9% 5% 11% 2% 70% 25-36 jam 80% 90% 100% >36 jam 50 Masa Pensiun: peluang untuk memecahkan masalah kelebihan dan distribusi guru 140,000 120,000 25% guru negeri berumur 50 tahun atau lebih 100,000 80,000 Guru sekolah negeri cenderung lebih tua 60,000 40,000 Swasta 20,000 Negeri 0 20 Sumber: SIMPTK2005/2006 25 30 35 40 45 50 55 60 51 Jumlah Guru Menurut Tahun Rekrutmen 180,000 160,000 140,000 Setelah Desentralisasi Rekrutmen guru tidak tetap (GTT) meningkat signifikan setelah desentralisasi menjadi masalah jika kualitas GTT tidak ada standarnya 120,000 GTY 100,000 GTT 80,000 Kontrak kab/kota 60,000 Kontrak Pusat 40,000 PNS 20,000 1970 1975 1980 1985 1990 Tahun 1995 2000 2005 52 Gaji guru akan meningkat signifikan dengan adanya berbagai tunjangan 180 160 Total gaji dan tunjangan jika inflasi dihitung 7% . 140 Triliun Rp. 120 100 Total anggaran 2006 (untuk pembanding) 80 Tunjangan profesi Tunjangan khusus 60 Tunjangan fungsional 40 Gaji dasar 20 0 2006 2006 Total Anggaran Pendidikan 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Sumber: Dihitung dengan menggunakan data gaji guru yang dikeluarkan oleh Depkeu dan target jumlah guru yang bersertifikat 53 5. PENINGKATAN DAYA SAING 54 Global Competitiveness Index / Indeks Daya Saing Global (Indonesia) Peringkat (dari 134 negara) GCI 2008 – 2009 .......................................... 55 GCI 2007-2008 (dr 131 negara).................. 54 GCI 2007-2008 (dr 131 negara).................. 54 Persyaratan Dasar....................................... 76 Pilar 1 : Kelembagaan.................................... 68 Pilar 2 : Infrastruktur........................................86 Pilar 3 : Stabilitas ekonomi makro ..................72 Pilar 4 : Kesehatan dan pendidikan dasar ......87 Penguat Efisiensi......................................... 49 Pilar 5 : pendidikan tinggi dan pelatihan ........ 71 Pilar 6 : Efisiensi pasar barang....................... 37 Pilar 7 : Efisiensi pasar tenaga kerja.............. 43 Pilar 8 : Kemapanan pasar keuangan.............57 Pilar 9 : Kesiapan teknologi............................ 88 Pilar 10 : Besaran pasar..................................17 Inovasi dan Faktor keunggulan....................45 Pilar 11 : Kemapanan bisnis............................39 Pilar 12 : Inovasi..............................................47 Sumber: WEF 2005-2008 55 Indeks GCI Pendidikan Peringkat (dari 134 negara) Pilar 4 : Kesehatan dan pendidikan dasar ....87 4.09 Kualitas Pendidikan Dasar........................51 4.10 Partisipasi Pendidikan Dasar....................48 4.11 Anggaran Pendidikan..............................126 Pilar 5 : pendidikan tinggi dan pelatihan ......71 5.01 Partisipasi pendidikan menengah............102 5.02 Partisipasi pendidikan tinggi......................91 5.03 Kualitas sistem pendidikan........................39 5.04 Kualitas matematika dan sains..................46 5.05 Kualitas sekolah manajemen.....................48 5.06 Akses internet di sekolah...........................58 5.07 Ketersediaan lembaga penelitian dan pelatihan di tingkat lokal.....................43 5.08 Pelatihan staf.............................................31 Pilar 12 : Inovasi..............................................47 12.02 Kualitas lembaga penelitian.....................39 12.04 Kerjasama penelitian industri dan PT......54 12.06 Ketersediaan ilmuwan & ahli teknik.........31 56 Perbandingan GCI – Partisipasi Pendidikan di Beberapa Negara, 2008 - 2009 120,0 100,0 Korea Jepang 80,0 Singapore 60,0 Thailand Malaysia 40,0 China Indonesia 20,0 0,0 APM Sekolah Dasar APK Sekolah Menengah APK PT 57 Perbandingan GCI – Inovasi di Beberapa Negara, 2008-2009 7,0 6,0 Singapore 5,0 Korea 4,0 Jepang Malaysia 3,0 China Indonesia 2,0 Thailand 1,0 0,0 Kualitas lembaga penelitian Kerjasama penelitian industri & PT Ketersediaan ilmuwan dan ahli teknik 58 Perbandingan GCI – Kualitas Pendidikan di Beberapa Negara, 2008-2009 7,0 6,0 Singapore 5,0 Malaysia 4,0 Korea Jepang 3,0 Indonesia China 2,0 Thailand 1,0 0,0 Kualitas Sekolah Dasar Kualitas Sistem Pendidikan Kualitas Matematika dan Sains 59 Skor Test Matematika dan Sains dalam TIMSS 2007 Indonesia 600 550 500 Jepang Korea 450 400 350 300 250 Cina Thailand Singapore Matematika Malaysia Sains Sumber : Trends in International Mathematic and Sains Study 2007 60 Persentase Siswa Kelas 8 yang Mencapai Benchmark Internasional dalam TIMSS 2007 Negara Cina Singapore Korea Jepang Thailand Malaysia Indonesia Matematika Sains 45 40 40 26 3 2 # 25 32 17 17 3 3 # # : Mendekati 0 Sumber : Trends in International Mathematic and Sains Study 2007 61 VI. TINDAK LANJUT YANG DIPERLUKAN untuk penyusunan RPJMN 2010-2014 62 ALUR PIKIR PENYUSUNAN RANCANGAN AWAL RPJMN 2010-2014 Arahan RPJPN 2005-2025 untuk RPJMN ke-2 2010-2014 Rancangan Awal RPJMN 2010-2014 Tantangan Arah Pembangunan Prioritas Pembangunan Kondisi Saat Ini Perkembangan Global Aspirasi Masyarakat 63 RESTRUKTURISASI PROGRAM PEMBANGUNAN (DEPARTEMEN) STRUKTUR ORGANISASI STRUKTUR ANGGARAN STRUKTUR PERENCANAAN KEBIJAKAN STRUKTUR MANAJEMEN KINERJA FUNGSI PRIORITAS SASARAN POKOK (IMPACT) SUB-FUNGSI FOKUS PRIORITAS INDIKATOR KINERJA FOKUS PRIORITAS (OUTCOME) TUJUAN FOKUS MISI/SASARAN K/L (IMPACT) ORGANISASI ESELON 1A PROGRAM PROGRAM INDIKATOR KINERJA PROGRAM (OUTCOME) TUJUAN PROGRAM ESELON 2 KEGIATAN KEGIATAN PRIORITAS NASIONAL INDIKATOR KINERJA KEGIATAN (OUTPUT) TUJUAN KEGIATAN JENIS BELANJA 64 Reformasi Keuangan Negara Unified budget: Medium term expenditure framework (MTEF): Anggaran yang berdasarkan kebijakan Penerapan kerangka kinerja dalam proses alokasi anggaran Berorientasi jangka panjang Kepastian penganggaran yang lebih besar untuk program dan kegiatan prioritas Performance based budgeting (PBB): Konsolidasi dan integrasi anggaran rutin dan pembangunan Berorientasi pada kinerja Indikator Output/outcome Akuntabilitas pada setiap tingkat manajemen Gender Responsive Budgeting 65 Terima Kasih 66