MAKALAH KOLOKIUM Nama Pemrasaran/NIM Departemen Pembahas Dosen Pembimbing/NIP Judul Rencana Penelitian : : : : : Tanggal dan Waktu : Muhamad Randy Wiguna Semesta/ I34100059 Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Lathiffida Noor Jaswandi/ I34100156 Ir Fredian Tonny Nasdian MS/ 19641102 199203 1 003 Peran Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program Green Corridor Initiative (GCI), Chevron 19 Maret 2014, Pukul 12.00-13.00 WIB 1. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Populasi hewan langka di wilayah Gunung halimun salak kian menurun. Data dari TNGHS menyebutkan, populasi hewan langka di area taman nasional itu terancam punah. Macan tutul (Panthera pardus melas) tinggal berjumlah 59 ekor, elang jawa (Nisaetus bartelsi) kurang dari 25 ekor, kukang jawa (Nycticebus javanicus) 12 ekor. Penyebab berkurangnya populasi hewanhewan tersebut disebabkan oleh banyak hal. Beberapa di antaranya disebabkan oleh pemburuan liar serta perusakan habitat hewan.1 Masalah menurunnya populasi hewan langka di wilayah Gunung Halimun Salak ini mserupakan masalah yang menjadi tanggung jawab bersama. Menyadari adanya masalah tersebut PT Chevron Geothermal bersama dengan para stakeholder lain membentuk program yang dinamakan program Green Corridor Initiative (GCI). Tujuan utama program ini adalah melakukan restorasi Koridor Halimun Salak (KHS) untuk penghidupan yang berkelanjutan dengan menghubungkan dua ekosistem penting, yaitu ekosistem Gunung Salak dan ekosistem Halimun, yang merupakan habitat dan tempat perlintasan bagi tiga spesies kunci yaitu: Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan (Panthera pardus), dan Elang Jawa (Spizaeteus bartelsi), serta menjadi bagian dari daerah tangkapan air DAS Cisadane dan DAS Citarik.2 PT Cevron Geothermal di Gunung Salak merupakan salah satu perusahaan yang mendayagunakan energi panas bumi terbesar di dunia. Panas bumi adalah sumber daya alam yang dapat diperbaharui dan digunakan sebagai pembangkit listrik melalui pemanfaatan daya alami uap bumi. Sebagai bukti profesionalisme dan tanggung jawab sosial perusahaan, Perusahaan Geothermal menyelenggarakan program CSR (Corporate Social Responsibility). Penyelenggaraan program Green Corridor initiative (GCI) ini merupakan bagian dari salah satu program CSR (Corporate Social Responsibility) bagi PT Chevron Geothermal. Pengimplementasian program Green Corridor Initiative (GCI) membutuhkan adanya partisipasi stakeholder sehingga program akan terselenggara secara efektif.Perbedaan persepsi peran dan tanggung jawab di antara stakeholder ini merupakan masalah fundamental untuk membangun kerja sama. Mainstream yang muncul saat ini lebih menempatkan perusahaan sebagai penanggung jawab tunggal untuk mencapai keberhasilan CSR. Apapun yang terkait dengan resources untuk mendukung CSR menjadi beban perusahaan. Itu sebabnya, perusahaan akan menjadi kambing hitam jika terjadi kegagalan dalam CSR.Oleh karena itu, hal yang akan menjadi pertanyaan secara garis besar dari penjelasan diatas yakni Bagaimana peran partisipasi stakeholder terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI)? 1.2. RUMUSAN MASALAH Untuk menjadikan program GCI berjalan secara efektif tergantung pada proses pengimplementasian program tersebut. Pengimplementasian program CSR merupakan sebuah proses yang tidak hanya ditinjau dari waktu pelaksanaan program saja, melainkan terdiri dari beberapa tahapan. Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaanperusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut terdiri dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi, dan 1 2 Dikutip dari: http://www.berani.co.id/news/9/1009852/tnghs-lakukan-konservasi-satwa-langka Dikutip dari http://www.kehati.or.id/id/ekosistem-kehutanan/green-corridor-initiative.html tahap pelaporan. Pada penelitian ini akan mendeskripsikan dan menjelaskan bagaimana pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil? Prinsip – prinsip kemitraan mencakup hal-hal mendasar yang harus dimiliki oleh setiap stakeholder dalam menjalin kerja sama dengan stakeholder yang lainnya. Oleh karena itu penting untuk dianalisis sejauhmana pengaruh penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI ? Partisipasi stakeholder merupakan faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas program CSR, desain program yang bagus dan jumlah dana yang banyak tidak menjadi jaminan keberhasilan program jika tanpa melibatkan partisipasi dari seluruh stakeholder yang ada. Jika kita berbicara tentang efektivitas maka akan berkaitan dengan pecapaian tujuan dan tingkat partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program di lapangan. Semakin tinggi tingkat pencapaian tujuan dan tingkat partisipasi masyarakat maka akan semakin efektif program yang akan dilaksanakan, tentu dalam hal ini adalah program Green Corridor Initiative (GCI). Oleh karena itu penting untuk dianalisis bagaimana hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas implementasi Program GCI? 1.3. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini secara umum menganalisis peran partisipasi stakeholder terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI). Sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mendeskripsikan dan menjelaskan pengimplementasian Program Green Corridor Initiative (GCI) baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil? 2. Menganalisis pengaruh penguatan prinsip kemitraan terhadap tingkat partisipasi stakeholders GCI. 3. Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas implementasi Program GCI 1.4. KEGUNAAN PENELITIAN Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para pihak yang berminat maupun yang terkait dengan masalah CSR, khususnya kepada : 1. Peneliti untuk menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai program CSR dan mampu memaknai secara ilmiah fenomena yang terlihat. 2. Civitas Akademika dapat memperoleh koleksi terbaru penelitian yang akan memperkaya perkembagan pengetahuan mengenai CSR. 3. Kalangan non akademisi, seperti perusahaan bermanfaat menjadi bahan pertimbangan dan data untuk mengevaluasi penerapan program CSR yang telah dilaksanakan guna meningkatkan efektifitas perusahaan. 4. Masyarakat, dapat memperoleh pengetahuan serta gambaran mengenai partisipasi dalam program CSR. 5. Pemerintah, diharapkan dapat menentukan arah kebijakan dan peraturan mengenai CSR yang lebih bermanfaat bagi masyarakat. 2. PENDEKATAN TEORITIS 2.1. `TINJAUAN PUSTAKA Konsep CSR (Corporate Social Responsibility) Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) menghendaki adanya hubungan yang harmonis antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat (stakeholders). Masing-masing stakeholders melakukan perannya sesuai dengan kapasitas dan kompetensi yang dimiliki. Partisipasi dunia usaha dalam pembangunan berkelanjutan adalah dengan mengembangkan program kepedulian perusahaan kepada masyarakat di sekitarnya yang disebut tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) atau disingkat CSR. CSR merupakan salah satu upaya untuk menciptakan keberlangsungan usaha dalam menciptakan dan memelihara keseimbangan antara mencetak keuntungan, fungsi-fungsi sosial dan pemeliharaan lingkungan hidup (triple bottom line) ( Prabawati 2009). Implementasi CSR Wibisono (2007) dalam Rosyida (2011) mengemukakan perusahaan-perusahaan yang telah berhasil dalam menerapkan CSR menggunakan tahapan implementasi CSR sebagai berikut: 1. Tahap Perencanaan: Tahap ini terdiri dari tiga langkah utama, yaitu Awareness Building, CSR Assesment, dan CSR Manual Building. Awareness Building merupakan langkah awal untuk membangun kesadaran perusahaan mengenai arti penting CSR dan komitmen manajemen, upaya ini dapat dilakukan melalui seminar, lokakarya, dan lain-lain. CSR Assesment merupakan upaya untuk memetakan kondisi perusahaan dan mengidentifikasi aspek-aspek yang perlu mendapatkan prioritas perhatian dan langkah-langkah yang tepat untuk membangun struktur perusahaan yang kondusif bagi penerapan CSR secara efektif. Pada tahap membangun, CSR manual, dilakukan melalui benchmarking, menggali dari referensi atau meminta bantuan tenaga ahli independen dari luar perusahaan. Pedoman ini diharapkan mampu memberikan kejelasan dan keseragaman pola pikir dan pola tindak seluruh elemen perusahaan guna tercapainya pelaksanaan program yang terpadu, efektif, dan efisien. 2. Tahap Pelaksanaan: Pada tahap ini terdapat beberapa poin yang harus diperhatikan seperti pengorganisasian sumber daya, penyusunan untuk menempatkan orang sesuai dengan jenis tugas, pengarahan, pengawasan, pelaksanaan, pekerjaan sesuai dengan rencana, serta penilaian untuk mengetahui tingkat pencapaian tujuan. 3. Tahap Pemantauan dan Evaluasi: Tahap ini perlu dilakukan secara konsisten dari waktu ke waktu untuk mengukur sejauhmana efektivitas penerapan CSR sehingga membantu perusahaan untuk memetakan kembali kondisi dan situasi serta capaian perusahaan dalam implementasi CSR sehingga dapat mengupayakan perbaikan-perbaikan yang perlu berdasarkan rekomendasi. 4. Tahap Pelaporan: Pelaporan perlu dilakukan untuk membangun sistem informasi, baik untuk keperluan proses pengambilan keputusan maupun keperluan keterbukaan informasi material dan relevan mengenai perusahaan. Partisipasi dan Kemitraan Stakeholders Partisipasi Partisipasi merupakan proses aktif, inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berpikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif. Partisipasi tersebut dapat dikategorikan: pertama, warga komunitas dilibatkan dalam tindakan yang telah dipikirkan atau dirancang oleh orang lain dan dikontrol oleh orang lain. kedua, partisipasi merupakan proses pembentukan kekuatan untuk keluar dari masalah mereka sendiri. Titik tolak partisipasi adalah memutuskan, bertindak, kemudian mereka merefleksikan tindakan tersebut sebagai subyek yang sadar (Nasdian 2006). Mitchel et.al (2010) menjelaskan bahwa pendekatan partisipatif mungkin memerlukan waktu lebih lama pada tahap – tahap awal perencanaan dan analisis, di dalam proses selanjutnya, pendekatan ini akan mengurangi atau menghindari adanya pertentangan. Saat ini negara – negara demokratik dengan masalah yang semakin kompleks, lebih banyak pengelola memandang positif pendekatan ini. Law dan Hartig (1993) dalam Mitchel (2010) menambahkan bahwa efektif tidaknya partisipasi tidak hanya sekedar dari jumlah kehadiran saja. Kepercayaan, komunikasi, kesempatan dan fleksibilitas merupakan elemen penting yang menentukan efektif tidaknya program – program partisipasi masyarakat. Cohen dan Uphoff (1979) membagi partisipasi ke beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut: 1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat. Tahap pengambilan keputusan yang dimaksud disini yaitu pada perencanaan dan pelaksanaan suatu program. Proses pengambilan keputusan bermaksud untuk melihat sejauh mana kesadaran masyarakat dalam memberikan penilaian dan menentukan pemilihan sesuai dengan kebutuhan mereka sendiri. Seringkali pengambilan keputusan yang dilakukan oleh stakeholders hanya terpusat pada orang-orang yang memiliki kekuasaan, seperti pihak perusahaan yang lebih merasa mampu dari segala bidang, sedangkan masyarakat cenderung diabaikan bahkan tidak dilibatkan dalam proses ini, padahal proses pengambilan keputusan juga sangat bergantung pada keberhasilan aktivitas kemudian. Apabila masyarakat diikutsertakan sebagai subyek dan mampu mengambil keputusan mandiri maka akan lebih baik untuk keberlanjutan programnya. 2. Tahap pelaksanaan yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaanya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk tindakan sebagai anggota proyek. Tahap pelaksanaan juga seringkali diartikan sebagai tahap implementasi, bahwa pada tahap ini partisipasi tidak hanya bernilai sebuah tindakan nyata, namun dapat pula secara tidak langsung memberikan masukan untuk perbaikan program dan membantu melalui sumber daya. Tahap pelaksanaan partisipatif sangat berbeda dengan top down dan bottom up, namun partisipasi dapat berupa gabungan dari kedua pendekatan tersebut, seperti yang bekerja bukanlah hanya pihak perusahaan, namun bersama merumuskan kebutuhan kemudian membangun hal yang diperlukan. Seperti contoh pelaksanaan top down hanya mengikuti instruksi dari pihak tertentu baik instansi atau perusahaan tanpa secara langsung mengikuti kebutuhan dari masyarakat sehingga banyak pelaksanaan pembangunan yang menjadi sia-sia dan tidak berkelanjutan. Pelaksanaan partisipatif yang diikuti oleh seluruh stakeholders akan meminimalisir kecenderungan akan pembangunan yang tidak berguna. 3. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini merupakan umpan balik yang dapat memberi masukan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya. Evaluasi merupakan kemampuan masyarakat dalam menilai baik-buruknya, berhasil-tidak berhasil, dan efektif-tidak efektifnya suatu program. Pada tahapan ini masyarakat setingkat lebih memahami kegunaan dan kerugian dari suatu program yang diberikan sehingga mereka dapat menyusun dan mengeksekusi solusi atas penilaian mereka. Evaluasi juga dapat menilai sejauhmana keberhasilan dan keefektifan program yang mereka lakukan, sehingga mereka dapat menentukan secara mandiri dan sadar apakah mereka harus melanjutkan atau meninggalkan kegiatan tersebut. Evaluasi yang dilakukan oleh orang dalam cenderung lebih sesuai konteks dengan permulaan difasilitasi oleh orang luar. Apabila evaluasi dilakukan oleh pihak lain hal ini tentunya menunjukkan belum munculnya partisipasi dari masyarakat sendiri. 4. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran. Pada tahapan ini masyarakat sudah mampu merasakan keberhasilan dari program yang telah mereka lakukan. Mereka juga dapat mengukur hasil yang mereka peroleh dengan potensi sendiri yang mereka miliki Kemitraan Utama (2006) mendefinisikan kemitraan sebagai jalinan kerja sama antar pihak – pihak yang terkait untuk sebuah kepentingan dan tujuan tertentu. Villarin (1996) dalam Utama (2006) menjelaskan tentang empat prinsip yang seharusnya menjadi spirit kemitraan antara lain: 1. Saling Percaya dan Menghormati Mengingat posisi dan perannya yang sangat penting secara kelembagaan, kemitraan tidak akan terjadi kecuali di antara pihak – pihak yang sudah saling mengenal dengan baik satu sama lain sehingga sampai kepada kondisi yang paling tinggi, yaitu saling percaya dan penghormatan satu sama lain (mutual trust and respect). 2. Otonomi dan Kedaulatan Salah satu komponen penting dalam kemitraan adalah penghargaan atas otonomi lembaga. Sebuah hubungan kemitraan selayaknya dibangun dan dijalankan melalui kesepakatan seluruh pihak yang terlibat. Prinsip kedua ini secara logic merupakan implikasi dari adanya prinsip yang pertama. Dengan adanya saling percaya dan menghormati, pihak – pihak yang membangun kemitraan akan dengan sendirinya memahami dan menghargai eksistensi masing – masing pihak tanpa perlu mencampuri (intervene) satu terhadap yang lain. Kemitraan karenanya tidak menerima terjadinya relasi yang bersifat dominasi diantara pihak – pihak yang terlibat. 3. Saling Mengisi Pada tataran praksis, prinsip ketiga ini mewujud pada adanya kesepakatan untuk berbagi posisi dan peran berdasarkan identitas masing – masing pihak ke arah terjadinya sinergi kelembagaan. Pada pemahaman tersebut, kemitraan sejatinya bertitik tolak atas kesadaran terhadap “keterbatasan” lembaga dan sekaligus melihat adanya “kelebihan” pada pihak lain yang diharapkan dapat menutupinya. 4. Keterbukaan dan Pertanggungjawaban Kemitraan memerlukan adanya prinsip keterbukaan (transparency) yang memungkinkan semua pihak yang terlibat dapat mengetahui dengan mudah komitmen dan kinerja masing – masing pihak terhadap kesepakatan yang dibangun bersama. Sedangkan dalam rangka menjamin pemenuhan terhadap pencapaian maksud dan tujuan kemitraan, diperlukan adanya prinsip pertanggungjawaban (accountability) terhadap semua pelaksanaannya pada tataran praksis. Tingkat pelibatan masyarakat melalui kemitraan Tingkat pelibatan masyarakat yang diharapkan dan dimungkinkan harus ditentukan. Sebagaimana pengamatan Arnstein (1969), sebuah pendekatan partisipasi menunjukkan distribusi kekuasaan dari pengelola ke masyarakat. Dengan dasar ini, Arnstein (1969) berpendapat bahwa berbagai tingkatan pelibatan dapat diidentifikasikan, mulai dari tanpa partisipasi sampai pelimpahan kekuasaan (Tabel 1). Mitchel et.al (2010)Berbagai tingkatan partisipasi diatas digambarkan dengan empat jenis kerja sama strategik yang telah diidentifikasikan oleh kementrian sumberdaya alam Ontario (1995) berkaitan dengan keterlibatannya dengan peserta – peserta potensial. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: 1. Contributory partnership atau kemitraan melalui kontribusi merupakan suatu kesepakan yang mana sebuah organisasi swasta atau publik setuju memberikan sponsor atau dukungan, umumnya berupa dana, untuk beberapa kegiatan yang mempunyai sedikit pengaruh atau sama sekali tidak terhadap proses partisipasi. Sementara kontribusi dana selalu merupakan hal penting bagi suksesnya kegiatan, jenis ini merupakan tipe yang lemah dari banyak kemitraan karena tidak skema peserta secara aktif terlibat dalam pengambilan keputusan. 2. Operational partnership atau kemitraan operasional merupakan jenis kemitraan dengan peserta atau mitra melakukan pembagian kerja, tidak hanya pengambilan keputusan. Disini penekanannya untuk mencapai kesepakatan atas tujuan yang diinginkan bersama, kemudian bekerjasama untuk mencapainya. Kerjasama ini dapat begitu tinggi, dimana peserta saling berbagi sumberdaya bukan uang dalam jumlah besar. Kekuasaan masih dipegang secara utama oleh peserta yang mempunyai sumber dana, dan ini biasanya lembaga – lembaga pemerintah. Tabel 1 Tingkat Partisipasi Masyarakat menurut Tangga Partisipasi Arnstein No Tingkat Partisipasi Hakekat Kesertaan 1 Manipulasi (Manipulation) Permainan oleh pemerintah 2 Terapi (Therapy) Sekedar agar masyarakat tidak marah/sosialisasi 3 Pemberitahuan (Informing) Sekedar pemberitahuan searah/sosialisasi 4 Konsultasi (Consultation) Masyarakat didengar, tapi tidak selalu dipakai sarannya 5 Penentraman (Placation) Saran Masyarakat diterima tapi tidak selalu dilaksanakan 6 Kemitraan (Partnership) Timbal balik dinegosiasikan 7 Pendelegasian Kekuasaan (Delegated Power) Masyarakat diberi kekuasaan (sebagian atau seluruh program) 8 Kontrol Masyarakat (Citizen Control) Sepenuhnya dikuasai oleh masyarakat Tingkatan Pembagian Kekuasaan Tidak ada partisipasi Tokenism/sekedar justifikasi agar mengiyakan Tingkat kekuasaan ada di masyarakat Sumber : Arnstein (1969:217) dalam Rosyida (2011) 3. Consultative partnership adalah bentuk kemitraan dimana instansi yang bertugas mengelola sumberdaya atau lingkungan secara aktif mencari masukan dari perseorangan, kelompok serta organisasi lain diluar pemerintah. Mekanismenya biasanya melalui pembentukkan komite, yang dirancang terutama untuk memberikan saran pada instansi publik tentang isu atau kebijakan khusus. Kontrol jelas masih dipegang instansi publik, yang mempunyai kebebasan untuk memilih saran yang diberikan. Walaupun demikian, mitra dapat memberikan pengaruh cukup besar terhadap keputusan karena instansi publik mengetahui harga politis yang harus dibayarkan dengan tidak dipakainya saran publik yang mereka kumpulkan. Honorarium harian biasanya diberikan pada anggota komite, didasarkan atas kesepakatan yang dicapai pada saat dimulainya proses. 4. Pembagian kekuasaan dalam pengambilan keputusan yang sesungguhnya dilakukan dalam kemitraan kolaboratif (collaborative partnership), untuk mencapai tujuan yang diterima semua pihak, dengan informasi, dana, dan tenaga saling dipertukarkan. Ini merupakan satu – satunya bentuk kemitraan yang mana setiap peserta mempunyai otonomi. Lebih khusus lagi, dalam bentuk ini instansi pemerintah memberikan beberapa kekuasaannya pada organisasi diluar pemerintah. Umumnya, pelimpahan ini tidak disertai pelimpahan tanggung jawab yang tetap secara formal dipegang oleh instansi pemerintah. Dam bentuknya yang terbaik, keputusan dicapai melalui konsensus, konsensus ini dapat dicapai ketika persoalan atau isu yang dihadapi dirasakan tidak akan mungkin diselesaikan oleh salah satu pihak saja. Secara finansial bentuk ini meliputi pula kerja sama dalam pendanaan serta penerimaan. Konsep Stakeholder (Pemangku Kepentingan) Freeman dan Reed (1983) dalam Jalal (2011) mendefinisikan pemangku kepentingan secara sempit yaitu kelompok dan individu kepada siapa sebuah organisasi bergantung untuk mempertahankan keberadaannya. Sedangkan dalam arti luas Freeman (1984) dalam Jalal (2011) mendfinisikan pemangku kepentingan sebagai kelompok dan individu yang dapat mempengaruhi dan atau dipengaruhi oleh pencapaian tujuan dari sebuah organisasi. Menurut Sukada (2007) dalam Rosyida (2011), pelibatan pemangku kepentingan ditentukan berdasarkan derajat relevansinya dengan keberadaan serta program yang akan diselenggarakan. Sukada juga bahwa menambahkan, semakin relevan pemangku kepentingan dengan kegiatan maupun aktivitas pengembangan masyarakat perusahaan, maka pelibatannya menjadi keharusan. Konsep Efektivitas Menurut Barnard (2007) dalam Yulianti (2013) Efektivitas merupakan bentuk kerjasama sebagai usaha yang berhubungan dengan pemenuhan tujuan dari sistem sebagai bentuk persyaratan sistem. Yulianti(2013) menambahkan bahwa suatu program akan berjalan efektif jika program tersebut berjalan sesuai tujuan pelaksanaan program. Menurut Rihadini (2012) efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.Menurut Subagyo (2000) dalam Budiani (2009) efektivitas adalah kesesuaianantara output dengan tujuan yang ditetapkan. Dengan mengacu pada beberapa pendapat terkait efektivitas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas program merupakan sebuah acuan untuk mengukur tingkat pencapaian dalam memenuhi tujuan pengimplementasian program. 2.2. Kerangka pemikiran Partisipasi stakeholder diyakini mempunyai hubungan dengan efektivitas program GCI (Green Corridor Initiative), Chevron. Konsep partisipasi stakeholder tersebut dapat dianalisis sesuai dengan jenis kemitraan stakeholdermenggunakan empat jenis kerja sama strategik yang telah diidentifikasikan oleh kementrian sumberdaya alam Ontario (1995) diantaranya contributory partnership, operational partnership, consultative partnership dan collaborative partnership. Tinggi rendahnya partisipasi stakeholder itu sendiri dipengaruhi oleh kualitas dari bentuk kemitraan yang dapat dianalisis berdasarkan prinsip kemitraan menurut Villarin (1996) diantaranya saling percaya dan menghormati, otonomi dan kedaulatan saling mengisi keterbukaan dan pertanggungjawaban. Sedangkan efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) dianalisis menggunakan frekuensi pencapaian tujuan dan tingkatan partisipasi masyarakat pada tahapan Cohen dan Uphoff (1979) yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil. Tingkat Partisipasi Stakeholders: 1. 2. 3. 4. Contributory partnership, Operational partnership, Consultative partnership Collaborative partnership Tingkat Efektivitas program GCI: 1. Frekuensi pencapaian tujuan 2. Tingkat partisipasi masyarakat Penguatan Prinsip kemitraan: 1. 2. 3. 4. Tingkat kepercayaan dan penghormatan, Tingkat Otonomi dan Kedaulatan, Tingkat Saling Mengisi, Tingkat Keterbukaan dan Pertanggungjawaban : berhubungan nyata : mempengaruhi Gambar 1 Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis Penelitian 1. Diduga terdapat hubungan antara penguatan prinsip kemitraan dengan tingkat partisipasi stakeholders 2. Diduga terdapat hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan tingkat efektivitas program GCI 2.3. Definisi Operasional Tingkat Efektivitas Program GCI Tingkat efektivitas program GCI merupakan tingkatan yang telah dicapai dalam pengimplementasian tujuan program GCI. Dalam penelitian ini tingkat efektivitas program dikategorikan dalam persentase pencapaian program. Tabel 2 kriteria pengukuran tingkat efektivitas program GCI Persentase pencapaian program Pengkategorian pencapaian program >80% Sangat Efektif 60 – 80% Cukup efektif 40 – 59 % Tidak efektif <40% Sangat tidak efektif Adapun rumus yang akan digunakan untuk menghitung persentase pencapaian program: 𝑃 × 100% = 𝑃𝑇 𝑇 P: Pencapaian program T: Tujuan pengimplementasian program PT: Persentase pencapaian program Prinsip Kemitraan 1. Saling Percaya dan Menghormati Kondisi dimana para stakeholder saling mengenal, percaya dan menghormati satu sama lain. 2. Otonomi dan Kedaulatan kondisi dimana tidak adanya dominasi oleh suatu stakeholder dalam tiap kegiatan dan terciptanya kesepakatan yang mewakili seluruh pihak. 3. Saling Mengisi Kondisi dimana adanya pembagian kerja/ peran antar stakeholder dan saling melengkapi dalam kelebihan maupun kekurangan stakeholder lain atas kemampuannya. 4. Keterbukaan dan Pertanggungjawaban Kondisi dimana adanya tanggung jawab, keterbukaan (transparansi) terhadap kinerja atau kewajiban yang telah disepakati Tingkat Partisipasi Stakeholder 1. Contributory partnership Terwujud jika stakeholder yang menginisiasi program memegang kontrol terhadap program, sedangkan stakeholder lain sepakat dengan tujuan yang telah ditentukan. 2. Operational partnership Terwujud jika kekuasaan utama masih dipegang oleh stakeholder penginisiasi program, sedangkan stakeholder lain dapat memberi masukkan namun tidak selalu didengar. 3. Consultative partnership Terwujud jikastakeholder penginisiasi program masih memegang kontrol dalam pembuatan keputusan. Namun stakeholder lain dapat memberi masukkan yang dapat mempengaruhi keputusan. 4. Collaborative partnership Terwujud jika setiap keputusan yang dibuat dinegoisasikan secara bersama oleh seluruh stakeholder yang ada. 3. PENDEKATAN LAPANG 3.1. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan penelitian survei. Pendekatan kuantitatif dilakukan melalui pengisian kuesioner. Melalui pendekatan kuantitatif diharapkan dapat menjawab pengaruh partisipasi masyarakat terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron sekitar wilayah operasi perusahaan, di daerah Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNHGS). Pendekatan kualitatif bersifat explanatory research dengan menggunakan teknik wawancara mendalam terhadap informan yang pada penelitian ini menyoroti pihak perusahaan, pemerintah, . Hasil uraian dijelaskan secara deskripsi namun fokus pada hubungan antar variabel untuk menguji hipotesa. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di sekitar wilayah PT Chevron Geothermal di Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi dan Desa Purwabakti Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Wilayah ini termasuk dalam wilayah operasi PT Chevron Geothermal dan sekaligus dekat dengan wilayah TNHGS. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (Sengaja). Berdasarkan hasil membaca literatur dan informasi terkait dengan keberadaan perusahaan tambang PT Chevron Geothermal adalah salah satu perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan pengolahan minyak dan gas Guiyang aktif melakukan berbagai program CSR, sehingga menjadi relevan terhadap penelitian pengaruh tingkat partisipasi stakeholder terhadap efektivitas program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron. Tabel 3 Pelaksanaan Penelitian Tahun 2014 Kegiatan Pebruari Maret April Mei Juni 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Ketera ngan Penyusuna n proposal skripsi Kolokium Pengambil an data lapangan Pengolaha n dan analisis data Penulisan draft skripsi Sidang skripsi Perbaikan laporan penelitian 3.3. Teknik Penentuan Informan dan Responden Populasi sampel dalam penelitian ini adalah semua stakeholder yang terlibat dalam impelementasi program GCI. Teknik penarikan sampel menggunakan . Metode penarikan sampel yang akan digunakan oleh peneliti pada penelitian ini adalah pengambilan sampel acak stratifikasi (stratified random sampling). Populasi penelitian akan dibagi ke dalam beberapa kategori stakeholder. Kategori stakeholder tersebut terdiri dari pemerintah, LSM, perusahaan, dan masyarakat. Unit analisis adalah individu yang yang terlibat dalam pengimplementasian program GCI. Jumlah sampel untuk masyarakat yang menjadi peserta program adalah 15 responden untuk setiap stakeholder. Sehingga total responden menjadi 60 responden. Informan adalah orang yang termasuk dalam kegiatan ini yang memberikan keterangan mengenai informasi ataupun data disekitar lingkungannya yang berhubungan dengan penelitian ini. Informan juga dikatakan sebagai pihak yang dapat mendukung keberlangsungan informasi penelitian secara lancar. Informan kunci dalam penelitian ini adalah pelaksana program Green Corridor Initiative (GCI) Chevron. 3.4. Teknik Pengumpulan Data Alat ukur yang digunakan dalam mengumpulkan data kuantitatif adalah kuesioner. Data kualitatif dari informan diperoleh melalui pengamatan berperanserta dan wawancara mendalam. Hasil dari pengamatan dan wawancara di lapangan dituangkan dalam catatan harian dengan bentuk uraian rinci dan kutipan langsung. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui informasi tertulis, data-data dan literatur-literatur yang mendukung kebutuhan data mengenai fokus penelitian seperti profil perusahaan, masyarakat, partisipasi, dan kegiatan-kegiatan dalam implementasi program GCI. Selain itu, data sekunder juga berupa literatur-literatur yang berkaitan dengan penelitian seperti buku-buku mengenai tanggung jawab sosial perusahaan, dan literaturliteratur lainnya yang terkait. 3.5. Teknik Analisis Data Data Kuantitatif yang diperoleh akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi dan tabulasi silang, Untuk melihat hubungan antar variabel yang signifikan akan digunakan uji statistika Rank Spearman. DAFTAR PUSTAKA Alfitri.2011.Community Development (Teori dan Aplikasi).Yogyakarta: Pustaka Pelajar Irawan, EP.2013.Program CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY Berbasis Pemberdayaan Masyarakat.Jurnal Unpad. [Internet].[27 November2013]. Dapat diunduh dari:http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2013/07/pustaka_unpad_program_corporate_social_responsibility.pdf Jalal.2011.Konsep Dan Teori Pemangku Kepentingan.Bogor: CSR Indonesia Mulyono, A.2008.Studi Partisipasi Masyarakat pada Program Desa Mandiri Pangan di Desa Muntuk, Kabupaten Bantul.[Tesis].[Intenet].[27 November 2013].Dapatdiunduhdari:http://eprint.undip.ac.id/16261/AGUS_MULYONO.pdf Nasdian,FT.2006.Pengembangan Masyarakat (Community Development).Bogor: Institut Pertanian Bogor. Prayitno, US.2009.Tantangan dan Agenda Pembangunan Sosial: Pemenuhan Hak Dasar Masyarakat.Jakarta: P3DI Sekretariat Jendral DPR RI. Prabawati, I.2009.Dampak Operasi Perusahaan dalam Pelaksanaan CORPORATE SOSIAL RESPONSIBILITY.Jurnal Unesa.3(2). [Internet].[27 November2013].Dapat diunduh dari: http://academia.edu/4482881/DAMPAK_OPERASI_PERUSAHAAN_DALAM_PELAKSANAAN_C ORPORATE_SOCIAL_RESPONSIBILITY_Oleh_Indah_Prabawati Rahman, Reza. 2009. Corporate Social Responsibiity : Antara Teori dan Kenyataan. Yogyakarta : Media Pressindo Rosyida, I dan Nasdian, FT. 2011. Partisipasi Masyarakat dan Stakeholder dalam Penyelenggaraan Program Corporate Social Responsibility (CSR) dan Dampaknya Terhadap Komunitas Pedesaan. Jurnal Sodality. [Internet]. [27 November 2013].5(1). Dapat diunduh dari http://jurnalsodality.ipb.ac.id /jurnalpdf/4%20Isma%20Rosyida.pdf Soemanto, B.2007. Sustainable Corporation: Implikasi Hubungan Harmonis Perusahan dan Masyarakat.Gresik: PT Semen Gresik (Persero) Tbk. Wibisono, Y.2010.Membedah Konsep dan Aplikasi CSR. Jakarta: Fascho Publishing. Yulianti, D.2012.Efektiitas Program PTPN 7 Peduli di PTPN VII (Persero) Lampung. (Suatu Evaluasi atas Program CSR). Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan.3(1). [Internet].[21 November 2013].Dapat diunduh dari: http://fisip.unila.ac.id/jurnal/files/journals/3/articles/112/public/112-353-1-PB LAMPIRAN Lampiran 1 Denah Lokasi Penelitian Lampiran 2 Kuisioner KUESIONER RANCANGAN KUISIONER Pengaruh Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program Green Corridor Initiative (GCI), Chevron Peneliti bernamaMuhamad Randy Wiguna Semesta, merupakan mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Saat ini sedang menyelesaikan skripsi sebagai syarat kelulusan studi. Peneliti berharap Bapak/Ibu dan Saudara/i menjawab kuesioner ini dengan lengap dan jujur. Identitas dan jawaban dijamin kerahasiannya dan semata-mata hanya akan digunakan untuk kepentingan penulisan skripsi. Terima kasih atas bantuan dan partisipasi Bapak/Ibu dan Saudara/i untuk menjawab kuesioner ini. KARAKTERISTIK RESPONDEN 1. Nama : ……………………………………………...…… 2. Jenis Kelamin* :L/P 3. Usia : …………tahun 4. Alamat : …………………………………………………... 5. No. HP/Telp. : …………………………………………………... 6. Jabatan : ............................................................................... * Lingkari salah satu jawaban yang sesuai! PETUNJUK PENGISIAN : 1. Isilah sesuai dengan pertanyaan dan pernyataan yang diajukan! 2. Beri tanda silang (X) pada kolom yang disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 3. Dalam menjawab pertanyaan dan pernyataan, tidak ada jawaban yang salah. Oleh sebab itu, usahakan agar tidak ada jawaban yang dikosongkan. A. Penguatan Prinsip Kemitraan Alternatif Jawaban Responden 5 = Sangat Setuju; 4 = Setuju; 3 = Tidak Tahu; 2 = Kurang Setuju; 1 = Sangat Tidak Setuju no Pernyataan 1 1 2 3 Tingkat Kepercayaan dan Penghormatan antar Stakeholder Saya mengenal baik seluruh pihak yang terlibat dalam pengimplementasian program GCI Saya percaya kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengimplementasian program GCI Saya menghargai setiap pendapat yang diungkapkan oleh pihak lain yang terlibat dalam pengimplementasian program GCI Alternatif Jawaban* 2 3 4 5 No 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Pernyataan Tingkat Otonomi dan Kedaulatan Dalam setiap tahap pengimplementasian program GCI seluruh pihak yang terlibat berhak untuk memberi masukkan terkait pengimplementasian program GCI Dalam setiap tahap pengimplementasian program GCI seluruh pihak yang terlibat memiliki kedudukan yang setara untuk memberi masukkan terkait pengimplementasian program GCI Tingkat Saling Mengisi Dalam pengimplementasian program GCI seluruh pihak yang terlibat memiliki peranannya masing – masing. Ketika saya mengetahui kelemahan pihak lain saya akan berusaha untuk membantunya sesuai kemampuan yang saya miliki Tingkat Keterbukaan dan Tanggung jawab Saya mengetahui apa peran saya dalam pengimplementasian program GCI Saya bertanggung jawab terhadap peran saya dalam pengimplementasian program GCI Semua pihak yang terlibat dalam program GCI dapat melihat dan memberi masukkan atas kinerja yang saya lakukan. Tingkat Partisipasi Stakeholder Apakah anda hadir dalam setiap tahap pengimplementasian program GCI? Apakah anda pernah mengemukakan pendapat anda? Apakah tiap pendapat yang anda kemukakan selalu dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan? Apakah setiap keputusan yang dibuat telah mewakili kebutuhan anda? Apakah setiap keputusan yang dibuat mewakili pendapat dari seluruh pihak yang terlibat dalam pengimplementasian program GCI? Apakah anda terlibat dalam memberikan gagasan atau rencana awal dalam menjalankan program GCI? Apakah anda ikut serta dalam menentukan masukan, output, resiko, keuntungan, dan kerugian? Apakah anda ikut serta dalam menentukan kemungkinan permasalahan yang timbul? Apakah anda ikut serta dalam menentukan rancangan pembiayaan program GCI? Apakah anda ikut serta dalam menentukan tujuan, Visi dan Misi, serta pembentukan struktur organisasi program GCI? 1 2 Alternatif Jawaban 3 4 5 Pilihan jawaban a. Ya b. Tidak a. Ya a. Ya b. Tidak b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak No 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 Tingkat Partisipasi Masyakat Tahap Sosialisasi dan Perencanaan Apakah anda pernah mendengar atau melihat tentang program konservasi sebelum program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda merasakan bahwa Program GCI bermanfaat? Apakah anda pernah mengikuti pengenalan yang dilakukan oleh pembuat program GCI? Apakah menurut anda program GCI Tangkap sesuai dengan kebutuhan anda? Apakah anda mengetahui bentuk sosialisasi program Green Corridor Initiative (GCI)? Tahap Pengambilan Keputusan Apakah anda terlibat dalam memberikan gagasan atau rencana awal dalam menjalankan program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda ikut serta dalam menentukan masukan, output, resiko, keuntungan, dan kerugian? Apakah anda ikut serta dalam menentukan kemungkinan permasalahan yang timbul? Apakah anda ikut serta dalam menentukan rancangan pembiayaan program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda ikut serta dalam menentukan tujuan, Visi dan Misi, serta pembentukan struktur organisasi? Tahap Pelaksanaan/ Implementasi program Apakah menurut anda penyelenggaraan Program Green Corridor Initiative (GCI) sesuai dengan rencana yang telah dibuat sebelumnya? Apakah anda memiliki masalah dalam pelaksanaan Program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda selalu turut serta dalam pelaksanaan Program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda pernah mengajak orang lain untuk mengikuti program ini ? Apakah anda pernah mengeluarkan uang dalam penyelenggaraan Program ini? Apakah anda hadir lebih dari setengah dari seluruh pertemuan rutin? Apakah anda membicarakan kesulitan anda dalam program ini dengan pendamping program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda secara bersama-sama saling membantu anggota yang lain dalam pelaksanaan program ini? Apakah pelaksanaan program menjadi salah satu alternatif penyelesaian masalah anda? Tahap Evaluasi Program Apakah menurut anda penyelenggaraan program Green Corridor Initiative (GCI) sudah tepat sasaran? Apakah anda sudah dapat menilai keberhasilan anda dalam program ini? Apakah anda sudah dapat menilai kerugian dan kesalahan anda dalam program ini? Apakah anda telah mampu dalam mengadvokasikan Pilihan Jawaban a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak pendapat dan kritik anda kepada semua pihak? 44 45 46 47 48 49 Apakah anda menyampaikan saran dan solusi dalam penyelenggraan evaluasi program? Tahap Pelaporan Apakah anda turut serta dalam menyusun laporan hasil penyelengaraan program Green Corridor Initiative (GCI)? Apakah anda mengetahui konten yang terdapat dalam laporan program? Apakah anda telah dapat membuat kesimpulan dan rekomendasi dari pelaksanaan Desa Binaan Perikanan Tangkap? Apakah anda memberikan pendapat dalam proses pelaporan program? Apakah anda mampu memberikan laporan tersebut kepada pihak-pihak lain yang dapat membantu mengembangkan program ini? a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak a. Ya b. Tidak Lampiran 3 Panduan Pertanyaan PANDUAN PERTANYAAN WAWANCARA MENDALAM Peran Partisipasi Stakeholder terhadap Efektivitas Program Green Corridor Initiative (GCI), Chevron Tujuan : Menggali informasi dari informan dan responden sebagai tambahan informasi di luar kuesioner. Informan : Stakeholders yang terlibat dalam program GCI ( pemerintah daerah, perusahaan, LSM, dan masyarakat) Hari/ Tanggal Wawancara : .................................................................................................... Lokasi Wawancara : .................................................................................................... Nama dan Umur Informan : .................................................................................................... Jabatan : .................................................................................................... Pertanyaan Penelitian 1. Siapakah yang menginisiasi terbrntuknya program Green Corridor Initiative Chevron? 2. Apa yang melatar belakangi terbentuknya program Green Corridor Initiative Chevron? 3. Apakah program CSR Green Corridor Initiative Chevron menjadi sektor andalan dalam proses penyelenggaraan CSR? 4. Bagaimana tahap perncanaan dalam pembentukan program ini? 5. Bagaimanakah sosialisasi dari perusahaan terhadap stakeholder lain dalam program Green Corridor Initiative? 6. Siapa sajakah stakeholders yang terlibat dalam pembuatan program Green Corridor Initiative (GCI)? 7. Bagaimana cara menjalin hubungan dengan para stakeholders tersebut? 8. Apakah dalam implementasi program perusahaan bermitra dengan pihak lain? 9. Bagaimanana partisipasi masyarakat dalam program ini? 10. Berapa banyak anggota program ini? Dan bagaimana struktur kepengurusan program ini? 11. Siapakah yang bertanggung jawab memonitoring program ini dari perusahaan? 12. Apakah terdapat laporan rutin yang dibuat oleh masyarakat langsung dari program ini? 13. Bagaimana mekanisme penyelenggaraan program ini? 14. Apakah perusahaan ikut serta dalam mengambil keputusan terkait kebijakan dalam program Green Corridor Initiative (GCI)? 15. Apakah terdapat kendala dalam penyelenggaraan program Green Corridor Initiative (GCI)? 16. Bagiamana proses penyelesaian masalaha dalam program CSR ini? 17. Bagaimana perkembangan program CSR ini sejak pertama kali terbentuk hingga saat ini? 18. Bagaimana proses evaluasi program ini? 19. Apakah program Green Corridor Initiative (GCI)telah berhasil meningkatkan Taraf hidup masyarakat? Apakah ada data-data yang menunjang hal tersebut? 20. Apakah ada program lain selain Green Corridor Initiative Chevron yang diciptakan oleh masyarakat? 21. Apakah harapan perusahaan terhadap kegiatan Green Corridor Initiative Chevron? Lampiran 4 Matrik pendekatan lapang No Tujuan penelitian Jenis data Metode pengumpulan data Panduan pertanyaan, dan studi literatur 1 Mendeskripsikan dan menjelaskan pengimplementasian program GCI Primer dan sekunder 2 Menganalisis hubungan antara Penerapan Prinsip Kemitraan terhadap Tingkat Partisipasi Stakeholders Menganalisis hubungan antara tingkat partisipasi stakeholder dengan efektivitas program GCI. primer Kuesioner dan panduan pertanyaan Primer Kuesioner, panduan pertanyaan, 3 Metode pengolahan dan analisi data Reduksi data, penyajian data secara deskriptif, dan menarik kesimpulan sesuai dengan kebutuhan penelitian Dianalisis dengan statistika Rank Spearman dianalisis dengan statistika rank spearman Lampiran 5 Rancangan Skripsi 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Masalah Penelitian 1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian 2. PENDEKATAN TEORETIS 2.1. Tinjauan Pustaka 2.2. Kerangka Pemikiran 2.3. Hipotesis 2.4. Definisi Operasional 3. PENDEKATAN LAPANGAN 3.1. Metode Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu 3.3. Teknik Sampling 3.4. Teknik Pengumpulan Data 3.5. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 4. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 1.1 Profil Desa 1.2 Kondisi Geografis 1.3 Kondisi Pendidikan 1.4 Kondisi Ekonomi 1.5 Kondisi Kependudukan 1.6 Kondisi sarana dan prasarana 5. ANALISIS PENGIMPLEMENTASIAN PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI), CHEVRON 6. ANALISIS HUBUNGAN ANTARA PENGUATAN PRINSIP KEMITRAAN DENGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER 7. ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI STAKEHOLDER TERHADAP EFEKTIVITAS PROGRAM GREEN CORRIDOR INITIATIVE (GCI), CHEVRON 8. PENUTUP a. Kesimpulan b. Saran 9. DAFTAR PUSTAKA 10. LAMPIRAN