Kesenjangan dan Eksklusi Sosial 2012 Review Sejarah Konsep Eksklusi Sosial Kelompok 2 Anggota: Mochammad Aditya Septigap R Rizky Adityawan U (1006772670) Zera Briadenti Agenginardi Bahan bacaan: David Byrne. 2005. Social Exclusion. NY: Open University Press (Introduction p.14-20) Eksklusi adalah sesuatu yang dilakukan oleh beberapa orang kepada orang lain. Bila membicarakan mengenai eksklusi sosial, kita membicarakan mengenai perubahan yang ada pada keseluruhan masyarakat sehingga berakibat pada sebagian orang yang ada di masyarakat tersebut. Selanjutnya termasuk juga dalam hal sejarah perkembangan konsep eksklusi sosial, bahasa eksklusi sosial dan proses sosial dari masyarakat industri dan setelah industri. Hal ini seperti yang dikatakan oleh C Wright Mills (1959) bila membicarakan mengenai sosiologi maka ada titik pertemuan antara sejarah dengan riwayat hidup. Melihat perkembangan konsep tersebut, pada pertengahan tahun 1990 kata “eksklusi sosial” atau social exclusion mulai digunakan untuk menggantikan “kelas bawah” atau underclass dalam diskusi mengenai kemiskinan dalam masyarakat post industrialisasi di Inggris. ‘New Labour’ mempelopori peningkatan persamaan (equality) di dalam manajemen politik dari kapitalisme pasar. Selanjutnya terdapat perbedaan pengertian mengenai konsep eksklusi sosial yang antara lain dikemukakan oleh Walker dan Walker dengan Madanipuor et al. Walker dan Walker: Perbedaan antara kemiskinan (poverty) dan eksklusi sosial (social exclusion) Kemiskinan merupakan suatu kondisi kurangnya sumberdaya materi seperti pendapatan yang diperlukan untuk berpartisipasi di masyarakat Inggris. Sedangkan eksklusi sosial adalah suatu proses dinamis yang menutup, sepenuhnya atau sebagian, dari salah satu sistem sosial, ekoomi, politik, dan budaya yang menentukan integrasi sosial seseorang dalam masyarakat. Eksklusi 1 Kesenjangan dan Eksklusi Sosial 2012 sosial dapat dilihat sebagai penolakan secara sipil, politik, dan hak sosial dari sebuah kewarganegaraan. Madanaipour et al: Eksklusi sosial dapat diartikan sebagai proses multi dimensi di mana bentuk-bentuk eksklusi dikombinasikan seperti partisipasi dalam menentukan keputusan dan proses dalam berpolitik, akses terhadap pekerjaan dan sumberdaya materi, dan integrasi ke dalam suatu proses budaya yang umum. Bila dikombinasikan maka secara akut, bentuk-bentuk eksklusi tersebut dapat membentuk manifestasi secara spasial dalam lingkungan tertentu. Dalam perkembangan eksklusi sosial, menurut Walker dan Walker, eksklusi sosial bertolak belakang dengan konsep integrasi. Hal ini seiring dengan perkembangan dua doktrin yang mempengaruhi individu yaitu “possessive individual” dan democratic socialist. Doktrin Possesive Individual lebih kepada emansipasi individu karena individu dipahami sebagai subjek yang unik. Sementara democratic socialist merupakan doktrin yang menyebutkan perubahan secara kolektif di mana aktor tersebut adalah seluruh kelas pekerja. Doktrin-doktrin tersebut dapat dilihat sebagai kepentingan-kepentingan yang saling berkompetisi Ekslusi sosial bukan hanya sebatas istilah di dalam politik sosial. Melainkan sebagai pusat perhatian di dalam ilmu pengetahuan sosial. Perdebatan akademisi mengenai ekslusi sosial memberikan ilustrasi yang baik dari masalah yang ditimbulkan oleh reifikasi batas-batas disiplin dalam akademi kontemporer yang diminta komisi Gulbenkian baru-baru ini untuk membuka ilmu sosial (1996). Proses yang menimbulkan ekslusi sosial serta isu-isu didalamnya adalah subjek penyelidikan baik dari berbagai disiplin akademik termasuk sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah dan ilmu politik, dan oleh multi disiplin lainnya seperti studi perkotaan, studi kesehatan, studi ketenagakerjaan dan pendidikan. Di Inggris pada khususnya, namun jika dilihat dari sekala Eropa, bahwa mereka merupakan subjek dari ‘kebijakan sosial’. Terdapat lintas disiplin ilmu—bidang debat dan diskusi mengenai topik ini—ekslusi sosial, namun tetap saja hanya sebagian darinya yang koheren, terutama karena ada 2 Kesenjangan dan Eksklusi Sosial 2012 ketidakseimbangan yang mendasar dalam cara proses perubahan sosial yang dapat digolongkan di bawah judul ‘ekslusi sosial’, pengkonseptualisasian, dan segalanya, diukur. Buku ini aslinya ditulis sebagai upaya sintesis untuk mengatasi masalah yang berfokus pada individu seperti objek pengukuran dan konseptualisasi, karakteristik ekonomi, kebijakan sosial, dan banyak pemeriksaan sosiologi kuantitatif melalui perubahan waktu. Dalam ilmu sosial sekarang terdapat pengakuan yang jelas mengenai karakter dinamis proses sosial, tetapi disana juga terdapat kegagalan dalam mengintegrasikan individu dengan kesatuan sosial melalui dimana individu menjalani kehidupan mereka. Sintesis yang kita butuhkan harus membawa konsep keduanya bersamaan, dan memberikan tanggung jawab yang kompleks serta tingkat berinteraksi dalam masyarakat. John Veit-Wilson membuat sebuah perbedaan yang sangat penting antara ‘lemah’ dan ‘kuat’ versi ide ekslusi sosial. Dia menempatkanya seperti ini: Dalam versi yang lebih lemah di wacana ini, solusinya mengubah karakteristik yang cacat dari orang-orang ini, dan memperluas penyatuannya, agar mereka menjadi masyarakat yang dominan. Wacana yang lebih kuat menekankan peran dari orang-orang yang mengucilkan mereka dan bertujuan mencari solusi yang bisa mengurangi kekuatan pemgucilan tersebut. (1998:45) John tampak sangat menyetujui penjelasan terkait versi ‘lemah’ dalam wacana. Hal ini diperjelas melalui perdebatan politik di Eropa dan untuk mendepolitisasi kemiskinan sejauh redistribusi pendapatan yang bersangkutan (1998:97, penekanan asli). Poin dalam buku ini secara eksplisit menjelaskan bahwa ide mengenai eksklusi sosial akan selalu digunakan dalam arti yang kuat. Tujuannya disini adalah untuk memperluas pengertian kita mengenai arti lebih dalam akan kedinamisan, karenanya agar kita dapat menggunakannya untuk menjelaskan bagaimana terjadi perubahan yang ada dalam masyarakat. …Awal dari sebuah revolusi intelektual adalah ketika perspektif yang dinamis itu bercampur dengn ilmu pengeahuan sosial, kemudian membentuk satu-kesatuan sebagai metode kuantitatif-kualitatif, selanjutnya menggabungkan dengan pandagan masyarakat yang mikro dan makro serta memanfaatkan perbandingan kekuasaan internasional. 3 Kesenjangan dan Eksklusi Sosial 2012 (1998: xivs) Menurut John, ketika berpikir dinamis maka secara tidak langsung kita pun berpikir secara tidak statis. Saat ini kita banyak dihadapkan pada masalah-masalah yang bifurkasi/bercabang, kompleks, dan banyaknya masalah-masalah yang tidak terduga. Lalu munculnya sistem “New Labour” yang berawal dari terpilihnya Partai Buruh dalam pemerintahan di Inggris pada tahun 1997. Pada saat yang bersamaan pula bermunculan politik industri partai, saat itulah muncul “New Labour” dan “Old Labour” digantikan, karena dengan sistem “New Labour” ini terjadi pemulihan pada kapasitas organisasi serikat kerja sehingga serikat-serikat kerja pun lebih terjamin. Dalam hal politik-sosial, “New Labour” seolah-olah memiliki banyak hal yang dapat ditawarkan. Sistem ini menolak privatisasi kesejahteraan dan mengkritik transfer besar-besaran sumber daya untuk kemakmuran di tingkat pajak. “New Labour” berdiri sebagai sebagai prototipe bagi partai-partai politik yang bermutasi menjadi bentuk demokrasi sosial yang pada saat itu didominasi oleh kapitalisme pasca industri dan pasca demokrasi. Didalam sistem “New Labour” ini terdapat juga individu-individu terpilih yang memiliki kekuasaan lebih, yang dapat dikatakan merupakan suatu hal yang ironis. Dalam buku ini terbagi menjadi tiga bagian, masing-masing mengenai social exclusion understanding and argument, the process and experience of social exclusion, and tacking social exclusion. Sedangkan pada bagian pertama buku ini, berusaha untuk menjelaskan isi dari perdebatan akademisi dan politik yang berkaitan dengan isu-isu tersebut. Dalam bagian berikutnya membahas mengenai pendekatan dalam tingkat yang lebih besar atau lebih kecil, salah satunya doktrin terhadap individu-individu yang bertujuan untuk mengatur bahkan menghapuskan tujuan kelompok tertentu. Dalam bagian ini kita akan melihat kombinasi Rousseau yang dipengaruhi oleh pemikiran republikanisme dan pemikiran sosial katolik. Dengan melihat kesamaan tersebut pada tingkat paling mendasar, dapat terlihat bahwa mereka siap untuk menempatkan politik dalam mengendalikan pasar. 4 Kesenjangan dan Eksklusi Sosial 2012 5