November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] REVIEW KESENJANGAN DAN EKSKLUSI SOSIAL Sumber: Berman & Philips. 2000. Sosials of sosial quality and sosial exclusion at national and community level. Bhalla & Lapeyre. 2004. Poverty and Exclusion in a Global World (ch. 2. Towards and analytical). Chakravarty & D’Ambrosio. 2006. The measurement of sosial exclusion. Konstruksi Indikator-Indikator Eksklusi Sosial A. Socials of Social Quality and Social Exclusion at National and Community Level Terdapat dua pendekatan yang berevolusi ke dalam indikator pergerakan sosial. Pertama, menggunakan kombinasi dan pengukuran objektif yang mana diketahui dapat memberikan pengaruh kesempatan hidup dan tingkat kepuasan (kemiskinan, ketidakmampuan, polusi, dll). Kedua, menggunakan sesuatu yang lebih holistik dan melalui pendekatan subjektif. Kedua pendekatan ini mempunyai metedologi yang sulit tetapi keduanya tidak memastikan adanya hubungan positif dari indikator subjektif dan objektif. Indikator objektif menggunakan “hard data” untuk mengukur sesuatu, misalnya kualitas hidup. Sedangkan indikator subjektifnya mempunyai pengukuran yang lebih natural dalam orientasinya. Gagasan perbedaan yang terlihat merupakan pusat identitas sosial yang tidak hanya berada dalam tingkat nasional tetapi juga dalam konsepsi masyarakat lainnya. Sosial Exclusion Silver menyatakan bahwa pendekatan eksklusi sosial di masyarakat adalah keseluruhan dengan menghilangkan nilai kolektif dan penghancuran tatanan sosial. Dalam “Life-trajectory” Parson, eksklusi menyebabkan perbedaan tempat dan perbedaan cakupan sosial. Eksklusi merupakan suatu rangkaian yang mana meninggalkan standard pada individu mengenai “sosial-no-mans-land” 1 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] Saraceno menulis suatu fenomena secara umum yang menyatakan bahwa eksklusi sosial merupakan bentuk ekspresi dari disintegrasi sosial dan pendirian dari keteraturan soial. Eksklusi berdampak pada konteks yang lebih spesifik yaitu negara dan isu-isu lokal mengenai hak, relevansi sosial dan pengalaman individu. Hal ini merupakan multidimensi yang mungkin memerlukan perbedaan indikator sosial untuk menggambarkan keberadaan antara kedua level tersebut. Sosial quality Eksklusi dan inklusi sosial menyediakan suatu wacana pendekatan multi-dimensi untuk mengetahui kualitas hidup melalui kemiskinan tetapi walaupun hal ini sudah dianalisis oleh kebijakan Uni Eropa dan pendidikan sebagai suatu yang terlalu sempit yang didasarkan sebagai basis dari pembangunan lokal yang efektif, nasional dan kebijakan sosial di Eropa. Empat elemen dari kualitas sosial yang telah teridentifikasi adalah : 1. Sosial ekonomi, yang mengacu pada inti dari kebutuhan suatu masyarakat dengan cara memberikan perhatian tentang keberadan mereka sehari-hari yang dialamatkan melalui perbedaan sistem dan struktur untuk ketentuan kesejahteraan. 2. Inklusi sosial adalah hubungan dengan prinsip dari kesetaraan dan ekuitas dan penyebab dari suatu struktur terhadap eksistensi keberadaan mereka. Tujuan dari level dasar ini adalah membantu mendukung infrastruktur, kondisi tenaga kerja, dan kepemilikan kolektif yang mana menyebabkan mekanisme eksklusi dapat diminimalisasi. 3. Kohesi sosial fokus terhadap proses mengenai pembuatan, mempertahankan atau menghancurkan jaringan sosial dan infrastruktur sosial yang mendasari jaringan ini. Suatu tingkat yang memadai kohesi sosial merupakan salah satu yang memungkinkan warga untuk eksis sebagai subyek manusia yang nyata, sebagai makhluk sosial. 4. Empowerment/disempowerment, merupakan realisasi dari kompetensi dan kemampuan manusia dalam suatu keteraturan untuk sepenuhnya ikut berpartisipasi dalam proses tindakan ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Social Quality: Conceptual Issues Ada empat elemen yang terdapat dalam kualitas sosial. Pertama adalah perlindungan sosial-ekonomi atau tidak adanya perlindungan sosial-ekonomi, kedua yaitu inklusi sosial atau eksklusi sosial, elemen ketiga adalah kohesi sosial/anomie dan yang elemen yang 2 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] terakhir adalah empowerment/disempowerment. Keempat elemen ini memiliki hubungan dan merupakan satu kesatuan. Socio-economic security/insecurity ada di tingkat makro dengan fokus kepada institusi atau organisasi. Hal ini bisa digambarkan dengan negara sebagai institusi yang membuat sebuah regulasi demi kepentingan warganya. Setiap warganya harus mendapatkan perlindungan sosial dan juga ekonomi. Lain halnya dengan empowerment atau potensi SDA individu atau disempowerment yang bermain di tingkat mikro dengan fokus pada komunitas, kelompok. Komunitas dapat menggerakkan individu untuk memunculkan potensi yang ada di dalam diri individu untuk terus berpotensi dan berpartisipasi di dalam komunitasnya. Elemen yang lain yaitu kohesi sosial bergantung pada infrastruktur sosial dan institusi sosial yang menyediakan akses atas barang dan jasa publik dengan tetap menitikberatkan pada tingkat komunitas. Bagaimana regulasi yang juga ditentukan dari level makro dalam hal ini negara dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok atau komunitas. Kohesivitas juga tidak terlepas dari level mikro di mana tindakan yang dilakukan oleh individu akan mempengaruhi kohesivitas kelompoknya. Berbeda lagi dengan eksklusi sosial yang dipengaruhi oleh infrastruktur di mana infrastruktur ini dapat mengurangi atau bahkan menambah eksklusi yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi sebenarnya eksklusi/inklusi sosial dapat bermain di tingkat makro ataupun mikro dan juga berfokus pada komunitas/kelompok ataupun di dalam institusi/organisasi. Individu dapat terekslusi ketika ia misalnya berada di suatu komunitas ia tidak mendapatkan hak seperti anggota komunitas yang lain. Di lain pihak regulasi yang dibuat oleh pemerintah di level makro juga tetap akan mempengaruhi eksklusi sosial ketika ia tidak mendapat jaminan sosial seperti seharusnya. Regulasi yang dibuat ini justru akan membuat individu tereksklusi. Demos and Ethnos Cara lain yang dapat digunakan dalam untuk melihat elemen kualitas sosial dan juga eksklusi sosial adalah dengan kembali melihat arti dari terminologi tersebut. Kualitas sosial adalah sesuatu yang berkaitan dengan warga negara yang berpartisipasi di bidang sosial dan ekonomi dalam komunitas mereka sedangkan eksklusi sosial berhubungan dengan sesuatu yang terlepas dari keteraturan sosial. Delanty mengemukakan mengenai konsep “demos” dan “ethnos”. Demos digambarkan sebagai sesuatu yang berada di level makro termasuk di dalamnya adalah nation-state atau masyarakat. Semua anggota yang ada di dalam nationstate menjadi bagian dari state. Eisenstadt mengungkapkan bahwa konsep dari nation-state ini memerlukan kesesuaian dari budaya dan juga identitas politik yang ada di suatu negara. Budaya dan juga identitas politik menjadi suatu gambaran tersendiri terhadap keadaan yang 3 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] berlangsung di suatu negara. Nation-state hendaknya menyediakan akses yang mudah dimasuki bagi pada warganya. Menurut Baubock mulitikultutal yang ada di dalam suatu negara justru akan membatasi universalisme itu sendiri. Misalnya seperti yang terjadi di negara Eropa di mana tranmigrasi dan perubahan yang terjadi pada negara menjadi suatu tantangan tersendiri bagi negara yang bersangkutan. Banyaknya pendatang baru di negara tersebut mempersulit pemerintah untuk melakukan regulasi yang diperuntukkan bagi warga negaranya. Lihat saja di Austria, di negara ini jika seorang anak yang dilahirkan dari orangtua yang bukan warga negara Austria maka akan sulit untuk mendapatkan pengakuan sebagai warga negara walaupun ia lahir di Austria. Implikasinya adalah anak tersebut akan sulit untuk mendapatkan pendidikan dan pekerjaan karena tertahan oleh hukum yang berlaku. Eksklusi sosial di negara-negara modern adalah fakta sosial yang tidak bisa dihindari. Yang dimaksudkan dengan ethnos adalah ketika individu menjadi bagian dari komunitas yang ada di lingkungannya. Ethos ini kemudian dibentuk atau ditekankan melalui pergerakan postmodern. Ciri dari munculnya postmodern adalah ketika perbedaan mengalami perkembangan. Perbedaan akan lebih mendominasi dibandingkan dengan persamaan. Desentralisasi, apa yang terjadi di tingkat lokal dan hubungan komunal, kolektivitas, pragmatisme juga menjadi ciri-ciri dari postmodern yang memungkinkan bagi individu untuk masuk ke dalam komunitasnya. Hal-hal yang berbau etnis, agama, regional dan kelompok linguistik menarik cukup banyak perhatian dari masyarakat. Hubungan individu dengan komunitasnya ini juga menjadi objek analisa. Community Dalam masyarakat modern, komunitas yang ada adalah yang memiliki kecenderungan kesamaan kepentingan dan juga keterampilan yang sama. Akan tetapi jika kita memasukkan unsur post-modern maka komunitas yang terbentuk juga dapat dikaitkan dengan etnis, agama, bahasa, gender, dan tak ketinggalan usia. Melluci menyebutkan bahwa pada masyarakat kompleks tidak dapat membentuk nasionalitas anggotanya dan identifikasi anggota yang terbentur oleh kepentingan pribadi anggotanya. Masyarakat kompleks yang notabenenya terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda akan membentuk kepentingan-kepentingan yang berbeda di mana individu tersebut perlu memenuhi keperluannya sehingga dapat mengakibatkan terbenturnya dengan nasionalitas dan identifikasi bangsa. Hal ini juga akan menyebabkan segi etnis dalam suatu komunitas akan lebih dipentingkan. Komunitas di Eropa Barat berkembang berdasarkan kerangka pemikiran sosial-demografis diantaranya adalah petumbuhan komunitas di Eropa Barat merupakan tantangan tersendiri bagi negara yang 4 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] bersangkutan karena negara harus bertanggung jawab akan hak sosial yang telah menurun dalam komunitas. Kedua, komunitas menawarkan alternatif bentuk identifikasi yang memungkinkan individu di luar kelompok dapat hidup berdampingan namun individu di luat kelompok ini tetap membentuk komunitas sendiri yang bedasarkan kesamaan yang mereka miliki. Ketiga, berkaitan dengan hubungan interpersonal dengan masyarakat, komunikasi masa di mana komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan yang sama dan juga identitas diri mereka. McMillan dan Chavis mengidentifikasi empat elemen yang melengkapi komunitas: keanggotaan; pengaruh; integrasi dan pemenuhan kebetuhan; berbagi rasa emosional. Keempat elemen ini mempengaruhi hubungan individu dengan komunitasnya. Implikasi hubungan ini adalah individu memiliki kewajiban untuk berpartisipasi di dalam komunitasnya sehingga eksklusi sosial ataupun inklusi dipengaruhi oleh partisipasi ini. Social Exclusion Socials Tujuan dari subab ini adalah untuk mengidentifikasi indikator eksklusi sosial yang berada pada level nation-state (Demos) dan juga di level komunitas (Ethos). Pada level ethos, subjektif dan indikator holistik lebih menonjol. Bauer menggambarkan mengenai definisi dari indikator sosial yaitu suatu bentuk bukti yang memungkinkan kita untuk menilai di mana kita berdiri dan ke mana kita pergi dengan tetap berfokus pada nilai dan tujuan kita. Indikator eksklusi sosial pada level nation-state atau Demos akan mengukur tingkat ineksesbilitas hak dan pelayanan masyarakatnya bagi mereka yang seharusnya mendapatkan akses. Jika akses yang seharusnya didapatkan oleh warga negara namun pada kenyataannya jika ada eksklusi yang terjadi di dalam masyarakat maka level nation-statelah yang harus mengambil tindakan. Eksklusi sosial yang ada di dalam negara bisa dalam bentuk tidak mendapatnya akses bagi warga negara, terabaikannya pelayanan yang seharusnya didapat oleh warga negara. Hal yang seharusnya didapatkan oleh warga negara diantaranya adalah terkait dengan keamanan sosial, pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, pelayanan publik dan juga inklusi sosial serta inklusi politik. Pada level Ethnos, ekslusi sosial diukur berdasarkan identifikasi dan juga partisipasi yang dilakukan oleh individu, bagaimana ia berinteraksi dan berhubungan antara individu dengan komunitasnya. Adanya eksklusi sosial dalam suatu komunitas dapat menggambarkan ikatan yang terjadi di antara anggota di dalamnya. Jika ada eksklusi yang terjadi maka bisa digambarkan bahwa ikatan yang ada di komunitas atau kelompok tersebut rendah dan ini adalah kelemahan bagi mereka. 5 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] Eksklusi Sosial: Masyarakat dan Komunitas Bagian di atas menunjukkan bahwa eksklusi merupakan fenomena berwajah banyak dan berdampak pada tingkat nasional dan tingkat komunitas. Inklusi merupakan norma dalam masyarakat. Misalnya, kewarganegaraan, memiliki pekerjaan, rumah, finansial. Hubungan dalam identifikasi antara nasional dan tingkat komunitas dengan eksklsusi sosial telah dirangkum pada figure 4. Empat karakteristik elemen pada figure 4 adalah sebagai berikut: 1. Masyarakat heterogen seperti di Amerika Serikat memiliki identitas komunitas dan identitas sebagai Amerika. Namun, dalam masyarakat Amerika terdiri dari ItaliAmerika, Irlandia-Amerika, dan Yahudi Amerika 2. Di Eropa konsep kewarnegaraan bagi pendatang tidak diterima oleh pribumi sehingga masyarakatnya hidup dalam kelompok etnis masing-masing. Seperti orang Turki di Jerman dan orang Afrika Utara di Perancis. Kelompok tersebut membentuk komunitasnya sendiri 3. Masyarakat homogen terbagi dalam komunitas desa dan komunitas kota 4. Kelompok marginal tanpa dukungan sosial memiliki kualitas sosial dalam level terendah Implikasi Kebijakan Kesejahteraan Sosial Byrne mengatakan bahwa sistem negara kesejahteraan sosial di Eropa kontinental lebih menekankan pada hak kewarganegaraan daripada hak komunitas, walaupun populasi pendatang banyak di negara tersebut. Hal tersebut mengakibatkan adanya eksklusi sosial terhadap komnunitas. Dengan menggunakan dua indikator sosial kita dapat membedakan inklusi/eksklusi di tingkat komunitas dan nasional. Eksklusi nasional melibatkan pelayanan kebutuhan formal masyarakat seperti pendidikan, bahasa, dan kesehatan. Tipe eksklusi ini berkaitan dengan distribusi pelayanan yang tidak merata sehingga diperlukan peningkatan alokasi dana. Sedangkan, eksklusi sosial terjadi pada level komunitas yaitu alienasi, kesendirian, dan tekanan sosial. Hal tersebut banyak terjadi di perkotaan ditandai dengan meningkatnya orang yang terisolasi secara sosial tanpa kasih sayang dan dukungan dari keluarga, kerabat, tetangga, dan teman. Dalam mengatasi hal tersebut, Etzioni mengusulkan untuk merevitalisasi konsep komunitas. 6 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] Kesimpulan Kualitas sosial adalah hal yang menentukan dalam mengembangkan dan mengoperasionalisasikan konsep inklusi atau eksklusi. Kualitas sosial dapat diukur dengan indikator tertentu yang digunakan sebagai analisis pada tingkat nasional dan komunitas. Dalam mengidentifikasi eksklusi sosial di masyarakat diperlukan dua indikator yang saling berhubungan yaitu inklusi/eksklusi tingkat nasional (cakupan wilayah negara) seperti kewarganegaraan dan tingkat komunitas seperti perbedaan dan keunikan identitas sosial (identifikasi komunitas dan partisipasi). B. Towards an Analytical and Operational Framework Berdasarkan aspeknya, eksklusi dapat dilihat secara dimensi distribusional (ekonomi) dan relasional (sosial dan politik). Dimensi tersebut berfungsi sebagai indikator eksklusi sosial sehingga dapat dirasakan dan diukur. Eksklusi berkaitan dengan kemiskinan yang termasuk dimensi distribusional tetapi hal tersebut (kemiskinan) juga dapat dilihat secara relasi sosial. Kelompok miskin tidaknya terkslusi dari masyarakat secara ekonomi, tetapi juga secara sosial dan politik. Permasalahan Distribusional dan Relasional Kemiskinan bukan hanya permasalahan distribusional yaitu tertutupnya akses ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan isu relasi seperti terpisahnya ikatan sosial di dalam keluarga, teman, komunitas lokal, pelayanan negara, dan individu di dalam institusi sosial. Misalnya permasalahan kemiskinan tidak hanya berdimensi distribusional, tetapi berkaitan dengan pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar manusia lainnya. Hak properti atas kepemilikan, kontrol, dan akses melibatkan relasi sosial. Relasi sosial dan struktur dari hak properti menentukan kesehatan dan pendapatan di dalam masyarakat. Tetapi relasi sosial dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti kesenjangan pendapatan. Relasi antara negara dan individu atau kelompok sosial dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi yang diatur oleh otoritas negara atau pemerintah. Dimensi distribusional dan relasional di negara industri/maju berbeda dengan di negara berkembang. Misalnya relasi antara individu dengan keluarga dan kerabat jauh lebih penting dan kuat di negara berkembang dibandingkan dengan kasta, kelas sosial, dan gender yang menentukan posisi sosial dan relasi individu dalam pasar tenaga kerja. 7 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] Peran Modal Sosial Kepercayaan dan jaringan sosial memainkan peran penting dalam pembentukan modal sosial. Menurut Zucker, modal sosial berkaitan dengan analisis eksklusi sosial dan integrasi sosial dimana individu berada di dalam keluarga dan agama, dan jaringan dan institusi. Relasi sosial berkaitan dengan norma sosial, mekanisme, dan institusi yang didasari oleh kepercayaan, seperti yang dikatakan oleh Lyons dan Mehta dengan sebuta ‘sosially oriented trust’ (SOT). Namun Coleman menyebutnya dengan ‘self-interested trust’ (SIT) dimana relasi sosial dipengaruhi antara norma sosial dan sanksi dan perilaku. Modal sosial dapat berupa obligasi sosial dan ekspetasi yang kuat terhadap jaringan keluarga, teman, dan kerabat dapat memberikan jaminan kepada individu seperti saluran informasi formal dan informal dalam mencari pekerjaan, dan keringanan biaya. Seperti eksklusi sosial, modal sosial juga dapat diukur dengan indikator, misalnya civil society diukur dari ukuran (jumlah anggota), intensitas di dalam kelompok untuk mengukur solidaritas dan kohesi sosial. Kerangka Pemikiran Untuk operasionalisasi konsep eksklusi, diperlukan alat bantu untuk melihat progress yang dapat diukur dan di monitor. Seperti halnya dampak dari kebijakan pemerintah., perbaikan kondisi dan situasi hanya bisa diukur dan kekurangan dapat diidentifikasi dengan benar. Tidak hanya berbicara keberhasilan yang dicapai namun juga kekuarangan sosial yang digunakan. Hal ini akan memberikan pemahaman yang berbeda, ketika kemiskinan dianggap sudah menurun namun yang terjadi sosial pengukuran yang tidak lengkap. Memang tidak menutupi bahwa kekurangan metode untuk pengukuran mengenai eksklusi di suatu Negara akan cenderung bertujuan politik demi berlangsungnya pemerintahan mendapatkan citra baik mengurangi angka kemiskinan. Sosial dianggap yang mendasari hal yang bersifat empiric di masyarakat. Dalam memilih inidkator terdiri dari tiga level atau tingkatan yaitu level satu yaitu mengawali sosial dengan isu yang besar dan utama seperti ketimpangan pendapatan, pendidikan yang rendah. Level dua mencari sosial lain yang mendukung level pertama, berasal dari dimensi lain untuk melihat intensitas kemiskinan dan eksklusi sosial. level tiga, memasukkan sosial yang bersifat nasional ke dalam local, berguna juga untuk menginteerpretasikan level satu dan dua. Ketiga rangkaian ini tidak berdiri sendiri, melainkan ada yang saling overlapping, bisa menjadi satu 8 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] kelompok indikator. Yang menjadi tujuan utama dalam literatur ini yaitu mengerjakan pembuatan data yang berlaku dan index untuk mengukur komponen yang berbeda dari eksklusi sosial. perlu diingat eksklusi sosial tidak hanya berbicara mengenai ketimpangan pendapatan, melainkan juga proses didalamnya, seperti keterbatasan akses untuk mendapatkan sumber daya dalam aspek sosial, ekonomi maupun politik. Banyak kasus, sosial sosial lebih membantu daripada ekonomi untuk melihat eksklusi karena berhubungan dengan struktur di masyarakat, pranata sosial yang menopang di masyarakat. Informasi juga berpotensi untuk mengeksklusikan seseorang, maka dengan demikian sosial sosial dapat berperan penting dalam melihat proses eksklusi di masyarakat. Dalam kerangka pemikiran mengenai eksklusi juga, perlu melihat deprivasi-relasi sosial. relasi sosial ini melihat structural di masyarakat secara permanent dan antar generasi. Tekanan yang kuat juga untuk membentuk indeks yang merupakan kombinasi dari item ke dalam single numerical skor yang berisikan berbagai komponen/sub point yang diukur dan dikombinasikan ke dalam satu pengukuran. Indeks ini bisa merupakan kumpulan aspek ekonomi, sosial dan politik saja, ataupun gabungan atau kombinasi antara dua aspek yang berbeda. Untuk memberikan arahan pada kebijakan pemerintah maka baik digunakan kumpulan set aspek ekonomi – sosial. Aspek ekonomi, tidak hanya membandingkan pendapatan perkapita, namun juga mengidentifikasi perbedaan tingkat kemiskinan dan identifikasi aspek distribusional keperluan rumah tangga. Oleh karena kemiskinan pada daerah X misalnya akan berbeda dengan taraf kemiskinan di daerah Y walaupun masih dalam satu Negara. Aspek sosial terdiri dari tiga tipe atau jenis yaitu akses untuk mendapatkan pelayanan dan barang publik, akses untuk pasar tenaga kerja dan partisipasi sosial. ketiganya juga saling berkaitan di masyarakat. Dan yang terakhir yaitu aspek politik, seperti partisipasi mengikuti pemilihan umum, partisipasi membuat keputusan di masyarakat. Komposisi dari index aspek politik terdiri dari lima yaitu keamanan pribadi, aturan hokum, kebebasan berekspresi, partisipasi politik dan ketimpangan kesempatan. Sifat dari aspek ekonomi lebih universal, sedangkan untuk aspek sosial dan politik akan spesifik dengan cultural dimasingmasing tempat. Pada akhirnya sosial sosial, ekonomi dan politik saling berkorelasi, seperti tingkatan hak asasi manusia mungkin berasosiasi dengan standar hidup individu, rata-rata pendapatan, etnis dan religius. 9 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] Untuk mengkuantifikasikan eksklusi sosial bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Contoh yaitu perangkat sosial yang digunakan oleh European commission pada tahun 2001 untuk mengatasi masalah eksklusi, yaitu 1. rata-rata pendapatan rendah 2. distribusi pendapatan 3. pendapatan rendah yang terus terjadi 4. nilai tengah gap pendapatan yang rendah 5. kohesi regional 6. rata-rata penggangguran dengan jangka waktu yang lama 7. orang yang hidup dengan tidak memiliki pekerjaan 8. tinggal sekolah 9. ekspektasi hidup 10. status kesehatan sosial ini akan berbeda-beda sesuai dengan regional yang diteliti. Contohnya di Perancis dengan CERC (Centre d’Etude des revenues et des Couts) membuat proporsi orang-orang yang mudah terkena eksklusi hingga yang jauh dari terkena eksklusi dengan kombinasi tiga elemen yaitu relasi sosial dengan keluarga, partisipasi kativitas kelompok atau asosiasi dan dukungan relasional. Masyarakat yang tidak mudah terkena eksklusi adalah yang memiliki ikatan keluarga yang kuat, dan berpartisipasi dalam kegiatan asosiasi, sedangkan vulnerable people adalah orang yang berada pada ikatan keluarga yang lemah dan kategori ketiga yatu very vulnerable people yaitu orang yang terkena eksklusi sosial. Tabel silang digunakan untuk melihatrelasi dan distribusi eksklusi sosial. Aksis horisontal adalah elemen eksklusi sosial, yaitu sosial, ekonomi, dan politik dan vertikal adalah kategori yang berbeda, seperti individu, kelompok sosial, negara, dan wilayah. Ketidakmampuan dalam sosial, ekonomi, dan politik dapat memengaruhi individu, kelompok etnis dan sosial tertentu, dan seluruh masyarakat. Ketidakmampuan sosial kelompok dan identitas sosial tertentu berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam literatur eksklusi sosial, kategori-kategori seperti individu, kelompok sosial, dan masyarakat nasional dipelajari sebagai analisis eksklusi terhadap kelompok tertentu seperti halnya debat mengenai marginalisasi. Ilustrasi komponen eksklusi sosial yang berbeda mengambil kasus kategori I yang spesifik, yaitu individu. Persepsi eksklusi individu dapat diekspresikan dalam konteks tiga 10 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] bentuk ketidak unggulan: ekonomi (upah rendah), sosial (ikatan sosial terhadap keluarga dan komunitas yang kurang), dan politik (hak politik dan hukum yang kurang). Kategori II, atau kelompok sosial, dapat memasukkan kategori spesifik yang dapat bervariasi di setiap negara. Dari perspektif regional, globalisasi dapat dilihat sebagai proses dialektika yang terdapat integrasi yang meningkat di antara negara-negara OECD dan negara industri baru, namun marginalisasi di benua Afrika. ILO (1995) mendiskusikan proses marginalisasi Afrika dalam konterks aliran total FDI, partisipasi perdagangan dunia pembagian persentase GNP global. Eksklusi ekonomi telah meningkat di Afrika dan eksklusi sosial dalam bentuk ketidakamanan manusia juga meningkat selama 1980-an. Dengan mempertimbangkan proses deindustrialisasi di banyak negara, pencabutan sektor publik dan potongan drastis dalam pengeluaran publik pada pelayanan sosial sebagai bagian dari program pengaturan struktural. Dalam kasus eksklusi politik di Afrika, penyebaran bentuk politik demokrasi liberal tidak diasosiasikan dengan pemberian kekuasaan masyarakat secara nyata. Komponen eksklusi: ekonomi, sosial, dan politik membutuhkan pergerakan yang tidak pada arah yang sama. Individu dikaitkan kepada hak sosial tanpa kewarganegaraan. Alam situasi tersebut, pola perkembangan berdasarkan asal proses eksklusi. Seers (1969) mencatat bahwa untuk melakukan pembangunan, kemiskinan, pengangguran, dan inekualitas harus dikurangi. Dia berargumen bahwa jika satu atau dua dari masalah pokok tersebut telah memburuk, maka akan menjadi hal yang aneh untuk menyebutnya sebagai hasil pembangunan meskipun pendapatan per kapita meningkat. Situasi yang menentukan satu ketika eksklusi berkurang dalam hal ketiga aspek dan pembangunan yang berimbang dilakukan. Suatu negara atau masyarakat yang mengartikan kekayaan dalam konteks indikator ekonomi konvensional dapat memiliki realisasi yang rendah dari kesejahteraan dan kohesi sosial. Jadi, perubahan sosial dilihat menjadi tergantung pada pola pembangunan yang dipilih. Pada tingkat agregatif negara atau masyarakat, eksklusi sosial dan marginalisasi direfleksikan dalam asal institusi negara daripada individu. C. Pengukuran Eksklusi Sosial Seseorang dikatakan tereksklusi secara sosial jika dia tidak mampu berartisipasi dalam kegiatan ekonomi dasar dan sosial dalam masyarakat di mana dia berada. Dalam 11 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] spesifikasi Program Komisi Eropa penelitian ekonomi yang ditargetkan, eksklusi sosial dideskripsikan sebagai disintegrasi dan fragmentasi relasi sosial dan kehilangan kohesi sosial. Bagi individu dalam kelompok tertentu, eksklusi sosial menunjukkan proses marginalisasi progresif yang mengarah pada deprivasi ekonomi dan bentuk yang beragam dari ketidakmampuan sosial dan ekonomi. Atkinson (1998) menyatakan bahwa eksklusi sosial tidak hanya sebuah konsekuensi pengangguran. Hal ini dikarenakan oleh pengangguran tidak memiliki penghasilan untuk membiayai standard kehidupan dan kemudian menjadi terksklusi secara sosial. Karena eksklusi sosial memasukkan aspek ekonomi, sosial, dan politik dalam kehidupan, hak tersebut adalah fenomena multidimensi. Karena dasar untuk meraih pilihan manusia adalah membangun kapabilitas manusia, kita juga dapat menginterpretasikan isu tersebut dalam hal pemungsian dan kapabilitas. Standard kehidupan dalam kerangka ini ditentukan oleh kesempatan terhadap fungsi kapabilitas dasar. Jika eksklusi sosial dilihat sebagai ketidakmampuan untuk mendapatkan kebutuhan yang bernilai untuk individu, maka hal ini merupakan sebuah kegagalan kapabilitas yang membuat pemikiran yang dapat dipertimbangkan. Eksklusi sosial mengimplikasi deprivasi dalam jangkauan indikator yang luas atau pemungsian standard kehidupan yang dapat berupa bentuk kuantitatif atau kualitatif. Tingkat ekslusi atau deprivasi seseorang dapat diukur menggunakan angka keberfungsian dari area di mana ia terekslusi. The European Community Household Panel Penjelasan untuk bahasan kali ini adalah mengenai pengukuran eksklusi sosial dengan menggunakan The European Community Household Panel (data ECHP). ECHP adalah standar pengukuran untuk mengumpulkan informasi mengenai standar hidup rumah tangga di negara-negara anggota EU dengan menggunakan definisi umum, metode pengumpulan informasi, dan prosedur editing. Hal-hal tersebut mengandung informasi tentang penghasilan, karakteristik sosial-ekonomi, relasi sosial, kondisi pekerjaan, status kesehatan, evaluasi subyektif mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dari lima belas negara anggota negara EU, kita tidak membahas Austria, Finlandia, Luxemburg, dan Swedia. Alasannya adalah data dari negara-negara tersebut tidak memenuhi standar ECHP. Kita juga tidak membahas Jerman dan Inggris dengan berbagai alasan tertentu. Pengukuran eksklusi sosial pada negara- 12 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] negara tersebut tidak menggunakan ECHP, melainkan menggunakan survei nasional, SOEP, dan BHPS. Di dalam EHCP, yang menjadi unit analisa adalah individu. Aspek-aspek dalam pengukuran EHCP untuk individu adalah kesulitan financial, konsumsi dan kebutuhan utama, kondisi rumah, lama hidup, kontak sosial dan partisipasi, dan kepuasan hidup. Selain itu ada empat belas indikator yang dikemukakan oleh Eurostat (2000), yang digunakan untuk menganalisa refleksi aspek negatifmengenai mayoritas penduduk negara anggota EU; perbandingan internasional dan intertemporal; dan hubungan antara jaringan dengan kemiskinan. Empat belas indikator yang dimaksud adalah: Kesulitan finansial: 1. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang melarat. 2. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang penuh dengan tunggakan. Keperluan dasar: 3. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat membeli makanan berupa daging, ikan, atau ayam. 4. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat membeli pakaian baru. 5. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat berlibur di akhir pecan. Kondisi rumah: 6. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang hidup tanpa mandi dan siraman air. 7. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang hidup di rumah dengan lantai basah. 8. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang mempunyai rumah sempit. Ketahanan: 9. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak mempunyai mobil karena mempunyai masalah finansial. 10. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak mempunyai telepon karena mempunyai masalah finansial. 11. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak mempunyai TV berwarna karena mempunyai masalah finansial. Kesehatan: 12. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang mempunyai kesehatan buruk. Kontak Sosial: 13. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat bertemu teman atau kerabat lebih dari satu bulan. Ketidakpuasan: 14. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak puas dengan pekerjaan atau aktifitas utama mereka. Indikator-indikator di atas memang secara tidak langsung menyiratkan bahwa orang dengan penghasilan tinggi dapat meningkatkan kesehatannya. Namun bukan berarti sosialindikator tersebut mengatakan bahwa orang dengan penghasilan rendah sudah pasti memiliki 13 November 3, 2010 [KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL] kapasitas minimum dalam kehidupannya. Contohnya adalah orang dengan penghasilan rendah sama dengan orang yang bernutrisi buruk. Padahal orang dengan penghasilan rendah tidak sama dengan orang yang bernutrisi buruk. Karena pada dasarnya, dimensi dari setiap kehidupan manusia haruslah mutually exclusive. 14