Konstruksi Indikator ekslusi sosial

advertisement
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
REVIEW KESENJANGAN DAN EKSKLUSI SOSIAL
Sumber:

Berman & Philips. 2000. Sosials of sosial quality and sosial exclusion at national and
community level.

Bhalla & Lapeyre. 2004. Poverty and Exclusion in a Global World (ch. 2. Towards
and analytical).

Chakravarty & D’Ambrosio. 2006. The measurement of sosial exclusion.
Konstruksi Indikator-Indikator Eksklusi Sosial
A. Socials of Social Quality and Social Exclusion at National and Community Level
Terdapat dua pendekatan yang berevolusi ke dalam indikator pergerakan sosial.
Pertama, menggunakan kombinasi dan pengukuran objektif yang mana diketahui dapat
memberikan
pengaruh
kesempatan
hidup
dan
tingkat
kepuasan
(kemiskinan,
ketidakmampuan, polusi, dll). Kedua, menggunakan sesuatu yang lebih holistik dan melalui
pendekatan subjektif. Kedua pendekatan ini mempunyai metedologi yang sulit tetapi
keduanya tidak memastikan adanya hubungan positif dari indikator subjektif dan objektif.
Indikator objektif menggunakan “hard data” untuk mengukur sesuatu, misalnya kualitas
hidup. Sedangkan indikator subjektifnya mempunyai pengukuran yang lebih natural dalam
orientasinya. Gagasan perbedaan yang terlihat merupakan pusat identitas sosial yang tidak
hanya berada dalam tingkat nasional tetapi juga dalam konsepsi masyarakat lainnya.
Sosial Exclusion
Silver menyatakan bahwa pendekatan eksklusi sosial di masyarakat adalah
keseluruhan dengan menghilangkan nilai kolektif dan penghancuran tatanan sosial. Dalam
“Life-trajectory” Parson, eksklusi menyebabkan perbedaan tempat dan perbedaan cakupan
sosial. Eksklusi merupakan suatu rangkaian yang mana meninggalkan standard pada individu
mengenai “sosial-no-mans-land”
1
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
Saraceno menulis suatu fenomena secara umum yang menyatakan bahwa eksklusi
sosial merupakan bentuk ekspresi dari disintegrasi sosial dan pendirian dari keteraturan soial.
Eksklusi berdampak pada konteks yang lebih spesifik yaitu negara dan isu-isu lokal mengenai
hak, relevansi sosial dan pengalaman individu. Hal ini merupakan multidimensi yang
mungkin memerlukan perbedaan indikator sosial untuk menggambarkan keberadaan antara
kedua level tersebut.
Sosial quality
Eksklusi dan inklusi sosial menyediakan suatu wacana pendekatan multi-dimensi
untuk mengetahui kualitas hidup melalui kemiskinan tetapi walaupun hal ini sudah dianalisis
oleh kebijakan Uni Eropa dan pendidikan sebagai suatu yang terlalu sempit yang didasarkan
sebagai basis dari pembangunan lokal yang efektif, nasional dan kebijakan sosial di Eropa.
Empat elemen dari kualitas sosial yang telah teridentifikasi adalah :
1. Sosial ekonomi, yang mengacu pada inti dari kebutuhan suatu masyarakat dengan
cara memberikan perhatian tentang keberadan mereka sehari-hari yang dialamatkan
melalui perbedaan sistem dan struktur untuk ketentuan kesejahteraan.
2. Inklusi sosial adalah hubungan dengan prinsip dari kesetaraan dan ekuitas dan
penyebab dari suatu struktur terhadap eksistensi keberadaan mereka. Tujuan dari level
dasar ini adalah membantu mendukung infrastruktur, kondisi tenaga kerja, dan
kepemilikan kolektif yang mana menyebabkan mekanisme eksklusi dapat
diminimalisasi.
3. Kohesi sosial fokus terhadap proses mengenai pembuatan, mempertahankan atau
menghancurkan jaringan sosial dan infrastruktur sosial yang mendasari jaringan ini.
Suatu tingkat yang memadai kohesi sosial merupakan salah satu yang memungkinkan
warga untuk eksis sebagai subyek manusia yang nyata, sebagai makhluk sosial.
4. Empowerment/disempowerment,
merupakan
realisasi
dari
kompetensi
dan
kemampuan manusia dalam suatu keteraturan untuk sepenuhnya ikut berpartisipasi
dalam proses tindakan ekonomi, sosial, politik, dan budaya.
Social Quality: Conceptual Issues
Ada empat elemen yang terdapat dalam kualitas sosial. Pertama adalah perlindungan
sosial-ekonomi atau tidak adanya perlindungan sosial-ekonomi, kedua yaitu inklusi sosial
atau eksklusi sosial, elemen ketiga adalah kohesi sosial/anomie dan yang elemen yang
2
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
terakhir adalah empowerment/disempowerment. Keempat elemen ini memiliki hubungan dan
merupakan satu kesatuan. Socio-economic security/insecurity ada di tingkat makro dengan
fokus kepada institusi atau organisasi. Hal ini bisa digambarkan dengan negara sebagai
institusi yang membuat sebuah regulasi demi kepentingan warganya. Setiap warganya harus
mendapatkan perlindungan sosial dan juga ekonomi. Lain halnya dengan empowerment atau
potensi SDA individu atau disempowerment yang bermain di tingkat mikro dengan fokus
pada komunitas, kelompok. Komunitas dapat menggerakkan individu untuk memunculkan
potensi yang ada di dalam diri individu untuk terus berpotensi dan berpartisipasi di dalam
komunitasnya. Elemen yang lain yaitu kohesi sosial bergantung pada infrastruktur sosial dan
institusi sosial yang menyediakan akses atas barang dan
jasa publik dengan tetap
menitikberatkan pada tingkat komunitas. Bagaimana regulasi yang juga ditentukan dari level
makro dalam hal ini negara dapat mempengaruhi kohesivitas kelompok atau komunitas.
Kohesivitas juga tidak terlepas dari level mikro di mana tindakan yang dilakukan oleh
individu akan mempengaruhi kohesivitas kelompoknya. Berbeda lagi dengan eksklusi sosial
yang dipengaruhi oleh infrastruktur di mana infrastruktur ini dapat mengurangi atau bahkan
menambah eksklusi yang terjadi di masyarakat. Akan tetapi sebenarnya eksklusi/inklusi
sosial dapat bermain di tingkat makro ataupun mikro dan juga berfokus pada
komunitas/kelompok ataupun di dalam institusi/organisasi. Individu dapat terekslusi ketika ia
misalnya berada di suatu komunitas ia tidak mendapatkan hak seperti anggota komunitas
yang lain. Di lain pihak regulasi yang dibuat oleh pemerintah di level makro juga tetap akan
mempengaruhi eksklusi sosial ketika ia tidak mendapat jaminan sosial seperti seharusnya.
Regulasi yang dibuat ini justru akan membuat individu tereksklusi.
Demos and Ethnos
Cara lain yang dapat digunakan dalam untuk melihat elemen kualitas sosial dan juga
eksklusi sosial adalah dengan kembali melihat arti dari terminologi tersebut. Kualitas sosial
adalah sesuatu yang berkaitan dengan warga negara yang berpartisipasi di bidang sosial dan
ekonomi dalam komunitas mereka sedangkan eksklusi sosial berhubungan dengan sesuatu
yang terlepas dari keteraturan sosial. Delanty mengemukakan mengenai konsep “demos” dan
“ethnos”. Demos digambarkan sebagai sesuatu yang berada di level makro termasuk di
dalamnya adalah nation-state atau masyarakat. Semua anggota yang ada di dalam nationstate menjadi bagian dari state. Eisenstadt mengungkapkan bahwa konsep dari nation-state
ini memerlukan kesesuaian dari budaya dan juga identitas politik yang ada di suatu negara.
Budaya dan juga identitas politik menjadi suatu gambaran tersendiri terhadap keadaan yang
3
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
berlangsung di suatu negara. Nation-state hendaknya menyediakan akses yang mudah
dimasuki bagi pada warganya. Menurut Baubock mulitikultutal yang ada di dalam suatu
negara justru akan membatasi universalisme itu sendiri. Misalnya seperti yang terjadi di
negara Eropa di mana tranmigrasi dan perubahan yang terjadi pada negara menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi negara yang bersangkutan. Banyaknya pendatang baru di negara
tersebut mempersulit pemerintah untuk melakukan regulasi yang diperuntukkan bagi warga
negaranya. Lihat saja di Austria, di negara ini jika seorang anak yang dilahirkan dari orangtua
yang bukan warga negara Austria maka akan sulit untuk mendapatkan pengakuan sebagai
warga negara walaupun ia lahir di Austria. Implikasinya adalah anak tersebut akan sulit untuk
mendapatkan pendidikan dan pekerjaan karena tertahan oleh hukum yang berlaku. Eksklusi
sosial di negara-negara modern adalah fakta sosial yang tidak bisa dihindari.
Yang dimaksudkan dengan ethnos adalah ketika individu menjadi bagian dari
komunitas yang ada di lingkungannya. Ethos ini kemudian dibentuk atau ditekankan melalui
pergerakan postmodern. Ciri dari munculnya postmodern adalah ketika perbedaan mengalami
perkembangan. Perbedaan akan lebih mendominasi dibandingkan dengan persamaan.
Desentralisasi, apa yang terjadi di tingkat lokal dan hubungan komunal, kolektivitas,
pragmatisme juga menjadi ciri-ciri dari postmodern yang memungkinkan bagi individu untuk
masuk ke dalam komunitasnya. Hal-hal yang berbau etnis, agama, regional dan kelompok
linguistik menarik cukup banyak perhatian dari masyarakat. Hubungan individu dengan
komunitasnya ini juga menjadi objek analisa.
Community
Dalam masyarakat modern, komunitas yang ada adalah yang memiliki kecenderungan
kesamaan kepentingan dan juga keterampilan yang sama. Akan tetapi jika kita memasukkan
unsur post-modern maka komunitas yang terbentuk juga dapat dikaitkan dengan etnis, agama,
bahasa, gender, dan tak ketinggalan usia. Melluci menyebutkan bahwa pada masyarakat
kompleks tidak dapat membentuk nasionalitas anggotanya dan identifikasi anggota yang
terbentur oleh kepentingan pribadi anggotanya. Masyarakat kompleks yang notabenenya
terdiri dari berbagai latar belakang yang berbeda akan membentuk kepentingan-kepentingan
yang berbeda di mana individu tersebut perlu memenuhi keperluannya sehingga dapat
mengakibatkan terbenturnya dengan nasionalitas dan identifikasi bangsa. Hal ini juga akan
menyebabkan segi etnis dalam suatu komunitas akan lebih dipentingkan. Komunitas di Eropa
Barat berkembang berdasarkan kerangka pemikiran sosial-demografis diantaranya adalah
petumbuhan komunitas di Eropa Barat merupakan tantangan tersendiri bagi negara yang
4
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
bersangkutan karena negara harus bertanggung jawab akan hak sosial yang telah menurun
dalam komunitas. Kedua, komunitas menawarkan alternatif bentuk identifikasi yang
memungkinkan individu di luar kelompok dapat hidup berdampingan namun individu di luat
kelompok ini tetap membentuk komunitas sendiri yang bedasarkan kesamaan yang mereka
miliki. Ketiga, berkaitan dengan hubungan interpersonal dengan masyarakat, komunikasi
masa di mana komunitas yang terbentuk berdasarkan kesamaan yang sama dan juga identitas
diri mereka. McMillan dan Chavis mengidentifikasi empat elemen yang melengkapi
komunitas: keanggotaan; pengaruh; integrasi dan pemenuhan kebetuhan; berbagi rasa
emosional. Keempat elemen ini mempengaruhi hubungan individu dengan komunitasnya.
Implikasi hubungan ini adalah individu memiliki kewajiban untuk berpartisipasi di dalam
komunitasnya sehingga eksklusi sosial ataupun inklusi dipengaruhi oleh partisipasi ini.
Social Exclusion Socials
Tujuan dari subab ini adalah untuk mengidentifikasi indikator eksklusi sosial yang
berada pada level nation-state (Demos) dan juga di level komunitas (Ethos). Pada level ethos,
subjektif dan indikator holistik lebih menonjol. Bauer menggambarkan mengenai definisi dari
indikator sosial yaitu suatu bentuk bukti yang memungkinkan kita untuk menilai di mana kita
berdiri dan ke mana kita pergi dengan tetap berfokus pada nilai dan tujuan kita. Indikator
eksklusi sosial pada level nation-state atau Demos akan mengukur tingkat ineksesbilitas hak
dan pelayanan masyarakatnya bagi mereka yang seharusnya mendapatkan akses. Jika akses
yang seharusnya didapatkan oleh warga negara namun pada kenyataannya jika ada eksklusi
yang terjadi di dalam masyarakat maka level nation-statelah yang harus mengambil tindakan.
Eksklusi sosial yang ada di dalam negara bisa dalam bentuk tidak mendapatnya akses bagi
warga negara, terabaikannya pelayanan yang seharusnya didapat oleh warga negara. Hal yang
seharusnya didapatkan oleh warga negara diantaranya adalah terkait dengan keamanan sosial,
pekerjaan, tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, pelayanan publik dan juga inklusi sosial
serta inklusi politik. Pada level Ethnos, ekslusi sosial diukur berdasarkan identifikasi dan juga
partisipasi yang dilakukan oleh individu, bagaimana ia berinteraksi dan berhubungan antara
individu dengan komunitasnya. Adanya eksklusi sosial dalam suatu komunitas dapat
menggambarkan ikatan yang terjadi di antara anggota di dalamnya. Jika ada eksklusi yang
terjadi maka bisa digambarkan bahwa ikatan yang ada di komunitas atau kelompok tersebut
rendah dan ini adalah kelemahan bagi mereka.
5
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
Eksklusi Sosial: Masyarakat dan Komunitas
Bagian di atas menunjukkan bahwa eksklusi merupakan fenomena berwajah banyak dan
berdampak pada tingkat nasional dan tingkat komunitas. Inklusi merupakan norma dalam
masyarakat. Misalnya, kewarganegaraan, memiliki pekerjaan, rumah, finansial. Hubungan
dalam identifikasi antara nasional dan tingkat komunitas dengan eksklsusi sosial telah
dirangkum pada figure 4. Empat karakteristik elemen pada figure 4 adalah sebagai berikut:
1. Masyarakat heterogen seperti di Amerika Serikat memiliki identitas komunitas dan
identitas sebagai Amerika. Namun, dalam masyarakat Amerika terdiri dari ItaliAmerika, Irlandia-Amerika, dan Yahudi Amerika
2. Di Eropa konsep kewarnegaraan bagi pendatang tidak diterima oleh pribumi sehingga
masyarakatnya hidup dalam kelompok etnis masing-masing. Seperti orang Turki di
Jerman dan orang Afrika Utara di Perancis. Kelompok tersebut membentuk
komunitasnya sendiri
3. Masyarakat homogen terbagi dalam komunitas desa dan komunitas kota
4. Kelompok marginal tanpa dukungan sosial memiliki kualitas sosial dalam level
terendah
Implikasi Kebijakan Kesejahteraan Sosial
Byrne mengatakan bahwa sistem negara kesejahteraan sosial di Eropa kontinental
lebih menekankan pada hak kewarganegaraan daripada hak komunitas, walaupun populasi
pendatang banyak di negara tersebut. Hal tersebut mengakibatkan adanya eksklusi sosial
terhadap komnunitas. Dengan menggunakan dua indikator sosial kita dapat membedakan
inklusi/eksklusi di tingkat komunitas dan nasional. Eksklusi nasional melibatkan pelayanan
kebutuhan formal masyarakat seperti pendidikan, bahasa, dan kesehatan. Tipe eksklusi ini
berkaitan dengan distribusi pelayanan yang tidak merata sehingga diperlukan peningkatan
alokasi dana. Sedangkan, eksklusi sosial terjadi pada level komunitas yaitu alienasi,
kesendirian, dan tekanan sosial. Hal tersebut banyak terjadi di perkotaan ditandai dengan
meningkatnya orang yang terisolasi secara sosial tanpa kasih sayang dan dukungan dari
keluarga, kerabat, tetangga, dan teman. Dalam mengatasi hal tersebut, Etzioni mengusulkan
untuk merevitalisasi konsep komunitas.
6
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
Kesimpulan
Kualitas sosial adalah hal yang menentukan dalam mengembangkan dan
mengoperasionalisasikan konsep inklusi atau eksklusi. Kualitas sosial dapat diukur dengan
indikator tertentu yang digunakan sebagai analisis pada tingkat nasional dan komunitas.
Dalam mengidentifikasi eksklusi sosial di masyarakat diperlukan dua indikator yang saling
berhubungan yaitu inklusi/eksklusi tingkat nasional (cakupan wilayah negara) seperti
kewarganegaraan dan tingkat komunitas seperti perbedaan dan keunikan identitas sosial
(identifikasi komunitas dan partisipasi).
B. Towards an Analytical and Operational Framework
Berdasarkan aspeknya, eksklusi dapat dilihat secara dimensi distribusional (ekonomi)
dan relasional (sosial dan politik). Dimensi tersebut berfungsi sebagai indikator eksklusi
sosial sehingga dapat dirasakan dan diukur. Eksklusi berkaitan dengan kemiskinan yang
termasuk dimensi distribusional tetapi hal tersebut (kemiskinan) juga dapat dilihat secara
relasi sosial. Kelompok miskin tidaknya terkslusi dari masyarakat secara ekonomi, tetapi juga
secara sosial dan politik.
Permasalahan Distribusional dan Relasional
Kemiskinan bukan hanya permasalahan distribusional yaitu tertutupnya akses
ekonomi, tetapi juga berkaitan dengan isu relasi seperti terpisahnya ikatan sosial di dalam
keluarga, teman, komunitas lokal, pelayanan negara, dan individu di dalam institusi sosial.
Misalnya permasalahan kemiskinan tidak hanya berdimensi distribusional, tetapi berkaitan
dengan pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan dasar manusia lainnya. Hak properti atas
kepemilikan, kontrol, dan akses melibatkan relasi sosial. Relasi sosial dan struktur dari hak
properti menentukan kesehatan dan pendapatan di dalam masyarakat. Tetapi relasi sosial
dipengaruhi oleh faktor ekonomi seperti kesenjangan pendapatan. Relasi antara negara dan
individu atau kelompok sosial dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi yang diatur oleh otoritas
negara atau pemerintah. Dimensi distribusional dan relasional di negara industri/maju
berbeda dengan di negara berkembang. Misalnya relasi antara individu dengan keluarga dan
kerabat jauh lebih penting dan kuat di negara berkembang dibandingkan dengan kasta, kelas
sosial, dan gender yang menentukan posisi sosial dan relasi individu dalam pasar tenaga
kerja.
7
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
Peran Modal Sosial
Kepercayaan dan jaringan sosial memainkan peran penting dalam pembentukan
modal sosial. Menurut Zucker, modal sosial berkaitan dengan analisis eksklusi sosial dan
integrasi sosial dimana individu berada di dalam keluarga dan agama, dan jaringan dan
institusi. Relasi sosial berkaitan dengan norma sosial, mekanisme, dan institusi yang didasari
oleh kepercayaan, seperti yang dikatakan oleh Lyons dan Mehta dengan sebuta ‘sosially
oriented trust’ (SOT). Namun Coleman menyebutnya dengan ‘self-interested trust’ (SIT)
dimana relasi sosial dipengaruhi antara norma sosial dan sanksi dan perilaku. Modal sosial
dapat berupa obligasi sosial dan ekspetasi yang kuat terhadap jaringan keluarga, teman, dan
kerabat dapat memberikan jaminan kepada individu seperti saluran informasi formal dan
informal dalam mencari pekerjaan, dan keringanan biaya.
Seperti eksklusi sosial, modal sosial juga dapat diukur dengan indikator, misalnya
civil society diukur dari ukuran (jumlah anggota), intensitas di dalam kelompok untuk
mengukur solidaritas dan kohesi sosial.
Kerangka Pemikiran
Untuk operasionalisasi konsep eksklusi, diperlukan alat bantu untuk melihat progress
yang dapat diukur dan di monitor. Seperti halnya dampak dari kebijakan pemerintah.,
perbaikan kondisi dan situasi hanya bisa diukur dan kekurangan dapat diidentifikasi dengan
benar. Tidak hanya berbicara keberhasilan yang dicapai namun juga kekuarangan sosial yang
digunakan. Hal ini akan memberikan pemahaman yang berbeda, ketika kemiskinan dianggap
sudah menurun namun yang terjadi sosial pengukuran yang tidak lengkap. Memang tidak
menutupi bahwa kekurangan metode untuk pengukuran mengenai eksklusi di suatu Negara
akan cenderung bertujuan politik demi berlangsungnya pemerintahan mendapatkan citra baik
mengurangi angka kemiskinan.
Sosial dianggap yang mendasari hal yang bersifat empiric di masyarakat. Dalam
memilih inidkator terdiri dari tiga level atau tingkatan yaitu level satu yaitu mengawali sosial
dengan isu yang besar dan utama seperti ketimpangan pendapatan, pendidikan yang rendah.
Level dua mencari sosial lain yang mendukung level pertama, berasal dari dimensi lain untuk
melihat intensitas kemiskinan dan eksklusi sosial. level tiga, memasukkan sosial yang bersifat
nasional ke dalam local, berguna juga untuk menginteerpretasikan level satu dan dua. Ketiga
rangkaian ini tidak berdiri sendiri, melainkan ada yang saling overlapping, bisa menjadi satu
8
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
kelompok indikator. Yang menjadi tujuan utama dalam literatur ini yaitu mengerjakan
pembuatan data yang berlaku dan index untuk mengukur komponen yang berbeda dari
eksklusi sosial. perlu diingat eksklusi sosial tidak hanya berbicara mengenai ketimpangan
pendapatan, melainkan juga proses didalamnya, seperti keterbatasan akses untuk
mendapatkan sumber daya dalam aspek sosial, ekonomi maupun politik. Banyak kasus,
sosial sosial lebih membantu daripada ekonomi untuk melihat eksklusi karena berhubungan
dengan struktur di masyarakat, pranata sosial yang menopang di masyarakat. Informasi juga
berpotensi untuk mengeksklusikan seseorang, maka dengan demikian sosial sosial dapat
berperan penting dalam melihat proses eksklusi di masyarakat.
Dalam kerangka pemikiran mengenai eksklusi juga, perlu melihat deprivasi-relasi
sosial. relasi sosial ini melihat structural di masyarakat secara permanent dan antar generasi.
Tekanan yang kuat juga untuk membentuk indeks yang merupakan kombinasi dari item ke
dalam single numerical skor yang berisikan berbagai komponen/sub point yang diukur dan
dikombinasikan ke dalam satu pengukuran. Indeks ini bisa merupakan kumpulan aspek
ekonomi, sosial dan politik saja, ataupun gabungan atau kombinasi antara dua aspek yang
berbeda. Untuk memberikan arahan pada kebijakan pemerintah maka baik digunakan
kumpulan set aspek ekonomi – sosial. Aspek ekonomi, tidak hanya membandingkan
pendapatan perkapita, namun juga mengidentifikasi perbedaan tingkat kemiskinan dan
identifikasi aspek distribusional keperluan rumah tangga. Oleh karena kemiskinan pada
daerah X misalnya akan berbeda dengan taraf kemiskinan di daerah Y walaupun masih dalam
satu Negara. Aspek sosial terdiri dari tiga tipe atau jenis yaitu akses untuk mendapatkan
pelayanan dan barang publik, akses untuk pasar tenaga kerja dan partisipasi sosial. ketiganya
juga saling berkaitan di masyarakat. Dan yang terakhir yaitu aspek politik, seperti partisipasi
mengikuti pemilihan umum, partisipasi membuat keputusan di masyarakat. Komposisi dari
index aspek politik terdiri dari lima yaitu keamanan pribadi, aturan hokum, kebebasan
berekspresi, partisipasi politik dan ketimpangan kesempatan. Sifat dari aspek ekonomi lebih
universal, sedangkan untuk aspek sosial dan politik akan spesifik dengan cultural dimasingmasing tempat. Pada akhirnya sosial sosial, ekonomi dan politik saling berkorelasi, seperti
tingkatan hak asasi manusia mungkin berasosiasi dengan standar hidup individu, rata-rata
pendapatan, etnis dan religius.
9
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
Untuk mengkuantifikasikan eksklusi sosial bukanlah hal yang mudah untuk
dilakukan. Contoh yaitu perangkat sosial yang digunakan oleh European commission pada
tahun 2001 untuk mengatasi masalah eksklusi, yaitu
1. rata-rata pendapatan rendah
2. distribusi pendapatan
3. pendapatan rendah yang terus terjadi
4. nilai tengah gap pendapatan yang rendah
5. kohesi regional
6. rata-rata penggangguran dengan jangka waktu yang lama
7. orang yang hidup dengan tidak memiliki pekerjaan
8. tinggal sekolah
9. ekspektasi hidup
10. status kesehatan
sosial ini akan berbeda-beda sesuai dengan regional yang diteliti. Contohnya di Perancis
dengan CERC (Centre d’Etude des revenues et des Couts) membuat proporsi orang-orang
yang mudah terkena eksklusi hingga yang jauh dari terkena eksklusi dengan kombinasi tiga
elemen yaitu relasi sosial dengan keluarga, partisipasi kativitas kelompok atau asosiasi dan
dukungan relasional. Masyarakat yang tidak mudah terkena eksklusi adalah yang memiliki
ikatan keluarga yang kuat, dan berpartisipasi dalam kegiatan asosiasi, sedangkan vulnerable
people adalah orang yang berada pada ikatan keluarga yang lemah dan kategori ketiga yatu
very vulnerable people yaitu orang yang terkena eksklusi sosial.
Tabel silang digunakan untuk melihatrelasi dan distribusi eksklusi sosial. Aksis
horisontal adalah elemen eksklusi sosial, yaitu sosial, ekonomi, dan politik dan vertikal
adalah kategori yang berbeda, seperti individu, kelompok sosial, negara, dan wilayah.
Ketidakmampuan dalam sosial, ekonomi, dan politik dapat memengaruhi individu, kelompok
etnis dan sosial tertentu, dan seluruh masyarakat. Ketidakmampuan sosial kelompok dan
identitas sosial tertentu berbeda dari suatu masyarakat ke masyarakat lainnya. Dalam literatur
eksklusi sosial, kategori-kategori seperti individu, kelompok sosial, dan masyarakat nasional
dipelajari sebagai analisis eksklusi terhadap kelompok tertentu seperti halnya debat mengenai
marginalisasi.
Ilustrasi komponen eksklusi sosial yang berbeda mengambil kasus kategori I yang
spesifik, yaitu individu. Persepsi eksklusi individu dapat diekspresikan dalam konteks tiga
10
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
bentuk ketidak unggulan: ekonomi (upah rendah), sosial (ikatan sosial terhadap keluarga dan
komunitas yang kurang), dan politik (hak politik dan hukum yang kurang). Kategori II, atau
kelompok sosial, dapat memasukkan kategori spesifik yang dapat bervariasi di setiap negara.
Dari perspektif regional, globalisasi dapat dilihat sebagai proses dialektika yang
terdapat integrasi yang meningkat di antara negara-negara OECD dan negara industri baru,
namun marginalisasi di benua Afrika. ILO (1995) mendiskusikan proses marginalisasi Afrika
dalam konterks aliran total FDI, partisipasi perdagangan dunia pembagian persentase GNP
global. Eksklusi ekonomi telah meningkat di Afrika dan eksklusi sosial dalam bentuk
ketidakamanan manusia juga meningkat selama 1980-an. Dengan mempertimbangkan proses
deindustrialisasi di banyak negara, pencabutan sektor publik dan potongan drastis dalam
pengeluaran publik pada pelayanan sosial sebagai bagian dari program pengaturan struktural.
Dalam kasus eksklusi politik di Afrika, penyebaran bentuk politik demokrasi liberal tidak
diasosiasikan dengan pemberian kekuasaan masyarakat secara nyata.
Komponen eksklusi: ekonomi, sosial, dan politik membutuhkan pergerakan yang
tidak pada arah yang sama. Individu dikaitkan kepada hak sosial tanpa kewarganegaraan.
Alam situasi tersebut, pola perkembangan berdasarkan asal proses eksklusi. Seers (1969)
mencatat bahwa untuk melakukan pembangunan, kemiskinan, pengangguran, dan inekualitas
harus dikurangi. Dia berargumen bahwa jika satu atau dua dari masalah pokok tersebut telah
memburuk, maka akan menjadi hal yang aneh untuk menyebutnya sebagai hasil
pembangunan meskipun pendapatan per kapita meningkat. Situasi yang menentukan satu
ketika eksklusi berkurang dalam hal ketiga aspek dan pembangunan yang berimbang
dilakukan.
Suatu negara atau masyarakat yang mengartikan kekayaan dalam konteks indikator
ekonomi konvensional dapat memiliki realisasi yang rendah dari kesejahteraan dan kohesi
sosial. Jadi, perubahan sosial dilihat menjadi tergantung pada pola pembangunan yang
dipilih. Pada tingkat agregatif negara atau masyarakat, eksklusi sosial dan marginalisasi
direfleksikan dalam asal institusi negara daripada individu.
C. Pengukuran Eksklusi Sosial
Seseorang dikatakan tereksklusi secara sosial jika dia tidak mampu berartisipasi
dalam kegiatan ekonomi dasar dan sosial dalam masyarakat di mana dia berada. Dalam
11
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
spesifikasi Program Komisi Eropa penelitian ekonomi yang ditargetkan, eksklusi sosial
dideskripsikan sebagai disintegrasi dan fragmentasi relasi sosial dan kehilangan kohesi sosial.
Bagi individu dalam kelompok tertentu, eksklusi sosial menunjukkan proses marginalisasi
progresif yang mengarah pada deprivasi ekonomi dan bentuk yang beragam dari
ketidakmampuan sosial dan ekonomi. Atkinson (1998) menyatakan bahwa eksklusi sosial
tidak hanya sebuah konsekuensi pengangguran. Hal ini dikarenakan oleh pengangguran tidak
memiliki penghasilan untuk membiayai standard kehidupan dan kemudian menjadi terksklusi
secara sosial.
Karena eksklusi sosial memasukkan aspek ekonomi, sosial, dan politik dalam
kehidupan, hak tersebut adalah fenomena multidimensi. Karena dasar untuk meraih pilihan
manusia adalah membangun kapabilitas manusia, kita juga dapat menginterpretasikan isu
tersebut dalam hal pemungsian dan kapabilitas. Standard kehidupan dalam kerangka ini
ditentukan oleh kesempatan terhadap fungsi kapabilitas dasar. Jika eksklusi sosial dilihat
sebagai ketidakmampuan untuk mendapatkan kebutuhan yang bernilai untuk individu, maka
hal ini merupakan sebuah kegagalan kapabilitas yang membuat pemikiran yang dapat
dipertimbangkan. Eksklusi sosial mengimplikasi deprivasi dalam jangkauan indikator yang
luas atau pemungsian standard kehidupan yang dapat berupa bentuk kuantitatif atau kualitatif.
Tingkat ekslusi atau deprivasi seseorang dapat diukur menggunakan angka keberfungsian
dari area di mana ia terekslusi.
The European Community Household Panel
Penjelasan untuk bahasan kali ini adalah mengenai pengukuran eksklusi sosial dengan
menggunakan The European Community Household Panel (data ECHP). ECHP adalah
standar pengukuran untuk mengumpulkan informasi mengenai standar hidup rumah tangga di
negara-negara anggota EU dengan menggunakan definisi umum, metode pengumpulan
informasi, dan prosedur editing. Hal-hal tersebut mengandung informasi tentang penghasilan,
karakteristik sosial-ekonomi, relasi sosial, kondisi pekerjaan, status kesehatan, evaluasi
subyektif mengenai kesehatan, dan lain sebagainya. Dari lima belas negara anggota negara
EU, kita tidak membahas Austria, Finlandia, Luxemburg, dan Swedia. Alasannya adalah data
dari negara-negara tersebut tidak memenuhi standar ECHP. Kita juga tidak membahas
Jerman dan Inggris dengan berbagai alasan tertentu. Pengukuran eksklusi sosial pada negara-
12
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
negara tersebut tidak menggunakan ECHP, melainkan menggunakan survei nasional, SOEP,
dan BHPS.
Di dalam EHCP, yang menjadi unit analisa adalah individu. Aspek-aspek dalam
pengukuran EHCP untuk individu adalah kesulitan financial, konsumsi dan kebutuhan utama,
kondisi rumah, lama hidup, kontak sosial dan partisipasi, dan kepuasan hidup. Selain itu ada
empat belas indikator yang dikemukakan oleh Eurostat (2000), yang digunakan untuk
menganalisa refleksi aspek negatifmengenai mayoritas penduduk negara anggota EU;
perbandingan internasional dan intertemporal; dan hubungan antara jaringan dengan
kemiskinan. Empat belas indikator yang dimaksud adalah:
 Kesulitan finansial: 1. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang melarat.
2. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang penuh dengan tunggakan.
 Keperluan dasar: 3. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat
membeli makanan berupa daging, ikan, atau ayam. 4. Standar Persons mengenai
kehidupan rumah tangga yang tidak dapat membeli pakaian baru. 5. Standar Persons
mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat berlibur di akhir pecan.
 Kondisi rumah: 6. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang hidup tanpa
mandi dan siraman air. 7. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang hidup
di rumah dengan lantai basah. 8. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang
mempunyai rumah sempit.
 Ketahanan: 9. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak mempunyai
mobil karena mempunyai masalah finansial. 10. Standar Persons mengenai kehidupan
rumah tangga yang tidak mempunyai telepon karena mempunyai masalah finansial. 11.
Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak mempunyai TV berwarna
karena mempunyai masalah finansial.
 Kesehatan: 12. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang mempunyai
kesehatan buruk.
 Kontak Sosial: 13. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak dapat
bertemu teman atau kerabat lebih dari satu bulan.
 Ketidakpuasan: 14. Standar Persons mengenai kehidupan rumah tangga yang tidak puas
dengan pekerjaan atau aktifitas utama mereka.
Indikator-indikator di atas memang secara tidak langsung menyiratkan bahwa orang
dengan penghasilan tinggi dapat meningkatkan kesehatannya. Namun bukan berarti sosialindikator tersebut mengatakan bahwa orang dengan penghasilan rendah sudah pasti memiliki
13
November 3, 2010
[KONSTRUKSI INDIKATOR EKSLUSI SOSIAL]
kapasitas minimum dalam kehidupannya. Contohnya adalah orang dengan penghasilan
rendah sama dengan orang yang bernutrisi buruk. Padahal orang dengan penghasilan rendah
tidak sama dengan orang yang bernutrisi buruk. Karena pada dasarnya, dimensi dari setiap
kehidupan manusia haruslah mutually exclusive.
14
Download