BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Sebelumnya / State of The Arts Tabel 2.1 Penelitian Sebelumnya I Judul Jurnal Pentingnya Peran Logo Dalam Membangun Brand Nama dan Tahun Angela Oscario (2013) Sumber Jurnal Humaniora – Brand Image Metodologi Kualitatif Hasil Penelitian Brand merupakan aset yang tak terwujud, dalam brand terdapat logo yang mencerminkan sebuah brand. Di dalam brand, logo merupakan hal yang penting, tetapi masih banyak yang tidak sadar akan pentingnya logo dalam membangun sebuah brand. Hubungan Penelitian Dalam penelitian ini memilih jurnal diatas, karena berkaitan dengan penelitian ini karena menjelaskan pentingnya sebuah logo pada brand. Sumber: Binus Library, 2013 Table 2.2 Penelitian Sebelumnya II Judul Jurnal Model Pelestarian Lingkungan Hidup Berbasis Teknologi Informasi Pada Aktivitas Sosialisasi Berbasis Masyarakat Sebagai Sentra Partisipan Nama dan Tahun Wahyu Sardjono (2011) Sumber Jurnal Comtech Metodologi Kualitatif Hasil Penelitian Dalam merancang model sosialisasi diawali dengan analisis kebutuhan sosialisasi pelestarian lingkungan hidup dan prioritas pada lembaga yang terkait, kemudian diakhiri dengan melakukan perbandingan dan evaluasi tentang sosialisasi yang telah dilakukan dengan yang seharusnya dilakukan Hubungan Penelitian Dari jurnal diatas, dikaitakan dengan penelitian ini bahwa sebelum melakukan kegiatan sosialisasi maka harus mengetahui dulu apa yang menjadi kebutuhan publiknya setelah itu mengevaluasi hasil dari sosialisasi yang telah dilakukan tersebut. Sumber: Binus Library, 2011 Table 2.3 Penelitian Sebelumnya III Judul Jurnal White Logistic Univeills New Look After Rebranding Nama dan Tahun Anonymous (2011) Sumber Trade Journals – Gardening and Horticulture Metodologi Kualitatif Hasil Penelitian Perusahaan distribusi motor terbesar di Inggris melakukan upaya rebranding dengan cara mengganti logo perusahaan mereka menjadi warna biru dan putih serta memiliki filosofi tersendiri dari logo baru tersebut, selain itu upaya rebranding pada logo ini bertujuan untuk menarik pelanggan baru dan menjaga loyalitas pelanggan. Alasan lain perusahaan ini melakukan rebranding karena perusahaan distribusi motor ini sangat terkenal di Inggris sehingga harus membuat satu perubahan pada perusahaannya tak hanya di logo perubahan pun dilakukan pada website resmi perusahaan distribusi motor ini. Hubungan Penelitian Hubungan antara jurnal diatas dengan penelitian ialah karena sama-sama melakukan rebranding pada logo perusahaan agar menjaga loyalitas dan adanya perubahan filosofi pada logo baru. Sumber: Proquest, 2011 Tabel 2.4 Penelitian Sebelumnya IV Judul Jurnal (Re)Branding As a Fundamental Prerequisite Future Development of Montenegrin Tourism Nama dan Tahun Andela Jaksic Stojanovic (2013) Sumber Journal of Arts and Humanities Metodologi Kualitatif Hasil Penelitian Dalam melakukan rebranding faktanya adalah bahwa nama, logo dan slogan menjadi hal yang sangat penting dalam melakukan rebranding ini. Hal-hal tersebut menjadi sangat penting untuk mengidentifikasi keuntungan dan kerugian dari rebranding yang dilakukan dengan cara branding sistem Montenegro. Hubungan Penelitian Penelitian sebelumnya ini memliki hubungan dengan penelitian yang dilakukan, dimana dalam melakukan rebranding sangat penting memikirkan logo, nama dan slogan dan juga adanya sistem setelah melakukan rebranding untuk disosialisasikan kepada publik internal dan untuk mendapat keuntungan dari rebranding yang telah dilakukan. Sumber : Proquest, 2013 Tabel 2.5 Penelitian Sebelumnya V Judul Jurnal The Impact of Corporate Rebranding on The Firm’s Market Value Nama dan Tahun Branca, Sofia Ana dan Maria Rosa Borges (2011) Sumber International Journal of Latest Trends in Finance and Economic Sciences Metodologi Kuantitatif Hasil Penelitian Rebranding menciptakan nama, istilah dan simbol baru dengan tujuan untuk mengembangkan posisi bisnis yang ada. Dalam melakukan rebranding maka perusahaan harus memiliki perbedaan dari perusahaan lainnya agar citra perusahaan tetap baik dimata publik, dengan rebranding yang dilkukan perusahaan harus lah memiliki identitas dari merek baru yang dimilikinya. Hubungan Penelitian Dari jurnal diatas, hubungannya dengan penelitian ini adalah PT JGC memiliki perbedaan dari perusahaan EPC lainnya dimana perusahaan ini sudah memiliki nama baik dimata eksternal pasca rebranding yang dilakukan dan juga memiliki identitas sendiri. Sumber : Google Scholars 2.2 Landasan Konseptual Dalam penelitian ini teori yang digunakan sesuai dengan judul skripsi ini “Sosialisasi Perubahan Filosofi Logo PT JGC Indonesia Pada Publik Internal Perusahaan”, maka penelitian ini menggunakan teori dasar/umum yang dapat dipakai dalam bahasa skripsi kali ini yakni diantara; 2.2.1 Komunikasi Komunikasi merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia sangat dipengaruhi oleh komunikasi. Dimana manusia tidak dapat hidup sendiri dan tentunya memerlukan komunikasi untuk mempertahankan kelangsungan hidup. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin yaitu communis yang berarti ‘”sama”, communico, communication, atau communicare yang berarti “membuat sama” (to make common) (Mulyana, 2005). Sedangkan menurut (Rohim, S, 2009) dalam bukunya yang berjudul Teori Komunikasi: Perspektif:Ragam dan Aplikasi, menjelaskan bahwa komunikasi merupakan suatu hal yang sangat mendasar dalam kehidupan manusia dan bahkan komunikasi telah menjadi suatu fenomena bagi terbentuknya suatu masyarakat atau komunitas yang terintegrasi oleh informasi, dimana masing-masing individu dalam masyarakat itu sendiri saling berbagi informasi untuk mencapai tujuan bersama. Secara sederhana komunikasi dapat terjadi apabila ada kesamaan antara penyampaian pesan dan orang yang menerima pesan. Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi tidak terlepas dari kegiatan manusia karena komunikasi merupakan proses penyampaian pesan dari pengirim kepada penerima. Komunikasi dapat diterapkan untuk dapat melakukan proses kontak sosial dengan lingkungan sekitar dalam melakukan sosialisasi pun komunikasi menjadi hal yang sangat penting agar tercipatanya sosialisasi yang baik. 2.2.2 Tujuan Komunikasi (Agus Hermawan, 2012) terdapat empat tujuan komunikasi yaitu: 1. Menemukan Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) adalah saat kita berkomunikasi dengan orang lain maka kita harus mengenal diri sendiri. Selain itu persepsi diri kita sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah kita pelajari tentang diri melalui perjumpaan dan melakukan interaksi dengan orang lain. 2. Untuk Berhubungan Hal yang paling memotivasi kita adalah berhubungan, karena dengan berhubungan kita dapat membina hubungan dengan orang lain. Dalam hal ini kita dapat menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. 3. Untuk Meyakinkan Media massa sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Dengan komunikasi yang dilakukan secara baik maka dengan mudahnya media massa mempengaruhi masyarakat. 4. Untuk Bermain Komunikasi yang ini dilakukan saat kita sedang bermain atau menghibur diri. Seperti kektika kita sedang mendengar musik, lawakan atau hal yang dapat membuat kita senang, komunikasi ini dilakukan sebagai cara untuk mengikat perhatian orang lain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain. 2.2.3 Komunikasi Organisasi Komunikasi organisasi adalah pemahan tentang peristiwaperistiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti intstruksi dari atasan kepada bawahan apakah instruksi sudah dikerjakan dengan benar oleh bawahan ataupun bagaimana bawahan mencoba menyampaikan keluhan kepada atasan dengan melihat apakah tujuan organisasi yang telah ditetapkan sudah tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan, (Burhan Bungin, 2006). Dalam buku Pengantar Manajemen (Munandar, M. Jono, 2014) dalam komunikasi organisasi terdapat komunikasi formal dan informal. Komunikasi formal adalah komunikasi yang mengikuti aturan resmi atau merupakan bagian komunikasi yang dibutuhkan untuk melakukan perkejaan formal, sedangkan komunikasi informal adalah komunikasi yang tidak didefinisikan oleh hierarki struktur organiasi. Menurut R. Wyane Pace dan Don F. Faules yang dalam (Poppy Ruliana, 2014) komunikasi organisasi sebagai pertunjukan dan penafsiran antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari satu organisasi tertentu. Dengan demikian, bila suatu organisasi terdiri dari unit-unit tersebut maka dalam hubungan hierarki antara satu dan lainnya menjadi berfungsi dalam suatu lingkugan. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi merupakan kegiatan komunikasi yang berada di dalam satu organisasi agar dapat mempermudah serta mengurangi terjadinya kesalah pahaman jalannya komunikasi pada suatu organisasi. 2.2.4 Tujuan Komunikasi Organisasi Adapun tujuan dalam melakukan komunikasi organisasi yaitu untuk mempermudah, melaksanakan dan melancarkan jalannya suatu organisasi. Menurut Liliweri dalam (Ruliana, 2014) mengemukakan terdapat empat tujuan komunikasi organisasi yaitu: 1. Menyatakan pikiran, pandangan dan pendapat; 2. Membagi informasi; 3. Menyatakan perasaan dan emosi; dan 4. Melakukan koordinasi. 2.2.5 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi Menurut Sendjaja dalam buku Sosilogi Komunikasi karya (Burhan Bungin 2006), organisasi yang beriorientasi mencari keuntungan (profit) maupun nir-laba (non-proft) memiliki empat fungsi organisasi yaitu: a. Fungsi Informatif Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (information-procesisng system) dimana suatu informasi yang didapat memungkinkan setiap organisasi dapat melaksanakan pekerjaan secara lebih pasti, seluruh anggota organisasi. b. Fungsi Regulatif Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi, pada semua lembaga atau organisasi. c. Fungsi Persuasif Suatu organisasi tidak selalu menggunakan kekuasan dan kewenangan karena dua hal itu tidak selalu membawa hasil yang sesuai harapan. Maka dari itu banyak pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya dari pada memerintah, agar pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan secara sukarela dapat dilakukan dengan baik. d. Fungsi Integratif Fungsi organisasi ini merupakan pelaksanaan aktivitas yang membutuhkan keinginan untuk berpatisipasi lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi. 2.2.6 Komunikasi Internal Dalam buku “Komunikasi Organisasi Teori dan Studi Kasus” Effendy yang dikutip oleh (Poppy Ruliana, 2014), mengatakan bahwa komunikasi internal ialah komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi yang terdiri dari seluruh karyawan semua level yang disebut publik internal. Istilah publik internal itu mencakup dari atasan sampai bawahan yang ada di dalam organisasi atau perusahaan. Cutlip, Centre dan Broom dalam (Ruliana, 2014) komunikasi internal didasarkan pada pernyataan visi dan misi dalam sebuah organisasi, yang memiliki tujuan dalam memajukan organisasi. Dari kedua definsi diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi internal adalah komunikasi yang terjadi di dalam sebuah organisasi atau perusahaan antar publik internal yang memiliki tujuan untuk mewujudkan visi serta misi perusahaan atau organisasi. 2.2.7 Media Komunikasi Organisasi Media komunikasi adalah alat yang digunakan oleh komunikator untuk menyebarluaskan suatu pesan dengan tujuan memperoleh respon atau feedback yang baik. Menurut Brent & Stewart yang merangkum pendapat R. Wayne Pace, Ruliana, 2014), menyatakan ada beberapa alat untuk media komunikasi organisasi dapat melalui: 1. Memo 2. Telepon 3. Laporan Berkala 4. E-mail 5. Persentasi Video 6. Konferensi 7. Pidato 8. Poster 9. Kotak Saran 10. Pertemuan Sosial 11. Acara Keluarga (family gathering) 12. Sesi Pelatihan 13. Komite 14. Faksimile 15. Bulletin 16. Iklan 17. Notifications dalam buku (Poppy Jenis-jenis media komunikasi diatas merupakan variasi metode dan merupakan media komunikasi yang digunakan dalam organisasi. Metode-metode diatas dapat digunakan berbentuk tulisan, lisan atau kombinasi antara tulisan dan lisan yang sifatnya two way communication (komunikasi dua arah) dan mendapat timbal balik. Sementara itu ada media komunikasi berifat khusus (special media) seperti internet, DVD, facsimile, pamphlet, poster. 2.2.8 Hambatan dalam Komunikasi Organisasi Warren R. Plunkket & Raymond F. Atner dalam buku Komunikasi Organisasi (Ruliana, 2014) menjelaskan ada lima hambatan dalam komunikasi organisasi yaitu: 1. Manajemen Level (tingkatan manajemen) Dalam organisasi terdapat peringkat manajemen dari top sampai lower management, pada tingkat manajemen tersebut dapat saja salah menyampaikan pesan/ informasi yang tidak sesuai, komunikasi tidak lancar bisa dari top down atau pun bottom up. 2. Number of People Supervised (Jumlah staff yang berada dalam pengawasan) Dalam hal ini dijelaskan bila staff yang berada dalam pengawasan kurang dari 12 orang maka komunikasi berjalan baik, tapi sebaliknya bila lebih dari 12 orang maka komunikasi akan terhambat. 3. The Rank Of Position In The Organization (Jenjang jabatan dalam organisasi) Jika jenjang jabatan dalam sebuah organisasi terlalu jauh maka komunikasi yang terjadi akan kurang lancar dan menjadi kaku. 4. Change In Manager (Pergantian Manajer) Perubahan Manager dalam perusahaan dapat mengakibatkan perubahan pola komunikasi dari atasan ke bawahan. 5. Manager Interpration (Interpretasi Manajer) Dalam hal ini komunikasi menjadi terhambat karena adanya penilaian dari manajer terhadap karyawannya. 2.2.9 Karakteristik Organisasi Dalam buku “Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM)” karya (Akhmad Subekhi & Mohammad Jauhari, 2012) menjelaskan bahwa karakterisitik organisasi merupakan ciri khusus yang dimiliki oleh suatu organisasi tertentu, misalnya : 1. Terdapat komunikasi dua arah 2. Tujuan kelompok jelas dan diterima oleh anggota 3. Kontrovensi dan konflik tidak diabaikan, diingkari atau ditekan Sehingga katrakteristik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap perilaku individu. Hanya saja individu dapat menyesuaikan dengan karakteristik organisasi tersebut yaitu dengan berupa peraturan-peraturan organisasi. 2.2.10 Mengatasi Hambatan Komunikasi Organisasi Bovee & Thill dalam buku karya (Ruliana, 2014) menjelaskan cara-cara mengatasi hambatan komunikasi organisasi yaitu: 1. Memelihara iklim komunikasi tersebut 2. Bersungguh-sungguh dalam etika berkomunikasi 3. Berusaha memahami kesulitan komunikasi antara budaya 4. Komunikasi berpusat pada penerima pesan 5. Menggunakan teknologi secara bijaksana 6. Menciptakan dan memproses pesan secara efektif dan efisien, dilakukan dengan cara : a. Memahami penerima pesan b. Menyesuaikan pesan dengan penerima c. Mengembangkan dan menghubungkan gagasan d. Mengurangi jumlah pesan e. Memilih saluran atau media komunikasi yang tepat f. Meningkatkan keterampilan berkomunikasi 7. Memberikan feedback atau umpan balik secara cepat. 2.2.11 Pengertian Public Relations Pada dasarnya Public Relations merupakan kegiatan dalam berkomunikasi dengan masyarakat untuk menciptakan good image atau citra yang baik di masyarakat. Menurut Scott M. Cutlip, Allen H. Centre, Glen M. Broom, public relations adalah fungsi manajemen dalam membentuk dan memelihara hubungan yang menguntungkan antara organisasi dengan masyarakatnya dalam (Nova, 2009) Sementara menurut The British Institute of Public Relations (Morisan, 2008), menjelaskan bahwa public relations merupakan suatu upaya untuk membangun dan mempertahankan saling pengertian antara organisasi dengan publiknya. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa seorang public relations merupakan kegiatan terencana dan terarah agar dapat menjaga hubungan baik dengan pihak internal dan eksternal demi mencapai tujuan yang baik. 2.2.12 Fungsi PR Internal & Eksternal Menurut (Silih Agung Wasesa, 2013) fungsi PR internal dan eksternal yaitu: Internal 1. Mengkomunikasikan kebijakan direksi dan manajemen kepada karyawan; 2. Menjelaskan perubahan kebijakan direksi dan manajemen agar para karyawan dapat memahami dasar pengambilan keputusan; 3. Menjadi jaringan komunikasi antar karyawan, direksi dan manajemen; 4. Membantu dalam proses restruktrisasi / penataan kembali, dengan cara sosialisasi kebijakan hingga penelitian guna mengurangi dampak buruk restruktrisasi; 5. Menigkatkan rasa memiliki karyawan terhadap perusahaan; dan 6. Membantu perusahaan dalam mewujudkan visi organisasi. Eksternal: 1. Mensosialisasikan kebijakan perusahaan kepada publik; 2. Menjelaskan hasil Rapat Umum Pemegang Saham; 3. Menjelaskan dari hasil dan dasar diadakannya Rapat Umun Luar Biasa Pemegang Saham; 4. Membantu pemasaran dalam mencipatakan produk; 5. Mensosialisasikan prestasi yang dicapai oleh perusahaan; 6. Mengembangkan program-program masyarakat sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan; 7. Menyiapkan sasaran bagi publik untuk melihat perusahaan secara langsung; dan 8. Menyiapkan sasaran bagi pemerintah terhadap kinerja perusahaan. 2.2.13 Tujuan Public Relations Tujuan Public Relations merupakan sesuatu yang ingin dicapai, dituju atau diraih (goals). Tujuannya untuk mengarahkan kegiatan public relations, sehingga tidak melenceng atau salah sasaran. Menurut (Kriyanto, 2012) dalam bukunya yang berjudul “PR Writing Teknik Produksi Media Public Relations dan Publisitas Korporat”, dalam perusahaan terdapat tujuan public relations antara lain : 1. Menciptakan pemahaman (mutual understanding) antara perusahaan dengan publiknya. Tujuan kegiatan public relations pertama kali adalah berupaya menciptakan saling pengertian antara perusahaan dan publiknya. Melalui kegiatan komunikasi diharapkan terjadi kondisi kecukupan informasi (well-informed) antara perusahaan dan publiknya. Kecukupan informasi agar tidak salah persepi. Salah paham atau salah persepi menjadi hal yang mendasar penyampaian informasi dalam komunikasi (primary- breakdown of communication). Ketercukupan informasi akan terwujud bila public relations menyediakan saluran komunikasi yang terbuka (open communication) dan memungkinkan terjadinya komunikasi dua arah yang timbal balik (two way recipcoral). Saluran informasi yang tersedia harus memungkinkan terjadinya proses memberi dan menerima informasi secara berimbang antara kedua belah pihak. Sehingga antar karyawan dapat saling mengenal satu sama lain. Membangun citra korporat (corporate image) Citra (image) gambaran yang ada dalam benak publik tentang perusahaan. Citra merupakan persepi / anggapan publik tentang perusahaan itu sendiri budaya perusahaan, perilaku perusahaan atau perilaku individu-individu dalam perusahaan dan lainnya. Persepi juga akan mempengaruhi perilaku publik internal perusahaan itu sendiri. Citra dimulai dari identitas korporat sebagai titik pertama yang tercermin, melalui nama perusahaan (logo) dan tampilan lainnya, laporan tahunan, company profile, interior kantor, seragam karyawan, newsletter, dan lainnya. Identitas korporat juga berbentuk non-fisik seperti nilai-nilai dan filosofis perusahaan, corporate values, filosofi logo, cara kerja dan komunikasi, baik internal maupun eksternal. Corporate image dibangun melalui 4 area yaitu: 1) Produk / service ( termasuk kualitas produk, customer care) 2) Social Responsibility 3) Environments (kantor, showroom, pabrik) 4) Communications (iklan, public relations, personel communications, program-program idenitas korporat) 2. Membentuk goodwill dan kerjasama Tujuan public relations sudah ada pada tahap tindakan nyata. Artinya sudah tercipta kerja sama dalam bentuk perilaku yang mendukung keberhasilan perusahaan. Dalam tahap ini diharapkan publik secara nyata mendukung program-program perusahaan, misalnya publik turut menyukseskan kampanye public relations atau kegiatan lain yang dilakukan perusahaan. Goodwill dan kerja sama dapat tercipta dengan baik karena hal ini dilakukan berulang-ulang oleh public relations perusahaan untuk menanamkan saling pengertian dan kepercayaan kepada publiknya. Kemudian diikuti tindakan nyata perusahaan untuk komitmen dalam mewujudkannya. 2.2.14 Citra Internal (Silih Agung Wasesa, 2006) dalam bukunya yang berjudul “Strategi Public Relations”, menjelaskan bahwa citra perusahaan merupakan persepsi yang berkembang di benak publik terhadap realitas yang ada, citra perusahaan pengaruh penting bagi perusahaan atau dampak internal. Sementara dalam buku “Dasar-Dasar Public Relations” karya Soemirat dan (Ardianto, 2012) citra internal adalah gambaran diri publik terhadap perusahaan, kesan yang dengan sengaja diciptakan dari suatu obyek, orang atau organisasi. Citra internal sendiri merupakan salah satu aset yang penting bagi perusahaan atau organiasi. Dari kedua definisi diatas dapat dikatakan citra internal merupakan gambaran atau persepi publik terhadap organiasi atau perusahaan. Citra internal sengaja diciptakan agar bernilai positif pada khalayak. 2.2.15 Pengertian Brand/Merek (Idris Mootee, 2013) mengatakan bahwa Brand merupakan nama atau simbol yang bersifat membedakan. Brand memiliki makna yang kuat dalam pikiran seseorang, brand juga memiliki pesan yang kuat dan berbeda, brand juga sebagai pesan yang otentik dalam memberitahukan siapa anda dan apa yang anda ingin lakukan. Dalam Kamus Brand karya (Wiryawan, 2008) yang menjelaskan Brand/Merek adalah persepsi, pengalaman, harapan, terhadap sebuah produk, jasa, pengalaman, personal, ataupun organisasi brand merupakan gabungan dari berbagai atribut baik secara nyata maupun tidak dan harus dikelola dengan baik agar dapat menciptakan nilai dan pengaruh. Melissa Davis dalam buku More Than A Name (2005) menjelaskan bahwa Brand identik dengan bisnis, brand juga menawarkan nilai, visi, sikap yang ditetapkan dari perusahaan guna membangun posisi merek untuk mendapatkan citra yang baik dari masyarakat. Dari beberapa definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa brand memiliki arti yang sangat penting karena brand merupakan identitas yang melambangkan suatu perusahaan , brand juga dapat dirasakan dalam benak konsumen. Brand menjadi elemen yang sangat penting dalam strategi pemasaran karena dapat menciptakan reputasi yang baik untuk meraih kepercayaan masyarakat. 2.2.16 Membangun Brand Yang Kuat Dalam bukunya yang berjudul 60 Minute Brand Strategist, (Mootee, 2013) menjelaskan ada 3 kunci penting dalam membangun sebuah brand yang kuat yaitu: 1. Adanya kepercayaan antara merek dan pelanggan 2. Identitas yang umum antara merek dan pengguna 3. Memiliki titik perbedaan antara merek yang satu dengan merek yang lainnya Maka dari itu dalam membangun sebuah brand yang kuat harus memliki perbedaan antara brand satu dengan lainnya, brand yang kuat juga harus mampu menjaga kualitasnya agar terus dipercaya oleh pelanggan. 2.2.17 Fungsi Merek/Brand Dalam buku yang berjudul “Dasar-Dasar Manajemen Pemasaran”Karya (Sunyoto, 2014) terdapat beberapa fungsi dari merek yaitu: 1. Fungsi Identitas Dengan adanya mereka dapat diketahui produk maupun identitas sebuah perusahaan, karena di dalam merek terdapat hal yang wajib dicantumkan seperti, nama perusahaan, komposisi perusahaan, komposisi penduduk, aturan pakai, efek samping, hal-hal yang perlu dihindari dan lainnya. 2. Fungsi Kualitas Sebuah merek juga dapat menujukkan kualitas produk. Jika pada suatu merek sudah terkenal dan mapan, maka produk tersebut telah diakui oleh konsumen. Seorang konsumen tidak akan melakukan pembelian ulang bila kualitas produk tidak baik. Sebaliknya bila produk memiliki kualitas yang baik maka konsumen secara berulang membeli produk tersebut. 3. Fungsi Loyalitas Jika identitas produk jelas dan kualitas produk juga baik, serta konsumen selalu mencari dan melakukan pembelian secara berulang akan suatu produk artinya perusahaan telah sukses mencipatkan pelanggan. Untuk itu pihak perusahaan harus menjaga pelanggan tersebut dengan strategi pemasaran agar tetap menjadi pelanggan yang loyal terhadap produknya. 4. Fungsi Citra/Image Pihak perusahaan umumnya wajib menjaga citra produk melalui merek, karena citra sebagai salah satu penentu keberhasilan dalam pemasaran. Dengan memiliki citra yang baik maka pemasaran pun juga dapat ikut berjalan dengan baik. 2.2.18 Karateristik Merek/Brand Yang Baik (Sunyoto, 2014) menyatakan beberapa karateristik brand yang baik adalah : a. Mudah dibaca, diucapkan dan diingat b. Singkat dan sederhana c. Merek harus memiliki ciri khas tersendiri dan disenangi oleh konsumen d. Merek harus menggambarkan kualitas produk, prestise, produk dan sebagainya e. Merek harus dapat didaftarkan dan mempunyai perlindungan 2.2.19 Rebranding Rebranding merupakan sarana terakhir yang bisa diberikan untuk sebuah brand. Rebranding yang dilakukan bukan hanya mengganti logo tetapi juga harus memastikan bahwa proses repositioning merupakan agenda utamanya, berjalan dengan baik, karena persepi konsumen juga harus digiring dengan menciptakan pengalaman baru pada sebuah brand (Rudyant&Jessica, 2012). Dalam Kamus Brand karya (Mendiola B Wirayawan, 2008) menjelaskan re-branding adalah kegiatan terintegrasi dan terencana untuk mengubah posisi sebuah brand secara internal maupun eskternal, supaya brand terlihat lebih baru, dan memiliki nilai tambah yang baru pada brand itu sendiri. Menurut (Fandy Tjiptono, 2006) rebranding tidak hanya mengubah nama melainkan perubahan yang bersifat strategik. Rebranding harus benar-benar dilandasi pertimbangan atau alasan yang kuat, terutama menyangkut mekanisme proses rebranding dilakukan. Dari ketiga definisi diatas dapat disimpulkan rebranding merupakan kegiatan yang terencana dengan strategi baru serta memiliki alasan kuat untuk menciptakan penyegaran atau pembaharuan pada sebuah brand. 2.2.20 Alasan Secara Umum Perusahaan Melakukan Rebranding Dalam buku (Fandy Tjiptono, 2008) yang berjudul Strategi Pemasaran, dijelaskan beberapa alasan mengapa perusahaan melakukan rebranding: 1. ‘Menyegarkan kembali’ atau memperbaiki citra merek; 2. Memulihkan citra setelah terjaidnya krisis atau skandal; 3. Bagian dari merger atau akuisisi; 4. Bagian dari de-merger atau spin-off; 5. Mengharmonisasikan merek di pasar International; 6. Mengarasionalisasi portofolio merek; dan 7. Mendukung arah strategi baru perusahaan. 2.2.21 Startegi Pokok yang Ditempuh dalam Upaya Rebranding Lima Strategi pokok dalam Rebranding (Tjiptono, 2008) yaitu: 1. Phase-in/phase out strategy, yang ditempuh lewat dua tahap. Dalam tahap phase-in, merek baru masih dilekatkan pada merek saat ini selama periode introduksi tertentu. Setelah melewati periode transisi, merek lama perlahan-lahan dihapus. 2. Umbrella Branding Strategy Menggunakan merek tunggal sebagai ’payung’ bagi hampir semua lini produk perusahaan di seluruh pasar yang dimasukinya. 3. Translucent Warning Strategy Untuk mengingatkan para pelanggan sebelum dan setelah perubahan nama Merek aktual (biasanya melalui promosi intensif, pajangan dalam toko, dan kemasan produk). 4. Sudden Eradication Strategy Secara serta merta mengganti nama merek lama dengan nama baru tanpa periode transisi. Strategi ini cocok dipilih apabila perusahaan bermaksud segera melepaskan diri dari citra ’lama’. Selain itu, merek lemah yang tidak berpotensi untuk dijual atau dibangkitkan kembali merupakan kandidat utama bagi strategi ini. 5. Counter – Takeover Strategy Strategi paska akuisisi yang mengabaikan nama merek sendiri dan menggantinya dengan nama merek yang diakuisisi. 2.2.22 Empat Tahap Yang Harus Dihindari Dari Rebranding: (Fandy Tjiptono, 2006) menjelaskan bahwa dalam melakukan rebranding memakan biaya besar dan penuh dengan resiko, berikut beberapa hal yang harus dihindari dalam melakukan rebranding: 1. Heritage Rebranding Trap Setiap upaya rebranding harus lah dilandasi pemahaman mendalam atas persepi terhadap merek, hal ini sangat penting karena merek menjadi aspek yang sangat penting dalam warisan kultural dan historis merek perusahaan. 2. Global Rebranding Trap Rebranding dilakukan karena faktor ikut-ikutan, rebranding dengan cara ini dapat sangat berisko tinggi hingga merugikan perusahaan. 3. Merger Rebranding Trap Merger seringkali diikuti kampanye rebranding. Biasanya hasil perusahaan merger mempertahankan ekuitas dan nilai merek lamanya. Dengan menggabungkan nama perusahaan lama dengan yang baru, untuk mendapatkan persepsi yang koko pada perusahaan meger. 4. Celebrity Rebranding Trap Dalam melakukan upaya rebranding tidak jarang perusahaan melakukannya dengan menggunakan selebriti, karena dengan menggunakan selebriti dapat menimbulkan resiko besar pada perusahaan. 2.2.23 Sosialisasi Sosialisasi dilihat dari dua sudut pandang. Pertama, dari sudut pandang ‘karyawan’ dan kedua dari sudut pandang ‘manajemen organisasi’. Sosialisasi berarti proses belajar bagi karyawan baru tentang nilai-nilai dan perilaku yang dianggap layak untuk mencapai sukses sebagai anggota organisasi dalam Jurnal Sosialisasi dan Dampak Budaya Organisasi karya (Hardjana, 2010). Dalam (Soekanto, 2007), M.J Herskovios menjelaskan sosialisasi merupakan suatu proses dimana seorang anak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sesuai dengan norma-norma yang berlaku. Dari kedua definisi diatas maka dapat disimpulkan sosialisaisi adalah proses belajar bagi seseorang untuk mengenal lingkungannya sesuai dengan norma-norma atau aturan yang berlaku di keluarga maupun di masyarakat guna mencapi satu tujuan yang di harapkan. 2.2.24 Tujuan Sosialisasi Dalam bukunya yang berjudul “Be Smart Ilmu Pengetahuan Sosial” karya (Ida Widaningsih, 2006) menjelaskan bahwa sosialisasi diantara bertujuan sebagai berikut : a. Sosialisasi merupakan sebuah proses panjang dari interaksi sosial yang terus menerus. Sosialisasi yang dilakukan juga sebagai wadah bagi individu untuk memperoleh identitas secara fisik, mental dan kemampuan sosial yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat. b. Sosialisasi memungkinkan seseorang untuk dapat mengembangkan potensinya serta belajar cara berpikir, berbicara dan bertindak sesuai yang dibutuhkan dalam kehidupan sosial. c. Sosialisasi merupakan kebutuhan individu untuk bertahan dan berkembang. Dalam hal ini, banyak orang yang mengedepankan kebutuhan materi dan sosial untuk memajukan identitas pribadinya. Proses sosialisasi dapat berjalan efektif bila dari individunya sendiri dapat beradaptasi dan mau menerima keadaan lingkungannya dengan baik. 2.2.25 Bentuk-Bentuk Sosialisasi Menurut (Kun Maryati dan Juju Suryawati, 2006) dalam bukunya yang berjudul “Sosiologi Untuk SMA dan MA Kelas X” bahwa, sosialisasi dapat kita bagi dalam dua bentuk, yakni sosialisasi primer dan sekunder. Light Keller, dan Callhoun mengemukkan bahwa setelah seorang mendapatakan sosialisasi dini yang dinamakannya sosialisasi primer (primer socialization), maka selanjutnya ia mendapatkan sosialisasi sekunder (secondary socialization). Menurut tahapannya sosialisasi dibedakan menjadi dua tahap yakni : a) Sosialisasi Primer Sosialisasi pada tahap awal kehidupan seseorang sebagai manusia. Pada tahap sosialisasi ini terjadi dijalani individu semasa kecil, dimana ia belajar menjadi anggota masyarakat b) Sosialisasi Sekunder Merupakan proses selanjutnya untuk memperkenalkan individu ke dalam lingkungan di luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain, lingkungan kerja Oleh karena itu sosialisasi primer merupakan bentuk dasar dari sosialisasi sekunder, sosialisasi primer akan menjadi fondasi yang paling penting bagi seorang individu untuk bisa melanjutkan proses perkenalan dirinya dengan lingkungan diluar keluarga. 2.2.26 Syarat-Syarat Terjadinya Sosialisasi Menurut (Soekantor, S., & Sukanto, S, 2007) dalam bukunya yang berjudul Sosiologi: Suatu Pengantar mengungkapkan bahwa: a) Adanya kontak Sosial Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu antarindividu, antar individu dengan kelompok dan antarkelompok. Selain itu suatu kontak dapat pula bersifat langsung dan tidak langsung. b) Adanya Komunikasi Yaitu seorang memberi arti penting pada perilaku orang lain (seperti, pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap), perasaanperasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin disampaikan orang tersebut. 2.2.27 Logo Menurut (Jessica Dianda dan Rudyant Siswanto, 2015) logo bukan merupakan satu-satunya lambang, melainkan salah satu bagian dari identitas. Sebuah identitas dapat memiliki satu nilai yang baik melalui pencipta dan perusahaan yang menggunakan. Logo adalah pusat aplikasi visual, tetapi dalam membangun visual merek yang kuat maka diperlukan juga elemen yang kuat sehingga dapat mendukung identitas yang baik. Sementara dalam jurnal tentang logo yang berjudul Perencanangan Logo Dalam Dunia Design karya Monica dan Luzar Christina (2013) logo diartikan sebagai perpaduan antara seni dan sains yang menyampaikan sebuah janji sebagai wujud dari nilai dan emosi perusahaan tersebut. Perusahaan berusaha untuk menjalin hubungan langsung dengan pelanggan secara emosional untuk memenuhi kebutuhan, loyalitas serta dukungan dari pelanggan secara terus menerus. Dari kedua definisi diatas yang menjelaskan tentang logo dapat diambil kesimpulan bahwa logo bukan hanya sekedar lambang yang ada pada brand atau perusahan tetapi logo melaikan sebagai identitas yang mewakili brand atau perusahaan. 2.2.28 Alasan Perusahaan Melakukan Perubahan Identitas/Logo Menurut (Jessica & Rudyant, 2015) ada beberapa alasan perusahaan melakukan perubahan identitas yaitu: 1. Perusahaan Baru Kelahiran perusahaan baru, anak perusahaan atau pembentukkan perusahaan induk (group holding) memerlukan identitas visual yang dapat menggambarkan visi-misi dan tujuan perusahaan ke depan. 2. Pemilik Baru Merger dan akuisisi atau konsolidasi pada perusahaan, dalam hal ini antara pemilik lama dan pemilik baru perusahaan menggabungkan identitas yang lama dengan identitas yang baru dengan mengkombinasikan kedua identitas tersebut agar identitas terlihat lebih segar tetapi tidak menghilangkan identitas yang lama. 3. Produk Baru Banyaknya persaingan dalam mempertahankan keunggulan, hal ini membuat perusahaan harus terus melakukan inovasi dengan menciptakan produk – produk baru dengan berbagai kelebihan. Perubahan besar yang sering dilakukan juga harus disertai dengan identitas baru. 4. Program Baru Sebuah perusahaan yang menggunakan teknologi baru sebagai metode produksinya dalam mengelola industri, informasi dan komunikasi akan melakukan perubahan mendasar pada cara kerja. Hal ini berpengaruh pada proses bisnis yang belangsung dan hubungan dengan pelanggan, oleh karena itu perubahan identitas menandakan adanya sistem yang baru. 5. Pasar Baru Dalam meraih keuntungan tentu saja suatu perusahaan harus mengembangkan usaha mereka bukan hanya di lokal saja tetapi pada skala international. Melakukan kerja sama dengan pihak asing atau ekspanis global ke Negara lain, perlunya suatu perusahaan untuk memiliki identitas yang baru guna meraih kepercayaan pasar agar dapat diterima di Negara yang dituju dengan cara menyesuaikan diri terhadap budaya dan karakter mereka 6. Predikat Baru Perusahaan yang terus mengalami pertumbuhan menjadi perusahaan kelas atas, maka perusahaan juga harus melakukan pergantian status. Sebab dengan adanya identitas baru dapat mendukung perusahan untuk memperoleh pengakuan publik terhadap statusnya 7. Peluang Baru Perusahaan yang berumur panjang adalah perusahaan yang dirawat dengan baik sehingga mampu beradaptasi. Perubahan yang terjadi menghadirkan tantangan sekaligus peluang baru dalam bisnis.Salah satunya melalui upaya rebranding yang dilakukan oleh setiap perusahaan. 8. Pemimpin Baru Pergantian pemimpin dalam perusahaan menajdi salah satu faktor terjadinya perubahan pada perusahaan. Mulai dari segi manajemen dan kebijakan pun semua diperbaharui agar dapat mencapai tujuan visi- misi perusahaan. Selain itu juga dengan melakukan pembaharuan merupakan salah satu cara terbaik untuk menghidupkan dan memberi kesegaran pada perusahaan dan pasar. 2.2.29 Aplikasi Penggunaan Logo Pada dasarnya logo dapat digunakan diberbagai media sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Berikut beberapa pengaplikasian logo pada media (Jessica & Rudyant, 2015) : 1. Stationery Logo biasa diletakkan pada kartu nama, amplop,kop surat, map, notes dan alat tulis kantor lainnya. 2. Interior dan Eksterior Logo diaplikasikan pada papa nama, system tanda, display, dekorasi dan sebagainya. 3. Publikasi Logo juga berguna sebagau publikasi yaitu dalam bentuk company profile, buku panduan dan laporan tahunan. 4. Merchandiser Logo ditempatkan pada mug, seragam, topi, payung, pin dan sebagainya. 5. Digital Logo juga biasanya diletakkan pada websiter perusahaan, online banner, dan pada email. 6. Produk dan Kemasan. 7. Iklan dan Promosi. 8. Media kreatif lainnya. 2.2.30 Syarat Logo Yang Baik dan Menguntungkan Dalam membuat logo selain harus mewaikili identitas suatu perusahaan, logo juga harus dapat menguntungkan. Bebarapa syarat logo yang baik dan menguntunkan (Jessica dan Rudyant, 2015) yaitu: 1. Mewaikili citra serta mencerminkan aktivitas dan fungsi yang dilogokan. 2. Bersifat sederhana namun tetap dengan elemen semaksimal mungkin, karena setiap mata manusia memiliki kemampuan melihat elemen yang terbatas dan melihat elemen-elemen yang tidak saling berhubungan 3. Harus orisinil (asli) tidak memiliki kesamaan dengan logo lainnya atau logo yang sudah pernah ada. 4. Logo harus mengandung nilai artistik. 2.3 Kerangka Konseptual PT JGC Indonesia Rebranding Logo Professionalitas Komitmen Tinggi Loyalitas Sosialisasi Publik Internal Perusahaan Gambar 2.1Kerangka Konseptual Kekayaan Pengetahuan