1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saat ini telah banyak bermunculan tayangan televisi yang bersifat dokumentasi untuk mengisi dan menambah jenis tayangan acara di televisi. Tayangan bersifat dokumentasi adalah sebuah tayangan yang dikemas melalui video rekaman yang telah ada sebelumnya. Tayangan ini telah banyak ditayangkan oleh beberapa stasiun televisi swasta Indonesia, antara lain Trans7, Global TV, RCTI, dan ANTV. Tayangan seperti ini telah memberikan banyak informasi, edukasi dan hiburan bagi khalayak sesuai dengan fungsi komunikasi massa itu sendiri. Salah satu tayangan acara yang bersifat dokumentasi yang banyak disenangi oleh khalayak dan menjadi trendsetter adalah On The Spot yang ditayangkan oleh Trans7. On The Spot adalah program informatif yang menayangkan berbagai hal unik yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan (www.trans7.com). On The Spot sebenarnya bukan tayangan televisi baru, tetapi merupakan tayangan televisi yang berubah konsep. On The Spot tadinya merupakan tayangan televisi yang menayangkan video klip musik, tetapi On The Spot kemudian bertransformasi menjadi program documenter 1 2 (menurut rating Nielsen, masuk kategori Information: Documentary) yang mengambil potongan klip video dari situs youtube (www.tabloidbintang.com). On The Spot dengan konsep information: documentary dikemas dengan menampilkan fenomena, peristiwa, kejadian, dan sebagainya di setiap episodenya dengan satu tema, dan di dalam satu tema tersebut akan ditampilkan 7 contoh fenomena, peristiwa, kejadian dan sebagainya seperti 7 fenomena alam teraneh, 7 hewan terunik di dunia berwarna ungu, 7 hewan terpintar di dunia, dan lain-lain. Angka 7 tersebut melambangkan bahwa tayangan ini di bawah naungan stasiun televisi swasta Trans7. Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya bahwa tayangan On The Spot memiliki fungsi komunikasi massa. Fungsi dari komunikasi massa itu sendiri seperti dikemukakan oleh Effendy (2004;54) yaitu untuk menyiarkan informasi (to inform), untuk mendidik (to educate), dan untuk menghibur (to entertain). Adapun fungsi lain terhadap fungsi komunikasi massa seperti mempengaruhi (to influence), membimbing (to guide), mengeritik (to criticize), dan lain-lain, hanya merupakan tambahan saja terhadap ketiga fungsi sebelumnya. Fungsi komunikasi massa ini sendiri dapat diperoleh dari teknologi yang sedang berkembang melalui media baik itu media elektronik maupun cetak, seperti televisi, radio, surat kabar, computer, majalah, handphone, dan sebagainya. Media tersebut merupakan media komunikasi massa yang sering dipakai oleh manusia sebagai pemenuhan 3 kebutuhannya, sehingga media tersebut mulai dianggap menjadi bagian dari kebutuhan primer. Televisi adalah salah satu bentuk teknologi saat ini yang banyak digunakan oleh manusia. Televisi juga merupakan salah satu media komunikasi massa. Semua media massa umumnya mempunyai fungsi komunikasi massa yang sama. Televisi bukanlah barang mewah lagi karena sudah merupakan kebutuhan setiap orang. Rata-rata orang di dunia ini telah mempunyai televisi di rumahnya karena televisi dianggap dapat memuaskan kebutuhan penggunanya dalam menyampaikan informasi, edukasi dan hiburan karena memiliki audio dan visual yang dipadu-padankan. Orang-orang tidak puas dengan hanya mendengar suara saja, tetapi dengan kehadiran televisi orang-orang akan merasa lebih puas karena adanya suara dan gambar yang ditampilkan. Sebagai salah satu media elektronik, televisi mempunyai sifatsifat khas yang dapat dijadikan sebagai kekuatan yang dimilikinya dalam menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Banyaknya televisi dengan berbagai macam harga dan tampilan yang semakin menarik disertai dengan beraneka ragam jenis tayangan membuat khalayak pada umumnya memiliki perangkat elektronik ini. Melalui televisi, tayangan On The Spot yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta nasional Indonesia yakni Trans7 mampu meraih kesuksesan di tahun 2011 dan kehadirannya cukup berpengaruh di 4 jam primetime. Tayangan On The Spot telah mampu bersaing dan mengalahkan tayangan televisi lainnya dengan perubahan konsep menjadi Information: Documentary. Dalam rating Senin (5/9/2011), On The Spot bahkan ada di posisi 2 dengan TVR 4,3 dan share 17,3. On The Spot mampu bersaing ketat dengan program sinetron, animasi dan lawak yang mendominasi top 10 rating. Tayangan On The Spot merupakan tayangan yang mempunyai sisi positif karena cukup bermanfaat dalam memberikan informasi kepada khalayak yang berada di Indonesia. Dengan menduduki rating kedua, tayangan On The Spot memang patut untuk diacungi jempol dan hal ini memperlihatkan bahwa informasi yang disajikan oleh tayangan On The Spot dapat menarik perhatian dari masyarakat luas di Indonesia. Namun selain mempunyai sisi positif, On The Spot juga mempunyai sisi negatif dalam penayangan episodenya. Tayangan On The Spot mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia atau KPI terkait episode yang menayangkan hewan penyu. Tayangan ini mendapat sanksi administratif teguran tertulis pada 28 Desember 2011. KPI menjelaskan, "Pada tanggal 23 November 2011 pukul 19.52 WIB menayangkan informasi tentang pembantaian penyu hijau yang dalam program disebutkan konon digunakan untuk upacara keagamaan bagi masyarakat Hindu Bali. Bersamaan dengan penyampaian informasi tersebut, ditayangkan adegan masyarakat Hindu Bali yang 5 sedang menjalankan Ibadah. KPI Pusat menganggap program tidak hatihati dalam penayangan informasi yang validitasnya tidak diverifikasi kembali dengan umat Hindu Bali. Penayangan hal terebut telah melanggar P3 KPI 2009 Pasal 6 dan 7 serta SPS KPI 2009 Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2) huruf a" (www.kpi.go.id). Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, tayangan On The Spot yang disiarkan oleh Trans7 merupakan tayangan yang menjadi trendsetter bagi stasiun televisi swasta lainnya di Indonesia. Terdapat beberapa tayangan yang mengikuti konsep On The Spot dengan information: documentary, seperti Top 5 di RCTI, Hot Spot di Global TV, Top Banget di Global TV, Woow…! dan Fenomania di ANTV, dan Spotlite yang berada di bawah naungan yang sama oleh On The Spot yakni Trans7. Menurut Kikie Randini, Associate Director Communications and Marketing The Nielsen Company Indonesia periode 11-17 September 2011, di antara lima tayangan televisi seperti On The Spot (rata-rata jumlah penonton: 1.980 dan rating: 3,8 %), Spotlite (rata-rata jumlah penonton: 628 dan rating: 1,2 %), Top 5 (rata-rata jumlah penonton: 601 dan rating: 1,2 %) , Hot Spot (rata-rata jumlah penonton: 407 dan rating: 0,8 %), dan Woow…! (rata-rata jumlah penonton: 272 dan rating: 0,5 %) yang menggunakan gambar dari Youtube, khusus On The Spot mulai masuk deretan tayangan yang banyak ditonton sejak bulan April 2011 (http://kontan.realviewusa.com). 6 Dengan demikian, tayangan On The Spot merupakan tayangan yang banyak digemari oleh khalayak dalam menonton program televisi dan menjadi trendsetter bagi stasiun televisi swasta lainnya untuk menyiarkan program tayangan yang konsepnya mirip dengan On The Spot di Trans7. Peranan media terutama televisi sangat besar, media sebagai alat komunikasi massa dituntut untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan mahasiswa dalam memperoleh pengetahuan dan wawasan, terutama mahasiswa Universitas Hasanuddin. Universitas Hasanuddin merupakan salah satu universitas terbesar di Indoenesia khususnya di kawasan Indoensia Timur. Oleh karena itu, mahasiswa Universitas Hasanuddin dianggap layak untuk memberikan tanggapan (respon) terhadap tayangan On The Spot karena telah banyak memberikan kontribusi baik secara ilmiah ataupun non-ilmiah. Selain itu, mahasiswa dianggap sebagai salah satu khalayak yang aktif dalam pemilihan tayangan di televisi. Mahasiswa cenderung akan mencari informasi yang dapat menambah wawasan dan pengetahuannya. Tayangan On The Spot merupakan salah satu tayangan televisi yang bermanfaat dan dapat dijadikan alternatif untuk menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa. Berdasarkan apa yang dipaparkan di atas, penulis mencoba untuk mengkaji lebih jauh ke dalam bentuk penelitian skripsi komunikasi dengan judul : 7 “Tanggapan Mahasiswa Universitas Hasanuddin Terhadap Tayangan ‘On The Spot’ di Trans7” B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot di Trans7 ? 2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan ‘On The Spot’ di Trans7 ? C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot di Trans7. 2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan ‘On The Spot’ di Trans7. 8 Kegunaan Penelitian Kegunaan Teoritis : - Sebagai bahan masukan dalam pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya dibidang ilmu komunikasi dan diharapakan dapat menjadi referensi dalam pembelajaran Ilmu Komunikasi khususnya yang berkaitan dengan media massa. Kegunaan Praktis : 1. Diharapkan penelitian ini sebagai bahan masukan bagi stasiun televisi Trans7 dalam tayangan On The Spot untuk lebih banyak memberikan informasi dan pengetahuan yang baru, up to date, dan unik agar khalayak lebih tertarik dalam menonton tayangan tersebut. 2. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana pada Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Hasanuddin. D. Kerangka Konseptual Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern. Media massa yang dimaksud adalah televisi, radio, surat kabar, dan film. Hal ini perlu dijelaskan, sebab ada sementara ahli komunikasi diantaranya Everett M. Rogers (dalam Effendy 2004;50) yang berpendapat bahwa selain media massa modern, ada juga media massa tradisional yang meliputi teater rakyat, juru dongeng keliling, juru pantun, dan lain-lain. 9 Tidak bisa dipungkiri, manusia di dunia ini tidak bisa lepas oleh kehadiran media massa. Media massa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia dalam mengakses informasi, baik itu melalui media cetak maupun media elektronik. Media dan khalayak senantiasa memiliki hubungan, baik dalam bentuk penggunaan media oleh khalayak untuk memenuhi kebutuhannya ataupun media terhadap khalayak secara tidak langsung. Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Misalnya, kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar atau televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Inilah yang disebut sebagai efek dari komunikasi massa yang dilakukan oleh media massa. Dalam proses penyiaran televisi, komunikasi yang terjadi mempunyai tujuan yang utama adalah menimbulkan efek terhadap khalayak. Adapun efek-efek tersebut berupa: a. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 10 b. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. c. Efek Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif dan efek afektif terhadap khalayak. Sehubungan dengan hal di atas, faktor yang menentukan khalayak (individu) yang mempunyai peran dalam proses mendengar dan melihat terhadap apa yang ditonton melalui televisi. Tingkat kognitif dan afektif selalu ingin mencoba memahami sebab-sebab yang terjadi pada peristiwa yang dihadapinya. Selanjutnya, kemampuan komponen behavioral pada sasaran yang dikehendaki (Fitriyani, 2011). Media memang berpengaruh kepada individu, tetapi pengaruh ini tidak hanya diterima begitu saja melainkan individu dapat menyaring berbagai informasi yang diterimanya. Hal ini berkenan dengan teori Uses and Gratification yang dimana teori ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan oleh media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya (Rakhmat, 2007: 65). Oleh karena khalayak dianggap aktif dalam menggunakan media, maka respon yang diperlihatkan oleh setiap individu juga berbeda. 11 Reaksi berupa respon media massa terhadap khalayak dapat diidentifikasi melalui tanggapan. Tanggapan atau respon yang muncul dari setiap individu akan berbeda dari yang satu dengan yang lainnya. Tanggapan ini dapat berupa lisan maupun tulisan dimana tanggapan merupakan umpan balik yang mulanya hanya merupakan sikap saja, tetapi kemudian diekspresikan kepada orang lain. Sehubungan dengan hal di atas, maka model yang dapat menjelaskan hubungan tersebut yaitu S-O-R, yang menyatakan bahwa pengaruh yang terjadi pada pihak penerima, pada dasarnya merupakan suatu reaksi tertentu dari stimulus (rangsangan) tertentu. Dengan demikian besar kecilnya pengaruh, tergantung pada isi dan penyajian stimulus. Menurut K. Bertens (dalam Fitriyani, 2011) dalam bukunya yang berjudul Metode Belajar untuk mahasiswa, mahasiswa adalah kalangan intelektual yang penuh bakat dan potensi yang sedang belajar di perguruan tinggi, mahasiswa tidak hanya mempunyai status tetapi ia juga berjuang keras untuk menyelesaikan studinya. Mahasiswa adalah kalangan muda yang umurnya berkisar antara 18-25 tahun yang mengalami masa dari remaja menuju dewasa. Mahasiswa juga dianggap sebagai sosok yang mempunyai pengetahuan dan wawasan yang cukup luas. Mahasiswa juga merupakan salah satu khalayak yang banyak menggunakan media. Media yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan 12 akan pengetahuan dan wawasannya sebagai seorang mahasiswa. Apalagi sekarang ini, akses untuk mendapatkan pengetahuan dan wawasan jauh lebih cepat. Disini, seorang mahasiswa dapat dianggap sebagai suatu khalayak yang aktif dalam penggunaan media, baik itu media elektronik maupun media cetak. Maka dapat dikatakan bahwa media massa, dalam hal ini televisi mempunyai pengaruh yang sangat besar untuk menambah pengetahuan dan wawasan bagi seorang mahasiswa. Tayangan On The Spot merupakan suatu tayangan yang diharapkan dapat memberikan wawasannya terhadap mahasiswa yang selalu ingin menambah pengetahuan dan wawasannya. Model S-O-R menjadi landasan teoritis dalam penelitian ini dengan tayangan On The Spot sebagai stimulus, Mahasiswa Unhas sebagai organism, dan tanggapan Mahasiswa Unhas sebagai respons. Adapun kerangka teori pada penelitian ini dapat dilihat sebagai berikut: 13 Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Stimulus Tayangan On The Spot di Trans7 - Jadwal Penayangan Tema Narasi Tema Daya Tarik Organisme Mahasiswa Unhas - Perhatian Penerimaan Pengertian Respons Tanggapan Mahasiswa Unhas 14 E. Defenisi Operasional a. On The Spot Adalah program informatif yang menayangkan berbagai hal unik yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan, ditayangkan oleh Trans7 dari Senin – Jum’at pkl 19.15 WIB. b. Trans7 Adalah sebuah stasiun televisi swasta Indonesia yang sebelumnya bernama TV7. TV7 kemudian berubah nama menjadi Trans7 setelah sahamnya dibeli oleh PT Trans Corpora, dan pada tanggal 15 Desember 2006 ditetapkan sebagai hari lahirnya Trans7. Sekarang, Trans7 berada di bawah naungan Trans Corp bersama Trans TV. c. Tayangan Adalah sesuatu yang ditayangkan (dipertunjukkan) oleh Trans7 yakni On The Spot. d. Mahasiswa Adalah seseorang atau pelajar yang menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi/Universitas. Mahasiswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mahasiswa S1 Universitas Hasanuddin Makassar. e. Universitas Hasanuddin Adalah universitas terbesar di kawasan Indonesia timur yang terletak di Jln. Perintis Kemerdekaan KM.10 Makassar. 15 f. Tanggapan Dalam penelitian ini, tanggapan adalah pernyataan subjektif mahasiswa Unhas dalam menonton tayangan On The Spot di Trans7. g. Jadwal Penayangan Dalam penelitian ini, maksud dari jadwal penayangan adalah waktu, hari, dan durasi tayangan On The Spot yang di tayangkan oleh Trans7. h. Tema Dalam penelitian ini, maksud dari tema adalah ide atau gagasan dalam tayangan On The Spot yang disampaikan kepada khalayak. i. Narasi Tema Narasi tema yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah sebuah penjelasan singkat yang disampaikan terhadap suatu fenomena, peristiwa, kejadian, dan sebagainya dalam setiap episode On The Spot kepada khalayak. j. Daya Tarik Dalam penelitian ini, daya tarik yang dimaksud adalah hal-hal yang membuat mahasiswa Universitas Hasanuddin tertarik dalam menonton tayangan On The Spot di Trans7. F. Metode Penelitian 1. Waktu dan Lokasi Penelitian Lokasi dari penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu Universitas Hasanuddin. Adapun waktu penelitian yang akan 16 dilakukan peneliti selama 2 bulan mulai dari bulan Maret 2012 sampai bulan Mei 2012. 2. Tipe Penelitian Tipe penelitian adalah kuantitatif, dengan teknik survei yang selanjutnya akan dikemukakan secara deskriptif yaitu menggambarkan dan memberikan informasi berupa angka-angka yang telah diuji melalui pengolahan data. 3. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Hasanuddin program strata satu (S1) yang terdiri dari 4 fakultas yakni fakultas Isipol, fakultas Sastra, fakultas Pertanian, dan fakultas MIPA yang berjumlah 6.359 orang dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 1.1 Fakultas Populasi Isipol 1630 Sastra 1826 Pertanian 1526 MIPA 1377 Total 6.359 Sumber : Rekapitulasi Mahasiswa Unhas 2011/2012 Pada penentuan sampel, peneliti memakai metode pengambilan sampel secara probability sampling, kemudian teknik penarikan 17 sampelnya berupa sampel berstrata proporsional. Adapun besaran sampel dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael dalam buku Sugiyono (penentuan jumlah sampel dari populasi tertentu dengan syarat kesalahan 1%, 5%, dan 10%). Dengan menggunakan tabel Isaac dan Michael (dalam Sugiyono 2010; 87) dalam penentuan besaran sampel, maka diperoleh sampel sebesar 332 orang dengan memakai syarat kesalahan 5% dari populasi 6.359 orang. Dari sampel sebesar 332 orang, maka akan ditentukan sampel dari empat fakultas di Universitas Hasanuddin dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Gambar 1.2 Rumus Alokasi Proporsional nI = 𝑁𝐼 𝑥 𝑛 𝑁 Dimana : nI = Banyaknya sampel NI = Jumlah anggota populasi per fakultas n = jumlah anggota populasi N = sampel yang diperoleh dari tabel Isaac dan Michael 18 Maka diperoleh sampel per fakultas sebagai berikut : 1. Faskultas Isipol : 1630/6359 x 332 = 85 2. Fakultas Sastra : 1826/6359 x 332 = 95 3. Fakultas Pertanian : 1526/6359 x 332 = 80 4. Fakultas MIPA : 1377/6359 x 332 = 72 4. Teknik Pengumpulan data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dilakukan dengan observasi dan menyebarkan kuesioner kepada sampel yang terlebih dahulu sudah ditentukan oleh peneliti. Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka seperti buku, majalah, artikel, literatur, situs internet dan sebagainya yang dapat menjadi bahan referensi bagi peneliti. 5. Teknik Analisis Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah kuantitatif. Data yang diperoleh dari kuesioner yang telah terkumpul akan dianalisis dengan menggunakan tabel frekuensi yang kemudian dijabarkan secara deskriptif. Penelitian ini memanfaatkan software SPSS versi 17.0 dalam pengolahan data. 19 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Komunikasi Massa Berbicara mengenai komunikasi massa tentu media massa tidak akan luput untuk diperbincangkan. Komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi dengan menggunakan media massa. Media massa yang dimaksudkan disini adalah media massa modern yakni surat kabar, majalah, radio, televisi atau film. Hal ini perlu dijelaskan sebab ada sementara ahli komunikasi massa antara lain Everett M. Rogers yang mengatakan bahwa selain media massa modern terdapat media massa tradisional diantaranya teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun. Untuk memperoleh pengertian yang lebih luas tentang komunikasi massa, kita tinjau beberapa definisi lain (dalam Darwanto, 2007: 28-29) : Definisi yang paling sederhana tentang komunikasi massa dirumuskan Bittner (1980: 10) dalam bukunya Mass Communication: An Introduction menyatakan : “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang (Mass communication is messages communicated through a mass medium to a large number of people)” 19 20 Dari pendapat ini, terlihat bahwa Bittner lebih menekankan kepada pesan komunikasinya, belum memberikan pengertian tentang komunikasi massa itu sendiri. Tentang komunikasi massa, Edwin Emery, Phillip H. Ault, Warren K. Agee (1964: 4) berpendapat sebagai berikut : “Komunikasi massa ini menyampaikan informasi, ide, dan sikap kepada berbagai komunikan yang jumlahnya cukup banyak dengan menggunakan media massa (This is mass communication-delivering information, ideas and attitudest a sizable and diversified audience through use og the media developed for that purpose)” Pendapat Emery tersebut, menunjukkan perbedaan penjelasan tentang arti komunikasi massa dalam hubungannya dengan penggunaan media massa. Lain lagi pendapat dari Werner I. Severin dan James W. Tankard, Jr. yang lebih memerinci tentang berlangsungnya komunikasi massa seperti dinyatakan dalam bukunya Communication Theories, Origins, Methods, Uses sebagai berikut : “……….Komunikasi massa adalah sebagian keterampilan, sebagian seni, dan sebagian ilmu………. (…… mass communication is part skill, part art, and part science……)” Menurut Joseph A. Devito dalam bukunya Communicology: An Introduction to the Study of Communication menampilkan definisinya mengenai komunikasi massa (Effendy, 2009: 21) : “Komunikasi massa adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya (Mass communication is communication addressed to the masses, to an extremely large audiens)” 21 Dari definisi-definisi diatas tentang komunikasi massa, maka Rakhmat merangkum definisi-definisi tersebut, yaitu : “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang tersebar, heterogen, dan anonim melalui media cetak atau elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat”. Dari definisi-definisi yang dikemukakan diatas, maka peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang terjadi melalui media massa dan ditujukan kepada khalayak luas. B. Televisi Media massa yang digunakan saat ini untuk menyampaikan kepada khalayak luas yang dianggap paling efektif adalah televisi. Televisi dianggap sebuah teknologi modern yang paling efektif untuk menyampaikan informasi atau berita kepada khalayak. Televisi dianggap bukan barang mewah lagi sehingga semua orang disetiap rumahnya telah memiliki teknologi yang satu ini. Fasilitas audio dan visual yang dimiliki oleh perangkat teknologi ini membuat masyarakat senang memilikinya sehingga dapat dijumpai dimana saja. Selain itu, karena jangkauannya yang luas dalam menyampaikan suatu informasi atau berita maka teknologi ini dipilih karena fungsinya yang tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Zaman dahulu sebelum ditemukannya televisi, kita akan mendapatkan kabar dari daerah atau Negara lain akan sangat lama, sekarang dengan adanya televisi kita dapat dengan cepat mendapatkan 22 kabar dari manapun dengan melihat kejadian tersebut melalui media yang satu ini. Fasilitas yang dimiliki oleh televisi seperti audio dan visual membuat teknologi ini sangat disenangi oleh masyarakat, apalagi sekarang bentuk televisi sudah semakin ekonomis dan layarnya pun sudah bisa menghadirkan yang berwarna dan berdimensi tidak sama dengan halnya dulu yaitu hitam putih. Oleh karena kedekatan media yang satu ini dengan masyarakat, maka setiap stasiun televisi berlomba-lomba untuk menampilkan tayangan-tayangan yang semenarik mungkin untuk menarik perhatian dari masyarakat. Dengan adanya televisi, seseorang bisa duduk berjam-jam menyaksikan tayangan yang digemarinya menghabiskan waktunya dibandingkan dengan waktu yang digunakan untuk kumpul bersama keluarga atau pasangannya, bekerja, belajar, ataupun melakukan rutinitas lainnya. Media televisi memang memiliki posisi istimewa dalam masyarakat. Keistimewaan itu dapat dilihat dari karakteristiknya yang memberikan kemudahan maksimal kepada khalayaknya. Hal ini dapat dipahami mengingat untuk memperoleh informasi atau berita khalayak tidak perlu keluar rumah, bersifat gratis, tidak memerlukan kemampuan baca yang tinggi, dan mencapai khalayak yang heterogen sekaligus. Singkatnya, televisi lebih mampu untuk mempengaruhi kehidupan kita lebih dari hal lain (Morissan 2010: 1 dalam Fitriyani). 23 1. Televisi sebagai media massa Televisi merupakan perkembangan medium berikutnya setelah radio yang diketemukan dengan karakternya yang spesifik yaitu audio visual. Peletak dasar utama teknologi pertelevisian tersebut adalah Paul Nipkow dari Jerman yang dilakukannya pada tahun 1884. Ia menemukan sebuah alat yang kemudian disebut sebagai Jantra Nipkow atau Nipkow Sheibe. Penemuannya tersebut melahirkan electrische teleskop atau televisi praktis. Perkembangan teknologi pertelevisian saat ini sudah sedemikian pesat sehingga dampak siarannya menyebabkan seolaholah tidak ada lagi batas antara satu Negara dengan Negara lainnya (Deddy, 2005: 4). Televisi sebagai media massa modern, berbeda dengan media massa tradisional dimana media massa tradisional komunikatornya bertatap muka dengan komunikannya (face to face communication). Dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian, televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini, dan banyak menarik simpati kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan sifat audio visualnya yang tidak dimiliki media massa lainnya, sedang penayangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas. 24 Dengan modal audio visual yang dimiliki, siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesan-pesannya. Karena itu, tidak mengherankan kalau mampu memaksa penontonnya duduk berjamjam di depan pesawat televisi. Karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap perilaku dan sekaligus perubahan pola berpikir. 2. Fungsi media massa Fungsi media massa termasuk televisi tentunya, menurut seorang ahli komunikasi Harold D. Laswell melihat fungsi utama media massa sebagai berikut : a. The surveillance of the environment. Artinya, media massa mempunyai fungsi sebagai pengamat lingkungan atau dalam bahasa sederhana sebagai pemberi informasi tentang hal-hal yang berada di luar jangkauan penglihatan kepada masyarakat luas. b. The correlation of the parts of society in responding to the environment. Artinya, media massa berfungsi untuk melakukan seleksi, evaluasi, dan interpretasi dari informasi. Dalam hal ini peranan media massa adalah melakukan seleksi mengenai apa yang perlu dan pantas untuk disiarkan. Pemilihan dilakukan oleh editor, reporter, redaktur yang mengelola media massa. c. The transmission of the social heritage from one generation to the next. Artinya, media massa sebagai sarana untuk menyampaikan 25 nilai dan warisan sosial budaya dari satu generasi ke generasi yang lain. Umumnya secara sederhana fungsi media massa ini dimaksudkan sebagai fungsi pendidikan (educational function of mass media) (Harold D. Laswell, 1948: 38). Di samping ketiga fungsi utama seperti yang dikemukakan oleh Laswell tersebut, Charles R. Wright dalam bukunya Mass Communication A Sociological Perspective (1959: 38) menambahkan fungsi keempat yaitu fungsi hiburan. Justru karena fungsi hiburan inilah orang membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Demikian pula Wilbur Schramm (1975: 34) melihat fungsi media massa sebagai sarana promosi/iklan “To sell goods for us” (dalam Darwanto 2007: 33). 3. Tayangan On The Spot On The Spot adalah program informatif yang menayangkan berbagai hal unik yang terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya dengan disertai penjelasan ringan (www.trans7.com). On The Spot sebenarnya bukan tayangan televisi baru, tetapi merupakan tayangan televisi yang berubah konsep. On The Spot tadinya merupakan tayangan televisi yang menayangkan video klip musik, tetapi On The Spot kemudian bertransformasi menjadi program 26 dokumenter (menurut rating Nielsen, masuk kategori Information: Documentary) yang mengambil potongan klip video dari situs youtube (www.tabloidbintang.com). On The Spot dengan konsep information: documentary dikemas dengan menampilkan fenomena, peristiwa, kejadian, dan sebagainya di setiap episodenya dengan satu tema, dan di dalam satu tema tersebut akan ditampilkan 7 contoh fenomena, peristiwa, kejadian dan sebagainya seperti 7 fenomena alam teraneh, 7 hewan terunik di dunia berwarna ungu, 7 hewan terpintar di dunia, dan lain-lain. Angka 7 tersebut melambangkan bahwa tayangan ini di bawah naungan stasiun televisi swasta Trans7. 4. Efek media massa Umumnya kita lebih tertarik bukan kepada apa yang kita lakukan pada media, tetapi kepada apa yang dilakukan media pada kita. Kita ingin tahu bukan untuk apa kita membaca surat kabar atau menonton televisi, tetapi bagaimana surat kabar atau televisi menambah pengetahuan, mengubah sikap, atau menggerakkan perilaku kita. Misalnya, kita pernah terkejut mendengar beberapa orang remaja yang memperkosa anak kecil setelah menonton film porno di suatu tempat di Indonesia. Perbedaan pandangan tidak saja disebabkan karena perbedaan latar belakang teoritis atau latar belakang historis tetapi juga karena perbedaan mengartikan ‘efek’. 27 Seperti dinyatakan Donald K. Robert (Schramm dan Roberts, 1977: 359) (dalam Rakhmat, 2005: 218) ada yang beranggapan bahwa efek hanyalah perubahan perilaku manusia setelah diterpa pesan media massa. Karena fokusnya pesan, maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa. Tentu saja, membatasi efek hanya selama berkaitan dengan pesan media akan mengesampingkan banyak sekali pengaruh media massa. Kita cenderung melihat efek media massa, baik yang berkaitan dengan pesan maupun media itu sendiri. Menurut Steven M. Chaffee (dalam Wilhoit dan Harold de Bock, 1980: 78) ini adalah pendekatan pertama dalam melihat efek media massa. Pendekatan kedua adalah melihat jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa yakni : 1. Efek Kognitif (cognitive effect) terjadi bila ada perubahan pada apa yang diketahui, dipahami, atau dipersepsi khalayak. Efek ini berkaitan dengan transmisi pengetahuan, keterampilan, kepercayaan, atau informasi. 2. Efek Afektif (affective effect) timbul bila ada perubahan pada apa yang dirasakan, disenangi, atau dibenci khalayak. Efek ini ada hubungannya dengan emosi, sikap, atau nilai. 3. Efek Behavioral merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati meliputi tindakan, kegiatan, atau kebiasaan berperilaku 28 yang dilakukan setelah terjadinya efek kognitif dan efek afektif terhadap khalayak. Steven H. Chaffee menyebut lima hal efek media massa yaitu : 1. Efek Ekonomis Kita mengakui bahwa kehadiran media massa menggerakkan berbagai usaha – produksi, distribusi, dan konsumsi ‘jasa’ media massa. Kehadiran televisi disamping menyedot energy listrik dapat member nafkah para juru kamera, juru rias, pengarah acara, dan belasan profesi lainnya. 2. Efek Sosial Berkenaan dengan perubahan pada struktur atau interaksi sosial akibat kehadiran media massa. Sudah diketahui bahwa kehadiran televisi menigkatkan status sosial pemiliknya. 3. Efek pada Penjadwalan Kegiatan Efek ini berkenaan dengan perubahan kegiatan sehari-hari akibat kehadiran media massa. 4. Efek pada Penyaluran/Penghilangan Perasaan Tertentu Sering terjadi orang menggunakan media untuk menghilangkan perasaan tidak enak, misalnya kesepian, marah, kecewa, dan sebagainya. Media digunakan tanpa mempersoalkan isi pesan yang disampaikannya, misalnya seorang pemuda yang kecewa menonton televisi kadang-kadang tanpa menaruh perhatian pada acara yang disajikan. 29 5. Efek pada Perasaan Orang Terhadap Media Kita memiliki perasaan positif atau negatif pada media tertentu. Tumbuhnya perasaan senang atau percaya apda media massa tertentu mungkin erat kaitannya dengan pengalaman individu bersama media massa tersebut, boleh jadi faktor isi pesan mulamula amat berpengaruh tetapi kemudian jenis media itu yang diperhatikan apa pun yang disiarkannya. C. Tanggapan Mahasiswa Universitas Hasanuddin 1. Pengertian Tanggapan Tanggapan adalah suatu kemampuan individu untuk memberikan makna atau interpretasi berdasarkan stimuli yang diterima oleh panca indera sehingga melahirkan refleksi dari dalam diri seseorang untuk merealisasikan stimulant yang diterimanya. Tapi ternyata manusia mempunyai kemampuan yang lain disamping kemampuan untuk mengadakan pengamatan yaitu membayangkan atau menanggapi atau tidak yang diamatinya itu. Dengan adanya kemampuan ini sekaligus bahwa gambaran yang terjadi pada waktu pengamatan tidak hilang begitu saja tetapi tersimpan dalam jiwa individu itu apabila tanggapan tersebut ada di bawah sadar atau tidak disadari, maka tanggapan ini disebut ‘latent’ (tersembunyi, belum terungkap), sedangkan tanggapan tersebut aktual apabila tanggapan 30 tersebut kita sadari dan pesan atau gambar pengamatan itu lebih jelas, lebih jernih, dan lebih lengkap. Pengertian tanggapan oleh beberapa ahli akan lebih memperjelas dalam proses komunikasi di antaranya sebagai berikut : Kartono Kartini (1990: 30) mendefinisikan tanggapan sebagai berikut: “Tanggapan adalah kesan-kesan yang dialami dan perangsangperangsang sudah tidak ada. Jika proses pengamatan sudah berhenti dan hanya tinggal kesan-kesannya saja, ini disebut sebagai tanggapan” Dennis Mc. Quail “Suatu proses dimana individu berubah atau menolak perubahan sehingga tanggapan terhadap pesan yang dirancang untuk mempengaruhi sikap, pengetahuan, dan perilaku” Dari definisi-definisi diatas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin merupakan reaksi atau respon yang diterima mahasiswa Universitas Hasanuddin untuk menginterpretasi sesuatu yang telah diamatinya sehingga dapat mempengaruhi kognitif, afektif, dan behavioral. 2. Proses Terjadinya Tanggapan Dalam komunikasi, proses penerimaan pesan itu merupakan suatu stimuli (rangsangan) kemudian terjadi proses persepsi pesan menerima tanggapan-tanggapan yang merupakan suatu umpan balik kepada sumber. Jadi sebelum terjadinya tanggapan, maka terlebih dahulu harus ada rangsangan atau stimulus, kemudian rangsangan yang diterima dipersepsikan. Sedangkan perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama 31 dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema berikut: Gambar 2.1 Skema Terjadinya Proses Tanggapan penalaran rangsangan persepsi pengenalan tanggapan perasaan Bagan diatas menggambarkan bahwa terjadinya tanggapan terlebih dahulu harus ada rangsangan. Kemudian rangsangan yang di terima kita persepsi. Persepsi dapat di definisikan sebagai cara manusia menangkap rangsangan, kemudian pengenalan rangsangan. Pengenalan adalah cara manusia memberikan arti terhadap rangsangan. Selanjutnya adalah penalaran dan perasaan. Penalaran adalah proses dengan nama rangsangan yang dihubungkan dengan rangsangan lainnya, pada tingkat pembentukan kegiatan psikologi. Sedangkan perasaan adalah konotasi emosional yang dihasilkan oleh diri sendiri maupun bersama-sama dengan rangsangan lain pada tingkat kognitif atau konseptual. Untuk selanjutnya dapat melahirkan tanggapan. 32 3. Faktor Yang Mempengaruhi Tanggapan Schramm (1971) (dalam Wiryanto, 2006: 41) menyebutkan empat faktor yang mempengaruhi tanggapan yaitu pesan, situasi ketika pesan itu diterima dan ditanggapi, kepribadian komunikan, dan konteks kelompok ketika komunikan menjadi anggotanya. Selain itu, faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan, yaitu : 1. Adanya perhatian yaitu proses mental ketika stimulus atau rangkaian stimulus menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimulus lainnya melemah 2. Kesukaan adalah sesuatu yang disebut komunikasi praktis. Dengan kata lain minat seseorang dapat tercipta karena adanya rasa suka terhadap sesuatu 3. Keinginan hati terjadi apabila dalam diri seseorang ada rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Dalam komunikasi, hal ini termasuk efektif untuk menunjukkan bahwa minat seseorang dapat muncul karena adanya keinginan atau kemauan 4. Niat yaitu keinginan yang dikehendaki oleh seseorang untuk melakukan sesuatu, tanpa niat seseorang mustahil melakukan sesuatu. 5. Ingin tahu yaitu adanya perasaan ingin tahu atau pertanyaan yang muncul di dalam benak sesorang untuk diketahui atau perasaanperasaan terhadap sesuatu sehingga seorang berminat. 33 D. Deskripsi Teori 1. Teori S – O – R Teori ini pada dasarnya mengatakan bahwa efek merupakan reaksi terhadap situasi tertentu. Dengan demikian seseorang dapat mengharapkan sesuatu atau memperkirakan sesuatu dengan sejumlah pesan yang disampaikan melalui penyiaran. Teori ini memiliki tiga elemen yakni pesan (stimulus), penerima (organism), dan efek (respons). Teori stimulus respons juga memandang bahwa pesan dipersepsikan dan didistribusikan secara sistemik dan dalam skala yang luas. Pesan, karenanya tidak ditujukan kepada orang dalam kapasitasnya sebagai individu tapi sebagai bagian dari masyarakat. Untuk mendistribusikan pesan sebanyak mungkin penggunaan teknologi merupakan keharusan. Model S – O – R berasal dari model stimuli-respons menurut pendekatan psikologi dimodifikasi oleh De Fleur dengan memasukkan unsur organisme. Stimulus = rangsangan = dorongan Organisme = manusia = komunikan Respons = respon = reaksi = tanggapan = jawaban = pengaruh = efek = akibat Selanjutnya, teori ini juga menekankan perubahan sikap dengan stimulus yang datang dan berkonsentrasi terhadap bagaimana berubahnya sebuah sikap. Hovland, Jennis dan Kelly menyatakan 34 bahwa dalam menelaah perubahan sikap, ada tiga variabel penting yaitu perhatian, pengertian, dan penerimaan (Effendy, 2003: 254-255). Gambar 2.2 The Stymulus Organism Respons Theory Organism Stimulus - Perhatian Pengertian Penerimaan Respons (perubahan sikap) Unsur-unsur dalam model ini adalah : 1. Pesan 2. Komunikan (organism) 3. Efek (respons) 2. Teori Uses and Gratification Model ini digambarkan sebagai a dramatic break with effects traditions of the past (Swanson, 1979 dalam Rakhmat), suatu loncatan dramatis dari model jarum hipodermik. Model ini tidak tertarik pada 35 apa yang dilakukan media pada diri orang, tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Dari sini muncullah teori uses and gratification yaitu penggunaan dan pemenuhan kebutuhan. Konsep dasar teori ini diringkas oleh para pendirinya (Katz, Blumler, dan Gurevitch, 1974: 20 dalam Rakhmat). Dengan teori ini yang diteliti adalah (1) sumber sosial dan psikologis dari (2) kebutuhan yang melahirkan (3) harapan-harapan dari (4) media massa atau sumber-sumebr yang lain yang menyebabkan (5) perbedaan pola terpaan media atau keterlibatan dalam kegiatan lain, dan menghasilkan (6) pemenuhan kebutuhan dan (7) akibat-akibat lain bahkan seringkali akibat-akibat yang tidak dikehendaki. Penggunaan media terdiri dari jumlah waktu yang digunakan dalam berbagai media, jenis isi media yang dikonsumsi, dan berbagai hubungan antara individu konsumen media dengan isi media yang dikonsumsi atau dengan media secara keseluruhan (Rosengren, 1974: 277 dalam Rakhmat). Efek media dapat dioperasionalkan sebagai evaluasi kemampuan media untuk memberikan kepuasan, misalnya sampai sejauh mana televisi membantu responden untuk memperjelas suatu masalah; sebagai dependensi media, misalnya kepada media mana atau isi yang bagaimana responden amat bergantung untuk 36 tujuan informasi; dan sebagai pengetahuan, misalnya apa yang diketahui responden terhadap suatu hal tertentu. 37 BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Universitas Hasanuddin Mengawali berdirinya Universitas Hasanuddin secara resmi pada tahun 1956, di kota Makassar pada tahun 1947 telah berdiri Fakultas Ekonomi yang merupakan cabang Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Jakarta berdasarkan keputusan Letnan Jenderal Gubernur Pemerintah Hindia Belanda Nomor 127 tanggal 23 Juli 1947. Karena ketidakpastian yang berlarut-larut dan kekacauan di Makassar dan sekitarnya maka fakultas yang dipimpin oleh Drs. L.A. Enthoven (Direktur) ini dibekukan dan baru dibuka kembali sebagai cabang Fakultas Ekonomi UI pada 7 Oktober 1953 di bawah pimpinan Prof. Drs. G.H.M. Riekerk. Fakultas Ekonomi benar-benar hidup sebagi cikal bakal Universitas Hasanuddin setelah dipimpin oleh ketua Prof. Drs. Wolhoff dan sekretarisnya Drs. Muhammad Baga pada tanggal 1 September 1956 sampai diresmikannya Universitas Hasanuddin pada tanggal 10 September 1956. Di saat terjadinya stagnasi Fakultas Ekonomi di akhir tahun 1950, Nuruddin Sahadat, Prof. Drs. G.J. Wolhoff, Mr. Tjia Kok Tjiang, J.E. Tatengkeng dan kawan-kawan mempersiapkan pendirian Fakultas Hukum swasta. Jerih payah mereka melahirkan Balai Perguruan Tinggi 37 38 Sawerigading yang dibawah ketuanya Prof. Drs. G.J. Wolhoff tetap berusaha mewujudkan universitas negeri sampai terbentuknya Panitia Pejuang Universitas Negeri di bulan Maret 1950. Jalan yang ditempuh untuk mewujudkan universitas didahului dengan membuka Fakultas Hukum dan Pengetahuan Masyarakat cabang Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI) yang resmi didirikan tanggal 3 Maret 1952 dengan Dekan pertama Prof. Mr. Djokosoetono yang juga sebagai Dekan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (UI). Dilandasi semangat kerja yang tinggi, kemandirian dan pengabdian, Fakultas Hukum yang dipimpin Prof. Dr. Mr. C. de Heern dan dilanjutkan Prof. Drs. G.H.M. Riekerk, dalam kurun waktu empat tahun mampu memisahkan diri dari Universitas Indonesia dengan keluarnya PP no. 23 tahun 1956 tertanggal 10 September 1956. Langkah usaha Yayasan Balai Perguruan Tinggi Sawerigading untuk membentuk Fakultas Kedokteran terwujud dengan tercapainya kesepakatan antara pihak Yayasan dengan Kementerian PP dan K yang ditetapkan dalam rapat Dewan Menteri tanggal 22 Oktober 1953. Berdasarkan ketetapan tersebut dibentuklah Panitia Persiapan Fakultas Kedokteran di Makassar yang diketuai Syamsuddin Daeng Mangawing dengan Muhammad Rasyid Daeng Sirua sebagai sekretaris dan anggotaanggotanya yaitu J.E. Tatengkeng, Andi Patiwiri dan Sampara Daeng Lili. Pada tanggal 28 Januari 1956, Menteri P dan K Prof. Mr. R. Soewandi meresmikan Fakultas Kedokteran Makassar yang kelak berubah menjadi 39 Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin seiring dengan diresmikannya Universitas Hasanuddin pada tanggal 10 September 1956. Perjuangan dan tekad masyarakat Sulawesi Selatan untuk melahirkan putra bangsa yang berpengalaman teknik mencapai keberhasilannya ketika menteri P dan K RI mengeluarkan SK No. 88130/S tertanggal 8 September 1960 perihal peresmian Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin yang diketuai Ir. J. Pongrekun dan sekretarisnya Ir. Ramli Cambari Saka dengan tiga departemen Sipil, Mesin dan Perkapalan. Pada tahun 1963 menyusul terbentuk Departemen Elektronika dan Arsitektur dan lengkaplah Fakultas Teknik sebagai fakultas yang ke-4. Mendahului SK Menteri PP dan K tanggal 3 Desember 1960 No. 102248/UU/1960 perihal Pembentukan Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin, telah terjadi “peleburan” beberapa unit Program Kursus B.1 dari Yayasan Perguruan Tinggi Makassar ke Universitas Hasanuddin. Yayasan yang diketuai oleh Syamsuddin Dg Mangawing beranggotakan antara lain Prof. G.J. Wolhoff ini adalah pecahan Universitas Sawerigading yang dipimpin oleh Nuruddin Sahadat. Peristiwa “peleburan” Program Kursus B.1 Paedagogik, Sastra Timur dan Sastra Barat ke Unhas pada tanggal 2 Nopember 1959 tersebut menjadi cikal bakal Fakultas Sastra yang secara resmi terbentuk sesuai SK menteri PP dan K tanggal 3 Nopember 1960. Menyusul “kelahiran” Fakultas Sastra, lahirlah Fakultas yang ke6 yakni Fakultas Sosial Politik sesuai dengan SK Menteri P & K tertanggal 40 30 Januari 1961 No. A. 4692/U.U.41961, berlaku mulai 1 Februari 1961. Pada awalnya fakultas ini merupakan Perguruan Tinggi Swasta yang bernama Fakultas Tata Praja Universitas 17 Agustus 1945 yang didirikan oleh Mr. Tjia Kok Tjiang yang kelak setelah penegeriannya menjadi pimpinan fakultas didampingi Mr. Sukamto sebagai sekretaris. Pada tanggal 15 Nopember 1962 Mr. Sukamto diangkat sebagai Dekan dan Abdullah Amu menjadi Sekretaris. Di masa kepemimpinan Rektor A. Amiruddin berdasarkan SK Menteri Pendidikandan Kebudayaan No. 0266/Q/1977 tanggal 16 Juli 1977 Fakultas Sastra diintegrasikan ke dalam Fakultas Ilmu Sosial Budaya bersama Fakultas Ilmu Sosial Politik dan Fakultas Ekonomi. Hal yang sama juga terjadi atas Fakultas Teknik dan Fakultas MIPA yang diintegrasikan menjadi Fakultas Sains dan Teknologi terkecuali Fakultas Hukum yang tidak “rela” berintegrasi dengan Fakultas Ilmu-ilmu Sosial Budaya. Berselang enam tahun kemudian yakni pada tahun 1983 pengintegrasian ini dicabut dengan keluarnya PP No. 5 Tahun 1980 yang disusul dengan SK Presiden RI No. 68 Tahun 1982. Melalui kerjasama dengan IPB Bogor dan atas permintaan Rektor Prof. Arnold Mononutu terbentuklah Panitia Persiapan Pendirian Fakultas Pertanian yang beranggotakan Prof. Dr. A. Azis Ressang, dosen Fakultas Kedokteran Hewan IPB dan Ir. Fachruddin, asisten Akhli Fakultas Pertanian IPB. Kerjasama Prof. Ressang dan kawan-kawan dengan Fakultas Pertanian Universitas Indonesia dan IPB membuahkan 41 SK Menteri PTIP RI Prof. Dr. Ir. Toyib Hadiwijaya tertanggal 17 Agustus 1962 dan secara resmi Fakultas Pertanian menjadi fakultas yang ke-7 dalam lingkungan Universitas Hasanuddin. Gubernur Andi Pangerang Petta Rani dalam rapat tanggal 11 Maret 1963 menunjuk Ir. Aminuddin Ressang sebagai ketua sub-panitia kerja Pembentukan Fakultas Ilmu Pasti dan Ilmu Alam (FIPIA) resmi terbentuk berdasar surat kawat Menteri PTIP tanggal 8 Agustus 1963 No. 59 1 BM/PTIP/63 disusul SK Menteri No. 102 Tahun 1963 berlaku tanggal 17 Agustus 1963. Pada tahun 1963, dibentuk Panitia Pendiri Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan di Makassar yang diketuai Syamsuddin Dg Mangawing dengan anggota Andi Pangerang Petta Rani, Drh. A. Dahlan dan Andi Patiwiri. Pada tanggal 10 Oktober 1963 berdiri Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan (FKHP) yang berstatus swasta di dekani oleh Drh. Achmad Dahlan dengan Pembantu Dekan I, II masingmasing Drh. Muh. Gaus Siregar dan Andi Baso Ronda, B. Agr.Sc. Terhitung mulai tanggal 1 Mei 1964 fakultas swasta tersebut dinegerikan menjadi Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin melalui SK Menteri PTIP No. 3711964 tanggal 4 Mei 1964. Pendidikan Dokter Gigi berdiri pada tanggal 23 Januari 1969 sebagai hasil kerjasama antara Universitas dengan TNI-AL sebagai hasil rintisan Laksamana Mursalim Dg Mamanggun, S.H., Rektor Unhas Let.Kolonel Dr. M. Natsir Said, S.H. serta Drg. Halima Dg Sikati dan 42 diberi nama Institut Kedokteran Gigi Yos Sudarso. Pada tahun 1970, institut ini resmi menjadi Jurusan Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin dan selanjutnya menjadi Fakultas Kedokteran Gigi Unhas pada tahun 1983. Fakultas kesehatan Masyarakat (FKM) didirikan pada tanggal 5 Nopember 1982 yang pada awalnya menerima mahasiswa tamatan Diploma Tiga Kesehatan dan nanti pada tahun 1987 FKM Unhas menerima tamatan SMA. FKM merupakan fakultas yang ke-11 dalam lingkungan Unhas. Sebagai realisasi dari pengembangan Pola Ilmiah Pokok (PIP) yang menjadi rujukan orientasi lembaga pendidikan tinggi di Indonesia, maka pada tahun 1988 Unhas secara resmi membuka program Studi Ilmu Kelautan dengan SK Dirjen Dikti No.19/Dikti/Kep/1988, tanggal 16 Juni 1988. Pada awalnya karena belum ada wadah yang tepat program tersebut berstatus lintas fakultas dan langsung dibawahi rector. Mengingat sifatnya yang berorientasi kelautan, program ini pada akhirnya dibentuk menjadi Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan dengan menggabungkan Jurusan Perikanan ke dalamnya berdasarkan SK Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.036/0/1996, tanggal 29 Januari 1996. Pada Dies Natalis yang ke-25, 17 September 1981 Presiden RI Soeharto meresmikan Kampus Tamalanrea yang pada awalnya dirancang oleh Paddock Inc., Massachustts, AS dan dibangun oleh OD 205, Belanda 43 yang bekerjasama dengan PT. Sangkuriang Bandung di atas tanah seluas 220 Ha. Sejak dikeluarkannya SK Menteri PP dan K No. 3369/S tanggal 11 Juni 1956 terhitung mulai 1 September 1956 dan dengan PP No. 23 tanggal 8 September 1956, Lembaran Negara No. 39 tahun 1956 yang secara resmi dibuka oleh Wakil Presiden RI Drs. Moh. Hatta pada tanggal 10 September 1956, Unhas pernah dipimpin oleh sejumlah Rektor yaitu : 1. Prof. Mr. A. G. Pringgodigdo 1956 – 1957 2. Prof. Mr. K.R. M. T. Djokomarsaid 1957 – 1960 3. Prof. Arnold Mononutu 1960 – 1965 4. Let. Kol. Dr. M. Natsir Said, S. H. 1965 – 1969 5. Prof. Dr. A. Hafid 1969 – 1973 6. Prof. Dr. Ahmad Amiruddin 1973 – 1982 7. Prof. Dr. A. Hasan Walinono 1982 – 1984 8. Prof. Dr. Fachrudin 1984 – 1989 9. Prof. Dr. Basri Hasanuddin, M.A. 1989 – 1997 10. Prof. Dr. Ir. Radi A. Gany 1997 – 2006 11. Prof. Dr. dr. Idrus A. Paturusi 2006 – sekarang 44 B. Visi, Misi dan Tujuan Visi Melalui rapat kerja Unhas yang dilaksanakan di Tana Toraja pada tanggal 17 – 20 Desember 2009, Unhas telah menetapkan visi jangka panjang sebagai berikut: Pusat unggulan dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis Benua Maritim Indonesia. Rumusan visi ini mengandung makna adanya kebersamaan tekad seluruh sivitas akademika untuk menempatkan Unhas sebagai entitas akademik yang tidak sebatas memfasilitasi, tetapi menstimulasi lahirnya segenap potensi, proses, dan karya terbaik dalam pengembangan insani, ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya berbasis benua maritim Indonesia. Dalam konsep benua maritim Indonesia, seluruh program studi memiliki kebebasan dan peluang yang sama untuk berkontribusi dalam pengembangan IPTEKSBUD. Hal ini sejalan dengan konsep benua maritim yang memiliki makna sebagai satu kesatuan alamiah antara darat, laut, dan dirgantara di atasnya, tertata secara unik yang menampilkan ciri-ciri benua dengan karakteristik yang khas dari sudut pandang iklim dan cuaca (klimatologi dan meteorologi), keadaan airnya (oseanografi), tatanan kerak bumi (geologi), keragaman biota (biologi), serta tatanan sosial budayanya (antropologi), yang menjadi wilayah yurisdiksi Negara Kesatuan Republik Indonesia. 45 Misi 1. Menyediakan lingkungan belajar yang berkualitas untuk mengembangkan kapasitas pembelajar yang inovatif dan proaktif. Makna yang terkandung dalam rumusan masalah ini adalah bahwa didalam menyelenggarakan dharma pendidikan Unhas sepenuhnya menggunakan pendekatan learning sehingga peran Unhas semestinya adalah menyediakan lingkungan belajar yang berkualitas dan kondusif bagi sivitas akademika Unhas guna mengembangkan kapasitasnya. Misi ini juga mengandung makna bahwa di dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran, kontennya dikembangkan berdasarkan hasil kegiatan penelitian (dharma 2), serta memelihara relevansi isinya dengan kebutuhan masyarakat berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kepada masyarakat (dharma 3). 2. Melestarikan (to preserve), mengembangkan, menemukan, dan menciptakan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya. Makna rumusan misi yang kedua menekankan perlunya Unhas untuk melestarikan IPTEKS baik dalam bentuk pembelajaran kepada peserta didik (pembelajaran berbasis riset) maupun publikasi (buku dan jurnal) kepada masyarakat luas. Misi ini juga mengandung makna bahwa didalam melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk memajukan ipteks senantiasa di diseminasikan melalui kegiatan pembelajaran (dharma 1), dan dimanfaatkan bagi peningkatan 46 kesejahteraan masyarakat melalui bidang pengabdian kepada masyarakat (dharma 2). 3. Menerapkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya bagi kemasalahatan benua maritim Indonesia. Makna yang terkandung dalam rumusan ini adalah bahwa di dalam melakukan kegiatan pengabdian kepada masyarakat juga ditujukan untuk memelihara relevansi materi pembelajaran (dharma 1), dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui penerapan dan pemanfaatan ipteks beserta penemuan dan pengembangannya yang dihasilkan dalam kegiatan penelitian dan pengembangan (dharma 2). Nilai Di dalam melaksanakan kegiatan tri dharma, seluruh sivitas akademika Unhas perlu dilandasi dan dijiwai oleh sistem tata nilai yang disepakati bersama yang merupakan pencerminan dari jati diri Unhas. Oleh karena itu, rumusan nilai-nilai Unhas mengacu kepada 2 (dua) tatanan nilai yaitu (1) nilai akademik yang merupakan sumber budaya akademik pada setiap perguruan tinggi pada umumnya, dan (2) tatanan nilai yang berkembang dalam wilayah benua maritim Indonesia pada umumnya dan masyarakat Sulawesi Selatan pada khususnya. Atas dasar kedua acuan tersebut, maka tatanan nilai Unhas dirumuskan sebagai berikut; 47 a) Integritas, yang mewakili sifat jujur, berani, bertanggung jawab, dan teguh dalam pendirian. b) Inovatif, yang merupakan kombinasi dari kreatif orientasi mutu, mandiri dan kepeloporan. c) Katalitik, yang mewakili sifat berani, keteguhan hati, dedikatif dan kompetitif. d) Arif, yang mewakili kepatutan, adil dan beradab, holistik dan asimilatif. C. Struktur Organisasi dan Manajemen Struktur Organisasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No. 0206/0/1995, struktur organisasi Universitas Hasanuddin terdiri atas komponen-komponen berikut ini: 1. Rektor dan Wakil Rektor 2. Senat 3. Dewan Penyantun 4. Biro Administrasi 5. Program Pascasarjana 6. Fakultas-fakultas 7. Lembaga-lembaga 8. Unit-unit Pelaksana Tugas 48 Gambar 3.1 Struktur Organisasi Universitas Hasanuddin Rektor Senat Wakil Rektor Dewan Penyantun Biro Administrasi Program Pasca Sarjana Fakultasfakultas Program Studi Jurusan LP LPM LKPP UPT Pusat Penggajian Pusat Pengembangan Program Studi Pusat Penelitian Laboratorium 1) Rektor dan Wakil Rektor Rektor adalah pimpinan tertinggi universitas. Rektor dipilih oleh senat untuk masa bakti lima tahun. Setelah masa bakti lima tahun pertama, rektor dapat dipilh kembali untuk masa bakti lima tahun kedua. Masa bakti maksimum untuk rektor adalah dua kali lima tahun. Untuk pelaksanaan program universitas, rektor dibantu oleh wakil-wakil Rektor, yaitu : 49 1. Wakil Rektor I Bidang Akademik 2. Wakil Rektor II Bidang Administrasi Umum dan Kesejahteraan 3. Wakil Rektor III Bidang Kemahasiswaan 4. Wakil Rektor IV Bidang Hubungan Eksternal, Perencanaan dan Pengendalian 2) Senat Senat adalah Lembaga Perwakilan para dosen yang anggotanya terdiri atas dosen-dosen yang bergelar profesor penuh dan dosen-dosen lainnya yang ditunjuk untuk mewakili fakultasnya masing-masing. Tugas senat di antaranya adalah memilih rektor dan memformulasikan kebijkankebijakan universitas. Untuk menjalankan program-programnya, para anggota senat dibagi ke dalam empat komisi : 1. Komisi Bidang Pendidikan, Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat 2. Komisi Bidang Organisasi dan Kepegawaian 3. Komisi Bidang Kemahasiswaan dan Kesejahteraan 4. Komisi Bidang Perencanaan dan Pengembangan Universitas 5. Komisi Bidang Keuangan dan Aset 3) Dewan Penyantun Dewan penyantun berfungsi sebagai dewan konsultasi yang akan memberikan pertimbangan-pertimbangan kepada rector. Anggota-anggota 50 dewan penyantun terdiri atas para pejabat pemerintahan, pejabat militer, pemuka agama dan mantan-mantan rektor. 4) Biro Administrasi Di bawah rektor dan wakil rektor terdapat lima biro yang berfungsi untuk mengimplementasikan administrasi universitas. Biro-biro ini adalah sebagai berikut: 1. Biro Administrasi Akademik 2. Biro Administrasi Umum 3. Biro Administrasi Keuangan 4. Biro Administrasi Kemahasiswaan dan Alumni 5. Biro Administrasi Perencanaan dan Sistem Informasi 5) Fakultas-fakultas Fakultas berfungsi untuk mengorganisasi dan menjalankan proses pendidikan dan melaksanakan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat menurut bidangnya masing-masing. Setiap fakultas dipimpin oleh seorang Dekan yang dipilih dan diangkat oleh Senat Fakultas untuk masa bakti emapt tahun. Sama halnya dengan rektor, dekan dapat dipilih kembali pada masa kedua setelah masa bakti pertama selesai. Saat ini Universitas Hasanuddin memiliki 14 fakultas, yaitu : 1. Fakultas Ekonomi 2. Fakultas Hukum 3. Fakultas Kedokteran 4. Fakultas Teknik 51 5. Fakultas Ilmu Budaya (Sastra) 6. Fakultas Ilmu Politik dan Sosial 7. Fakultas Pertanian 8. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan alam 9. Fakultas Peternakan 10. Fakultas Kedokteran Gigi 11. Fakultas Kesehatan Masyarakat 12. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan 13. Fakultas Kehutanan 14. Fakultas Farmasi Setiap fakultas terdiri atas beberapa Jurusan atau Bagian dan Program Studi. Jurusan atau bagian dipimpin oleh seorang Ketua dan Sekretaris yang dipilih oleh dosen-dosen pada jurusan atau bagian tersebut untuk masa bakti empat tahun dan dapat dipilih kembali untuk masa bakti empat tahun berikutnya. Dari keempat belas Fakultas dan Program Pasca Sarjana; terdapat 57 program studi S1, 5 profesi, 48 S2, 18 Sp-1, dan 8 S3. Untuk pelaksanaan proses pembelajaran dan penelitian, jurusan atau bagian dilengkapi dengan laboratorium-laboratorium. Setiap laboratorium dikepalai oleh seorang staf akademik yang ditunjuk oleh ketua jurusan. 6) Program Pasca Sarjana Universitas Hasanuddinmerupakan salah satu universitas di luar Jawa yang diberikan kewenangan untuk membuka Program Magister dan 52 Doktor secara independen. Saat ini di Universitas Hasanuddin terdapat 30 program studi untuk program magister dan 8 program studi untuk program doctor serta 18 Sp-1. 7) Lembaga-lembaga Untuk melaksanakan program-program pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat, Universitas Hasanuddin memiliki tiga lembaga yaitu : 1. Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (LKPP) 2. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LP2M) 3. Lembaga Penerbitas Unhas (LEPHAS) 8) Unit Pelaksana Tugas – Teknis Untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, sivitas akademika Universitas Hasanuddin dilengkapi dengan lima Unit Pelaksana Tugas. Empat di antara unit ini didesain untuk memfasilitasi pelaksanaan proses pembelajaran, penelitian dan pengabdian pada masyarakat. Satu unit lainnya dimaksudkan untuk membantu pemeliharaan kampus. Kelima unit ini adalah sebagai berikut: 1. Pusat Teknologi Informatika dan Komunikasi (PTIK) 2. Pusat Bahasa 3. Perpustakaan 4. Workshop 5. UPT Mata Kuliah Umum (MKU) 53 D. Lambang UNHAS ARTI LAMBANG UNHAS 1. Ayam jantan, tegak di atas benteng kekukuhan tempat berpijak, membawa serta pada dirinya simbol-simbol kemauan keras, kebebasan berfikir, berjiwa besar untuk mencapai keseluruhan ilmu pengetahuan, kebahagian dan kesentosaan hidup dalam mengabdi kepada kejayaan nusa dan bangsa. 2. Unsur-unsur Lambang Ayam jantan melambangkan sifat dan pribadi Sultan Hasanuddin yang mencerminkan sikap intelek, berjiwa besar dan militan dalam bergerak ke arah kemajuan. Pohon Lontar, lambang ilmu pengetahuan tentang keserbagunaan manfaat yang diberikannya kepada umat manusia untuk kesejahteraan lahir batin. Benteng, mengingatkan kejayaan bahari tempat UNHAS berdiri. Bentengbenteng Somba Opu, Ujungpandang, dan Tallo melindungi kota Makassar, mendorong tekad patriotik dan dinamik untuk berjasa kepada tanah air. 54 Buah Padi dan Daun Kelapa, menggugah semangat untuk hidup makin berisi kian merunduk, dan keunggulan berdiri tegak menghadang badai dan taufan, seperti pohon kelapa yang menghiasi persada tanah air. 3. Unsur-unsur warna Kuning, melambangkan kedewasaan, kemuliaan, dan kesatriaan. Hijau, melambangkan kesuburan dan harapan. Putih, melambangkan garis-garis kesucian, ketulusan, dan keapikan. Merah, melambangkan semangat dan cinta kepada tanah air. Hitam, melambangkan kedalaman ilmu pengetahuan dan kebulatan tekad untuk mencapai pribadi yang utuh. 4. Konstruksi Harpa atau kecapi, terukir ragam hias Indonesia, mewakili kehidupan artistik Nusantara, untuk pembinaan seni budaya dan keluhuran bangsa dan tanah air Indonesia. 55 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya dan sesuai dengan judulnya, penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana tanggapan mahasiswa terhadap tayangan On The Spot di Trans7 dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Penulis memilih mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai objek pengukuran tanggapan berdasarkan pengkategorisasian seperti yang telah dibahas pada Bab I. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Hasanuddin yang terdiri dari empat fakultas yakni fakultas Isipol, Sastra, Pertanian dan MIPA. Jumlah responden yang menjadi sampel setelah menggunakan tabel Isaac dan Michael berjumlah 332 responden. Untuk lebih jelasnya maka hasil penelitian ini dapat kita lihat pada tabel-tabel dibawah ini: 1. Identitas Responden 1.1 Fakultas Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Fakultas N = 332 Fakultas Isipol Sastra Pertanian Frekuensi 85 95 80 55 Persentase 25,6 28,6 24,1 56 MIPA Total 72 332 21,7 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.1 diatas menunjukkan bahwa persentase responden terbesar adalah mahasiswa fakultas Sastra sebanyak 95 responden (28,6%), diurutan kedua adalah mahasiswa fakultas Isipol sebanyak 85 responden (25,6%), diurutan ketiga adalah mahasiswa fakultas Pertanian sebanyak 80 responden (24,1%), dan yang terakhir adalah mahasiswa fakultas MIPA sebanyak 72 responden (21,7%). 1.2 Jenis Kelamin Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin N = 332 Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Total Frekuensi 143 189 332 Persentase 43,1 56,9 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.2 diatas menunjukkan bahwa responden perempuan berada pada persentase tertinggi yaitu sebanyak 189 responden (56,9%), kemudian responden laki-laki sebanyak 143 responden (43,1%). 1.3 Usia Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Usia N = 332 Usia ≤ 20 tahun 20-21 tahun 22-23 tahun ≥ 23 tahun Frekuensi 168 84 61 19 Persentase 50,6 25,3 18,4 5,7 57 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden usia ≤ 20 tahun sebanyak 168 responden (50,6%), disusul responden usia 20-21 tahun sebanyak 84 responden (25,3%), disusul responden usia 22-23 tahun sebanyak 61 responden (18,4%), kemudian responden usia ≥ 23 tahun sebanyak 19 responden (5,7%). 2. Tanggapan Mahasiswa Universitas Hasanuddin Terhadap “On The Spot” 2.1 Kepemilikan Media Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Kepemilikan Media N = 332 Kepemilikan Media Frekuensi Persentase Surat Kabar 2 0,6 Televisi 68 20.5 Radio 3 0,9 Internet 17 5,1 Lainnya 6 1,8 Surat Kabar, Televisi 2 0,6 Surat Kabar, Internet 10 3 Surat Kabar, Lainnya 1 0,3 Surat Kabar, Televisi, Radio 9 2,7 Surat Kabar, Televisi, Internet 20 6 Surat Kabar, Televisi, Radio, 2 0,6 Lainnya Surat Kabar, Televisi, Internet, 2 0,6 Lainnya Televisi, Radio 13 3,9 Televisi, Internet 64 19,3 Televisi, Lainnya 4 1,2 Televisi, Radio, Internet 38 11,4 Televisi, Internet, Lainnya 1 0.3 Televisi, Radio, Internet, Lainnya 1 0,3 Radio, Internet 3 0,9 Internet, Lainnya 1 0,3 58 Semua Semua, Lainnya Total 59 6 332 17,8 1,8 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.4 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar adalah responden dengan kepemilikan media Televisi sebanyak 68 responden (20,5%), disusul responden dengan kepemilikan media Televisi dan Internet sebanyak 64 responden (19,3%), kemudian reponden dengan kepemilikan media Semua (surat kabar, televisi, radio, internet) sebanyak 59 responden (17,8%). Sedangkan kepemilikan media yang lainnya yang responden miliki antara lain handphone, majalah, dan laptop. 2.2 Waktu Menonton Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Menonton N = 332 Waktu Menonton 1 kali 2 kali 3 kali 4 kali Setiap hari dari seninjumat Total Frekuensi 53 85 111 34 Persentase 16 25,6 33,4 10,2 49 14,8 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.5 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan waktu menonton On The Spot sebanyak 3 kali dalam lima hari berada pada persentase tertinggi yaitu sebanyak 111 responden (33,4%), berikutnya diurutan kedua responden yang menonton On The Spot sebanyak 2 kali dalam lima hari yaitu sebanyak 85 responden 59 (25,6%), dan di urutan ketiga adalah sebanyak 1 kali dalam lima hari yaitu sebanyak 53 responden (16%). Sedangkan persentase terendah yaitu 4 kali dalam lima hari sebanyak 34 responden (10,2%). 2.3 Awal Mendapat Informasi Tayangan Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Awal Mendapat Informasi Tayangan N = 332 Awal Mendapat Informasi Frekuensi Persentase Tayangan Teman 39 11,7 Keluarga 20 6 Media 273 82,2 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.6 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden awal mendapatkan informasi tayangan On The Spot, yaitu dari media sebanyak 273 responden (82,2%). Disusul dari teman sebanyak 39 responden (11,7%), dan persentase terendah responden awal mendapatkan informasi tayangan On The Spot dari keluarga sebanyak 20 responden (6%). a. Jadwal Penayangan 2.4 Waktu Penayangan Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Waktu Penayangan N = 332 Waktu Penayangan Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Frekuensi 42 246 38 6 Persentase 12,7 74,1 11,4 1,8 60 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.7 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden yang menyatakan waktu penayangan On The Spot sudah sesuai sebanyak 246 responden (74,1%), lalu sebanyak 38 responden (11,4%) menyatakan waktu penayangan tidak sesuai, dan sebanyak 42 responden (12,7%) menyatakan waktu penayangan sangat sesuai. 2.5 Hari Penayangan Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan Hari Penayangan N = 332 Waktu Penayangan Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Sangat Tidak Sesuai Total Frekuensi 47 250 31 4 332 Persentase 14,2 75,3 9,3 1,2 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.8 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden yang menyatakan hari penayangan On The Spot sudah sesuai sebanyak 250 responden (75,3%), lalu sebanyak 31 responden (9,3%) menyatakan hari penayangan tidak sesuai, dan sebanyak 47 responden (14,2%) menyatakan hari penayangan sangat sesuai. 2.6 Durasi Penayangan Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Durasi Penayangan N = 332 Waktu Penayangan Sangat Sesuai Sesuai Tidak Sesuai Frekuensi 44 236 44 Persentase 13,3 71,1 13,3 61 Sangat Tidak Sesuai Total 8 332 2,4 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.9 diatas menunjukkan bahwa persentase terbesar responden yang menyatakan durasi penayangan On The Spot sudah sesuai sebanyak 236 responden (71,1%), lalu sebanyak 44 responden (13,3%) menyatakan hari penayangan tidak sesuai, dan sebanyak 44 responden (13,3%) menyatakan hari penayangan sangat sesuai. b. Tema Tayangan 2.7 Penilaian Tema Tayangan Tabel 4.10 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Tema Tayangan N = 332 Tema Tayangan Frekuensi Persentase Sangat Tidak Bagus 6 1,8 Tidak Bagus 4 1,2 Bagus 254 76,5 Sangat Bagus 68 20,5 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.10 diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi adalah responden yang menyatakan bahwa tema yang ditampilkan oleh On The Spot sangat bagus yaitu sebanyak 254 responden dengan persentase 76,5%, dan selebihnya sebanyak 68 responden dengan persentase 20,5% menyatakan sangat bagus tema yang ditampilkan oleh On The Spot. 62 2.8 Tema Yang Paling Diminati Tabel 4.11 Distribusi Responden Berdasarkan Tema Yang Paling Diminati N = 332 Tema Yang Paling Diminati Frekuensi Persentase Fenomena Alam 70 21,1 Peristiwa Terunik 50 15,1 Peristiwa Teraneh 24 7,2 Budaya 30 9 Lainnya 3 9 Fenomena Alam, Peristiwa Terunik 12 3,6 Fenomena Alam, Peristiwa Teraneh 6 1,8 Fenomena Alam, Budaya 7 2,1 2 0,6 Fenomena Alam, Lainnya Fenomena Alam, Peristiwa Terunik, 16 4,8 Peristiwa Teraneh 10 3 Fenomena Alam, Peristiwa Terunik, Budaya 2 0,6 Fenomena Alam, Peristiwa Terunik, Lainnya 2 0,6 Fenomena alam, Peristiwa Teraneh, Budaya Fenomena Alam, Peristiwa Teraneh, Lainnya Fenomena Alam, Budaya, Lainnya Fenomena Alam, Peristiwa Terunik, Peristiwa Teraneh, Lainnya Fenomena Alam, Peristiwa Teraneh, Budaya, Lainnya Peristiwa Terunik, Peristiwa Teraneh Peristiwa Terunik, Budaya Peristiwa Terunik, Peristiwa Teraneh, Budaya Peristiwa Terunik, Peristiwa Teraneh, Lainnya Peristiwa Teraneh, Lainnya Budaya, Lainnya Semua Semua, Lainnya Lainnya Total Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 2 0,6 2 0,6 2 0,6 1 0,3 7 9 2,1 2,7 2 0,6 1 0,3 3 2 54 9 4 332 0,9 0,6 16,3 2,7 1,2 100 63 Tabel 4.11 diatas menunjukkan bahwa distribusi tema tayangan On The Spot yang paling diminati adalah fenomena alam sebanyak 70 responden (21,1%), diurutan kedua tema tayangan On The Spot yang diminati adalah semua (fenomena alam, peristiwa terunik, peristiwa teraneh, budaya) sebanyak 54 responden (16,3%), dan diurutan ketiga tema tayangan On The Spot yang diminati adalah peristiwa terunik sebanyak 50 responden (15,1%). 2.9 Penilaian Pembahasan Tema Tabel 4.12 Distribusi Responden Berdasarkan Penilaian Terhadap Pembahasan Tema N = 332 Pembahasan Tema Frekuensi Persentase Sangat Tidak Bermanfaat 4 1,2 Tidak Bermanfaat 3 0,9 Bermanfaat 231 69,6 Sangat Bermanfaat 94 28,3 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.12 diatas menunjukkan bahwa persentase responden terbanyak adalah yang menyatakan pembahasan tema pada tayangan On The Spot bermanfaat sebanyak 231 responden (69,6%), dan selebihnya sebanyak 94 responden (28,3%) menyatakan pembahasan tema pada tayangan On The Spot sangat bermanfaat. c. Narasi Tema 2.10 Kejelasan (Narasi) Tema Tabel 4.13 Distribusi Responden Berdasarkan Kejelasan (Narasi) Tema On The Spot 64 N = 332 Kejelasan (Narasi) Tema Sangat Tidak Jelas Tidak Jelas Jelas Sangat Jelas Total Frekuensi 2 16 272 42 332 Persentase 0,6 4,8 81,9 12,7 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.13 diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu responden yang menyatakan bahwa kejelasan (narasi) tema pada tayangan On The Spot jelas sebanyak 272 responden (81,9%), dan selebihnya responden yang menyatakan kejelasan (narasi) tema pada tayangan On The Spot sangat jelas sebanyak 42 responden (12,7%). 2.11 Apakah Penjelasan (Narasi) Per Tema Tepat ? Tabel 4.14 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Penjelasan (Narasi) On The Spot Per Tema Tepat N = 332 Kejelasan (Narasi) Tema Frekuensi Persentase Sangat Tidak Tepat 2 0,6 Tidak Tepat 11 3,3 Tepat 303 91,3 Sangat Tepat 16 4,8 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.14 diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu responden yang menyatakan bahwa penjelasan (narasi) per tema pada tayangan On The Spot tepat sebanyak 303 responden (91,3%), dan selebihnya responden yang menyatakan penjelasan (narasi) per tema pada tayangan On The Spot sangat tepat sebanyak 16 responden (4,8%). 65 2.12 Bahasa Narasi Tema Tabel 4.15 Distribusi Responden Berdasarkan Bahasa dari Narasi Tema On The Spot N = 332 Kejelasan (Narasi) Tema Frekuensi Persentase Sangat Tidak Baku 5 1,5 Tidak Baku 38 11,4 Baku 263 79,2 Sangat Baku 26 7,8 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.15 diatas menunjukkan bahwa persentase tertinggi yaitu responden yang menyatakan bahwa bahasa dari narasi tema pada tayangan On The Spot baku sebanyak 263 responden (79,2%), responden yang menyatakan bahasa dari narasi tema pada tayangan On The Spot tidak baku sebanyak 38 responden (11,4%), dan responden yang menyatakan bahasa dari narasi tema pada tayangan On The Spot sangat baku sebanyak 26 responden (7,8%). d. Daya Tarik 2.13 Daya Tarik Menonton Tabel 4.16 Distribusi Responden Berdasarkan Daya Tarik Menonton Tayangan On The Spot N = 332 Daya Tarik Menonton Frekuensi Persentase Sangat Tertarik 43 13 Tertarik 283 85,2 Tidak Tertarik 4 1,2 Sangat Tidak Tertarik 2 0,6 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 66 Tabel 4.16 diatas menunjukkan dari 332 responden menyatakan bahwa sebanyak 283 responden (85,2%) menyatakan tertarik untuk menonton tayangan On The Spot di Trans7, lalu sebanyak 43 responden (13%) menyatakan sangat tertarik untuk menonton tayangan On The Spot di Trans7. Sedangkan 4 responden (1,2%) menyatakan tidak tertarik dengan On The Spot dan 2 responden (0,6%) menyatakan sangat tidak tertarik untuk menonton tayangan On The Spot di Trans7. 2.14 Hal Yang Membuat Tertarik Menonton Tayangan Tabel 4.17 Distribusi Responden Berdasarkan Hal yang Membuat Tertarik Menonton Tayangan On The Spot N = 332 Hal Yang Membuat Tertarik Menonton Tayangan Frekuensi Persentase On The Spot 11 3,3 Up Date Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi 5 1,5 Yang Baru Unik 31 9,3 Sebagai Informasi 94 28,3 Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs 4 1,2 Youtube Lainnya 6 1,8 2 0,6 Up Date, Unik 17 5,1 Up Date, Sebagai Informasi Up Date, Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Sebagai Informasi Up Date, Unik, Sebagai Informasi Up Date, Sebagai Informasi, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Up Date, Sebagai Informasi, Lainnya Up Date, Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Unik, Sebagai Informasi Up Date, Unik, Sebagai Informasi, Tampilan 3 0,9 21 6,3 1 0,3 1 0,3 7 2,1 5 1,5 67 Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Up Date, Unik, Sebagai Informasi, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube, Lainnya Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Unik Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Sebagai informasi Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Unik, Sebagai Informasi Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Unik, Sebagai Informasi, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Menampilkan Suatu Konsep Tayangan Televisi Yg Baru, Unik, Sebagai Informasi, Lainnya Unik, Sebagai Informasi Unik, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Unik, Lainnya Unik, Sebagai Informasi, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Unik, Sebagai Informasi, Lainnya Sebagai Informasi, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube Sebagai Informasi, Lainnya Semua Up Date, Unik, Tampilan Gambar Menarik Melalui Video Situs Youtube, Lainnya Total 3 0,9 4 1,2 6 1,8 1 0,3 10 3 5 1,5 1 0,3 48 14,5 2 0,6 2 0,6 20 6 1 0,3 1 0,3 2 17 0,6 5,1 1 0,3 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.17 menunjukkan bahwa distribusi persentase terbesar hal yang membuat responden tertarik menonton tayangan On The Spot adalah sebagai informasi sebanyak 94 responden (28,3%), selanjutnya diurutan kedua hal yang membuat responden tertarik 68 menonton tayangan On The Spot adalah unik dan sebagai informasi sebanyak 48 responden (14,5%), dan diurutan ketiga hal yang membuat responden tertarik menonton tayangan On The Spot adalah unik sebanyak 31 responden (9,3%). 2.15 Apakah Tayangan On The Spot Menghibur Tabel 4.18 Distribusi Responden Berdasarkan Apakah Tayangan On The Spot Menghibur? N = 332 Apakah Tayangan On The Spot Frekuensi Persentase Menghibur Sangat Menghibur 124 37,3 Menghibur 202 60,8 Tidak Menghibur 4 1,2 Sangat Tidak Menghibur 2 0,6 Total 332 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa responden sebanyak 202 responden (60,8%) menyatakan menghibur untuk menonton tayangan On The Spot, dan responden sebanyak 124 responden (37,3%) menyatakan sangat menghibur untuk menonton tayangan On The Spot. 2.16 Tujuan Menonton Tayangan On The Spot Tabel 4.19 Distribusi Responden Berdasarkan Tujuan Menonton Tayangan On The Spot N = 332 Frekuensi Persentase Tujuan Menonton Menambah Pengetahuan dan Wawasan 161 48,5 29 8,7 Mengisi Waktu Luang 11 3,3 Menghilangkan Rasa Bosan 2 0,6 Lainnya 29 8,7 Menambah Pengetahuan dan Wawasan, 69 Mengisi Waktu Luang Menambah Pengetahuan dan Wawasan, Menghilangkan Rasa Bosan menambah pengetahuan dan wawasan, lainnya Menambah Pengetahuan dan Wawasan, Menghilangkan Rasa Bosan, Lainnya Mengisi Waktu Luang, Menghilangkan Rasa Bosan Semua Semua, Lainnya Total 28 8,4 4 1,2 1 0,3 3 0,9 61 3 332 18,4 0,9 100 Sumber : Data Primer diolah dari kuisioner, 2012 Tabel 4.18 diatas menunjukkan bahwa distribusi responden berdasarkan tujuannya dalam menonton tayangan On The Spot dengan persentase responden terbesar menyatakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan yaitu sebesar 161 responden (48,5), dan selebihnya responden berdasarkan tujuannya dalam menonton tayangan On The Spot menyatakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan, mengisi waktu luang, dan menghilangkan rasa bosan yaitu sebesar 61 responden (18,4%). B. Pembahasan Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot di Trans7 dan faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot di Trans7. Dalam penelitian ini, tanggapan dibutuhkan untuk mengetahui seberapa bagus dan kurang bagusnya tayangan On The Spot yang 70 diperuntukkan untuk khalayak dari berbagai kalangan khususnya mahasiswa Universitas Hasanuddin. Universitas Hasanuddin merupakan universitas terkemuka dan terbesar di kawasan Indonesia Timur sehingga mahasiswa Universitas Hasanuddin dianggap sebagai mahasiswa yang dapat memberikan tanggapan yang kritis dan penilaian yang membangun terhadap program tayangan On The Spot di Trans7. Berikut pembahasan mengenai tanggapan mahasiswa terhadap tayangan On The Spot di Trans7 dengan pengkategorian sebagai berikut : A. Awal Mendapat Informasi Tayangan On The Spot Awal responden mendapatkan informasi mengenai tayangan On The Spot (dapat dilihat pada tabel 4.6) dari 332 responden, secara keseluruhan responden menyatakan awal mendapatkan informasi tentang tayangan On The Spot melalui media yaitu televisi dengan melihat langsung tayangan tersebut. Namun, ada pula yang menyatakan awal mendapatkan informasi tentang tayangan On The Spot melalui teman dan keluarga mereka sehingga merasa penasaran dan ikut untuk melihat tayangan tersebut. B. Jadwal Penayangan Pada variabel ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Waktu Penayangan (dapat dilihat pada tabel 4.7) dari 332 responden, 38 responden diantaranya menyatakan tidak sesuai karena waktu penayangan tayangan tersebut pada pukul 20.00 s/d 21.00 WITA yang menurut responden sudah mengantuk pada jam 71 tersebut sehingga tidak sempat menyaksikan tayangan tersebut pada waktunya dan menyarankan agar tayangan On The Spot tayang pada pukul 19.00 WITA ; 2. Hari Penayangan (dapat dilihat pada tabel 4.8) sebanyak 250 responden menyatakan hari penayangan tayangan On The Spot dari Senin – Jumat sudah sesuai. Namun, 31 responden menyatakan hari penayangan tayangan On The Spot dari Senin – Jumat tidak sesuai dan menyarankan tayangan On The Spot dapat hadir setiap hari (Senin – Minggu) atau 2 kali dalam seminggu yakni Sabtu – Minggu agar tidak membosankan dan ; 3. Durasi Penayangan (dapat dilihat pada tabel 4.9) sebanyak 236 responden menyatakan durasi penayangan tayangan On The Spot selama 60 menit sudah sesuai, sedang 44 responden menyatakan durasi penayangan tayangan On The Spot selama 60 menit tidak sesuai dan menyarankan tayangan On The Spot agar durasi penayangan ditambah menjadi 90 menit atau 120 menit dan ada pula yang menyarankan durasi penayangannya dikurangi menjadi 30 menit saja. C. Tema Tayangan Pada variabel ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Tema yang ditampilkan (dapat dilihat pada tabel 4.10) dari 332 responden, secara keseluruhan responden menyatakan tema yang ditampilkan bagus ; 72 2. Tema yang diminati (dapat dilihat pada tabel 4.11) kebanyakan responden menyatakan menyukai tema tentang fenomena alam, peristiwa terunik, dan budaya serta beberapa diantaranya juga menyatakan menyukai tema tentang horor, sejarah, penemuanpenemuan, dan olahraga. Di antara mereka menyatakan tema yang ditampilkan On The Spot lebih mendidik lagi dan menyajikan informasi yang sesuai dengan kenyataannya ; 3. Pembahasan tema (dapat dilihat pada tabel 4.12) secara keseluruhan menyatakan bahwa pembahasan tema tayangan On The Spot bermanfaat karena dapat menambah wawasan dan pengetahuan penonton. D. Narasi Tema Pada variabel ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Kejelasan (narasi) tema (dapat dilihat pada tabel 4.13) dari 332 responden, 272 responden menyatakan kejelasan (narasi) tema tayangan On The Spot jelas ; 2. Ketepatan penjelasan (narasi) per tema (dapat dilihat pada tabel 4.14) secara keseluruhan dari 332 responden, sebanyak 303 responden menyatakan penjelasan (narasi) per tema sudah tepat dengan tema yang ditampilkan setiap episodenya ; 3. Bahasa narasi (penjelasan) tema (dapat dilihat pada tabel 4.15) sebanyak 263 responden menyatakan bahasa narasi (penjelasan) dari tema yang ditampilkan oleh narator sudah baku dan sebanyak 73 38 responden menyatakan bahasa narasi (penjelasan) tema oleh narator tidak baku. E. Daya Tarik Pada variabel ini terbagi menjadi 3 kategori, yaitu : 1. Daya tarik menonton tayangan On The Spot (dapat dilihat pada tabel 4.16) dari 332 responden, 283 responden menyatakan tertarik untuk menonton tayangan On The Spot, 43 responden sangat tertarik menonton On The Spot, 4 responden menyatakan tidak tertarik dan 2 responden menyatakan sangat tidak tertarik untuk menonton tayangan On The Spot karena tema yang ditampilkan tidak Indonesia sekali dan membosankan ; 2. Hal yang membuat tertarik menonton On The Spot (dapat dilihat pada tabel 4.17) dari 332 responden secara keseluruhan hal yang membuat tertarik menonton On The Spot adalah unik dan sebagai informasi ; 3. Tayangan On The Spot (dapat dilihat pada tabel 4.18) secara keseluruhan responden menyatakan bahwa tayangan On The Spot menghibur. F. Tujuan Menonton Tujuan menonton tayangan On The Spot (dapat dilihat pada tabel 4.19) dari 332 responden, secara keseluruhan menyatakan bahwa tujuannya dalam menonton tayangan On The Spot adalah untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta mengisi waktu luang. 74 G. Tanggapan Pada akhirnya dapat disimpulkan bahwa mayoritas responden dalam penelitian ini yaitu sebanyak 332 responden menyatakan bahwa tayangan On The Spot bagus dan menarik untuk ditonton. Hal ini dapat dilihat dari variabel penelitian yang meliputi jadwal tayang, tema, narasi tema, dan daya tarik menonton tayangan On The Spot. Model S–O–R menjadi pijakan teoritis dalam penelitian ini, menjadikan program tayangan On The Spot sebagai stimulus dengan pengkategorian penilaian seperti Jadwal Penayangan, Tema Tayangan, Narasi Tema, dan Daya Tarik. Perhatian, Pengertian dan Penerimaan dari responden dalam hal ini mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai organism. Bentuk-bentuk pengamatan, persepsi, dan pengenalan dari responden sebagai tanggapan untuk menghasilkan perubahan sikap. Dalam memberikan tanggapan, tiap-tiap responden memiliki cara masing-masing. Sesorang akan mempersepsi sesuatu ketika ia memperhatikan hal tersebut. Perhatian timbul, ketika salah satu alat indera kita menonjol dan mengesampingkan stimulus yang timbul dari alat indera lainnya. Ada beberapa faktor eksternal yang turut mempengaruhi perhatian seseorang, seperti : 1. Intensitas Intensitas, hal ini dapat dilihat dari penjadwalan tayangan On The Spot, menurut responden bagaimana acara tersebut dapat konsisten dalam bentuk-bentuk penayangan yang informatif dan edukatif yang 75 membuat tayangan tersebut dapat terus eksis dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ini. 2. Ukuran Ukuran, hal ini umumnya dapat dilihat dari pengemasan acara. Sebagian besar responden menyukai inovasi-inovasi yang dilakukan oleh tayangan On The Spot, misalnya backsound yang mengiringi tiap tema yang ditampilkan dan sebagainya. 3. Kontras Kontras, merupakan sesuatu yang unik dan diluar kebiasaan yang biasa ditampilkan. Hal ini dapat dilihat dari penilaian responden mengenai tema yang ditampilkan pada tayangan On The Spot. Tema yang ditampilkan On The Spot merupakan tema-tema yang ditampilkan terkadang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya mengenai suatu persitiwa atau kejadian dan semua itu terjadi di sekitar lingkungan kita. 4. Gerakan Sesuatu yang bergerak dapat lebih menarik daripada sesuatu yang statis. Hal ini dapat dilihat dari interaksi yang terjadi oleh On The Spot dengan khalayaknya melalui media sosial yang sekarang dapat lebih mendekatkan. Lewat media sosial ini, On The Spot selalu menginfokan tema-tema yang akan ditampilkan setiap episodenya. 5. Pengulangan Sesuatu yang sering mengalami pengulangan akan menarik perhatian, tetapi jika terlalu sering dapat menghasilkan kejenuhan. Hal ini dapat 76 kita lihat pada jadwal penayangan tayangan On The Spot di Trans7. Menurut responden penelitian ini, tayangan On The Spot lebih baik ditayangkan 2 kali dalam seminggu saja yaitu Sabtu-Minggu. Tingkat kejenuhannya juga semakin berkurang. Namun banyak responden yang mengeluh dengan pada waktu penayangan 20.00 WITA karena seharusnya tayang pada pukul 19.00 WITA. 6. Keakraban Komunikasi akan berjalan efektif ketika mungkin seorang individu berinteraksi dengan orang lain yang sudah ia kenal dan sebagainya. Dalam hal ini, tanggapan responden dapat dilihat pada narasi yang dibawakan oleh narator dari tayangan On The Spot. Walaupun bahasa yang digunakan oleh narator sudah baku namun narator berusaha untuk mengakrabkan dirinya dengan khalayaknya dalam penyampaian bahasanya dan intonasinya yang lebih ceria dan selalu bersemangat. 7. Novelty Sesuatu yang baru. Sama halnya dengan gerakan, sesuatu yang baru dan berbeda juga mampu menarik perhatian. Responden menyatakan bahwa mereka lebih senang dan tertarik dengan tema-tema yang lagi up date dan masih hangat diperbincangkan. Karena tanpa hal-hal baru, stimuli dalam hal ini tayangan On The Spot di Trans7 akan menjadi menjemukkan dan membosankan sehingga akan mudah lepas dari perhatian. 77 Dan beberapa faktor internal yang juga mempengaruhi perhatian, seperti : 1. Kebutuhan Psikologis Ada hal-hal yang ada sangkut pautnya dengan kebutuhan. Tiap responden menyatakan bahwa mereka hanya akan memperhatikan rangsangan yang sesuai dengan kebutuhan mereka saat itu. Tayangan On The Spot dengan tema tertentu yang sekiranya berkenaan dengan kebutuhan para responden sudah pasti dinikmati dan tidak menutup kemungkinan mereka menunggu tayangan tersebut dengan tema yang berkenaan dengan kebutuhan mereka tersebut. 2. Latar Belakang, Pengalaman dan Kepribadian Tidak menutup kemungkinan, tema-tema yang ditampilkan pada tayangan On diketemui/dilihat lingkungannya. The Spot langsung Dengan pernah oleh adanya dialami langsung responden kesamaan, di maka atau sekitar biasanya informasi yang dibagi melalui tayangan tersebut dapat dengan mudah tersalurkan maksud dan tujuannya. 3. Sikap, Kepercayaan Umum dan Penerimaan Diri Responden memiliki kepercayaan tertentu terhadap suatu hal. Punya kecenderungan memperhatikan berbagai hal kecil. Jadi, terkadang apa yang dinilai positif oleh seorang responden belum tentu mendapat penilaian yang sama oleh responden lain. 78 Responden yang ikhlas menerima kenyataan dirinya akan cepat menyerap sesuatu dibanding dengan responden yang kurang ikhlas menerima kenyataan dirinya. Karena ketika seorang responden bersikap realistis dengan keadaannya, maka mereka dapat dengan mudah menerima suatu informasi dan lebih terbuka dengan bentukbentuk pengetahuan baru termasuk yang disampaikan melaui tayangan On The Spot. Selain perhatian yang dijelaskan di atas, pengertian dan penerimaan juga menjadi komponen dari mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai organism. Pengertian ini di sini dimaksudkan sebagai sejauh manakah mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai responden yang menonton tayangan On The Spot mengerti dan memahami hal-hal yang disampaikan oleh On The Spot melalui video-video yang dirangkum menjadi satu sesuai tema dengan penjelasan yang disampaikan oleh narator untuk mengetahui informasi-informasi tebaru. Untuk komponen pengertian dapat dilihat pada penilaian pembahasan tema (tabel 4.12) yaitu bermanfaat dengan persentase 69,6%. Penerimaan juga menjadi salah satu komponen dari mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai organism, dimana penerimaan yang dimaksudkan disini adalah apakah responden dapat menerima adanya tayangan tersebut dengan bersahabat serta dapat menerima informasiinformasi yang disampaikan sehingga akan memberikan sebuah respon. Untuk komponen penerimaan dapat dilihat pada daya tarik menonton (tabel 79 4.16) yaitu tertarik dengan persentase 85,2%. Dan untuk komponen perhatian sendiri dapat dilihat pada penilaian tema tayangan (tabel 4.10) yaitu bagus dengan persentase 76,5%. Selain yang dikemukakan diatas, faktor-faktor lain yang mempengaruhi responden yaitu mahasiswa Universitas Hasanuddin sebagai organism untuk menonton On The Spot adalah karena adanya motif dan kepentingan. Dalam hal ini, untuk daya tarik responden terhadap tayangan On The Spot dapat juga dilihat dari pernyataan responden dengan perilaku mereka menonton tayangan On The Spot. Pernyataan disini dimaksudkan sebagai apakah responden tertarik atau tidak tertarik, sedang perilaku disini dimaksudkan sebagai frekuensi responden dalam menonton tayangan On The Spot. Apabila responden menyatakan tertarik untuk menonton tayangan On The Spot maka seharusnya frekuensi menonton mereka lebih dari satu kali dari Senin – Jumat, sedang ketika responden menyatakan tidak tertarik untuk menonton tayangan On The Spot maka seharusnya frekuensi menonton mereka hanya satu kali saja dari Senin – Jumat atau dalam sebulan. Tetapi ketika responden menyatakan tertarik untuk menonton tayangan On The Spot sedang frekuensi menontonnya hanya satu kali saja dari Senin – Jumat atau sebulan maka responden dinyatakan tidak konsisten terhadap pernyataan dengan frekuensi menonton mereka. Dan ketika responden menyatakan tidak tertarik untuk menonton tayangan On The Spot sedang frekuensi 80 menontonnya lebih dari satu kali (2 kali atau setiap hari dari Senin – Jumat) maka responden dinyatakan tidak konsisten juga terhadap frekuensi menonton mereka. Jadi, responden dinyatakan konsisten apabila pernyataan mereka, misalnya tertarik dengan frekuensi menonton lebih dari satu kali (2 kali atau setiap hari dari Senin – Jumat), atau tidak tertarik dengan frekuensi menonton hanya satu kali saja dari Senin – Jumat atau dalam sebulan. Dalam model S-O-R (Stimulus Organism Respons) menganalogikan bahwa stimulus tertentu yang menerpa organisme akan melahirkan respons tertentu pula. Perubahan sikap yang terjadi adalah hasil dari respons, termasuk bagaimana dalam hal ini responden (mahasiswa ilmu komunikasi) memberikan tanggapan positif atau negatif terhadap tayangan On The Spot. Secara keseluruhan data hasil penelitian yang mencakup penilaian dari seluruh responden mengenai Jadwal Penayangan, Tema Tayangan, Narasi Tema, dan Daya Tarik dilihat dan dihimpun dari berbagai faktor mendapat tanggapan yang positif. Tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin mengenai jadwal penayangan secara keseluruhan dengan menggabungkan antara waktu penayangan (tabel 4.7), hari penayangan (tabel 4.8), dan durasi (tabel 4.9) adalah positif dengan persentase 73,5%. Tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin mengenai tema tayangan secara keseluruhan dengan menggabungkan antara penilaian tema 81 tayangan (tabel 4.10), tema yang paling diminati (tabel 4.11), dan pembahasan tema (tabel 4.12) adalah positif dengan persentase 55,73%. Tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin mengenai narasi tema secara keseluruhan dengan menggabungkan antara kejelasan tema tayangan (tabel 4.13), ketepatan penjelasan per tema (tabel 4.14), dan bahasa tema (tabel 4.15) adalah positif dengan persentase 84,13%. Tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin mengenai daya tarik secara keseluruhan dengan menggabungkan antara daya tarik menonton (tabel 4.16), hal yang membuat tertarik menonton (tabel 4.17), dan apakah tayangan On The Spot menghibur (tabel 4.18) adalah positif dengan persentase 62,43%. Dilihat dari tabel 4.7 hingga tabel 4.18 secara keseluruhan menunjukkan bahwa dari keempat komponen tayangan On The Spot yaitu jadwal penayangan, tema tayangan, narasi tayangan, dan daya tarik yaitu bagus dengan persentase 68,94%. 82 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian, kesimpulan ini dimaksudkan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan masalah, sebagai berikut : 1. Tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot di Trans7 menunjukkan bahwa mayoritas menyatakan tayangan On The Spot bagus dengan persentase 68,94% (dapat dilihat pada tabel 4.7 hingga tabel 4.18). Tanggapan responden terhadap jadwal penayangan memiliki persentase 73,5%, mengenai tema tayangan memiliki persentase 55,73%, mengenai narasi tema memiliki persentase 84,13%, dan mengenai daya tarik menonton memiliki persentase 62,43%. Selain itu, adapun tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot sebagai berikut : a. Menarik, karena tayangan ini merupakan tayangan yang pertama dan menjadi trendsetter bagi televisi lainnya untuk menampilkan suatu program tayangan yang lain dari sebelumnya. b. Unik, karena tayangan ini mampu memberikan informasi terhadap khalayak melalui video dari situs youtube dengan menampilkan berbagai informasi terhadap tema yang diangkat atau suatu 82 83 peristiwa/kejadian/fenomena yang belum diketahui dan berada di sekitar lingkungan kita. c. Sebagai informasi, karena melalui tayangan ini khalayak dapat menambah wawasan dan pengetahuannya terhadap hal-hal baru yang belum diketahui sebelumnya. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi tanggapan mahasiswa Universitas Hasanuddin terhadap tayangan On The Spot yaitu sebagai berikut : a. Curiosity, yaitu adanya rasa ingin tahu dari responden terhadap tayangan tersebut untuk mendapatkan hal-hal atau informasi baru, yang terjadi di sekitar lingkungan dan tidak pernah terpikirkan sebelumnya b. Informatif, yaitu menyajikan informasi-informasi yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan kita c. Edukatif, yaitu menyajikan informasi-informasi yang mendidik yang bisa menambah wawasan dan pengetahuan responden. B. Saran-saran Dari penelitian yang dilakukan, penulis mengemukakan beberapa saran yaitu : 1. Kepada Trans7 sebagai stasiun televisi swasta yang menayangkan On The Spot, diharapkan agar jangan mengulang-ulang tema yang sudah ditayangkan sebelumnya setiap episodenya karena akan membuat khalayak menjadi bosan. 84 2. Kepada Trans7 sebagai stasiun televisi yang menayangkan On The Spot untuk menampilkan informasi yang lebih mendidik lagi dan tema-tema yang ditampilkan setiap episodenya harus lebih bervariasi. 3. Kepada respoden untuk lebih selektif dalam memilih tayangan yang akan ditonton. Dan sebaiknya mengkonsumsi tayangan-tayangan yang mengandung unsur edukasi dan budaya. 4. Selain saran-saran di atas, penulis juga mengemukakan saran-saran tambahan yaitu terdapat kontroversi terhadap waktu penayangan On The Spot di Trans7 meliputi hari dan durasi penayangan. Dimana sebagian responden menyatakan bahwa tayangan On The Spot ditayangkan dari hari Senin – Jumat dan ada pula responden yang menyatakan tayangan On The Spot ditayangkan hari Sabtu – Minggu. Sebagian responden juga menyatakan bahwa durasi penayangan ditambah menjadi 90 menit atau 120 menit dan sebagian responden menyatakan durasi penayangan dikurangi menjadi 30 menit.