MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 01 Kode MK Disusun Oleh 85005 Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Abstract Kompetensi Manusia adalah mahluk sosial sehingga keberadaannya senantiasa membutuhkan manusia lain. Melalui interaksi sosial kebutuhan ini terpenuhi. Beragam fenomena interaksi atau komunikasi hadir pada era globalisasi ketika cara manusia berkomunikasi bersalin rupa mengikuti perkembangan teknologi telematika. Sosiologi Komunikasi menawarkan teori memadai untuk memahami fenomena komunikasi demikian Mahasiswa diarahkan untuk memahami pokok-pokok bahasan Sosiologi Komunikasi. Mencakup pemahaman mendasar Sosiologi dan Ilmu Komunikasi serta ranah kajian Sosiologi Komunikasi Ruang Lingkup Sosiologi Komunikasi Pendahuluan Untuk dapat mengerti kajian Sosiologi Komunikasi perlu kiranya memahami terlebih dahulu pemikiran Filsafat Sosial. Dimulai abad -19 dan awal abad -20 ketika kehidupan manusia mengalami perubahan yang belum pernah dijumpai pada masa sebelumnya. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi basis berubahnya cara hidup manusia yang semula berpijak pada tatanan ekonomi subsisten menjadi sistem ekonomi kapitalis. Penemuan teknologi meningkatkan teknik produksi hingga menumbuhkan industrialisasi, urbanisasi, dan birokrasi ekonomi. Seting sosial kapitalisme ini menghadirkan sekelompok kecil masyarakat yang memperoleh keuntungan besar sementara sebagian besar anggota masyarakat lain berada pada posisi sebagai kaum proletar yang bekerja keras untuk mendapatkan kehidupan layak. Karl Marx berpendapat jika manusia hakekatnya mahluk produktif. Untuk dapat bertahan hidup penting bagi manusia saling bekerjasama dengan manusia lain untuk memenuhi kebutuhan pangan, sandang, peralatan, perumahan, dan kebutuhan penunjang hidup lainnya. Di sinilah konteks manusia selaku mahluk sosial muncul sebagai representasi kemampuan mereka menjalin kerjasama melalui interaksi sosial guna menghasilkan kompleks kebutuhan hidup. Idealisasi demikian sejalan waktu hancur oleh keberadaan pranata struktural kapitalisme. Ketika kebutuhan alamiah untuk bekerjasama antar individu digantikan dengan proses produksi, produk, dan jam kerja – selain itu keadaan di atas menciptakan sistem dua kelas yaitu masyarakat pemilik modal dan kelompok warganegara selaku pekerja. Revolusi ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi titik tolak berubahnya tatanan kehidupan masyarakat menciptakan beragam permasalahan kemanusiaan berupa revolusi politik, revolusi industri diiringi pemunculan kapitalisme, hadirnya paham sosialis dan feminis, dan urbanisasi (Ritzer & Goodman, 2007:9). Abad Pencerahan (Enlightenment) adalah suatu periode untuk mengkaji ulang pemikiran Filsafat Sosial yang dianggap tidak lagi proporsional menjelaskan dinamika sosial masyarakat berupa kapitalisme, liberalisme, sosialisme, komunalisme (komunisme). Pada masa inilah penerapan metode ilmiah terhadap masalah sosial dibutuhkan, pasalnya Filsafat Sosial memuat keterbatasan metodologis mengantisipasi kemajemukan gejala sosial budaya masyarakat. Di awali melalui Sosiologi sebagai ilmu pengetahuan sosial dengan gagasannya yang praksis bagi dunia sosial dengan asumsi, metodologinya memuat analis kritis terhadap statika sosial (stabilitas) dan dinamika sosial (perubahan). Azasinya realitas dunia sosial dapat dipahami melalui kerja penelitian yaitu mengkaji cara dunia sosial beroperasi lantas melalui theorytical treatment 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang tepat dapat dirumuskan berbagai metode mengatasi kompleks permasalahan manusia. Lantas di mana interelasi Sosiologi dengan Sosiologi Komunikasi? Sosiologi Komunikasi menawarkan gagasan yang bersumber dari pemikiran ilmuwan Sosiologi. Kontribusi Comte, Durkheim, Parson, dan Merton melalui Paradigma Fungsional menjadi cikal bakal Teori-Teori Komunikasi yang beraliran struktural fungsional. Marx dan Habermas melalui pemikiran Paradigma Konflik menjadi dasar bagi Teori-Teori Kritis dalam kajian Ilmu Komunikasi (Bungin, 2008:19). Interaksi sosial sebagai konsep utama Sosiologi menjadi landasan bagi Teori Komunikasi. Pernyataan ini diperkuat Habermas, bahwa tindakan rasional-purposif dan tindakan komunikatif (interaksi sosial) adalah definsi mendasar bagi Ilmu-Ilmu Sosial dan Teori Komunikasi (Bungin, 2008:19). Meminjam konsep utama Sosiologi yaitu interaksi sosial, konsep ini lantas dipergunakan Sosiologi Komunikasi untuk mengkaji semua hal menyangkut interaksi sosial atau komunikasi dengan menggunakan media. Dengan argumentasi terdapat fungsi-fungsi komunikasi berupa menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mempengaruhi (to influence) – kesemua fungsi-fungsi ini memerlukan komunikasi. Perlu disepakati pula bahwa kontak sosial tidak terjadi dalam ruang hampa sosial sebab adanya dinamika antara komunikator dengan komunikan yang berlatar belakang tradisi kultural yang tidak sama. Berangkat dari realitas demikian dapat kita pahami jika bidang studi Sosiologi Komunikasi bersifat lintas keilmuan, memuat sumbangan dari berbagai disiplin ilmu yang turut menjelaskan perkembangan teknologi komunikasi yang berimplikasi berubahnya institusi sosial masyarakat. Mendefinisikan Sosiologi Terminologi Sosiologi berasal dari Bahasa Romawi, Socius dan Bahasa Yunani, Logos. Sosiologi yang berasal dari gabungan dua istilah ini dimaknai sebagai ilmu tentang berkawan, berteman, berserikat, atau ilmu tentang masyarakat. Penamaan Sosiologi merupakan ide Auguste Comte selaku progenitor (penggagas). Selain Comte, terdapat tokoh perintis awal Sosiologi yaitu; Emile Durkheim, Karl Marx, dan Marx Weber ((Sunarto, 1993:1). Sosiologi didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari fakta-fakta sosial, yaitu realitas menyangkut cara berpikir, bertindak, dan merasakan yang mengendalikan individu (Durkheim,The Rule of Sociological Method dalam Ritzer & Goodman, 2007:22). Sosiologi selainnya mengkaji fakta-fakta sosial terdefinisi juga sebagai ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial melalui proses penafsiran untuk memperoleh penjelasan kausal mengenai tujuan dan akibat tindakan manusia (Weber, The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism, dalam Ritzer & Goodman, 2007:35). Konsep-konsep Sosiologi hadir melalui 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id proses manakala kehidupan masyarakat mengalami ketegangan akibat perubahan besar dalam sistem sosial yang terjadi di Eropa Barat pada Abad Pertengahan. Sosiologi memfokuskan perhatian pada interaksi sosial yang kemudian menjadi konsep utama yang digunakan untuk menelaah fenomena interaksi antar manusia dalam kehidupan berkelompok. Manusia adalah mahluk multi kompleks. Penandanya berupa kapasitas otak yang unggul dibanding organisma hewan hingga manusia dapat mengembangkan sistem pengetahuan untuk menciptakan berbagai fasilitas penunjang keberlangsungan hidup. Beragam peralatan hidup dan sistem teknologi direalisasikan manusia sebagai sarana mengatasi keterbatasan organismanya. Melalui pengaturan antara manusia lainnya dalam bentuk kelompok, maka manusia dapat melanggengkan keberadaan dirinya di tengah mahluk hidup lainnya. Manusia adalah mahluk sosial. Manusia adalah jenis mahluk yang hidup dalam kolektif sebagaimana terdapat mahluk lain berupa hewan yang hidup melalui aturan berkelompok. Terdapat perbedaan hakiki antara mahluk manusia dengan hewan dalam kehidupan kolektif. Pembagian kerja, aktivitas kerjasama, dan komunikasi dalam kehidupan manusia tidak bersifat naluriah semata melainkan terpolakan sedemikian rupa sebagai bagian dari kerja otak merumuskan pola-pola tingkah laku yang dicita-citakan bersama dalam kehidupan kelompok. Kebutuhan hidup dalam kelompok adalah perilaku mendasar manusia sebab manusia tidak dapat memenuhi kebutuhan kompleksnya secara mandiri, oleh pasal keterbatasan organismanya. Keperluan berinteraksi dengan manusia lain inilah yang menyebabkan manusia diidentikkan sebagai mahluk sosial. Manusia dan interaksi sosial. Tidak ada manusia yang dapat hidup seorang diri, jikapun ada manusia yang hidup demikian maka hal ini tidak terjadi dalam kehidupan nyata. Manusia baru atau bayi yang baru lahir mengawali kenal dunia melalui keluarga inti, di mana terdapat ibu dan ayah maupun saudara kandung yang berperan memberikan sosialisasi primer. Sosialisasi diartikan sebagai proses yang dilalui manusia sejak lahir hingga meninggal – di mana, manusia mempelajari pengetahuan menyangkut bagaimana manusia seharusnya menjadi anggota masyarakat (Berger, dalam Sunarto, 2004). Pengetahuan dasar selaku manusia yang mutlak dipelajari adalah kenal diri (self concept) yaitu, mengetahui status dan peran dirinya, keluarga inti, keluarga luas, peer group, maupun masyarakat secara umum. Pengetahuan berupa self concept dipergunakan untuk berinteraksi dengan manusia lainnya, di mana dalam aktifitas berhubungan dengan orang lain, maka setiap manusia sedianya mengerti posisi dirinya, menyangkut siapa saya (status sosial) dan apa kewajiban dan hak saya (peran sosial) – serta status peran dari lawan interaksinya. Konsep diri ini pada 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id gilirannya membuat manusia dapat menempatkan diri (role taking/mengambil peran) merujuk nilai-nilai yang diharapkan masyarakatnya. Ketika pengetahuan berupa role taking sudah dan bahkan akan terus dipelajari individu ini hingga meninggal, maka ia dapat kita sebut sebagai homo sociologicus atau manusia yang dapat hidup bersama-sama dengan anggota masyarakat lainnya. Asumsi manusia sebagai homo sociologicus manakala seluruh aktivitas manusia sejak bangun tidur hingga kembali tidur tidak lain adalah berinteraksi dengan individu lain. Interaksi sosial dapat bersifat komunikasi tatap muka (face to face), komunikasi bermedia (mediated), komunikasi verbal (lisan dan tulisan), dan non verbal (gestural dan pictorial) (Bungin, 2006:34). Nyaris tidak ada kehidupan yang dijalani manusia tanpa adanya aktivitas interaksi sosial atau berkomunikasi dengan manusia lain. Sebab komunikasi merupakan sarana mentrasmisikan (menyampaikan, mewariskan) gagasan, keyakinan, sikap, reaksi emosional. Manusia dan komunikasi analog mata uang koin yang tidak dapat dipisahkan. Melalui komunikasi memungkinkan manusia mengekspresikan kebutuhan materil dan imateril kepada manusia lain – dan keberadaan kebudayaan manusia semakin kompleks oleh hadirnya komunikasi sebagai sarana menciptakan dan mengembangkan gagasan, perilaku, hingga implementasi ide dan perilaku ke dalam bendabenda artefak (humaniora). Mendefinisikan Ilmu Komunikasi Merumuskan komunikasi ke dalam definisi yang memadai adalah kegiatan yang tidak sederhana, sebab terdapat lebih dari satu konsep komunikasi yang muncul sejalan dengan situasi di mana konsep tersebut diciptakan. Namun perlu bagi kita menetapkan satu rumusan Komunikasi untuk menciptakan kesesuaian pemahaman kolektif menyangkut isu sentral yang akan kita bahas nantinya yaitu, Sosiologi Komunikasi. Sebagai patokannya, pengertian Komunikasi di bawah ini berpedoman pada Model Komunikasi atau deskripsi ideal menyangkut aspek-aspek penting yang diperlukan untuk terjadinya komunikasi. Mengutip John R. Wenburg & William W. Wilmot, dan Kenneth K. Sereno & Edward M. Bodaken dalam Kitab Komunikasi karangan Deddy Mulyana (Mulyana, 2001:61), berikut ini disarikan tiga konsep Komunikasi : 1. “Who Say What In Which Channel To Whom With What Effect ? “ “Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dan Apa Pengaruhnya ? “ Definisi ini memuat lima pokok pertanyaan penting : (1). Sumber (source) 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Istilah lainnya; komunikator (communicator), pengirim (sender), penyandi (encoder), pembicara (speaker), dan originator. Sumber merupakan pihak yang memiliki inisiatif untuk berkomunikasi. Pihak ini dapat berupa individu, kelompok, organisasi, dan negara. Kebutuhan berkomunikasi dapat bertujuan menyampaikan informasi, mengubah ideologi, dan menghibur. Term of reference (patokan nilai-nilai), term of experience (pengalaman masa lalu), dan the image of the other (konsep diri dipakai mendefinsikan keberadaan pihak lain) menjadi rujukan bagi sumber untuk merumuskan pesan. Melalui penyandian (encoding), sumber lantas mengubah maksud pikiran atau perasaan ke dalam seperangkat simbol verbal atau non verbal. (2). Pesan (message) Pesan didefinisikan sebagai sesuatu yang hendak dikomunikasikan sumber kepada penerima. Pesan dapat berupa struktur verbal atau non verbal yang merepresentasi maksud sumber (gagasan atau perasaan). Di dalam konsep pesan termuat tiga hal penting, yaitu; simbol (label arbitrer atau representasi dari realitas, dapat bersifat verbal dan non verbal) – makna (arti dari simbol) – dan, pengorganisasian pesan. (3). Saluran (media) Saluran atau umum kita sebut sebagai media diartikan sebagai sarana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesan kepada penerima. Saluran ini dapat berupa verbal dan non verbal. Di dalam definisi pesan termuat dua teknik penyampaian pesan, yaitu; komunikasi langsung (tatap muka), komunikasi melalui media cetak dan media eletronik. Komunikator dapat memilih saluran-saluran komunikasi bergantung pada tujuan yang ingin dicapai. (4). Penerima (receiver) Istilah lainnya; sasaran (destination), komunikan (communicatee), khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), dan penyandi balik (decoder). Penerima dapat dimaknai sebagai pihak yang menerima pesan dari sumber. Komunikan selaku pihak penerima pesan akan melakukan penyandian-balik (decoding) terhadap pesan yang disampaikan oleh sumber tentunya dengan melibatkan latar belakang penerima berupa term or refernce, term of experience, dan the image of the other. (5). Efek (effect) 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pengertiannya dari efek adalah menyangkut adanya sesuatu akibat yang terjadi pada penerima manakala pesan telah disampaikan oleh sumber. Efek dapat diartikan ketika komunikan terdorong untuk melakukan perubahan cara berpikir (opinion change) dan perubahan sikap (attitude change). Fenomena komunikasi dapat dikenali ketika terdapat komunikator, komunikan, pesan, saluran, dan efek pesan. Praktisnya, ketika terdapat manusia saling berinteraksi dalam konteks ruang dan waktu di sinilah hadir fenomena komunikasi. Lima variabel komunikasi ini masuk dalam tradisi Model Komunikasi Linier atau model komunikasi yang sederhana. Dikatakan sederhana dengan asumsi, aktifitas komunikasi analog peluru yang ditembakkan pada sasaran lantas mengena pada sasaran yang dituju, meminjam istilah dalam teori Schramm “The Bullet Theory of Communication”. Sifat komunikasi ini satu arah, sebab hanya ada sumber selaku penyampai pesan dan penerima diposisikan sebagai objek. 2. “ komunikasi merupakan proses terhubungnya antara seorang pengirim dan penerima yang berlangsung dua arah; dari pengirim kepada penerima dan dari penerima kepada pengirim “ Definisi Komunikasi yang kedua dikenali juga sebagai Model Komunikasi Interaksional. Keterlibatan aspek umpan balik (feedback) dan bidang pengalaman (field of experince) perlu dipertimbangkan sebagai realitas pembentuk komunikasi. Jika pada Model Komunikasi Linier, keberadaan feedback dan bidang pengalaman dari pihak-pihak yang berkomunikasi diabaikan, maka pada model komunikasi sirkuler ini, memposisikan komunikator dan komunikan dapat bersama-sama berlaku sebagai pengirim dan penerima (Wilbur Schramm dalam West & Turner, 2008:13). 3. “ komunikasi berlangsung sebagai proses yang terjadi terus-menerus, ketika terdapat pihak penyampai pesan dan penerima pesan yang saling membangun kesamaan makna “ Pengertian Komunikasi yang ketiga menegaskan bahwa dalam berkomunikasi setiap pihak ibarat penjual dan pembeli yang saling bertransaksi untuk mencapai kesepakatan. Kesepakatan diperoleh manakala pelaku komunikasi berupaya membangun kesamaan makna sekalipun salah satu pihak yang berinteraksi tidak memiliki kesamaan bidang pengalaman. Realitas ini kerap kita jumpai ketika kita tidak cukup ‘nyambung’ dengan pembicaraan lawan interaksi karena ketidaksamaan bidang pengalamaan. Feedback terjadi antar pelaku sebab individu-individu yang saling berkomunikasi secara bersamaan berperan selaku pihak yang interdependensi (Barnlund dalam dalam West & Turner, 2008:13). 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Pada kesimpulannya, bahwa kegiatan komunikasi tidak sebatas pada kegiatan mentransmisikan informasi antara satu pihak kepada pihak lainnya, namun terdapat umpan balik dengan bahan mentah berupa pengetahuan yang dimiliki para aktor komunikasi menyangkut frame of reference, frame of experience, dan the image of the other. Tidak ayal lagi jika komunikasi adalah proses sosial di mana terdapat komunikator dan komunikan menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasi makna dalam lingkungan mereka (West & Turner, 2008:7). Mendefinisikan Sosiologi Komunikasi Pada bagian Pendahuluan, kita telah mempelajari asumsi yang melatari munculnya Sosiologi yang turut berkontribusi membidani kelahiran Ilmu Komunikasi. Khusus pada bagian berikut ini, kita akan mendalami pokok-pokok bahasan dari Sosiologi Komunikasi. Sosiologi Komunikasi memuat dua konsep, yaitu Sosiologi dan Komunikasi. Ketika dua istilah ini dijadikan satu menciptakan pengertian berupa : Sosiologi Komunikasi adalah tradisi ilmiah yang berakar pada Sosiologi dan Komunikasi. Wilayah bahasan studi Sosiologi Komunikasi mencakup mengamati perilaku manusia dalam konteks interaksi sosial. Kenyataannya dalam aktifitas interaksi memuat proses saling mempengaruhi antar individu, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok (Soekanto, 2007:368), selainnya itu interaksi atau komunikasi yang dilakukan berlangsung melalui media atau saluran tertentu – dan media pada gilirannya terlibat dalam menentukan proses interaksi sosial – serta keadaan berupa perubahan-perubahan sosial kebudayaan masyarakat dibentuk melalui keberadaan perkembangan media massa (Bungin, 2008:31). Manusia adalah subjek pengamatan bagi semua Ilmu Pengetahuan Sosial, tidak terkecuali Sosiologi Komunikasi. Sekalipun memiliki pokok bahasan yang sama yaitu menyangkut “manusia”, setiap ilmu sosial memiliki kacamata yang tidak sama dalam memahami manusia. Demikian halnya dengan Sosiologi Komunikasi menaruh minat pada perilaku manusia yang dalam aktifitas komunikasinya melibatkan gejala-gejala berupa : (1). Telematika (2). Efek media dan norma sosial baru (3). Perubahan sosial dan komunikasi (4). Masalah sosial dan media massa (5). Cybercommunity 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (6). Aspek hukum dan bisnis media Ke-enam pokok bahasan Sosiologi Komunikasi dapat kita abstraksikan sebagai berikut : Pokok bahasan utama Sosiologi Komunikasi adalah mengamati perilaku manusia – perilaku manusia dalam aktifitasnya berinteraksi atau berkomunikasi dengan manusia lain – Kegiatan ini menjadi hakekat bagi manusia merujuk identitasnya selaku mahluk sosial, dalam praktiknya perilaku komunikasi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pilihan saluran yang ditawarkan teknologi telematika (telekomunikasi, media, informatika) – teknologi telematika memuat makna konvergensi (menyatunya layanan 4C; communication, computer, contents, dan community) yang menciptakan dunia tanpa batas (borderless world) yang membawa implikasi munculnya institusi sosial baru di dalam masyarakat – konsekuensi positip maupun negatip yang ditimbulkan melalui teknologi telematika menciptakan regulasi teknologi informasi (cyberlaw) sebagai institusi baru yang mengatur kegiatan di dalam cyberspace (hak cipta, merek, defamation, privacy, electronic contracts & digital signature, electronic commerce, electronic goverment, pornografi) (Budhijanto, 2010: 131). Keseluruhan pokok perhatian Sosiologi Komunikasi ini pada muaranya memfokuskan perhatian pada perubahan pola interaksi sosial yang dilakukan manusia di berbagai tempat dan waktu oleh pemunculan media baru (new media). Realitas ini terdefinisi sebagai gejala globalisasi di mana perilaku interaksi manusia di manapun individu tersebut berdiam, tidak akan lagi sama seperti manusia yang sebelumnya yang tidak terkena langsung dengan gejala globalisasi. 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Berger, Peter L, dan Brigitte Berger. “Sociology: A Biographical Approach”, dalam Sunarto, Kamanto, Pengantar 1981 Sosiologi, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Budhijanto, Danrivanto 2010 Hukum Telekomunikasi, Penyiaran dan Teknologi Informasi: Regulasi dan Konvergensi, Bandung: PT Refika Aditama. Bungin, Burhan. 2008 Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. Mulyana, Deddy 2001 Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman 2007 Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. Soekanto, Soerjono Sosiologi Suatu Pengantar, Edisi Baru – 41, Jakarta: PT Raja Grafindo 2007 Persada West, Richard, dan Lynn H. Turner. 2008 Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 2012 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id