MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh 85005 Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Abstract Kompetensi Masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan adalah fenomena kehidupan masyarakat manusia yang bertumbuh pada era industri. Dua tipe masyarakat ini memiliki pola-pola interaksi sosial yang khas. Karakteristik komunikasi masyarakat desa dan kota memberikan gambaran kepada kita menyangkut sistem sosial yang mendasari terbentuknya pola perilaku komunikasi pendudukkanya. Mahasiswa diharapkan dapat memahami dan menganalisa realitas komunikasi dan sistem kemasyarakatan pada masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Komunikasi dan Sistem Kemasyarakatan Dikaji Dalam Beberapa Bagian Pendahuluan Kita mengenal adanya masyarakat pedesaan atau rural community dan masyarakat perkotaan (urban community). Kedua wilayah tempat bermukimnya masyarakat dan manusia ini memiliki karakter jiwa manusia yang berbeda demikian halnya pola perilaku komunikasinya. Pusat peradaban kehidupan masyarakat manusia yang kita kenal sebagai kota, berawal dari desa. Istilah kota dan desa merupakan terminologi yang muncul berkenaan dengan era Modernisasi. Suatu keadaan masyarakat pasca-agraris yang dalam komponennya dikenali dengan industrialisasi, urbanisasi, negara-bangsa, struktur-struktur birokrasi, pertumbuhan penduduk, struktur-struktur kelas baru, pasar-pasar kapitalis dunia, dan sistem baru komunikasi. Ciri-ciri kehidupan masyarakat serupa itu dikenal sebagai masyarakat modern yang menurut Marshall Berman, masyarakat modern memiliki pengalaman-pengalaman hidup modern dalam keadaan yang dualistis – di satu sisi terdapat masyarakat pedesaan yang memiliki penanda berbeda dengan masyarakat perkotaan dalam seluruh aspek kehidupannya (Berman, All That is Solid Melts into Air, 1983 dalam Bryan S. Turner, 2003:231). Dalam sudut pandang Komunikasi, fenomena masyarakat pedesaan dan perkotaan dikenali melalui ciri-ciri pola perilaku komunikasinya. Bagaimana realita pola perilaku komunikasi masyarakat pada kedua wilayah tersebut? Melalui Modul Keduabelas, dideskripsikan sistem sosial masyarakat pedesaan serta masyarakat perkotaan sebagai latarbelakang pembentuk pola perilaku komunikasinya. Pengertian Masyarakat Pedesaan dan Ciri-Ciri Komunikasinya Masyarakat Pedesaan. Jelasnya masyarakat pedesaan dan perkotaan berbeda. Perbedaan tersebut dapat diklasifikasi ke dalam aspek morfologi, jumlah penduduk, sistem ekonomi dan sosial kultural, serta hukum. Pada masyarakat pedesaan, kita dapat menggunakan definisi Sapari Imam Asy’ari (Sosiologi Kota dan Desa, 1993:93). (1). Morfologi Masyarakat pedesaan memanfaatkan lahan secara agraris dengan keadaan bangunan pemukiman yang terpencar (jarang). 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (2). Jumlah Peduduk Wilayah pedesaan didiami sejumlah kecil penduduk dengan kepadatan rendah. (3). Sistem Ekonomi Kegiatan matapencaharian pokok penduduk desa umumnya bergerak pada bidang pertanian dan perikanan. (4). Sistem Sosial Budaya Interaksi sosial masyarakat pedesaan bersifat kekeluargaan, peribadi, homogen, dan gotong royong. (5). Sistem Hukum Warga desa mengenal kesadaran bersama (collective conscience) berupa kepercayaan mengikat perasaan kelompok yang sifatnya ekstrim atau memaksa. Ketika terdapat penduduk desa melanggar ketentuan adat maka pelanggar dikenakan sanksi represif berupa hukuman pidana. Berdasarkan ciri-ciri morfologi, keadaan jumlah penduduk, kegiatan ekonomi, fenomena sosial kultural, maupun aspek hukum maka kita dapat menyimpulan jika penduduk desa memiliki ciri-ciri masyarakat yang didasarkan pada hubungan kekerabatan (geneologis) hingga mengikat anggotanya untuk memiliki pola kesatuan hidup setempatan yang berdekatan. Seluruh penduduk desa berasal dari satu keturunan yang beranak-pinak membentuk satu wilayah pedesaan. Segolongan manusia ini terikat kesadaran dan identitas akan “kesatuan kebudayaan” yang dapat kita sebut sebagai “suku bangsa” atau “Kelompok etnis”. Pemunculan Revolusi Industri menciptakan dua konsep masyarakat yaitu, desa dan kota dengan pola-pola sosial budaya masyarakat yang khas. Masyarakat desa mengenal sistem pengelompokkan sosial didasarkan pada “Solidaritas Mekanis”. Masyarakat tersebut secara mandiri mampu memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder, tinggal menyebar atau terpisah antar satu dengan lainnya, dan mengenal sistem pembagian kerja yang belum berkembang. Tipologi Solidaritas Mekanis ini dikembangkan Emile Durkheim melalui The Divison of Labor in Society (1968, dalam Sunarto, Pengantar Sosiologi, 1993:90). Sementara, Ferdinad Toennies menyebut masyarakat desa sebagai kelompok sosial Gemeinschaft (community). Masyarakat Gemeinschaft umumnya dijumpai pada pemukiman desa ketika penduduknya hidup secara intim, peribadi, dan ekslusif. Ikatan-ikatan yang mendasari interaksi antar warganya bersumber pada hubungan yang dibawa karena proses kelahiran (dalam Sunarto, Pengantar Sosiologi, 1993:91). 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Sistem Komunikasi Pedesaan. Komunikasi antarpersonal menjadi ciri-ciri komunikasi yang umumnya dilakukan masyarakat desa. Komunikasi antarpersonal diartikan sebagai aktifitas penyampaian pesan-pesan antara dua orang maupun kelompok kecil orang dengan beberapa efek dan umpan balik. Model komunikasi yang umumnya dijumpai dalam masyarakat pedesaan disebut juga sebagai “Model Alir Satu Tahap” atau One Step Flow (Joseph A. Devito, Humman Communication, 1997 dalam Nurudin, 2003:132). Pola komunikasi face to face communication atau komunikasi antarpersonal menempatkan pemimpin opini atau pemuka pendapat (opinion leader) selaku orang-orang yang dapat mempengaruhi khalayak. Pesan media massa tidak langsung menerpa masyarakat pedesaan tetapi terlebih dulu melalui pemimpin opini sebagai pihak yang melakukan proses penterjemahan pesan berpedoman pada kultur setempat sebelum diartikulasikan kepada khalayaknya. Orang-orang yang dapat kita sebut sebagai pemimpin opini di pedesaan seperti sesepuh desa, pejabat desa, guru, pemimpin keagamaan, maupun sekelompok orang yang memiliki stratifikasi ekonomi di atas rata-rata mayoritas penduduk. Posisi pemimpin opini demikian penting mengingat masyarakat desa dicirikan sebagai masyarakat homogen hingga ikatanikatan moral yang mengatur warganya demikian ekslusif. Dibutuhkan pihak-pihak yang dipercaya dapat mengelola informasi hingga sesuai dengan norma-norma sosial warganya. Media Komunikasi Pedesaan. Masyarakat pedesaan tentunya memiliki saluran berkomunikasi yang dipergunakan dalam menjalin interaksi sosial antar sesama anggota komunitas. Saluran komunikasi yang dipergunakan dikenal sebagai media rakyat sebagai sarana penyampaian nilai-nilai pandangan hidup (sosialisasi) bagi warganya secara turuntemurun. Media ini memfasilitasi warganya untuk dapat saling berinteraksi dan saling bertukar informasi melalui mana media rakyat ini hadir dalam wujudnya ke dalam seni-seni pertunjukan tradisi atau seni rakyat (folk culture). Realita Komunikasi Pedesaan. Perkembangan media massa khususnya telepon dan internet saat ini turut mempengaruhi pola komunikasi masyarakat pedesaan. Sekalipun sebaran teknologi komunikasi tersebut kenyataannya belum maksimal menjangkau pelosok pedesaan hingga wilayah pedalaman, sarana komunikasi ini berpeluang besar memberikan pencerahan bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam kehidupan masyarakat manusia global. Pada gilirannya media massa memfasilitasi masyarakat desa untuk mendapatkan informasi yang fleksibel hingga membentuk orientasi pikir baru tentang dunianya maupun dunia di luar dirinya. Keterampilan membaca dan menulis atau literasi antara penduduk desa 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id dan kota berbeda. Jika di pedesaan secara umum masyarakatnya belum sepenuhnya terbebas dari buta huruf sehingga mayoritas pesan yang disampaikan melalui media massa tidak sepenuhnya mencapai tujuan. Keadaan ini merujuk pada penjelasan Teori Peluru dan Teori Jarum Suntik, bahwa masyarakat pedesaan disituasikan selaku audience yang pasif menerima informasi. Menjadi penting keberadaan pemuka pendapat selaku agen penterjemah isi pesan media. Namun disadari atau tidak, posisi opinion leader dewasa kini di pedesaan telah bergeser makna fungsionalnya. Contohnya, berkembangnya stasiun televisi swasta masuk ke wilayah pedesaan sebagai sarana informasi sekaligus media hiburan telah menggantikan peran pemimpin opini, melalui televisi masyarakat desa memperoleh pengetahuan baru. Revolusi komunikasi ini tengah merubah tatanan struktur sosial masyarakat desa sehingga lambat laun masyarakat desa kini tengah berevolusi menjadi masyarakat kota. Pengertian Masyarakat Perkotaan dan Ciri-Ciri Komunikasinya Masyarakat Perkotaan. Wilayah pemukiman yang kita sebut sebagai kota, dulunya adalah satu tempat di mana beragam orang dari berbagai tempat saling berjumpa untuk memenuhi berbagai kepentingan. Kota analog magnet yang dapat menarik memberikan dorongan atas berbagai aktifitas perdagangan, pendidikan, maupun rohaniah. Dinamika serupa ini berbeda dengan masyarakat pedesaan. Desa dikatakan P.J.M. Nas, sebagai wilayah pemukiman di mana penduduknya berorientasi ke dalam (1979, Kota di Dunia Ketiga, dalam Asy’ari, 1993:18). Berikut ini gambaran umum kehidupan masyarakat perkotaan sebagaimana dikutip dari “Sosiologi Desa dan Kota” karangan Asy’ari (1993:21). (1). Morfologi Jika desa mengenal ciri-ciri bangunan fisik yang berpencar maka di kota cara membangun pemukiman berjejal dan tinggi (mencakar langit). Namun kriteria ini tidak dapat dijadikan patokan sebab terdapat daerah-daerah di pinggiran kota membangun pemukiman mirip seperti bangunan di wilayah perkotaan. (2). Jumlah Penduduk Ukuran jumlah penduduk untuk dapat disebut kota juga mengandung kelemahankelemahan dalam artian sulit menetapkan angka mutlak. Namun kita dapat bedakan jika penduduk perkotaan memiliki kepadatan penduduk relatif banyak dibanding desa. (3). Sistem Ekonomi Masyarakat desa umumnya menyandarkan kegiatan ekonomi pada bidang pertanian atau 2012 5 agraria. Berbeda Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. dengan penduduk kota Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id yang menjalankan sistem matapencaharian pada kegiatan perdagangan industri, kegiatan pemerintahan, jasajasa pelayanan, dan kegiatan ekonomi di luar pertanian atau perikanan. (4). Sistem Sosial Budaya Pola-pola hubungan sosial (interaksi sosial) antar penduduknya bersifat kosmopolit, impersonal, sepintas lalu (super-ficial), terkotak-kotak. (5). Sistem Hukum Masyarakat kota tidak mengenal collective conscience melainkan kesepakatankesepakatan yang terjalin antar berbagai kelompok profesi. Hingga hukum yang menonjol berupa hukum perdata dengan sanksi restitutif. Seseorang yang melanggar aturan bersama ini perlu membayar ganti rugi kepada pihak yang dirugikan dalam rangka mengembalikan keseimbangan yang telah dilanggar. Mengacu pada Durkheim, penduduk kota dapat diidentifikasi ke dalam kelompok sosial yang memiliki “Solidaritas Organis”. Model aturan sosial seperti ini dibutuhkan oleh masyarakat kota yang kompleks sebabnya adalah sistem ekonomi perkotaan berbentuk industri hingga memerlukan pola pengaturan status dan peran yang dapat menunjang eksistensi kehidupan kota yang saling kebergantungan. Jika di pedesaan, Solidaritas Mekanis menjadi kebudayaan masyarakat setempat karena penduduk desa umumnya dapat memenuhi kebutuhan pangan dari lahannya sendiri. Sementara pada wilayah perkotaan, setiap orang saling bergantung untuk memenuhi kompleks kebutuhan mulai dari pangan, sandang, dan kebutuhan tersier lainnya. Tonnies menyebut masyarakat kota sebagai masyarakat Gesselschaft (society). Pola kehidupannya publik, manakala setiap anggota hidup bersamasama akan tetapi tetap mandiri dan komunikasi sosial yang dibangun sifatnya sementara atau semu. Sistem Komunikasi Perkotaan. Masyarakat perkotaan umumnya dicirikan sebagai masyarakat dengan diferensiasi kompleks – dalam hal pembagian kerja dan waktu, serta posisi status maupun peran. Keadaan-keadaan ini turut membentuk sistem komunikasi yang dapat diandalkan guna mengakomodir hubungan-hubungan sosial dinamis sejurus dengan kebutuhan selaku masyarakat industri. Pola-pola komunikasi massa dan komunikasi antarpersonal menjadi sistem komunikasi yang diperlukan masyarakat perkotaan. Pejabat pemerintah, anggota masyarakat dengan stratifikasi pendidikan dan ekonomi di atas rata-rata penduduk, pemuka agama menjadi agen-agen pemuka pendapat yang menyampaikan informasi secara langsung pada masyarakat perkotaan melalui komunikasi antarpersonal. Dapat dicontohkan misalnya, 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id informasi pencatatan pendaftaran pemilih persiapan pesta demokrasi nasional tahun 2014, aktifitas penyampaian pesan efektif melalui opinion leader. Keberfungsian komunikasi massa bagi masyarakat kota adalah melalui peran-peran pemuka pendapat selaku penjembatan kebutuhan informasi warganya. Gejala komunikasi masyarakat kota serupa itu dapat dijelaskan melalui konsep “Model Alir Dua Tahap” atau Two-Step Flow Model (Lazarsfeld dan Stanton, Communication Research, dalam Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, 2003:116). Model ini menerangkan jika pesan-pesan media tidak seluruhnya mencapai khalayak secara langsung. Informasi sampai kepada pendengar dan penonton melalui tahapan. Pada tahap pertama, informasi terjadi melalui mass media kepada anggota-anggota masyarakat tertentu yaitu opinion leader yang berfungsi sebagai agen pentapis informasi. Pada tahap kedua, informasi yang telah dikonversi gate-keeper lantas diteruskan kepada khalayak ramai sehingga seluruh pesannya dapat dipahami secara utuh. Media Komunikasi Perkotaan. Penggunaan saluran komunikasi massa sebagai sarana berinteraksi warga kota mengandalkan peralatan mekanik yang mencakup semua alat-alat saluran yang dapat mencapai jumlah penerima yang luas, serentak, serta berkecepatan tinggi. Saluran-saluran demikian semisal; media cetak (surat kabar, majalah, tabloid, buku, dan materi cetakan lainnya), media audio visual (radio, film, dan televisi), dan media online. Saluran komunikasi massa tersebut, beredar di tengah-tengah masyarakat perkotaan yang sifatnya umum atau ditujukan untuk konsumsi publik. Isi pesan dengan demikian berlangsung satu arah yaitu dengan feedback cenderung langka atau tertunda (delayed). Realita Komunikasi Perkotaan. Suasana kehidupan antar warga di perkotaan berlangsung organis ketika setiap orang dapat saling memenuhi kebutuhan anggota masyarakat lainnya melalui mekanisme pembagian kerja berstratifikasi. Fenomena masyarakat industri menumbuhkan azas saling bergantung antar manusia yang sangat tinggi hingga menghadirkan realita kehidupan sosial perkotaan yang tampak dinamis dibanding penduduk desa. Institusi media massa menjawab keperluan-keperluan mobilitas demikian. Dapat dicontohkan, sosial media semakin dibutuhkan saat ini dalam kegiatan mengundang kerabat, rekan kerja, teman-teman sekolah untuk kebutuhan hajatan kawin, sekalipun cara tradisional, melalui undangan formal tetap tidak bisa dihilangkan. Partisipasi politik pada masyarakat kota relatif tinggi, hal ini tersirat melalui kesadaran mengekspresikan hak berkomunikasi pada ranah publik. Fenomena demikian pada kenyataannya memunculkan persoalan baru menyangkut aspek hukum komunikasi masyarakat kota. Berbagai pola kejahatan yang dilakukan melalui saluran komunikasi massa, internet misalnya, memperkaya aturan hukum baru mengantisipasi tindakan penyimpangan sosial yang dilakukan warga melalui saluran media dotcom. Secara garis besar, transformasi nilai-nilai 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id kehidupan yang berlangsung pada masyarakat perkotaan terjadi melalui medium komunikasi massa. Pesan-pesan yang ditampilkan melalui media massa dapat membentuk perilaku khalayak pada perilaku prososial maupun antisosial. Kesimpulan Perbedaan geografis memunculkan sebutan masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan. Berdasarkan situasi lingkungan alam yang tidak sama turut membentuk pola mata pencaharian penduduknya. Pada masyarakat pedesaan digambarkan sebagai masyarakat yang mengusahakan pemberdayaan lahan untuk pertanian maupun perikanan nir-teknologi. Pada masyarakat perkotaan, mata pencahariannya berpusat pada sistem produksi yang mengandalkan peralatan industri berbasis teknologi. Terlepas dari perbedaan situasi lingkungan alam atau geografis, definisi masyarakat pedesaan dan perkotaan muncul sebagai konsep yang lahir dari gejala modernisasi. Fenomena modernisasi menciptakan dua model masyarakat yang berbeda karakteristik sosial kulturalnya. Ilmu Komunikasi melihat realitas masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan dalam soal kenyataan komunikasinya. Jika pada masyarakat pedesaan, pola perilaku komunikasi khalayaknya terbentuk melalui proses komunikasi yang berlangsung melalui saluran tatap muka yang mengandalkan peran aktif pemuka pendapat selaku pemimpin opini masyarakat agraris. Sementara itu, pada masyarakat perkotaan sebagai masyarakat industri, sistem interaksi sosialnya terbentuk melalui komunikasi massa dan komunikasi antarpersonal. Anggota dari masyarakat perkotaan memiliki aktifitas sosial relatif dinamis hingga memerlukan sistem komunikasi yang dapat menunjang praktek sosialnya. Posisi pemimpin opini mewakili kebutuhan memperoleh informasi yang dapat dipercaya sekalipun akses terhadap pengetahuan baru tersedia melalui saluran massa, agen pemuka pendapat tetap diperlukan sekalipun porsi fungsionalnya tidak sebesar sebagaimana pada masyarakat pedesaan. Aksesbilitas peralatan maupun saluran komunikasi turut membentuk pola perilaku komunikasi masyarakat pedesaan dan masyarakat perkotaan – namun di satu sisi, sistem sosial-lah yang menentukan perlu tidaknya prasarana berupa sistem teknologi informasi massa. 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Asy’ari, Sapari Imam. 1993 Sosiologi Desa dan Kota, Edisi 1993 Cetakan I, Surabaya: Usaha Nasional. Berman, M. 1983 All That is Solid Melts into Air, dalam Bryan S. Turner, Teori-Teori Sosiologi Modernitas Postmodersitas, Cetakan II, 2003, Penerbit: Pustaka Pelajar. Devito, Joseph A. 1997 Human Communication, dalam Nurudin, Komunikasi Massa, Cetakan I, Malang: Cespur. Durkheim, Emile. 1968 The Division of Labor in Society, Dalam Kamanto Sunarto, 1993, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Nas, P.J.M. Kota di Dunia Ketiga, 1979, dalam Sapari Imam Asy’ari, Sosiologi Desa dan 1993 Kota, Edisi 1993 Cetakan I, Surabaya: Usaha Nasional. Sunarto, Kamanto. 1993 Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Toennies, Ferdinand. 1967 Community and Society (Gemeinschaft und Gesselschaft), dalam Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, 1993, Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. Wiryanto 2003 Communication Research, dalam Wiryanto, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: Penerbit Program Pasca Sarjana, Program Studi Magister Ilmu Komunikasi, Universitas Prof. DR. Moestopo (Beragama). 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id