MODUL PERKULIAHAN Sosiologi Komunikasi Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Fakultas Program Studi Ilmu Komunikasi Periklanan Tatap Muka 03 Kode MK Disusun Oleh 85005 Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Abstract Kompetensi Realitas komunikasi berlangsung melalui interaksi sosial. Aktifitas interaksi antar manusia menghadirkan interaksi simbolik sebagai dasar berlangsungnya hubungan sosial yang dinamis. Interaksi simbolik merupakan fakta komunikasi yang bersifat kompleks, ketika individu-individu saling menginterpretasi pesan merujuk pada sistem simbol yang dimiliki Mahasiswa diarahkan untuk mengetahui komunikasi sebagai proses interaksi sosial. untuk dapat mengenali realitas demikian perlu dipahami pengertian simbol, makna simbol, dan konteknya. Serta Teori-teori Interaksi Simbolik sebagai dasar konsep memahami komunikasi sebagai proses interaksi Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Ditinjau Dalam Beberapa Bagian Pendahuluan Interaksi sosial prasyarat berlangsungnya komunikasi. Tanpa interaksi sosial maka komunikasi tidak terjadi. Interaksi sosial diartikan sebagai hubungan-hubungan sosial yang dinamis, menyangkut hubungan antara seseorang dengan orang lain, hubungan satu orang dengan kelompok, dan hubungan antara kelompok dengan kelompok. Suatu hubungan antar manusia atau interaksi sosial terjadi diawali melalui adanya kontak sosial baru kemudian diikuti komunikasi verbal dan non verbal (Gillin & Gillin dalam Soekanto, 2007:55). Melalui interaksi sosial atau kontak sosial, perjumpaan antara manusia satu dengan manusia lain dimungkinkan dan komunikasi dipergunakan sebagai medium bagi manusia menyampaikan maksud pikirannya kepada manusia lain. Di sinilah kita dapat memahami jika interaksi sosial memuat arti sebagai suatu proses sosial. Oleh sebab komunikasi melibatkan hubungan antar manusia selaku pengirim dan penerima yang mana keduanya mempunyai niat, motivasi, dan kemampuan interaksi sosial. Proses sosial bersifat berkesinambungan dan tidak memiliki akhir. Artinya ketika kita berjumpa dengan seseorang maka kita akan menyelenggarakan komunikasi sekalipun kita sudah berpisah dengan orang tersebut. Komunikasi yang kita lakukan dengan orang lain pada hari ini menjadi pengalaman komunikasi bagi kita manakala kita berjumpa lagi dengan orang tersebut di masa mendatang, pengalaman di masa lalu akan tersimpan dalam pikiran kita dan dapat menjadi dasar yang mempengaruhi percakapan kita dengan orang tersebut nantinya. Dalam proses interaksi sosial peserta komunikasi saling mengirimkan dan menerima ide-ide, gagasan, pengetahuan, nilai-nilai, norma sosial sebagai isi pesan. Muatan pesan ini merupakan kompleks simbol yang perlu diterjemahkan ke dalam makna simbolik dalam rangka mencapai kesamaan makna dengan tujuan akhirnya terbangun komunikasi efektif. Kegiatan komunikasi dapat berlangsung efektif bahkan sebaliknya. Hal ini tidak lepas dari adanya simbol dan makna yang disampaikan dalam aktifitas berkomunikasi. Simbol berikut makna simboliknya menjadi isi pesan yang disampaikan dan diterima oleh peserta komunikasi. Komunikasi berlangsung ideal ketika pesan yang disampaikan dapat dipahami oleh interpreter selaku komunikan. 2012 2 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Berpangkal pada pengalaman komunikasi di atas, kita acap kali membedakan cara berkomunikasi terhadap satu orang dengan orang lainnya. Ada baiknya kita pisahkan situasi komunikasi dalam bentuk formal dan non formal. Kita dapat mudah akrab ketika rekan interaksi kita handal memahami kita – namun, kita memelihara jarak manakala lawan komunikasi dianggap tidak mampu memahami maksud pembicaraan kita. Mengapa hal demikian kerap kita lakukan? Sebabnya, kegiatan komunikasi melibatkan komunikasi verbal dan non verbal. Ketika kita berinteraksi dengan seseorang, maka kita akan menginterpretasi makna simbolik dari pesan verbal dan non verbal lawan komunikasi kita. Bentuk pesan verbal ditafsirkan sebagai perilaku lahiriah dan komunikasi non verbal diterjemahkan sebagai perilaku tersembunyi (Ritzer & Goodman, 2007:293). Kita menafsirkan pesan orang lain merujuk pada makna simbolik yang kita miliki, hal inilah yang melatari komunikasi berlangsung tidak efektif, karena pesan yang disampaikan memiliki rujukan normatif yang tidak sama dengan makna yang kita miliki. Hal ini diperkuat melalui argumen Blummer, bahwa manusia bertindak (act) terhadap sesuatu (thing) atas dasar makna (meaning) (dalam Soenarto, 1993:44). Komunikasi dalam bentuk perilaku tersembunyilah yang digunakan sebagai pedoman seseorang dalam mendefinisikan tindakan orang lain, pasalnya dalam berinteraksi kita cenderung mengamati perilaku bukan kata-kata (Hall dalam Soekanto, 1993:47). Perilaku tersembunyi sebagai bentuk komunikasi non verbal menjadi pokok pengamatan dalam tradisi Interaksionisme Simbolik. Adapun perilaku lahiriah adalah objek perhatian Teori Pertukaran atau aliran Behaviorisme. Pada Modul Ketiga, kita akan mempelajari Teori Interaksi Simbolik yang dapat kita gunakan untuk memahami realitas interaksi antar manusia. Merujuk dalam pokok bahasan Sosiologi Komunikasi, maka kita diarahkan untuk dapat mengenali adanya hubungan interaktif antara masyarakat dan media massa dalam kaitannya media massa memiliki peran dalam mempengaruhi proses komunikasi masyarakat dan sebaliknya masyarakat turut menentukan proses produksi media massa. Interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat dengan media massa berlangsung melalui interaksi simbolik, yang pada muaranya jalinan interaksi keduanya turut menciptakan nilai-nilai kultural sebagai pedoman berinteraksi dan berkomunikasi warganegaranya. 2012 3 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Simbol, Konteks, dan Makna Kegiatan komunikasi mengikutsertakan simbol, makna dan lingkungan (konteks). Ketiga konsep tersebut merupakan satu kesatuan istilah yang dapat dipergunakan untuk memahami “Komunikasi sebagai Proses Interaksi Sosial”. Untuk keperluan tersebut ada baiknya kita gunakan definisi komunikasi, Richard West dan Lynn H. Turner (2008:5), komunikasi diartikan : “Proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasi makna dalam lingkungan mereka“ Proses Sosial. Telah dijelaskan di atas, bahwa interaksi antar manusia diartikan sebagai proses sosial. Terdapat komunikator dan komunikan yang melakukan aktifitas komunikasi berkesinambungan dan tidak mengenal akhir. Konsep komunikasi yang menekankan sebagai “proses” memuat asumsi jika realitas komunikasi perlu dipahami sebagai fenomena dinamis, kompleks, tidak linear. Manusia selaku komunikator memiliki pertimbangan dalam merumuskan isi pesan kepada pihak lain berkait dengan dimilikinya pengetahuan yang bersumber pada tradisi budaya tertentu selainnya itu penerima pesan pun memiliki kumpulan gagasan bersumber pada pola kebudayaan khasnya. Di sinilah penting bagi kita memahami komunikasi sebagai proses sosial, bahwa komunikasi berlangsung antar manusia dengan beragam pengalaman majemuknya hingga menciptakan realitas komunikasi. Simbol. Fenomena berupa konsep maupun benda yang direpresentasikan ke dalam label arbitrer melalui perwujudan kata-kata adalah definisi dari simbol. Simbol dapat bersifat abstrak (abstract symbols) perwujudan dari pemikiran dan bersifat kongkret (concrete symbols) mewakili benda. Makna. Penafsiran terhadap suatu pesan merupakan definisi dari makna. Dalam setiap kegiatan komunikasi memunculkan pesan yang memiliki berbagai makna dan makna dapat diterjemahkan ke dalam berlapis-lapis pesan sebagai konsekuensi dimilikinya penafsiran beragam yang bersumber pada budaya. Lingkungan. Situasi atau konteks berlangsungnya komunikasi adalah definisi dari lingkungan. Konteks ini mencakup waktu, tempat, periode sejarah, relasi, dan latar belakang budaya komunikator dan komunikan. 2012 4 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Hubungan antar manusia tidak berlangsung dalam ruang hampa sosial sebabnya manusia selalu mempertimbangkan dampak tindakannya terhadap orang lain. Ketika kita tersenyum saat berpapasan dengan orang lain itu artinya tindakan kita ditujukan kepada orang yang bersitatap dengan kita – namun berbeda pengertiannya ketika kita tersenyum tanpa ada orang lain di dekat kita, artinya tindakan kita tidak diorientasikan pada manusia lain. Mogok makan karena gangguan jiwa bukan tindakan sosial – mogok makan dalam aksi demostrasi dikatakan sebagai tindakan sosial, maksud tindakan ini menarik dukungan masyarakat untuk perubahan sistem politik. Setiap perilaku manusia dapat diamati atau memiliki maksud simbolik dan punya arti, apakah perilaku itu berupa perilaku tersembunyi manifestasi proses berpikir yang melibatkan simbol beserta artinya – dan perilaku lahiriah, perilaku yang muncul tanpa proses berpikir terhadap rangsangan eksternal. Secara keseluruhan setiap perilaku manusia melibatkan tindakan tersembunyi dan lahiriah. Gagasan perilaku tersebunyi mencari ciri-ciri dalam konsep interaksionisme simbolik. Konsep ini menerangkan bahwa perilaku manusia berpedoman pada proses mental yang diperoleh melalui interaksinya dengan manusia lain. Proses mental atau berpikir ini dibentuk melalui sosialisasi yang menekankan pentingnya aktifitas penanaman nilai-nilai yang dapat digunakan manusia untuk dapat berhubungan dengan manusia lain. Melalui sosialisasi manusia memperoleh pengetahuan menyangkut simbol yang dapat digunakan untuk berkomunikasi. Perlu kita pahami fungsi simbol diartikan sebagai medium bagi manusia memproduksi dan mereproduksi dunia tempat manusia menampilkan posisi dan peranannya. Bahasa selaku perantara simbol menjadi rangkaian kata-kata simbolik yang dapat menggantikan objek fisik (pulpen, matahari, air minum), objek sosial (oerempuan, petani, dosen), dan objek abstrak (cinta, kebahagiaan, cerdik). Objek ini digunakan manusia untuk mendefinisikan dunianya manakala ia berinteraksi dengan orang lain, dan sosialisasi menjadikan manusia memiliki keterampilan mengumpulkan informasi bermacam-macam objek untuk digunakan dalam mengembangkan kehidupannya bersamasama dengan manusia lain. Simbol dan makna menjadi penggerak dalam interaksi sosial. Pendefinisian realitas melalui objek fisik, sosial, dan abstrak memungkinkan bagi manusia bertindak menurut cara-cara yang umum dilakukan manusia lain. Cara-cara khas manusia dalam berperilaku digerakkan melalui kapasitas otak multikompleks yang dibiasakan melalui inkulturasi bukan mengacu pada instingtif sebagaimana binatang bertindak. Untuk itu simbol dan artinya menjadi ciri-ciri manusia selaku homo symbolicum, yang mana perilaku simbolik ini diperlihatkan melalui interaksinya dengan manusia lain. Pada proses interaksi, manusia secara simbolik 2012 5 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id mengkomunikasikan arti simbol terhadap pihak lain – dan orang lain menafsirkan simbol komunikasi dan mengorientasi tindakan balasan mengacu penafsiran mereka. Dengan istilah lain aktor-aktor yang terlibat dalam komunikasi saling berupaya mempengaruhi kegiatan interaksi. Kemampuan kreatif manusia ini oleh W.I. Thomas dan Darothy Thomas diartikan sebagai definisi situasi, seseorang memberikan respon terhadap stimulus melalui tahapan penilaian dan pertimbangan. Rangsangan dari luar diseleksi melalui definisi situasi atau penafsiran situasi (Ritzer & Goodman, 2007: 294). Keterampilan mendefinisikan situasi diperoleh melalui proses sosialisasi, melaluinya aktifitas penanaman cara hidup ideal memungkinkan bagi manusia merangkai perilakunya dalam tindakan yang terstruktur. Tindakan sosial (social action) dimaknai sebagai perilaku manusia yang memiliki makna subyektif bagi pelakunya (Weber dalam Sunarto 1993:15). Memberikan senyum dan mogok makan mempunyai makna yang tidak sama bagi pelakunya. Hubungan antara dosen dengan mahasiswa, perilaku pejalan kaki saat berpapasan, hubungan antara penumpang bus dengan kondektur bus, relasi antara baby sitter dengan anak asuhnya, hubungan antara presiden dengan menteri-menterinya, hubungan suami dengan istri-istri siri-nya, merupakan realitas interaksi sosial yang bersifat familiar (dikenal). Setiap pelaku memiliki rasionalisasi dalam tindakannya, untuk itu diperlukan upaya memahami (verstehen) untuk dapat mengenali jika tindakan sosial mempunyai akibat tertentu dan tindakan sosial memiliki makna subyektif bagi pelakunya. Upaya verstehen dimaksudkan dengan membayangkan diri kita ke dalam diri pelaku untuk dapat menghayati pengalamannya hingga kita dapat memahami rasionalisasi tindakannya. Simbol dan makna. Hadirnya kontak sosial antar manusia berawal dari adanya kemampuan mental manusia menciptakan simbol dan arti simbol. Simbol yang diwakili katakata secara khusus dan simbol yang diapropriasi melalui bahasa secara umum jelasnya mempunyai fungsi mendasar bagi manusia. Fungsionalisasi simbol ini disepakati Charon memiliki arti strategis dalam keberlangsungan hidup manusia (Ritzer & Goodman, 2007:292): (1). Simbol memungkinkan manusia menghadapi dunia material dan dunia sosial. Bahasa menyediakan kemungkinan tersebut, sebab dengan bahasa memungkinkan manusia mengkolektifkan berbagai jenis simbol. (2). Simbol meningkatkan kemampuan manusia memahami lingkungan. Beragam stimulus diseleksi dan tidak semua stimulus diprogram masuk ke otak, hanya simbol yang dianggap bermakna yang disimpan manusia. 2012 6 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (3). Simbol meningkatkan kemampuan berpikir. Komunikasi intrapersonal memungkinkan manusia berinteraksi simbolik dengan diri sendiri dalam kaitannya meningkatkan kemampuan terbatasnya dalam mengkolektifkan makna simbol. (4). Simbol meningkatkan kemampuan menyelesaikan berbagai masalah. Perilaku manusia bukan berdasar insting atau proses trial and error, namun manusia dapat menyimbolkan alternatif tindakan sebelum berespon terhadap berbagai stimulus. (5). Simbol memungkinkan manusia mendahului waktu, ruang, dan peribadi mereka sendiri. Artinya, seseorang berkemampuan mengambil peran orang lain atau membayangkan posisi dirinya selaku orang lain. Kapasitas ini menyebabkan manusia terampil berinteraksi. (6). Simbol berkemampuan menghantarkan pada pengetahuan metafisik. Fenomena supranatural dapat diiapropriasi melalui simbol seperti kematian, hantu, santet, surga-neraka. (7). Simbol memfasilitasi manusia pada rangkaian alternatif cara bertindak, memilih apa yang dianggap bernilai dan menghindari stimulus yang tidak berakibat positip. Menjadi terang bagi kita jika komunikasi manusia terjalin melalui interaksi sosial dan melalui kontak sosial manusia menciptakan simbol beserta artinya. Penciptaan simbol tidak bersifat mandiri, melainkan adanya perjumpaan antar manusia yang menghantarkan pada kegiatan saling membentuk sistem simbol. Menanggapi tanda-tanda (signs) lantas mengubahnya menjadi rangkaian simbol (symbols) memerlukan proses mental dan hal ini dibentuk melalui sosialisasi yang menyediakan material mentah produksi simbol dan maknanya. Pada bagian berikut ini, kita akan mempelajari teori-teori pilihan dalam tradisi Interaksi Simbolik yang akan memaparkan pemikiran George Herbert Mead yang mempopulerkan gagasan interaksi sosial melalui Pendekatan Interaksi Simbolik. Selainnya itu kita akan menurunkan pemikiran Erving Goffman yang menawarkan Teori Dramaturgi untuk menyelami perilaku spontanitas manusia dan apa yang orang lain harapkan dari perilaku kita. 2012 7 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Interaksionisme Simbolik Tindakan. Mind, Self, Society; From The Stand Point of The Social Behaviorist (1972, dalam Ritzer & Goodman, 2007:273). Berakar pada Psikologi Sosial, teori ini memperoleh landasan konsep. Pengelompokkan manusia menghasilkan perkembangan keadaan mental kesadaran diri, ada kumpulan individu yang mengorganisir perilaku baru kemudian memunculkan kesadaran diri atau proses mental. Pemikiran ini sejalan dengan pandangan behavioris yang meletakkan perhatian pada rangsangan (stimulus) dan tanggapan (response). Dalam interaksi sosial, stimulus diberlakukan sebagai rangsangan yang melalui proses mental diolah untuk dihasilkan perilaku yang dipikirkan terlebih dahulu. Tindakan didahului dengan stimulus menghasilkan respon sebagai tanggapan, dengan demikian terdapat empat tahapan tindakan yang membingkai kesatuan organis perilaku manusia, yaitu : (1). Impuls (impulse) Atau dorongan hati yang mencakup stimulasi sebagai akibat kerja panca indera dan kebutuhan aktor memenuhi rangsangan. Perbedaan impuls hewani dengan manusia dalam menanggapi rasa lapar akan berbeda. Manusia berupaya memikirkan fakta lingkungan sebagai penyedia sumber makanan kemudian memikirkan bagaimana memenuhi dorongan untuk makan dengan mempertimbangkan ketersediaan sumber. (2). Persepsi (perception) Kapasitas merasa dan memahami stimuli melalui inderawi adalah bagian dari persepsi. Manusia berlaku tidak tunduk pada rangsangan tetapi memikirkan melalui bayangan mental. Ada banyak rangsangan dan ada alternatif respon, tindakan manusia selalu terikat dengan objek rangsangan, tindakan dan objek satu kesatuan dialektis. (3). Manipulasi (manipulation) Setelah impuls mengenali objek langkah berikut adalah memanipulasi objek (mengambil tindakan berkenaan dengan objek). Perbedaan hewan dengan manusia berada pada kemampuan memanipulasi panca indera untuk memenuhi harapan terhadap objek. Manusia menggunakan inderawinya untuk mengobservasi melalui tangannya, mencium dengan hidungnya, dan meneliti lebih lanjut sebelum memakan sesuatu yang dipersepsinya sebagai makanan beracun, adapun hewan tidak memiliki kapasitas ini. Pengalaman masa lalu merupakan pengalaman mental yang digunakan manusia mengenali berbagai stimulus. 2012 8 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id (4). Konsumsi (consummation) Tindakan akan dilakukan ketika aktor menilai bahwa makanan tersebut tidak beracun dan dapat dimakan. Pilihan mengkonsumsi merupakan tahap keempat tindakan yang memuaskan dorongan hati yang sebenarnya atau impuls. Tindakan Sosial. Konsep impuls, persepsi, manipulasi, dan konsumsi sebagai konsep tindakan yang melibatkan satu aktor. Adapun tindakan sosial mengikutsertakan lebih dari satu orang. Dalam tindakan sosial, maka konsep rujukannya berupa gerak atau sikap isyarat (gesture) yang diartikan sebagai gerakan organisme pertama yang bertindak sebagai rangsangan khusus yang menimbulkan tanggapan secara sosial yang tepat pada organisme kedua. Hewan dapat membuat gesture, manusia pun demikian. Namun manusia mempunyai keterampilan lebih dibanding binatang dalam mengelola isyarat. Terdapat dua pola isyarat, isyarat fisik dan isyarat suara. Manusia berkecendrungan tidak memiliki kontrol memadai dalam soal gesture fisik dibanding suara. Tarikan wajah penanda ketidaksukaan akan sulit disadari pemilik wajah dibandingkan ketika yang bersangkutan berbicara dengan isyarat suara yang semula datar menjadi ketus. Kita dapat merubah nada suara kembali ke isyarat datar tanpa memerlukan waktu lama dibandingkan menyadari bahwa wajah kita mencerminkan nada marah sebab raut wajah yang ketus. Sekali lagi perlu diingat, jika perilaku tersembunyi atau non-verbal menjadi rujukan observasi utama dalam interaksi simbolik. Isyarat fisik dan suara menjadi mekanisme manusia mengembangkan organisasi sosial, dan tindakan sosial menjelaskan kompleks pengaturan yang dibuat manusia untuk membedakan dirinya dengan tindakan hewani. Simbol Signifikan. Berjenis-jenis gerak isyarat dapat diciptakan manusia. isyarat menjadi simbol signifikan ketika seseorang mengkomunikasikan pada pihak lain lantas memperoleh tanggapan dari pihak lain selaku sasaran isyarat. Isyarat suara menjadi simbol signifikan acuannya pada bahasa. Isyarat suara yang mendapat tanggapan dapat kita sebut bahasa ketika komunikan menginterpretasi makna simbolik isyarat yang kita sampaikan. Fungsi dari simbol signifikan ini adalah bagian dari proses mental, dengan kata lain berpikir adalah sama artinya dengan berbicara pada orang lain. Analoginya, percakapan meliputi perilaku (berbicara) dan perilaku mencakup aktifitas berpikir dan bertindak. Simbol signifikan memungkinkan bagi terjadinya interaksi simbolik, manusia dapat saling terhubung melalui isyarat dan juga simbol signifikan. Pikiran (mind). Pikiran diartikan sebagai proses percakapan seseorang dengan dirinya sendiri, dan kemampuan ini bagian dari fenomena sosial. sebab, kegiatan komunikasi intrapersonal muncul dan berkembang melalui proses sosial. 2012 9 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Diri (self). Diri adalah kemampuan menerima diri sendiri sebagai objek. Diri merupakan kemampuan khusus menjadi subjek maupun objek. Diri adalah prasyarat proses sosial. manusia yang baru lahir jelasnya belum memiliki diri, konsep diri muncul dan berkembang melalui interaksi sosial. asal-usul diri diciptakan, dibentuk oleh agen sosialiasi. Melalui tahapan pembentukkan konsep diri sejak lahir hingga meninggal, yaitu : (a). Tahap Bermain. Dapat kita sebut play stage, suatu aktifitas sosialisasi ketika anak mengumpulkan informasi menyangkut peranan orang lain. Kemampuan ini diajarkan agen sosialisasi utama yaitu keluarga inti. Orang tua dan saudara kandung berkapasitas menciptakan individu muda menjadi manusia yang dapat diterima lingkungannya. (b). Tahap Permainan. Pada tahap game stage anak menggunakan pengetahuan status dan peran orang lain dalam dunia permainan. Bermain menjadi anggota pemadam kebakaran, polisi, dokter, berperan sebagai orang tua, pengamen, dan sebagainya. (c). Tahap Menggeneralisir Orang Lain. The generalized other sebagai tahapan akhir ketika anak merealisasikan dalam dunia sosial status dan perannya. Keterlibatannya dalam aktifitas sosial kooperatif dan terorganisir mengharuskan anak mengembangkan diri secara utuh. Tahapan ini akan terus berlanjut hingga seseorang meninggal dunia. Interaksi sosial serupa medan magnit di mana manusia merencanakan dan mengaktualisasikan pikirannya ke dalam tindakan sosial. Hanya tindakan sosial yang melibatkan proses mental dapat diterima dalam kegiatan komunikasi. Karena aktifitas berpikir ini yang membedakan manusia dengan mahluk bukan manusia. Adapun sosialisasi menyediakan ragam alternatif yang dapat digunakan manusia untuk merespon objek fisik, sosial, dan abstrak yang disediakan lingkungannya. Teori Dramaturgi Diri (self). Presentation of Self in Everyday Life (1959, dalam Ritzer & Goodman, 2007; 296). Erving Goffman mengembangkan pandangan Interaksi Simbolik Meadian, dengan mempertanyakan kontribusi sosialisasi dalam pembentukan konsep diri. Pemikiran Goffman mendasari pada pertanyaan adanya realitas perilaku spontan versus perilaku yang dibakukan aturan normatif. Apakah kita senantiasa tunduk pada harapan masyarakat – 2012 10 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id sementara kita memiliki harapan di luar tuntutan yang dicita-citakan bersama? Dualitas ketegangan konsep ini ditengahi melalui Teori Dramaturgi yang menawarkan cara pandang mengatasi dualisme aktor dan diri. Dikatakan Goffman, jika manusia adalah pelakon dalam dunia yang diciptakan bersama manusia lain, selaku aktor manusia berkewajiban memainkan status dan perannya mengikuti aturan masyarakat namun manusia tetap pada kediriannya untuk memposisikan diri selaku insan otonom. Konsep dramaturgi dapat dideskripsikan sebagai berikut : “Dalam perjumpaan (sengaja atau tidak sengaja), setiap pihak saling membuat pernyataan (expression) dan pihak lain memperoleh kesan (impression). Setiap individu mengharapkan pesan yang disampaikannya sesuai dengan harapan orang yang menerima pesan. Untuk itu dalam perjumpaan setiap pihak yang terlibat interaksi saling mengelola kesan (impression management). Masing-masing individu mengungkapkan penampilan (performance). Terdapat penampilan ideal yang diperlihatkan sebagai penampilan tampak muka (front region) dan sebaliknya terdapat penampilan yang disembunyikan (back region)“ Dalam kenyataannya kita senantiasa berupaya keras menyampaikan pesan sebagai individu menyenangkan di balik itu tersituasikan keadaan diri tidak dalam keadaan bahagia namun berupaya kita tutupi manakala kita bertatap muka dengan individu lain. Sebagai aktor dalam teater kehidupan, tiap-tiap individu berusaha keras meyakinkan bahwa seluruh pertunjukkan dapat ditampilkan prima dalam rangkaiannya menyenangkan pihak lain. Unit analisa dalam konsep dramaturgi terletak pada tim selaku semua orang yang terlibat dalam pertunjukan drama bukan individu perorangan. Setiap anggota tim bekerja sama menciptakan pertunjukkan yang diharapkan sukses. Sebab, setiap orang mengharapkan pihak lain mampu mempertunjukkan impression sejurus dengan expression yang dilepaskan orang lain dan proses ini berlangsung timbal balik. Terdapat panggung belakang atau back region yang menjadi tempat berlangsungnya perilaku tersembunyi. Keterampilan mengelola kesan (immpresion managemen) yang diperoleh melalui sosialisasi memungkinkan manusia dapat menutupi panggung belakang dengan cukup baik artinya hanya individu yang terampil pula yang dapat menangkap isyarat gesture maupun isyarat bahasa yang berupaya disembunyikan. Isyarat yang disembunyikan ini menjadi pintu pembuka bagi lawan interaksi memposisikan status dan perannya mengacu pada harapan yang dikelola oleh penyampai pesan yang disembunyikan. 2012 11 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Kesimpulan Mendasarkan pada dua pemikiran dalam Pendekatan Interaksi Simbolik, dapat disimpulkan jika interaksi simbolik adalah perangkat yang digunakan manusia dalam berhubungan dengan manusia lain. Kemampuan berinteraksi bersumber pada aktiftas pengasuhan anak yang mempersiapkan anggota masyarakat baru memasuki dunia sosial, di mana kebutuhan berinteraksi menjadi prasyarat primer untuk berlangsungnya komunikasi. Prinsip dasar interaksionisme simbolik dapat disarikan sebagai berikut : (1). Manusia adalah hewan pencipta simbol, keadaan ini mendasari perbedaannya dengan binatang disebabkan manusia memiliki kemampuan berpikir. (2). Kemampuan berpikir diperoleh melalui interaksi sosial dengan manusia lain. (3). Interaksi sosial adalah wahana manusia mempelajari simbol dan makna simbolik. Aktifitas pembelajaran ini memerlukan proses mental. (4). Simbol dan maknanya memungkinkan manusia melakukan tindakan khusus mamupun tindakan sosial. (5). Manusia berkemampuan mengubah arti simbol dan simbolnya merujuk pada adanya kebutuhan menafsirkan objek fisik, sosial, dan abstrak. (5). Manusia berkemampuan memodifikasi simbol berikut artinya. Melalui kapasitas komunikasi intrapersonal manusia mengkomunikasikan sistem simbol sebelum mengaplikasikan dalam interaksi sosial. (6). Keseluruhan tindakan sosial yang syarat makna simbolik pada akhirnya membentuk masyarakat berikut pola kebudayaannya. 2012 12 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Ritzer, Goerge, dan Douglas J. Goodman 2007 Teori Sosiologi Modern, Edisi Keenam, Jakarta: Penerbit Prenada Media Group. Soekanto, Soerjono. Sosiologi Suatu Pengantar. Edisi Baru – 41, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2007 Sunarto, Kamanto 1993 Pengantar Sosiologi. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi. West, Richard, dan Lynn H. Turner. 2008 Pengantar Teori Komunikasi: Analisis dan Aplikasi, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit Salemba Humanika. 2012 13 Nama Mata Kuliah dari Modul Desiana E. Pramesti, S.Sos., M.Si. Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id