SAK ETAP DAN PEDOMAN AKUNTANSI BPR 1 Agenda 1. Pendahuluan 2. SAK ETAP 3. Pedoman Akuntansi BPR 4. Penutup 2 Standar Akuntansi ?? • Untuk keseragaman laporan keuangan, laporan keuangan yang relevan dan reliable (representational faitfullness) • Memudahkan penyusun laporan keuangan karena ada pedoman baku sehingga meminimalkan bias dari penyusun • Memudahkan auditor dalam mengaudit • Memudahkan pembaca laporan keuangan untuk menginterpretasikan dan membandingkan laporan keuangan entitas yang berbeda. • Pengguna laporan keuangan banyak pihak sehingga penyusun tidak dapat menjelaskan kepada masing-masing pengguna Laporan Keuangan bertujuan umum yang relevan dan reliable sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengembilan keputusan. PPL - IAPI 3 Akuntansi dan Audit Laporan Keuangan BPR ACUAN: 1. Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia 2. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) 3. Standar Akuntansi Keuangan (SAK non ETAP) 4. Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR 5. Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum PPL - IAPI 4 Ketentuan Bank Indonesia 1. 2. 3. 4. 5. 6. PPL - IAPI SE 15/29/DKBU tanggal 31 Juli 2013 Laporan Tahunan dan Laporan Keuangan Publikasi Bank Perkreditan Rakyat SE BI 15/3/PBI/2013 tangal 21 Mei 2013 Transparansi Kondisi Keuangan Bank Perkreditan Rakyat SE BI No.12/14/DKBU, Pelaksanaan Pedoman Akuntansi BPR SE BI No.11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009, Penetapan penggunaan Standar Akuntansi Keuangan bagi BPR : Standar akuntansi keuangan bagi BPR menggunakan SAK ETAP PBI No.13/20/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006, Transparansi kondisi keuangan BPR PBI 13/26/PBI/2011 Perubahan PBI 8/19/2006, Perubahan PP BI 8/19/2006; Kualitas aktiva produktif dan pembentukan PPAP 5 SAK ETAP 6 Tujuan Laporan Keuangan • Memberikan infomasi – posisi keuangan, – kinerja – perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi • Laporan keuangan menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), dan pertanggung jawaban sumber daya yang dipercayakan kepadanya • Memenuhi kebutuhan sebagian besar pemakai. • Menyediakan pengaruh keuangan dari kejadian di masa lalu dan tidak diwajibkan menyediakan informasi non keuangan. PPL - IAPI 7 Empat Pilar Standar Akuntansi Indonesia Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik signifikan SAK-ETAP Standar Akuntansi Syari’ah – SAK Syariah Standar Akuntansi Pemerintahan - SAP IFRS hanya diadopsi PSAK SAK ETAP diluncurkan pada tanggal 17 July 2009 Instansi Pemerintah menggunakan Standar Akuntansi Pemerintahan PP 71 tahun 2010 PPL - IAPI 8 SAK ETAP • SAK ETAP: Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik. • Digunakan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik signifikan • ETAP adalah entitas yang: – Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan – Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. – Contoh pengguna eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga pemeringkat kredit. PPL - IAPI 9 AKUNTABILITAS PUBLIK SIGNIFIKAN • Harus menggunakan PSAK – IFRS based • Dapat menggunakan SAK ETAP jika ada regulasi yang mengijinkan penggunaan SAK ETAP BPR sesuai dengan SE BI No.11/37/DKBU tahun 2009 • Karakteristik IFRS : – IFRS menggunakan “Principles Base “ : • Lebih menekankan pada intepretasi dan aplikasi atas standar sehingga harus berfokus pada spirit penerapan prinsip tersebut. • Standar membutuhkan penilaian atas substansi transaksi dan evaluasi apakah presentasi akuntansi mencerminkan realitas ekonomi. • Membutuhkan profesional judgment pada penerapan standar akuntansi. – Banyak menggunakan fair value dalam penilaian, jika tidak ada nilai pasar aktif harus melakukan penilaian sendiri (perlu kompetensi) atau menggunakan jasa penilai – Mengharuskan pengungkapan (disclosure) yang lebih banyak baik kuantitaif maupun kualitatif – Dinamis dan rentan terhadap perubahan 10 PSAK 2013 & 2014 NO IFRS STATUS 1 IFRS 10: Consolidated Financial Statements PSAK 65: Laporan Keuangan Konsolidasian [1 Jan 2015] 2 IFRS 11: Joint Arrangements PSAK 66: Pengaturan Bersama [1 Jan 2015] 3 IFRS 12: Disclosure of Interests in Other Entities PSAK 67: Pengungkapan Kepentingan dalam Entitas Lain [1 Jan 2015] 4 IFRS 13: Fair Value Measurement PSAK 68: Pengukuran Nilai Wajar [1 Jan 2015] 5 IFRIC 18: Transfer of Assets from Customers ISAK 27: Pengalihan Aset dari Pelanggan [1 Jan 2014] 6 IFRIC 19: Extinguishing Financial Liabilities with Equity Instruments ISAK 28: Pengakhiran Liabilitas Keuangan dengan Instrumen Ekuitas [1 Jan 2014] 7 IFRIC 20: Stripping Costs in the Production Phase of a Surface Mining ISAK 29: Biaya Pengupasan Lapisan Tanah tahap Produksi pada Pertambangan Terbuka [1 Jan 2014] 8 IFRIC 21: Levies Pembahasan 9 IAS 41: Agriculture Pembahasan 11 PSAK 2013 & 2014 NO IFRS STATUS 1 IAS 1: Presentation of Financial Statements PSAK 1: Penyajian Laporan Keuangan [1 Jan 2015] 2 IAS 19: Employee Benefits PSAK 24: Imbalan Kerja [1 Jan 2015] 3 IAS 27: Separate Financial Statements PSAK 4: Laporan Keuangan Tersendiri [1 jan 2015] 4 IAS 28: Investments in Associates and Joint Ventures PSAK 15: Investasi pada Entitas Asosiasi dan Ventura Bersama [1 Jan 2015] 5 IAS 32: Financial Instruments: Presentation PSAK 50: Instrumen Keuangan: Penyajian [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015] 6 IAS 36: Impairment of Assets PSAK 48: Penurunan Nilai Aset [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015] 7 IAS 39: Financial Instruments: Recognition and Measurement PSAK 55: Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015] 8 IFRS 7: Financial Instruments: Disclosures PSAK 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015] 9 IAS 12: Income Tax PSAK 46: Pajak Penghasilan [Disahkan pada 29 April 2014, berlaku 1 Jan 2015] 12 Mengapa Perlu SAK – ETAP • PSAK – IFRS based sulit diterapkan bagi perusahaan menengah kecil mengingat penentuan fair value memerlukan biaya yang tidak murah. • PSAK – IFRS rumit dalam implementasinya seperti kasus PSAK 50 dan PSAK 55 meskipun sudah disahkan tahun 2006 namun implementasinya tertunda bahkan 2010 sudah keluar PSAK 50 (revisi). • PSAK – IFRS menggunakan principle based sehingga membutuhkan banyak professional judgement. • PSAK – IFRS perlu dokumentasi dan IT yang kuat • PSAK – IFRS sangat dinamis dan sering berubah • SAK ETAP sebagai solusi utk SME (ETAP) PPL - IAPI 13 Manfaat SAK ETAP • Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk – menyusun laporan keuangannya sendiri, – dapat diaudit dan mendapatkan opini audit, sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya dari Bank) untuk pengembangan usaha. • Lebih sederhana dibandingkan dengan PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya • Tetap memberikan informasi yang handal dalam penyajian laporan keuangan. PPL - IAPI 14 SAK ETAP • Disusun dengan mengadopsi IFRS for SME dengan modifikasi sesuai kondisi di Indonesia dan dibuat lebih ringkas. • SAK ETAP masih memerlukan professional judgement namun tidak sebanyak untuk PSAK – IFRS. • Dalam beberapa hal tidak ada perubahan signifikan dibandingkan dengan PSAK lama: contoh PSAK 16 (1994). Namun ada beberapa hal yang dimodifikasi dari IFRS/IAS. 15 IFRS for SMEs • IFRS for SMEs, merupakan “mini” Full IFRS – Terdapat pengurangan opsi dan pengungkapan – Tidak terdapat pengakuan dan pengukuran yang berbeda dengan Full IFRS, kecuali – “borrowing cost” dibebankan langsung dan tidak dikapitalisasi, dan – terdapat pengaturan mengenai “ekuitas” • Target dari IFRS for SMEs adalah perusahaan menengah ke bawah. PPL - IAPI 16 SAK ETAP • PSAK lama (2006) yang disederhanakan: – – – – Pilihan pada alternatif standar yang lebih sederhana Penyederhaaan pengakuan dan pengukuran Mengurangi pengungkapan Penyederhanaan • Merupakan standar yang berdiri sendiri secara keseluruhan (stand alone) PPL - IAPI 17 ISI SAK ETAP BAB ISI BAB ISI 1 Ruang Lingkup 16 Aset Tidak Berwujud 2 Konsep dan Prinsip Pervasive 17 Sewa 3 Penyajian Laporan Keuangan 18 Kewajiban Diestimasi dan Kontijensi 4 Neraca 19 Ekuitas 5 Laporan Laba Rugi 20 Pendapatan 6 Laporan Perubahan Ekuitas 21 Biaya Pinjaman 7 Laporan Arus Kas 22 Penurunan Nilai Aset 8 Catatan atas Laporan Keuangan 23 Imbalan Kerja 9 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Koreksi Kesalahan 24 Pajak Penghasilan 10 Investasi pada Efek Tertentu 25 Mata Uang Pelaporam 11 Persediaan 26 Transaksi dalam Mata Uang Asing 12 Investasi pada Entitas Asosiasi dan Entitas Anak 27 Peristiwa setalah Akhir Periode Pelaporan 13 Investasi pada Joint Venture 28 Pengungkapan Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa 14 Propoerti Investasi 29 Ketentuan Transisi 15 Aset Tetap 30 Tanggal Efektif Daftar Istilah 18 Ruang lingkup • • • PPL - IAPI SAK ETAP, dimaksudkan untuk digunakan oleh Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP), yaitu entitas yang: Tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan Menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum bagi pengguna eksternal Entitas dengan akuntabilitas publik signifikan Telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau sedang dalam proses pengajuan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan efek di pasar modal; atau Menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi,pialang dan atau pedagang efek, dana pensiun, reksa dana dan bank investasi. Entitas yang memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan SAK ETAP jika otoritas berwenang membuat regulasi mengizinkan penggunaan SAK ETAP. Contoh: Bank Perkreditan Rakyat (BPR) 19 Perbedaan Pokok PSAK dan SAK ETAP • SAK ETAP tidak mengatur pajak tangguhan • SAK ETAP hanya menggunakan metode tidak langsung untuk laporan arus kas. • SAK ETAP menggunakan metode biaya untuk investasi ke asosiasi dan menggunakan metode ekuitas untuk anak perusahaan. • SAK ETAP tidak secara penuh menggunakan PSAK 50/55. • SAK ETAP hanya menggunakan model biaya untuk aset tetap, aset tidak berwujud dan properti investasi. PSAK-IFRS boleh memilih model biaya atau model reavaluasi. • Beberapa pengaturan yang tidak dalam PSAK ETAP : penggabungan usaha, derivatif, hedging PPL - IAPI 20 Rerangka konseptual KDPPLK SAK ETAP Tujuan laporan keuangan Sama Karakteristik kualitatif laporan keuangan Sama Unsur-unsur laporan keuangan Sama – nama laporan berbeda Konsep pengakuan Sama Konsep pengukuran: biaya historis biaya kini nilai realisasi bersih nilai sekarang Konsep pemeliharaan modal Konsep pengukuran: biaya historis nilai wajar Tidak ada 21 Penyajian Laporan Keuangan SAK UMUM SAK ETAP Kepatuhan terhadap SAK Pengungkapan atas PSAK “misleading” Kepatuhan terhadap SAK ETAP Komponen laporan keuangan: Lap posisi keuangan/neraca Lap laba rugi dan penghasilan komprehensif lain Lap perubahan ekuitas Lap arus kas Catatan atas laporan keuangan Komponen laporan keuangan: Neraca Lap laba rugi Lap perubahan ekuitas Lap arus kas Catatan atas laporan keuangan Tanggung jawab atas lapkeu Tidak ada Dasar akrual & kelangsungan usaha Sama PPL - IAPI 22 Penyajian Laporan Keuangan (2) SAK UMUM Neraca • Pos minimal yang disajikan banyak • Urutan penyajian • Pengungkapan banyak SAK ETAP Neraca • Pos minimal yang disajikan lebih sedikit • Sama • Pengungkapan lebih sederhana Laporan laba rugi komprehensif Laporan laba rugi • Laba rugi dan penghasilan komprehensif • Laba rugi lain • Pos minimal • Pos minimal lebih sedikit PPL - IAPI 23 Penyajian Laporan Keuangan (3) SAK UMUM SAK ETAP Laporan perubahan ekuitas Pos minimal Pengungkapan distribusi dividen dan dividen per saham Tidak diperkenankan Laporan perubahan ekuitas Pos minimal lebih sedikit Tidak ada Laporan arus kas Arus kas operasi disajikan dengan metode langsung atau tidak langsung Arus kas valas, bunga & dividen, pajak penghasilan, investasi pada entitas anak, ventura bersama & entitas asosiasi, perubahan kepemilikan, dan transaksi nonkas Kas yang dibatasi Laporan arus kas Arus kas operasi disajikan dengan metode tidak langsung Arus kas bunga & dividen, pajak penghasilan, dan transaksi nonkas Laporan perubahan ekuitas dan saldo laba dapat menggantikan lap laba rugi dan lap perubahan ekuitas Tidak ada 24 Penyajian Laporan Keuangan (4) SAK UMUM Catatan atas laporan keuangan Kebijakan akuntansi Sumber estimasi ketidakpastian Modal Dividen dan informasi umum entitas PPL - IAPI SAK ETAP Catatan atas laporan keuangan Kebijakan akuntansi Sumber estimasi ketidakpastian 25 Laporan Keuangan Konsolidasian SAK UMUM Laporan keuangan konsolidasian SAK ETAP Tidak menyusun laporan keuangan konsolidasian Laporan keuangan tersendiri (lampiran dari laporan keuangan konsolidasian) Konsolidasi entitas bertujuan khusus PPL - IAPI 26 Kebijakan Akuntansi, Estimasi Akuntansi dan Kesalahan SAK UMUM SAK ETAP Kebijakan akuntansi Pemilihan kebijakan akuntansi PSAK serupa Conceptual framework Other pronouncements, literatur dan praktik Dampak penerapan PSAK yang akan berlaku Kebijakan akuntansi Pemilihan kebijakan akuntansi Bagian SAK serupa Conceptual framework SAK umum Other pronouncements, literatur dan praktik Tidak ada Estimasi akuntansi Sama Kesalahan Sama 27 Instrumen Keuangan SAK UMUM Instrumen keuangan Diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi Tersedia untuk dijual Dimiliki hingga jatuh tempo Pinjaman yang diberikan dan piutang Maksud dan kemampuan PPL - IAPI SAK ETAP Efek yang diperdagangkan (marketable securities) Diperdagangkan Tersedia untuk dijual Dimiliki hingga jatuh tempo Maksud 28 Persediaan SAK UMUM SAK ETAP Biaya perolehan atau nilai realisasi neto (mana lebih rendah) Sama FIFO dan rata-rata tertimbang Sama Persediaan pialang-pedagang komoditi Tidak ada menggunakan fair value Persediaan pemberi jasa PPL - IAPI Sama 29 Investasi pada Entitas Asosiasi SAK UMUM SAK ETAP Pengaruh signifikan •Faktor kuantitatif dan kualitatif •Hak suara potensial Pengaruh signifikan •Faktor kuantitatif •Tidak ada Metode ekuitas Metode biaya Investasi pada entitas asosiasi yang tersedia untuk dijual Tidak ada 30 Investasi pada Joint Venture SAK UMUM SAK ETAP Pengaturan bersama Pengendalian bersama operasi Pengaturan bersama Pengendalian bersama aset Investasi pada joint venture • Metode ekuitas Pengendalian bersama entitas • Metode biaya 31 Investasi pada Entitas Anak SAK UMUM SAK ETAP Pengendalian, termasuk entitas bertujuan khusus Pengendalian, tidak mengatur entitas bertujuan khusus Metode ekuitas dan harus dikonsolidasikan Metode ekuitas dan tidak dikonsolidasikan Transaksi pelepasan kepemilikan tetapi Tidak ada tidak menyebabkan hilangnya pengendalian (transaksi ekuitas) PPL - IAPI 32 Properti Investasi dan Aset Tetap SAK UMUM SAK ETAP Properti investasi • Model biaya • Model nilai wajar Properti investasi • Model biaya Aset tetap • Model biaya • Model revaluasi Aset tetap • Model biaya (revaluasi jika peraturan pemerintah mengijinkan) 33 Aset Tidak Berwujud SAK UMUM SAK ETAP Berasal dari internal dan eksternal Berasal dari eksternal Umur manfaat terbatas dan tidak terbatas Umur manfaat terbatas Goodwill Tidak lebih dari 20 tahun (pengaturan tentang penggabungan usaha tidak ada) Model biaya Model biaya dan model revaluasi PPL - IAPI 34 Sewa SAK UMUM Perjanjian sewa dan perjanjian mengandung sewa SAK ETAP Perjanjian sewa Klasifikasi sewa: indikator dan situasi yang Klasifikasi sewa: indikator yang tidak memerlukan judgment. perlu judgment: Sewa modal jika terjadi perpindahan risiko dan pengalihan aset opsi beli manfaat. min 75% umur ekonomis min 90% nilai wajar aset bersifat khusus) Jual dan sewa-balik (sale and leaseback) Tidak ada Sewa dan sewa lanjut (lease and sublease) PPL - IAPI Tidak ada 35 Kewajiban Diestimasi (Provisi) dan Kontinjensi, Ekuitas, dan Pendapatan SAK UMUM SAK ETAP Kewajiban diestimasi (provisi), aset kontinjensi, dan kewajiban kontinjensi Sama Ekuitas Sama Pendapatan penjualan barang dan jasa Sama Penggunaan istilah yang berbeda, dalam SAK ETAP masih menggunakan Kewajiban diestimasi bukan provisi seperti dalam PSAK 57. 36 Biaya Pinjaman dan Penurunan Nilai SAK UMUM Biaya pinjaman dikapitalisasi Penurunan nilai Instrumen keuangan: berdasarkan bukti objektif (incurred loss) SAK ETAP Biaya pinjaman dibebankan Penurunan nilai Pinjaman yang diberikan dan piutang: expected loss (aging schedule) Goodwill dan aset tidak berwujud Diamortisasi maks 20 tahun dengan umur manfaat tidak terbatas Persediaan Selisih nilai buku dan nilai realisasi bersih Aset lain Selisih nilai buku dan nilai jual dikurangi dengan biaya menjual PPL - IAPI 37 Imbalan Kerja SAK UMUM SAK ETAP Imbalan kerja jangka pendek Imbalan kerja jangka pendek Imbalan pasca kerja Imbalan pasca kerja, perhitungan lebih sederhana Imbalan kerja jangka panjang lainnya Imbalan kerja jangka panjang lainnya Pesangon pemutusan kerja Pesangon pemutusan kerja Imbalan berbasis saham Tidak ada PPL - IAPI 38 Pajak Penghasilan SAK UMUM SAK ETAP Konsep pajak tangguhan (deferred tax Konsep pajak terutang (tax liability concept) concept) Laba fiskal dan laba akuntansi Laba fiskal Aset dan liabilitas pajak tangguhan Utang pajak PPL - IAPI 39 Mata Uang Pelaporan dan Transaksi Valas SAK UMUM Mata uang pelaporan: rupiah atau mata uang asing Transaksi valas: kurs tanggal transaksi PPL - IAPI SAK ETAP Mata uang pelaporan: rupiah atau mata uang asing jika merupakan mata uang fungsionalnya Transaksi valas: kurs rata-rata bulanan (mingguan) 40 PEDOMAN AKUNTANSI BPR staff.blog.ui.ac.id/martani 41 Pedoman Akuntansi BPR BAB I • Kebijakan Bank Indonesia yang mengijinkan BPR untuk menerapkan SAK ETAP • Pedoman Akuntansi BPR merupakan penjabaran lebih lanjut prinsip dan substansi pengaturan dalam SAK ETAP untuk membantu BPR dalam menyusun laporan keuangan. • Penyusunan PA-BPR ini bertujuan : – untuk memberikan acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam menyusun laporan keuangannya. – untuk menciptakan keseragaman sehingga dapat meningkatkan daya banding laporan keuangan di antara BPR. • Proses penyusunan Pedoman Akuntansi BPR yang melibatkan stakeholder dan melalui due process procedure), termasuk public hearing dan limited hearing. PPL - IAPI 42 Tujuan PA BPR • Untuk membantu pengguna dalam menyusun laporan keuangan agar sesuai dengan tujuan laporan keuangan, yaitu: – Pengambilan keputusan ekonomi semua pihak – Menilai prospek arus kas – Memberikan informasi atas sumber daya ekonomi – Menciptakan keseragaman sehingga meningkatkan daya banding laporan keuangan BPR. – Menjadi acuan minimum yang harus dipenuhi oleh BPR dalam menyusun laporan keuangan. PPL - IAPI 43 Isi Pedoman Akuntansi BPR • Bab I • Bab II • • • • • • • • • Pendahuluan Tata Cara Penyesuaian atas Pos-Pos Laporan Keuangan Bab III Laporan Keuangan Bab IV Akuntansi Aset Bab V Akuntansi Kewajiban BaB VI Akuntansi Ekuitas BaB VII Laporan Laba Rugi Bab VIII Laporan Arus Kas Bab IX Laporan Perubahan Ekuitas Bab X Catatan atas Laporan Keuangan Contoh Kasus 44 Acuan Penyusunan BAB I • Ketentuan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia. • Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). • Standar Akuntansi Keuangan (SAK non - ETAP). • Peraturan perundang-undangan yang relevan dengan BPR. • Praktik-praktik akuntansi yang berlaku umum. Dalam hal standar akuntansi keuangan memberikan pilihan atas perlakuan akuntansi, maka BPR wajib mengikuti pilihan sesuai ketentuan Bank Indonesia. PPL - IAPI 45 Ketentuan Lain • Jurnal, akun dan contoh yang digunakan dalam hanya merupakan ilustrasi dan tidak bersifat mengikat. • BPR dapat mengembangkan metode sesuai sistem masingmasing sepanjang memberikan hasil akhir yang tidak berbeda. • Transaksi BPR yang dicantumkan diprioritaskan pada transaksi yang umum terjadi pada BPR. • Pedoman ini secara periodik akan dievaluasi dan disesuaikan dengan perkembangan bisnis dan produk BPR, ketentuan standar akuntansi keuangan, ketentuan Bank Indonesia, dan ketentuan lain yang terkait dengan BPR. PPL - IAPI 46 Penyesuaian Pos Laporan Keuangan BAB II • Ketentuan Umum – mengakui semua aset dan kewajiban dipersyaratkan Pedoman – tidak mengakui pos-pos apabila Pedoman tidak mengijinkan – mereklasifikasikan pos-pos; – menerapkan Pedoman ini dalam pengukuran; – dampak penyesuaian diakui pada saldo laba awal 2010. PPL - IAPI 47 Penyesuaian 1 N0 Penyesuaian Jurnal A Aktiva dalam Valas penyesuaian klasifikasi menjadi kas Db. Kas dalam valuta asing Kr. Aktiva dalam valuta asing B Kredit yang Diberikan sebelum 1 Januari 2010. Saldo pokok kredit yang masih ada direklasifikasi pemisahan pokok kredit Db. Kredit yang diberikan – Pokok Kr. Kredit yang diberikan C Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Db. Rupa-rupa pasiva – Provisi Januari 2010. Saldo provisi yang belum Kr. Kredit yang diberikan – Provisi diamortisasi direklasifikasi kredit (-) D Provisi yang diterima untuk kredit sebelum 1 Db. Pendapatan operasional – Provisi Januari 2010. Reklasifikasi pendaptan dan komisi operasional menjadi pend bung Kr. Pendapatan bunga – Provisi E Penyesuaian amortisasi provisi per 1 Juli 2010. Apabila provisi langsung diakui sebagai Pendapatan Operasional – Provisi untuk transaksi kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan penyesuaian. PPL - IAPI Db. Pendapatan operasional – Provisi dan komisi Kr. Kredit yang diberikan – Provisi Kr. Pendapatan bunga –Provisi(sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu kredit) 48 Penyesuaian 2 N0 Penyesuaian Jurnal F Biaya transaksi untuk kredit sebelum 1Januari 2010 Saldo biaya transaksi yang ditanggung oleh BPR yang belum diamortisasi disesuaikan: Db. Kredit yang diberikan – Biaya transaksi Kr. Pos yang terkait G Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010 Amortisasi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Beban Operasional direklasifikasi menjadi pengurang Pendapatan Bunga. Db. Pendapatan bunga – Biaya transaksi Kr. Beban operasional yang terkait H Penyesuaian amortisasi biaya transaksi per 1 Juli 2010. Apabila seluruh biaya transaksi telah langsung diakui sebagai Beban Operasional untuk transaksi pemberian kredit sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 maka dilakukan Penyesuaian Db. Kredit yang diberikan – Biaya transaksi (yang belum diamortisasi) Db. Pendapatan bunga – Biaya transaksi (proporsional sesuai jangka waktu) Kr. Beban operasional yang terkait I Apabila AYDA tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR pada 1 Januari 2010, direklasifikasi. Agunan tersebut dicatat dalam rekening administratif. Pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan sebagai hasil reklasifikasi agunan Db. Kredit yang diberikan Kr. Rupa-rupa aktiva – Agunan yang diambil alih Db. Saldo laba Kr. Penyisihan kerugian kredit PPL - IAPI 49 Penyesuaian 3 N0 Penyesuaian Jurnal J Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010 Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan dimunculkan kembali Db. Kr. Db. Kr. K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan PABPR ini pada 1 Januari 2010 . Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi penurunan nilai pada periode tahun 2010 Db. Saldo laba Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai L Aset tetap yang direvaluasi Saldo Surplus Revaluasi Aset Tetap di ekuitas pada 1 Januari 2010 direklasifikasi ke Saldo Laba. Apabila terjadi revaluasi aset tetap sejak 1 Januari 2010 maka surplus revaluasi yang ada di ekuitas tidak boleh direklasifikasi ke Saldo Laba hingga terjadi pelepasan aset tetap. Db. Surplus revaluasi aset tetap Kr. Saldo laba PPL - IAPI Kredit yang diberikan Rupa-rupa aktiva – Agunan yang diambil alih Beban operasional – Penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 50 Penyesuaian 4 N0 Penyesuaian Jurnal M Saldo utang bunga yang sebelumnya disajikan dalam Rupa-rupa Pasiva dan Kewajiban Segera direklasifikasi ke Utang Bunga Db. Kewajiban segera/Rupa-rupa pasiva Kr. Utang bunga K AYDA yang memenuhi definisi AYDA berdasarkan PABPR ini pada 1 Januari 2010 . Apabila jumlah rugi penurunan nilai yang baru diketahui setelah 1 Januari 2010 dibebankan sebagai rugi penurunan nilai pada periode tahun 2010 Db. Saldo laba Kr. Akumulasi rugi penurunan nilai L Penyesuaian penyisihan kerugian kredit per 1 Juli 2010 Apabila terdapat pengambilalihan agunan yang terjadi sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 yang tidak memenuhi definisi AYDA berdasarkan PA-BPR, maka pembentukan penyisihan kerugian kredit yang diberikan, dimunculkan kembali Db. Kredit yang diberikan Kr. Rupa-rupa aktiva – Agunan yang diambil alih Db.Beban operasional – Penyisihan kerugian kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit PPL - IAPI 51 Penyesuaian 5 N0 Penyesuaian Jurnal N Simpanan dalam bentuk deposito dengan jangka waktu 1 (satu) tahun. Penyesuaian biaya transaksi yang dikeluarkan dan dapat dikaitkan secara langsung pada 1 (satu) rekening deposito per 1 Juli 2010. Biaya transaksi yang telah diakui sebagai Beban Operasional sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 disesuaikan sebagai Beban Bunga dan atau sebagai pengurang deposito: Db. Beban operasional – Bunga (sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu deposito) Db. Deposito – Biaya transaksi Kr. Beban operasional yang terkait O Simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) dan belum diambil pemilik. Saldo simpanan yang sudah jatuh tempo (tabungan atau deposito) direklasifikasi ke Kewajiban Segera: Db. Tabungan/Deposito/Antar bank pasiva – Tabungan/Deposito Kr. Kewajiban segera – Simpanan jatuh tempo P Pinjaman yang diterima. Saldo biaya transaksi dan provisi yang belum diamortisasi direklasifikasi (Penyesuaian terkait dengan pengakuan biaya/ pendapatan sebagai bagian dari biaya perolehan – historical cost) Db. Pinjaman yang diterima – Biaya transaksi Db. Pinjaman yang diterima – Provisi Kr. Pos yang terkait (Rupa-rupa aktiva) PPL - IAPI 52 Penyesuaian 6 N0 Penyesuaian Jurnal Q Penyesuaian amortisasi biaya transaksi dan provisi per 1 Juli 2010. Amortisasi biaya transaksi dan provisi yang telah dilakukan sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 dan diakui sebagai Biaya Operasional direklasifikasi Db. Beban bunga – Biaya transaksi dan provisi Kr. Beban operasional yang terkait Apabila seluruh biaya transaksi dan provisi telah langsung diakui sebagai Beban Operasional untuk transaksi pinjaman yang diterima sejak 1 Januari s.d. 30 Juni 2010 (Koreksi porsi biaya bunga yang seharusnya belum dapat diakui) Db. Pinjaman diterima – Biaya transaksi Db. Pinjaman diterima – Provisi Db. Beban operasional-Bunga – Biaya transaksi dan provisi (sebesar jumlah proporsional sesuai jangka waktu pinjaman diterima) Kr. Beban operasional yang terkait R Kewajiban imbalan kerja Saldo Kewajiban Imbalan Kerja (pascakerja) direklasifikasi. Db. Rupa-rupa pasiva – Imbalan kerja/pos yang terkait Kr. Kewajiban imbalan kerja S Pendapatan bunga yang akan diterima Saldo Pendapatan Bunga yang akan Diterima direklasifikasi Db. Pendapatan bunga yang akan diterima Kr. Rupa-rupa aktiva – Pendapatan bunga yang masih akan diterima T Dana setoran modal Dana Setoran Modal yang tidak memenuhi definisi ekuitas direklasifikasi ke kewajiban: Db. Dana setoran modal (ekuitas) Kr. Dana setoran modal (kewajiban) PPL - IAPI 53 Penyesuaian 7 N0 Penyesuaian Jurnal U Modal pinjaman Modal Pinjaman di ekuitas direklasifikasi ke kewajiban:) Db. Modal pinjaman (ekuitas) Kr. Modal pinjaman (kewajiban) V Penyesuaian pengakuan bunga kredit nonperforming Penerimaan setoran dari debitur dengan kualitas kurang lancar sejak 1 Januari s.d 30 Juni 2010 dan diakui terlebih dahulu sebagai pendapatan bunga maka harus direklasifikasi sebagai pelunasan tunggakan pokok kredit (jika ada) terlebih dahulu dan kemudian sisanya diakui sebagai pendapatan bunga. Db. Pendapatan bunga Kr. Kredit yang diberikan – Pokok 54 Laporan Keuangan • • • • • • BAB III Tujuan laporan keuangan memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, perubahan ekuitas, arus kas dan informasi lainnya yang bermanfaat bagi pengguna dalam membuat keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya. Komponen laporan keuangan Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan. Bahasa laporan keuangan bahasa Indonesia. Tanggung jawab Direksi BPR Mata uang pelaporan mata uang rupiah. Transaksi menggunakan mata uang selain dari rupiah dijabarkan dalam mata uang rupiah dengan kurs laporan yang ditetapkan BI 55 Kebijakan Akuntansi BAB III • Kebijakan tersebut harus mencerminkan prinsip kehati–hatian dan mencakup semua hal yang material sesuai SAK ETAP • Dalam hal SAK ETAP belum mengatur maka manajemen harus menetapkan kebijakan yang: – relevan terhadap kebutuhan pengguna laporan dalam pengambilan keputusan; – dapat diandalkan, dengan pengertian: • mencerminkan kejujuran penyajian kinerja dan posisi keuangan BPR; • menggambarkan substansi ekonomi dari suatu kejadian atau transaksi dan tidak semata-mata bentuk hukumnya; • netral, yaitu bebas dari keberpihakan; • mencerminkan kehati-hatian; dan • mencakup semua hal yang material. 56 Kebijakan Akuntansi • Dalam menetapkan kebijakan akuntansi tersebut, maka harus mempertimbangkan: – Persyaratan dan panduan dalam SAK ETAP yang berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait. – Definisi, kriteria pengakuan dan konsep pengukuran aset, kewajiban, pendapatan, dan beban dalam prinsip pervasif (yang mempunyai dampak manfaat luas bagi pihak-pihak yang berkepentingan) dari SAK ETAP. – Persyaratan dan panduan dalam SAK non-ETAP yang berhubungan dengan hal yang serupa dan terkait. 57 Penyajian Laporan Keuangan • • • • • Harus menyajikan secara wajar sesuai ketentuan yang berlaku Aset disajikan berdasarkan likuiditas, kewajiban urutan jatuh tempo Saldo transaksi hubungan istimewa diungkapkan terpisah Laporan laba rugi dengan multiple step mulai dari kegiatan utama Catatan laporan keuangan disajikan secara sistematis dengan urutan sesuai dengan penyajian LK • Tidak dipergunakan menggunakan kata “sebagian besar” harus dengan nominal atau prosentase 58 Perubahan Kebijakan Akuntansi • Perubahan estimasi – Jika terdapat perubahan dengan estimasi yang digunakan – Diterapkan secara prospektif • Perubahan kebijakan akuntansi – Dilakukan jika dopersyaratkan oleh SAK ETAP – Dampak retrospektif dengan menyajikan ulang laporan keuangan. – Jika retrospektif tidak praktis diteapkan pada tanggal kebijakan tersebut dimungkinkan dapat diberlakukan. • Kesalahan periode lalu – Diterapkan secara retrospektif sejak kesalahan terjadi 59 Kebijakan Akuntansi • Konsistensi penyajian • Materialitas dan agregasi – Laporan keuangan didasarkan pada konsep materialitas – Disajikan tersendiri jika material – Material jika kelalaian menyampaian dapat mempengaruhi keputusan • Saling hapus tidak boleh kecuali secara hukum dibenarkan • Periode pelaporan wajib disajikan secara tahunan berdasarkan tahun takwin. • Informasi komparatif – Disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya. – Informasi komparatif naratif dan deskriptif wajib diungkapkan kembali apabila relevan untuk pemahaman laporan keuangan periode berjalan. 60 Keterbatasan Laporan Keuangan a. b. c. d. e. f. Bersifat historis, menunjukan transaksi dan peristiwa telah lampau. Bersifat umum, baik dari sisi informasi maupun manfaat bagi pihak pengguna. Biasanya informasi khusus tidak dapat secara langsung dipenuhi semata-mata dari laporan keuangan. Penggunaan berbagai pertimbangan dan taksiran. Menggunakan pertimbangan materialitas. Lebih menekankan pada penyajian transaksi dan peristiwa sesuai dengan substansi dan realitas ekonomi dan bukan hanya bentuk hukumnya (formalitas). Berbagai alternatif metode akuntansi yang dapat digunakan sehingga menimbulkan variasi dalam pengukuran sumber daya ekonomi dan tingkat kinerja antar BPR. 61 Akuntansi Aset BAB IV • Pos-pos aset umum BPR : a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l. m. Kas Kas dalam valuta asing; Sertifikat Bank Indonesia; Pendapatan bunga yang akan diterima; Penempatan pada bank lain Penyisihan kerugian Kredit yang diberikan Penyisihan kerugian. Agunan yang diambil alih Aset tetap dan inventaris Akumulasi penyusutan; Aset tidak berwujud; Aset lain-lain. 62 Kas dan Setara Kas 1. 2. 3. 4. Kas – uang tunai Giro dan tabungan pada bank lain Penempatan pada bank lain SBI yang jatuh tempo tidak lebih dari 3 (tiga) bulan, sejak tanggal perolehan, dan tidak jadi jaminan • Kas uang kertas dan logam rupiah yang ada pada: kas besar, kas kecil, ATM, dan kas dalam perjalanan. • Tidak termasuk kas: emas batangan dan commemorative coins (uang logam untuk memperingati peristiwa nasional), mata uang rupiah yang telah dicabut dan ditarik dari peredaran dan tidak berlaku sebagai alat pembayaran yang sah (aset lain-lain) • Kas diakui sebesar nilai nominalnya, disajikan dalam pos tersendiri. • Diungkapkan: Jumlah rincian kas; dan kas yang ada di ATM. 63 Kas dalam Valuta Asing • Kas Valas uang kertas dan uang logam asing, termasuk travellers cheque. • BPR dapat memiliki kas valas hanya untuk perdagangan valas, (izin BI) • Uang valas yang tidak berlaku namun masih bisa ditukarkan ke bank sentral terkait, disajikan sebagai aset lain-lain, sebesar nilai nominalnya dikurangi dengan biaya reptriasinya. • Kas Valas disajikan dalam pos tersendiri sebesar nilai kurs pada saat perolehannya • Untuk laporan, kas valas disajikan berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia (RpT). Selisih nilai tercatatnya disajikan sebagai keuntungan atau kerugian Non Operasional. • Pengungkapan : rincian mata uang asing; jumlah nominal masing-masing mata uang asing; jumlah selisih valas yang diakui dalam laporan laba rugi 64 Kas dalam Valuta Asing Ilustrasi Jurnal Pada saat perolehan (10.000 USD saat kurs Rp 12.000) Db. Kas dalam valuta asing 120.000.000 Kr. Kas (rupiah) Jika valas tersebut dijual 10.000 USD saat kurs Rp 12.200. Db. Kas (rupiah) 122.000.000 Kr. Kas dalam valuta asing Db/Kr. Pendapatan/beban operasional – Keuntungan/kerugian transaksi valuta asing 120.000.000 120.000.000 2.000.000 Jika pada akhir periode pelaporan 31 Desember masih dipegang dan kurs yang sebesar Rp 12.300) Db. Kas dalam valuta asing 3.000.000 Kr. Pendapatan non-operasional –Keuntungan selisih kurs Valas 3.000.000 Jika pada 31 Desember masih dipegang dan kurs sebesar Rp 11.80) Db. Beban non-operasional – Kerugian selisih kurs valuta asing 2.000.000 Kr. Kas dalam valuta asing 2.000.000 Jika terdapat Kas dalam valuta asing yang dicabut dan ditarik dari peredaran: Db. Aset lain-lain xxx Kr. Kas dalam valuta asing xxx 65 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) • SBI dapat diklasifikasikan menjadi: – Dimiliki Hingga Jatuh Tempo (HTM), jika dimaksud memiliki hingga jatuh tempo. – Tersedia Untuk Dijual (AFS), kelayakan klasifikasi ditelaah ulang pada awal periode. • Pengakuan dan Pengukuran – HTM • Biaya perolehan = harga beli (termasuk diskonto) + biaya-biaya yang terjadi. • Diskonto dan biaya transaksi diamortisasi s/d jatuh tempo menggunakan metode garis lurus sebagai pendapatan bunga. – AFS • Biaya perolehan = harga beli, biaya diakui sebagai beban saat terjadinya. • Marked to market, selisih nilai wajar dengan nilai tercatat diakui sebagai Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) dan diakui sebagai keuntungan/kerugian dalam L/R pada saat direalisasi. • Reklasifikasi • • Direklasifikasi dari AFS ke HTM , laba/Rugi yang belum direalisasi dalam ekuitas diamortisasi sampai dengan jatuh tempo dengan metode garis lurus. Direklasifikasi dari HTM ke AFS, maka laba/rugi yang belum direalisasi pada tanggal reklasifikasi diakui dalam ekuitas. Biaya transaksi yang belum diamortisasi diakui dalam laporan laba rugi.. 66 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) • Penyajian – Disajikan berdasarkan tingkat likuiditasnya. – HTM = nilai nominal - diskonto + biaya transaksi yang belum diamortisasi. – AFS = nilai wajarnya. Laba atau rugi yang belum direalisasi dijadikan sebagai komponen yang tersendiri dalam ekuitas. – Arus kas SBI = arus kas aktivitas investasi. Rumus menentukan nilai tunai SBI 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑁𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙𝑥360 360 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝐷𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑡𝑢𝑛𝑎𝑖 = 𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝑛𝑜𝑚𝑖𝑛𝑎𝑙 1+ 𝑇𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑡 𝑑𝑖𝑠𝑘𝑜𝑛𝑡𝑜 𝑥 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑗𝑎𝑡𝑢ℎ 𝑡𝑒𝑚𝑝𝑜) 360 67 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) • Pengungkapan – Uraian SBI Tersedia Untuk Dijual dan Dimiliki Hingga Jatuh Tempo berdasarkan: nilai wajar agregat, laba atau rugi yang belum direalisasi dari pemilikan SBI, biaya perolehan, termasuk jumlah diskonto dan biaya transaksi yang belum diamortisasi. – Nilai wajar dan nilai tercatat SBI yang Dimiliki Hingga Jatuh Tempo – Uraian mengenai: • penerimaan dari penjualan SBI dalam kategori Tersedia Untuk Dijual, laba dan rugi yang direalisasi dari penjualan tersebut. • dasar penentuan biaya perolehan dalam menghitung laba atau rugi yang direalisasi dengan menggunakan metode identifikasi khusus. • perubahan laba atau rugi yang belum direalisasi – Setiap penjualan atau reklasifikasi – SBI yang dijadikan jaminan 68 Sertifikat Bank Indonesia (SBI) HTM AFS Pada saat membeli: Db. SBI – Nominal Db. SBI – Biaya transaksi (jika ada) Kr. SBI – Diskonto Kr. Kas/Rekening Pada saat membeli: Db. SBI Db. Beban investasi – Biaya transaksi Kr. Kas/Rekening Pada saat amortisasi diskonto dan biaya transaksi: Db. SBI – Diskonto Kr. SBI – Biaya transaksi (jika ada) Kr. Pendapatan bunga Pada saat penilaian kembali: Db/Kr. SBI Db/Kr. Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) Pada saat jatuh tempo: Db. Kas/Rekening Kr. SBI – Nominal Pada saat dijual: Db. Kas/Rekening Db/Kr. Laba/Rugi yang belum direalisasi (ekuitas) Db/Kr Keuntungan/kerugian Kr. SBI 69 Ilustrasi - HTM • • • • • • • Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR ABC membeli SBI jangka waktu 3 bulan di pasar sekunder. Nilai nominal SBI Rp 500.000.000. Tingkat diskonto 7% Jangka waktu 3 bulan Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)) = 491,400,491 Nilai diskonto = Nilai nominal – Nilai tunai = 8,599,509 Biaya Transaksi = 2,000,000 Amortisasi Desember (28/90) – diskonto s.d. 31/12/10 = 2,675,403 Unamortized 5,924,106 – biaya transaksi s.d. 31/12/10 = 622,222 Unamortized Amortisasi dilakukan tiap bulan, maka amortisasi pada Maret 3 hari. Desember 28 hari, Januari 31 dan Februari 28 Asumsikan SBI diklasifikasikan sebagai HTM Jurnal Pembelian SBI - Nominal SBI – Biaya Transaksi SBI – Diskonto Kas/ Rekening 500.000.000 2.000.000 8.599.509 493.400.491 Amortisasi diskonto dan biaya transaksi SBI - Diskonto SBI – Biaya Transaksi Pendapatan bunga Desember 2.675.403 Amortisasi diskonto dan biaya transaksi SBI - Diskonto SBI – Biaya Transaksi Pendapatan bunga Januari 2.962.053 622.222 2.053.181 688.889 2.273.164 Februari Pelunasan & amortisasi (3hari) SBI - Diskonto SBI – Biaya Transaksi Pendapatan bunga Kas/Rekening SBI - Nominal Maret 286.650 66.667 219.983 500.000.000 500.000.000 70 Ilustrasi - AFS • • • • • Pada tanggal 3 Desember 2010, BPR ABC membeli SBI jangka waktu 3 bulan di pasar sekunder. Nilai nominal SBI Rp 500.000.000. Tingkat diskonto 7% Jangka waktu 3 bulan Nilai tunai = (500.000.000 x 360)/(360 + (tingkat diskonto x jangka waktu)) = 491,400,491 Biaya Transaksi = 2,000,000 Harga tanggal 31 Desember 494.075.894 Asumsikan SBI diklasifikasikan sebagai AFS Jurnal Pembelian SBI Beban Investasi – Biaya Transaksi Kas/ Rekening 491.400.491 2.000.000 493.400.491 Tanggal 31 Desember penyesuaian nilai wajar SBI 2.675.403 Laba yang belum direalisasi -ekuitas 2.675.403 Pada 15 Januari dijual dengan harga 495.000.000 Kas / rekening Rugi yang belum direalisasi - ekuitas SBI Keuntungan penjualan SBI 495.000.000 2.675.403 494.075.894 3.599.509 71 Ilustrasi Reklasifikasi • Pada tanggal 31 Desember AFS diklasifikasikan menjadi HTM Pada 31 Desember reklasifikasi AFS menjadi HTM SBI – HTM – Nominal SBI – HTM - Diskonto SBI – AFS Tanggal 31 Januari, amortisasi L/R yang belum direalisasi 31/62 Laba yang belum direalisasi - ekuitas Pendapatan bunga • 500.000.000 5.924.116 494.075.894 2.675.403 2.675.403 Pada tanggal 31 Desember HTM diklasifikasikan menjadi AFS dengan asumsi nilai wajar 495.000.000 Pada 31 Desember reklasifikasi AFS menjadi HTM SBI – AFS SBI - Diskonto SBI – HTM Laba yang belum direalisasi - ekuitas Beban investasi – biaya transaksi SBI – Biaya transaki 495.000.000 5.924.106 500.000.000 924.106 1.377.778 1.377.778 72 Pendapatan Bunga yang akan Diterima • Pendapatan bunga dari kredit performing (L) yang telah diakui sebagai pendapatan tetapi belum diterima pembayarannya. • Termasuk dalam pengertian ini adalah pengakuan pendapatan bunga dari penempatan pada bank lain. • Pendapatan bungan yang akan diterima akan dkoreksi jika kredit berubah dari performing menjadi non performing. • • • Kredit sebesar 100juta disalurkan tanggal 15 September 2014, bunga dibayarkan tiap bulan sebesar 2% flat, kredit berjangka waktu 12 bulan. Bunga selalu dibayarkan tepat waktu. Akan dibuat jurnal penyesuaian pada 31 Nopember 2014 untuk bunga setengah bulan. Pendapatan bunga yang akan diterima 1.000.000 Pendapatan bunga 1.000.000 Jika pada 25 Desember 2015 kedit tersebut menjadi NPL, karena bunga belum dibayar maka dibuat jurnal penyesuaian atas pengakuan bunga yang telah dilakukan. Pendapatan bunga 1.000.000 Pendapatan bunga yang akan diterima 1.000.000 73 Penempatan Pada Bank Lain • Penempatan pada bank lain merupakan simpanan BPR pada bank lain, yaitu berupa: Giro, Tabungan, Deposito, dan sertifikat deposito. • Pengakuan dan Pengukuran – Giro, tabungan, dan deposito diakui sebesar nilai nominal. – Pendapatan bunga diakui secara akrual sebesar jumlah yang menjadi hak BPR. – Sertifikat deposito diakui sebesar nilai nominal dikurangi nilai diskonto, amortisasi diskonto dilakukan secara garis lurus. – Peempatan bank syariah: wadiah/murabahah sebesar nominal pendapatan diakui sebesa kas diterima atau mudharabah sebesar nilai nominal, pendapatan sebesar bagi hasil secara akrual • Penyajian: – Selain Giro pada bank umum, disajikan sebesar nominal dengan penyisihan kerugian sebagai pengurang (offsetting account). • Pengungkapan : rincian per jenis simpanan pada bank lain; hubungan istimewa; jumlah simpanan yang diblokir; rincian penempatan dan pendapatan penempatan pada bank syariah. 74 Penempatan pada Bank Lain • Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo penempatan. • Kriteria dari kolektibilitas Penempatan pada Bank Lain: – Lancar, Tidak terdapat tunggakan pokok dan atau bunga PPAP 0,5% – Kurang Lancar, Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, paling lama 5 (lima) hari Kerja PPAP 10% – Macet: PPAP 100% dari saldo penempatan • Terdapat tunggakan pokok dan atau bunga, lebih dari 5 hari Kerja. • Bank yang menerima penempatan dana antar bank tersebut ditetapkan Dalam Perhatian Khusus (DPO) • Bank yang menerima penempatan dana tersebut telah dilikuidasi 75 Penempatan pada Bank Lain Pada 1 Juni menyetorkan giro ke bank BNI sebesar 300juta Giro / Tabungan pada bank lain Kas/Rekening 300.000.000 Pada 20 Juni menarik uang sebesar 50 juta Kas/Rekening Giro / Tabungan pada bank lain 50.000.000 Pada 30 Juni menerima bunga sebesar 2juta Giro / Tabungan pada bank lain Pendapatan 2.000.000 Pada 30 Juni dibentuk penyisihan piutang sebesar 1,25juta Beban penyisihan – penempatan pada Bank lan Penyisihan – penempatan pada Bank lan 1.250.000 300.000.000 50.000.000 2.000.000 1.250.000 76 Kredit yang Diberikan • Definisi : Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara BPR dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam (debitur) untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. • Pengakuan dan pengukuran – Nilai buku awal kredit = pokok kredit – provisi + biaya transaksi – Provisi & biaya transaksi diamortisasi selama jangka waktu kredit secara garis lurus, diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga – Nilai buku kredit selanjutnya = sisa pokok kredit – unamortised provisi + unamortised biaya transaksi – Biaya transaksi adalah semua biaya tambahan yang terkait secara langsung dengan pemberian kredit yang ditanggung oleh BPR, misalnya marketing fee. Biaya tambahan: tidak akan dikeluarkan apabila tidak terdapat penyaluran kredit. – Provisi kredit Biaya yang harus dibayar debitur pada saat kredit disetujui dan biasanya dinyatakan dalam persentase. – Amortisasi provisi dan biaya transaksi dilakukan tanpa melihat kualitas kredit 77 Kredit yang Diberikan PA BPR PAPI 2001 Kredit yang diberikan = Pokok kredit – Provisi + Biaya transaksi Kredit yang diberikan = Pokok kredit Provisi diamortisasi selama masa kredit secara garis lurus sbg pendapatan bunga (penambah pendapatan bunga). Provisi sbg “Pendapatan provisi kredit yg diterima di muka”, diamortisasi selama masa kredit. Berdasarkan azas materialitas dan azas manfaat, provisi dapat diakui sekaligus sebagai pendapatan u/ kredit s/d 1 bulan kecuali melewati tanggal neraca. Berdasarkan azas materialitas dan azas manfaat, provisi dapat diakui sekaligus sebagai pendapatan non-bunga. Amortisasi biaya transaksi diakui sebagai bagian dari pendapatan bunga (pengurang pendapatan bunga). Biaya transaksi diakui sekaligus sebagai beban periode berjalan 78 Jurnal Kredit yang Diberikan Keterangan Jurnal Persetujuan kredit (off Db. Rek lawan – Fas. Kredit yg belum digunakan B/S) Kr. Kwjbn komitmen – Fas. Kredit yg blm digunakan Biaya transaksi Db. Kredit yg diberikan – biaya transaksi Kr. Kas/Rekening Provisi Db. Kas/Rekening Kr. Kredit yg diberikan – Provisi Penarikan kredit Reversal Off B/S: Db. Kwjbn komitmen – Fas Kredit yg blm digunakan Kr. Rek lawan – Fas Kredit yg blm digunakan Pencairan dana: Db. Kredit yg diberikan – Baki debet Kr. Kas/Rekening 79 Jurnal Kredit yang Diberikan Keterangan Jurnal Kredit Performing (L) Pengakuan bunga (akrual): Db. Pendapatan bunga yg akan diterima (pos tersendiri) Kr. Pendapatan bunga Amortisasi biaya transaksi & provisi terus dilakukan tanpa melihat kualitas kredit: Db. Kredit yg diberikan – Provisi Kr. Kredit yg diberikan – Biaya transaksi Db/Kr.Pendapatan bunga Penerimaan bunga & pokok Db. Kas/Rekening Kr. Pendapatan bunga yang akan diterima Kr. Kredit yg diberikan – Baki debet 80 Jurnal Kredit yang Diberikan Non Performing Keterangan Jurnal Koreksi pengakuan bunga Db. Db. Kr. Pendapatan bunga (Current Year) Pendapatan bunga (Previous Years) Pendapatan bunga yg akan diterima Pencatatan kewajiban debitur di Off B/S Db. Tagihan kontinjensi – pendapatan bunga kredit dlm penyelesaian Rek lawan – Tagihan kontinjensi (pdptn bunga kredit dlm penyelesaian) Kr. Penerimaan pelunasan tunggakan: Pelunasan tunggakan pokok didahulukan (jika ada): Db. Kas/Rekening Kr. Kredit yang diberikan – Baki debet Pelunasan tunggakan bunga Db. Kr. Kas/Rekening Pendapatan bunga Reversal kewajiban debitur di Off B/S Kr. Rek lawan – Tghn kontinjensi (pdptn bunga kredit dalam penyelesaian) Tghn kontinjensi – pend bunga kredit dlm Penyelesaian Db. 81 • Ilustrasi Kredit yang diberikan Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit 15.000.000. jangka waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang dikeluarkan bank sebesar : Jurnal Biaya transaksi timbul Kredit yang diberikan biaya transaksi Kas/ Rekening Pada saat persetujuan kredit Rekening lawan – fasilitas kredit yang belum digunakan Kewajiban komitment – fasilitas kredit yang belum digunakan Pada saat penarikan kredit Kewajiban komitment – fasilitas kredit yang belum digunakan Rekening lawan – fasilitas kredit yang belum digunakan Kredit yang diberikan – baki debit Kas / Rekening Kredit yang diberikan - provisi Kredit yang diberikan – pokok Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – b. transaksi Total kredit 15.000.000 (150.000) 100.000 14.950.000 100.000 100.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 14.850.000 150.000 82 Ilustrasi Kredit yang diberikan No Periode PKK Predit Provisi Biaya transaksi Saldo kredit Pokok Bunga Pendapatan bunga Am. B Am Provisi Transaksi Total 1 01/01/2010 15.000.000 150.000 100.000 14.950.000 2 31/01/2010 15.000.000 137.500 91.667 14.954.167 187.500 12.500 8.333 191.667 3 28/02/2010 15.000.000 125.000 83.333 14.958.333 187.500 12.500 8.333 191.667 4 31/03/2010 15.000.000 112.500 75.000 14.962.500 187.500 12.500 8.333 191.667 5 30/04/2010 15.000.000 100.000 66.667 14.966.667 187.500 12.500 8.333 191.667 6 31/05/2010 15.000.000 87.500 58.333 14.970.833 187.500 12.500 8.333 191.667 7 30/06/2010 15.000.000 75.000 50.000 14.975.000 187.500 12.500 8.333 191.667 8 31/07/2010 15.000.000 62.500 41.667 14.979.167 187.500 12.500 8.333 191.667 9 31/08/2010 15.000.000 50.000 33.333 14.983.333 187.500 12.500 8.333 191.667 10 30/09/2010 15.000.000 37.500 25.000 14.987.500 187.500 12.500 8.333 191.667 11 31/10/2010 15.000.000 25.000 16.667 14.991.667 187.500 12.500 8.333 191.667 12 30/11/2010 15.000.000 12.500 8.333 14.995.833 187.500 12.500 8.333 191.667 15.000.000 187.500 12.500 8.333 191.667 15.000.000 2.250.000 150.000 100.000 2.300.000 13 31/12/2010 83 • • Ilustrasi Kredit yang diberikan Transaksi 31 Januari 2010, dilakukan hal yang Sama setiap bulan Jurnal Kredit yang diberikan – pokok Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – b. transaksi Total kredit Pengakuan bunga 31 Januari Pendapatan bunga yang akan diterima Pendapatan bunga 187.500 Penerimaan Setoran bunga Kas/Rekening Pendaptan bunga yang akan diterima 187.500 Amortisasi biaya transaksi Pendapatan bunga Kredit yang diberikan – biaya transaksi 8.333 Amortisasi provisi Kredit yang diberikan -- provisi Pendapatan bunga 12.500 15.000.000 (137.500) 91.667 14.954.167 187.500 187.500 8.333 12.500 84 • Ilustrasi Kredit yang diberikan Transaksi 31 Desember 2010 - pelunasan Jurnal Pengakuan bunga 31 Januari Pendapatan bunga yang akan diterima Pendapatan bunga Penerimaan Setoran bunga dan pokok kredit Kas/Rekening Pendapatan bunga yang akan diterima Kredit yang diberikan – baki debet 187.500 187.500 15.187.500 187.500 15.000.000 Amortisasi biaya transaksi Pendapatan bunga Kredit yann diberikan – biaya transaksi 8.333 Amortisasi provisi Kredit yang diberikan -- provisi Pendapatan bunga 12.500 8.333 12.500 85 Ilustrasi Kredit yang diberikan – bunga mengambang • • Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit 15.000.000. jangka waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang dikeluarkan bank sebesar : Suku bunga berubah menjadi 18% atau 1,5% per bulan pada 1 Juli Jurnal Transaksi 2, 31 Januari Pendapatan bunga yang akan diterima Kredit yang diberikan – provisi Pendapatan bunga Kredit yang diberikan biaya transaksi Transaksi 8, 31 Juli – perubahan bunga Pendapatan bunga yang akan diterima Kredit yang diberikan – provisi Pendapatan bunga Kredit yang diberikan biaya transaksi 187.500 12.500 191.667 8.333 225.000 12.500 229,167 8.333 86 Ilustrasi Kredit yang diberikan No Periode PKK Predit Provisi Biaya transaksi Saldo kredit Pokok Bunga Pendapatan bunga Am. B Am Provisi Transaksi Total 1 01/01/2010 15.000.000 150.000 100.000 14.950.000 2 31/01/2010 15.000.000 137.500 91.667 14.954.167 187.500 12.500 8.333 191.667 3 28/02/2010 15.000.000 125.000 83.333 14.958.333 187.500 12.500 8.333 191.667 4 31/03/2010 15.000.000 112.500 75.000 14.962.500 187.500 12.500 8.333 191.667 5 30/04/2010 15.000.000 100.000 66.667 14.966.667 187.500 12.500 8.333 191.667 6 31/05/2010 15.000.000 87.500 58.333 14.970.833 187.500 12.500 8.333 191.667 7 30/06/2010 15.000.000 75.000 50.000 14.975.000 187.500 12.500 8.333 191.667 8 31/07/2010 15.000.000 62.500 41.667 14.979.167 225.000 12.500 8.333 229.167 9 31/08/2010 15.000.000 50.000 33.333 14.983.333 225.000 12.500 8.333 229.167 10 30/09/2010 15.000.000 37.500 25.000 14.987.500 225.000 12.500 8.333 229.167 11 31/10/2010 15.000.000 25.000 16.667 14.991.667 225.000 12.500 8.333 229.167 12 30/11/2010 15.000.000 12.500 8.333 14.995.833 225.000 12.500 8.333 229.167 15.000.000 225.000 12.500 8.333 229.167 15.000.000 2.475.000 150.000 100.000 2.525.000 13 31/12/2010 87 Pengungkapan Kredit yang Diberikan • • • • • • • • • • • • • • Jenis & jumlah kredit berdasarkan sektor ekonomi. Jumlah kredit pada pihak terkait Kedudukan BPR dalam pembiayaan bersama dan porsi yang dibiayai BPR. Jumlah kredit yang dijamin dan besar resikonya Jumlah kredit channeling dan kredit exekuting Jumlah kredit yang direstrukturisasi Klasifikasi kredit menurut jangka waktu, kualitas dan tingkat suku bunga rata-rata Ikhtisar perubahan PPAP Kebijakan penghapusan dan penanganan kredit bermasalah Kebijakan pengendalian resiko kredit oleh manajemen Besarnya NPL dan PPAP per sektor ekonomi Saldo kredit yang sudah dihentikan pembebanan bunganya Anggunan Yang Diambil Alih (AYDA) Ikhtisar kredit yang dihapusbukukan 88 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) 1. Aktiva Produktif adalah penyediaan dana BPR dalam bentuk rupiah untuk memperoleh penghasilan dari Penempatan Dana Antar Bank dan Kredit Yang Diberikan 2. PPAP merupakan dana yang dibentuk/dicadangkan sebagai perhitungan/kompensasi atas kemungkinan kerugian dari pengelolaan aktiva produktif, sehingga diperoleh nilai wajar dari aktiva produktif terkait dan perolehan laba pada periode terkait 3. Pembentukan PPAP dihitung berdasarkan persentase tetap dari saldo aktiva produktif setelah dikurangi dengan agunan yang dikuasai, kecuali: • Aktiva Produktif lancar • Aktiva Produktif Macet lebih dari 2 (dua) tahun 89 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) 4. Besarnya persentase PPAP, sesuai PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011, adalah sbb.: • Lancar 0,5% • Kurang Lancar 10% • Diragukan 50% • Macet 100% 5. PPAP dibagi 2 (dua) kategori, yaitu: Penyisihan Kerugian Umum adalah aktiva produktif dengan kolektibilitas lancar; dan Penyisihan Kerugian Khusus adalah aktiva produktif yang tergolong kurang lancar, diragukan dan macet 6. Penyajian PPAP dalam laporan keuangan (neraca), adalah sebagai faktor pengurang dari aktiva produktif terkait 90 Penyisihan Kredit yang Diberikan • Jumlah penyisihan kerugian, ditetapkan berdasarkan penelaahan terhadap kolektibilitas masing-masing saldo penempatan. (PBI No.8/19/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 dan PBI No.13/26/PBI/2011 tanggal 28 Desember 2011). • Kredit diklasifikasikan sebagai berikut: • Kredit dengan angsuran diluar KPR • Kredit tanpa angsuran • Kredit dengan angsuran untuk KPR 91 Kredit yang Diberikan non KPR • Tingkat kolektibilitas (kualitas aktiva produktif) Penempatan Pada Bank Lain, ditetapkan menjadi 4 (empat) golongan: Lancar; Kurang Lancar; Diragukan dan Macet. • Kualitas Kredit dengan masa angsuran kurang dari 1 (satu) bulan: Lancar • Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 1 (satu) bulan dan kredit belum jatuh tempo Kurang Lancar • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 1 (satu) bulan, tetapi tidak lebih dari 3 (tiga) bulan • Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan 92 Kredit yang Diberikan Non KPR Diragukan – Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) bulan, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) bulan – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: – Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) bulan – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan – Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) – Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi 93 Kredit yang Diberikan non KPR angsuran >= 1bulan 7. Kualitas Kredit dengan masa angsuran 1 (satu) bulan atau lebih: Lancar • Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo Kurang Lancar • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran • Kredit telah jatuh tempo, tapi tidak lebih dari 1 (satu) bulan Diragukan • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran • Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: • • • • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 12 kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi 94 Kredit yang Diberikan - KPR 8. Kualitas Kredit dengan angsuran untuk KPR Lancar Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo Kurang Lancar Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan 95 Kredit Yang Diberikan - KPR Diragukan – Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 9 (sembilan) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 30 (tiga puluh) kali angsuran – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: – Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 30 (tiga puluh) kali angsuran – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan – Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) – Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi 96 Kredit yang Diberikan Tanpa Angsuran 9. Kualitas Kredit tanpa angsuran Lancar • Tidak terdapat tunggakan angsuran bunga • Terdapat tunggakan angsuran bunga tidak lebih dari 3 (tiga) kali angsuran dan kredit belum jatuh tempo Kurang Lancar • Terdapat tunggakan angsuran pokok dan atau bunga, lebih dari 3 (tiga) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 6 (enam) kali angsuran • Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan 97 Kredit yang Diberikan Tanpa Angsuran Diragukan – Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 6 (enam) kali angsuran, tetapi tidak lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 1 (satu) bulan, tapi tidak lebih dari 2 (dua) bulan Macet: – Terdapat tunggakan angsuran bunga, lebih dari 12 (dua belas) kali angsuran – Kredit telah jatuh tempo lebih dari 2 (dua) bulan – Kredit telah diserahkan ke Badan Urusan Piutang Negara (BUPN) – Kredit telah diajukan penggantian ganti rugi kepada perusahaan asuransi 98 99 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan • Penyisihan Kerugian Kredit dibentuk untuk menutup kemungkinan kerugian yang timbul sehubungan dengan penanaman dana ke dalam kredit. • Penghapusbukuan Kredit (Hapus Buku) adalah tindakan administratif BPR untuk menghapus buku kredit macet dari neraca sebesar kewajiban debitur tanpa menghapus hak tagih BPR kepada debitur. • Penghapusan Hak Tagih Kredit (Hapus Tagih) adalah tindakan BPR menghapus kewajiban debitur yang tidak dapat diselesaikan. 100 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan • Besar penyisihan kerugian kredit berdasarkan: – Kualitas kredit; – Agunan, jenis pengikatan agunan, harga pasar dan penilaian penilai independen. – Minimal penyisihan yang wajib dibentuk sesuai ketentuan yang berlaku. – Penghentian pengakuan kredit: • Dilunasi, atau • Diselesaikan dengan pengambilalihan agunan – Hapus buku dan hapus tagih dilakukan sesuai ketentuan yang berlaku. 101 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan • Pengakuan dan Pengukuran – BPR wajib membentuk penyisihan kerugian kredit minimal sesuai dengan ketentuan yang berlaku. – Pembentukan penyisihan dapat dilakukan setiap saat atau pada tanggal laporan. – Ganti rugi dari perusahaan asuransi diakui pada saat: • diperoleh kepastian atas ganti rugi tersebut, apabila terdapat syarat tertentu untuk memperoleh ganti rugi. • penyisihan kredit yang dijamin, apabila BPR memiliki hak atas ganti rugi tanpa syarat tertentu. – Kredit serta tagihan lainnya yang dihapus buku dan bukan dalam rangka hapus tagih tetap dicatat secara extra comptable (off balance sheet). – Hapus buku dalam rangka hapus tagih, BPR tidak lagi mencatat kredit/tagihan lain secara extra comptable. – Pencatatan kredit dan tagihan lain yang telah dihapus buku dalam extra comptable dapat dihentikan apabila dalam jangka waktu tertentu tidak diperoleh pembayaran setelah dilakukan usaha penagihan dan mendapat keputusan manajemen atau dilakukan hapus tagih. – Setoran yang diterima dari debitur atas kredit yang telah dihapus buku/hapus tagih diakui sebagai Pendapatan Operasional Lainnya. 102 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan • Penyajian 1. 2. 3. 4. 5. Beban pembentukan penyisihan kerugian kredit disajikan setelah Beban Bunga pada pos Beban Penyisihan Kerugian Kredit. Saldo Penyisihan Kerugian Kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit. Piutang dari ganti rugi asuransi dan akumulasi kerugian penurunan nilai tidak dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam neraca. Pendapatan ganti rugi dan beban penghapusan kredit dapat disajikan secara neto (saling hapus) dalam laporan laba rugi. Penerimaan setoran kredit yang dihapus buku/hapus tagih disajikan secara terpisah dalam Pendapatan Operasional Lainnya. 103 Penyisihan Kerugian dan Penghentian Pengakuan • Pengungkapan 1. Ikhtisar perubahan penyisihan kerugian dan penghapusbukuan kredit dalam tahun bersangkutan: a) saldo awal tahun (a) b) pembentukan/pembalikan penyisihan selama tahun berjalan (b) c) penghapusbukuan kredit tahun bersangkutan (c) d) saldo akhir tahun (a) + (b) - (c) 2. Kebijakan dan metode akuntansi penyisihan, penghapusan dan pengelolaan kredit bermasalah. 3. Besaran dan tarif dari masing-masing jenis penyisihan. Jurnal Penyisihan Keterangan Jurnal Pembentukan penyisihan kerugian Db. Beban penyisihan kerugian kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit Penghapusbukuan kredit dilakukan setelah memperhitungkan hasil penjualan agunan (jika ada) Penghapusbukuan tagihan bunga dilakukan pada saat kredit menjadi non-performing Db. Penyisihan kerugian kredit Kr. Kredit yg diberikan – baki debet Off B/S kewajiban debitur Db. Memorial kredit yg dihapus buku Kr. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku 104 Jurnal Penyisihan Keterangan Jurnal Penerimaan setoran atas kredit yang telah dihapusbuku Db. Kas/rekening Kr. Pendapatan operasional lainnya Reversal Off B/S kewajiban debitur Db. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku Kr. Memorial kredit yg dihapus buku Hapus tagih atas kredit Reversal Off B/S kewajiban debitur Pokok : Db. Kr. Kr. Db. Rek lawan – Memorial kredit yg dihapus buku Memorial kredit yg dihapus buku Bunga: Rek lawan – Tghn kontinjensi (pdptn bng kredit DP) Tagihan kontinjensi – pdptn bunga kredit DP 105 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan lancar • Pada 1 Januari diberikan kredit modal kerja kepada Debitur dengan maksium kredit 15.000.000. jangka waktu 12 bulan, bunga 15% per tahun atau 1,25 perbulan, provisi 1%. Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung 100.000. Total dana yang dikeluarkan bank sebesar 14.950.000 Jurnal 31 Januari 2010, pembentukan penyisihan kerugian umum 0.5% dari kredit kategori lancar Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kreugian kredit Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – biaya transaksi Pendapatan bunga Kredit yang diberikan – pokok Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – b. transaksi Total kredit Penyisihan kerugian kredit Kredit netto 75.000 75.000 12.500 8.333 4.167 15.000.000 (137.500) 91.667 14.954.167 75.000 14.879.167 106 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan kurang lancar • • • • Pada 31 Maret kredit dinyatakan kurang lancar, nilai agunan 20.000.000 dengan coverage 80% Amortisasi biaya transaksi dan provisi terus dilakukan tidak tergantung kolektibiltas Diasumsikan, penyisihan kerugian untuk kredit kurang lancar adalah 10% dari kredit setelah dikurangi agunan. Mengingat agunan (Rp20.000.000 x 80% = Rp16.000.000) masih memenuhi jumlah kredit, tidak ada pengakuan penyisihan kerugian yang perlu dibentuk. Pendapatan bunga yang akan diterima dikoreksi dan dikategorikan sebagai tagihan kontijensi. Jurnal 31 Maret 2010, koreksi pengakuan bunga akrual (bunga 3 bulan 187.500 x 3 = 562.500) Pendapatan bunga Pendapatan bunga yang akan diterima Pengakuan sebagai tagihan kontijen Tagihan kontijensi Rekenng lawan – tagihan kontijensi Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – biaya transaksi Pendapatan bunga 562.500 562.500 562.500 562.500 12.500 8.333 4.167 107 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet • • • Sampai 30 Nopember Debitur tidak memenuhi kewajibannya dan dinyatakan macet Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 20.000.000 dan coverage 80%. Namun pada 30 November 2010, nilai pasar agunan menurun menjadi Rp 15.000.000. Penyisihan kerugian atas kredit non-performing dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan. Jurnal Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan – biaya transaksi Pendapatan bunga Pengakuan sebagai tagihan kontijen Tagihan kontijensi Rekening lawan – tagihan kontijensi 31 Januari 2010, pembentukan penyisihan kerugian umum Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kreugian kredit 12.500 8.333 4.167 187.500 187.500 Nilai agunan menjadi 80% x 15.000.000 = 12.000.000 akibat penurunan nilai. Penurunan nilai 15.000.000 – 12.000.000 = 3.000.000, penyisihan sebelumnya 75.000 sehingga perlu tambahan 2.925.000 Kredit yang diberikan 15.000.000 Provisi 12.500 Biaya transaksi 8.333 Total kredit 14.995.000 Penyisihan kerugian 3.000.000 Kredit netto 11.995.883 2.925.000 2.925.000 108 Ilustrasi Kredit– Penghapusan • 31 Desember 2010, Mengingat terdapat permasalahan agunan dan tidak/belum dapat diambilalih, namun BPR memutuskan untuk memperbaiki portofolio kredit, diasumsikan untuk menghapusbukukan kredit tanpa penyelesaian melalui pengambilalihan maupun penjualan agunan: Jurnal Amortisasi provisi dan biaya transaksi Kredit yang diberikan – provisi Kredit yang diberikan biaya transaksi Rekening lawan – tagihan kontijensi Pengakuan sebagai tagihan kontijen Tagihan kontijensi Rekenng lawan – tagihan kontijensi Pembentukan kekurangan penyisihan kerugian untuk pencadangan 100% (tanpa memperhitungkan agunan) Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit Penghapusan kredit Penyisihan kerugian kredit Kredit yang diberikan – pokok kredit Memo kredit dihapuskan Rekening lawan – memorial kredit dihapuskan 12.500 8.333 4.167 187.500 187.500 12.000.000 12.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 15.000.000 109 Ilustrasi Kredit– Penerimaan setelah penghapusan • Pada 30 Juni 2011 Debitur menyelesaikan kreditnya dengan membayar sejumlah Rp18.000.000, dan ditetapkan bahwa kredit telah diselesaikan. Pada Rekening memorial terdapat Memorial kredit yang dihapusbuku sebesar Rp15.000.000 dan Tagihan kontinjensi atas bunga Rp 375.000. (asumsi: bunga kontinjensi tetap dihitung s.d. 30 Juni 2010) Jurnal Penerimaan setoran Debitur Kas/Rekening Pendapatan operasional lain Penghapusan catatan extracomptable Rekening lawan – memorial kredit dihapus bukukan Memorial kredit yang dihapusbuku Rekening lawan – tagihan kontijensi Tagihan kontijensi Menghapuskan sisa tagihan kontijensi 375.000 Rekening lawan – tagihan kontijensi Tagihan kontijensi 18.000.000 18.000.000 15.000.000 15.000.000 3.000.000 3.000.000 375.000 375.000 110 Ilustrasi Kredit– dihapustagihkan • Dari contoh sebelumnya misalnya kredit tidak dilunasi setelah dilakukan upaya penagihan dan upaya penyelesaian namun tidak mendapatkan hasil, dan pada 31 Desember 2011 kredit diputuskan untuk dihapustagih Jurnal Penghapusan kredit Rekening lawan – memorial kredit dihapuskan Memo kredit dihapuskan 15.000.000 Penghapusan tagihan kontiijensi Rekening lawan – tagihan kontijensi Tagihan kontijensi 4.500.000 15.000.000 4.500.000 111 112 Restrukturisasi Kredit • Restrukturisasi Kredit adalah upaya perbaikan yang dilakukan BPR dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan untuk memenuhi kewajibannya. • Berdasarkan pertimbangan ekonomi atau hukum, BPR memberikan konsesi khusus kepada debitur, yaitu konsesi yang tidak akan diberikan apabila tidak terdapat kesulitan keuangan di pihak debitur. • Restrukturisasi kredit dilakukan apabila BPR mempunyai keyakinan bahwa debitur masih memiliki prospek usaha yang baik dan mampu memenuhi kewajibannya setelah kreditnya direstrukturisasi. 113 Restrukturisasi Kredit • Pengakuan dan pengukuran Nilai Tunai Penerimaan Kas Masa Depan adalah nilai tunai perkiraan arus kas masa depan dari total kewajiban debitur sesuai dengan perjanjian restrukturisasi kredit berdasarkan tingkat diskonto tertentu (suku bunga kontraktual awal). • Cara Restrukturisasi – Modifikasi persyaratan kredit: penurunan suku bunga, perpanjangan, pengurangan tunggakan – Penambahan fasilitas kredit: fresh money atau konversi tunggakan bunga 114 Restrukturisasi Kredit 1. Modifkasi persyaratan – Pembayaran yang akan diterima di masa depan berdasarkan persyaratan yang baru diukur sebesar nilai tunai. – Arus kas masa depan diukur sebesar nilai tunai menggunakan suku bunga kontraktual awal kredit. – Jika nilai tunai lebih rendah selisihnya diakui sebagai kerugian restrukturisasi 2. Penambahan fasilitas - konversi tunggakan bunga – Penambahan nilai tercatat diakui sebagai pendapatan bunga yg ditangguhkan. – Pendapatan bunga yg ditangguhkan diamortisasi dan diakui sebagai • pendapatan bunga sepanjang kredit termasuk kategori performing, • tidak diamortisasi dan tidak diakui jika termasuk non performing. 115 Restrukturisasi Kredit • Penyajian 1. Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebelum beban operasional pada pos Beban Kerugian Restrukturisasi Kredit. 2. Penyisihan restrukturisasi kredit, yang merupakan selisih antara nilai tercatat kredit dengan nilai tunai penerimaan kas masa depan, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. 3. Pendapatan bunga yang ditangguhkan, yang merupakan hasil konversi tunggakan bunga, disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. 116 Restrukturisasi Kredit • Pengungkapan 1. Jumlah kredit yang direstrukturisasi, jenis restrukturisasi yang dilakukan, dan alasan restrukturisasi. 2. Data komparatif mengenai: a) jumlah kredit bermasalah; b) jumlah pendapatan yang diakui dengan basis kas selama periode timbulnya kredit bermasalah; c) jumlah fasilitas kredit tambahan yang diberikan kepada debitur yang direstrukturisasi; d) d) kerugian restrukturisasi kredit; dan informasi lain atas kredit yang direstrukturisasi. Jurnal Restrukturisasi Keterangan Jurnal Modifikasi persyaratan kredit Apabila nilai tunai lebih rendah dibandingkan nilai tercatat Db. Kredit yang diberikan (baru) Kr. Kredit yang diberikan (lama) Db. Beban kerugian restrukturisasi kredit Kr. Penyisihan kerugian kredit Konversi tunggakan tagihan bunga a) Pada saat restrukturisasi Db. Kredit yang diberikan Kr. Pendapatan bunga yang ditangguhkan Amortisasi pendapatan bunga yang ditangguhkan pada saat kredit yang direstrukturisasi termasuk kategori performing Db. Pendapatan bunga yang ditangguhkan Kr. Pendapatan bunga Pada saat kredit yang direstrukturisasi termasuk kategori nonperforming Tidak ada amortisasi pendapatan bunga yang ditangguhkan 117 Ilustrasi Kredit - Restrukturisasi • • • Pada tanggal 1 Januari 2010, kredit yang diberikan BPR XYZ kepada Debitur A perjanjian kredit modal kerja: : Maksimum kredit Rp. 240.000.000, Jangka waktu 2 tahun, Jenis kredit Modal Kerja, Bunga 16%/tahun atau 1,33%/bulan, Provisi 1 % atau Rp. 2.400.000, Tidak ada biaya transaksi BPR yang dapat diatribusikan secara langsung. Cicilan bunga kredit dilakukan setiap bulan, pembayaran pokok dilakukan pada akhir masa kredit (bullet-payment). Berdasarkan data di atas, total dana yang dikeluarkan bank sebesar Rp237.600.000 = (Rp 240.000.000 – Rp2.400.000). Asumsi: Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 300.000.000 dan coverage 60%., Penyisihan kerugian atas kredit non-lancar dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan. Jurnal Penarikan kredit Kredit yang diberikan – baki debet Kredit yang diberikan – provisi Kas/Rekening 240.000.000 2.400.000 237.600.000 Pembentukan penyisihan kerugian kredit, 0.5% dari kredit kategori lancar Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 1.200.000 Amortisasi atas provisi Kredit yang diberikan – Provisi Pendapatan bunga 100.000 1.200.000 100.000 118 Proyeksi Debitur Kredit Pendapatan bunga Bunga Am Provisi Total No 1 Periode PKK Predit Provisi Saldo kredit 01/01/2010 240.000.000 2.400.000 237.600.000 Pokok 2 31/01/2010 240.000.000 2.300.000 237.700.000 3.200.000 100.000 3.300.000 3 28/02/2010 240.000.000 2.200.000 237.800.000 3.200.000 100.000 3.300.000 4 . . . 31/03/2010 240.000.000 2.100.000 237.900.000 Ilustrasi Kredit - Penarikan . . . . . . . . . . . . 3.200.000 100.000 . . . 3.300.000 . . . 22 30/09/2010 240.000.000 300.000 239.700.000 3.200.000 100.000 3.300.000 23 31/10/2010 240.000.000 200.000 239.800.000 3.200.000 100.000 3.300.000 24 25 30/11/2010 240.000.000 31/12/2010 100.000 239.900.000 . . . . . . 3.200.000 100.000 3.300.000 240.000.000 76.800.000 2.400.000 79.200.000 119 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan kurang lancar • • • Pada 31 Maret kredit dinyatakan kurang lancar Amortisasi biaya transaksi dan provisi terus dilakukan tidak tergantung kolektibiltas Diasumsikan, penyisihan kerugian untuk kredit kurang lancar adalah 10% dari kredit setelah dikurangi agunan. Mengingat agunan hanya memenuhi sebagian kredit yaitu Rp180.000.000 (Rp300.000.000 x 60%) sehingga dengan saldo penyisihan kerugian sebesar Rp1.200.000, kekurangan pembentukan penyisihan kerugian sebesar Rp4.800.000 (R60.000.000x10% - Rp1.200.000) Jurnal 31 Maret 2010, koreksi pengakuan bunga akrual Terakumulasi Jan-Mar 240jtx16%x3/12=9.600.000 Pendapatan bunga Pendapatan bunga yang akan diterima 9.600.000 9.600.000 Pengakuan sebagai tagihan kontijensi Tagihan kontijensi Rekenng lawan – tagihan kontijensi 9.600.000 9.600.000 Amoritisasi atas biaya transaksi dan provisi Kredit yang diberikan – provisi Pendapatan bunga Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit kurang lancar Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 100.000 100.000 4.800.000 4.800.000 120 Restrukturisasi • • Restrukturisasi dengan perpanjangan jangka waktu dan perubahan suku bunga Pada tanggal 30 April 2010, debitur mengalami penurunan omset penjualan dan mengajukan restrukturisasi, dengan kondisi sebagai berikut: – – – – • • • Memperpanjang jangka waktu kredit menjadi 3 tahun terhitung sejak tanggal 30 April 2010. Penurunan suku bunga menjadi 14%. Tagihan bunga s.d. 30 April 2010 sebesar Rp12.800.000 dilunasi. Tidak ada penambahan agunan Proyeksi rekening debitur dengan arus kas baru sebagai berikut: Proyeksi restrukturisasi kredit dengan modifikasi persyaratan, perpanjangan jangka waktu dan penurunan suku bunga Bunga Januari s.d. April 2010 terakumulasi sebesar Rp240.000.000 x 16% x 4/12 bulan = Rp12.800.000 Perhitungan nilai tunai dari arus kas masa depan jadwal hasil restrukturisasi dengan tingkat diskonto tingkat bunga kontraktual awal (sebelum restrukturisasi). Proyeksi arus kas hasil restrukturisasi, nilai tunai dari arus kas pokok dan bunga hasil restrukturisasi adalah sebesar Rp228.622.476. Kerugian restrukturisasi timbul jika nilai tunai lebih rendah dibanding nilai tercatat kredit pada saat restrukturisasi. Dengan nilai tunai Rp228.622.476 lebih rendah dibanding dengan okok kredit Rp240.000.000, terdapat kerugian restrukturisasi kredit: – – – • • Pokok kredit Rp 240.000.000 Nilai tunai arus kas (dikonto @16%) Rp 228.622.476* Total Kerugian restrukturisasi kredit Rp 11.377.524 PV 240.000.000 dg bunga 16%, 3 tahun = 148.979.805 PV Annuitas pembayaran bunga 14% 2.800.000 bunga 16%/12 selama 36 bulan = 79.712.812 121 Proyeksi restrukturisasi No Periode PKK Predit Kerugian Saldo kredit Pokok 1 30/04/2010 240.000.000 2.400.000 237.600.000 2 31/05/2010 240.000.000 2.151.700 237.848.300 3 30/06/2010 240.000.000 1.900.090 238.099.910 . . . . . . . . . . . . . . . Bunga Pendapatan bunga Am Provisi Total 2.800.000 3.048.300 248.300 2.800.000 2.800.000 3.051.610 251.610 2.800.000 . . . . . . . . . . . . 22 30/09/2010 240.000.000 300.000 239.700.000 2.800.000 3.184.417 384.417 2.800.000 23 31/10/2010 240.000.000 (89.543) 240.089.543 2.800.000 3.189.543 389.543 2.800.000 (484.280) 240.484.280 2.800.000 3.194.737 394.737 242.800.000 240.000.000 100.000.000 112.177.524 11.377.524 340.800.000 24 30/11/2010 240.000.000 25 31/12/2010 Pokok Bunga Pokok Kredit Nilai tunai 16% Kerugian restrukturisasi Total 240.000.000 148.979.805 79.712.812 228.622.476 11.377.524 122 Restrukturisasi Jurnal Penerimaan kas atas pelunasan tunggakan bunga dan denda: Kas Pendapatan bunga operasional lain – tunggakan 12.800.000 Pengurangan rekening memorial tunggakan bunga krn dilunasi Rekening lawan – tagihan kontijensi Tagihan kontijensi 12.800.000 Pencatatan hasil restrukturisasi dan pembebanan kerugian restrukturisasi kredit: Kredit yang diberikan – Baki debet (baru) Kredit yang diberikan – Baki debet (baru) Beban kerugian restrukturisasi kredit Penyisihan kerugian restrukturisasi Amortisasi atas biaya transaksi dan provisi Kredit yang diberikan – provisi Pendapatan bunga 12.800.000 12.800.000 240.000.000 240.000.000 11.377.524 11.377.524 2.100.000 2.100.000 123 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet • • • Kredit hasil restrukturisasi setelah kerugian restrukturisasi tercatat sebesar Rp228.622.476. Dengan asumsi kolektibilitas tidak berubah (Kurang Lancar), maka BPR perlu membentuk penyisihan kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 (Rp228.622.476 – Rp180.000.000 x 10%), saldo penyisihan kerugian kredit tercatat sebesar Rp6.000.000 maka terdapat kelebihan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp1.137.752. Diasumsikan kelebihan ini dapat diakui langsung pada saat restrukturisasi: Jurnal Penyisihan kerugian kredit Pendapatan operasi lainnya • 1.137.752 1.137.752 Kerugian restrukturisasi kredit disajikan sebagai pos pengurang dari kredit yang direstrukturisasi. Pada tanggal 30 April 2010 kredit disajikan sbb: – – – – – Kredit yg diberikan – Baki debet Penyisihan kerugian restrukturisasi Kredit yang diberikan Penyisihan kerugian kredit Kredit yang diberikan neto -/-/- Rp 240.000.000 Rp 11.377.524 Rp 228.622.476 Rp 4.862.248 Rp 223.760.228 124 Ilustrasi Kredit yang diberikan – penyisihan macet • Pada 31 Mei 2010, selain pelunasan bunga juga dilakukan amortisasi kerugian restrukturisasi (dari kenaikan nilai tercatat). Jurnal Kas Penyisihan kerugian kredit Pendapatan bunga • • 2.800.000 316.042 3.116.042 Dengan kenaikan nilai tercatat kredit sebesar Rp316.042, penyisihan kerugian restrukturisasi menjadi Rp11.061.482. Dengan demikian kredit tercatat menjadi Rp228.938.518. Diasumsikan kualitas kredit tetap (Kurang Lancar) maka BPR perlu membentuk penyisihan kerugian kredit sebesar (Rp228.938.518 – Rp180.000.000) x 10% = 4.893.852. Dengan saldo penyisihan kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 maka BPR perlu membentuk kekurangan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp 31.604. Jurnal Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 31.604 31.604 Pada tanggal 31 Mei 2010 kredit disajikan sbb: • Kredit yg diberikan – Baki debet Rp 240.000.000 • Penyisihan kerugian restrukturisasi -/- Rp 11.061.482 • Kredit yang diberikan Rp 228.938.518 • Penyisihan kerugian kredit -/- Rp 4.893.518 • Kredit yang diberikan neto Rp 224.044.667 125 Restrukturisasi – penerimaan pembayaran • Pada 30 April 2013, nasabah melunasi pinjamannya dengan membayar pokok dan bunga: Jurnal Kas Penyisihan kerugian kredit Kredit yang diberikan – baki debit Pendapatan bunga • 242.800.000 316.042 248.000.000 3.116.042 Penghapusan penyisihan kerugian kredit yang dibentuk: Diasumsikan debitur membayar semua kewajibannya sehingga kualitas kredit membaik menjadi Lancar. Dengan asumsi kualitas kredit Lancar maka saldo penyisihan kerugian kredit yang telah dibentuk s.d. 31 Maret 2013 adalah sebesar Rp 1.198.026 (Rp239.605.263 x 0,5%):kerugian kredit sebesar Rp4.862.248 maka BPR perlu membentuk kekurangan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp24.830. Jurnal Penyisihan kerugian kredit Pendapatan operasional lainnya 1.198.026 1.198.026 126 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) • AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR. • Biaya untuk menjual adalah biaya yang dapat diatribusikan kepada pelepasan aset. 127 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 1. 2. 3. AYDA adalah aset yang diperoleh BPR, baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dari pemilik agunan dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada BPR. AYDA yang dapat dicatat pada neraca, hanya aset tetap dan atau bergerak yang berasal dari penyelesaian kredit yang diberikan 3. Urutan pos penyajian AYDA dalam neraca adalah pada urutan pos setelah nilai bersih Kredit Yang Diberikan, dan sebelum Aset Tetap – Inventaris Penyajian AYDA pada saat pengakuan awal adalah sebesar nilai pasar wajarnya setelah dikurangi dengan biaya-biaya untuk menjualnya kembali, dan maksimal sebesar baki debet (outstanding) kredit yang diberikan 4. Bank tidak boleh mengakui laba pada saat pengambilalihan aset 128 Agunan yang Diambil Alih (AYDA) 5. Penyajian AYDA setelah pengakuan awal, disajikan berdasarkan nilai terendah antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajarnya setelah diperhitungkan biaya untuk menjualnya 6. Selisih lebih antara nilai tercatat dengan nilai pasar wajar AYDA setelah dikurangi biaya untuk menjualnya, diakui sebagai kerugian atas Beban Penurunan Nilai AYDA dalam Laporan Rugi-Laba Agunan yang diambil alih tidak disusutkan Beban-beban perolehan AYDA dan pemeliharaannya dibebankan pada saat terjadinya transaksi Selisih antara nilai tercatat dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai Laba atau Rugi Penjulan AYDA dalam pos Pendapatan atau Beban Non Operasional 7. 8. 9. 129 Ilustrasi - hapus Buku & AYDA • • • • Pada tanggal 1 Januari 2010, kredit yang diberikan BPR ABC kepada Debitur X dengan data sesuai perjanjian kredit modal kerja sebagai berikut: Maksimum kredit Rp. 15.000.000. Jangka waktu 1 tahun, Bunga 15%/tahun atau 1,25%/bulan, Provisi 1 % atau Rp. 150.000, Biaya transaksi BPR yang dapat diatribusikan secara langsung Rp.100.000. Pelunasan kredit dilakukan di akhir periode kredit. Berdasarkan data di atas, total dana yang dikeluarka sebesar Rp. 14.950.000 = (Rp. 15.000.000 - Rp.150.000 + Rp.100.000).n bank Asumsi: – Sampai dengan 31 Desember 2010, debitur tidak memenuhi seluruh kewajibannya dan dinyatakan memiliki kolektibilitas Macet. – Agunan diserahkan dengan nilai awal Rp 20.000.000 dan coverage 50%. Penyisihan kerugian pada kolektibilitas macet harus dibentuk sebesar Rp5.0000.000, namun pada 31 Desember 2010, nilai pasar agunan menurun menjadi Rp 10.500.000 dan biaya penjualan sebesar Rp 500.000. – Penyisihan kerugian dibentuk penuh setelah memperhitungkan agunan. 130 Ilustrasi 1a - hapus Buku & AYDA • • • • Pada tanggal 31 Maret 2010 diasumsikan kredit dinyatakan kurang lancar Koreksi pengakuan bunga (akrual): Akumulasi pendapatan bunga yang telah diakui sebagai pendapatan s.d. Maret 2010 sebesar Rp562.500. Pembentukan penyisihan kerugian, asumsi 0.5% dari kredit lancar dan 10% dari porsi kredit kurang lancar yang tidak tercover nilai agunan: Nilai kredit sebesar Rp15.000.000, nilai agunan Rp10.000.000 (50% dari Rp20.000.000) sehingga nilai kredit yang tidak tercover jaminan adalah Rp5.000.000. Penyisihan = 10% x 5.000.000 = 500.000/ Penyisihan kerugian kredit yang telah dibentuk Rp75.000, sehingga kekurangan pembentukan penyisihan kerugian kredit sebesar Rp425.000. (500.000-75.000) Jurnal 31 Maret 2010, koreksi Akumulasi pendapatan bunga yang telah diakui sebagai pendapatan s.d. Maret 2010 sebesar Rp562.500 Pendapatan bunga Pendapatan bunga yang akan diterima 562.500 562.500 Pengakuan sebagai tagihan kontijensi Tagihan kontijensi Rekenng lawan – tagihan kontijensi 562.500 Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit kurang lancar Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 425.000 562.500 425.000 131 Ilustrasi 1b - hapus Buku & AYDA • • • Tanggal 31 Desember 2010, diasumsikan diputuskan sebagai kategori kredit macet dan akan diselesaikan dengan penjualan agunan. Tidak ada penjurnalan khusus, agunan yang akan digunakan sebagai proses penyelesaian kredit dicatat pada rekening administratif. Diasumsikan penyisihan kerugian kredit untuk kolektibilitas Diragukan telah dibentuk sebesar Rp2.500.000 (50% x Rp5.000.000), sehingga kekurangan pembentukan penyisihan kerugian kredit untuk kolektibilitas macet adalah sebesar Rp2.500.000. Jurnal Pencatatan agunan yang akan digunakan Agunan untuk penyelesaian kredit Memorial : Agunan untuk penyelesaian kredit 10.500.000 Pembentukan penyisihan kerugian umum kredit Beban penyisihan kerugian kredit Penyisihan kerugian kredit 2.500.000 10.500.000 2.500.000 132 Ilustrasi 1c - hapus Buku & AYDA • • • • Tanggal 31 Januari 2011 diasumsikan bersama dengan Debitur agunan dijual untuk menyelesaian kreditnya: Hasil penjualan agunan Rp 10.500.000 Biaya penjualan agunan Rp 500.000, Penerimaan kas dari debitur atas kekurangan pelunasan kewajiban Rp 7.000.000 Pada saat penjualan agunan: Hasil penjualan agunan diterima secara tunai. Biaya penjualan dibayarkan tunai sebesar Rp500.000, diperhitungkan langsung dengan harga jual sehingga diperoleh hasil penjualan bersih sebesar Rp10.000.000. Penyisihan kerugian yang telah dibentuk adalah Rp5.000.000 (100% dari nilai kredit yang tidak tercover agunan), hasil penjualan lebih kecil dari nilai kewajiban debitur. Sisa tagihan kontinjensi pada 31 Januari 2011 sebesar Rp250.000 (Rp2.250.000 – Rp2.000.000) Jurnal Kas/Rekening Penyisihan kerugian kredit Kredit yang diberikan – baki debit 10.000.000 5.000.000 15.000.000 Pembentukan saldo memorial kredit yang dihapusbuku Memorial kredit yang dihapusbuku Rekening lawan: memorial kredit yang dihapusbuku 5.000.000 5.000.000 Debitur membayar sisa kewajibannya. Kas/Rekening Pendapatan operasional lain 7.000.000 7.000.000 Pengurangan rekening memorial kontinjensi dan agunan Rekening lawan – Tagihan kontinjensi Memorial: Agunan untuk penyelesaian kredit Tagihan kontijensi Agunan untuk penyelesaian kredit 2.000.000 10.500.000 2.000.000 10.500.000 133 Ilustrasi 1d - hapus Buku & AYDA • • • Dari kasus 1.b, diasumsikan pada 31 Desember 2010 diputuskan sebagai kategori kredit macet dan akan diselesaikan dengan pengambilalihan agunan yang diambil alih. Pada 31 Januari 2011 diasumsikan pelaksanaan pengambilalihan agunan sebagai penyelesaian kredit. Pada saat pengambilalihan agunan: Agunan Yang Diambil Alih dinilai dengan nilai wajar atau nilai jual bersih yaitu Rp10.000.000, sama dengan nilai tercatat kredit sebesar Rp10.000.000 (Penyisihan kerugian yang telah dibentuk Rp5.000.000 sebagaimana perhitungan di kasus 1 b.). Jurnal Pencatatan agunan yang akan digunakan Agunan untuk penyelesaian kredit Penyisihan kerugian kredit Kredit yagn diberkan – baki debit Memorial : Agunan untuk penyelesaian kredit 10.000.000 5.000.000 15.000.000 Penghapusan kontijensi Rekening lawan – tagihan kontijensi Tagihan kontijensi 2.250.000 Penjualan agunan Kas/Rekening Agunan yang diambil alih 2.250.000 10.000.000 10.000.000 134 Aset Tetap dan Inventaris 1. Aset tetap disajikan/dinyatakan sebesar harga perolehan dikurangi dengan akumulasi penyusutan 2. Penyusutan dihitung dengan menggunakan metode garis lurus (straight-line method), berdasarkan masa mafaat ekonomis aset tetap tersebut 3. Pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan rutin Aset Tetap dan Inventaris dibebankan sebagai beban operasi pada laporan rugi-laba pada saat terjadinya Pengeluaran yang memperpanjang umur ekonomis Aset Tetap dan Inventaris ditambahkan pada jumlah tercatat asset yang bersangkutan (dikapitalisasi) 4. 5. Apabila Aset Tetap dan Inventaris tidak digunakan lagi dan atau dijual, nilai tercatat serta akumulasi penyusutannya dikeluarkan dari neraca sebagai asset tetap 6. Keuntungan dan kerugian yang terjadi akibat dikeluarkannya asset tetap dan iventaris dari pencatatan, diakui sebagai laba atau rugi pada tahun buku terkait 135 Aset Tidak Berwujud • Aset Tidak Berwujud adalah aset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik. • Dapat diperoleh secara eksternal melalui atau dihasilkan secara internal • Aset Tidak Berwujud hanya dapat diakui apabila berasal dari eksternal. • Umur manfaat berdasarkan hak kontraktual hukum atau 10 tahun jika tidak dapat diestimasi, • Nilai residu 0 kecuali ada komitmen pihak ketiga untuk membeli • Indikasi penurunan nilai. • Biaya pendirian tidak memenuhi definisi aset tidak berwujud beban 136 Aset Lain - Lain 1. Aset dinyatakan sebesar nilai buku aset lain-lain terkait 2. Yang tergolong kepada aset lain-lain di BPR adalah seluruh aset yang tidak bisa di kelompokan kepada komponen di atas (komponen: kas dan setara kas, penempatan pada bank lain, kredit diberikan, aset tetap serta good will), yaitu berupa, antara lain: – – – – – – – – Uang muka pajak badan Perlengkapan kantor Pajak dibayar dimuka Biaya dibayar dimuka – premi penjaminan simpanan, Persediaan alat tulis, Piutang intern operasi, Sewa dibayar dimuka , Asuransi dibayar dimuka., panjar-panjar , Asuransi karyawan Biaya tangguhan: Software system BPR Piutang dari perusahaan asuransi Mata uang kertas dan logam yan ditarik dari peredaran dsb 137 Kewajiban Segera 1. 2. 3. 4. 5. 6. BAB V Kewajiban Segera dinyatakan sebesar nilai bukunya. Kewajiban Segera adalah kewajiban yang telah jatuh tempo dan atau yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar. Kewajiban Segera adalah segala kewajiban yang harus segera dibayarkan, selambatnya dalam kurun 1 (satu) bulan ke depan harus diselesaikan Penyajian : disajikan jumlah yang harus diselesaikan Pengungkapan : rincian Yang tergolong kepada Kewajiban Segera di BPR berupa: • • • • Titipan pajak Titipan Jamsostek Titipan Dana pihak ketiga dsb - Titipan DPLK - Titipan Askes - Titipan Realisasi kredit 138 Utang Bunga 1. 2. 3. 4. 5. 6. Utang Bunga diakui sebesar jumlah bunga kontraktual, baik untuk akrual bunga maupun yang telah jatuh tempo. Utang Bunga merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban BPR yang timbul dari pengakuan biaya bunga dari aktivitas yang terkait dengan fungsi BPR. Kewajiban bunga adalah kewajiban bunga yang telah jatuh tempo dan atau yang segera dapat ditagih oleh pemiliknya dan harus segera dibayar. Utang Bunga disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. Pengungkapan : rincian akrual bunga dan bunga jatuh tempo, utang pihak pada pihak yang memiliki hubungan istimewa Komponen Hutang Bunga di BPR pada umumnya berupa: – Kewajiban bunga yang telah menjadi beban BPR tetapi belum dibayar (akrual bunga). – Bunga deposito yang sudah jatuh tempo namun belum diambil oleh nasabah. – Bunga dari transaksi lainnya yang sudah jatuh tempo namun belum diambil. 139 Utang Pajak 1. Utang Pajak adalah kewajiban pajak penghasilan badan yang terutang atas penghasilan BPR. 2. Utang pajak merupakan selisih kurang atas kewajiban pajak penghasilan BPR setelah memperhitungkan angsuran pajak atau pajak dibayar dimuka. 3. Utang Pajak diakui sebesar jumlah yang harus disetorkan ke Kas Negara. 4. Penyajian Utang Pajak disajikan sebesar jumlah yang harus diselesaikan. 5. Pengungkapan : – – Kerugian fiskal yang masih dapat dikompensasi ke periode berikutnya. Rincian komponen utama beban pajak penghasilan. 6. Hutang pajak ini umumnya berupa • Hutang pajak PPh Badan • Hutang pajak PPh simpanan 140 Simpanan • Simpanan adalah dana yang dipercayakan oleh masyarakat (di luar bank umum atau BPR lain) kepada BPR berdasarkan perjanjian penyimpanan dana. • Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. Dalam kegiatan pengumpulan dana masyarakat, BPR menjual produk simpanannya kepada nasabah berupa tabungan dan deposito atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. • • • • • Simpanan BPR hanya dalam mata uang rupiah, berupa: Tabungan dan Deposito. Simpanan dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada nasabah Bentuk simpanan : tabungan, deposito atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu. Beban bunga simpanan meliputi bunga kontraktual atas simpanan dan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada simpanan tersebut. back yang dapat diatribusikan secara langsung serta premi penjaminan simpanan. Hadiah dan cash back umumnya hanya dapat diatribusikan untuk simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu. 141 Tabungan • Tabungan adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro, atau alat lainnya yang dapat dipersamakan dengan itu. • Perlakuan akuntansi – Transaksi tabungan diakui sebesar nominal penyetoran atau penarikan yang dilakukan oleh penabung. – Setoran tabungan diakui pada saat uang diterima. – Bunga yang diberikan atas tabungan diakui sebagai penambah nominal tabungan. – Dalam hal terdapat amortisasi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada tabungan maka diakui sebagai beban bunga. • Penyajian : Saldo tabungan disajikan sebesar jumlah kewajiban BPR kepada pemilik tabungan. • Pengungkapan deposito dan tabungan : jumlah dan jenis; komposisi menurut jangka waktu; jumlah yang diblokir untuk tujuan tertentu dan tabungan pihak yang memiliki hubungan istimewa, pemberian fasilitas istimewa kepada nasabah, jumlah simpanan yang suku bunganya melebihi tingkat suku bunga penjaminan 142 Deposito • Deposito adalah simpanan pihak ketiga pada BPR yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan BPR yang bersangkutan. • Deposito yang dimaksud adalah deposito yang berjangka waktu. • Deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar kewajiban BPR yang diperjanjikan. • Kewajiban bunga deposito yang belum jatuh tempo disajikan dalam pos Utang Bunga. • Perlakuan akuntansi – Transaksi deposito diakui sebesar nilai nominal yang tercantum dalam bilyet deposito. – Setoran deposito diakui pada saat uang diterima. – Bunga yang ditambahkan pada nominal deposito diakui sebagai penambah deposito. – Amortisasi biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada deposito diakui sebagai Beban Bunga. 143 Simpanan Dari Bank Lain • Simpanan dari Bank Lain adalah kewajiban BPR kepada bank lain, dalam bentuk tabungan dan deposito. • Simpanan dari bank lain berupa tabungan dan deposito. • Simpanan dari bank lain tidak termasuk pinjaman dari bank lain yang akan dicatat pada pos Pinjaman Diterima. • Simpanan Dari Bank Lain dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada kepada bank lain • Kewajiban diakui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung manfaat ekonomi akan dilakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus diselesaikan dapat diukur dengan andal. 144 Penyajian dan Pengungkapan Simpanan Penyajian • Tabungan – Saldo tabungan disajikan sebesar jumlah kewajiban BPR kepada pemilik tabungan. • Deposito – Deposito disajikan sebesar jumlah nominal atau sebesar kewajiban BPR yang diperjanjikan. – Kewajiban bunga deposito yang belum jatuh tempo disajikan dalam pos Utang Bunga. Pengungkapan • • • Jumlah dan jenis simpanan, termasuk dari pihak yang mempunyai hubungan istimewa. Komposisi jumlah deposito menurut jangka waktu. Jumlah tabungan dan deposito yang diblokir untuk tujuan tertentu. • Pemberian fasilitas istimewa kepada nasabah. • Jumlah simpanan yang suku bunganya melebihi tingkat suku bunga penjaminan yang ditetapkan oleh lembaga yang menjamin simpanan 145 Pinjaman Diterima 1. 2. Pinjaman Diterima merupakan dana yang diterima dari lembaga keuangan maupun non lembaga keuangan, dengan kewajiban membayar kembali, sesuai persyaratan perjanjian pinjaman. Pinjaman diterima di BPR hanya dalam mata uang rupiah, yang biasanya bersumber dari: • • • • • • 3. Bank Umum Bank Indonesia Bank BPR PNM Lembaga keuangan lain Non Lembaga keuangan dan pribadi Pinjaman Diterima dinyatakan sebesar nilai kewajiban bank kepada kepada pihak ketiga sesuai perjanjian Pinjaman 146 Pinjaman Diterima 1. Pengakuan dan Pengukuran – Pinjaman diterima diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman dikurangi diskonto. – Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan pinjaman dan diskonto diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai Beban Bunga. – Bunga akrual atas pinjaman diterima diakui sebagai Utang Bunga. 2. Penyajian – Pinjaman Diterima disajikan sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan serta biaya transaksi dan diskonto yang belum diamortisasi. – Bunga yang masih harus dibayar disajikan dalam pos Utang Bunga. – Fasilitas pinjaman yang belum ditarik oleh BPR disajikan sebagai tagihan komitmen pada pos fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik. 3. Pengungkapan – Rincian pinjaman diterima : jenis, perikatan, jaminan, hubungan istimewa – Pinjaman dari pemerintah/Bank Indonesia atau pihak lain sebagai bantuan kepada BPR termasuk pinjaman dalam rangka bantuan likuiditas. 147 Dana Setoran Modal - Kewajiban • Dana Setoran Modal – Kewajiban (DSM – Kewajiban) adalah dana yang telah disetor secara riil ke rekening BPR di bank umum dan diblokir untuk tujuan penambahan modal dan belum dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku atau telah dinyatakan tidak memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku. • Dana setoran modal yang dinyatakan tidak memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku merupakan kewajiban BPR kepada penyetor. • Dana setoran modal yang telah dinyatakan memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku merupakan bagian ekuitas BPR • Penyajian: – Dana setoran modal yang diterima diakui sebagai DSM –Kewajiban. – DSM – Kewajiban yang dinyatakan telah memenuhi ketentuan permodalan yang berlaku diakui sebagai DSM – Ekuitas. • DSM – Kewajiban disajikan dalam pos tersendiri sebesar jumlah yang harus diselesaikan. • Pengungkapan : rincian, proses yang telah dilakukan 148 Kewajiban Imbalan Kerja • • • Imbalan Kerja adalah seluruh bentuk imbalan yang diberikan BPR atas jasa yang diberikan oleh pekerja. Kewajiban Imbalan Kerja adalah kewajiban yang timbul dari imbalan kerja. Kewajiban imbalan kerja terdiri dari: – – – – • • • a) Kewajiban imbalan kerja jangka pendek. b) Kewajiban imbalan pascakerja. c) Kewajiban imbalan kerja jangka panjang lainnya. d) Kewajiban pesangon pemutusan kerja. Kewajiban imbalan pascakerja adalah kewajiban imbalan kerja (selain pesangon pemutusan kerja) yang terutang setelah pekerja menyelesaikan masa kerjanya. Dalam hal iuran pasti, kewajiban BPR sebatas jumlah yang disepakati sebagai iuran, risiko aktuarial ditanggung pekerja Dalam program manfaat pasti: Kewajiban BPR adalah menyediakan imbalan yang dijanjikan kepada pekerja maupun mantan pekerja; dan risiko aktuarial dan risiko investasi menjadi tanggungan BPR. 149 Kewajiban Imbalan Kerja • • Pengakuan dan Pengukuran – Kewajiban imbalan kerja diakui pada saat pegawai telah memberikan jasanya kepada BPR dalam suatu periode tertentu. – Kewajiban imbalan kerja berkurang pada saat dibayarkan. – Kewajiban imbalan kerja jangka pendek diakui sebesar jumlah tidak didiskonto (undiscounted amount). – Kewajiban imbalan kerja jangka panjang diakui sebesar jumlah telah diskonto (discounted amount). Penyajian – Kewajiban imbalan kerja jangka pendek disajikan dalam pos Kewajiban Segera sebesar jumlah yang terutang dan tidak didiskontokan. – Kewajiban imbalan kerja jangka panjang disajikan dalam pos tersendiri sebesar jumlah yang didiskontokan. 150 Kewajiban Imbalan Kerja • Imbalan pascakerja – Imbalan janga panjang: sifat, jumlah dan status pendanaan – Imbalan pesangon: sifat, kebijakan akuntansi, jumlah dan status pendanaan – Imbalan pascakerja iuran pasti • Jumlah yang diakui sebagai beban pada periode berjalan. – Imbalan pascakerja manfaat pasti • Penjelasan umum jenis program, termasuk kebijakan pendanaan. • Kebijakan akuntansi BPR untuk mengakui keuntungan dan kerugian aktuarial • Penjelasan naratif jika BPR menggunakan penyederhanaan dalam mengukur kewajiban imbalan pasti. • Tanggal penilaian aktuarial. • Rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir kewajiban imbalan pasti yang menunjukkan keuntungan atau kerugian aktuarial. • Rekonsiliasi saldo awal dan saldo akhir aset program. Total biaya yang terkait dengan program imbalan pasti. • Pengembalian aktual aset program. • Asumsi aktuarial utama. 151 Pinjaman Subordinasi • Pinjaman Subordinasi adalah pinjaman yang memenuhi syaratsyarat: – Ada perjanjian tertulis antara BPR dan pemberi pinjaman; – Ada persetujuan terlebih dahulu dari Bank Indonesia; – Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah disetor penuh; – Minimum berjangka waktu 5 (lima) tahun; Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan dari Bank Indonesia dan dengan pelunasan tersebut permodalan BPR tetap sehat; dan – jika terjadi likuidasi, maka hak tagihnya berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada. Persyaratan tersebut dapat berubah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. • Pinjaman subordinasi setelah jatuh tempo termasuk dalam pos Kewajiban Segera kecuali terdapat ketentuan lain yang mengatur. 152 Pinjaman Subordinasi • Pengakuan dan Pengukuran – Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman. – Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan pinjaman diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai beban bunga. – Bunga akrual atas pinjaman subordinasi diakui sebagai utang bunga. • Penyajian – Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. – Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman subordinasi disajikan dalam pos Utang Bunga. 153 Pinjaman Subordinasi • Pengakuan dan Pengukuran – Pinjaman subordinasi diakui sebesar nilai pokok pinjaman ditambah biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung pada perolehan pinjaman. – Biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara langsung kepada perolehan pinjaman diamortisasi secara garis lurus dan diakui sebagai beban bunga. – Bunga akrual atas pinjaman subordinasi diakui sebagai utang bunga. • Penyajian – Pinjaman subordinasi disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan dikurangi dengan biaya transaksi yang belum diamortisasi. – Bunga yang telah jatuh tempo namun belum dibayar atas pinjaman subordinasi disajikan dalam pos Utang Bunga. • Pengungkapan – Rincian pinjaman, sumber dana, nilai pokok, biaya transaksi yang belum diamortisasi, jangka waktu – Hubungan istimewa 154 Modal Pinjaman • Modal Pinjaman adalah pinjaman yang didukung oleh instrumen atau warkat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut: – Tidak dijamin oleh BPR yang bersangkutan dan telah dibayar penuh; – Tidak dapat dilunasi atau ditarik atas inisiatif pemilik, tanpa persetujuan Bank Indonesia; – Mempunyai kedudukan yang sama dengan modal dalam hal jumlah kerugian BPR melebihi laba yang ditahan dan cadangan cadangan yang termasuk modal inti, meskipun BPR belum dilikuidasi; dan – Pembayaran bunga dapat ditangguhkan apabila BPR dalam keadaan rugi atau labanya tidak mendukung untuk membayar bunga tersebut. • Modal pinjaman menimbulkan kewajiban kontraktual bagi BPR untuk menyelesaikannya dalam bentuk penyerahan kas dan setara kas. • Keterbatasan kemampuan BPR untuk memenuhi kewajiban kontraktualnya atas modal pinjaman dengan adanya ketentuan untuk memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, 155 Modal Pinjaman • Pengakuan dan Pengukuran – Modal pinjaman diakui sebesar nilai pokok pinjaman. – Bunga akrual atas modal pinjaman diakui sebagai Utang Bunga. • Penyajian – Modal pinjaman disajikan di neraca sebesar saldo pinjaman yang belum dilunasi pada tanggal laporan. • Pengungkapan – Penjelasan mengenai isi perjanjian modal pinjaman, termasuk pihak pemberi dana, sumber dana, nilai pokok, tingkat bunga; – Hubungan istimewa. 156 Kewajiban Lain-Lain 1. 2. Kewajiban Lain-lain merupakan pos yang dimaksudkan untuk menampung kewajiban BPR yang tidak dapat digolongkan ke dalam salah satu pos kewajiban yang ada dan tidak cukup material untuk disajikan dalam pos tersendiri. Kewajiban Lain-Lain di BPR biasanya terdiri dari: • • • • • • • • 3. 4. 5. Rekening Antara Modal Disetor Penampungan dana resiko kasir Penampungan dana THR Penampungan dana Kesehatan Penampungan dana Jasa Produksi Penampungan dana Promosi Penampungan dana Kesejahteraan dsb Pengakuan sebesar jumlah yang harus diselesaikan Penyajian secara gabungan kecuali nilainya material wajib disajikan tersendiri Pengungkaan : rincian kewajiban lain-lain 157 Ekuitas BAB VI 1. Secara umum definisi ekuitas BPR adalah merupakan sumber dana intern BPR yang tidak dibebani bunga. 2. Ekuitas adalah hak residual atas aset BPR setelah dikurangi semua kewajiban. 3. Komponen Ekuitas di BPR terdiri dari: • Modal • Dana Setoran Modal - ekuitas • Laba/Rugi yang belum direalisasi • Surplus revaluasi aset tetap • Saldo Laba 158 Ekuitas 3. Komponen Modal BPR terdiri dari: – Modal Dasar Merupakan seluruh nilai nominal saham sesuai anggaran dasar – Modal disetor Merupakan modal yang efektif telah diterima BPR. Pada koperasi ini biasanya dalam bentuk: simpanan pokok; simpanan wajib; dan modal penyertaan – Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) Selisih lebih setoran modal yang diterima BPR sebagai harga saham yang melebihi nilai nominalnya – Modal Sumbangan Berupa sumbangan dari pemilik, berbentuk aset atau dana lainnya, termasuk pengembalian saham pemilik 159 Ekuitas 4. 5. 6. 7. Komponen Dana Setoran Modal – Ekuitas (DSM-Ekuitas). Merupakan dana yang sudah disetor riil investor ke rekening BPR di bank umum dan diblokir utk tujuan penambahan setoran modal dan telah memenuhi ketentuan permodalan, namun belum didukung kelengkapan persyaraatan, seperti RUPS dan pengesahan akta anggaran dasar. Komponen Laba/Rugi Yang Belum Direalisasi selisih nilai wajar surat berharga (SBI) AFS pada tanggal neraca dengan nilai tercatat. Komponen Surplus Revaluasi Aset Tetap selisih antara nilai aset tetap tercatat dengan hasil revaluasinya. Komponen Saldo Laba Saldo Laba ditahan; Cadangan Tujuan; Cadangan Umum; Cadangan yang belum ditentukan tujuannya. 160 Ilustrasi Neraca 161 Ilustrasi Neraca 162 Ilustrasi Neraca 163 LAPORAN LABA RUGI BPR BAB VII 1. Laporan Laba Rugi adalah laporan yang menunjukan semua penghasilan dan beban BPR dalam suatu periode. 2. Pos-Pos Laporan Lab Rugi BPR adalah: • • • • • Pendapatan Operasional Beban Operasional Pendapatan Non Operasional Beban Non Operasional Beban Pajak Penghasilan 164 LAPORAN LABA RUGI BPR 3. Pendapatan Operasional adalah semua pendapatan yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari: • Pendapatan Bunga, meliputi pendapatan bunga dan provisi atas: pemberian kredit; penempatan pada bank lain; dan sertifikat Bank Indonesia. • Pendapatan Operasional Lainnya, meliputi pendapatan: payment point, jasa pengiriman uang, adm tabungan, penalty pencairan deposito, keuntungan penjualan valas dan SBI, penerimaan PH, pemulihan PPAP. 165 Laporan Laba Rugi BPR 4. Beban Operasional adalah semua beban yang berasal dari kegiatan utama BPR, terdiri dari: yang meliputi beban bunga dan beban atas penghimpunan dana lainnya; beban PPAP; beban pemasaran; beban R&D; beban adm dan umum. 5. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA; keuntungan penjualan aset tetap; penjualan AYDA. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: selisih SKVA; kehilangan ataupun kerugian penjualan aset tetap. 6. 166 Pendapatan Bunga 1. Sumber pendapatan bunga BPR antara lain dari: • Kredit yang diberikan • Penempatan pada bank lain • Sertifikat Bank Indonesia 2. Pendapatan Bunga, meliputi: • • • • • Pendapatan bunga kontraktual Amotisasi provisi kredit Diskonto Biaya Transaksi (yang terkait langsung) Amortisasi pendapatan bunga tangguhan 167 Pendapatan Bunga 3. Pengakuan dan Pengukuran: – Pendapatan bunga diakui secara accrual, kecuali kredit non performing. – Jika kolektibilitas kredit berubah menjadi kurang lancar (non performing), maka pendapatan bunga yang sudah di- accrued, harus dibatalkan dan dijadikan sebagai tagihan kontigensi (pendapatan bunga kredit dalam penyelesaian). – Penerimaan setoran dari debitur kredit performing digunakan terlebih dahulu untuk melunasi tagihan bunga. Tapi jika non performing, maka digunakan melunasi tunggakan pokok, sisanya untuk pelunasan bunga tunggakan bunga. – Pendapatan provisi dan Biaya Transaksi kredit diamortisir secara garis lurus selama masa kredit, meskipun kredit berubah menjadi non performing. – Amortisasi pendapatan bunga tangguhan dilakukan saat kredit masuk kategori non performing. 168 Pendapatan Bunga 4. Penyajian atau format rincian pendapatan bunga dalam laporan keuangan BPR sbb: Pendapatan Bunga: Pendapatan bunga kontraktual Pendapatan provisi Biaya transaksi Total 5. xxxx xxxx (xxxx) xxxx Pengungkapan: • Kebijakan akuntansi yang digunakan. • Rincian pendapatan: bunga performing; bunga non performing; pendapatan lainnya. • Rincian pendapatan bunga yang berasal dari penjualan AYDA. • Pendapatan operasional hasil kerjasama dengan pihak lain. 169 Pendapatan Operasional Lainnya 1. Pendapatan operasional lainnya adalah berbagai pendapatan yang timbul dari dari aktivitas yang mendukung kegiatan operasional BPR 2. Pendapatan Operasional Lainnya meliputi: • • • • • • • • Payment point. Jasa pengiriman uang. Adm tabungan. Penalty pencairan deposito. Keuntungan penjualan valas dan SBI. Penerimaan kredit yang dihapusbukukan Pemulihan PPAP Dsb. 170 Pendapatan Operasional Lainnya 4. 5. 6. Pengakuan pendapatan operasional lainnya adalah pada saat memenuhi persyaratan, dengan jumlah sebesar yang menjadi hak BPR. Penyajian pendapatan operasional lainnya, disajikan secara terpisah dari pendapatan bunga, yaitu dalam satu pos tersendiri dalam laporan laba rugi. Pengungkapan – Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk mengakui pendapatan operasional lainnya. – Pendapatan operasional lainnya dari hasil kerjasama dengan pihak lain. – Rrincian sesuai jenisnya, pada umumnya sbb.: • Denda Tunggakan pokok/bunga pinjaman • Pendapatan Payment point. • Pendapatan Jasa pengiriman uang. • Penggantian ongkos Administrasi • Pendapatan Penalty pencairan deposito. • Keuntungan penjualan valas dan SBI. • Penerimaan kredit yang dihapusbukukan 171 Beban Bunga 1. 2. 3. Sumber Beban bunga BPR antara lain dari: • Simpanan masyarakat (tabungan dan deposito); • Simpanan dari bank lain (umumnya deposito); • Pinjaman Diterima (dari bank dan non bank). Rincian Beban Bunga, meliputi: • Beban bunga tabungan • Beban bunga deposito • Beban bunga simpanan dari bank lain • Beban bunga pinjaman diterima. Pengakuan dan Pengukuran: Beban bunga diakui secara accrual, sesuai jumlah yang sudah menjadi kewajiban BPR. 172 Beban Bunga 4. 5. Penyajian Beban Bunga dalam format Laporan Laba Rugi BPR, adalah secara total, dengan terminologi “Beban Bunga”. Pengungkapan: • Kebijakan akuntansi yang digunakan • Rincian Beban Bunga harus dirinci berdasarkan unsurnya: bunga kontraktual; amortisasi provisi; adm dan biaya transaksi (termasuk premi penjaminan). • Rincian Beban Bunga: - Beban bunga tabungan xxxx - Beban bunga deposito xxxx - Beban bunga dari bank lain xxxx - Beban bunga pinjaman diterima (xxxx) Total xxxx • Hubungan istimewa dengan penyimpan dan kreditur. • Perlakuan bunga dengan pihak hubungan istimewa 173 Beban Operasional Diluar Beban Bunga 1. 2. Rincian pos beban operasional (diluar beban bunga) dalam Laporan Laba Rugi BPR adalah: • Beban penyisihan penghapusan/penyusutan • Beban pemasaran • Beban penelitian dan pengembangan • Beban adminitrasi dan umum • Beban operasional lainnya. Pengakuan dan pengukuran • Premi dibayar dimuka diakui sebesar amortisasi dari beban tersebut • Beban adm dan umum diakui seluruhnya pada periode terjadinya • Beban adm dan umum yang mempunyai masa mafaat lebih dari satu periode pelaporan, diakui sebesar amortisasi periode terkait. 174 Beban Operasional Diluar Beban Bunga 3. Penyajian • Beban operasional disajikan pada pos terpisah (tersendiri) dalam laporan laba rugi BPR, sesuai rincian pos masingmasing (No.1) • Penyajian biaya adm dan umum dirinci dalam pos tersendiri. 4. Hal yang perlu diungkapkan • Jumlah beban adm dan umum yang terkait dengan manajemen kunci • Rincian beban umum dan administrasi 175 Pendapatan Non Operasional 1. 2. 3. 4. Pendapatan Non Operasional merupakan semua pendapatan yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: • selisih SKVA; • keuntungan penjualan aset tetap; • penjualan AYDA. Pengakuan dan pengukuran • Pendapatan non operasional diakui sebesar jumlah yang menjadi hak BPR Penyajian • Pendapatan non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR Pengungkapan • BPR harus mengungkapkan rincian pendapatan non operasional. 176 Beban Non Operasional 1. 2. 3. 4. Beban Non Operasional merupakan semua beban yang bukan merupakan kegiatan utama BPR, seperti: • Selisih SKVA; • Dijual/hilangnya aset tetap; • Denda atau sanksi karena suatu pelanggaran. Pengakuan dan pengukuran • Beban non operasional diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan Penyajian • Beban non operasional disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR Pengungkapan • BPR harus mengungkapkan rincian beban non operasional. 177 Ilustrasi Laporan Laba Rugi 178 Beban Pajak Penghasilan 1. 2. 3. 4. Beban PPh adalah jumlah beban pajak kini yang diperhitungkan dalam perhitungan laba atau rugi pada suatu periode • Beban pajak kini adalah jumlah pajak PPh terhutang atas penghasilan kena pajak pada suatu periode. • Beban pajak kini dihitung berdasarkan laba fiscal. Pengakuan dan pengukuran • Beban PPh diakui pada saat terjadinya sebesar jumlah yang harus diselesaikan Penyajian • Beban PPh disajikan sebagi pos terpisah dalam laporan laba rugi BPR Pengungkapan • Rincian pajak periode berjalan • Proses restitusi pajak (jika ada). 179 Laporan Arus Kas BAB VIII a. Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan penerimaan dan pengeluaran kas BPR selama periode tertentu yang dikelompokkan dalam aktivitas operasi, investasi dan pendanaan. b. Aktivitas operasi (operating) adalah aktivitas penghasil utama pendapatan BPR (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan pendanaan. c. Aktivitas investasi (investing) adalah perolehan dan pelepasan aset jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. d. Aktivitas pendanaan (financing) adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman BPR. e. Kas adalah saldo kas dan rekening giro di Bank Umum. f. Setara kas adalah penempatan dana dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan dan sangat likuid yang dimiliki untuk memenuhi komitmen kas jangka pendek. 180 Laporan Arus Kas 181 Laporan Arus Kas 182 Laporan Perubahan Ekuitas BAB IX • Laporan perubahan ekuitas adalah laporan yang menunjukan perubahan ekuitas BPR yang menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama periode pelaporan. • Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukkan: a) laba atau rugi untuk periode pelaporan; b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c) untuk setiap komponen ekuitas, pengaruh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan yang diakui sesuai Bab 9: Kebijakan Akuntansi, Estimasi, dan Kesalahan; d) untuk setiap komponen ekuitas, suatu rekonsiliasi antara jumlah tercatat awal dan akhir periode, diungkapkan secara terpisah perubahan yang berasal dari: a) laba atau rugi; b) pendapatan dan beban yang diakui langsung dalam ekuitas; c) jumlah investasi, dividen dan distribusi lainnya ke pemilik ekuitas, yang menunjukkan secara terpisah modal saham, dan dividen serta distribusi lainnya ke pemilik ekuitas. 183 Laporan Perubahan Ekuitas BAB IX Penjelasan • Perubahan ekuitas BPR menggambarkan peningkatan atau penurunan aset neto atau kekayaan BPR selama periode pelaporan berdasarkan prinsip pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan. • Laporan perubahan ekuitas, kecuali untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran dividen, menggambarkan jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan BPR selama periode pelaporan. • Laporan perubahan ekuitas BPR antara lain meliputi: – Modal saham, misalnya penambahan modal saham; – Laba/rugi yang belum direalisasi dalam Sertifikat Bank Indonesia: – Surplus revaluasi aset tetap; – Dana setoran modal - ekuitas; – Saldo laba (laba ditahan). 184 Ilustrasi Laporan Perubahan Ekuitas 185 Catatan atas Laporan Keuangan BAB X • • Catatan atas laporan keuangan merupakan bagian tak terpisahkan dari laporan keuangan BPR. Catatan atas laporan keuangan memuat: – – – – • penjelasan mengenai gambaran umum BPR ikhtisar kebijakan akuntansi penjelasan pos-pos laporan keuangan informasi penting lainnya. Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara sistematis dengan urutan: – dasar pengukuran dan kebijakan akuntansi yang diterapkan. – Informasi pendukung pos-pos laporan keuangan sesuai urutan – Pengungkapan lain termasuk kontinjensi, komitmen dan pengungkapan lain 186 Isi Catatan Atas Laporan Keuangan • • • • • Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; Informasi yang diwajibkan dalam SAK ETAP tetapi tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, misalnya subklasifikasi pospos tertentu; Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas tetapi diperlukan dalam rangka penyajian secara wajar; Untuk pos-pos yang nilainya material, harus dirinci dan dijelaskan dalam catatan atas laporan keuangan. Sedangkan untuk pos-pos yang bersifat khusus harus dirinci dan dijelaskan pada catatan atas laporan keuangan tanpa mempertimbangkan materialitasnya; Untuk pos yang merupakan hasil penggabungan beberapa pos sejenis dirinci dan dijelaskan sifat dari unsur utamanya dalam catatan atas laporan keuangan. 187 Unsur Catatan Atas Laporan Keuangan • Gambaran Umum BPR: Pendirian, riwayat ringkas, tanggal pendirian, bidang usaha, tempat kedudukan, tanggal mulai beroperasi, kepemilikan, direksi, komisaris dan jml karyawan. • Ikhtisar kebijakan akuntansi: – Pernyataan BPR menggunakan SAK ETAP – Dasar pengukuran dan penyusunan laporan keuangan – Kebijakan akuntansi: konsep dasar, kredit, penyisihan kerugian, investasi di SBI, agunan, kas, aset tetap, pengkuan pendapatan&beban, pajak penghasilan dan imbalan kerja. • Penjelasan atas pos-pos laporan keuangan: transaksi hubungan istimewa, perubahan akuntansi & koreksi kesalahan, kesalahan. • Komitmen dan kontijensi • Informasi penting lainnya • Peristiwa setelah tanggal neraca • Perkembangan terakhir SAK ETAP dan peraturan lain • Reklasifikasi. 188 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan 1. Kewajiban komitmen dan Kontijensi, antara lain nilai-nilai sbb: • Komitmen – Fasilitas pinjaman diterima yang belum ditarik – Fasilitas kredit yang diberikan yang belum ditarik nasabah – Pinjaman channeling • Kontinjen – Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari kredit yang diberikan. – Pendapatan bunga dalam penyelesaian dari produk lain. – Aktiva produktif yang dihapusbukukan 189 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan 2. Penerapan imbalan pasca kerja, antara lain perlu dijelaskan sbb.: • Jumlah iuran jamsostek yang telah dibayarkan • Jumlah iuran dana pension yang telah dibayarkan 3. Transaksi dengan pihak terkait, perlu dijelaskan: • Bentuk transaksi yang terjadi, apakah pada pos simpanan dan atau pinjaman • Dijelaskan jumlahnya • Dijelaskan suku bunganya • Dijelaskan apakah ada perlakuan khususnya. 4. Peristiwa setelah tanggal neraca, sekiranya ada dijelaskan. 190 Hal Lain yang Perlu Diungkapkan 5. Informasi penting lainnya, antara lain berupa: – – – – – – – Rasio kecukupan modal (CAR) Rasio kredit yang dberikan terhadap dana pihak ketiga (LDR) Rasio kredit non performing (NPL) Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional Rasio aktiva produktif bermasalah terhadap aktiva produktif. Rasio laba sebelum pajak terhadap aset rata-rata (ROA) Rasio laba setelah pajak terhadap rata-rata ekuitas (ROE) 191