PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN

advertisement
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN
PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN
PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007
(skripsi)
oleh
MAIRIANTINA
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2012
ABSTRAK
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN
PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN
PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007
oleh
MAIRIANTINA
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Untuk memperoleh gambaran dan
mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
PT BPR Syariah Tanggamus menggunakan CAMEL (Capital, Asset, Manajemen,
Earning dan Likuiditas), (2) Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat
kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus
Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan selama dua periode akuntansi, yaitu
tahun 2009 dan 2010 pada PT BPR Syariah Kabupaten Tanggamus. Cara
penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang berupa neraca
dan laporan laba rugi, serta data lain yang diperlukan untuk menganalis tingkat
kesehatan bank.
Hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan CAMEL, pada tahun 2009 PT
BPR Syariah Kabupaten Tanggamus dinyatakan kurang sehat dengan total nilai
65,91 dan pada tahun 2010 masuk kategori cukup sehat dengan total nilai 80,40
Nama
: Mairiantina
NPM
: 0541031054
Telepon
: 081927973752
Email
: [email protected]
Komisi Pembimbing :
Pembimbing I
: Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt.
Pembimbing II
: Basuki Wibowo, S.E., Akt.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehatihatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan
penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan
dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah
peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan Undang-undang yang berlaku,
struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan
utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak
dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional
yang terbatas.
Dengan lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang merupakan amandemen atas UU
No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka di Indonesia dikenal dua sistem
perbankan (dual system banking) yaitu sistem bank konvensional dan sistem bank
syariah. Sistem operasional Bank Syariah berbeda dengan bank umum lainnya
(konvensional). Bank Konvensional lebih kental aromanya dalam mengejar
keuntungan materiil dengan sistem bunganya, sehingga tidak mengenal adanya
kerugian pihak lain, sedangkan Bank Syariah dikenal adanya sifat ta’awun (tolong
menolong dalam suka dan duka / kemitraan), sehingga ada prinsip bagi hasil yang
dikenal dengan nama “profit and loss sharing” atau “mudharabah“ dan juga ada
pinjaman kebajikan (social) bagi nasabah yang sangat lemah dengan skim (bentuk
pembiayaan) “qordhul hasan” yaitu pinjaman dimana nasabah tidak dibebani
sesuatu apapun kecuali hanya mengembalikan pokoknya.
PT BPR Syariah Tanggamus sangat diharapkan Pemerintah Kabupaten
Tanggamus untuk menjadi BUMD yang dapat mendongkrak jumlah PAD, namun
dengan fakta tersebut, jika dibiarkan bukan tidak mungkin PT BPR Syariah
Tanggamus akan menjadi BUMD yang hanya bisa membuat Pemerintah Daerah
mengalami defisit anggaran untuk selalu menambah modal BUMD tanpa
memberikan kontribusinya berupa laba perusahaan. Persentase kontribusi
komponen-komponen PAD terhadap PAD di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat
pada tabel berikut :
Tabel 1.1
Persentase Kontribusi Komponen PAD Terhadap PAD
No
Komponen PAD
2006
(%)
33,2
2007
(%)
29,7
2008
(%)
30,6
2009
(%)
22,8
2010
(%)
32,18
27,8
38,9
32,4
27,34
28,54
PT. Bank Lampung
6,97
5,7
4,52
8,19
7,33
PT. BPR Syariah
0,48
0,52
0,34
-
0,54
-
2,6
2,43
2,23
2,66
0,2
0,34
-
0,43
0,23
31,35
22,24
29,71
39,01
28,52
100
100
100
100
100
1.
Pajak Daerah
2.
Retribusi Daerah
3.
Laba BUMD:
PD AUTJ
PDAM
4.
Lain-lain PAD yang sah
Jumlah
Sumber : DPPKAD Kabupaten Tanggamus
Dari tabel di atas juga dapat diketahui sejak berdiri, PT BPR Syariah Tanggamus
hanya memberikan kontribusi kepada PAD rata-rata dibawah 0,5% selama lima
tahun terakhir, dan pada tahun 2009 sama sekali tidak memberikan sumbangan
yang artinya pada tahun 2009 itu, PT. BPR Syariah Tanggamus mengalami
kerugian.
Melihat kenyataan tersebut, maka pantaslah muncul keraguan terhadap eksistensi
dan peluang PT BPR Syariah untuk menjadi bank yang selain memberikan
kesempatan besar kepada masyarakat untuk memajukan ekonomi mereka, juga
sebagai BUMD yang bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi Kabupaten
Tanggamus.
Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba untuk mengukur tingkat kesehatan
PT Bank Syariah Tanggamus berdasarkan Peraturan yang telah ditetapkan Bank
Indonesia. Sehingga kelak dapat dijadikan bahan acuan untuk mengetahui titik
lemah dan kuatnya PT Bank Syariah Tanggamus agar Bank Perkreditan Rakyat
Tanggamus benar-benar dapat berpihak kepada kepentingan masyarakat
Tanggamus.
Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang permasalahan dan batasanbatasan yang diberikan, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan
PT BPR Syariah Tanggamus?
2. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tanggamus?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Menurut Antonio (2001:95) :
BPR Syari’ah adalah Bank pengkreditan rakyat yang operasionalnya
mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam, BPR syariah didirikan sebagai
langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang
dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan
dalam kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of
interest), yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan
bagi hasil atau system perbankan Islam, dalam skala/outlet retail banking
(rural bank). (Antonio:2001)
BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan
sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu
kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia
(PBI). Dalam sistem perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan
untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang
menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank
Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah merupakan salah
satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah.
Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus merupakan BUMD Kabupaten
Tanggamus yang menggunakan prinsip syariah dalam operasionalnya. Oleh
karena itu, Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus juga tunduk dan patuh
selain pada peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah,
juga tunduk dan patuh pada peraturan perbankan syariah. Sebagai sebuah BUMD,
PD BPR diakomodasikan dalam Permendagri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang
Pedoman Pengelolaan BPR Milik Daerah
B. Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat
BPR Syariah wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehatihatian dan prinsip syariah dalam rangka menjaga atau meningkatkan Tingkat
Kesehatan BPR Syariah. Dewan Komisaris dan Direksi BPR Syariah wajib
memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar Tingkat
Kesehatan BPR Syariah dapat dipenuhi.
Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanankan oleh Bank
Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan
memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai
suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat
adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik.
Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan
memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi
intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta
dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai
kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsifungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan.
(Kuncoro:2002)
Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal
yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan
dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang
cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara
likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu
bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah
ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada
prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan.
Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar
didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning
dan Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat
kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini Bank Indonesia tengah
mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru untuk BPR
Syariah, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau resiko pasar.
Karena sejauh ini resiko pasar baru dipergunakan untuk menilai kesehatan Bank
Umum Syariah.
Kelima faktor tersebut (CAMEL) merupakan faktor yang menentukan kondisi
suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor
tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut
lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan.
Faktor modal sangat penting bagi BPR dalam rangka pengembangan usaha dan
mengantisipasi kemungkinan resiko. Struktur permodalan adalah jumlah modal
tertentu secara aman dan seimbang yang harus dimiliki BPR Syariah
dibandingkan dengan dana yang harus disiapkan untuk dikeluarkan apabila ada
penarikan dana setiap saat/segera. .Semakin besar porsi modal sendiri
dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga yang dapat ditarik segera akan lebih
baik permodalannya.
Kualitas aktiva produktif adalah kualitas kekayaan BPR Syariah yang dapat
menghasilkan pendapatan. Faktor manajemen itu meliputi manajemen umum dan
manajemen resiko. Rentabilitas menunujukkan kemampuan BPR Syariah untuk
memperoleh laba. Faktor likuiditas adalah kemampuan BPR Syariah untuk
menyediakan dana lancar setiap saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan
dana jangka pendek masyarakat setiap saat.
Penganalisisan pos-pos tersebut akan dapat digunakan untuk mengetahui
kesehatan BPR dan sekaligus sebagai tolok ukur bagi manajemen untuk menilai
apakah pengelolaan BPR Syariah sudah sejalan dengan asas-asas perbankan yang
sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (keberhasilan manajemen).
Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank,
tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank.
Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat
kesehatan dibedakan antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat
berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor:9/17/PBI/2007 Tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan
Prinsip Syariah, Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan
Bank Perkreditan Rakyat ditetapkan sebagaimana tercantum pada tabel 2.1
Tabel 2.1
Bobot Penilaian Kesehatan Bank
Bobot
No.
Faktor CAMEL
Bank Umum
BPR
1.
Permodalan
25%
30%
2.
Kualitas Aktiva Produktif
30%
30%
3.
Kualitas Manajemen
25%
20%
4.
Rentabilitas
10%
10%
5.
Likuiditas
10%
10%
Sumber : Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 (diolah)
Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada
bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya
dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian
berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan
BPR.
Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya
dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang
berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan
tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas
aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas (Kuncoro:2002)
Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan
melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing faktor tersebut. Faktor
dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya
pengaruh terhadap kesehatan suatu bank.
Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang
dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar
bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan
ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan
bank.
Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di
atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan
aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan
masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat
menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang
Sehat dan Tidak Sehat.
BPR Syariah wajib melakukan penghitungan rasio-rasio keuangan yang terkait
dengan penilaian Tingkat Kesehatan BPR Syariah secara triwulan, untuk posisi
akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember.
Berdasarkan hasil penilaian Kesehatan BPR Syariah, Bank Indonesia meminta
Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham untuk menyampaikan
rencana tindakan (action plan) apabila hasil penilaian Tingkat Kesehatan BPR
Syariah menunjukkan:
a. Satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor rentabilitas, dan
faktor likuiditas memiliki peringkat 4 atau 5;
b. Faktor manajemen memiliki peringkat C atau D; dan/atau
c. Memiliki Peringkat Komposit 4 atau 5.
BPRS yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam
Peraturan Bank Indonesia tersebut, akan dikenakan sanksi administratif
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992
tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10
Tahun 1998 berupa:
a. Teguran tertulis; dan/atau
b. Pencantuman pengurus dan atau pemegang saham bank dalam daftar orang
yang dilarang menjadi pemegang saham dan pengurus bank.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif, yaitu metode penelitian yang sifatnya untuk mengetahui nilai variabel
mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain.
Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan
melakukan perhitungan faktor Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (Aset),
Rentabilitas (Earning Power), dan Likuiditas, sedangkan untuk faktor Manajemen
digunakan penilaian kualitatif saja.
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007, penilaian kuantitatif
adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio
keuangan BPR Syariah.
Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor manajemen dan faktor-faktor
hasil penilaian kuantitatif dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan
atau pembanding yang relevan.
B. Sumber Data
Menurut Arikunto (2002:107) yang dimaksud dengan sumber data adalah :
”Subjek dari mana data dapat diperoleh”. Pengklasifikasiannya dibagi
dalam tiga, yaitu :
1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban
lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket..
2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan
diam dan bergerak. sumber data yang menyajikan tampilan berupa
keadaan diam dan bergerak. Sumber data ini biasa dipakai pada
metode penelitian observasi.
3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf,
angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dalam hal ini penulis akan
mengambil dokumen-dokumen yang dianggap perlu dan berkaitan
dengan tema penelitian.
Adapun sumber data pada penelitian ini adalah :
1.
Sumber Data Primer
Data primer yaitu data utama yang diperoleh langsung dari informan yang
berkenaan dan terlibat langsung. Sumber data primer pada penelitian ini
adalah stakeholder yang memiliki peran dan berpengaruh terhadap segala
yang berkenaan tentang PT BPR Syariah Tanggamus.
Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi sumber data primer pada
penelitian kali ini adalah :
1.
Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah
dan Internal Audit
:
5 orang
2.
Direktur Utama
:
1 orang
3.
Direktur
:
1 orang
4.
Kepala Bagian/Divisi
:
3 orang
5.
Pegawai PT BPR Syariah
:
15 orang
JUMLAH
:
25 orang
2.
Sumber Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua atau
bukan temuan penulis melainkan berasal dari sumber-sumber resmi yang
dibuat oleh yang berwenang. Misalnya dokumen, arsip, pernyataanpernyataan, informasi, dan buku-buku literatur yang membantu melengkapi
data dalam penelitian ini. Adapun sumber data sekunder yang penulis ambil
sebagai bahan penelitian adalah dokumen-dokumen, data-data perbankan di
internet dan media massa, serta buku-buku literatur yang berkenaan dengan
perbankan dan perbankan syariah.
Berikut disajikan faktor-faktor yang dinilai untuk mengukur tingkat kesehatan
BPR Syariah serta bobot dari masing-masing aspek Permodalan, Kualitas Aktiva
Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning Power) dan Likuiditas
(Liquidity) (CAMEL)
Tabel 3.1
Tingkat Kesehatan Bank (faktor-faktor yang dinilai dan bobotnya)
No.
1.
Faktor yang dinilai
Permodalan
Komponen
Bobot
Rasio modal terhadap aktiva tertimbang
30%
menurut resiko
2.
Kualitas aktiva
produktif/kualitas aset
3.
4.
Rentabilitas
Likuiditas
a. Rasio
aktiva
produktif
yang
diklasifikasikan terhadap aktiva
produktif dan konsentrasi eksposur
resiko
b. Rasio kebijakan dan prosedur dalam
penanganan aktiva bermasalah
Manajemen
30%
5%
a.
b.
Rasio laba terhadap volume usaha
Rasio biaya operasional terhadap
pendapatan operasional
5%
5%
a.
Rasio
kemampuan
memenuhi
kewajiban jangka pendek terhadap
aktiva lancar.
Rasio Net Call Money terhadap
current assets
5%
Manajemen
umum
termasuk
pemenuhan komitmen terhadap Bank
Indonesia kepatuhan terhadap prinsip
syariah.
Penerapan Manajemen resiko
10%
b.
5.
25%
a.
b.
10%
10%
5%
20%
10%
Jumlah bobot
Tata cara penghitungan :
1. Permodalan
Menggunakan rumus Capital adequacy Ratio (CAR) yaitu :
Nilai kredit dihitung sebagai berikut :
Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0
100%
Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100
bobot variabel Modal ini adalah 30%
2. Kualitas Aktiva Produktif/kualias aset
Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua)
rasio, yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang
Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah
yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai
dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana
pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang
diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan
kerugian bagi bank.
a.
BDR (Bad Debt Ratio)
BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD)
terhadap Aktiva Produktif (AP)
Dapat dicari dengan rumus :
Ketentuan rasio ini adalah:
-
Rasio sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0
-
Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah
1 dengan maksimum 100
-
Bobot rasio ini adalah 25%
Untuk rasio ini, nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai
berikut :
(22,5 – Rasio)/ 0,15 = Nilai Kredit
b.
CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan)
CAD merupakan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)
terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk
(PPAPWD)
Dapat dicari dengan ketentuan sebagai berikut :
Ketentuan rasio ini sebagai berikut :
-
Untuk rasio = 0 (tidak memiliki cadangan/penyisihan, nilai kredit=0)
-
Untuk kenaikan 1% mulai dari 0, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksumum 100
-
Bobot rasio ini sebesar 5%
Penentuan kriteria rasio komponen ini dapat digunakan rumus :
Rasio x 1 = Nilai Kredit
3. Rentabilitas (Earning Power)
Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio
yaitu:
a.
ROA, yaitu rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir
terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. ROA dapat
dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
Ketentuan rasio ini sebagai berikut :
-
Untuk ROA sebesar 0% atau negatif, nilai kedit = 0
-
Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1
dengan maksimum 100
-
Bobot komponen ini adalah 5%
Dengan demikian, dapat diformulasikan untuk menentukan kriteria rasio
ini adalah :
(Rasio / 0,015) = Nilai Kredit
b.
BOPO, yaitu rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap
pendapatan operasional dalam periode yang sama. BOPO dapat dihitung
dengan cara :
Ketentuan rasio ini sebagai berikut :
-
Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0
-
Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan
maksimum 100
-
Bobot kategori ini adalah 5%
Rumus kategori ini adalah :
(100 – Rasio)/ 0,08 = Nilai Kredit
4
Likuiditas
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR
(Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets
(NCM to CA)
a. LDR (Loan to Deposit Ratio), yaitu jumlah kredit yang diberikan bank
yang sudah direalisir/ditarik atau dicairkan. Besarnya LDR dihitung
dengan rumus :
Ketentuannya sebagai berikut :
-
Untuk rasio LDR sebesar 115% atau lebih, nilai kredit = 0
-
Untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kreditnya
ditambah 4 dengan maksimum 100
-
Bobot komponen ini adalah 5%
Dengan demikian, nilai kreditnya dapat dicari dengan rumus :
((115-1) – Rasio)/ 1 x 4 = Nilai Kredit, atau (114 – Rasio) x 4 = NK
b. NCM to CA (Net Call Money terhadap Current Asset), atau biasa disebut,
rasio alat likuid terhadap utang lancar. Alat likuid merupakan kas dan
penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi
dengan tabungan bank lain pada bank., sedangkan utang lancar meliputi
kewajiban segera, tabungan dan deposito.
Ketentuan rasio ini sebagai berikut :
-
Jika rasio 0%, nilai kreditnya = 0,
-
Untuk setiap kenaikan 0,05%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum
100.
-
Bobot pada komponen ini adalah 5%
Dengan demikian, dapat dirumuskan :
Rasio / 0,05 = Nilai Kredit
5
Manajemen
Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen
yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian dilakukan dengan
mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah Tanggamus dan melalui
kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar digunakan oleh Bank
Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Setiap pertanyaan untuk
manajemen umum mempunyai nilai kredit 0,25. Sedangkan untuk manajemen
resiko mempunyai nilai 1,67 setiap soalnya.
Manajemen umum dan manajemen resiko memiliki nilai sesuai dengan
ketentuan 4 peringkat, yaitu
a. Nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, berarti BPRS memiliki kualitas
dan tata kelola yang tidak baik, manajemen resiko yang lemah dan/atau
kepatuhan sangat rendah terhadap peraturan yang berlaku dan/atau prinsip
syariah dan/atau pelaksanaan sosial
b. Nilai 51 – 66 termasuk dalam peringkat C, berarti BPRS memiliki kualitas
dan tata kelola yang kurang baik, manajemen resiko yang cukup, dan/atau
kepatuhan yang rendah terhada prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi
sosial.
c. Nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, berarti BPRS memiliki kualitas
tata kelola yang cukup baik, manajemen resiko memadai dan/atau
kepatuhan yang cukup tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan
fungsi sosial.
d. Nilai 81 – 100 termasuk dalam peringkat A, berarti BPRS memiliki
kualitas tata kelola yang baik, manajemen resiko yang kuat, dan/atau
kepatuhan yang tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi
sosial
Bobot pada kategori manajemen ini adalah 20%
Penilaian tingkat kesehatan ditetapkan dalam lima peringkat, yaitu :
a. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat
b. Nilai kredit 66 sampai dengan 81 diberi predikat cukup sehat
c. Nilai kredit 51 sampai dengan 66 diberi predikat kurang sehat
d. Nilai kredit 0 sampai dengan 51 diberi predikat tidak sehat
C. Lokasi Penelitian
Kegiatan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung
dengan objek penelitiannya adalah PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah
Tanggamus (PT BPR Syariah Tanggamus).
BAB IV
PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Hasil Penelitian
1. Permodalan
Struktur permodalan merupakan jumlah modal tertentu secara aman dan seimbang
yang harus dimiliki BPR Syariah dibandingkan dengan dana yang harus siap tibatiba dikeluarkan apabila ada penarikan dana yang akan ditarik segera. Dengan
kata lain, makin besar posisi modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak
ketiga/anggota yang dapat ditarik segera akan lebih baik struktur permodalannya.
Modal dari BPR Syariah terdiri dari modal inti dan modal pelengkap.
Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebagaimana yang tercantum
pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban
Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip
Syariah yang menyatakan bahwa BPRS wajib menyediakan modal minimum
sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
Besarnya nilai capital adequacy ratio (CAR) dihitung dengan rumus berikut
Nilai kredit dihitung sebagai berikut :
Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0
Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100
bobot variabel Modal ini adalah 30%
Tabel 4.1
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
PT. BPR Syariah Tanggamus
No
II
Keterangan
Jumlah
Setiap
Komponen
Per 31 Des
2010
Jumlah
Jumlah
Setiap
Komponen
Per 31 Des
2009
Jumlah
MODAL
1. MODAL INTI
1.1. Modal Disetor
1.2. Modal Sumbangan
1.3. Cadangan Umum
1.4. Cadangan Tujuan
1.5. Laba Ditahan
1.6. Laba Tahun Lalu
1.7. Rugi Tahun Lalu - \ 1.8. Laba Tahun Berjalan ( 50 % )
1.9. Rugi tahun Berjalan - \ 1.10. Sub Total
1.11. Goodwill -\1.12. Kekurangan PPAP -\1.13.Jumlah Modal Inti
2 .MODAL PELENGKAP
2.1. Cadangan Revaluasi Akt. Tetap
2.2. PPAP ( maks. 1,25% dr ATMR)
2.3. Modal Kuasi ( Pinjaman )
2.4. Pinjmn Sub Ordinasi (maks. 50% dr
Modal Inti)
2.5. Jumlah Modal Pelengkap
2.6. Jumlah Modal Pelengkap yg
diperhitungkan (maks. 100% dr modal inti)
3. JUMLAH MODAL (1.13 + 2.6)
III
MODAL MINIMUM ( 8% X ATMR)
IV
KELEBIHAN MODAL
V
Jumlah Modal
RASIO MODAL = ---------------- X 100%
ATMR
8.015.000.000
99.880.000
707.361.244
0
(167.393.747)
0
0
0
(1.130.969.948)
7.523.877.549
0
0
8.015.000.000
99.880.000
706.621.773
0
(1.588.923.658)
0
0
176.687.643,50
0
7.409.265.758
0
0
7.523.877.549
7.409.265.758,50
0
108.766.866
0
0
0
68.028.842
0
0
68.028.842
108.766.866
68.028.842
108.766.866
7.477.294.600,50
7.632.644.415
841.283.232,17
696.107.943,6
6.636.011.368,33
6.936.536.471
,4
71,10%
87,70%
Sumber : Bagian Pembiayaan dan Dana PT BPRS Tanggamus, diolah
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecukupan modal PT BPR Syariah
Tanggamus per Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Tahun 2010
bernilai 71,10%, dan tahun 2009 bernilai 87,70%. Karena nilai Capital
Adequacy Ratio di atas 8%, maka untuk kategori ini PT BPR Syariah dinilai
sehat. Nilai kredit pada rasio ini dapat dihitung sebagai berikut :
- Tahun 2010
-
Tahun 2009
= 631
Nilai maks
= 797
= 100
Nilai Kredit
Nilai maks = 100
= 100 x 30%
Nilai Kredit
= 30
= 100 x 30%
= 30
Dengan nilai ini dan predikat sehat yang didapat, berarti bank memiliki modal yang
sangat kuat untuk menutup resiko kerugian dan melakukan hapus buku (write off)
akibat penurunan kualitas aktiva.
2. Kualitas aktiva produktif/ Asset
Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua)
rasio,
yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang
Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah
yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai
dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana
pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang
diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang
mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan
kerugian bagi bank.
Tabel 4.2
Jumlah Aktiva Produktif
Kolektibilitas Aktiva Produktif
-
Piutang dan Pembiayaan
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp)
Per 31 Des 2010
Per 31 Des 2009
10.792.272.283
8.364.461.579
-
Tabungan
Deposito
Jumlah Aktiva Produktif
1.446.573.482
1.602.816.840
1.615.000.000
415.000.000
13.853.845.765
10.382.278.419
a. BDR (bad Debt Ratio)
BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD)
terhadap Aktiva Produktif (AP)
Dapat dicari dengan rumus :
-
Tahun 2010
-
Tahun 2009
= 8,61 %
= 1,74 %
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Kualitas Aktiva Produktif PT
BPR Syariah Tanggamus termasuk kategori sehat dengan rasio sebesar 1,74%
pada tahun 2010 dan 8,61% pada tahun 2009 yang artinya bank memiliki
aktiva produktif dengan tingkat pengembalian yang sangat tinggi. Perhitungan
nilai kreditnya yaitu:
-
-
Tahun 2010
= 138,4 (maks 100)
Nilai Kredit = 100 x 0,83*
Tahun 2009
= 92,6
Nilai Kredit = 92,6 x 0,83*
= 83
= 76,8
= 83 x 25%
= 76,8 x 25%
= 20,75
= 19,2
*0,83 = bobot komponen dalam faktor per standar
b.
CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan) merupakan rasio penyisihan
penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapusan
aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD)
Tabel 4.3
Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk
Kolektibilitas
Aktiva
Produktif
a.
b.
c.
d.
e.
Jumlah (Rp)
Jumlah (Rp)
Per 31 Des 2010
Per 31 Des 2009
Tabungan
Deposito
Lancar
Kurang Lancar
Macet
1.446.573.482
1.602.816.840
1.615.000.000
415.000.000
10.548.180.132
7.465.451.456
(32.720.999)
(21.257.118)
51.795.020
162.332.255
Sumber : diolah
Tabel 4.4
Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk
Per 31 Desember 2010
Kolektibilitas Aktiva Produktif
Jumlah (Rp)
a.
Tabungan (0,5% x 1.446.573.482)
7.212.941
a.
Deposito (0,5% x 1.615.000.000)
8.075.000
b.
Lancar (0,5% x 10.548.180.132)
52.740.901
b.
Kurang Lancar (10% x -32.720.999)
c.
Macet (100% x 51.795.020)
51.795.020
PPAP yang Wajib dibentuk
119.823.862
PPAP yang tersedia
119.823.862
-
Sumber : diolah
Tabel 4.5
Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk
Per 31 Desember 2009
Kolektibilitas Aktiva Produktif
Jumlah (Rp)
a.
Tabungan (0,5% x 1.602.816.840)
8.014.084
d.
Deposito (0,5% x 415.000.000)
2.075.000
b.
Lancar (0,5% x 7.465.451.456)
37.327.257
e.
Kurang Lancar (10% x -21.257.118)
f.
Macet (100% x 162.332.255)
162.332.255
PPAP yang Wajib dibentuk
209.748.596
-
PPAP yang tersedia
50.849.085
Sumber : diolah
-
Tahun 2010
= 100%
-
Tahun 2009
= 24,24%
Perhitungan nilai kredit CAD sebagai berikut :
Nilai kredit = 100 x 0,17*
Nilai kredit = 24,24 x 0,17*
= 17
= 4,12
= 17 X 5%
= 4,12 X 5%
= 0,85
= 0,21
*0,17 = bobot komponen dalam faktor per standar
3. Rentabilitas
Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio
yaitu a) rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata
volume usaha dalam periode yang sama. Rasio ini sering disebut ROA, b)
rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional
dalam periode yang sama, rasio ini sering disingkat dengan BOPO.
a. ROA, dapat dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
Keterangan
Laba Sebelum Pajak
Total Asset
-
Tahun 2010
Tahun 2009
403.857.471
(1.130.969.948)
14.727.550.317
11.968.615.349
-
Tahun 2010
= 2,74%
Tahun 2009
= (9,44%)
Nil
Nilai Kredit = 0
= 182 (maks 100)
Nilai Kredit = 100 x 5%
=5
Pada tahun 2009 ROA menunjukkan nilai yang negatif, dikarenakan pada
tahun itu PT BPR Syariah Tanggamus mengalami kerugian. Dengan ROA
yang negatif ini menunjukkan bahwa total aktiva yang dipergunakan tidak
maksimal sehingga tidak bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan.
Sedangkan pada tahun 2010, rasio ROA yang diperoleh sebesar 2,74%,
melampaui nilai 1,5% dan otomatis berpredikat sehat yang artinya bank
memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki
potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi.
b. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut:
Keterangan
Tahun 2010
Tahun 2009
Biaya Operasional
2.213.112.941
3.272.375.136
Pendapatan Operasional
2.616.970.412
2.141.405.188
-
Tahun 2010
= 84,57%
= 192,88 (maks 100)
-
Tahun 2009
= 152,81%
Nilai Kredit = 0
Nilai Kredit = 100 x 5%
=5
4. Likuiditas
Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR
(Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets
(NCM to CA)
Hasil perhitungannya rasio Net call Money terhadap Current Assets adalah
sebesar 27,28% dan 46,47%. Pada rasio ini PT. BPTR Syariah Tanggamus
dinyatakan sehat dan bank memiliki potensi masalah kesulitan likuiditas
jangka pendek yang sangat rendah.
5. Manajemen
Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen yaitu
manajemen umum dan manajemen risiko. Faktor manajemen ini meliputi aspek
kesiapan BPR Syariah untuk melakukan operasinya dilihat dari dari kelengkapan
aturan-aturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan,
pembinaan dan pengawasan.
Faktor manajemen lebih menekankan pada kesiapan BPR Syariah dalam sistem
dan prosedur kerja sehari-hari yang dijalankan oleh pengelola BPR Syariah.
Penilaian dilakukan dengan mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah
Tanggamus dan melalui kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar
digunakan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank.
Manajemen umum dan manajemen risiko memiliki nilai sesuai dengan ketentuan
4 peringkat, yaitu nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, nilai 51 – 66 termasuk
dalam peringkat C, nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, dan nilai 81 – 100
termasuk dalam peringkat A.
Tabel 4.6
Perhitungan Nilai Kredit Manajemen
NO
I
II
III
KETERANGAN
Nilai
2010
Nilai
2009
Manajemen Umum
Skor
22
12
Nilai kredit
55
30
Bobot
10%
10%
Nilai
5,5
3,0
Skor
26
21
Nilai kredit
43
35
Bobot
10%
10%
Nilai
4,3
3,5
Total Skor
48
33
Nilai kredit
49
32,5
20%
20%
Manajamen Risiko
Bobot
Nilai total manajemen
9,8
6,5
Sumber : diolah penulis
Nilai kredit manajemen yang dimiliki oleh PT BPR Syariah Tanggamus untuk
tahun 2010 dan tahun 2009 adalah sebesar 49 dan 32,5. Dengan demikian PT
BPR Syariah Tanggamus pada 2 tahun ini termasuk dalam peringkat D.
Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia peringkat D ini
berarti mencerminkan bahwa BPR Syariah Tanggamus memiliki :
1
Kualitas tata kelola (corporate governance) yang kurang baik;
2
Manajemen resiko yang lemah; dan/atau
3
Kepatuhan yang rendah terhadap prinsip
syariah dan atau pelaksanaan fungsi sosial.
Tabel 4.24
Trend Penilaian Tingkat Kesehatan
PT BPR Syariah Tanggamus
No
Bobot
Nilai Kredit
Nilai Kredit
(%)
2010
2009
Faktor
1
Permodalan
30
30,00
30,00
2
Kualitas Aktiva Produktif
30
20,60
19,41
3
Manajemen
20
9,80
6,50
4
Rentabilitas
10
10,00
0,00
5
Likuiditas
10
10,00
10,00
100
80,40
65,91
Cukup
Sehat
Kurang
Sehat
TOTAL CAMEL
Predikat
Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan bank pada tabel 4.24 di atas, dapat
diketahui bahwa jumlah nilai PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010
adalah 80,4. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, dengan
nilai 80,4 ini, maka PT BPR Syariah Tanggamus termasuk dalam kategori
cukup sehat.
Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu memiliki
kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang
sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang
dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri.
Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mempunyai nilai
total CAMEL sebesar 65,91 dan termasuk dalam kategori bank yang kurang
sehat.
Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami
kesulitan keuangan yang berpotensi membahayakan kelangsungan usahanya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari perhitungan keseluruhan kategori (CAMEL) yang telah dilakukan, maka
dapat diketahui bahwa nilai tingkat kesehatan PT. Bank Perkreditan Rakyat
Syariah Tanggamus pada tahun 2010 adalah 80,4. Dengan jumlah tersebut, maka
PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010 masuk dalam kategori BPR Syariah
yang cukup sehat. Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu
memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang
sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang
dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri.
Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mendapatkan total
nilai CAMEL sebesar 65,91. Dengan jumlah ini maka PT. BPR Syariah
Tanggamus merupakan bank yang kurang sehat, artinya bank memiliki kinerja
keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi
membahayakan kelangsungan usahanya.
B. Saran
Dari hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis
memiliki saran sebagai berikut :
1. Perlu adanya pelaksanaan evaluasi terhadap strategi dan program-program
yang telah dilaksanakan sebagai gambaran dan perkembangan PT BPR
Syariah Tanggamus yang akan datang.
2. Perlu Pemahaman dan pelaksanaan manajemen pemasaran bank oleh Sumber
Daya Manusia di dalam lingkungan PT. BPR Syariah Tanggamus untuk
pemanfaatan produk dan yang dikeluarkan PT. BPR Syariah Tanggamus
DAFTAR PUSTAKA
Dr (Cand) Taswan, S.E., M.Si, 2010, Manajemen Perbankan, UPP STIM YKPN.
Yogyakarta.
Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta.
Arifudin, Ery, 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, Jakarta.
Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,
Rineka Cipta, Jakarta.
Boesono, Bagus Hudiono, 2007, Antara Idealisme Usaha dan Nilai-nilai Rohani,
dalam http://batampos.co.id.
Kuncoro, Mudrajad, 2001, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, BPFEYogyakarta, Yogyakarta.
Nasution, 2002, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung.
Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta.
Pakpahan, Normin, 1997, Hukum Perseroan Indonesia, Proyek Pengembangan
Hukum Ekonomi dan Penyempurnaan Sistem Pengadaan, Kantor
Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan
Pengawasan Pembangunan, Jakarta.
Subagyo, Joko P, 2004, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka
Cipta.
Sudarsono, H, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan
Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta.
Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Alfabeta,
Bandung.
Download