PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007 (skripsi) oleh MAIRIANTINA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2012 ABSTRAK PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN PT. BPR SYARIAH KABUPATEN TANGGAMUS BERDASARKAN PERATURAN BANK INDONESIA NO. 9/17/PBI/2007 oleh MAIRIANTINA Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Untuk memperoleh gambaran dan mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan PT BPR Syariah Tanggamus menggunakan CAMEL (Capital, Asset, Manajemen, Earning dan Likuiditas), (2) Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus Obyek penelitian ini adalah laporan keuangan selama dua periode akuntansi, yaitu tahun 2009 dan 2010 pada PT BPR Syariah Kabupaten Tanggamus. Cara penelitian dilakukan dengan menganalisis laporan keuangan yang berupa neraca dan laporan laba rugi, serta data lain yang diperlukan untuk menganalis tingkat kesehatan bank. Hasil penelitian secara keseluruhan berdasarkan CAMEL, pada tahun 2009 PT BPR Syariah Kabupaten Tanggamus dinyatakan kurang sehat dengan total nilai 65,91 dan pada tahun 2010 masuk kategori cukup sehat dengan total nilai 80,40 Nama : Mairiantina NPM : 0541031054 Telepon : 081927973752 Email : [email protected] Komisi Pembimbing : Pembimbing I : Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. Pembimbing II : Basuki Wibowo, S.E., Akt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perbankan Indonesia dalam menjalankan fungsinya berasaskan prinsip kehatihatian. Fungsi utama perbankan Indonesia adalah sebagai penghimpun dan penyalur dana masyarakat serta bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional, ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. Berdasarkan Undang-undang yang berlaku, struktur perbankan di Indonesia, terdiri atas bank umum dan BPR. Perbedaan utama bank umum dan BPR adalah dalam hal kegiatan operasionalnya. BPR tidak dapat menciptakan uang giral, dan memiliki jangkauan dan kegiatan operasional yang terbatas. Dengan lahirnya UU No.10 Tahun 1998 yang merupakan amandemen atas UU No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka di Indonesia dikenal dua sistem perbankan (dual system banking) yaitu sistem bank konvensional dan sistem bank syariah. Sistem operasional Bank Syariah berbeda dengan bank umum lainnya (konvensional). Bank Konvensional lebih kental aromanya dalam mengejar keuntungan materiil dengan sistem bunganya, sehingga tidak mengenal adanya kerugian pihak lain, sedangkan Bank Syariah dikenal adanya sifat ta’awun (tolong menolong dalam suka dan duka / kemitraan), sehingga ada prinsip bagi hasil yang dikenal dengan nama “profit and loss sharing” atau “mudharabah“ dan juga ada pinjaman kebajikan (social) bagi nasabah yang sangat lemah dengan skim (bentuk pembiayaan) “qordhul hasan” yaitu pinjaman dimana nasabah tidak dibebani sesuatu apapun kecuali hanya mengembalikan pokoknya. PT BPR Syariah Tanggamus sangat diharapkan Pemerintah Kabupaten Tanggamus untuk menjadi BUMD yang dapat mendongkrak jumlah PAD, namun dengan fakta tersebut, jika dibiarkan bukan tidak mungkin PT BPR Syariah Tanggamus akan menjadi BUMD yang hanya bisa membuat Pemerintah Daerah mengalami defisit anggaran untuk selalu menambah modal BUMD tanpa memberikan kontribusinya berupa laba perusahaan. Persentase kontribusi komponen-komponen PAD terhadap PAD di Kabupaten Tanggamus dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1.1 Persentase Kontribusi Komponen PAD Terhadap PAD No Komponen PAD 2006 (%) 33,2 2007 (%) 29,7 2008 (%) 30,6 2009 (%) 22,8 2010 (%) 32,18 27,8 38,9 32,4 27,34 28,54 PT. Bank Lampung 6,97 5,7 4,52 8,19 7,33 PT. BPR Syariah 0,48 0,52 0,34 - 0,54 - 2,6 2,43 2,23 2,66 0,2 0,34 - 0,43 0,23 31,35 22,24 29,71 39,01 28,52 100 100 100 100 100 1. Pajak Daerah 2. Retribusi Daerah 3. Laba BUMD: PD AUTJ PDAM 4. Lain-lain PAD yang sah Jumlah Sumber : DPPKAD Kabupaten Tanggamus Dari tabel di atas juga dapat diketahui sejak berdiri, PT BPR Syariah Tanggamus hanya memberikan kontribusi kepada PAD rata-rata dibawah 0,5% selama lima tahun terakhir, dan pada tahun 2009 sama sekali tidak memberikan sumbangan yang artinya pada tahun 2009 itu, PT. BPR Syariah Tanggamus mengalami kerugian. Melihat kenyataan tersebut, maka pantaslah muncul keraguan terhadap eksistensi dan peluang PT BPR Syariah untuk menjadi bank yang selain memberikan kesempatan besar kepada masyarakat untuk memajukan ekonomi mereka, juga sebagai BUMD yang bisa memberikan kontribusi yang berarti bagi Kabupaten Tanggamus. Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba untuk mengukur tingkat kesehatan PT Bank Syariah Tanggamus berdasarkan Peraturan yang telah ditetapkan Bank Indonesia. Sehingga kelak dapat dijadikan bahan acuan untuk mengetahui titik lemah dan kuatnya PT Bank Syariah Tanggamus agar Bank Perkreditan Rakyat Tanggamus benar-benar dapat berpihak kepada kepentingan masyarakat Tanggamus. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian permasalahan pada latar belakang permasalahan dan batasanbatasan yang diberikan, maka masalah pokok dalam penelitian ini adalah : 1. Bagaimanakah faktor-faktor yang mempengaruhi penilaian tingkat kesehatan PT BPR Syariah Tanggamus? 2. Bagaimanakah tingkat kesehatan PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus? BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Menurut Antonio (2001:95) : BPR Syari’ah adalah Bank pengkreditan rakyat yang operasionalnya mengikuti prinsip-prinsip muamalah Islam, BPR syariah didirikan sebagai langkah aktif dalam rangka restrukturisasi perekonomian Indonesia yang dituangkan dalam berbagai paket kebijaksanaan keuangan, moneter, dan dalam kebijaksanaan bank dalam penetapan tingkat suku bunga (rate of interest), yang selanjutnya secara luas dikenal sebagai sistem perbankan bagi hasil atau system perbankan Islam, dalam skala/outlet retail banking (rural bank). (Antonio:2001) BPR Syariah adalah salah satu jenis bank yang diizinkan beroperasi dengan sistem syariah di Indonesia. Aturan hukum mengenai BPR Syariah mengacu kepada Undang-Undang Nomor 10 tahun 1998 dan Peraturan Bank Indonesia (PBI). Dalam sistem perbankan nasional, BPR Syariah adalah bank yang didirikan untuk melayani Usaha Mikro dan Kecil (UMK). Sektor UMK ini yang menjadikan BPR Syariah berbeda pangsa pasarnya dengan Bank Umum / Bank Umum Syariah. Dalam sistem perbankan syariah, BPR Syariah merupakan salah satu bentuk BPR yang pengelolaannya harus berdasarkan prinsip syariah. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus merupakan BUMD Kabupaten Tanggamus yang menggunakan prinsip syariah dalam operasionalnya. Oleh karena itu, Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus juga tunduk dan patuh selain pada peraturan perundang-undangan tentang pengelolaan keuangan daerah, juga tunduk dan patuh pada peraturan perbankan syariah. Sebagai sebuah BUMD, PD BPR diakomodasikan dalam Permendagri Nomor 22 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan BPR Milik Daerah B. Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat BPR Syariah wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehatihatian dan prinsip syariah dalam rangka menjaga atau meningkatkan Tingkat Kesehatan BPR Syariah. Dewan Komisaris dan Direksi BPR Syariah wajib memantau dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan agar Tingkat Kesehatan BPR Syariah dapat dipenuhi. Kebijakan perbankan yang dikeluarkan dan dilaksanankan oleh Bank Indonesia pada dasarnya adalah ditujukan untuk menciptakan dan memelihara kesehatan, baik secara individu maupun perbankan sebagai suatu sistem. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa bank yang sehat adalah bank yang dapat menjalankan fungsi-fungsinya dengan baik. Dengan kata lain, bank yang sehat adalah bank yang dapat menjaga dan memelihara kepercayaan masyarakat, dapat menjalankan fungsi intermediasi, dapat membantu kelancaran lalu lintas pembayaran serta dapat digunakan oleh pemerintah dalam melaksanakan berbagai kebijakannya, terutama kebijakan moneter. Dengan menjalankan fungsifungsi tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat serta bermanfaat bagi perekonomian secara keseluruhan. (Kuncoro:2002) Untuk dapat menjalankan fungsinya dengan baik, bank harus mempunyai modal yang cukup, menjaga kualitas asetnya dengan baik, dikelola dengan baik dan dioperasikan berdasarkan prinsip kehati-hatian, menghasilkan keuntungan yang cukup untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, serta memelihara likuiditasnya sehingga dapat memenuhi kewajibannya setiap saat. Selain itu, suatu bank harus senantiasa memenuhi berbagai ketentuan dan aturan yang telah ditetapkan, yang pada dasarnya berupa berbagai ketentuan yang mengacu pada prinsip-prinsip kehati-hatian di bidang perbankan. Penilaian tingkat kesehatan bank di Indonesia sampai saat ini secara garis besar didasarkan pada faktor CAMEL (Capital, Assets Quality, Management, Earning dan Liquidity). Seiring dengan penerapan risk based supervision, penilaian tingkat kesehatan juga memerlukan penyempurnaan. Saat ini Bank Indonesia tengah mempersiapkan penyempurnaan sistem penilaian bank yang baru untuk BPR Syariah, yang memperhitungkan sensitivity to market risk atau resiko pasar. Karena sejauh ini resiko pasar baru dipergunakan untuk menilai kesehatan Bank Umum Syariah. Kelima faktor tersebut (CAMEL) merupakan faktor yang menentukan kondisi suatu bank. Apabila suatu bank mengalami permasalahan pada salah satu faktor tersebut (apalagi apabila suatu bank mengalami permasalahan yang menyangkut lebih dari satu faktor tersebut), maka bank tersebut akan mengalami kesulitan. Faktor modal sangat penting bagi BPR dalam rangka pengembangan usaha dan mengantisipasi kemungkinan resiko. Struktur permodalan adalah jumlah modal tertentu secara aman dan seimbang yang harus dimiliki BPR Syariah dibandingkan dengan dana yang harus disiapkan untuk dikeluarkan apabila ada penarikan dana setiap saat/segera. .Semakin besar porsi modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga yang dapat ditarik segera akan lebih baik permodalannya. Kualitas aktiva produktif adalah kualitas kekayaan BPR Syariah yang dapat menghasilkan pendapatan. Faktor manajemen itu meliputi manajemen umum dan manajemen resiko. Rentabilitas menunujukkan kemampuan BPR Syariah untuk memperoleh laba. Faktor likuiditas adalah kemampuan BPR Syariah untuk menyediakan dana lancar setiap saat diperlukan untuk mengantisipasi penarikan dana jangka pendek masyarakat setiap saat. Penganalisisan pos-pos tersebut akan dapat digunakan untuk mengetahui kesehatan BPR dan sekaligus sebagai tolok ukur bagi manajemen untuk menilai apakah pengelolaan BPR Syariah sudah sejalan dengan asas-asas perbankan yang sehat dan sesuai dengan ketentuan yang berlaku (keberhasilan manajemen). Meskipun secara umum faktor CAMEL relevan dipergunakan untuk semua bank, tetapi bobot masing-masing faktor akan berbeda untuk masing-masing jenis bank. Dengan dasar ini, maka penggunaan faktor CAMEL dalam penilaian tingkat kesehatan dibedakan antara bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor Nomor:9/17/PBI/2007 Tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah, Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat ditetapkan sebagaimana tercantum pada tabel 2.1 Tabel 2.1 Bobot Penilaian Kesehatan Bank Bobot No. Faktor CAMEL Bank Umum BPR 1. Permodalan 25% 30% 2. Kualitas Aktiva Produktif 30% 30% 3. Kualitas Manajemen 25% 20% 4. Rentabilitas 10% 10% 5. Likuiditas 10% 10% Sumber : Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/17/PBI/2007 (diolah) Perbedaan penilaian tingkat kesehatan antara bank umum dan BPR hanya pada bobot masing-masing faktor CAMEL. Pelaksanaan penilaian selanjutnya dilakukan sama tanpa ada pembedaan antara bank umum dan BPR. Dalam uraian berikut, yang dimaksud dengan penilaian bank adalah penilaian bank umum dan BPR. Dalam melakukan penilaian atas tingkat kesehatan bank pada dasarnya dilakukan dengan pendekatan kualitatif atas berbagai faktor yang berpengaruh terhadap kondisi dan perkembangan suatu bank. Pendekatan tersebut dilakukan dengan menilai faktor-faktor permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, rentabilitas dan likuiditas (Kuncoro:2002) Pada tahap awal penilaian tingkat kesehatan suatu bank dilakukan dengan melakukan kuantifikasi atas komponen dari masing-masing faktor tersebut. Faktor dan komponen tersebut selanjutnya diberi suatu bobot sesuai dengan besarnya pengaruh terhadap kesehatan suatu bank. Selanjutnya, penilaian faktor dan komponen dilakukan dengan sistem kredit yang dinyatakan dalam nilai kredit antara 0 sampai 100. Hasil penilaian atas dasar bobot dan nilai kredit selanjutnya dikurangi dengan nilai kredit atas pelaksanaan ketentuan-ketentuan yang lain yang sanksinya dikaitkan dengan tingkat kesehatan bank. Berdasarkan kuantifikasi atas komponen-komponen sebagaimana diuraikan di atas, selanjutnya masih dievaluasi lagi dengan memperhatikan informasi dan aspek-aspek lain yang secara materiil dapat berpengaruh terhadap perkembangan masing-masing faktor. Pada akhirnya, akan diperoleh suatu angka yang dapat menentukan predikat tingkat kesehatan bank, yaitu Sehat, Cukup Sehat, Kurang Sehat dan Tidak Sehat. BPR Syariah wajib melakukan penghitungan rasio-rasio keuangan yang terkait dengan penilaian Tingkat Kesehatan BPR Syariah secara triwulan, untuk posisi akhir bulan Maret, Juni, September dan Desember. Berdasarkan hasil penilaian Kesehatan BPR Syariah, Bank Indonesia meminta Direksi, Dewan Komisaris, dan/atau Pemegang Saham untuk menyampaikan rencana tindakan (action plan) apabila hasil penilaian Tingkat Kesehatan BPR Syariah menunjukkan: a. Satu atau lebih faktor permodalan, faktor kualitas aset, faktor rentabilitas, dan faktor likuiditas memiliki peringkat 4 atau 5; b. Faktor manajemen memiliki peringkat C atau D; dan/atau c. Memiliki Peringkat Komposit 4 atau 5. BPRS yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana diatur dalam Peraturan Bank Indonesia tersebut, akan dikenakan sanksi administratif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52 Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berupa: a. Teguran tertulis; dan/atau b. Pencantuman pengurus dan atau pemegang saham bank dalam daftar orang yang dilarang menjadi pemegang saham dan pengurus bank. BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif, yaitu metode penelitian yang sifatnya untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik satu variabel atau lebih tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel yang lain. Penelitian ini dilakukan melalui pendekatan kuantitatif dan kualitatif dengan melakukan perhitungan faktor Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (Aset), Rentabilitas (Earning Power), dan Likuiditas, sedangkan untuk faktor Manajemen digunakan penilaian kualitatif saja. Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 9/17/PBI/2007, penilaian kuantitatif adalah penilaian terhadap posisi, perkembangan dan proyeksi rasio-rasio keuangan BPR Syariah. Penilaian kualitatif adalah penilaian terhadap faktor manajemen dan faktor-faktor hasil penilaian kuantitatif dengan mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan. B. Sumber Data Menurut Arikunto (2002:107) yang dimaksud dengan sumber data adalah : ”Subjek dari mana data dapat diperoleh”. Pengklasifikasiannya dibagi dalam tiga, yaitu : 1. Person, yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan melalui wawancara atau jawaban tertulis melalui angket.. 2. Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam dan bergerak. Sumber data ini biasa dipakai pada metode penelitian observasi. 3. Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka, gambar, atau simbol-simbol lain. Dalam hal ini penulis akan mengambil dokumen-dokumen yang dianggap perlu dan berkaitan dengan tema penelitian. Adapun sumber data pada penelitian ini adalah : 1. Sumber Data Primer Data primer yaitu data utama yang diperoleh langsung dari informan yang berkenaan dan terlibat langsung. Sumber data primer pada penelitian ini adalah stakeholder yang memiliki peran dan berpengaruh terhadap segala yang berkenaan tentang PT BPR Syariah Tanggamus. Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi sumber data primer pada penelitian kali ini adalah : 1. Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah dan Internal Audit : 5 orang 2. Direktur Utama : 1 orang 3. Direktur : 1 orang 4. Kepala Bagian/Divisi : 3 orang 5. Pegawai PT BPR Syariah : 15 orang JUMLAH : 25 orang 2. Sumber Data Sekunder Data sekunder yaitu sumber data yang diperoleh dari sumber kedua atau bukan temuan penulis melainkan berasal dari sumber-sumber resmi yang dibuat oleh yang berwenang. Misalnya dokumen, arsip, pernyataanpernyataan, informasi, dan buku-buku literatur yang membantu melengkapi data dalam penelitian ini. Adapun sumber data sekunder yang penulis ambil sebagai bahan penelitian adalah dokumen-dokumen, data-data perbankan di internet dan media massa, serta buku-buku literatur yang berkenaan dengan perbankan dan perbankan syariah. Berikut disajikan faktor-faktor yang dinilai untuk mengukur tingkat kesehatan BPR Syariah serta bobot dari masing-masing aspek Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif (Asset), Manajemen, Rentabilitas (Earning Power) dan Likuiditas (Liquidity) (CAMEL) Tabel 3.1 Tingkat Kesehatan Bank (faktor-faktor yang dinilai dan bobotnya) No. 1. Faktor yang dinilai Permodalan Komponen Bobot Rasio modal terhadap aktiva tertimbang 30% menurut resiko 2. Kualitas aktiva produktif/kualitas aset 3. 4. Rentabilitas Likuiditas a. Rasio aktiva produktif yang diklasifikasikan terhadap aktiva produktif dan konsentrasi eksposur resiko b. Rasio kebijakan dan prosedur dalam penanganan aktiva bermasalah Manajemen 30% 5% a. b. Rasio laba terhadap volume usaha Rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional 5% 5% a. Rasio kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek terhadap aktiva lancar. Rasio Net Call Money terhadap current assets 5% Manajemen umum termasuk pemenuhan komitmen terhadap Bank Indonesia kepatuhan terhadap prinsip syariah. Penerapan Manajemen resiko 10% b. 5. 25% a. b. 10% 10% 5% 20% 10% Jumlah bobot Tata cara penghitungan : 1. Permodalan Menggunakan rumus Capital adequacy Ratio (CAR) yaitu : Nilai kredit dihitung sebagai berikut : Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0 100% Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100 bobot variabel Modal ini adalah 30% 2. Kualitas Aktiva Produktif/kualias aset Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. a. BDR (Bad Debt Ratio) BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD) terhadap Aktiva Produktif (AP) Dapat dicari dengan rumus : Ketentuan rasio ini adalah: - Rasio sebesar 22,5% atau lebih diberi nilai kredit 0 - Untuk setiap penurunan 0,15% mulai dari 22,5% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100 - Bobot rasio ini adalah 25% Untuk rasio ini, nilai kreditnya dapat ditentukan dengan rumus sebagai berikut : (22,5 – Rasio)/ 0,15 = Nilai Kredit b. CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan) CAD merupakan rasio Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) terhadap Penyisihan Penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) Dapat dicari dengan ketentuan sebagai berikut : Ketentuan rasio ini sebagai berikut : - Untuk rasio = 0 (tidak memiliki cadangan/penyisihan, nilai kredit=0) - Untuk kenaikan 1% mulai dari 0, nilai kredit ditambah 1 dengan maksumum 100 - Bobot rasio ini sebesar 5% Penentuan kriteria rasio komponen ini dapat digunakan rumus : Rasio x 1 = Nilai Kredit 3. Rentabilitas (Earning Power) Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu: a. ROA, yaitu rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. ROA dapat dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut: Ketentuan rasio ini sebagai berikut : - Untuk ROA sebesar 0% atau negatif, nilai kedit = 0 - Untuk setiap kenaikan 0,015% mulai dari 0 nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100 - Bobot komponen ini adalah 5% Dengan demikian, dapat diformulasikan untuk menentukan kriteria rasio ini adalah : (Rasio / 0,015) = Nilai Kredit b. BOPO, yaitu rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama. BOPO dapat dihitung dengan cara : Ketentuan rasio ini sebagai berikut : - Untuk rasio 100% atau lebih, nilai kredit = 0 - Untuk setiap penurunan sebesar 0,08%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100 - Bobot kategori ini adalah 5% Rumus kategori ini adalah : (100 – Rasio)/ 0,08 = Nilai Kredit 4 Likuiditas Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets (NCM to CA) a. LDR (Loan to Deposit Ratio), yaitu jumlah kredit yang diberikan bank yang sudah direalisir/ditarik atau dicairkan. Besarnya LDR dihitung dengan rumus : Ketentuannya sebagai berikut : - Untuk rasio LDR sebesar 115% atau lebih, nilai kredit = 0 - Untuk setiap penurunan 1% mulai dari rasio 115% nilai kreditnya ditambah 4 dengan maksimum 100 - Bobot komponen ini adalah 5% Dengan demikian, nilai kreditnya dapat dicari dengan rumus : ((115-1) – Rasio)/ 1 x 4 = Nilai Kredit, atau (114 – Rasio) x 4 = NK b. NCM to CA (Net Call Money terhadap Current Asset), atau biasa disebut, rasio alat likuid terhadap utang lancar. Alat likuid merupakan kas dan penanaman pada bank lain dalam bentuk giro dan tabungan dikurangi dengan tabungan bank lain pada bank., sedangkan utang lancar meliputi kewajiban segera, tabungan dan deposito. Ketentuan rasio ini sebagai berikut : - Jika rasio 0%, nilai kreditnya = 0, - Untuk setiap kenaikan 0,05%, nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100. - Bobot pada komponen ini adalah 5% Dengan demikian, dapat dirumuskan : Rasio / 0,05 = Nilai Kredit 5 Manajemen Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Penilaian dilakukan dengan mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah Tanggamus dan melalui kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar digunakan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Setiap pertanyaan untuk manajemen umum mempunyai nilai kredit 0,25. Sedangkan untuk manajemen resiko mempunyai nilai 1,67 setiap soalnya. Manajemen umum dan manajemen resiko memiliki nilai sesuai dengan ketentuan 4 peringkat, yaitu a. Nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, berarti BPRS memiliki kualitas dan tata kelola yang tidak baik, manajemen resiko yang lemah dan/atau kepatuhan sangat rendah terhadap peraturan yang berlaku dan/atau prinsip syariah dan/atau pelaksanaan sosial b. Nilai 51 – 66 termasuk dalam peringkat C, berarti BPRS memiliki kualitas dan tata kelola yang kurang baik, manajemen resiko yang cukup, dan/atau kepatuhan yang rendah terhada prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi sosial. c. Nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, berarti BPRS memiliki kualitas tata kelola yang cukup baik, manajemen resiko memadai dan/atau kepatuhan yang cukup tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi sosial. d. Nilai 81 – 100 termasuk dalam peringkat A, berarti BPRS memiliki kualitas tata kelola yang baik, manajemen resiko yang kuat, dan/atau kepatuhan yang tinggi terhadap prinsip syariah dan pelaksanaan fungsi sosial Bobot pada kategori manajemen ini adalah 20% Penilaian tingkat kesehatan ditetapkan dalam lima peringkat, yaitu : a. Nilai kredit 81 sampai dengan 100 diberi predikat sehat b. Nilai kredit 66 sampai dengan 81 diberi predikat cukup sehat c. Nilai kredit 51 sampai dengan 66 diberi predikat kurang sehat d. Nilai kredit 0 sampai dengan 51 diberi predikat tidak sehat C. Lokasi Penelitian Kegiatan Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Tanggamus Provinsi Lampung dengan objek penelitiannya adalah PT Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus (PT BPR Syariah Tanggamus). BAB IV PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian 1. Permodalan Struktur permodalan merupakan jumlah modal tertentu secara aman dan seimbang yang harus dimiliki BPR Syariah dibandingkan dengan dana yang harus siap tibatiba dikeluarkan apabila ada penarikan dana yang akan ditarik segera. Dengan kata lain, makin besar posisi modal sendiri dibandingkan dengan simpanan pihak ketiga/anggota yang dapat ditarik segera akan lebih baik struktur permodalannya. Modal dari BPR Syariah terdiri dari modal inti dan modal pelengkap. Penilaian terhadap faktor permodalan didasarkan pada rasio modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) sebagaimana yang tercantum pada Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/22/PBI/2006 Tentang Kewajiban Penyediaan Modal Minimum Bank Perkreditan Rakyat Berdasarkan Prinsip Syariah yang menyatakan bahwa BPRS wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Besarnya nilai capital adequacy ratio (CAR) dihitung dengan rumus berikut Nilai kredit dihitung sebagai berikut : Untuk CAR = 0% atau negatif, nilai kredit = 0 Untuk setiap kenaikan 0,1%,nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100 bobot variabel Modal ini adalah 30% Tabel 4.1 Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) PT. BPR Syariah Tanggamus No II Keterangan Jumlah Setiap Komponen Per 31 Des 2010 Jumlah Jumlah Setiap Komponen Per 31 Des 2009 Jumlah MODAL 1. MODAL INTI 1.1. Modal Disetor 1.2. Modal Sumbangan 1.3. Cadangan Umum 1.4. Cadangan Tujuan 1.5. Laba Ditahan 1.6. Laba Tahun Lalu 1.7. Rugi Tahun Lalu - \ 1.8. Laba Tahun Berjalan ( 50 % ) 1.9. Rugi tahun Berjalan - \ 1.10. Sub Total 1.11. Goodwill -\1.12. Kekurangan PPAP -\1.13.Jumlah Modal Inti 2 .MODAL PELENGKAP 2.1. Cadangan Revaluasi Akt. Tetap 2.2. PPAP ( maks. 1,25% dr ATMR) 2.3. Modal Kuasi ( Pinjaman ) 2.4. Pinjmn Sub Ordinasi (maks. 50% dr Modal Inti) 2.5. Jumlah Modal Pelengkap 2.6. Jumlah Modal Pelengkap yg diperhitungkan (maks. 100% dr modal inti) 3. JUMLAH MODAL (1.13 + 2.6) III MODAL MINIMUM ( 8% X ATMR) IV KELEBIHAN MODAL V Jumlah Modal RASIO MODAL = ---------------- X 100% ATMR 8.015.000.000 99.880.000 707.361.244 0 (167.393.747) 0 0 0 (1.130.969.948) 7.523.877.549 0 0 8.015.000.000 99.880.000 706.621.773 0 (1.588.923.658) 0 0 176.687.643,50 0 7.409.265.758 0 0 7.523.877.549 7.409.265.758,50 0 108.766.866 0 0 0 68.028.842 0 0 68.028.842 108.766.866 68.028.842 108.766.866 7.477.294.600,50 7.632.644.415 841.283.232,17 696.107.943,6 6.636.011.368,33 6.936.536.471 ,4 71,10% 87,70% Sumber : Bagian Pembiayaan dan Dana PT BPRS Tanggamus, diolah Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa kecukupan modal PT BPR Syariah Tanggamus per Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR) Tahun 2010 bernilai 71,10%, dan tahun 2009 bernilai 87,70%. Karena nilai Capital Adequacy Ratio di atas 8%, maka untuk kategori ini PT BPR Syariah dinilai sehat. Nilai kredit pada rasio ini dapat dihitung sebagai berikut : - Tahun 2010 - Tahun 2009 = 631 Nilai maks = 797 = 100 Nilai Kredit Nilai maks = 100 = 100 x 30% Nilai Kredit = 30 = 100 x 30% = 30 Dengan nilai ini dan predikat sehat yang didapat, berarti bank memiliki modal yang sangat kuat untuk menutup resiko kerugian dan melakukan hapus buku (write off) akibat penurunan kualitas aktiva. 2. Kualitas aktiva produktif/ Asset Penilaian terhadap Kualitas Aktiva Produktif (KAP) didasarkan pada 2 (dua) rasio, yaitu Bad Debt Ratio (BDR) dan Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan (CAD). Aktiva produktif adalah semua aktiva dalam rupiah yang dimiliki oleh BPR dengan maksud untuk memperoleh penghasilan sesuai dengan fungsinya meliputi : a) kredit yang diberikan dan b) penempatan dana pada bank lain kecuali penanaman dalam bentuk giro. Aktiva yang diklasifikasikan adalah aktiva produktif, baik yang sudah maupun yang mengandung potensi tidak memberikan penghasilan atau menimbulkan kerugian bagi bank. Tabel 4.2 Jumlah Aktiva Produktif Kolektibilitas Aktiva Produktif - Piutang dan Pembiayaan Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Per 31 Des 2010 Per 31 Des 2009 10.792.272.283 8.364.461.579 - Tabungan Deposito Jumlah Aktiva Produktif 1.446.573.482 1.602.816.840 1.615.000.000 415.000.000 13.853.845.765 10.382.278.419 a. BDR (bad Debt Ratio) BDR merupakan rasio Aktiva Produktif Yang Diklasifikasikan (APD) terhadap Aktiva Produktif (AP) Dapat dicari dengan rumus : - Tahun 2010 - Tahun 2009 = 8,61 % = 1,74 % Dari perhitungan di atas, dapat diketahui bahwa Kualitas Aktiva Produktif PT BPR Syariah Tanggamus termasuk kategori sehat dengan rasio sebesar 1,74% pada tahun 2010 dan 8,61% pada tahun 2009 yang artinya bank memiliki aktiva produktif dengan tingkat pengembalian yang sangat tinggi. Perhitungan nilai kreditnya yaitu: - - Tahun 2010 = 138,4 (maks 100) Nilai Kredit = 100 x 0,83* Tahun 2009 = 92,6 Nilai Kredit = 92,6 x 0,83* = 83 = 76,8 = 83 x 25% = 76,8 x 25% = 20,75 = 19,2 *0,83 = bobot komponen dalam faktor per standar b. CAD (Cadangan Aktiva yang Diklasifikasikan) merupakan rasio penyisihan penghapusan aktiva produktif (PPAP) terhadap penyisihan penghapusan aktiva produktif yang wajib dibentuk (PPAPWD) Tabel 4.3 Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk Kolektibilitas Aktiva Produktif a. b. c. d. e. Jumlah (Rp) Jumlah (Rp) Per 31 Des 2010 Per 31 Des 2009 Tabungan Deposito Lancar Kurang Lancar Macet 1.446.573.482 1.602.816.840 1.615.000.000 415.000.000 10.548.180.132 7.465.451.456 (32.720.999) (21.257.118) 51.795.020 162.332.255 Sumber : diolah Tabel 4.4 Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk Per 31 Desember 2010 Kolektibilitas Aktiva Produktif Jumlah (Rp) a. Tabungan (0,5% x 1.446.573.482) 7.212.941 a. Deposito (0,5% x 1.615.000.000) 8.075.000 b. Lancar (0,5% x 10.548.180.132) 52.740.901 b. Kurang Lancar (10% x -32.720.999) c. Macet (100% x 51.795.020) 51.795.020 PPAP yang Wajib dibentuk 119.823.862 PPAP yang tersedia 119.823.862 - Sumber : diolah Tabel 4.5 Perhitungan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif Wajib Dibentuk Per 31 Desember 2009 Kolektibilitas Aktiva Produktif Jumlah (Rp) a. Tabungan (0,5% x 1.602.816.840) 8.014.084 d. Deposito (0,5% x 415.000.000) 2.075.000 b. Lancar (0,5% x 7.465.451.456) 37.327.257 e. Kurang Lancar (10% x -21.257.118) f. Macet (100% x 162.332.255) 162.332.255 PPAP yang Wajib dibentuk 209.748.596 - PPAP yang tersedia 50.849.085 Sumber : diolah - Tahun 2010 = 100% - Tahun 2009 = 24,24% Perhitungan nilai kredit CAD sebagai berikut : Nilai kredit = 100 x 0,17* Nilai kredit = 24,24 x 0,17* = 17 = 4,12 = 17 X 5% = 4,12 X 5% = 0,85 = 0,21 *0,17 = bobot komponen dalam faktor per standar 3. Rentabilitas Penilaian kuantitatif terhadap faktor rentabilitas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu a) rasio laba sebelum pajak dalam 12 bulan terakhir terhadap rata-rata volume usaha dalam periode yang sama. Rasio ini sering disebut ROA, b) rasio biaya operasi dalam 12 bulan terakhir terhadap pendapatan operasional dalam periode yang sama, rasio ini sering disingkat dengan BOPO. a. ROA, dapat dilihat dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut: Keterangan Laba Sebelum Pajak Total Asset - Tahun 2010 Tahun 2009 403.857.471 (1.130.969.948) 14.727.550.317 11.968.615.349 - Tahun 2010 = 2,74% Tahun 2009 = (9,44%) Nil Nilai Kredit = 0 = 182 (maks 100) Nilai Kredit = 100 x 5% =5 Pada tahun 2009 ROA menunjukkan nilai yang negatif, dikarenakan pada tahun itu PT BPR Syariah Tanggamus mengalami kerugian. Dengan ROA yang negatif ini menunjukkan bahwa total aktiva yang dipergunakan tidak maksimal sehingga tidak bisa memberikan keuntungan bagi perusahaan. Sedangkan pada tahun 2010, rasio ROA yang diperoleh sebesar 2,74%, melampaui nilai 1,5% dan otomatis berpredikat sehat yang artinya bank memiliki efisiensi operasi yang sangat tinggi dan stabil sehingga memiliki potensi untuk memperoleh keuntungan yang tinggi. b. BOPO dapat dihitung dengan menggunakan ketentuan sebagai berikut: Keterangan Tahun 2010 Tahun 2009 Biaya Operasional 2.213.112.941 3.272.375.136 Pendapatan Operasional 2.616.970.412 2.141.405.188 - Tahun 2010 = 84,57% = 192,88 (maks 100) - Tahun 2009 = 152,81% Nilai Kredit = 0 Nilai Kredit = 100 x 5% =5 4. Likuiditas Penilaian terhadap faktor likuiditas didasarkan pada 2 (dua) rasio yaitu LDR (Loan to Deposit Ratio) dan Rasio Net Call Money terhadap Current Assets (NCM to CA) Hasil perhitungannya rasio Net call Money terhadap Current Assets adalah sebesar 27,28% dan 46,47%. Pada rasio ini PT. BPTR Syariah Tanggamus dinyatakan sehat dan bank memiliki potensi masalah kesulitan likuiditas jangka pendek yang sangat rendah. 5. Manajemen Penilaian kualitatif terhadap faktor manajemen mencakup 2 (dua) komponen yaitu manajemen umum dan manajemen risiko. Faktor manajemen ini meliputi aspek kesiapan BPR Syariah untuk melakukan operasinya dilihat dari dari kelengkapan aturan-aturan dan mekanisme organisasi dalam perencanaan, pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan. Faktor manajemen lebih menekankan pada kesiapan BPR Syariah dalam sistem dan prosedur kerja sehari-hari yang dijalankan oleh pengelola BPR Syariah. Penilaian dilakukan dengan mengamati langsung kondisi PT BPR Syariah Tanggamus dan melalui kuesioner dengan daftar pertanyaan yang standar digunakan oleh Bank Indonesia dalam menilai tingkat kesehatan bank. Manajemen umum dan manajemen risiko memiliki nilai sesuai dengan ketentuan 4 peringkat, yaitu nilai 0 – 51 termasuk dalam peringkat D, nilai 51 – 66 termasuk dalam peringkat C, nilai 66 – 81 termasuk dalam peringkat B, dan nilai 81 – 100 termasuk dalam peringkat A. Tabel 4.6 Perhitungan Nilai Kredit Manajemen NO I II III KETERANGAN Nilai 2010 Nilai 2009 Manajemen Umum Skor 22 12 Nilai kredit 55 30 Bobot 10% 10% Nilai 5,5 3,0 Skor 26 21 Nilai kredit 43 35 Bobot 10% 10% Nilai 4,3 3,5 Total Skor 48 33 Nilai kredit 49 32,5 20% 20% Manajamen Risiko Bobot Nilai total manajemen 9,8 6,5 Sumber : diolah penulis Nilai kredit manajemen yang dimiliki oleh PT BPR Syariah Tanggamus untuk tahun 2010 dan tahun 2009 adalah sebesar 49 dan 32,5. Dengan demikian PT BPR Syariah Tanggamus pada 2 tahun ini termasuk dalam peringkat D. Sebagaimana ketentuan dalam Peraturan Bank Indonesia peringkat D ini berarti mencerminkan bahwa BPR Syariah Tanggamus memiliki : 1 Kualitas tata kelola (corporate governance) yang kurang baik; 2 Manajemen resiko yang lemah; dan/atau 3 Kepatuhan yang rendah terhadap prinsip syariah dan atau pelaksanaan fungsi sosial. Tabel 4.24 Trend Penilaian Tingkat Kesehatan PT BPR Syariah Tanggamus No Bobot Nilai Kredit Nilai Kredit (%) 2010 2009 Faktor 1 Permodalan 30 30,00 30,00 2 Kualitas Aktiva Produktif 30 20,60 19,41 3 Manajemen 20 9,80 6,50 4 Rentabilitas 10 10,00 0,00 5 Likuiditas 10 10,00 10,00 100 80,40 65,91 Cukup Sehat Kurang Sehat TOTAL CAMEL Predikat Berdasarkan perhitungan tingkat kesehatan bank pada tabel 4.24 di atas, dapat diketahui bahwa jumlah nilai PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010 adalah 80,4. Berdasarkan ketentuan yang dikeluarkan Bank Indonesia, dengan nilai 80,4 ini, maka PT BPR Syariah Tanggamus termasuk dalam kategori cukup sehat. Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri. Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mempunyai nilai total CAMEL sebesar 65,91 dan termasuk dalam kategori bank yang kurang sehat. Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi membahayakan kelangsungan usahanya. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari perhitungan keseluruhan kategori (CAMEL) yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa nilai tingkat kesehatan PT. Bank Perkreditan Rakyat Syariah Tanggamus pada tahun 2010 adalah 80,4. Dengan jumlah tersebut, maka PT BPR Syariah Tanggamus pada tahun 2010 masuk dalam kategori BPR Syariah yang cukup sehat. Artinya bank memiliki kinerja keuangan yang cukup baik, yaitu memiliki kemampuan untuk menghasilkan laba dan tingkat efisiensi operasi yang sedang, namun masih memiliki beberapa kelemahan dalam pengelolaan yang dapat menurunkan kondisi keuangan PT BPR itu sendiri. Sedangkan untuk tahun 2009, PT. BPR Syariah Tanggamus mendapatkan total nilai CAMEL sebesar 65,91. Dengan jumlah ini maka PT. BPR Syariah Tanggamus merupakan bank yang kurang sehat, artinya bank memiliki kinerja keuangan yang kurang baik, yaitu mengalami kesulitan keuangan yang berpotensi membahayakan kelangsungan usahanya. B. Saran Dari hasil analisis, pembahasan, dan kesimpulan yang telah diuraikan, penulis memiliki saran sebagai berikut : 1. Perlu adanya pelaksanaan evaluasi terhadap strategi dan program-program yang telah dilaksanakan sebagai gambaran dan perkembangan PT BPR Syariah Tanggamus yang akan datang. 2. Perlu Pemahaman dan pelaksanaan manajemen pemasaran bank oleh Sumber Daya Manusia di dalam lingkungan PT. BPR Syariah Tanggamus untuk pemanfaatan produk dan yang dikeluarkan PT. BPR Syariah Tanggamus DAFTAR PUSTAKA Dr (Cand) Taswan, S.E., M.Si, 2010, Manajemen Perbankan, UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Antonio, 2001, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik, Gema Insani, Jakarta. Arifudin, Ery, 1999, Pengantar Hukum Dagang Indonesia, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta. Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta. Boesono, Bagus Hudiono, 2007, Antara Idealisme Usaha dan Nilai-nilai Rohani, dalam http://batampos.co.id. Kuncoro, Mudrajad, 2001, Manajemen Perbankan Teori dan Aplikasi, BPFEYogyakarta, Yogyakarta. Nasution, 2002, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung. Nazir, Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia, Jakarta. Pakpahan, Normin, 1997, Hukum Perseroan Indonesia, Proyek Pengembangan Hukum Ekonomi dan Penyempurnaan Sistem Pengadaan, Kantor Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Pengawasan Pembangunan, Jakarta. Subagyo, Joko P, 2004, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek, Rineka Cipta. Sudarsono, H, 2004, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Deskripsi dan Ilustrasi, Penerbit Ekonisia: Yogyakarta. Sugiyono, 2007, Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif dan R&D, Alfabeta, Bandung.