KARAKTERISASI BIJIH MANGAN DAERAH KABUPATEN TANGGAMUS DAN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG DAN PROSPEKTIF PROSES PENGOLAHANNYA CHARACTERIZATION OF MANGANESE ORE IN TANGGAMUS AND WAY KANAN REGENCY LAMPUNG PROVINCE AND PROSPECTIVE PROCESS Fika Rofiek Mufakhir, Slamet Sumardi Unit Pelaksana Teknis Balai Pengolahan Mineral Lampung LIPI Jalan Insinyur Sutami Kilometer 15 Tanjung Bintang Lampung Selatan, Telp/Fax. (0721) 350054 Email : fika [email protected] ABSTRACT Manganese (Mn) has a very important role in various industrial fields such as iron, steel, food, agriculture and chemical industry. High grade Mn ore (>40%) are generally processed through the pyrometallurgy process, whereas for low grade Mn ore (<40%) which is processed through the hydrometallurgical treatment process . This study aims to characterize the Mn ore in Tanggamus and Way Kanan Regency Lampung Province and prospective process . Experiment begins with a sampling of the area in Tanggamus and Way Kanan mine. Sample preparation is then performed by reducing the particle size of the ore through the stages of crushing, grinding and particle size distribution. Mn ore sample which has been reduced then performed characterization using X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD) and Scanning Electron Microscope (SEM). The results showed that the characteristics of Mn ore in Tanggamus and Way Kanan mine was different. Mn ore Tanggamus have the highest content of 33.84% Mn associated with Fe2O3 minerals, while Mn ore Way Kanan had content 18.03% associated with SiO2 minerals. Both Mn ore are included in low grade Mn ore (<40). Prospective processing of manganese ore is initiated by benefitiation and proceed by leaching method. Keywords: manganese ore, Tanggamus, Way Kanan, hydrometallurgical, characterization, leaching ABSTRAK Mangan (Mn) mempunyai peranan yang sangat penting di berbagai bidang seperti industri besi, baja, makanan, pertanian dan industri kimia. Bijih Mn dengan kadar tinggi (>40%) umumnya diolah melalui proses pirometalurgi, sedangkan untuk bijih Mn dengan kadar rendah (<40%) diolah melalui proses hidrometalurgi. Penelitian ini bertujuan mengkarakterisasi bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan Provinsi Lampung serta prospektif proses pengolahannya. Percobaan diawali dengan melakukan pengambilan sampel dari daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan. Sampel selanjutnya dilakukan preparasi yaitu dengan mereduksi ukuran partikel bijih melalui tahapan peremukan, penggilingan dan distribusi ukuran partikel. Sampel bijih Mn yang telah direduksi kemudian dilakukan karakterisasi dengan menggunakan X-Ray Fluorescence (XRF), X-Ray Diffraction (XRD) dan Scanning Electron Microscope (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik bijih Mn daerah Tanggamus dan Way Kanan berbeda. Bijih Mn Tanggamus mempunyai kadar Mn tertinggi 33,84% yang berasosiasi dengan mineral ikutan Fe2O3, sedangkan bijih Mn Way Kanan mempunyai kadar 18,03% yang berasosiasi dengan mineral ikutan SiO2. Kedua bijih Mn ini termasuk ke dalam bijih Mn kadar rendah (<40%). Prospektif proses pengolahan bijih mangan tersebut adalah diawali proses benefiasi bijih Mn dan dilanjutkan dengan metode pelindian. Kata kunci : bijih mangan, Tanggamus, Way Kanan, hidrometalurgi, karakterisasi, pelindian 1 PENDAHULUAN Mangan (Mn) mempunyai peran yang sangat penting diberbagai bidang seperti industri besi, baja, makanan, pertanian, industri kimia. Secara umum yang paling besar (90% s.d 95%) Mn kadar diatas 40% (metallurgical grade) digunakan di industri metalurgi yaitu digunakan sebagai deoxidizer dan desulfurizer serta merupakan komponen penting sebagai paduan (alloying element) dalam pembuatan baja. Sisanya (5% s.d 10%) Mn kadar dibawah 40% (low grade manganese ore) digunakan untuk industri kimia, industri gelas, produksi batere sell kering, pupuk tanaman, adiktif bahan makanan hewan, pewarna bata.[1,2,3,4] Berdasarkan data dari Departemen Perindustrian Republik Indonesia pada tahun 2008 disebutkan bahwa kebutuhan Mn di dalam negeri dalam bentuk paduan dari tahun ke tahun Semakin meningkat. Pada tahun 2007 kebutuhan Mn paduan (Mn alloy) mencapai 35.000 ton/tahun sedangkan pada tahun 2008 naik dua puluh lima persen menjadi sekitar 44.000 ton/tahun. Kebutuhan tersebut belum termasuk kebutuhan Mn dalam bentuk oksida yang digunakan sebagai bahan untuk baterei kering yang kesemuanya masih impor.[5] Menurut data International Manganese Institute produksi Mn alloy mencapai 17.7 juta metrik ton pada tahun 2011, dan hampir 67%-nya atau sekitar 6.6 juta metrik ton di produksi oleh negara China. Negara-negara yang memproduksi bijih Mn adalah China yang merupakan negara terbesar penghasil Mn sekitar 2.7 juta metrik ton atau sekitar 24% diikuti oleh Afrika Selatan dan Australia sekitar 17% (1.9 juta metrik ton), Brazil sekitar 9% sebesar 1.9 juta metrik ton, Gabon (956 ribu mt), India (845 ribu mt), Kazakhstan (377 ribu mt) dan negara lain termasuk Indonesia sekitar 13% atau 1.4 juta metrik ton[6]. Sampai dengan tahun 2012 terjadi peningkatan produksi Mn di negara-negara tersebut. [7] Mineral utama Mn paling banyak ditemukan berada dalam tipe oksida seperti pyrolusite (MnO2), hausmannite (Mn3O4) dan manganite (MnO(OH)). Mn juga biasanya ditemukan dibeberapa mineral seperti rhodochchrosite (MnCO3), rhodonite (MnSiO3), gumpalan dan alabandite (MnS).[1,8,9] Mineral seperti rhodochchrosite, rhodonite dan hausmannite biasanya digantikan oleh pyrolusite. Pyrolusite adalah mineral Mn yang paling umum mengandung 63,2% Mn.[10] Ekstraksi bijih Mn berkadar tinggi umumnya dilakukan melalui jalur pirometalurgi yaitu menggunakan blast furnace atau electric arc furnace. Untuk bijih Mn berkadar rendah proses ekstraksi umumnya dilakukan dengan jalur hidrometalurgi seperti pelindian dan elektrolisa. Pelindian merupakan proses pelarutan selektif dimana hanya logam-logam tertentu yang dapat larut. Pemilihan metode pelindian tergantung pada kandungan logam berharga dalam bijih dan karakteristik bijih khususnya mudah tidaknya bijih dilindi oleh reagen kimia tertentu.[11] 2 Kondisi yang baik untuk pelindian adalah logam yang diinginkan harus mudah larut dalam reagen yang murah ; logam yang larut tersebut harus dapat diambil dari larutannya dengan mudah dan murah ; unsur atau logam lain yang ikut larut harus mudah dipisahkan pada proses berikutnya ; mineral-mineral pengganggu (gangue mineral) jangan terlalu banyak bereaksi dengan zat pelarut yang dipakai ; bahan baku harus mempunyai permukaan kontak yang luas agar mudah (cepat) bereaksi pada suhu rendah.[11] Dengan meningkatnya produksi baja di Indonesia, eksplorasi dan proses pengolahan bijih Mn di Indonesia sangat diperlukan. Mengingat potensi cadangan bijih Mn di Indonesia cukup besar, namun terdapat di berbagai lokasi yang tersebar di seluruh Indonesia. Potensi tersebut terdapat di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua[12]. Di Provinsi Lampung di berada di Kabupaten Tanggamus[13] dan Kabupaten Way Kanan[14]. Cadangan bijih Mn di Tanggamus berada 80 KM sebelah barat dari Bandar Lampung sedangkan di Way Kanan berada 111 KM sebelah utara. Tujuan dari penelitian ini adalah mengkarakterisasi bijih Mn dari daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan serta prospektif proses pengolahannya yang tepat. BAHAN DAN METODE Sampel bijih Mn didapatkan dari tambang Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung. Pengambilan sampel bijih Mn dilakukan dengan cara mencampur sampel yang dikumpulkan secara acak dari 5 titik lokasi yang berbeda di sekitar tambang. Preparasi dan karakterisasi sampel dilakukan dilaboratorium seperti disajikan pada Gambar 1. Sampel yang sudah dikumpulkan terlebih dahulu dilakukan preparasi dengan mereduksi ukuran hingga minus 100 mesh. Sampel digerus dengan menggunakan mini jaw crusher hingga diperoleh produk dengan ukuran plus 20 mesh yang dilanjutkan dengan menuangkan sampel bijih teremuk tersebut ke dalam ball mill hingga diperoleh produk penggerusan yang berukuran lolos 20 mesh. Sampel yang tertampung dalam ayakan 20 mesh di kembalikan ke dalam ball mill. Bola-bola baja yang digunakan dalam ball mill harus memiliki ketahanan impak dan aus yang tinggi, contohnya adalah baja mangan, sehingga bola-bola baja tersebut tidak mempengaruhi komposisi dari bahan baku yang dihaluskan. Sampel kemudian disampling sesuai standar SNI dengan menggunakan metode quartening yaitu proses membagi contoh menjadi empat bagian dengan mengambil dua bagian yang bersebrangan dan metode splitting yaitu proses pengambilan contoh dengan membagi contoh menjadi dua bagian hingga diperoleh berat yang diinginkan, kemudian sampel tersebut digerus kembali hingga minus 100 mesh. Sampel 3 yang sudah halus diayak selama 10 menit menggunakan saringan/ayakan (vibrator screen) standar ASTM untuk melihat distribusi ukuran partikel Sampel yang sudah halus tersebut dikarakterisasi menggunakan X-Rays Fluorescence (XRF, tipe Thermo ARL 9900) untuk mengetahui komposisi kimia, X-Ray Diffraction (XRD, Tipe Shimadzu XD-7A) untuk mengetahui komposisi mineral dan Scanning Electron Microscope (SEM, tipe JEOL JD 2300) untuk melihat gambaran tekstur dan menetapkan mineral berharga. Bijih Mn Mini Jaw Crusher Ball Mill Sieving Analisis XRF XRD SEM Karakterisasi Gambar 1 Diagram alir prosedur penyiapan dan karakterisasi sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Distribusi Ukuran Partikel Profil distribusi ukuran partikel hasil analisis ayak disajikan pada Gambar 2. Bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus menunjukan bahwa butiran partikel berukuran kecil mesh 60 lebih banyak 73,58% dan ukuran diatas 60 mesh adalah 26,42%. Hasil analisis ayak bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan menunjukan bahwa butiran partikel berukuran kecil ukuran lebih kecil dari 60 mesh (-60 mesh) sebanyak 83,19% dan hanya 16,8% dari total bijih Mn berukuran lebih besar dari 60 mesh. 4 Gambar 2. Distribusi ukuran partikel sampel bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan Dengan ukuran partikel yang lebih kecil tersebut dapat diartikan bahwa bahan baku Mn dari kedua daerah tersebut mempunyai permukaan kontak yang luas sehingga saat proses pelindian menjadi lebih mudah (cepat) bereaksi dengan pelarut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan Xike tian tahun 2010 yaitu pengaruh variasi ukuran diameter partikel mulai dari 75µm sampai dengan 275 µm menunjukan adanya penurunan efisiensi pelindian mangan dari 96.5% sampai 73.2 %. Semakin tinggi efisiensi pelindian untuk ukuran partikel yang lebih kecil adalah karena peningkatan luas permukaan untuk bereaksi dengan reduktor (corncob)[15]. Analisis Kandungan Mineral dengan XRD Analisa XRD merupakan metode yang dapat memberikan informasi mengenai jenis mineral apa saja yang terdapat didalam bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan. Hasil analisa XRD bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan masing-masing ditunjukkan pada Gambar 3 dan Gambar 4. Berdasarkan Gambar 3 terlihat bahwa kandungan mineral dalam bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus memiliki beberapa mineral diantaranya adalah mineral kuarsa (SiO2) dengan nomor referensi JCPDS 46-1045. Dari puncak-puncak yang terlihat pada Gambar 3 terdapat juga mineral Mn2O3 ( JCPDS no 65-1798) dan mineral Braunite ( Mn2O3)3, MnSiO3 (JCPDS no 74-1206), sedangkan mineral yang terdapat pada bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan terlihat pada Gambar 4 menunjukkan adanya keberagaman mineral. Mineral yang dominan adalah kuarsa (SiO2- JCPDS no 1045) diikuti dengan mineral mangan dioksida ( MnO2-JCPDS no 44-0141) dan mineral besi seperti Besi Oksida (Fe2O3- JCPDS no 33-0664) dan Geothite ( FeO(OH)- JCPDS no 81-0462). 5 Intensitas (cps) Si Si : Kuarsa (SiO2) Mn : Mn2O3 Br : Braunite ( Mn2O3)3 MnSiO3 Br Si Si Si 10 20 30 Mn 40 50 60 70 Gambar 3. Hasil analisis XRD pada sampel bijih Mn Tanggamus 2 (derajat) 80 Dari mineral-mineral yang mempunyai intensitas tinggi tersebut mineral yang sangat diharapkan untuk bahan baku pelindian adalah Mn2O3. Keberadaan mineral-mineral pengganggu (gangue mineral) seperti SiO2, Fe2O3, FeO(OH) sangat tidak diinginkan karena akan sangat mengganggu dalam proses pelarutan. Si Intensitas (cps) Si G M Si B M M M Si : Kuarsa (SiO2) M : Mangan dioksida (MnO2) B : Besi Oksida (Fe2O3) G : Geothite(FeO(OH)) 10 20 30 40 50 60 70 80 2 (derajat) Gambar 4 Hasil analisis XRD pada sampel bijih Mn Way Kanan Analisis Kadar Bijih Mangan dengan XRF Hasil analisis komposisi kimia bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan Waykanan dengan menggunakan XRF disajikan pada Tabel 2. Berdasarkan Tabel 2 terlihat bahwa kandungan Mn daerah Kabupateng Tanggamus memiliki kadar yang lebih tinggi 33,84% dibandingkan dengan Mn daerah Kabupaten Way Kanan 18,03%. Dari permukaan bijih Mn daerah Kabupaten 6 Tanggamus terlihat warna yang lebih hitam keabuan yang menandakan adanya kandungan Mn yang cukup tinggi, namun kedua bijih Mn tersebut tergolong kedalam kategori bijih Mn dengan kadar rendah karena kandungan Mn yang kurang dari 40%. Bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus memiliki kandungan besi yang cukup tinggi yaitu 13,62%. Kondisi ini cukup menyulitkan apabila diolah melalui proses pelindian. Dikarenakan besi dalam bijih akan ikut terlarut dalam larutan pelindi sehingga perlu dilakukan pemisahan besi terlebih dahulu dengan menggunakan magnetic separator sebelum proses pelindian. Proses ini tidak dapat menghilangkan besi dalam bijih seluruhnya namun akan meringankan dalam proses pelindian. Karena kebutuhan reagen yang akan digunakan menjadi lebih sedikit. Namun untuk bijih mangan daerah Way Kanan tidak disarankan melakukan benefisiasi menggunakan magnetic separator dikarenakan kandungan unsur besi yang hanya 1.42 %. Sedangkan ditinjau dari segi kadar silika (SiO2) diperoleh perbedaan yang signifikan antara bijih Mn daerah Kabupaten Tanggamus dan daerah Kabupaten Way Kanan. Kadar SiO2 dari daerah Way Kanan yaitu 63,28% lebih tinggi dari daerah Tanggamus kadar 15,11%. Unsur silikon juga akan sangat menyulitkan apabila diolah melalui pelindian sehingga perlu dilakukan pemisahan terlebih dahulu. Bijih Mn daerah Way Kanan akan lebih mudah dibenefisiasi melalui pemisahan secara gravitasi seperti menggunakan mesin jig dan meja goyang (shaking table). Hal ini didasarkan atas berbedaan massa jenis antara silikon dan mangan. Tabel 2 Hasil analis XRF sampel bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan dan Tanggamus Senyawa Unsur MnO2 SiO2 Al2O3 Fe2O3 TiO2 K2O CaO MgO Na2O P2O5 SO3 LOI Mn Si Al Fe Ti K Ca Mg Na P S - Way Kanan Jumlah Senyawa Jumlah Unsur (% berat) (% berat) 23.28 18.03 63.28 29.58 4.78 2.53 2.03 1.42 0.335 0.201 0.169 0.141 1.10 0.784 0.838 0.505 1.32 0.978 0.0564 0.0246 0.0260 0.0104 2.01 - Tanggamus Jumlah Senyawa Jumlah Unsur (% berat) (% berat) 43.69 33.84 15.11 7.06 4.37 2.31 19.47 13.62 0.111 0.0667 1.12 0.926 0.0491 0.0351 0.216 0.130 0.312 0.232 0.960 0.419 0.0484 0.0194 - Keterangan : LOI = Loss of Ignition 7 Analisis SEM Analisis SEM Bijih Mangan Daerah Kabupaten Tanggamus Analisis SEM digunakan untuk melihat permukaan butiran sampel yang diukur sampai dengan ukuran nanometer. Hasil foto permukaan sampel bijih Mn daerah Tanggamus ditunjukkan dari analisis SEM ditunjukkan pada Gambar 5. Selain foto mikro terhadap sampel bijih Mn, analisa SEM Energy Dispersive Spectroscopy (EDS) juga dilakukan guna mengetahui kadar masing masing logam penyusunnya. Analisa SEM EDS sampel bijih Mn Tanggamus disajikan pada Gambar 6 dan Tabel 3. (b ) (a ) Gambar 5 Hasil Foto permukaan sampel bijih mangan daerah Kabupaten Tanggamus dengan 600 300 0 0.00 MnKa 3.00 6.00 9.00 MoKa 900 CuKa ZnKa CuKb ZnKb 1200 MnKb FeKa FeKb 1500 CaKb Counts 1800 CaKa 2100 FeKesc 2400 CKa 2700 ZnLa ZnLl 3000 MnLa FeLl MnLl FeLa CuLl CuLaOKa AlKa SiKa MoLl SKb SKa MoLa perbesaran (a) 1.000 kali dan (b) 2.000 kali 12.00 15.00 18.00 21.00 keV Gambar 6 Hasil Analisis SEM EDS sampel bijih Mn Tanggamus Tabel 3 Hasil analis kuantitatif SEM EDS sampel bijih Mn Tanggamus Unsur C O Al Si S Ca Mn Fe Cu Energi (KeV) 0.277 0.525 1.486 1.739 2.307 3.690 5.894 6.398 8.040 Massa (%) 10.45 22.33 3.09 10.40 1.03 1.18 28.55 7.89 6.00 Atom (%) 23.54 37.79 3.10 10.03 0.87 0.80 14.06 3.82 2.55 8 Massa Atom (%) (%) Total 100.00 100.00 Keterangan : ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.3139 Unsur Energi (KeV) Hasil SEM EDS menunjukan bahwa intensitas unsur Mn dan oksigen dalam sampel cukup tinggi, dengan kadar MnO2 sekitar 50.88% dan unsur-unsur sisanya adalah pengotor seperti Si, Al, S, Fe, Ca dan Cu. Adanya unsur karbon berasal dari grafit yang digunakan pada saat proses pengujian, sedangkan untuk sebaran unsur dalam bijih Mn dilakukan analisa SEM Mapping, dimana unsur Mn dari Tanggamus terlihat pada kolom 2 baris 3 disajikan pada Gambar 7. Masing masing foto menunjukan sebaran unsur yang ada pada bijih Mn, intensitas warna yang lebih tinggi menunjukkan tingkat konsentrasi unsur yang lebih tinggi. Gambar 7 Analisa SEM Mapping sampel bijih Mn Kabuapten Tanggamus 9 Sebaran unsur Mn pada permukaan berwarna pink terlihat menyebar bintik-bintik yang jumlahnya sedikit, adanya warna lain yang muncul terkonsentrasi lebih banyak menandakan unsur-unsur pengganggu/pengotor lebih dominan. Unsur besi lebih mendominasi terlihat sebaran warna merah, banyaknya unsur yang pengganggu akan menyulitkan proses pelindian sehingga diperlukan proses pemisahan besi dari larutan hasil pelindian melalui presipitasi ataupun pengendapan yaitu dengan cara menambahkan senyawa yang bersifat basa sehingga besi terbentuk menjadi hidroksidanya (Fe(OH)2)[16]. Analisis SEM Bijih Mangan Daerah Kabupaten Way Kanan Hasil foto permukaan sampel bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan ditunjukkan dari analisis SEM ditunjukkan pada Gambar 8. (a ) (b ) Gambar 8 Hasil Foto permukaan sampel bijih Mn daerah Kkabupaten Way Kanan dengan perbesaran (a)1.000 kali dan (b) 2.000 kali Seperti halnya pada bijih Mn Kabupaten Tanggamus, Analisa SEM EDS juga dilakukan pada sampel bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan. Analisa SEM EDS sampel bijih Mn daerah Way Kanan disajikan pada Gambar 9 dan Tabel 4. 3000 900 600 MnKa FeKb 1200 CuKa CuKb 1500 FeKa MnKb Counts 1800 FeKesc 2100 KKa KKb 2400 CKa MnLl OKa MnLa FeLl FeLa CuLl CuLa AlKa SiKa 2700 300 0 0.00 3.00 6.00 9.00 12.00 15.00 18.00 21.00 keV Gambar 9 Hasil Analisa SEM EDS sampel bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan 10 Tabel 4 Hasil analis kuantitatif SEM EDS sampel bijih Mn Kabupaten Way Kanan Unsur Energi (keV) 0.277 0.525 1.486 1.739 3.312 5.894 6.398 8.040 Massa Atom (%) (%) C 17.77 37.48 O 20.54 32.52 Al 1.38 1.30 Si 2.60 2.35 K 0.36 0.24 Mn 27.01 12.46 Fe 28.68 13.01 Cu 1.65 0.66 Total 100.00 100.00 Keterangan : ZAF Method Standardless Quantitative Analysis Fitting Coefficient : 0.3117 Hasil SEM EDS menunjukan bahwa intensitas unsur Fe, Mn dan oksigen dalam sampel cukup tinggi, dengan kadar MnO2 sekitar 47.55% dan unsur-unsur sisanya adalah pengotor seperti Si, Al, K, Ca dan Cu. Adanya unsur karbon berasal dari grafit yang digunakan pada saat proses pengujian. Sedangkan untuk sebaran unsur dalam bijih Mn dilakukan analisa SEM Mapping, dimana dengan metode ini sebaran logam yang dibedakan dengan skala warna. Analisis SEM Mapping sampel bijih Mn dari Way Kanan terlihat pada kolom satu baris tiga disajikan pada Gambar 10. Masing masing foto menunjukan sebaran unsur yang ada pada bijih Mn, intensitas warna yang lebih tinggi menunjukkan tingkat konsentrasi unsur yang lebih tinggi. 11 Gambar 10. Analisa SEM Mapping sampel bijih Mn daerah Kabupaten Way Kanan Sebaran unsur Mn pada permukaan berwarna pink terlihat menyebar bintik-bintik yang jumlahnya sedikit, adanya warna lain yang muncul terkonsentrasi lebih banyak menandakan unsur-unsur pengganggu/pengotor lebih dominani. Silika lebih mendominasi (63.28%) terlihat pada sebaran warna biru, banyaknya unsur yang pengganggu akan menyulitkan proses pelindian sehingga diperlukan proses pemisahan terlebih dahulu melalui pemisahan secara gravitasi. Dengan melihat karakterisasi kedua bijih mangan dari daerah Kabupaten Tangggamus dan Way Kanan yang memiliki kadar besi dan silika didalam bijihnya yang berbeda maka prospek proses pelindian bijih mangan dapat dilakukan dengan menggunakan media asam sulfat dan reduktor berupa asam oksalat [17], asam-asam organik [16] atau senyawa lain yang mempunyai fungsi mereduksi Mn(IV) menjadi Mn(II). Oleh karena Mn dalam bijih umumnya berada dalam bentuk Mn (IV), yang stabil dalam larutan asam, maka pelindian bijih mangan dapat dilakukan dengan mereduksi Mn4+ menjadi Mn2+ yang stabil dalam kondisi larutan yang asam hingga netral. Larut tidaknya suatu logam dalam kondisi tertentu dapat diprediksi dari diagram potensial-pH (Diagram Pourbaix) logam 12 tersebut dalam air (lihat Gambar 11). Diagram potensial-pH merupakan suatu diagram yang memperlihatkan daerah dimana logam stabil sebagai logamnya, ionnya atau oksida/hidroksidanya sebagai fungsi potensial reduksi setengah sel dan pH larutan. Diagram ini juga menunjukkan daerah kestabilan air dan batas predominan ion-ion dalam larutan sebagai fungsi potensial dan pH. Untuk pelindian bijih mangan larutan harus diatur sedemikian rupa sehingga spesi ion yang stabil dalam larutan berupa Mn2+ dan sedapat mungkin pengotor yang tidak dikehendaki larut tetap berada dalam fasa padat. Diagram potensial pH juga dapat digunakan untuk mempelajari proses pemurnian larutan hasil pelindian yang kaya akan logam berharga dengan cara mengendapkan mineral pengotor seperti besi, magnesium dan aluminium dalam bentuk oksida atau hidroksidanya tanpa ikut mengendapkan kembali logam berharga yang sudah larut. Gambar 11. Diagram potensial pH sistem Mn-Fe-H2O pada suhu 25oC dengan menggunkaan program HSC 7 Diagram potensial pH sistem Mn-H2O pada temperatur kamar ditunjukkan pada Gambar 11, ion Mn2+ stabil pada rentang pH dibawah 7,8 sehingga proses pelindian dapat dilakukan dalam rentang pH tersebut. Berdasarkan Diagram Potensial pH tersebut Mn dapat dilarutkan dari mineralnya (MnO2) dengan mereduksi Mn4+ menjadi Mn2+ pada pH lebih rendah dari 7,8. Dalam Gambar 11 juga dapat dilihat bahwa besi akan stabil pada daerah kestabilan Mn2+ sebagai Fe(OH)3 dalam pH diatas 7,8. Diagram tersebut dapat memprediksi kemungkinan atau kondisi dimana logam dapat dilarutkan dalam pelindian tetapi diagram ini tidak bisa memprediksi seberapa cepat pelindian akan berlangsung. Untuk mengetahui apakah reaksi pelindian cepat atau lambat harus di lihat beberapa faktor yang mempengaruhi kinetika reaksi pelindian[18] Pada bijih mangan daerah Kabupaten Tanggamus unsur besi lebih mendominasi maka setelah proses pelindian diperlukan proses pemisahan besi dari larutan hasil pelindian melalui presipitasi/pengendapan yaitu dengan cara menambahkan senyawa yang bersifat basa (NaOH, 13 KOH) sehingga besi terbentuk menjadi hidroksidanya (Fe(OH)2)[16], sedangkan pada bijih mangan daerah Kabupaten Waykanan yang jumlah unsur besinya lebih sedikit, juga dilakukan proses pemisahan besi dari larutan pelindian, namun dengan jumlah penambahan NaOH/KOH lebih sedikit. KESIMPULAN Dari hasil analisis XRD, XRF dan SEM dapat disimpulkan bahwa karakterisasi bijih Mn dari daerah Kabupaten Tanggamus dan Way Kanan mempunyai karakteristik berbeda. Bijih Mn Tanggamus mempunyai kadar Mn tertinggi 33,84% yang berasosiasi dengan mineral ikutan Fe2O3 sedangkan bijih Mn Way Kanan mempunyai kadar 18,03% yang berasosiasi dengan mineral ikutan SiO2. Kedua bijih Mn ini termasuk ke dalam bijih Mn kadar rendah (<40%) dimana prospektif proses pengolahan bijih mangan tersebut adalah diawali proses benefiasi bijih Mn dan dilanjutkan dengan proses pelindian dalam media asam. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan ini merupakan Program Tematik yang dibiayai dan didukung oleh dana DIPA Unit Pelaksana Teknis Balai Pengolahan Mineral Lampung (UPT. BPML) Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) tahun 2013. DAFTAR PUSTAKA 1 Fana D., Yang. 1999. Intoduction to and classifiction of Manganese Deposits of China. Ore Geology Review. 15, 1-13. 2 Hazek, M.N. El, Lasheen, T.A., Helal, A.S. 2006. Reductive leaching of manganese from low grade Sinai ore in HCL using H2O2 as reductant. Hydrometallurgy. 84, 187-191. 3 Sahoo, R.N., Naik, PK., Das, SC. 2001. Leaching of manganese ore using oxalic acid as reductant in sulfuric acid solution. Hydrometallurgy. 62, 157-163. 4 Lansheen T. A., El-Hazek M. N., Helal A. S., El-Nagar W. 2009. Recovery of manganese using molases as reductant in nictric acid solution. Int. J Miner. Process. 92 109-104. 5 http://www.kemenperin.go.id, diunduh pada tanggal 12 Maret 2013 pukul 16.00 WIB 6 http://www.manganese.org/production/php diunduh pada tanggal 25 November 2012 pukul 14.00 WIB 7 http://www.mapsofworld.com/minerals/world-manganese-producers.html, diunduh pada tanggal 27 Mei 2013 pukul 14.00 WIB 8 Fuerstenau M.C, Han K. N., Miller J.D. 1986. Flotation Behaviour of Cromium and Manganese Mineral. In Proceeding of the Arbiter Symposium, Advances in Mineral Processing. 14 March. SME/AIME, 289-307. 9 Mehdilo A., M. Irannajad, M.R. Hojjati-Rad. 2013. Characterization and Beneficiation of Iranian Low-Grade Manganese Ore. Physicochemical Problems of Mineral Processing Journal. April. 45(2), 725-741. 10 Zhang W., Cheng C. Y. 2007. Manganese Metallurgy Review, Part I : Leaching of Ores/Secondary Material and Recovery of Electrolytic/Chemical Manganese Dioxide. Hydrometallurgy, 89; 137-159. 11 Fathi Habashi. 1993. A TextBook of Hydrometalurgy. Department of Mining & Metallurgy, Laval University. Quebec City Canada. Metallurgie Extractive Quebec, ENR Publishing. 12http://www.tekmira.esdm.go.id/data/Mangan/ulasan.asp?xdir=Mangan&commId=22&comm= Mangan diunduh pada tanggal 27 Mei 2013. 13 Pusat Sumberdaya Geologi. 2010. Peta Sumber Daya Mineral Logam. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Republik Indonesia. 14 Dinas Pertambangan dan Energi Propinsi Lampung. 2003. Buku Informasi Geologi Daerah Lampung. 15 Xike Tian,Xiaoxia wen, Chao Yang, Yujun Liang, Zhengbang Pi, Yanxin Wan. 2010. Reductive leaching of manganese ore from low-grade manganese doaxide ores using corncob as reductant insulfuric acid solution. Hydrometallurgy. 100. 157-160. 16 Zhang, W., Cheng, C,Y., 2007: Manganese Metallurgy Review Part I: Leaching of Ore/Secondary Materials and Recovery of Electrolytic/Chemical Manganese Dioxide, Hydrometallurgy. 89, pp. 137-159) 17 Sahoo, R,N., Das, S.C., 2000: Leaching of Manganese from Low Grade Manganese Ore Using Oxalic Acid as Reductant in Sulfuric Acid Solution, Hydrometallurgy 62(3), pp 157-163 18 Twidell, L.G., Haung, H.H., Miller, J.D., Unit Processes in Extractive Metallurgy. Lecture Note, University of Utah. 15