Pulau Flores, terletak di antara garis lintang selatan 8°4' dan 8° 58', dan di antara garis bujur timur 119° 48' dan 123° 1'30', terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores merupakan salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang diantaranya termasuk pulau Timor dan Sumba. Dalam sudut pandang geodinamika, Flores yang di bagian utara dibatasi oleh cekungan Flores dan di bagian selatan dibatasi oleh cekungan Savu, merupakan busur magmatik dengan 13 gunung berapi yang masih aktif. Disamping itu, Flores merupakan wilayah dengan aktivitas kegempaan cukup tinggi (gempa yang terjadi pada 12 Desember 1992 dengan kekuatan 7,5 skala Richter). Analisis stratigrafik dan magmatik (geokronologi, geokimia) memperlihatkan bahwa Flores adalah sebuah pulau « muda » yang kemungkinan terbentuk pada Oligosen akhir atau lebih tepatnya pada Miosen tengah. Secara ditil, dapat dibedakan adanya dua siklus sebagai berikut : siklus Oligosen ? - Miosen tengah-atas, dicirikan : - oleh poros volkanik Timur-Barat (Formasi Kiro) yang berdasarkan penasabahan radiometrik dari 17 conto batuan magmatik berumur absolut berkisar antara 16 Ma dan 8,4 Ma (Burdigalian akhir hingga Totrtonian tengah) dan 1 conto batuan magmatik berumur 27,7 Ma dan 25,7 Ma (Oligosen akhir) ; - oleh endapan volcano-sedimenter dan batuan sedimen, heterokron, dengan kandungan mikrofauna rombakan (« reworked fossils »). Meskipun demikian, kita dapat membedakannya, dari bawah ke atas sebagai Formasi Nangapanda terdiri dari endapan turbidit dan tuf berumur Miosen tengah, Formasi Bari terdiri dari batugamping neritik hingga batugamping terumbu berumur Miosen tengah sampai atas, Formasi Laka terdiri dari batugamping kapuran serta tuf dengan batuapung, berumur Miosen atas. siklus Miosen akhir-PlioQuaternair dengan didominasi batuan volkanik dimana dari 13 conto batuan magmatik, dengan 2 diantaranya batuan grano-dioritik, menunjukkan umur absolut yang berkisar dari 6,7 Ma sampai 1,2 Ma. Analisa geokimia (elemen utama dan elemen jejak) dari ke dua siklus tersebut di atas memperlihatkan bahwa keduanya merupakan magmatisme orogenik busur kepulauan yang berkaitan dengan subduksi. Flores dalam hal ini merupakan penghujung timur dari busur magmatik Sunda yang membentang dari Barat ke Timur, mulai dari Sumatra, Java, Bali, Lombok dan Sumbawa. Dari sudut pandang regional dan temporal, busur magmatik Flores bermula pada saat busur magmatik Sumba mengakhiri aktivitasnya. Pada kala Oligosen, Sumba meninggalkan posisinya di busur magmatik untuk selanjutnya berada pada posisi cekungan muka-busur luar, dan semenjak itulah Flores muncul menggantikannya sebagai busur magmatik. Pada Plio-Kuarter, lempeng kontinental australian, berasal dari selatan, mulai bertumbukan (kolisi) dengan lempeng eurasian di bagian timur yakni di pulau Timor. Meskipun demikian, awal tumbukan tersebut terlihat di bagian barat, di wilayah telitian, sekalipun berada pada zona subduksi, yakni ditandai dengan adanya pengangkatan (sureksi) Sumba dan dijumpainya sejumlah sesar mendatar berpasangan serta adanya sesar naik (« back-arc thrusting »), di cekungan sebelah utara Flores yang dikenal sebagai « laut Flores », mengabsorbsi sebagian « pemendekan » yang terjadi. Kondisi Geomorfologi Nusa Tenggara Kondisi Geomorfologi Pulau-pulau di Nusa Tenggara terletak pada dua jalur geantiklinal, yang merupakan perluasan busur Banda di sebelah barat. Geantiklinal yang membujur dari timur sampai pulau-pulau Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor, Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan dibagian selatan dibentuk oleh pulau-pulau Timor, Roti, Sawu, Raijua dan Dana. Punggungan geantiklinal tersebut bercabang di daerah Sawu. Salah satu cabangnya membentuk sebuah ambang yang turun ke laut melewati Raijua dan Dana, berakhir ke arah punggungan bawah laut di selatan Jawa. Cabang lain merupakan rantai penghubung dengan busur dalam yang melintasi daerah dekat Sunda. a) Palung Belakang Di sebelah timur Flores dibentuk oleh bagian barat basin Banda selatan. Di sebelah utara Flores dan Sumbawa terbentang laut Flores, yang dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu: 1) Laut Flores Barat laut, berupa dataran (platform) yang luas dan dangkal, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan dangkalan Sunda. 2) Basin Flores Tengah, berbentuk segitiga dengan puncak terletak di sebelah selatan volkan Lompobatang, yang berhubungan dengan depresi Walanae. Sedangkan dasarnya terletak di sepanjang pantai utara Flores, yang merupakan bagian terdalam (-5140). 3) Laut Flores Timur terdiri dari punggungan dan palung diantaranya, yang menghubungkan lengan selatan Sulawesi dengan punggungan bawah laut Batu Tara. Di sebelah utara Bali dan Lombok palung belakang ini dibentuk oleh Laut Bali (lebar 100 km dan dalam 1500 m) ke arah barat dasarnya berangsur-angsur terangkat sampai bersambung dengan laut dangkal di selat Madura. b) Busur Dalam Busur dalam Nusa Tenggara merupakan kelanjutan dari Jawa menuju Busur Dalam Banda. Di Nusa Tenggara merupakan punggungan geantiklinal. Selat diantara pulau di bagian barat dangkal dan menjadi lebih dalam ke arah timur. Struktur umum Lombok di sebelah utara merupakan zone volkanis dengan volkan aktif Rinjani (zone Solo), dataran rendah Mataram (subzone Blitar). Di selatan berupa pegunungan selatan dengan materi kapur Tertier dan breksi volkanis. Bali dipisahkan oleh selat Bali terhadap Jawa. Zone di Bali sama dengan Jawa. Bagian utara merupakan bagian terluas terdiri dari volkan-volkan. Kuarter yang masih aktif, menunjukkan kelanjutan kompleks volkan muda di Jawa. Dataran Denpasar yang membentang pada kaki selatan volkan termasuk sub zone Blitar di Jawa. Dataran ini dihubungkan oleh tanah genting yang menyempit dengan bukit-bukit kapur Tertier Ulu Watu (213 m) yang dapat dibandingkan dengan semenanjung Blambangan. Pulau Nusa Panida (529 m) antara Bali dan Lombok juga terdiri dari kapur Tertier ini. Fisiografi Sumbawa yang khas adalah adanya depresi yang memisahkan geantiklinal menjadi beberapa bagian, diantaranya berupa teluk di bagian timur. Teluk tersebut dipisahkan dari laut oleh pulau Mojo yang memberikan sifat khas dari depresi antar pegunungan pada puncak geantiklinal. Sisi utara ditumbuhi oleh beberapa volkan muda. Volkan Ngenges, Tambora dan Soromandi menghasilkan batuan leucit. Sedimen tertier dan batuan kapur alkali disebarkan secara luas di pulau Sumbawa. Hal ini memberikan gambaran bahwa zone pegunungan Selatan Jawa terdapat di seluruh pulau Sumbawa dan depresi menengah yang disebut zone Solo. Teluk Saleh merupakan sebuah depressi terpencil dari zone Solo. Pulau Flores dipisahkan dari Sumba oleh selat Sape. Komodo dan Rinca termasuk ke dalam puncak geantiklinal Flores Tengah, yang terdiri dari batuan volkanis lebih tua (Tertier) dan intrusi magmatis yang dapat dibandingkan dengan Pegunungan Selatan Jawa. Volkan-volkan yang lebih muda muncul di sepanjang pantai selatan Flores Barat. Di Flores Timur geantiklinal itu berupa sumbu yang tenggelam sehingga batuan volkanis yang lebih tua dan intrusi granodiorit tidak begitu banyak, serta hanya terdapat volkan muda yang muncul dibagian puncaknya. Geantiklinal itu bersambung disepanjang Solor, Adonara, Lomblen dan Pantar, dimana pulau-pulau tersebut terdiri dari volkan yang aktif. Sumbu itu kemudian melalui Alor, Kambing, Wetar dan Romang. Di bagian ini busur dalam tidak memiliki volkan aktif. Pulau-pulau tersebut tersusun dari endapan volkanis Tertier akhir yang sebagian terdapat di bawah permukaan laut. c) Palung Antara dengan Sumba Palung ini berada di antara busur dalam volkanis Jawa-Bali-Lombok dan punggungan dasar laut sebelah selatan Jawa. Bagian terdalam terdapat di selatan Lombok, bercabang dua ke arah timur menjadi dua cabang yaitu sebelah utara dan selatan Sumba. Cabang-cabang ini merupakan penghubung antara palung sebelah selatan Jawa dan Basin Sawu antara Flores timur dan Roti. Lereng yang curam pada Wetar dan basin Sawu serta dasar laut yang datar menunjukkan adanya penurunan permukaan bumi. Sedangkan ujung timur dan baratnya dibatasi oleh pengangkatan seperti sembul (horst) di Kisar dan Sumba. Kedua pulau tersebut secara morfologis termasuk zone palung antara. d) Busur Luar Pulau-pulau di nusa tenggara yang termasuk busur luar adalah: Dana, Raijua, Sawu, Roti, Seman dan Timor. Punggungan dasar laut dari selatan Jawa muncul sampai 1200 m dibawah permukaan laut, selanjutnya turun ke arah timur sampai 4000 m. Palung antara tersebut sebagian terangkat. Selanjutnya sumbu geantiklinal itu naik lagi sampai ke pulau-pulau Sawu, Dana, Raijua, dan Sawu. Pulau sawu mempunyai terumbu karang yang tingginya 300 m dpl dan mengelilingi pulau ini yang tersusun dari batuan pre-tertier. Punggungan dana-Raijua-Sawu serong terhadap punggungan Roti-Timor, dari tempat itu dipisahkan oleh selat Daong. Pulau Roti tersusun dari sedimen terlipat kuat dan tertutup oleh batu karang kuater yang tingginya 430 m dpl. Timor merupakan hasil geantiklinal yang lebar. Disamping itu terdapat depressi memanjang di puncaknya, melalui Teluk Kupang sampai perbatasan Timor Leste dan berakhir di muara sungai Lois. e) Palung Depan Antar pulau Chrismast dan punggungan bawah laut di selatan Jawa terdapat cekungan dalam utama yang membujur arah timur-barat, kedalamannya 7450 m. Palung depan Jawa dari sistem pegunungan Sunda itu membentang ke arah timur. Sampai di Sumba kedalamannya berkurang dan di sebelah selatan Sawu melengkung ke timur laut sejajar dengan Timor. Sampai di pulau Roti dipisahkan oleh punggungan (1940 m) terhadap palung Timor. Palung di selatan Jawa itu di bagian selatan dibatasi oleh pengangkatan dasar laut yang tidak jelas batasnya melalui Pulau Chrismast menuju dasar laut yang dalamnya 3000-4000 m. bagian timur palung Timor ini dibatasi oleh dangkalan Australia atau dangkalan Sahul. Pulau Flores sebagai bagian Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terletak di antara garis lintang selatan 8°4′ dan 8° 58′, dan di antara garis bujur timur 119° 48′ dan 123° 1’30′, terbentang sepanjang 360 km, di sebelah Barat laut Australia. Flores adalah salah satu pulau di wilayah Indonesia timur, termasuk dalam jajaran kepulauan Nusa Tenggara yang di antaranya termasuk pulau Timor dan Sumba. Inilah peta NTT yang dibuat ahli Belanda zaman dulu. Apakah foto satelit masih menunjukkan bentuk pulau seperti ini? Inilah Pulau Flores yang menujukkan letaknya pada garis bujur timur dan lintang selatan. (http://duniageologi.blogspot.com/) Beberapa hari ini saya berpikir dan mencari-cari di internet soal geologi Pulau Flores setelah Robert Eppedando “memprovokasi” pembaca di Milis Allesaja tempat kami pun menjadi anggota perihal apakah aktivitas penambangan di Flores dapat mengakibatkan pulau ini tenggelam atau tetap berdiri kokoh. Segera saya bertanya kepada Robert dan dalam pembicaraan telepon ia menjelaskan, bahwa Flores itu adalah sebuah pulau yang ekstrim dengan huruf T. Ujung barat dan timur menggantung sedangkan bagian tengah Flores mulai dari Nagekeo s.d. sebagian Ende itu yang tertanam seperti tiang beton sosro bahu jalan layang. Diskusi merembet melibatkan para anggota milis forum Sahabat Flobamora. Selang pendapat menjadi ramai. Ada yang mengusulkan agar seluruh aktivitas pertambangan di Flores harus segera dihentikan dan dipersilahkan ahli geologi mengemukakan pendapatnya dalam sebuah forum ilmiah dan forum para pengambil keputusan di NTT. Bayangannya kok seperti bagian barat dan timur itu menggantung di atas dasar laut. Inilah kira-kira gambaran Robert berdasarkan ingatan penjelasan dalam seminar tahun 2005 oleh seorang ahli geologi (ipar Jenderal Try Sutrisno?) yang membunyikan sirene tanda bahaya. Apa itu? Kalau dilakukan penambangan mineral di Pulau Flores yang kecil, lama-lama pulau ini bisa runtuh tenggelam ke dasar laut. Karena menurut ahli geologi itu, Flores adalah salah satu pulau yang ekstrim seperti ada pulau-pulau ekstrim di bumi ini. Di Amerika katanya, kita naik mobil di jalan raya tapi sebenarnya tanahnya menggantung, di bawahnya adalah laut. Pernyataan menantang ini membuat kami mencari jawaban dengan membaca situs-situs yang relevan di internet. Dari bacaan itu tak ada indikasi bahwa sebuah pulau bisa jatuh tenggelam seperti yang dikemukakan Robert. Akhirnya dengan kata-kata search “can an island sink” kami menemukan penjelasan, bahwa sebuah pulau itu merupakan satu kesatuan dengan dasar lapisan bebatuan, listosfer sehingga tak mungkinlah sebuah pulau itu bisa jatuh tenggelam seperti kita jatuh ke dalam sungai atau laut. Istilah pulau tenggelam itu selama ini dimaksudkan naiknya permukaan air laut akibat melelehnya lapisan es, lapisan gletser di kutub utara sehingga pulau-pulau yang rendah di atas permukaan laut bisa tertutupi air laut. Letusan Gunung Krakatau yang begitu hebat dan spektakuler tidak membuat gunung itu jatuh tenggelam. Yang terjadi adalah bagian gunung itu rusak porak-poranda dan dibuang materialnya sehingga tersisa bagian gunung yang muncul sedikit di atas permukaan laut yang kini dinamai Anak Krakatau. Mungkin saja gempa mahahebat dan tsunami bisa membuat sebuah pulau kecil luruh, atau material atau bagian pulau itu longsor atau meluncur bebas ke bagian laut / samudera yang lebih dalam. Contoh seperti ini bisa terjadi mungkin pada Pulau Banda, yang langsung dikitari pantai yang curam, tak ada hamparan pasir. Menurut kami Pulau Banda itu tampaknya merupakan bagian puncak gunung sedangkan kaki gunung tertanam jauh di bawah laut. Ciri seperti ini kami lihat mirip dengan Pulau Ternate dan Tidore. Laut di pantai itu langsung dalam. Namun, tak mungkinlah sebuah pulau sebesar Flores bisa tenggelam seperti jatuh ke dalam laut. Kita terjebak oleh imajinasi seolah permukaan Pulau Flores ini berada di atas sebuah lempeng jalan layang yang ditopang tiang beton Flores bagian tengah itu (Nagekeo – sebagian Ende). Latar belakang pandanganku ini dipengaruhi bacaan tentang bentuk geomorfologi dasar laut pada tepian lempeng aktif di lepas pantai barat Sumatra dan selatan Jawa. Ini adalah contoh bentuk geomorfologi zona penunjaman (subduksi) yang terbaik di dunia. “Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia (Gambar 1).” http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepian-lempeng-aktif-di-l epas-pantai-barat-sumatera-dan-selatan-Jawa Subduksi atau penunjaman tepian lempeng aktif benua dan samudera-lah yang kira-kira dapat membuat bagian pulau luruh, longsor atau meluncur ke dasar laut yang lebih dalam semisal palung laut. Gambarannya dapat dilihat pada kutipan ini. “Hasil identifikasi bentuk dasar laut dari beberapa lintasan seismik, citra seabeam dan foto dasar laut maka dapat dikenali beberapa bentuk geomorfologi utama yang umum terdapat pada kawasan subduksi lempeng aktif. Empat bentuk morfologi utama dapat diidentifikasi, yaitu zona subduksi, palung laut, prisma akresi, dan cekungan busur muka. Gambaran bentuk geomorfologi dasar laut ini kemungkinan merupakan contoh morfologi dasar laut yang terbaik di dunia karena batas-batasnya yang jelas dan mudah dikenali.” Bacalah teks berikut ini. Geomorfologi Palung Laut “Palung Umumnya sebagai (Gambar laut merupakan bentuk paritan memanjang dengan kedalaman mencapai lebih dari 6.500 meter. palung laut ini merupakan batas antara kerak samudera India dengan tepian benua Eurasia bentuk penunjaman yang menghasilkan celah memanjang tegak lurus terhadap arah penunjaman 4).” http://www.mgi.esdm.go.id/content/bentuk-geomorfologi-dasar-laut-pada-tepian-lempeng-aktif-di-l epas-pantai-barat-sumatera-danKris Budiono dari Puslitbang Geologi Kelautan menulis pada Jurnal Geologi Indonesia Vol. 4 No. 1 Maret 2009, halaman 9 -17 dengan judul “Identifikasi longsoran bawah laut berdasarkan penafsiran seismik pantul di perairan Flores, berdasarkan penelitiannya pada bagian Laut Flores di utara Kabupaten Sikka perihal faktor penyebab tsunami Flores atau dikenal sebagai ‘tsunami Maumere”. Gempa dan tsunami itu terjadi pada 12 Desember 1992 dengan pusat gempa pada 40 km sebelah barat Maumere. Kris Budiono menyimpulkan berikut ini. Longoran sebelum tsunami itu terletak pada morfologi sangat curam dengan kemiringan lereng antara 38 – 40%. Pada peta sebaran struktur geologi perairan Maumere terlihat bahwa keberadaan struktur geologi tersebut berdekatan denan lokasi terjadinya longsoran bawah laut. Lokasi longsoran hanya berjarak sekitar 2 – 3 km dari pusat gempat. Dengan demikian, longsoran bawah laut perairan Flores mungkin sekali disebabkan oleh gempa bumi. Longoran bawah laut amat mungkin terjadi pada daerah dengan kemiringan lereng yang curam, berintensitas tektonik dan juga terjadi akibat gempa bumi yang cukup besar. Semakin besar gempa bumi, semakin besar longsoran yang akan terjadi. Dengan demikian, mungkin sekali longsoran bawah laut itu berpotensi menimbulkan tsunami yang merusak. Sumber: jurnal20090102 Jika struktur geologi pada garis pantai Pulau Flores amat panjang memiliki struktur geologi seperti gambar 10 di atas yang menggambarkan struktur geologi Maumere dan sekitarnya, yang bisa terjadi adalah longsoran pada bagian yang cukup besar pada Pulau Flores. Dengan demikian, bayangan bahwa Pulau Flores berbentuk T itu dengan bagian barat dan timur menggantung itu tampaknya kurang masuk akal. Meskipun demikian, para ahli geologi, ahli kegempaan perlu melakukan penelitian lebih lanjut seperti yang dilakukan Kris Budiono pada pantai Maumere dan sekitarnya. Penelitian ini perlu dilakukan walaupun penelitian morfologi dasar laut tampaknya membutuhkan biaya besar dengan peralatan teknologi yang canggih seperti yang dilakukan pada dasar laut pantai barat Sumatera s.d. selatan Jawa. Untuk sementara kekhawatiran Pulau Flores akan runtuh ke dasar laut kurang masuk akal. Atau, adakah penjelasan lain yang lebih meyakinkan? Gunung Api di Flores Gunung api di Flores itu, antara lain Gunung Egon setinggi 1.703 meter yang berada di Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, pernah aktif tahun 2006 dan 2009. Gunung Anak Ranaka di Kabupaten Manggarai, setinggi 2.247,5 meter, pernah meletuskan tanggal 28 Desember 1987. Gunung api Lewotobi laki setinggi 1.548 meter di Kabupaten Flotim yang meletus pertama kali tahun 1932 dan terakhir tahun 2003. Serta Gunung api Lewotobi Perempuan di Kabupaten Flotim setinggi 1.703 meter. Gunung api Ile Ape di Kabupaten Lembata. *** Proses pembentukan gunung berlangsung menurut skala tahun geologi, yaitu berkisar antara 45-450 juta tahun yang lalu. Gunung terjadi karena adanya proses gaya tektonik yang bekerja dalam bumi yang disebut dengan orogenesis dan epeirogenesis. Dalam proses orogenesis ini sedimen yang terkumpul menjadi berubah bentuk karena mendapat gaya tekan dari tumbukan lempeng tektonik. Sedangkan dalam proses epeirogenesis merupakan gerakan yang membentuk benua yang bekerja sepanjang jari-jari bumi. Proses ini juga disebut gerakan radial karena gerakan mengarah atau menjauhi titik pusat bumi dan terjadi pada daerah yang sangat luas sehingga prosesnya lebih lambat dibandingkan dengan proses orogenesis. Sedangkan gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekarankerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera. Gunung api ini terjadi karena planet bumi mempunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunung api. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami. Seperti elemen‑elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, di mana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Pergerakan antar lempeng menimbulkan empat busur gunung api berbeda. Yakni pertama, pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunungapi tengah samudera. Kedua, tumbukan antar kerak, di mana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunungapi di tepi benua. Ketiga, kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunungapi tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan. Keempat, penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai. DESKRIPSI Flores, dari Bahasa Portugis berarti bunga, berada di Propinsi Nusa Tenggara Timur, Indonesia. Flores termasuk dalam gugusan Kepulauan Sunda Kecil bersama dengan Bali dan Nusa Tenggara Barat, dengan luas wilayah sekitar 14,300 km 2. Jumlah penduduk Flores pada tahun 2007 mencapai 1.6 juta jiwa. Puncak tertinggi adalah Gunung Ranakah (2,350 m) – gunung tertinggi kedua di Nusa Tenggara Timur setelah Gunung Mutis (2,427 m) yang ada di Timor Barat. Pulau Flores bersama dengan Pulau Timor, Pulau Sumba, dan Kepulauan Alor merupakan 4 pulau besar di Propinsi Nusa Tenggara Timur (salah satu propinsi kepulauan dengan 566 pulau). Flores dengan luas, jumlah penduduk, dan sumber daya alam maupun manusia yang dinilai cukup memadai, kini tengah mempersiapkan diri untuk menjadi sebuah propinsi pemekaran di Nusa Tenggara Timur. Di ujung barat dan timur Pulau Flores terdapat gugusan pulau-pulau kecil, seperti gugusan Pulau Lembata, Adonara, dan Solor di sebelah timur serta gugusan Pulau Komodo dan Rinca di sebelah barat. Sebelah barat Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil terdapat Pulau Sumbawa (Nusa Tenggara Barat) dan sebelah timur Flores, setelah gugusan pulau-pulau kecil terdapat Kepulauan Alor. Di sebelah tenggara terdapat Pulau Timor. Di sebelah barat daya terdapat Pulau Sumba. Di sebelah selatan terdapat Laut Sawu dan di sebelah utara di seberang Laut Flores terdapat Pulau Sulawesi. Suku bangsa Flores merupakan percampuran etnis Melayu, Melanesia, dan Portugis. Oleh karena pernah menjadi koloni Portugis, maka interaksi dengan kebudayaan Portugis sangat terasa dalam kebudayaan Flores, baik secara genetika, agama, maupun budaya. SEJARAH Pedagang Portugis dan misionaris datang ke Flores pada abad ke-16, khususnya Larantuka dan Sikka. Pengaruh mereka masih dapat dilihat melalui budaya, bahasa, dan agama Sikka. Ketika Belanda menyerang Fortres of Solor pada tahun 1613, populasi yang dipimpin oleh para Dominika pindah ke Larantuka, di pantai timur Flores. Populasi ini bercampur antara Portugis, penduduk lokal, dan Larantuqueiros. Pada tahun 1846, Belanda dan Portugal memulai negosiasi tentang pembatasan wilayah. Kemudian tahun 1854, Portugis menyerahkan seluruh klaim historisnya di Flores dan Flores menjadi bagian dari wilayah Hindia Belanda Timur. Selama Perang Dunia II, pasukan invasi Jepang mendarat di Reo pada tanggal 14 Mei 1942 dan menduduki Flores. Setelah perang, Flores menjadi bagian dari Indonesia merdeka. id.wikipedia.org/wiki/Pulau_Flores en.wikipedia.org/wiki/Flores DILIAHAT DARI BEBERAPA ASPEK MORFOLOGI STRATIGRAFI STRUKTUR TEKTONIK VOLKANO MANAGEMENT GEOLOGI KABUPATEN NAGEKEO. JAO ATA KEO, ANA UDU MBUJU EKO LOMBA, LA ATA BERO. JAO PUNU TAU MUNDA MUMU.PIDI PATA TA RIA. POTO PATA TA MODO. PATA TA REE MAE EE, PATA SADA MAE MADA. PORO TODO, WA'U SA'O, MA'E GHEWO PUU KAMU DONGGO DIRU. TA DATU ENA TE TUNGGA CATATAN MO'O MAE GHEWO PUU KAMU DONGGO DIRU. MENGA DA'E NGGADE MEDA. VERBA VOLANT SCRIPTA MANENT. TULI WADO MO'O MA'E GHEWO. PT LASINDO TAMBANG BIJI BESI SECARA ILEGAL 1 komentar BR - PT. Lasindo Santosa dinilai telah melakukan penambangan biji besi secara ilegal di Desa Nggolonio, Kecamatan Aesesa, Kabupaten Nagekeo. Pasalnya, selain aktivitasnya tidak diketahui DPRD Kabupaten Ngada, aksi penambangan itu juga tanpa seijin dan persetujuan pemilik tanah yang menjadi lahan tambang. “Kami selaku lembaga legislatif tidak pernah mendapat laporan dari Pemda Ngada bahwa di Desa Nggolonio ada investor yang sedang melakukan eksploitasi biji besi. Kami justru baru tahu ketika ada surat pengaduan dari tokoh masyarakat Towak dan Toring yang mengaku melakukan protes karena tanah mereka telah dijadikan lahan tambang biji besi,” papar Ketua DPRD Ngada, Drs. Thomas Dola Radho. Dola Radho juga mengaku tak tahu nama perusahaan yang melakukan penambangan. “Saya kurang tahu apa nama perusahaan itu. Tapi waktu itu saya mendukung sikap warga agar pihak Pemkab dan Investor hentikan dulu aktivitas penambangan. Bereskan dulu masalah tanah,” ucapnya. Ketidaktahuan DPRD Ngada juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Ngada, Drs. Yoseph Sola Dopo. “Pemerintah belum melaporkan secara resmi bahwa di Nggolonio ada penambangan biji besi. Seharusnya hasil penelitian biji besi itu dipresentasikan dulu ke dewan sebelum eksekusi lapangan. Karena ini menyangkut harakat orang banyak,” tegas Sola Dopo. Anehnya diam-diam, Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Kabupaten Ngada, Drs. Ignas Wawo telah menerima uang jaminan kesungguhan dari PT Lisindo sebesar Rp 500 juta dan mempersilakan PT Lasindo untuk mulai beroperasi, memporakporandakan isi gunung guna mencari kandungan biji besi. “Uang itu sudah saya serahkan dan sekarang berada di rekening Bupati Ngada,” ujar Wawo. Ditanya kenapa keberadaan PT Lasindo tidak dilaporkan ke DPRD Ngada dan mensosialisasikan rencana penambangan kepada masyarakat pemilik lahan? Dengan lantang Wawo menjawab,”Kita ini baru belajar. Kita masih baru dengan urusan pertambangan. Jadi, kita jalani saja. Soal ribut-ribut itu baru kita urus dari belakang”. Alhasil beberapa waktu lalu suku adat Towak dan Toring sebagai pemilik lahan tambang melakukan protes ke DPRD dan Bupati Ngada. Mereka mendesak pemerintah dan PT Lisindo untuk segera merealisir konpensasi kerugian yang diderita oleh pemilik tanah yang lahannya telah digusur oleh PT Lasindo. Pada kesempatan yang sama, warga Towak dan Toring juga menyatakan menarik kembali pernyataan penyerahan tanah kepada PT Lasindo, karena kesepakatan yang tercantum dalam surat penyerahan tanah tersebut tidak dilaksanakan sebagamana mestinya oleh PT Lasindo maupun Pemkab Ngada. “Kita tetap akan cari solusi untuk selesaikan masalah ini. Apalagi ada tidak kandungan biji besi dilokasi itu belum diketahui secara persis,” tandasnya. Anehnya disaat yang sama, Wawo mengatakan, cadangan biji besi yang sudah terukur yang terdapat di lokasi seluas 348 ha itu sebanyak 1,7 juta ton. “Soal ganti rugi tanah, PT Lasindo telah menyiapkan dana sebesar Rp 150 juta, yakni Rp 75 juta untuk suku Towak dan Rp 75 juta untuk suku Toring,” ujar Wawo. Namun saat ditemui terpisah, kepada Mingguan Berita Rakyat, Bupati Ngada, Drs. Piet Nuwa Wea mengaku ganti rugi lahan yang telah disediakan PT Lasindo sebesar Rp 850 juta. “Untuk ganti rugi sudah disediakan Rp 850 juta. PT Lisindo ini sudah memenuhi syarat, makanya kami memberiakan ijin dengan penyerahan jaminam Rp 500 juta dan itu ada di rekening bupati dan kita tidak gunakan, termasuk bunganya. Setelah dia (PT Lasindo-Red) selesai kerja, dia bisa ambil kembali itu uang,” papar Pit Nuwa. Menurut Pit Nuwa, soal ganti rugi, ada masyarakat yang ribut soal itu. Awalnya pemerinatah hanya tahu bahwa yang punya hak atas tanah itu adalah masyarakat suku Nggolonio. Tapi belakangan masyarakat adat suku Towak dan Toring juga mengaku punya hak atas tanah yang sama. “Pertama hanya orang Nggolonio, sekarang ada yang menyebut orang Towak juga berhak, orang Toring juga berhak. Tanah sudah ada harga, jadinya begitu. Peonya dimana? Okelah kita akan mediasi , tapi tambang inikan belum tentu ada barang deo (biji besi-Red) itu di bawah (tanah) sana. Konpensasi atas tanah sudah disepakati Rp 850 juta. Dan itu akan dibayar. Sekarang ini mereka (PT Lasindo-Red) masih pakai itu uang untuk beli alat bor untuk cari tahu kandungan biji besi di lokasi. Karena ujicoba yang pertama itu, kandungan biji besi hanya ada dipermukaan. Ini yang mesti dipahami juga. Tambang itu seperti judi. Makanya saya selalu bilang, investor ini memang setengah gila. Belum tahu ada atau tidak ada kandungan biji besi, tapi mereka nekad inves modal secara besar-besaran,” tandas Pit Nuwa. Menanggapi perbedaan keterangan soal ganti rugi yang disampaikan oleh Pit Nuwa dan Ignas Wawo, Sola Dopo mengaku bingung. “Aktivitas dilapangan saja kami tidak tahu, apalagi soal ganti rugi. Kalau memang ada, yang pastinya berapa? Biar masyarakat tidak bingung. Rp 75 juta atau Rp 850 juta,” timpal Sola Dopo. Pantauan dan informasi yang dihimpun Mingguan Berita Rakyat di lokasi tambang menyebutkan, PT Lasindo telah melakukan penggusuran, termasuk membuka jalan raya menuju lokasi tambang tanpa sepengetahuan pemilik tanah. PT Lasindo hanya mendapat izin dari warga suku Nggolonio yang nota bene bukan pemilik lahan tambang. Sebab, menurut warga sekitar, lahan tambang tersebut sesungguhnya milik warga suku Towak dan Toring, bukan milik suku Ngglonio. Konon suku Nggolonio menghuni di pegunungan Wewomuncuk di sekitar Mbay dan Riung. Karena ingin berbaur dengan masyarakat dataran rendah, suku Nggolonio pun memohon kepada suku Towak dan Toring agar mereka diberi tempat tinggal. “Tanah gheo bo watu kago sa’o. Tanah yang diberikan kepada orang Nggolonio itu hanya sekitar kampung, tidak lebih. Jadi, tempat yang mereka tempati sekarang itu merupakan hak ulayat suku Towak. Mereka tinggal disitu baru sekitar 30 tahun,” papar Yoseph Nusa, Tokoh Masyarakat Adat Towak. Sementara itu, Dami Djambo, salah seorang pemilik tanah di lahan tambang mengatakan, seharusnya sebelum melakukan eksplorasi maupun eksploitasi biji besi, pemerintah dan investor mencari tahu dahulu siapa sesungguhnya pemilik lahan tambang itu. Bukannya main seruduk. Itu adalah tindakan ilegal. Jangan eksploitasi biji besi secara ilegal seperti itu. “Itu bukan orang Nggolonio punya tanah. Itu tanah milik kami. Lebih baik kami mati, kalau peninggalan leluhur kami itu tidak dihargai. Lokasi tambang itu milik suku Toring dan Towak atau yang lebih dikenal orang sini dengan sebutan Kanak Toring-Kanak Towak,” tegasnya. Pemutarbalikan status kepemilikan tanah di lokasi tambang itu disebut-sebut dilakukan oleh Dus Lalo, salah seorang staf Kantor Perwakilan NTT di Jakarta. Dengan berbagai dalih, Dus Lalo menjelaskan kepada Pemkab Ngada dan PT Lasindo bahwa lahan tambang itu bukan milik suku Toring dan Towak. “Dus Lalo itu suku Mbuang. Dulu suku Mbuang itu suku perampok. Dulu, kalau nelayan sekitar pulang melaut, suku ini yang biasa rampas. Mereka akan ambil ikan-ikan besar dan tinggalkan ikan-ikan kecil untuk si pemilik ikan. Oleh karena itu, suatu waktu suku Toring mengusir dan membakar kampung mereka. Akhirnya mereka lari tunggang langgang cari selamat sendiri-sendiri, dari mereka ada yang mengungsi ke Mbay, ada yang mengungsi ke Flores bagian Barat. Sejak saat itu, atas kesepakatan bersama, hak-hak suku Mbuang dicabut. Bahkan sebelum Belanda masuk diwilayah ini, suku Toring sudah menguasainya. Sedangkan orang Nggolonio itu turun ke dataran di tempat tinggal mereka sekarang itu baru pada tahun 1975. Tanah yang mereka tempati itu adalah milik orang suku Towak,” papar Dami Jambo. Dami Djambo sangat menyesal kenapa ketika akan melakukan penambangan biji besi, pemerintah maupun investor tidak langsung berkomunikasi dengannya sebagai pemilik tanah. “Penyerahan tanah seluas 348 ha pada 2 Desember 2006 itu menurut saya cacat menurut hukum adat kami. Apalagi hal-hal yang menyangkut dengan kesepakatan saat penyerahan itu tidak ditindaklanjuti oleh pemerintah maupun investor,” ucapnya. Padahal Pemkab Ngada mengetahui bahwa pada Senin, 3 Maret 2003 lalu, fungsionaris adat Towak, Toring, Cila dan Mude Beza telah bersepakat bahwa batas tanah ulayat suku Towak adalah Utara dengan dataran Marore, Muuwae (Muara-Red), Pimpeng, Paarowet, Nanga Numba dan Makisengkok. Barat dengan tanah adat masyarakat Toring (Pongget-Mekisengkok-watuperak-Tanah Bhete (Mboa Repet)-Bhunga Dhadhik-Nunuklebe) dan tanah masyarakat Adat Cila (Lengkoracok-Waejera-Bhubhelek-Mboaras-Waetaal-Okang-Nunuklebe). Selatan dengan tanah masyarakat adat Munde Beze (Nunukleba-Tanatoro-Hoboboro) dan tanah masyarakat adat Dhawe (Logojara-Nunutuwa-Reoek). Timur dengan Wololaba, Kopo dan Waemeze (Kali Aesesa). “Tanah yang diserahkan oleh orang Towak untuk orang Nggolonio itu hanya untuk tempat tinggal, bukan semua yang menjadi hak suku Towak,” tegas Djambo. Hal senada juga akui Ketua Fungsionaris Adat Towak, Yonas Goa Dhali. “Pihak investor dan Pemda telah membodohi kami. Memang benar tanggal 2 Desember 2006 lalu telah diadakan penyerahan tanah untuk penambangan biji besi. Akan tetapi ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi oleh Pemda dan investor. Persyaratannya antara lain bahwa pada 15 Desember 2006 akan diadakan sosialisasi antara Pemda, investor dengan masyarakat fungsionaris adat Towak dan Toring. Tetapi sampai dengan sekarang sosialisasi itu tidak pernah ada. Dan, karena kesepakatan belum ada, namun pihak investor sudah mulai melakukan kegiatan tambang di lokasi, maka kami terpaksa menarik kembali surat pernyataan penyerahan tanah yang pernah kami sepakati dengan pemerinatah dan investor,” tegasnya. Wakil Ketua DPD Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) Kabupaten Nagekeo, Ir. Gabriel Mala mengatakan, jika ekplorasi maupun eksploitasi tambang biji besi itu menyisahkan masalah sebaiknya dihentikan saja. Apalagi dana ganti rugi lahan tidak jelas besarannya. “Yang benar yang mana? Rp 75 juta atau Rp 850 juta. Jangan korbankan rakyat hanya karena kepentingan tambang yang tidak jelas itu,” ujarnya, singkat. Akibat persoalan kepemilikan tanah tersebut, aktivitas penambangan biji besi dihentikan sementara. Tampak dilokasi berjejer berbagai peralatan tambang milik PT Lasindo. “Kita nggak tahu kalau soal kepemilikan tanah. Kami ini hanya teknisi saja. sekarang ini kita stop, karena lagi nunggu alat bor,” ucap Teknisi PT Lasindo Santosa bernama Tomo. Sementara itu Ketua DPW PPRN NTT, DR. Thomas Ola Langoday, SE.M.Si mengatakan, persoalan tambang dimanapun di dunia ini tidak pernah mensejahtrakan tuan tanahnya sendiri. “Ini yang harus diingat oleh pemerintah dan masyarakat Nagekeo. Bukan saja di Indonesia, bukan saja di Lembata, di seluruh dunia ini, tambang tidak pernah mengsejahtrakan tuan tanah. Yang berkuasa adalah pengusaha sendiri. Dimanakah tuan tanah? Terpingirkan, bahkan ada yang sampai ditransmigrasikan dan diemigrasikan ke negara lain. Sayang betul kita ini. Tambang bukan tidak boleh, tapi yang harus jadi pemilik adalah tuan tanah, dia harus memiliki itu sampai ke anak cucunya. Karena yang mendiami bumi ini adalah tuan tanah, bukan investor,” ujar Langoday saat melantik pengurus PPRN Kabupaten Nagekeo di Aula SVD Danga pada Sabtu, (11/08/07) lalu. (chris parera) Bijih besi Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Belum Diperiksa Langsung ke: navigasi, cari Timbunan butiran bijih besi Biji atau bijih besi adalah cebakan yang digunakan untuk membuat besi gubal. Biji besi terdiri atas oksigen dan atom besi yang berikatan bersama dalam molekul. Besi sendiri biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi biasanya kaya akan besi oksida dan beragam dalam hal warna, dari kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat anjing Saat ini, cadangan biji besi nampak banyak, namun seiring dengan bertambahnya penggunaan besi secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini mulai berkurang, karena jumlahnya tetap. Sebagai contoh, Lester Brown dari Worldwatch Institute telah memperkirakan bahwa bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun. Artikel bertopik mineral ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Bijih besi batuan dan mineral dari mana logam besi dapat secara ekonomis diekstrak. Bijih-bijih biasanya kaya oksida besi dan bervariasi dalam warna dari abu-abu gelap, kuning cerah, ungu dalam, menjadi merah berkarat. Besi itu sendiri biasanya ditemukan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethite (FeO (OH), limonit (FeO (OH) n (H2O). Atau siderite (FeCO3). Bijih membawa jumlah yang sangat tinggi dari hematite atau magnetit (lebih besar dari besi ~ 60%) yang dikenal sebagai "bijih alami" atau "bijih pengiriman langsung", yang berarti mereka dapat diberi makan langsung ke pembuatan besi blast furnace. Sebagian besar cadangan bijih tersebut kini telah habis. Bijih besi adalah bahan baku yang digunakan untuk membuat pig iron, yang merupakan salah satu bahan baku utama untuk membuat baja. 98% dari bijih besi ditambang digunakan untuk membuat baja. [1] Memang, telah berpendapat bahwa bijih besi "yang lebih integral untuk ekonomi global daripada komoditas lainnya, kecuali mungkin minyak". [2] Sumber Besi metalik hampir tidak dikenal di permukaan Bumi kecuali sebagai besi-nikel paduan dari meteorit dan bentuk yang sangat jarang xenoliths mantel yang mendalam. Meskipun zat besi adalah unsur yang paling berlimpah keempat dalam kerak bumi, yang terdiri dari sekitar 5%, sebagian besar terikat dalam mineral silikat atau karbonat lebih jarang. Hambatan termodinamika untuk memisahkan besi murni dari mineral-mineral yang tangguh dan energi yang intensif, oleh karena itu semua sumber besi yang digunakan oleh industri manusia mengeksploitasi mineral oksida besi relatif jarang, bentuk utama yang digunakan sedang hematit. Sebelum revolusi industri, besi sebagian besar diperoleh dari goethite banyak tersedia atau bijih rawa, misalnya selama Revolusi Amerika dan perang-perang Napoleon. Masyarakat prasejarah digunakan laterit sebagai sumber bijih besi. Secara historis, banyak bijih besi dimanfaatkan oleh masyarakat industri telah ditambang dari deposit didominasi hematit dengan nilai lebih dari 60% Fe. Deposit ini biasanya disebut sebagai "bijih pengiriman langsung" atau "bijih alami". Peningkatan permintaan bijih besi, ditambah dengan menipisnya bermutu tinggi bijih hematit di Amerika Serikat, setelah Perang Dunia II menyebabkan perkembangan tingkat rendah sumber bijih besi, terutama pemanfaatan taconite di Amerika Utara. Tingkat rendah sumber bijih besi umumnya memerlukan benefisiasi. Magnetit sering dimanfaatkan karena magnet, dan karenanya mudah dipisahkan dari mineral gangue dan mampu menghasilkan konsentrat bermutu tinggi dengan tingkat yang sangat rendah dari kotoran. Karena kepadatan yang tinggi relatif terhadap gangue hematit silikat terkait, benefisiasi hematit biasanya melibatkan kombinasi dari menghancurkan, gravitasi penggilingan, atau berat pemisahan media, dan flotasi buih silika. Salah satu metode bergantung pada melewati bijih ditumbuk halus di atas penangas larutan yang mengandung bentonit atau agen lainnya yang meningkatkan densitas dari solusi. Saat densitas larutan benar dikalibrasi, hematit akan tenggelam dan fragmen mineral silikat akan mengapung dan dapat dihapus. Metode penambangan bijih besi berbeda-beda menurut jenis bijih yang ditambang. Ada empat jenis utama dari deposito bijih besi bekerja saat ini, tergantung pada mineralogi dan geologi dari deposito bijih. Ini adalah magnetit, titanomagnetite, hematit besar dan deposito ironstone pisolitic. Banded besi formasi Pelet taconite olahan seperti yang digunakan dalam industri pembuatan baja, dengan Triwulan US ditampilkan untuk skala. Banded formasi besi (BIF) yang bermetamorfosis batuan sedimen terdiri dari mineral terutama zat besi dan silika tidur tipis (seperti kuarsa). Sekarang mineral besi mungkin siderit karbonat, tetapi mereka digunakan sebagai bijih besi mengandung oksida atau magnetit hematit [3]. Banded Besi formasi dikenal sebagai taconite di Amerika Utara.Pertambangan BIF melibatkan menghancurkan formasi kasar dan penyaringan, diikuti oleh kasar menghancurkan dan fine grinding untuk menumbuk bijih ke titik di mana magnetit mengkristal dan kuarsa cukup baik bahwa kuarsa yang tertinggal ketika bubuk yang dihasilkan lewat di bawah pemisah magnetik. Pertambangan melibatkan pergerakan jumlah besar bijih dan limbah. Sampah datang dalam dua bentuk, batuan di tambang (sampah) yang tidak bijih, dan mineral yang tidak diinginkan yang merupakan bagian intrinsik dari batuan bijih sendiri (gangue).Para sampah ditambang dan ditumpuk di tempat pembuangan sampah, dan gangue dipisahkan selama proses benefisiasi dan dibuang sebagai tailing. Tailing taconite sebagian besar kuarsa mineral, yang secara kimia inert. Bahan ini disimpan dalam jumlah besar, kolam menetap air diatur. Parameter ekonomi kunci untuk bijih magnetit menjadi ekonomi adalah kristalinitas dari magnetit, kelas besi dalam batuan induk BIF, dan unsur-unsur kontaminan yang ada dalam magnetit konsentrat. Rasio ukuran dan strip dari sumber daya magnetit yang paling tidak relevan karena BIF formasi dapat ratusan meter tebal, dengan ratusan kilometer mogok, dan dapat dengan mudah datang ke lebih dari 3.000 juta atau lebih, ton bijih yang terkandung. Nilai khas dari besi di mana pembentukan besi magnetit-banded menjadi bantalan ekonomi kira-kira 25% Fe, yang umumnya dapat menghasilkan pemulihan 33% sampai 40% dari magnetit berat, untuk menghasilkan lebih berkonsentrasi grading Fe 64% oleh berat badan. Besi magnetit berkonsentrasi bijih khas memiliki kurang dari 0,1% fosfor, silika 3-7% dan kurang dari 3% aluminium. Ukuran butir dari magnetit dan derajat Percampuran dengan groundmass silika menentukan ukuran menggiling batu yang harus comminuted untuk memungkinkan pemisahan magnetik efisien untuk memberikan konsentrat magnetit yang tinggi kemurnian. Ini menentukan input energi yang dibutuhkan untuk menjalankan operasi penggilingan. Deposito magnetit umumnya paling BIF harus tanah untuk antara 32 dan 45 mikrometer untuk menghasilkan konsentrat magnetit silika rendah. Magnetit umumnya berkonsentrasi nilai lebih dari Fe 63% berat dan fosfor biasanya rendah, aluminium rendah, titanium rendah dan silika yang rendah dan permintaan harga premium. Saat ini bijih besi magnetit (taconite) ditambang di Minnesota dan Michigan di Amerika Serikat, dan Kanada Timur. BIF bantalan magnetit saat ini ditambang secara luas di Brasil, yang mengekspor jumlah yang signifikan ke Asia, dan ada besi magnetit industri bijih baru lahir dan besar di Australia. Pengiriman langsung (hematit) bijih Langsung pengiriman bijih besi (DSO) deposito (biasanya terdiri dari hematit) saat ini dieksploitasi di semua benua kecuali Antartika, dengan intensitas terbesar di Amerika Selatan, Australia dan Asia. Deposito besi bijih hematit paling besar bersumber dari besi formasi diubah terbalut dan akumulasi jarang beku. Deposito DSO biasanya jarang daripada BIF magnetit-bantalan atau batuan lainnya yang membentuk sumber utama atau rock protolith, tetapi jauh lebih murah untuk tambang dan proses karena mereka memerlukan benefisiasi kurang karena kandungan zat besi yang lebih tinggi. Namun, bijih DSO dapat mengandung konsentrasi signifikan lebih tinggi dari elemen penalti, biasanya yang lebih tinggi fosfor, kadar air (akumulasi sedimen terutama pisolite) dan aluminium (tanah liat dalam pisolites). Ekspor bijih kelas DSO umumnya dalam kisaran 62-64% Fe [kutipan diperlukan]. [Sunting] Deposit bijih magnetit Magmatik Kadang-kadang granit dan batuan beku ultrapotassic memisahkan kristal magnetit dan massa bentuk magnetit cocok untuk konsentrasi ekonomi. Sebuah deposit bijih besi Beberapa, terutama di Chili, yang terbentuk dari arus vulkanik yang mengandung akumulasi yang signifikan dari fenokris magnetit.Chili magnetit deposit bijih besi di Gurun Atacama juga telah membentuk akumulasi aluvial magnetit di sungai terkemuka dari formasi tersebut vulkanik. Beberapa forsiterite magnetit dan deposito hidrotermal telah bekerja di masa lalu sebagai bermutu tinggi memerlukan deposit bijih besi benefisiasi kecil. Ada beberapa granit terkait deposito alam ini di Malaysia dan Indonesia. Sumber-sumber lain bijih besi magnetit termasuk akumulasi bijih magnetit metamorf masif seperti di River Savage, Tasmania, dibentuk oleh geser ultramafics ofiolit. Lain, kecil, sumber bijih besi akumulasi intrusi magmatik di berlapis yang mengandung titanium biasanya bantalan magnetit sering dengan vanadium. Bijih ini membentuk ceruk pasar, dengan spesialisasi smelter digunakan untuk memulihkan besi, titanium dan vanadium. Ini bijih yang beneficiated dasarnya mirip dengan banded pembentukan bijih besi, tetapi biasanya lebih mudah ditingkatkan melalui penghancuran dan penyaringan.Tingkatan titanomagnetite khas berkonsentrasi 57% Fe, Ti 12% dan 0,5% V2O5 [kutipan diperlukan]. Besi adalah logam dunia yang paling umum digunakan - baja, dimana bijih besi adalah bahan utama, yang mewakili hampir 95% dari logam semua digunakan per tahun [2] Hal ini digunakan terutama dalam aplikasi teknik struktural dan dalam tujuan maritim, mobil, dan. umum aplikasi industri (mesin). Kaya zat besi batuan di seluruh dunia umum, tetapi bijih kelas operasi penambangan komersial didominasi oleh negara-negara yang tercantum dalam tabel samping. Hambatan utama untuk ekonomi untuk deposit bijih besi belum tentu kelas atau ukuran dari deposito, karena tidak terlalu sulit untuk membuktikan secara geologis cukup tonase batu ada. Kendala utama adalah posisi dari bijih besi relatif terhadap pasar, biaya infrastruktur rel untuk mendapatkannya untuk pasar dan biaya energi yang dibutuhkan untuk melakukannya. Pertambangan bijih besi adalah volume bisnis margin tinggi rendah, sebagai nilai besi secara signifikan lebih rendah dari logam dasar. [5] Hal ini sangat padat modal, dan memerlukan investasi yang signifikan dalam infrastruktur seperti rel untuk transportasi bijih dari tambang ke sebuah kapal barang [5]. Untuk alasan ini, produksi bijih besi terkonsentrasi di tangan beberapa pemain utama. Dunia produksi rata-rata dua miliar ton metrik bijih mentah per tahun. Produsen terbesar di dunia bijih besi adalah penambangan perusahaan Vale Brasil, diikuti oleh Anglo-Australia BHP Billiton dan perusahaan Rio Tinto Group. Sebuah pemasok Australia lebih lanjut, Fortescue Metals Group Ltd telah membantu membawa produksi Australia untuk kedua di dunia. Perdagangan yg berlayar di laut dalam bijih besi, yaitu, bijih besi untuk dikirim ke negara-negara lain, 849m ton pada tahun 2004 [5]. Australia dan Brasil mendominasi perdagangan yg berlayar di laut, dengan 72% dari pasar. [5] BHP, Rio dan Vale kontrol 66% dari pasar ini di antara mereka [5]. Di Australia besi bijih menang dari tiga sumber utama: pisolite "saluran besi deposito" bijih diturunkan oleh erosi mekanis besi primer banded formasi dan akumulasi di saluran aluvial seperti di Pannawonica, Australia Barat; dan pembentukan metasomatically-diubah besi dominan banded terkait bijih seperti di Newman, Range Chichester, Range Hamersley dan Koolyanobbing, Australia Barat. Jenis lain dari bijih yang datang ke permukaan baru-baru ini, seperti hardcaps mengandung besi teroksidasi, misalnya deposito bijih besi laterit di dekat Danau Argyle di Australia Barat. Cadangan dipulihkan total bijih besi di India sekitar 9.602 juta ton hematit dan 3.408 juta ton magnetit [kutipan diperlukan]. Madhya Pradesh, Karnataka, Jharkhand, Orissa, Goa, Maharashtra, Andhra Pradesh, Kerala, Rajasthan dan Tamil Nadu India adalah produsen utama bijih besi. Dunia konsumsi bijih besi tumbuh 10% per tahun [kutipan diperlukan] rata-rata dengan konsumen utama sedang Cina, Jepang, Korea, Amerika Serikat dan Uni Eropa. Cina saat ini konsumen terbesar bijih besi, yang diterjemahkan menjadi produsen baja terbesar di dunia negara produsen. Itu juga merupakan importir terbesar, membeli 52% dari perdagangan yg berlayar di laut dalam bijih besi pada tahun 2004 [5]. Cina diikuti oleh Jepang dan Korea, yang mengkonsumsi sejumlah besar bijih besi mentah dan batu bara metalurgi. Pada tahun 2006, China memproduksi 588 juta ton bijih besi, dengan pertumbuhan tahunan sebesar 38%. Pasar bijih besi Selama 40 tahun terakhir, harga bijih besi telah diputuskan dalam negosiasi tertutup antara segelintir kecil dari penambang dan pembuat baja yang mendominasi baik spot dan pasar kontrak. Secara tradisional, kesepakatan pertama mencapai antara dua kelompok menetapkan patokan yang harus diikuti oleh seluruh industri. [2] Sistem patokan telah Namun dalam beberapa tahun terakhir mulai memecah, dengan peserta sepanjang kedua permintaan dan rantai pasokan menyerukan pergeseran ke harga jangka pendek. Mengingat bahwa sebagian besar komoditas lain yang sudah memiliki sistem berbasis pasar harga dewasa, adalah wajar untuk bijih besi untuk mengikutinya. Meskipun pertukaran dibersihkan kontrak bijih besi swap yang telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir, ke-tanggal pertukaran tidak ada membangun pasar berjangka yang tepat untuk $ 88000000000 sebagian besar berlayar di laut perdagangan besi tahun bijih. [6] Untuk menjawab tuntutan pasar yang semakin meningkat untuk lebih transparan harga, sejumlah bursa keuangan dan / atau rumah kliring di seluruh dunia telah menawarkan swap bijih besi kliring. CME kelompok, SGX (Singapore Exchange), London Clearing House (LCH.Clearnet), NOS Group dan ICEX (India Komoditas Exchange) menawarkan semua dibersihkan swap didasarkan pada (TSI) Indeks Steel Data transaksi bijih besi.CME juga menawarkan swap berbasis Platts, di samping kliring menukar mereka TSI. ICE (Intercontinental Exchange) menawarkan pertukaran layanan berbasis Platts kliring juga.Pasar swap telah tumbuh cepat, dengan clustering likuiditas sekitar harga TSI itu. [7] Pada April 2011, lebih dari USD $ 5,5 miliar dolar senilai bijih besi swap telah dibersihkan harga dasar TSI. Singapore Mercantile Exchange (SMX) telah meluncurkan besi dunia bijih kontrak global pertama berjangka, berdasarkan Bulletin Logam Indeks Bijih Besi (MBIOI) yang memanfaatkan data harga setiap hari dari spektrum yang luas dari peserta industri dan independen konsultasi baja China dan data penyedia Shanghai Steelhome yang kontak luas dasar produsen baja dan pedagang bijih besi di seluruh China [8]. Langkah ini mengikuti beralih ke berbasis indeks harga secara triwulanan oleh dunia tiga penambang bijih besi terbesar - Vale, Rio Tinto dan BHP Billiton -. Pada awal 2010, melanggar tradisi tahun 40-tahunan harga patokan [9] [Sunting] Deplesi Cadangan bijih besi saat ini tampaknya cukup luas, namun ada juga yang mulai menunjukkan bahwa peningkatan eksponensial matematika terus menerus dalam konsumsi bahkan dapat membuat sumber daya ini tampak cukup terbatas. Bijih besi Misalnya, Lester Brown dari Worldwatch Institute telah menyarankan bisa habis dalam 64 tahun berdasarkan pada ekstrapolasi sangat konservatif pertumbuhan 2% per tahun [10]. [Sunting] Pilbara deplesi Geoscience Australia menghitung bahwa negara itu "sumber daya ekonomi menunjukkan" besi saat ini berjumlah sampai 24 gigaton, atau 24 miliar ton. Hal ini sedang digunakan sampai pada tingkat saat ini dari 324 juta ton per tahun. Pada tahun 1960 itu dilaporkan disebut "salah satu badan bijih yang paling besar di dunia" oleh Thomas Harga, kemudian wakil presiden AS yang berbasis perusahaan baja Kaiser Steel. Menurut Biro Australia Ekonomi Pertanian dan Sumberdaya, bahwa sumber daya sedang digunakan sampai pada tingkat dari 324 juta ton per tahun, dengan harga diperkirakan akan meningkat selama tahun-tahun mendatang. Para ahli Dr Gavin Mudd (Monash University) dan Jonathon Hukum (CSIRO) berharap untuk dapat pergi dalam waktu 30 sampai 50 tahun (Mudd) dan 56 tahun (UU) [11]. Pada akhir 2010, penambang bijih besi terkemuka di kompleks Pilbara - Rio Tinto, BHP dan Fortescue Metals semua Grup mengumumkan investasi modal yang signifikan dalam pengembangan tambang yang ada dan infrastruktur terkait (rel, pelabuhan, pengiriman). Kolektif industri telah menyatakan tujuan untuk meningkatkan produksi sampai 1 Milyar ton per tahun pada tahun 2020. [Sunting] Smelting Artikel utama: ledakan tungku dan bloomery Bijih besi terdiri dari atom oksigen dan besi terikat bersama menjadi molekul. Untuk mengubahnya menjadi besi metalik itu harus dilebur atau dikirim melalui proses reduksi langsung untuk menghilangkan oksigen. Oksigen-besi ikatan yang kuat, dan untuk menghilangkan besi dari oksigen, ikatan unsur kuat harus disajikan untuk melampirkan oksigen. Karbon digunakan karena kekuatan ikatan karbon-oksigen lebih besar daripada ikatan besi-oksigen, pada suhu tinggi. Dengan demikian, bijih besi harus bubuk dan dicampur dengan kokas, harus dibakar dalam proses peleburan. Namun, tidak sepenuhnya sesederhana itu, karbon monoksida merupakan bahan utama dari oksigen kimia pengupasan dari besi. Dengan demikian, peleburan besi dan karbon harus disimpan di sebuah negara oksigen (mengurangi) kekurangan untuk mempromosikan pembakaran karbon untuk menghasilkan CO tidak CO2. Ledakan udara dan arang (coke): 2 C + O2 → 2 CO Karbon monoksida (CO) adalah agen reduksi utama. Tahap Satu: 3 Fe2O3 + CO → 2 Fe3O4 + CO2 Tahap Dua: Fe3O4 + CO → FeO + CO2 3 Tahap Tiga: FeO + CO → Fe + CO2 Kalsinasi kapur: CaCO3 → CaO + CO2 Lime bertindak sebagai fluks: CaO + SiO2 → CaSiO3 Unsur jejak Dimasukkannya bahkan sejumlah kecil dari beberapa elemen dapat memiliki efek mendalam pada karakteristik perilaku batch dari besi atau operasi peleburan. Efek ini dapat menjadi keduanya baik dan buruk, beberapa serempak buruk. Beberapa bahan kimia yang sengaja ditambahkan seperti fluks yang membuat tanur yang lebih efisien. Yang lain akan ditambahkan karena mereka membuat besi lebih cair, lebih keras, atau memberikan beberapa kualitas yang diinginkan lainnya. Pilihan bijih, bahan bakar, dan fluks menentukan bagaimana berperilaku dan terak karakteristik operasional dari besi yang dihasilkan.Bijih besi Idealnya hanya berisi besi dan oksigen. Pada kenyataannya hal ini jarang terjadi. Biasanya, bijih besi mengandung sejumlah unsur yang sering tidak diinginkan dalam baja modern. [Sunting] Silikon Silika (SiO2) hampir selalu hadir dalam bijih besi. Sebagian besar adalah slagged off selama proses peleburan. Pada suhu di atas 1300 ° C beberapa akan berkurang dan membentuk paduan dengan besi. Para panas tungku, silikon lebih akan hadir dalam besi. Hal ini tidak jarang untuk menemukan sampai dengan 1,5% Si pada besi cor Eropa dari 16 ke abad 18. Efek utama dari silikon adalah untuk mempromosikan pembentukan besi abu-abu. Gray besi kurang rapuh dan lebih mudah untuk menyelesaikan dari besi putih. Hal ini lebih disukai untuk casting tujuan untuk alasan ini. Turner (1900, hlm 192-197) melaporkan bahwa silikon juga mengurangi penyusutan dan pembentukan lubang sembur, menurunkan jumlah coran yang buruk. [Sunting] Fosfor Fosfor (P) memiliki empat efek besar pada besi: peningkatan kekerasan dan kekuatan, temperatur solidus rendah, fluiditas meningkat, dan sesak dingin. Tergantung pada tujuan penggunaan untuk besi, efek ini baik atau buruk. Bijih rawa sering memiliki kandungan Fosfor tinggi (Gordon 1996, hal 57). Kekuatan dan kekerasan dari besi meningkat dengan konsentrasi fosfor. 0,05% fosfor dalam besi tempa membuat sekeras baja karbon menengah. Besi fosfor yang tinggi juga dapat dikeraskan dengan memalu dingin. Efek pengerasan adalah benar untuk setiap konsentrasi fosfor. Fosfor lebih, semakin sulit menjadi besi dan lebih dapat mengeras dengan memalu. Pembuat baja modern dapat meningkatkan kekerasan sebanyak 30%, tanpa mengorbankan perlawanan shock dengan mempertahankan kadar fosfor antara 0,07 dan 0,12%. Hal ini juga meningkatkan kedalaman pengerasan akibat pendinginan, tetapi pada saat yang sama juga menurunkan kelarutan karbon dalam besi pada suhu tinggi. Hal ini akan menurun kegunaannya dalam pembuatan baja blister (sementasi), dimana kecepatan dan jumlah penyerapan karbon adalah pertimbangan utama. Penambahan fosfor memiliki sisi bawah. Pada konsentrasi yang lebih tinggi dari besi 0,2% menjadi semakin dingin pendek, atau rapuh pada suhu rendah. Dingin singkat ini terutama penting untuk besi bar. Meskipun, bar besi biasanya bekerja panas, penggunaannya sering membutuhkan itu untuk menjadi tangguh, ditekuk, dan tahan terhadap kejutan pada suhu kamar. Sebuah kuku yang hancur ketika dipukul dengan palu atau roda kereta yang pecah ketika menabrak batu tidak akan menjual dengan baik. Konsentrasi yang cukup tinggi membuat setiap fosfor zat besi tidak dapat digunakan (Rostoker & Bronson 1990, hal 22).Efek dari sesak dingin diperbesar oleh suhu. Jadi, sepotong besi yang benar-benar berguna di musim panas, mungkin menjadi sangat rapuh di musim dingin. Ada beberapa bukti bahwa selama Abad Pertengahan yang sangat kaya mungkin memiliki pedang fosfor tinggi untuk musim panas dan pedang fosfor rendah untuk musim dingin (Rostoker & Bronson 1990, hal 22). Hati-hati kontrol fosfor dapat sangat bermanfaat dalam casting operasi. Fosfor menekan temperatur likuidus, memungkinkan besi untuk tetap cair lebih lama dan meningkatkan fluiditas.Penambahan 1% dapat melipatgandakan jarak besi cair akan mengalir (Rostoker & Bronson 1990, hal 22). Efek maksimum, sekitar 500 ° C, dicapai pada konsentrasi 10,2% (Rostocker & Bronson 1990, hal 194). Untuk pekerjaan pengecoran Turner merasa besi yang ideal telah fosfor 0,2-0,55%. Besi yang dihasilkan cetakan diisi dengan void yang lebih sedikit dan juga menyusut kurang. Pada abad ke-19 beberapa produsen besi cor besi dekoratif digunakan dengan fosfor hingga 5%. Fluiditas yang ekstrim memungkinkan mereka untuk membuat coran yang sangat kompleks dan halus. Tapi, mereka tidak bisa bantalan berat, karena mereka tidak memiliki kekuatan (Turner 1900, hlm 202-204). Ada dua solusi untuk besi fosfor tinggi. Yang tertua, dan termudah, adalah menghindari. Jika Anda bijih besi yang dihasilkan dingin pendek, orang akan mencari sumber baru bijih besi. Metode kedua melibatkan oksidasi fosfor selama proses denda dengan menambahkan oksida besi. Teknik ini biasanya berhubungan dengan puddling di abad ke-19, dan tidak mungkin telah dipahami sebelumnya. Misalnya Ishak Zane, pemilik Pekerjaan Besi Marlboro tampaknya tidak tahu tentang hal itu pada tahun 1772. Mengingat reputasi untuk menjaga Zane mengikuti perkembangan terbaru, teknik ini mungkin tidak diketahui oleh ironmasters Virginia dan Pennsylvania. Fosfor adalah kontaminan merugikan karena membuat baja rapuh, bahkan pada konsentrasi sesedikit 0,6%. Fosfor tidak dapat dengan mudah dihapus oleh fluks atau peleburan, dan bijih besi sehingga umumnya harus rendah fosfor untuk mulai dengan.Pilar besi dari India yang tidak berkarat dilindungi oleh komposisi fosfat. Asam fosfat digunakan sebagai konverter karat karena zat besi fosfat kurang rentan terhadap oksidasi. [Sunting] Aluminium Sejumlah kecil aluminium (Al) yang hadir dalam bijih banyak (sering sebagai tanah liat) dan batu gamping beberapa. Yang pertama dapat dihapus dengan mencuci bijih sebelum peleburan. Sampai pengenalan tungku batu bata berbaris, jumlah kontaminasi aluminium cukup kecil sehingga tidak memiliki efek pada baik besi atau bijih. Namun, ketika batu bata mulai digunakan untuk tungku dan bagian dalam blast furnace, jumlah kontaminasi aluminium meningkat secara dramatis. Hal ini disebabkan erosi lapisan tungku oleh cairan slag. Aluminium sangat sulit untuk mengurangi. Sebagai akibat kontaminasi aluminium besi tidak menjadi masalah. Namun, hal ini meningkatkan viskositas terak (Kato & Minowa 1969, hlm 37 dan Rosenqvist 1983, hal 311). Hal ini akan memiliki sejumlah efek buruk pada operasi tungku. Terak tebal akan memperlambat turunnya biaya, memperpanjang proses.Aluminium tinggi juga akan membuat lebih sulit untuk menyadap dari terak cair. Pada ekstrim ini dapat menyebabkan tungku beku. Ada sejumlah solusi untuk slag aluminium tinggi. Yang pertama adalah menghindari, jangan menggunakan bijih atau sumber kapur dengan kandungan aluminium tinggi. Meningkatkan rasio fluks kapur akan menurunkan viskositas (Rosenqvist 1983, hal 311). Belerang Sulfur (S) adalah kontaminan yang sering dalam batubara. Hal ini juga hadir dalam jumlah kecil dalam bijih banyak, tetapi dapat dihilangkan dengan kalsinasi. Belerang larut mudah dalam besi baik cair dan padat pada suhu peleburan besi hadir dalam. Efek bahkan sejumlah kecil sulfur yang segera dan serius. Mereka salah satu yang pertama dikerjakan oleh pembuat besi. Sulfur menyebabkan besi menjadi merah atau panas pendek (Gordon 1996, hal 7). Besi pendek panas rapuh ketika panas. Ini adalah masalah serius seperti besi paling sering digunakan selama abad 17 dan 18 adalah bar atau besi tempa. Besi tempa dibentuk oleh pukulan berulang-ulang dengan palu selagi panas. Sepotong besi pendek panas akan pecah jika bekerja dengan palu. Ketika sepotong besi panas atau baja retak permukaan terbuka segera mengoksidasi. Lapisan oksida mencegah memperbaiki retak dengan pengelasan. Retak besar menyebabkan besi atau baja putus. Retak kecil dapat menyebabkan objek gagal selama penggunaan. Derajat sesak panas dalam proporsi langsung dengan jumlah yang hadir belerang. Hari besi dengan lebih dari 0,03% sulfur dihindari. Besi pendek panas dapat bekerja, tetapi harus bekerja pada suhu rendah. Bekerja pada suhu yang lebih rendah membutuhkan lebih banyak usaha fisik dari smith atau forgeman. Logam harus dipukul lebih sering dan lebih sulit untuk mencapai hasil yang sama. Sebuah bar sedikit terkontaminasi belerang dapat bekerja, tetapi membutuhkan waktu lebih banyak dan usaha. Dalam belerang besi cor mempromosikan pembentukan besi putih. Sesedikit 0,5% dapat menangkal efek dari pendinginan lambat dan kandungan silikon tinggi (Rostoker & Bronson 1990, hal 21). Besi cor putih lebih rapuh, tetapi juga lebih keras. Hal ini umumnya dihindari, karena sulit untuk bekerja, kecuali di Cina di mana belerang besi cor tinggi, beberapa sebagai tinggi sebagai 0,57%, dibuat dengan batubara dan kokas, digunakan untuk membuat lonceng dan lonceng (Rostoker, Bronson & Dvorak 1984, p 760).. Menurut Turner (1900, hlm 200), baik pengecoran besi harus kurang dari 0,15% belerang. Di seluruh dunia besi cor belerang yang tinggi dapat digunakan untuk membuat coran, tapi akan membuat besi tempa miskin. Ada sejumlah obat untuk kontaminasi belerang. Yang pertama, dan yang paling banyak digunakan dalam operasi sejarah dan prasejarah, adalah menghindari. Batubara tidak digunakan di Eropa (seperti Cina) sebagai bahan bakar untuk peleburan karena mengandung belerang dan karenanya menyebabkan besi pendek panas. Jika bijih logam singkat menghasilkan panas, ironmasters mencari bijih lain. Ketika mineral batubara pertama kali digunakan di tanur tiup Eropa di 1709 (atau mungkin sebelumnya), itu coked. Hanya dengan pengenalan ledakan panas dari 1829 adalah batubara mentah yang digunakan. Sulfur dapat dihilangkan dari bijih dengan memanggang dan mencuci. Roasting mengoksidasi sulfur untuk membentuk sulfur dioksida yang baik lolos ke atmosfer atau dapat dicuci. Dalam iklim hangat adalah mungkin untuk meninggalkan bijih piritik dalam hujan. Tindakan gabungan dari hujan, bakteri, dan panas mengoksidasi sulfida untuk sulfat, yang larut dalam air (Turner 1900, hlm 77). Namun, secara historis (setidaknya), besi sulfida (pirit besi FeS2), meskipun mineral besi umum, belum digunakan sebagai bijih untuk produksi logam besi. Alami pelapukan juga digunakan di Swedia. Proses yang sama, pada kecepatan geologi, hasil dalam bijih limonit gossan. Pentingnya melekat pada besi sulfur rendah ditunjukkan oleh harga secara konsisten lebih tinggi dibayar untuk besi Swedia, Rusia, dan Spanyol dari abad 16 hingga 18. Belerang saat ini tidak lagi masalah. Obat modern adalah penambahan mangan.Tapi, operator harus tahu berapa banyak sulfur dalam besi karena setidaknya lima kali lebih mangan harus ditambahkan untuk menetralkan itu. Beberapa besi bersejarah menampilkan tingkat mangan, tetapi kebanyakan jauh di bawah tingkat yang diperlukan untuk menetralisir belerang (Rostoker & Bronson 1990, hal 21). PROSES PEMBENTUKAN TEKTONIK NUSA TENGGARA TIMUR Proses pembentukan Nusa Tenggara Timur tidak terlepas dari proses pembentukan tektonik indonesia secara keseluruhan. Pada 40 juta tahun yang lalu, Sulawesi, Halmahera, dan pulau pulau lainya di indonesia bagian timur belum terlihat bentuknya, juga bagian utara dari Kalimantan belum muncul. Pada 30 juta tahun yang lalu, lengan utara sulawesi ulai terbentuk bersamaan dengan jalur oviolit jamboles. Sedangkan jalur ofiolit sulawesi timur masih berada dibelahan bumi selatan. Pada 20 juta tahun yang lalu kontinen-kontien mikro bertumbukan dengan jalur ofiolit sulawesi timur, dan laut maluku membentuk sebagai bagian dari laut filipina. Laut cina selatan mulai membuka dan jalur tunjaman di utara serawak-sabah mulai aktif. Selnjutnya Australia dan papua bergerak mendorong ke arah utara sehingga kalimantan dan pulau-pulau di indonesia timur berotasi berlawanan arah dengan gerak jarum jam. Pada 10 juta tahun yang lalu, benua mikro ukang besi – Buton bertumbukan dengan jalur ofiolit sulawesi tenggara, tunjaman ganda terjadi dikawasan laut maluku, dan laut serawak terbentuk di utara kalimantan. Sulawesi terbentuk yang merupakan gabungan dari setidaknya tiga unsur dari lokasi berbeda. Kemudian di ikuti dengan terbentuknya pulau-pulau di daerah laut banda dan halmahera. Kalimantan menjadi utuh dengan menyatunya bagian utara yang berasal dari unsur di utaranya. Demikian juga papua posisinya sudah lebih dekat ke indonesia. Pada 5 juta tahun yang lalu, benua mikro banggai-sula bertumbukan dengan jaalur ofiolit sulawesi timur, dan mulai aktif tunjangan miring di antara papua nugini. Sulawesi yang merupakan pulau besar termuda di indonesia, ternentuk menjadi sempurna seperti sekarang sejak lima juta tahun yang lalu. Kepulauan Nusatenggara terletak pada dua jalur geantiklin yang merupakan sambungan dari bagian barat Busur Sunda-Banda. Busur terdiridari pulau-pulau : Romang, Wetar, Kambing, Alor, Pantar, Lomblen, Solor,Adonara, Flores, Rinca, Komodo, Sumbawa, Lombok dan Bali. Sedangkan Busur geantiklin dimulai dari timur ke barat sebelah selatan terdiri dari :Timor, Semau Roti, Sawu, Raijua dan Dana.Pematang Geantiklin tersebut bercabang dua di daerah Sawu, satu cabang masuk kearah barat menyeberangi P.Raijua dan P. Dana terus ke Pematang submarin pada palung Jawa Selatan, cabang lainnya bersambung dengan busur Sunda-Banda melalui P. Sumba. Pada umumnya struktur didaerah penyelidikan sesar mendatar yang berarahbarat–timur, meskipun ada yang berarah timurlaut-baratdaya. “Proses geodinamika global (More et al, 1980), selanjutnya berperan dalam membentuk tatanan tepian pulau-pulau Nusantara tipe konvergen aktif (Indonesia maritime continental active margin), di mana bagian luar Nusantara merupakan perwujudan dari zona penunjaman (subduksi) dan atau tumbukan (kolisi) terhadap bagian dalam Nusantara, yang akhirnya membentuk fisiografi perairan Indonesia. PATAHAN DAN SESAR NUSA TENGGARA TIMUR Wilayah Kepulauan Nusa Tenggara timur dan sekitarnya merupakan bagian dari kerangka sistem tektonik Indonesia. Daerah ini termasuk dalam jalur pegunungan Mediteranian dan berada pada zona pertemuan lempeng. Pertemuan kedua lempeng ini bersifat konvergen, di mana keduanya bertumbukan dan salah satunya, yaitu lempeng Indo-Australia, menyusup ke bawah lempeng Eurasia. Batas pertemuan lempeng ini ditandai dengan adanya palung lautan (oceanic trough), terbukti dengan ditemukannya palung di sebelah selatan Pulau Timor yang dikenal sebagai Timor through. Pergerakan lempeng Indo- Australia terhadap lempeng Eurasia mengakibatkan daerah Kepulauan Alor sebagai salah satu daerah yang memiliki tingkat kegempaan yang cukup tinggi di Indonesia berkaitan dengan aktivitas benturan lempeng (plate collision). Pergerakan lempeng ini menimbulkan struktur-struktur tektonik yang merupakan ciri-ciri sistem subduksi, yaitu Benioff Zone, palung laut, punggung busur luar (outer arc ridge), cekungan busur luar (outer arc basin), dan busur pegunungan (volcanic arc). Selain kerawanan seismik akibat aktivitas benturan lempeng, kawasan Alor juga sangat rawan karena adanya sebuah struktur tektonik sesar naik belakang busur kepulauan yang populer dikenal sebagai back arc thrust. Struktur ini terbentuk akibat tunjaman balik lempeng Eurasia terhadap lempeng Samudra Indo-Australia. Fenomena tumbukan busur benua (arc-continent collision) diduga sebagai pengendali mekanisme deformasi sesar naik ini. Back arc thrust membujur di Laut Flores sejajar dengan busur Kepulauan Bali dan Nusa Tenggara dalam bentuk segmen-segmen, terdapat segmen utama maupun segmen minor. Fenomena sesar naik belakang busur kepulauan ini sangat menarik untuk diteliti dan dikaji mengingat sangat aktifnya dalam membangkitkan gempa- gempa tektonik di kawasan tersebut. Sesar ini sudah terbukti nyata beberapa kali menjadi penyebab gempa mematikan karena ciri gempanya yang dangkal dengan magnitude besar. Berdasarkan data, sebagian besar gempa terasa hingga gempa merusak yang mengguncang Bali, Nusa Tenggara Barat, dan NTT disebabkan oleh aktivitas back arc thrust ini, dan hanya sebagian kecil saja disebabkan oleh aktivitas penyusupan lempeng. Sesar segmen barat dikenal sebagai Sesar Naik Flores (Flores Thrust) yang membujur dari timur laut Bali sampai dengan utara Flores. Flores Thrust dikenal sebagai generator gempa- gempa merusak yang akan terus-menerus mengancam untuk mengguncang busur kepulauan. Sesar ini menjadi sangat populer ketika pada tanggal 12 Desember 1992 menyebabkan gempa Flores yang diikuti gelombang pasang tsunami yang menewaskan 2.100 orang. Sesar ini juga diduga sebagai biang terjadinya gempa besar di Bali yang menewaskan 1.500 orang pada tanggal 21 Januari 1917. \ Sesar segmentasi timur dikenal sebagai Sesar Naik Wetar (Wetar Thrust) yang membujur dari utara Pulau Alor hingga Pulau Romang (Gambar 2). Struktur ini pun tak kalah berbahaya dari Flores Thrust dalam “memproduksi” gempagempa besar dan merusak di kawasan NTT, khususnya Alor. Sebagai contoh bencana gempa bumi produk Wetar Thrust adalah gempa Alor yang terjadi 18 April 1898 dan gempa Alor, 4 Juli 1991, yang menewaskan ratusan orang. Berdasarkan tinjauan aspek seismisitas dan tektonik tersebut, dapat disimpulkan bahwa tingginya aktivitas seismik daerah Kepulauan Alor disebabkan kawasan kepulauan ini diapit oleh dua generator sumber gempa, yaitu dari arah selatan Alor, berupa desakan lempeng Indo-Australia, dan di sebelah utara Alor, terdapat sesar aktif busur belakang (Wetar Thrust). Adapun gempa Alor yang terjadi 12 November 2004 besar kemungkinan disebabkan oleh aktivitas Wetar Thrust. Di samping karena episenternya yang memang berdekatan dengan Wetar Thrust, gempa tersebut juga memiliki kedalaman normal (dangkal). Gempa dangkal adalah salah satu ciri utama gempa akibat aktivitas sesar aktif. Faktor pendukung lain adalah hasil analisis solusi bidang sesar yang menunjukkan sesar naik (thrust fault), yang juga merupakan ciri mekanisme gempa back arc thrust. Gambaran seismisitas dan kerangka tektonik di atas kiranya cukup memberikan gambaran yang menyeluruh bahwa Kepulauan Alor dan sekitarnya sangat rawan terhadap bencana kebumian, seperti gempa bumi dan tsunami. Bagi masyarakat Alor, kondisi alam yang kurang “bersahabat” ini adalah sesuatu yang harus diterima sehingga mau tidak mau, suka tidak suka, semua itu adalah risiko yang harus dihadapi sebagai penduduk yang tinggal dan menumpang di batas pertemuan lempeng tektonik. GUNUNG-GUNUNG YANG BERADA PADA NUSATENGGARA TIMUR Salah satu sifat gunung yang paling signifikan adalah kemunculannya pada titik pertemuan lempengan-lempengan bumi, yang saling menekan saat saling mendekat, dan gunung ini “mengikat” lempengan-lempengan tersebut.Dengan sifat tersebut,pegunungan dapat disamakan seperti paku yang menyatukan kayu.Selain itu, tekanan pegunungan pada kerak bumi ternyata mencegah pengaruh aktivitas magma di pusat bumi agar tidak mencapai permukaan bumi, sehingga mencegah magma menghancurkan kerak bumi. NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri atas tiga pulau besar yakni Flores, Sumba dan sebagian Pulau Timor serta pulau-pulau lain yang lebih kecil seperti Komodo, Kepulauan Alor dan Solor, Roti, Sabu, dll. Wilayah ini merupakan wilayah vulkanis memiliki alam yang berbukit- bukit dengan iklimnya yang kering. Di Provinsi NTT terdapat 20 gunung api aktif yang tersebar di pulau Flores,Lomblen, adonara, komba, pantar yaitu: a. GUNUNG WAI SANO b. GUNUNG RANAKAH c. GUNUNG INIERIE d. GUNUNG INIELIKA e. GUNUNG IYA f. SUKARIA CALDERA g. GUNUNG KELIMUTU h. GUNUNG EGON i. GUNUNG ILIMUDA j. GUNUNG LEWOTOBI k. GUNUNG LEROBOLENG l. GUNUNG RIANG KOTANG m. GUNUNG PALUWEH n. GUNUNG ILIBOLENG o. GUNUNG ILILABALEKAN p. GUNUNG LEWOTOLO q. GUNUNG ILIWERUNG r. GUNUNG BATU TARA s. GUNUNG SIRUNG t. GUNUNG POCO LEOK SUBREGION Posisi Flores sangat mendukung pengembangan potensi geothermal Proyeksi akan terjadinya krisis energi di masa mendatang, rupanya telah mengilhami banyak negara untuk mengembangkan seluruh potensi sumber daya energi yang dimilikinya. Sehingga sandaran energi tidak tertumpu pada satu jenis sumber daya saja, yaitu sumber energi fosil berupa gas dan minyak bumi. Serta mengupayakan penganekaragaman sumber daya energi. Demikian juga yang dilakukan pemerintah Indonesia, sejak beberapa tahun terakhir ini telah giat mengkaji dan menerapkan sumber daya yang terpendam pada bumi pertiwi ini, walau sebenarnya negara ini termasuk penghasil bahan bakar minyak (BBM) dan gas yang andal dan selama ini termasuk salah satu anggota OPEC. Beberapa pilihan yang telah banyak terbukti efektif dilakukan pemerintah dengan penganekaragaman bahan bakar pada beberapa Pembangkit Listrik. Dari pemanfaatan sumber daya air, sumber daya batu bara, sumber daya surya sampai pada pemanfaatan sumber daya panasbumi atau geothermal. Serta penetapan pemerintah untuk segera membangun Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Ujung Watu Muria, Jawa Tengah, mulai tahun anggaran 1996/97 mendatang. Dari penganekaragaman sumber daya tersebut, serta arah percepatan pembangunan di Indonesia yang diprioritaskan pada pembangunan Indonesia Bagian Timur (IBT) belakangan ini, maka ada terlihat hal yang sangat menarik pada usaha penganekaragaman tersebut bila dikaitkan dengan IBT yang sedang berbenah diri untuk mengejar ketertinggalannya dari laju pembangunan di Indonesia Bagian Barat (IBB). Dalam penganekaragaman sumber daya tersebut, khususnya sumber daya panasbumi untuk program Listrik Masuk Desa di IBT, penulis ingin mengajak pembaca untuk melirik sejenak kondisi sebuah pulau di IBT, yaitu pulau Flores yang merupakan salah satu pulau di tanah air yang sangat berpotensi dalam pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Panasbumi (PLTP). Bahkan menurut Pemda setempat, dalam usaha realisasi pemanfaatan sumber panasbumi di sana untuk PLTP saat ini sudah pada tingkat menunggu penetapan pemenang tender pelaksanaan proyek ini yang konon sedang diproses di tingkat Pusat. Daerah potensi Pada pilihan pengembangan PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur ini, patut kita angkat topi pada penentu kebijaksanaan di daerah ini, karena daerahnya dalam penyediaan panasbumi ini tidak perlu diragukan lagi baik secara tektonik, geologis maupun secara vulkanologis dalam kemalaran pasokan tenaga panas bumi itu. Posisi daerahnya, sebagai konsekuensi dari daerah margin tektonik aktif dari tektonik lempeng Asia Tenggara yang berbenturan dengan tektonik lempeng Hindia-Australia. Dengan daerah di atas zona penunjaman yang merupakan sumber energi dari arus konveksi akibat melting dari bibir tektonik lempeng samudera, yaitu tektonik lempeng Hindia-Australia yang menujam di bawah lempeng Asia Tenggara. Yang kemudian membentuk busur vulkanik yang biasa disebutkan pada ruas ini sebagai busur Banda (Banda Arc) yang sangat kaya akan gunung api aktif baik di bawah laut maupun di daratan. Untuk Flores, itu ditunjukkan dari banyaknya ‘gunungapi’ (yang belakangan ini tidak lagi diklasifikasikan ke dalam gunung aktif, tidur dan padam itu) yang berderet arah Barat-Timur membelah pulau tersebut. Di antaranya dari arah barat ke Timur dapat kita lihat di peta beberapa gunung api Gn. Beliling (1300m); Gn. Iya (1363m); Gn. Cucurumbeng (1750m); Gn. Ranakah (2400m); Gn. Nambu (1957m); Gn. Munde (1448m); Gn. Inerie (2245); Gn. Ambulombo; Gn Klambo (1361m); Gn. Wowonata (1200m); Gn. Egong (1703); Gn. Wengor (1560m); Gn. Lewero (1284m); Gn. Muna (1423m); Gn. Potomana (1763m) kedua yang terakhir ini berada di Pulau Alor. Beberapa di antaranya pada tahun terakhir menunjukkan aktivitas dengan ‘batuk-batuk’ dan meletus serta lahirnya gunung baru di sekitar Gn. Ranakah, yang waktu kelahirannya dengan sederhana diberi nama sementara Gn. Anak Ranakah. Pada titik-titik lokasi gunung tersebut secara fisis merupakan daerah potensi PLTP yang dapat dieksplorasikan guna memasok energi listrik daerah sekitarnya dalam menunjang program pemerintah dalam usaha listrik masuk desa. Pasokan energi malar Di dalam operasional dari PLTP di daerah Flores ini, kalau melihat posisi dari pulau tersebut yang berada di bibir Laut Banda serta pada busur Banda yang terkenal aktif serta masih menjadi ajang penelitian para pakar geologi Eropa Barat itu, maka pasokan energi panasbumi itu akan dapat berjalan secara malar (kontinyu). Di samping lokasinya yang langsung berada pada busur gunungapi dengan sederet gunungapi yang ada di sana seperti disebutkan di atas, dengan proses geologi yang masih berlangsung, dibuktikan oleh lahirnya gunungapi baru serta letusan beberapa gunungapi setempat, maka secara tidak langsung juga sebagian daerahnya merupakan daerah bersisian dengan gunungapi aktif yang bertebaran di dasar Laut Banda yang secara setia juga akan membantu memasok energi panasnya melewati kulit bumi di sana. Dari segi kegempaan juga tidak disangsikan lagi, aktivitas kegempaan yang hampir setiap hari terjadi gempa di busur Banda ini secara tidak langsung akan memicu proses aliran energi panasbumi di daerah sekitarnya, termasuk Flores sehingga tidak akan henti-hentinya mengalir. Curah hujan yang cukup sebagai persyaratan dalam pengeksplorasian energi panasbumi, rupanya tidak menjadi masalah di Flores ini. Karena dibandingkan dengan pulau-pulau di Nusa Tenggara tetangga daerah Flores, curah hujannya relatif lebih tinggi yang ditunjukkan dengan lebih hijau dan berhasilnya perkebunan di sini. Jadi secara kondisional potensi panasbumi (geothermal) di daerah Flores sangat baik, penyebaran titik-titik panasbumi akan memudahkan pemerataan pengembangan PLTP serta mempercepat listrik masuk desa, dan kondisi lainnya pun seperti tektonik, geologi, curah hujan terlihat saling mendukung dalam kemalaran pasokan energinya. Kalau saja PLTP di daerah Flores ini segera terwujud, maka tidak saja akan menjadikan semakin cepatnya listrik masuk desa, namun ada nilai tambah yang akan bisa dipetik bila kita kaitkan dengan komoditas perkebunan yang ada di sana , yaitu perkebunan kopi yang sudah terbukti merupakan komoditas ekspor nonmigas dan pariwisata saat ini. Pengusahaan kopi umumnya masih merupakan perkebunan rakyat. Kualitas kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh pengolahan pasca panen yang secara konvensional masih mengandalkan tenaga panas matahari serta digelar di jalanan. Hal ini telah dituding oleh para eksportir sebagai biang keladi dalam penurunan kualitas kopi yang dihasilkan. Dan tentu buntutnya akan memperkecil nilai jual kopi tersebut dengan muara kerugian tetap akan dipikul para petani. Kehadiran listrik di sentra-sentra penghasil kopi dari pengembangan PLTP akan memberi peluang pada masyarakat petani kopi di sana untuk mengembangkan teknologi tepatguna dalam proses pasca panen hasil perkebunan mereka. Yang secara tidak langsung juga akan merangsang industri pembuatan alat pengolahan pasca panen hasil perkebunan kopi di sana selain akan meningkatkan kualitas hasil kopi. Sehingga banyak sektor akan berkembang dengan pengembangan PLTP di Flores. Kalau melihat banyaknya titik-titik panas bumi yang dapat dikembangkan di Flores tersebut, kelihatannya sistem koperasi KUD ataukah jenis koperasi lainnya akan sangat cocok dikembangkan dalam operasional PLTP di sana. Sedangkan ketersendatan pengembangannya tidak akan salah lagi bila Departemen Koperasi ikut turun tangan memecahkannya. Apalagi sudah dinyatakan beberapa titik panas bumi di sana sudah laik dan prospektif untuk dieksplorasi. Kehadiran PLTP di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur, ini nantinya akan ikut memarakkan penganekaragaman sumber daya energi di tanah air di tengah kekhawatiran akan datangnya krisis energi akibat keterbatasan cadangan bahan bakar fosil serta langkah nyata dalam menyambut gayung imbauan penghematan pemakaian energi oleh pemerintah, lewat Departemen Pertambangan dan Energi, yang secara gencar digelar lewat media massa cetak maupun elektronik kita (bahkan memakai aktor terkenal Didi Petet segala). Dengan demikian potensi tinggi dalam panas bumi di Flores yang akan segera dieksplorasi tersebut, dari sudut pandang percepatan pembangunan di IBT, akan merupakan rangkaian proses berantai yang memacu laju roda pembangunan di daerah tersebut (khususnya sekitar daerah prospektif) pada berbagai sektor yang tentunya masih terkait dengan penyediaan sumber daya listrik yang selama ini masih merupakan kendala yang belum terpecahkan. Dan kalau ini lancar prosesnya, maka tidak mustahil pulau Flores akan dilistriki oleh ‘buminya’nya sendiri sebagai pulau ‘geothermal’. Dimuat di harian Bisnis Indonesia, hari Minggu 24 Mei 1992.