ANALISIS PENERAPAN ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK (ETAP ) KATEGORI SEKTOR USAHA KECIL MENENGAH ( UKM ) PADA RUMAH MAKAN KOTA TANJUNGPINANG PERIODE 2011-2013 FIRDAUS 080420103099 AKUNTANSI UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI ABSTRACT SMEs generally have the same problem, is in pengelolahan keuanganya.keberadaan SAK ETAP should be a little more should be known and applied in the financial statements of SMEs. the purpose of this study is to help small businesses menengan in understanding the role and application of accounting in preparing the financial statements based SAK ETAP business activities. kaulitatif types of data and analysis, qualitative data is a statement or question that requires an answer alternatives .This method of data collection in this study were interviews and observations .informan in this study 35 people. This research can be concluded that in a restaurant, especially SMEs in Tanjungpinang have implemented a simple accounting in their business activities, but the financial statements that they make has not in accordance with GAAP ETAP. Keywords: Application entities without public accountability SAK ETAP in small and medium businesses. 1 PENDAHULUAN Usaha kecil dan menengah merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Keberadaan usaha kecil menengah tersebut harus didukung dan didorong kemampuannya agar tetap eksis, sehingga dapat memperluas kesempatan usaha dan memperluas lapangan pekerjaan. Usaha Kecil Menengah (UKM) mempunyai peran penting dan strategis bagi pertumbuhan ekonomi negara, baik negara berkembang maupun negara maju. Masalah utama yang menjadi fokus dalam pengembangan usaha kecil menengah adalah mengenai pengelolaan keuangan. Karena banyak usaha kecil dan menengah yang beranggapan bahwa pengelolaan keuangan merupakan hal yang mudah dan sederhana. Namun dalam kenyataanya, pengelolaan keuangan pada UKM membutuhkan keterampilan Akuntansi yang baik oleh pelaku bisnis usha kecil menengah. Benjamin (1990) berpendapat bahwa kelemahan UKM dalam penyusunan laporan keuangan itu antara lain disebabkan rendahnya pendidikan dan kurangnya pemahamam terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK). Raharjo (1993) berpendapat bahwa rendahnya penyusunan laporan keuangan disebabkan karena tidak adanya peraturan yang mewajibkan penyusunan laporan keuangan bagi UKM. SAK ETAP adalah standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabililitas publik ETAP adalah entitas yang tidak memiliki akuntanbilitas publik signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum ( general purpose financial statement ) bagi pengguna external, Entitas anak di konsilidasi tetapi sebagai investasi dengan metode ekuitas. Tujuan dari SAK ETAP sendiri yakni untuk memberikan kemudahan bagi entitas skala kecil dan menengah. SAK yang berbasis IFRS (SAK Umum) ditujukan bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan dan entitas yang banyak melakukan kegiatan lintas 2 negara. SAK umum tersebut rumit untuk dipahami serta diterapkan bagi sebagain besar entitas usaha di Indonesia yang berskala kecil dan menengah. Beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas dibandingkan dengan SAK Umum dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks (Hariadi, 2010). Menfaatkan SAK ETAP di harapkan dengan adanya SAK ETAP perusahaan kecil, menengah mampu untuk menyusun laporan keuangan sendiri,dapat di audit dan mendapatkan opini audit sehingga dapat menggunakan laporan keuangan untuk mendapatkan dana ( misalnya dari bank ) untuk pengembang usaha. Lebih sederhana di bandingkan dengan PSAK IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasikan tetap memberikan informasi yang handal penyajian laporan keuangan. Dalam praktek SAK ETAP memberikan kebanyakan kemudahan untuk perusahaan dalam besaran UKM. Kerena SAK ETAP masih menggunakan istilah kas neraca,laporan laba rugi,perubahan ekuitas ,laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan melainkan dari SAK umum yang menggunakan neraca berganti nama dengan laporan posisi keuangan, disajikan pula laporan laba rugi komperehensif dan SAK umum juga menggunakan metode langsung dan tidak langsung,dan selain itu juga SAK umum menggunakan metode biaya juga memungkinkan mengadopsi model revaluasi. Pengusaha UKM mendapatkan insentif pajak penghasilan dengan terbitnya PP 46/2013 yang mulai berlaku 1 juli 2013.tarif PPh terhadap UKM yang beromset sampai dengan 4,8 M hanya sebesar dari omset di setor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya.penghitungan PPh menjadi sangat sederhana dan dapat dilaksanakan oleh seluruh pengusaha kecil menengah (UKM). 3 KAJIAN PUSTAKA SAK ETAP menggunakan historial cost nilai wajar sedangkan SAK umum menggunakan historial cost biaya kini, nilai realisasi bersih dan nilai sekarang. Selain itu dalam penilaian aset, SAK ETAP hanya menggunakan biaya historis dan baru menggunakan revaluasi kalau di izinkan, sedangkan SAK umum bisa memilih atau diantara mana yang lebih relavan atau andal. Entitas menyajikan aset lancar dan aset tidak lancar, dan kewajiban jangka panjang sebagai suatu klasifikasi yang terpisah dalam neraca. Kecuali jika penyajian memberikan informasi yang lebih relavan. Standar akuntansi keuangan untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (SAK ETAP) di maksudkan untuk digunakan entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik adalah entitas yang tidak memiliki akuntabilitas signifikan dan menerbitkan laporan keuangan untuk tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna external. Contoh pengguna external adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha,kreditur dan lembaga pemberi kredit. Entitas memiliki akutanbilitas publik signifikan jika entitas telah mengajukan pernyataan pendaftaran, atau dalam proses pengajuan pernyataan pendaftaran, pada otoritas pasar modal atau regulator lain untuk tujuan penerbitan bursa efek di pasar modal ,atau entitas menguasai aset dalam kapasitas sebagai fidusia untuk sekelompok besar masyarakat, seperti bank, entitas asuransi. Pedagang dan pension reksa dana bank investasi. Entitas memiliki akuntabilitas publik signifikan dapat menggunakan sak etapjika otoritas berwenang membuat regulasi mengijinkan penggunaan SAK ETAP. Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli lalu telah meluncurkan standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar Nasional Akuntansi “Tiga pilar Standar 4 Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh Universitas Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena exposure draftnya diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi UKM sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi Nama SAK Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. SAK yang berbasis IFRS ( SAK UMUM ) di tujukan bagi entitas yang mempunyai tanggung jawab publik signifikan dan entitas banyak melakukan kegiatan lintas Negara.SAK umum tersebut rumit untuk di pahami serta di terapkan bagi sebagai besar entitas usaha di Indonesia yang bersekala kecil dan menengah.dalam laporan keuangan SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk suatu entitas di bandingkan dengan SAK umum dengan ketentuan laporan keuangan yang kompleks. laporan keuangan SAK ETAP Entitas yang laporan keuangan mematuhi SAK ETAP harus membuat suatu penyataan eksplisit secara penuh atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan (termasuk informasi kompretif), minimum satu tahun sekali ketika akhir priode pelaporan entitas berubah dan laporan keuangan tahunan di sajikan untuk priode yang lebih panjang atau lebih pendek dari satu tahun maka entitas mengunkapkan fakta, alasan untuk penggunaan priode yang lebih panjang atau lebih pendek.fakta bahwa jumlah komparatif untuk laporan laba rugi,laporan perubahan ekuitas, laporan laba rugi dan saldo laba, laporan arus kas , dan catatan atas laporan keuangan yang terkait adalah tidak dapat seluruhnya di bandingkan. Laporan keungan Entitas meliputi neraca, laporan perubahan ekuitas yang juga menunjukan seluruh perubahan dalam ekuitas atau perubahan ekuitas yang timbul selain terjadi 5 trasanksi dengan pemilik selain kapasitanya sebagai pemilik,laporan arus kas,dan catatan atas laporan keungan.Etitas juga mengalami perubahan ekuitas yang muncul dari laba rugi , pembayaran deviden , koreksi kesalahan priode lalu, dan perubahan kebijakan akuntansi selama priode laporan keuangan disajikan maka entitas dapat menyajikan laporan laba rugi dan saldo laba sebagai pengganti laporan laba rugi dan laporan perubahan ekuitas. Entitas harus menyusun laporan keuangan,kecuali laporan arus kas,dengan menggunakan dasar akrual.dalam dasar akrual,pos-pos diakui sebagai aset .kewajiban,ekitas memenuhi penghasilan, dan unsur-unsur laporan keuangan ketika memmenuhi defenisi dan kreteria pangakuan tersebut,aset di akui dalam neraca jika kemungkinan memfaat ekonominya di masa depan dan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat di ukur dengan andal,aset tidak di akui dalam neraca jika pengeluaran telah terjadi dan memfaat ekonominya di pandang tidak mungkin mengalir ke dalm entitas setelah priode pelaporan berjalan.kewajiban di akui dalam neraca jika kemungkinan pengeluaran sumber daya yang mengandung memfaat ekonomi akan di lakukan untuk menyelesaikan kewajiban masa kini dan jumlah yang harus di selesaikan dapat di ukur dengan andal. penghasilan pengakuan penghasilan merupakan akibat langsung dari pengakuan aset dan kewajiban. penghasilan di akui dalam laporan laba rugi jika kenaikan memfaat ekonomi di masa depan yang berkaitan dengan peningkatan aset atau penurunan kewajiban telah terjadi dan dapat di ukur secara andal. SAK ETAP ini akan berlaku efektif per 1 January 2011 namun penerapan dini per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Entitas yang laporan keuangannya mematuhi PSAK ETAP harus membuat suatu pernyataan eksplisit dan secara penuh (explicit and unreserved statement) atas kepatuhan tersebut dalam catatan atas laporan keuangan. Laporan keuangan tidak boleh menyatakan mematuhi PSAK ETAP kecuali jika mematuhi semua persyaratan dalam SAK ETAP. Apabila 6 perusahaan memakai PSAK ETAP, maka auditor yang akan melakukan audit di perusahaan tersebut juga akan mengacu kepada PSAK ETAP. Selanjutnya ketentuan transisi juga menjelaskan bahwa entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan PSAK ETAP, maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK ETAP. Hal ini misalnya ada perusahaan menengah yang memutuskan menggunakan PSAK-ETAP pada tahun 2011, namun kemudian mendaftar menjadi perusahaan public di tahun berikutnya. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK non-ETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan PSAK ETAP ini kembali. Sebaliknya entitas yang sebelumnya menggunakan PSAK non-ETAP dalam menyusun laporan keuangannya dan kemudian memenuhi persyaratan entitas yang dapat menggunakan PSAK ETAP, maka entitas tersebut dapat menggunakan PSAK ETAP ini dalam menyusun laporan keuangan. Lahirnya SAK UKM ini merupakan jawaban atas tuntutan publik terutama sektor Usaha Kecil dan Menengah yang selama ini membutuhkan standar khusus untuk mengatur UKM. Karakteristik khas yang ada pada UKM membuat berbeda dengan usaha berskala besar dan jika UKM membuat laporan keuangan mengikuti SAK Nasional akan menimbulkan kesulitan dan hambatan bagi UKM, dampaknya bisa menghambat pertumbuhan UKM yang merupakan penggerak roda perekonomian bangsa. Usaha Kecil dan Menengah disingkat UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil yang memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000 tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Dan usaha yang berdiri sendiri. Menurut Keputusan Presiden RI no. 99 tahun 1998 pengertian Usaha Kecil adalah: “Kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil 7 dengan bidang usaha yang secara mayoritas merupakan kegiatan usaha kecil dan perlu dilindungi untuk mencegah dari persaingan usaha yang tidak sehat. Ada dua definisi usaha kecil yang dikenal di Indonesia. Pertama, definisi usaha kecil menurut Undang-Undang No. 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang memiliki hasil penjualan tahunan maksimal Rp 1 milyar dan memiliki kekayaan bersih, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, paling banyak Rp 200 juta (Sudisman & Sari, 1996: 5). Kedua, menurut kategori Biro Pusat Statistik (BPS), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasrakan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-10 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 10-50 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih (BPS, 1999: 250). Hipotesis Penelitian Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, maka penelitian ini bermaksud untuk menguji lebih lanjut apakah usaha kecil menengah (UKM) yang ada dikota tanjungpinang telah menerapkan SAK ETAP. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data dalam penelitian ini didapat dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan informan. Wawancara dilakukan dengan menggunakan pertanyaan tidak terstruktur. Hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh lebih akurat dan memudahkan dalam proses analisis data. Proses wawancara dilakukan dengan sesantai mungkin, hal ini dilakukan untuk menggali lebih banyak informasi dari informan yang nantinya akan sangat berpengaruh dalam analisis data. Pertanyaan yang diajukan peneliti tidak hanya terpaku pada daftar pertanyaan yang dibuat, melainkan dengan kombinasi pertanyaan umpan balik dari informan. 8 Analisis dalam penelitian ini merupakan analisis yang berisi tentang pandangan informan mengenai penerapan akuntansi pada laporan keuangan UKM. Analisis pada bagian ini mencoba mencari tahu tentang pandangan informan mengenai bagaimana penerapan akuntansi pada usaha yang mereka tekuni dan mereka bangun sekarang. Peneliti berusaha menggabungkan pandangan informan mengenai penerapan akuntansi pada laporan keuangan usaha kecil menengah menjadi deskripsi umum dari keseluruhan pandangan informan. Tidak ada pandangan baik dan buruk, tidak pula ada pandangan yang salah maupun benar, disini peneliti hanya berusaha untuk mencari tahu dan mengambil kesimpulan dari seluruh pandangan informan terhadap penerapan akuntansi pada laporan keuangan usaha kecil menengah sesuai dengan SAK ETAP. Tahap pertama analisis yakni peneliti akan memfokuskan analisis mengenai penerapan akuntansi pada usaha kecil menengah dari data dan pandangan informan yang sudah didapatkan oleh peneliti melalui wawancara denganinforman secara langsung. Sebelum menganalisis penerapan akuntansi pada usaha kecil dan menengah, peneltih terlebih dahulu menganalisis pandangan informan tentang persepsi akuntansi, dan dari situ dapat ditarik kesimpulan untuk mengetahui penerapan akuntansi bagi usaha mereka. 4.3 Uji validilitas Berdasarkan lampiran II dapat disimpulkan bahwa pada pertanyan no 1 tentang SAK yang menjawab 1,1,1,1,1 dan seterusnya dengan 12,10,12,10,15untuk pengujian lebih lanjut 1,1,1,1,1 dan seterusnya sebagai nilai X dapat di korelasikan 8,6,8,6,7dan seterusnya sebagai nilai Y.pertanyaan no dua 1,0,1,0,1 dan seterusnya dengan 12,10,12,10,15 da seterusnya,dan untuk pengujian lebih lanjut 1,0,1,0,1 jawaban dan seterusnya sebagai nilai X maka di korelasikan dengan jawaban 8,6,8,6,7 dan seterusnya sebagai nilai Y.dapat diketahui dari perhitungan validilitas diketahui bahwa indeks korelasi yaitu harga Rxy nya lebih tinggi dan 9 ini dapat menandakan bahwa jawaban tersebut valid. Pertanyaan no 3.4,5,6,7,8 9.10 sama dengan pertanyaan no dua dinyatakan valid dengan korelasi yang sama. Sedangkan untuk pertanyaan no 1 tentang SAK ETAP yang menjawab 0,0,0,1,1 dan setrusnya 12,10,12,10,15 dan seterusnya untuk penguji yang lebih lanjut jawaban 0,0,0,1,1 dan seterusnya . sebagai nilai X dapat di korelasikan dengan jawaban 4,4,4,4,4 dan seterusnya ,dan pertanyaan no dua 0,1,1,0,1 dan seterusnya dengan pengujian lebih lanjut dengan jawaban dikorelasikan 12,10,12,10,15 dan seterusnya ,untuk 0,1,1,0,1 dan seterusnya sebagai nilai X dapat dengan sekor 4,4,4,4,4 dan seterusnya sebagai nilai Y.dapat diketahui dari perhitungan validilitas diketahui bahwa indeks korelasi yaitu harga Rxy nya lebih tinggi dan ini dapat menandakan bahwa jawaban tersebut valid. Pertanyaan no 3.4,5,6,7,8 9.10 sama dengan pertanyaan no dua dinyatakan valid dengan korelasi yang sama. Uji reabilitas Reabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrument cukup dapat di percaya untuk di gunakan sebagai alat pengumpul data karena instrument tersebut sudah baik. r 36 = 2(1- V1-V2 ) Vt r 36 Diket : = reabilitas instrument V 1 = varian belahan pertama V 2 = varian belahan kedua V t = varians sekor total Dicari: V1 =1,2849 keterengan r table = 0,334 V2 = 2,8735 Vt = 5,0971 10 r36 = ( 1-1,2849 -2,8735 ) 5,0971 = 2 ( 1 - -1,0368 ) 5,0971 = 2 ( 1 – ( - 0,3117) = 2 x – 0,3117 = 0,6233 Jadi r36= 0,6233 > tabel r product moment(5%) = 0,334, maka dapat di simpulkan bahwa instrument tersebut dapat dikatakan reliabel. persentase diskripsi responden berdasarkan pertanyaan P1 tentang SAK sederhana table diatas dapat diketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 35 (100% ) dan yang menjawab tidak sebanyak 0 (%) sedangkan P2 yang menjawab ya sebanyak 17(49%) dan menjawab tidak sebanyak 18 orang (51%),sedangkan pertanyaan P3 yang menjawab ya 11 (31%) dan menjawab tidak 24 (69%),P4 yang menjawab ya 14 (40%) dan menjawab tidak 21 (60%) sedangkan untuk P5 yang menjawab ya 14 (40%) dan menjawab tidak 21 (60%) sedangkan untuk P6 yang menjawab ya 17 (49%) dan menjawab tidak 18 (51%) sedangkan untuk P7 yang menjawab ya 30 (86%) dan menjawab tidak 5 (14%) sedangkan untuk P8 yang menjawab ya 24 (69%) dan menjawab tidak 11 (31%) sedangkan untuk P9 yang menjawab ya 22 (63%) dan menjawab tidak 13 (37%) sedangkan untuk P10 yang menjawab ya 18 (51%) dan menjawab tidak 17 (49%) sedangkan untuk Bedasarkan pertanyaan P1 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 15 (43%) dan yang menjawab tidak 20 (57%) dan sedangkanP2 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden 11 yang menjawab ya sebanyak 22 (63%) dan yang menjawab tidak 13(37%) dan sedangkanP3 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 15 (43%) dan yang menjawab tidak 20 (57%) dan sedangkanP4 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 12 (34%) dan yang menjawab tidak 23 (66%) dan sedangkanP5 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 28 (80%) dan yang menjawab tidak 7 (20%) dan sedangkanP6 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 14 (40%) dan yang menjawab tidak 21 (60%) dan sedangkanP7 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 19 (54%) dan yang menjawab tidak 21(4%) dan sedangkanP8 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 26 (74%) dan yang menjawab tidak 9 (26%) dan sedangkanP9 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 15 (43%) dan yang menjawab tidak 20 (57%) dan sedangkanP10 tentang SAK ETAP table di atas dapat di di ketahui bahwa jumlah responden yang menjawab ya sebanyak 24 (69%) dan yang menjawab tidak 11(31%) . 12 Kesimpulan persentase dari responden N = 1 - 35 Diagram Batang 54% 53% 52% 51% 50% 49% 48% 47% 46% 45% 44% YA TIDAK SAK 53% 47% ETAP 47% 53% Berdasarkan gambar 4.3 diatas dapat dilihat bahwa rumah makan dikota tanjungpinang yang menerapkan SAK sebesar 53% dan yang tidak menerapkan SAK sebesar 47% sedangkan yang menerapkan ETAP sebesar 47% dan yang tidak menerapkan ETAP sebesar 53%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah makan dikota tanjungpinang lebih banyak yang menerapkan SAK dari pada ETAP. 13