Informasi laba dalam laporan keuangan pada umumnya penting

advertisement
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
IMPLEMENTASI SAK ETAP DALAM PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN
PADA UD BINTANG JAYA
Tria Danny Saputra
[email protected]
Maswar Patuh Priyadi
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya
ABSTRACT
This research is meant to find out the implementation of Financial Accounting Standard for the Entities without
Public Accountability (SAK ETAP) as a foundation in making the financial report. This research is conducted at
UD Bintang Jaya as the UMKM people in making wingko at Babat city. The source of data is using primary
data which is directly obtained from the owner of UD Bintang Jaya by performing a direct interview and
requesting some transaction evidences of UD Bintang Jaya during the 2011-2012 periods. In general it can be
concluded that the management as well as the owner of UD Bintang Jaya has not been implementing the
accounting in their business activities. It has not been implementing since the majority of UMKM businessmen
have not known the existence of accounting system and the Financial Accounting Standard for the Entities
without Public Accountability. The introduction and the training of accounting and the Financial Accounting
Standard for the Entities without Public Accountability can become a way to improve the financial management
for the UMKM businessmen.
Keywords: Accounting, Financial Report, the Financial Accounting Standard for the Entities without Public
Accountability.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) sebagai dasar pembuatan laporan keuangan. Penelitian ini
dilakukan pada UD Bintang Jaya sebagai pelaku UMKM pembuatan wingko di Kota Babat. Sumber
data yang digunakan adalah data primer yang diperoleh langsung dari pemilik usaha UD Bintang
Jaya dengan melakukan wawancara langsung dan meminta bukti-bukti transaksi UD Bintang Jaya
mulai periode 2011-2012. Kesimpulannya secara garis besar bahwa pemilik sekaligus pengelola UD
Bintang Jaya belum menerapkan akuntansi dalam kegiatan usahanya. Hal tersebut karena mayoritas
pengusaha UMKM belum mengetahui adanya sistem akuntansi dan SAK ETAP. Pengenalan dan
pelatihan tentang akuntansi dan SAK ETAP dapat menjadi wadah untuk memperbaiki pengelolaan
keuangan para pelaku UMKM.
Kata kunci: Akuntansi, Laporan Keuangan, SAK ETAP.
PENDAHULUAN
Peran Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Indonesia sangat besar dan telah
terbukti menyelamatkan perekonomian bangsa pada saat dilanda krisis ekonomi tahun 1997,
kata Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (DPP HIPPI), Suryo
B. Sulisto, MBA. Usaha Kecil Mikro Menengah atau lazim kita kenal sebagai UMKM
mempunyai banyak peranan penting dalam perekonomian. Salah satu peranannya yang
paling krusial dalam pertumbuhan ekonomi adalah menstimulus dinamisasi ekonomi.
Karakternya yang fleksibel dan cakap membuat UMKM dapat direkayasa untuk mengganti
lingkungan bisnis yang lebih baik daripada perusahaan-perusahaan besar. Dalam banyak
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
2
kasus, dari sejumlah UMKM yang baru pertama kali memasuki pasar, di antaranya dapat
menjadi besar karena kesuksesannya dalam beroperasi, dan dengan inilah Indonesia mampu
tumbuh menjadi negara yang mempunyai kekuatan dalam bidang UMKM.
Dalam dunia bisnis, para pelaku bisnis usaha diharapkan dapat mengelola usahanya
dengan baik dan tepat terutama dalam hal mengelola laporan keuangan. Banyak yang
beranggapan bahwa dalam mengelola laporan keuangan sangat mudah dan sederhana.
Namun pada kenyataannya masih banyak para pelaku usaha salah dalam mengelola dan
menyajikan laporan keuangannya, mereka cenderung mengabaikan kaidah administrasi
keuangan yang standar. Auliyah (dalam Benjamin, 1990) berpendapat bahwa kelemahan
UMKM dalam penyusunan laporan keuangan itu antara lain disebabkan rendahnya
pendidikan dan kurangnya pemahamam terhadap Standar Akuntansi Keuangan (SAK).
Akses ke lembaga keuangan sangat penting bagi keberlangsungan UMKM, karena
dengan akses tersebut UMKM dapat mengembangkan usaha dan mendapat suntikan dana
dari lembaga keuangan. Salah satunya adalah dengan menyajikan laporan keuangan sebagai
acuan bagi lembaga keuangan untuk menilai layak atau tidaknya UMKM tersebut. Menurut
PSAK nomor 1 (revisi 2009), laporan keuangan adalah suatu pengajian terstruktur dari posisi
keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas.
Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan laporan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi sejumlah besar
pengguna dalam pengambilan keputusan ekonomi oleh siapapun yang tidak dalam posisi
dapat meminta laporan keuangan khusus untuk memenuhi kebutuhan informasi tertentu.
Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya. Suatu laporan keuangan memiliki beberapa karakteristik
yang membuat informasi yang terkandung berguna bagi penggunanya. Karakteristik
tersebut antara lain (1) Dapat dipahami, (2) Relevan, (3) Keandalan, dan yang terakhir (4)
Dapat diperbandingkan.
Laporan keuangan untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) telah diatur dalam
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntanbilitas Publik (SAK ETAP). SAK
ETAP diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang berlaku efektif per 1 Januari
2011 sesuai dengan SE No. 11/37/DKBU tanggal 31 Desember 2009 namun penerapan dini
per 1 Januari 2010 diperbolehkan. Bertujuan agar perusahaan kecil dan menengah dapat
menyusun laporan keuangannya sendiri juga dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga perusahaan yang mereka kelola dapat menggunakan laporan keuangannya untuk
mendapatkan dana untuk pengembangan usahanya.
Pada tahun awal penerapan SAK ETAP, entitas yang memenuhi persyaratan untuk
menerapkan SAK ETAP dapat menyusun laporan keuangan tidak berdasarkan SAK ETAP,
tetapi berdasarkan PSAK non-ETAP sepanjang diterapkan secara konsisten. Entitas tersebut
tidak diperkenankan untuk kemudian menerapkan SAK ETAP ini untuk penyusunan
laporan keuangan berikutnya. Entitas yang menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
ETAP kemudian tidak memenuhi persyaratan entitas yang boleh menggunakan SAK ETAP,
maka entitas tersebut tidak diperkenankan untuk menyusun laporan keuangan berdasarkan
SAK ETAP. Entitas tersebut wajib menyusun laporan keuangan berdasarkan PSAK nonETAP dan tidak diperkenankan untuk menerapkan SAK ETAP ini kembali. Penelitian ini
bertujuan untuk membantu pemilik UD BINTANG JAYA dalam menyajikan laporan
keuangan berdasarkan SAK ETAP.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
3
TINJAUAN TEORETIS
Akuntansi dan Perannya
Perkembangan akuntansi sejalan dengan perkembangan dunia usaha yang semakin
berkembang ditengah-tengah dunia usaha yang kian hari kian menuju era modernisasi. Para
pengusaha atau pedagang akan selalu membandingkan jumlah harta yang dimiliki saat
memulai usaha dan harta yang dimiliki saat usaha sudah berjalan secara periodik.
Akuntansi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu perusahaan,
kemajuan suatu perusahaan dapat dilihat dari proses akuntansi perusahaan tersebut. Jika
proses akuntansinya tersusun dengan baik dan benar sesuai dengan bukti-bukti yang ada,
maka kemungkinan besar perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang baik, begitu
pula sebaliknya. Akuntansi juga berfungsi sebagai sistem informasi yang menghasilkan
laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terhadap aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan, misalnya untuk mengetahui maju mundurnya suatu perusahaan dapat dilihat
dari laporan keuangan perusahaan tersebut. Selain itu akuntansi juga berfungsi sebagai
dasar dalam perhitungan pajak suatu perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan
pertimbangan bagi para investor yang ingin menginvestasikan asset mereka. Jadi dengan
kata lain akuntansi merupakan cerminan dari suatu perusahaan.
Karakteristik Perusahaan Manufaktur
UD Bintang Jaya termasuk dalam kategori perusahaan manufaktur karena kegiatan
usahanya meliputi mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi
tersebut. Karakteristik utama kegiatan industri manufaktur adalah mengolah sumberdaya
menjadi barang jadi melalui suatu proses pabrikasi. Oleh karena itu, aktivitas perusahaan
yang tergolong dalam kelompok industri manufaktur sekurang-kurangnya mempunyai tiga
kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan untuk memperoleh atau menyimpan input atau bahan
baku ; (2) kegiatan pengolahan/pabrikasi/perakitan atas bahan baku menjadi barang jadi;
dan (3) kegiatan menyimpan atau memasarkan barang jadi.
Laporan Keuangan
Setiap perusahaan harus menyusun laporan keuangan setiap akhir periode akuntansi
untuk memberikan informasi tentang hasil usaha dan kondisi keuangan perusahaan pada
suatu periode tertentu. Laporan keuangan merupakan laporan tertulis yang memberikan
informasi kuantitatif tentang posisi keuangan dan perubahan-perubahannya, serta hasil
yang dicapai selama periode tertentu. Laporan keuangan dapat dijadikan media yang dapat
dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan. Laporan keuangan yang lengkap
terdiri dari: (1) laporan posisi keuangan; (2) laporan laba rugi; (3) laporan perubahan ekuitas;
(4) laporan arus kas; dan (5) catatan atas laporan keuangan.
Tujuan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun memiliki tujuan untuk menyediakan informasi keuangan
mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
pertimbangan dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomi.
Dalam memenuhi tujuannya, laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah
dilakukan manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya
yang dipercayakan kepadanya (IAI, 2009:2).
Penyajian Laporan Keuangan
Penyajian laporan keuangan mensyaratkan pertimbangan dan estimasi pada setiap
transaksi. Penjelasan mengenai penggunaan kebijakan akuntansi dan dasar estimasi yang
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
4
digunakan dalam laporan keuangan disyaratkan dalam pembuatan laporan keuangan.
Adapun karakteristik umum dalam penyajian laporan keuangan sebagai berikut: (1)
penyajian wajar; (2) kepatuhan terhadap SAK ETAP; (3) kelangsungan usaha; (4) frekuensi
laporan; (5) penyajian yang konsisten; (6) informasi komparatif; (7) materialitas dan agresasi;
(8) laporan keuangan lengkap; dan (9) identifikasi laporan keuangan.
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM)
UMKM adalah salah satu bagian penting dari perekonomian suatu negara maupun
daerah, begitu juga dengan negara indonesia ukm ini sangat memiliki peranan penting
dalam lajunya perekonomian masyarakat. UMKM ini juga sangat membantu negara atau
pemerintah dalam hal penciptaan lapangan kerja baru dan lewat UMKM juga banyak
tercipta unit unit kerja baru yang menggunakan tenaga-tenaga baru yang dapat mendukung
pendapatan rumah tangga. Selain dari itu UMKM juga memiliki fleksibilitas yang tinggi jika
dibandingkan dengan usaha yang berkapasitas lebih besar. UMKM ini perlu perhatian yang
khusus dan di dukung oleh informasi yang akurat, agar terjadi link bisnis yang terarah
antara pelaku usaha kecil dan menengah dengan elemen daya saing usaha, yaitu jaringan
pasar.
Peran dan Fungsi Usaha Kecil dan Menengah
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) memiliki peran penting dalam perekonomian
Indonesia. Karena dengan UKM ini, pengangguran akibat angkatan kerja yang tidak
terserap dalam dunia kerja menjadi berkurang. Di negara-negara maju pun, baik di Amerika
Serikat, Jepang, Jerman, Italia, UKM lah yang menjadi pilar utama perekonomian negara.
Menurut Suryana (2001:90-92) Fungsi dan peran Usaha Kecil dan Menengah sangat besar
dalam kegiatan ekonomi masyarakat. Fungsi dan peran itu meliputi: (1) penyediaan barang
dan jasa; (2) penyerapan tenaga kerja; (3) pemerataan pendapatan; (4) sebagai nilai tambah
bagi produk daerah; dan (5) peningkatan taraf hidup masyarakat.
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP)
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan
Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau
atau The Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah
disahkan oleh DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan tandar Akuntansi Keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan
Publik, Akademisi, Akuntan Sektor Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI
menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah perusahaan kecil dan menengah
(UKM) (yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di Indonesia) dalam
menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan mereka
juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap
pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan
mereka. SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan
kecil dan menengah untuk menerapkannya.
SAK ETAP ini berlaku secara efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang
dimulai pada atau setelah 1 Januari 2011 namun penerapan dini diperkenankan. Apabila
SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu
membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam
beberapa hal SAK ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan
dengan PSAK dengan ketentuan pelaporan yang lebih kompleks.
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
5
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian dan Gambaran dari Populasi (Objek) Penelitian
Babat terkenal dengan julukan "Kota Wingko", karena di kota ini banyak terdapat
industri makanan. Mayoritas pengusaha wingko terbentur masalah permodalan yang
minim, namun sangat sulit untuk dapat memperoleh pinjaman dari pihak luar seperti bank.
Salah satu diantaranya adalah UD Bintang Jaya. Selama beroperasi dari awal tahun berdiri
perusahaan belum pernah melakukan pencatatan laporan keuangan yang seharusnya
dilakukan oleh perusahaan.
Laporan keuangan disusun memiliki tujuan untuk menyediakan informasi keuangan
mengenai suatu perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan sebagai
pertimbangan dalam pembuatan keputusan-keputusan ekonomi. Apabila SAK ETAP
diterapkan, pihak perbankan tentu akan merespon dengan positif, karena memudahkan
perbankan dalam menilai kelayakan bisnis untuk memperoleh bantuan kredit
pengembangan usaha. Di samping itu, perusahaan tentu akan memiliki data keuangan
akurat yang amat berguna dalam upaya meningkatkan produktivitas, efektivitas, dan
efisiensi usaha.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan usaha untuk memperoleh data yang dibutuhkan oleh
peneliti. Data bisa diperoleh dengan berbagai cara dan dari sumber yang berbeda. Pemilihan
teknik pengumpulan data tergantung pada fasilitas yang tersedia, tingkat akurasi yang
disyaratkan, keahlian peneliti, kisaran waktu studi, biaya, dan sumber daya lain yang
berkaitan dan tersedia untuk pengumpulan data. Data dikumpulkan oleh peneliti sendiri
secara pribadi dengan memasuki lapangan. Teknik pengumpulan data utama dalam
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Satuan Kajian
UD Bintang Jaya merupakan salah satu home industri yang memproduksi kue wingko
di Kota Babat. UD Bintang Jaya berdiri pada tahun 1989 dan sampai sekarang masih
beroperasi. UD Bintang Jaya memiliki 14 karyawan, dalam sehari dapat memproduksi kue
wingko sebanyak ±7500 buah. UD Bintang Jaya termasuk perusahaan manufaktur karena
kegiatannya mengolah bahan baku menjadi barang jadi kemudian menjual barang jadi
tersebut. Untuk mengembangkan usahanya, UD Bintang Jaya mengajukan pinjaman ke
pihak bank tapi syaratnya adalah menyertakan laporan keuangan, karena pihak perbankan
tidak mau mengambil resiko dalam penyaluran kredit. Namun UD Bintang Jaya belum
memiliki kebiasaan untuk melakukan pencatatan dan penyusunan laporan keuangan.
Diharapkan dengan adanya SAK ETAP, perusahaan kecil, menengah, mampu untuk
menyusun laporan keuangannya sendiri, dapat diaudit dan mendapatkan opini audit,
sehingga dapat menggunakan laporan keuangannya untuk mendapatkan dana (misalnya
dari Bank) untuk pengembangan usaha. SAK ETAP lebih sederhana dibandingkan dengan
PSAK – IFRS sehingga lebih mudah dalam implementasinya. Tetap memberikan informasi
yang handal dalam penyajian laporan keuangan.
Teknik Analisis Data
Untuk kepentingan pembahasan, data diolah dan dianalisis secara manual yang sesuai
dengan literatur. Tahap-tahap analisis data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1)
Mengumpulkan semua bukti transaksi dari UD BINTANG JAYA periode 2011 dan
2012; Mengevaluasi media pencatatan, berupa: (a) menentukan sistem pencatatan
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
6
sesuai dengan sumber daya manusia yang ada, yaitu menggunakan sistem
pencatatan double entry atau sering disebut dengan istilah menjurnal; dan (b) buku
dan kartu yang digunakan untuk pencatatan aktivitas produksi maupun aktivitas
non produksi; (3) Menyusun laporan keuangan sesuai SAK ETAP.
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Data dalam penelitian ini didapat dari wawancara yang dilakukan peneliti dengan
pemilik perusahaan secara langsung dengan menggunakan pertanyaan tidak terstruktur.
Tahap pertama analisis yakni peneliti memfokuskan analisis mengenai penerapan akuntansi
SAK ETAP pada perusahaan dari data yang sudah didapatkan oleh peneliti melalui
wawancara dengan pemilik perusahaan secara langsung.
Data yang telah terkumpul diolah kembali oleh peneliti untuk menyusun laporan
keuangan sesuai dengan SAK ETAP guna membantu pemilik perusahaan dalam mengelola
usahanya. Perlunya penyusunan laporan keuangan bagi UKM sebenarnya bukan hanya
untuk kemudahan memperoleh kredit dari kreditur, tetapi untuk pengendalian aset,
kewajiban dan modal serta perencanaan pendapatan dan efisiensi biaya-biaya yang terjadi
dan pada akhirnya sebagai alat untuk pengambilan keputusan perusahaan.
Data yang diperoleh merupakan data mentah yang dikumpulkan oleh peneliti secara
langsung dengan cara melakukan wawancara kepada pemilik UD Bintang Jaya. UD Bintang
Jaya termasuk perusahaan manufaktur karena kegiatannya mengolah bahan baku menjadi
barang jadi kemudian menjual barang jadi tersebut.
Sumber dan Bukti Pencatatan
Tanda bukti transaksi dipakai sebagai bukti pencatatan yang merupakan bukti sumber
dalam proses siklus akuntansi. Bukti pencatatan ada yang berasal dari transaksi itu sendiri
sebagai pendukungnya, tetapi ada juga yang dibuat untuk internal perusahaan. Di dalam
penelitian ini segala bukti transaksi tidak dapat dicantumkan oleh peneliti karena sesaat
setelah transaksi terjadi, pemilik perusahaan langsung merobek bukti transaksi tersebut
sebagai tanda transaksi tersebut telah selesai.
Neraca Saldo UD Bintang Jaya 2010
Tabel 1
UD Bintang Jaya
Neraca Saldo Setelah Penutupan
Per 31 Desember 2010
Keterangan
Kas
Persediaan
Perlengkapan
Peralatan
Tanah
Gedung
Mesin
Kendaraan
Modal Bambang
Debet
240.000
25.000
38.000
45.000
300.000
450.000
36.000
60.000
1.194.000
Sumber: UD Bintang Jaya
Kredit
1.194.000
1.194.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
7
Jurnal Umum
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan secara
kronologis (berdasarkan urut waktu terjadinya) dengan menunjukkan rekening yang harus
didebet dan dikredit beserta jumlah rupiahnya masing-masing.
Tabel 2
Jurnal Umum
UD Bintang Jaya 2011
(dalam ribuan)
Tanggal
2011
Jan-Des
Keterangan
2
Mesin
Kas
3
Pembelian
Kas
3
7
12
17
19
20
25
25
30
31
31
31
No. Rek
Jumlah
Debet
Kredit
27.000
27.000
10.000
10.000
Biaya Angkut Pembelian
Kas
1.000
Peralatan
Kas
9.000
1.000
9.000
Bahan Bakar
Kas
25.000
Biaya Pemeliharaan + Perbaikan
Kas
28.200
Prive Bambang
Kas
18.000
25.000
28.200
18.000
Kertas Pembungkus
Kas
4.050
Biaya Administrasi
Kas
9.000
Biaya Iklan
Kas
Kas
Penjualan
4.050
9.000
10.800
10.800
837.000
837.000
Gaji Karyawan
Kas
38.500
Biaya Listrik + Air
Kas
56.000
Biaya Lain-lain
Kas
38.500
56.000
2.700
1.076.250
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
2.700
1.076.250
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
8
Tabel 3
Jurnal Umum
UD Bintang Jaya 2012
(dalam ribuan)
Tanggal
2012
Jan-Des
Keterangan
No. Rek
Jumlah
Debet
Kredit
3.500
3.500
1
Hutang Gaji
Kas
3
Pembelian
Kas
6.500
Biaya Angkut Pembelian
Kas
1.225
3
12
17
20
21
25
25
30
31
31
31
6.500
1.225
Bahan Bakar
Kas
35.200
Biaya Pemeliharaan + Perbaikan
Kas
33.550
Kertas Pembungkus
Kas
12.000
Prive Bambang
Kas
25.000
Biaya Administrasi
Kas
12.600
Biaya Iklan
Kas
14.400
Kas
Penjualan
35.200
33.550
12.000
25.000
12.600
14.400
937.500
937.500
Gaji Karyawan
Kas
38.500
Biaya Listrik + Air
Kas
64.000
Biaya Lain-lain
Kas
38.500
64.000
2.400
1.224.375
2.400
1.224.375
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Jurnal Penyesuaian
Jurnal Penyesuaian 2011
a. Mencatat Harga Pokok Penjualan dan Persediaan
Harga Pokok Penjualan
Rp. 25.000.000
Persediaan (awal)
Rp. 25.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 10.000.000
Pembelian
Rp. 10.000.000
Persediaan (akhir)
Rp. 35.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 35.000.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
9
Harga Pokok Penjualan
Biaya Angkut Pembelian
Rp. 1.000.000
Rp. 1.000.000
b. Mencatat Depresiasi Aktiva Tetap
Depresiasi Gedung
Rp. 22.500.000
Depresiasi Mesin
Rp. 12.600.000
Depresiasi Peralatan
Rp. 10.800.000
Depresiasi Kendaraan
Rp. 12.000.000
Akum. Depresiasi Gedung
Rp. 22.500.000
Akum. Depresiasi Mesin
Rp. 12.600.000
Akum. Depresiasi Peralatan
Rp. 10.800.000
Akum. Depresiasi Kendaraan
Rp. 12.000.000
c. Mencatat Perlengkapan
Beban Perlengkapan
Perlengkapan
Rp. 15.150.000
Rp. 15.150.000
d. Mencatat Biaya yang Masih Harus Dibayar
Gaji Karyawan
Rp. 3.500.000
Hutang Gaji
Rp. 3.500.000
Jurnal Penyesuaian 2012
a. Mencatat Harga Pokok Penjualan dan Persediaan
Harga Pokok Penjualan
Rp. 35.000.000
Persediaan (awal)
Rp. 35.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 6.500.000
Pembelian
Rp. 6.500.000
Persediaan (akhir)
Rp. 40.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 40.000.000
Harga Pokok Penjualan
Rp. 1.225.000
Biaya Angkut Pembelian
Rp. 1.225.000
b. Mencatat Depresiasi Aktiva Tetap
Depresiasi Gedung
Rp. 22.500.000
Depresiasi Mesin
Rp. 12.600.000
Depresiasi Peralatan
Rp. 10.800.000
Depresiasi Kendaraan
Rp. 12.000.000
Akum. Depresiasi Gedung
Rp. 22.500.000
Akum. Depresiasi Mesin
Rp. 12.600.000
Akum. Depresiasi Peralatan
Rp. 10.800.000
Akum. Depresiasi Kendaraan
Rp. 12.000.000
c. Mencatat Perlengkapan
Beban Perlengkapan
Perlengkapan
Rp. 14.450.000
Rp. 14.450.000
d. Mencatat Biaya yang Masih Harus Dibayar
Gaji Karyawan
Rp. 3.500.000
Hutang Gaji
Rp. 3.500.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
10
Neraca Saldo Disesuaikan
Tabel 4
UD Bintang Jaya
Neraca Saldo Disesuaikan
(dalam ribuan)
Keterangan
Kas
Persediaan
Perlengkapan
Peralatan
Akum. Dep. Peralatan
Tanah
Gedung
Akum. Dep. Gedung
Mesin
Akum. Dep. Mesin
Kendaraan
Akum. Dep. Kendaraan
Modal Bambang
Prive Bambang
Penjualan
B. Gaji Karyawan
B. Administrasi
B. Iklan
B. Bahan Bakar
B. Pemeliharaan & Perbaikan
B. Listrik & Air
B. Lain-lain
HPP
Dep. Peralatan
Dep. Gedung
Dep. Mesin
Dep. Kendaraan
Beban Perlengkapan
Hutang Gaji
31 Des 2011
Debet
Kredit
837.750
35.000
26.900
54.000
10.800
300.000
450.000
22.500
63.000
12.600
60.000
12.000
- 1.194.000
18.000
837.000
42.000
9.000
10.800
25.000
28.200
56.000
2.700
1.000
10.800
22.500
12.600
12.000
15.150
3.500
2.092.400 2.092.400
31 Des 2012
Debet
Kredit
1.526.375
40.000
24.450
54.000
21.600
300.000
450.000
45.000
63.000
25.200
60.000
24.000
- 1.765.250
25.000
937.500
42.000
12.600
14.400
35.200
33.550
64.000
2.400
2.725
10.800
22.500
12.600
12.000
14.450
3.500
2.822.050 2.822.050
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Laporan Keuangan UD Bintang Jaya
Laporan Perubahan Modal
Tabel 5
UD Bintang Jaya
Laporan Perubahan Modal
(dalam ribuan)
Modal (awal)
Laba Bersih
Prive (Bambang)
Modal (akhir)
31 Des 2011
1.194.000
589.250
(18.000)
571.250
1.765.250
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
31 Des 2012
1.765.250
658.275
(25.000)
633.275
2.398.525
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
11
Laporan Laba Rugi
Tabel 6
UD Bintang Jaya
Laporan Laba Rugi
(dalam ribuan)
31 Des 2011
837.000
0
837.000
Penjualan
Retur & Potongan Penjualan
Penjualan Bersih
Harga Pokok Penjualan:
Persediaan (awal)
Harga Pokok Produksi
Barang Tersedia utk Dijual
Persediaan (akhir)
Harga Pokok Penjualan
Laba Kotor
Biaya-Biaya Operasional:
Gaji Karyawan
Biaya Administrasi
Biaya Iklan
Biaya Bahan Bakar
Biaya Listrik
Biaya Lain-lain
Depresiasi Kendaraan
Beban Perlengkapan
Total Biaya Operasional
Laba Bersih
25.000
103.100
128.100
35.000
31 Des 2012
937.500
0
937.500
35.000
105.175
140.175
40.000
93.100
743.900
100.175
837.325
24.000
12.600
14.400
35.200
64.000
2.400
12.000
14.450
24.000
9.000
10.800
25.000
56.000
2.700
12.000
15.150
154.650
589.250
179.050
658.275
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Harga Pokok Produksi
Tabel 7
UD Bintang Jaya
Laporan Harga Pokok Produksi
(dalam ribuan)
31 Des 2011
Bahan Langsung:
Pembelian Bahan Baku
Biaya Angkut Pembelian
Bahan Baku Tersedia Digunakan
Biaya Pemakaian Bahan Baku
Tenaga Kerja Langsung
Biaya Overhead Pabrik:
Biaya Pemeliharaan+Perbaikan
Depresiasi Peralatan
Depresiasi Gedung
Depresiasi Mesin
Jumlah Biaya Overhead Pabrik
Harga Pokok Produksi
31 Des 2012
10.000
1.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
6.500
1.225
11.000
7.725
11.000
18.000
28.200
10.800
22.500
12.600
7.725
18.000
33.550
10.800
22.500
12.600
74.100
103.100
79.450
105.175
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
12
Laporan Posisi Keuangan
Tabel 8
UD Bintang Jaya
Laporan Posisi Keuangan
(dalam ribuan)
31 Des 2011
AKTIVA
Aktiva Lancar
Kas
Persediaan
Perlengkapan
Aktiva Tetap
Tanah
Gedung
Akum. Dep. Gedung
Mesin
Akum. Dep. Mesin
Peralatan
Akum. Dep. Peralatan
Kendaraan
Akum. Dep. Kendaraan
Jumlah AKTIVA
837.750
35.000
26.900
1.526.375
40.000
24.450
300.000
450.000
(22.500)
63.000
(12.600)
54.000
(10.800)
60.000
(12.000)
1.768.750
300.000
450.000
(45.000)
63.000
(25.200)
54.000
(21.600)
60.000
(24.000)
2.402.025
0
3.500
0
3.500
1.765.250
1.768.750
2.398.525
2.402.025
PASSIVA
Kewajiban
Hutang Usaha
Hutang Gaji
Modal Usaha
Modal Bambang
Jumlah PASSIVA
31 Des 2012
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Laporan Arus Kas
Tabel 9
UD Bintang Jaya
Laporan Arus Kas
(dalam ribuan)
31 Des 2011
Arus Kas dari Aktivitas Operasi:
Penjualan barang dagangan
Pembelian barang dagangan
Pengeluaran biaya-biaya
Arus kas bersih dari
Aktivitas Operasi
Arus Kas dari Aktivitas Investasi:
Pembelian mesin
Pembelian peralatan
Arus kas bersih dari
Aktivitas Investasi
Arus Kas dari Aktivitas Pendanaan:
Prive Bambang
Arus kas bersih dari
Aktivitas Pendanaan
Kenaikan Arus Kas Bersih
Saldo 1 Desember 2011
Saldo 31 Desember 2011
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
837.000
(10.000)
(175.250)
31 Des 2012
937.500
(6.500)
(217.375)
713.625
651.750
(27.000)
(9.000)
(0)
(36.000)
(18.000)
(0)
(25.000)
(18.000)
(25.000)
597.750
240.000
837.750
688.625
837.750
1.526.375
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
13
Catatan Atas Laporan Keuangan
Umum
UD Bintang Jaya didirikan pada tahun 1989 oleh Bambang Indrajaya yang sampai saat
ini masih beroperasi. UD Bintang Jaya berlokasi di Jalan Sumowiharjo Gg. Candra 1 Babat,
Lamongan, Jawa Timur. Kegiatan usaha perusahaan meliputi bidang pembuatan, pemasaran
dan distribusi berupa wingko. Perusahaan mulai berproduksi sejak tahun didirikannya
hingga sekarang.
Kebijakan Akuntansi
Dasar Pengukuran dan Penyusunan Laporan Keuangan
Laporan keuangan disusun dengan menggunakan prinsip dan praktek akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia. Dasar penyusunan laporan keuangan perusahaan adalah dasar
akrual dengan menggunakan konsep biaya perolehan. Semua data yang tercantum
merupakan data estimasi bulanan dan telah disetujui oleh pemilik perusahaan.
Mata uang pelaporan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan adalah
Rupiah. Laporan rugi laba disusun menggunakan analisis sifat beban. Berdasarkan metode
ini, beban dikumpulkan dalam laporan laba rugi berdasarkan sifatnya dan tidak
dialokasikan kembali antara berbagai fungsi dalam entitas.
Laporan arus kas disusun dengan menggunakan metode langsung yang
menggambarkan penerimaan dan pengeluaran kas yang berasal dari aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan. Laporan keuangan perusahaan mencakup beberapa penyajian
pengungkapan dan akun-akun tertentu yang disesuaikan dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) yang diterbitkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) pada
tahun 2004 yang berlaku efektif pada atau setelah tanggal 1 Oktober 2004.
Persediaan
Persediaan dinilai dengan nilai yang terendah antara harga perolehan dan nilai bersih
yang dapat direalisasi. Metode utama yang dipakai untuk menentukan harga perolehan
adalah metode FIFO (first in first out). Sistem pencatatan persediaan menggunakan sistem
persediaan fisik atau periodik.
Harga perolehan barang jadi dan barang dalam proses terdiri dari biaya bahan baku,
tenaga kerja serta alokasi biaya overhead terkait, baik yang bersifat tetap maupun variabel.
Penyisihan untuk persediaan usang dan persediaan tidak terpakai/tidak laris ditentukan
berdasarkan estimasi terkait, baik penggunaan atau penjualan masing-masing jenis
persediaan pada masa mendatang.
Aset Tetap
Aset tetap perusahaan, kecuali hak atas tanah, dinyatakan sebesar harga perolehan
atau nilai revaluasi, untuk beberapa aset tetap tertentu direvaluasi sesuai dengan peraturan
pemerintah, dikurangi akumulasi penyusutan.
Penyusutan dihitung menggunakan metode garis lurus berdasarkan taksiran masa manfaat
ekonomis aset tetap sebagai berikut:
%
Gedung
5
Mesin
20
Peralatan
20
Kendaraan
20
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
14
Pengakuan Pendapatan dan Beban
Penjualan bersih adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan produk
perusahaan, setelah dikurangi retur, potongan penjualan dan biaya penjualan. Pendapatan
dari penjualan barang diakui pada saat risiko secara signifikan dan manfaat kepemilikan
barang telah berpindah kepada pelanggan. Beban diakui sesuai manfaatnya pada tahun
yang bersangkutan (accrual basis).
Persediaan
Tabel 10
Harga Pokok Penjualan
31 Des 2011
Persediaan (awal)
25.000.000
Tambah: Harga pokok produksi
103.100.000
Barang yg tersedia dijual
128.100.000
Kurang: Persediaan (akhir)
35.000.000
Harga Pokok Penjualan
93.100.000
31 Des 2012
35.000.000
105.175.000
140.175.000
40.000.000
100.175.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Tabel 11
Persediaan
31 Des 2011
Barang Jadi/Dagang
25.000.000
Barang Dalam Proses
Bahan Baku/Pembantu
11.000.000
Persediaan Usang/Tidak Laris
(1.000.000)
Jumlah
35.000.000
31 Des 2012
35.000.000
7.725.000
(2.725.000)
40.000.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Berdasarkan pengamatan fisik atas persediaan dan perputaran persediaan, pihak
manajemen perusahaan berpendapat bahwa atas barang jadi tersebut tidak dilakukan
penurunan nilai persediaan, karena manajemen beranggapan harga wingko akan mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun dikarenakan mengikuti perkembangan harga bahan baku
yang terus meningkat, dan atas persediaan tersebut diklasifikasikan pada bagian tidak
lancar.
Aset Tetap
Gedung
Mesin
Peralatan
Kendaraan
Jumlah
Tabel 12
Aset Tetap 2011
Akum.
Saldo awal
Penyusutan
450.000.000
(22.500.000)
63.000.000
(12.600.000)
54.000.000
(10.800.000)
60.000.000
(12.000.000)
57.900.000
31 Des 2011
427.500.000
50.400.000
43.200.000
48.000.000
596.100.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Gedung
Mesin
Peralatan
Kendaraan
Jumlah
Tabel 13
Aset Tetap 2012
Akum.
Saldo awal
Penyusutan
450.000.000
(45.000.000)
63.000.000
(25.200.000)
54.000.000
(21.600.000)
60.000.000
(24.000.000)
115.800.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
31 Des 2012
405.000.000
37.800.000
32.400.000
36.000.000
511.200.000
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
15
Perhitungan penyusutan menggunakan metode garis lurus yaitu penentuan besar
penyusutan setiap tahun selama umur ekonomis sama besar, sehingga jika dibuatkan
grafiknya terhadap waktu, dan akumulasi biaya akan berupa garis lurus.
Beban Operasional
Gaji Karyawan
Biaya Administrasi
Biaya Iklan
Biaya Bahan Bakar
Biaya Listrik
Biaya Lain-lain
Depresiasi Kendaraan
Beban Perlengkapan
Jumlah Biaya Operasional
Tabel 14
Beban Operasional
31 Des 2011
24.000.000
9.000.000
10.800.000
25.000.000
56.000.000
2.700.000
12.000.000
15.150.000
154.650.000
31 Des 2012
24.000.000
12.600.000
14.400.000
35.200.000
64.000.000
2.400.000
12.000.000
14.450.000
179.050.000
Sumber: data yang diolah sendiri oleh peneliti
Gaji Karyawan
No
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Nama
Irfan
Hamam
Roni
Susilah
Heri
Suwari
Ernik
Anifa
Mintartik
Gati
Parmi
Kustini
Priyadi
Murni
Tabel 15
Daftar Gaji dan Upah
Usia
Gaji (Rp)
25 th
250.000
27 th
250.000
27 th
250.000
35 th
250.000
37 th
250.000
37 th
250.000
42 th
250.000
42 th
250.000
42 th
250.000
44 th
250.000
44 th
250.000
46 th
250.000
50 th
250.000
56 th
250.000
3.500.000
TTD
Sumber: UD Bintang Jaya
Jumlah gaji karyawan yang terjadi selama periode 2011 dan 2012 adalah Rp. 42.000.000.
Biaya ini dicatat pada beban operasi. Jumlah karyawan yang bekerja pada UD Bintang Jaya
sampai pada tanggal 31 Desember 2012 adalah 14 orang.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) Narasumber
yang merupakan pemilik sekaligus pengelola UD Bintang Jaya di Kota Babat memiliki
pandangan yang kurang mengenai akuntansi. Pemilik sekaligus pengelola UD Bintang Jaya
menjelaskan akuntansi secara singkat dan menurut apa yang pernah dia ketahui maupun
dia dengar. Penjelasan yang dipahami belum ada yang sesuai dengan aplikasi siklus
akuntansi yang diperlukan UD Bintang Jaya; (2) Pemilik sekaligus pengelola UD. Bintang
Jaya belum menyelenggarakan akuntansi dalam usahanya. Hal tersebut sama dengan
penelitian terdahulu yang dilakukan Auliyah (2012), banyak UKM yang belum menyiapkan
informasi akuntansi dengan baik yang sesuai dengan SAK ETAP, kebanyakan masih
Jurnal Ilmu & Riset Akuntansi Vol. 2 No. 10 (2013)
16
menggunakan akuntansi sederhana; (3) Keberadaan Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP) yang dikeluarkan oleh IAI untuk usaha kecil dan
menengah, keberadaannya belum banyak diketahui oleh pemilik usaha kecil dan menengah.
Kurangnya sosialisasi menjadi faktor utama kurang dikenalnya SAK ETAP dilingkungan
UKM.
Saran
Berdasar pembahasan serta kesimpulan yang telah dikemukakan tentang
implementasi SAK ETAP dalam penyajian laporan keuangan, maka saran-saran yang dapat
diajukan adalah sebagai berikut: (1) Menerapkan siklus akuntansi yang sesuai dengan
kebutuhan perusahaan, mulai dari bukti transaksi – jurnal – buku besar. Laporan arus kas
dan catatan atas laporan juga harus dibuat sebagai syarat untuk membuat laporan keuangan
berdasarkan SAK ETAP; (2) Harus ada karyawan akuntansi yang mempunyai kemampuan
untuk membukukan transaksi keuangan dan menyusun laporan keuangan berdasarkan SAK
ETAP; (3) Mengarsip seluruh bukti transaksi dan dokumen pendukung secara tertib dan
rapi. Agar pada saat dibutuhkan dapat digunakan (pada saat audit laporan keuangan).
DAFTAR PUSTAKA
Auliyah, I.M. 2012. Penerapan Akuntansi Berdasarkan SAK ETAP Pada UKM Kampung
Batik di Sidoarjo. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas. Surabaya.
Benjamin, W.P. 1990. Laporan Keuangan (Ikhtisar Akuntansi) Perusahaan Kecil. Prosiding
Seminar Akuntan Nasional Surabaya.
Ikatan Akuntan Indonesia. 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Salemba Empat. Jakarta.
______ 2009. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik. Salemba Empat.
Jakarta.
Suryana. 2001. Ekonomi Pembangunan (Problematika dan Pendekatan). Salemba Empat.
Jakarta.
●●●
Download