Kata Pengantar Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan, dan kesempatan sehingga setelah sekian lama buku yang berjudul: “Sistem Administrasi dan Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik, dalam perspektif otonomi daerah,” dapat diselesaikan. Semula buku ini merupakan kumpulan bahan-bahan kuliah yang disampaikan pada mahasiswa program pascasarjana Universitas Bina Darma, Palembang serta bahan-bahan yang diperoleh saat penulis mengikuti kuliah program doktor ilmu administrasi Universitas Padjadjaran, Bandung dan bahan-bahan dari berbagai literature, peraturan perundang-undangan, serta bahan-bahan dari internet, termasuk hasil kajian pada kegiatan proyek Sustainable Capacity Building for Decentralization (SCBD) atau Proyek Peningkatan Kapasitas Berkelanjutan Kementerian Dalam Negeri tahun 2010. Saat memberikan kuliah pada mahasiswa program pascasarjana, dan ternyata peserta kuliah mayoritas berasal dari instansi pemerintah atau pegawai negeri, maka apabila kemasan materi tentang sumber daya manusia yang saya sampaikan secara umum, tentu tidak begitu mengena dan relevan, apalagi berbicara tentang sumber daya manusia pada sektor swasta atau bisnis tentu makin tidak cocok dengan kondisi mahasiswa. Akhirnya, kemasan mata kuliah tersebut saya arahkan kepada manajemen sumber daya manusia sektor publik. Dalam perjalanan perkuliahan, ternyata pembahasannya lebih rumit dan diskusi yang berkembangpun menjadi lebih dinamis. Berbagai persoalan muncul dari peserta kuliah, mulai dari perekrutan hingga pada sistem promosi jabatan yang banyak diwarnai kecurangan dan lain-lain. Karena literature dan referensi yang membahas tentang tema tersebut di atas masih sangat kurang dan jarang, maka dengan segala keterbatasan yang dimiliki, disusunlah buku ini. Buku ini terdiri dari delapan bab. Bab pertama berbicara tentang urgensi memahami sistem administrasi dan manajemen sumber daya manusia sektor publik dan hubungannya dengan era otonomi daerah. Meskipun kepala daerah diberikan kewenangan yang sangat besar terhadap urusan kepegawaian di daerah, namun kewenangan tersebut tidak serta-merta dilakukan dengan serampangan (asal-asalan) dengan melanggar kaidah-kaidah dan normanorma kepatutan kepegawaian yang selama ini telah diberlakukan, seperti penempatan pegawai sesuai dengan keahliannya (the right man on the right job) yang merupakan kaidah dan prinsip yang berlaku secara universal. Manakala hal ini terus terjadi, maka akan menganggu kinerja sumber daya manusia aparatur secara umum, terutama di lingkungan pemerintah daerah setempat. Apabila seorang camat diangkat dari seorang PNS berprofesi sebagai guru, maka akan menimbulkan kecemburuan seorang PNS yang berprofesi sebagai pamong praja dengan latar belakang pendidikan ilmu administrasi dan pemerintahan, seperti alumni IPDN, STIA, Ilmu Pemerintahan dan lain-lain, yang memang sebelumnya telah dipersiapkan untuk menjadi pejabat pamong praja (lurah atau camat). Kecemburuan ini tentu saja akan mengganggu sistem karir dan akan menghambat aktivitas pelayanan publik, menurunnya kepercayaan publik kepada pemerintah daerah dan pada gilirannya akan berimbas kepada sulitnya/gagalnya pelaksanaan otonomi daerah Bab kedua berbicara tentang pengadaan pegawai. Pengadaan pegawai pada organisasi sektor publik sangat berbeda dengan pengadaan pegawai pada organisasi sektor bisnis. Pada sektor bisnis orientasinya adalah berupaya sebesarbesarnya untuk mencari laba/keuntungan perusahaan, sementara pada sektor publik berorientasi kepada pelayanan publik. Oleh karenanya akan berbeda sifat, kualifikasi dan karakteristik yang dibutuhkan antara pegawai pada sektor bisnis dengan sektor publik. Pada perusahaan-perusahaan besar, seperti badan-badan usaha milik negara (BUMN) atau perusahaan-perusahaan multi nasional, pengadaan pegawai sudah sangat rapi dan sangat professional. Berbagai cara dan metode telah ditempuh untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kompetensinya. Berbagai keuntunganpun telah didapatkan oleh perusahaanperusahaan besar dimaksud. Perusahaan-perusahaan tersebut antara lain PT. Pertamina, PT. Bukit Asam, PT. Pusri, PT. Unilever, PT. Telkom, PT. Pos Indonesia, dan lain-lain. Gambaran tersebut tentu saja sangat berbeda dengan situasi dan kondisi pada sektor publik. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, pengadaan pegawai banyak terindikasi kolusi, korupsi, dan nepotisme (KKN). Bab ketiga berbicara tentang pengembangan pegawai. Faktor sumberdaya manusia sangat menentukan efektivitas organisasi, karena organisasi diciptakan oleh manusia, yang melaksanakannya manusia, dikendalikan oleh manusia serta yang memanfaatkannya juga manusia. Karena itu manusia merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi berjalan tidaknya suatu organisasi dan menentukan tingkat efektivitas suatu organisasi. Karena sifatnya sebagai sumber yang paling penting, sangat logis apabila dalam rangka peningkatan efisiensi kerja, perhatian utama ditujukan pula kepada faktor sumberdaya manusia. Akan tetapi sorotan perhatian tidak boleh hanya ditujukan kepada pemanfaatannya secara maksimal, tetapi juga pengembangannya, perlakuannya dan estafet penggantiannya. Bab empat berbicara tentang penilaian pegawai. Penilaian kinerja Pegawai Negeri Sipil, adalah penilaian secara periodik pelaksanaan pekerjaan seorang Pegawai Negeri Sipil. Tujuan penilaian kinerja adalah untuk mengetahui keberhasilan atau ketidak-berhasilan seorang Pegawai Negeri Sipil, dan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dan kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan dalam melaksanakan tugasnya. Hasil penilaian kinerja digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pembinaan Pegawai Negeri Sipil, antara lain pengangkatan, kenaikan pangkat, pengangkatan dalam jabatan, pendidikan dan pelatihan, serta pemberian penghargaan. Bab kelima berbicara tentang pemeliharaan pegawai. Pegawai adalah asset (kekayaan) utama setiap organisasi publik, yang selalu ikut aktif berperan dan paling menentukan tercapai tidaknya tujuan organisasi publik. Oleh karena itu, keamanan dan keselamatannya perlu mendapat pemeliharaan sebaik-baiknya dari pimpinan organisasi publik. Pemeliharaan (maintenance) pegawai harus mendapat perhatian yang serius dari pimpinan organisasi publik. Jika pemeliharaan pegawai kurang diperhatikan, maka semangat kerja, sikap, loyalitas pegawai akan menurun. Absensinya dan turn-over meningkat, disiplin akan menurun, sehingga pengadaan, pengembangan, kompensasi, dan pengintegrasian pegawai yang telah dilakukan dengan baik dan biaya yang besar kurang berarti untuk menunjang tercapainya tujuan organisasi publik. Bab keenam tentang pengintegrasian pegawai. Pada bab ini dibahas tentang hak dan kewajiban serta disiplin pegawai. Pada masalah disiplin, telah ada peraturan terbaru tentang disiplin pegawai yang telah menggantikan peraturan terdahulu yang dianggap sudah tidak sesuai lagi dengan tuntutan zaman. Peraturan pemerintah yang baru tersebut adalah PP Nomor 53 Tahun 2010. Bab ketujuh dalam buku ini berbicara tentang pemberhentian pegawai dengan berbagai seluk beluknya, mulai dari jenis-jenis pemberhentian hingga pada masa pensiun. Bab kedelapan, merupakan bab terakhir. Pada bab ini diuraikan secara terperinci tentang berbagai kelengkapan persyaratan dalam sistem administrasi kepegawaian dalam rangka memudahkan urusan kepegawaian. Dengan telah selesainya penulisan buku ini, saya mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada guru besar saya yang mengajar mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan mata kuliah Administrasi dan Manajemen, Prof. Drs. H.A. Djadja Saefullah, M.A., Ph.D. dan Prof. Dr. H. Dedi Rosadi keduanya sebagai guru besar saya saat kuliah pada program doktor program pascasarjana Universitas Padjadjaran, Bandung. Juga terima kasih kepada program pascasarjana Universitas Bina Darma, Palembang, yang telah mempercayakan penulis untuk memberikan mata kuliah Manajemen Sumber Daya Manusia dan Organisasi, kepada bapak Prof. Ir. H. Bochari Rachman, M.Sc. (Rektor UBD), Prof. Dr. H. Zainuddin Ismail (Wakil Rektor I UBD), Dr. Sunda Ariana (Wakil Rektor II UBD), pengelola progam pascasarjana Dr. H. Dedi Rianto Rahadi, M. Izman Herdiansyah, Ph.D., Rahmad Effendi, S.E., M.M., dan teman sejawat Dr. Harnovinsah, S.E., Ak., M.Si., Dr. Firdaus, M.T., Drs. Mukran Roni, M.B.A., Heriyanto, S.E., M.Si., dan lain-lain. Terima kasih yang istimewa disampaikan kepada kedua orang tua tercinta, ibunda Rahma dan ayahnda Ahmad Juri yang senantiasa berdoa untuk kesuksesan penulis. Khusus kepada isteri tercinta, Dra. Aspi Zaitun yang telah mendampingi dan selalu memberi inspirasi dan motivasi selama 18 tahun dalam bahtera rumah tangga dengan anak-anakku yang selalu memberi motivasi dan kesejukan; ananda Rosyidah Azzahra, Azzam, Zikri, dan Fikri serta si kecil Muhammad Irsyad sebagai anugerah terindah pada usia 45 tahun. Semoga Allah mengumpulkan kami dalam keberkahan dan kebaikan. Aamiin… Tidak lupa ucapan terima kasih disampaikan kepada penerbit Gava Media Yogyakarta yang telah menerbitkan buku ini dan merupakan buku kedua saya yang diterbitkan oleh penerbit Gava Media. Semoga jalinan kerjasama yang baik akan terus berlanjut hingga masa-masa yang akan datang. Akhirnya, dengan segala kerendahan hati, kami mohon kritik dan saran atas segala kekurangan yang terdapat dalam buku ini. Kami yakin buku ini masih banyak memiliki kelemahan, baik dari sisi gaya bahasa yang digunakan, narasi, sumber referensi, ataupun peraturan dan perundang-undangan yang dipergunakan, karena regulasinya sangat dinamis dan selalu mengalami perubahan. Atas segala catatan dan masukannya, saya ucapkan banyak terima kasih. Semoga buku yang sederhana ini bermanfaat bagi semua orang. Aamiin. Palembang-Seberang Ulu, Ramadhan 1433/Akhir Juli 2012. Penulis