1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN
RANCANGAN HIPOTESIS
2.1
Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan daftar referensi dari semua jenis referensi
seperti buku, jurnal, artikel, disertasi, tesis, skripsi, hand outs, laboratory
manuals, dan karya ilmiah lainnya yang dikutip di dalam penulisan proposal.
Beberapa pustaka yang terkait (Review of related literatur). Sesuai
dengan arti tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan
kembali (review) pustaka (Laporan penelitian, dan sebagainya) tentang
masalah yang berkaitan, tidak selalu harus tepat indentik dengan bidang
permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang seiring dan berkaitan
(collateral)
Dalam penelitian ini menggunakan teknik Path Analysis untuk
memecahkan masalah-masalah yang ada pada perusahaann. Variabel yang
berkaitan ialah Rotasi Jabatan, Motivasi, dan Kinerja Karyawan
8
9
2.1.1
Rotasi Jabatan
2.1.1.1 Pengertian Rotasi Jabatan
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu
manajemen yang memfokuskan pembahasannya pada pengaturan peranan
manusia yang ada dalam suatu organisasi. Pengaturan tersebut menurut
Hasibuan (2003:10) meliputi masalah perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan,
pengendalian,
pengadaan,
pengembangan,
kompensasi,
pengintegrasian, pemeliharaan, kedisiplinan dan pemberhentian karyawan.
Sedangkan
pengertian
MSDM
menurut
Mathis,
Jackson(2006,
p3)
Manajemen Sumber Daya Manusia adalah sebuah rancangan sistem-sistem
formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia
secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. Dari
beberapa pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa MSDM adalah
bagaimana cara untuk dapat mengolah SDM agar dapat mencapai tujuantujuan dari suatu organisasi. Salah satu bentuk pengolah SDM ialah dengan
adanya rotasi jabatan.
Rotasi Jabatan merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen
sumber daya manusia yaitu fungsi pengembangan. Rotasi Jabatan pada
umumnya meliputi kegiatan mencari, menempatkan dan mendayagunakan
sumber daya manusia yang ada pada suatu perusahaan secara efektif dan
10
efisien. Pelaksanaan Rotasi Jabatan yang baik selain berguna bagi karyawan
itu sendiri, juga berguna bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Rotasi jabatan sendiri memiliki beberapa arti, maka penulis akan
mengemukakan beberapa arti dari rotasi jabatan menurut beberapa ahli:
1. Hasibuan (2003:104) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan
adalah perubahan tempat atau jabatan karyawan tetapi masih
pada rangking yang sama di dalam organisasi itu, istilah-istilah
yang sama dengan Rotasi Jabatan adalah mutasi, pemindahan
dan transfer”.
2. Sastrohadiwiryo
dalam
skripsi
Neni
Kurniati
(2008:9)
mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan adalah kegiatan
ketenagakerjaan yang berhubungan dengan proses pemindahan
fungsi, tanggung jawab dan status ketenagakerjaan tenaga kerja
ke situasi tertentu dengan tujuan agar tenaga kerja yang
bersangkutan memperoleh kepuasan kerja yang mendalam dan
dapat memberikan prestasi kerja yang semaksimal mungkin
kepada perusahaan”.
3. Hariandja (2006:157) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan
adalah proses perpindahan posisi dalam pekerjaan secara
horinzontal dengan tujuan mengatasi kejenuhan dalam bekerja,
dan meningkatkan pengetahuan, serta keahlian karyawan”.
11
4. Robins (2006:649) mengemukakan bahwa “Rotasi Jabatan
adalah perubahan periodik karyawan dari satu tugas ke tugas
yang lain dengan tujuan untuk mengurangi kebosanan dan
meningkatkan motivasi lewat penganekaragaman kegiatan
karyawan”.
Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli di atas,
terdapat kesamaan mengenai pengertian Rotasi Jabatan yaitu: Rotasi Jabatan
merupakan suatu perubahan jabatan karyawan, proses perpindahaan dilakukan
pada secara horizontal atau pada rangking yang sama, dan untuk mengurangi
kejenuhan. Maka penulis menyimpulkan bahwa Rotasi Jabatan ialah suatu
proses perpindahan pekerjaan yang bersifat horizontal di mana jenis serta
tanggung jawab yang ditanggung oleh karyawan akan berbeda. Hal ini
dilakukan dalam periodic tertentu demi mengurangi tingkat kejenuhan
pekerjaan serta menambah pengalaman kerja karyawan.
2.1.1.2 Prinsip dan Tujuan Rotasi Jabatan
Prinsip Rotasi Jabatan menurut Hasibuan (2003:102) adalah
“merotasikan karyawan kepada posisi yang tepat dan pekerjaan yang sesuai,
agar semangat dan produktivitas kerjanya meningkat”. Tujuan dari
pelaksanaan Rotasi Jabatan ini pada intinya adalah untuk menciptakan atau
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam suatu organisasi,
12
sebagaimana yang dikemukakan oleh Wahyudi (2002:167) berikut ini,
“memperhatikan pengertian dari rotasi jabatan, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa tujuan secara umum dilaksanakannya program ini adalah untuk
menciptakan atau meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja dalam
organisasi”.
Sedangkan tujuan khusus dari pelaksanaan Rotasi Jabatan menurut
Wahyudi (2002:167) adalah sebagai berikut :
1. Menciptakan keseimbangan antara tenaga kerja dengan jabatan
yang ada dalam organisasi, sehingga dapat menjamin terjadinya
kondisi ketenagakerjaan yang stabil (personal stability).
2. Membuka kesempatan untuk pengembangan karir. Tujuan ini
dimaksudkan untuk mendorong atau merangsang tenaga kerja
agar berupaya menjangkau karir yang lebih tinggi, yang berarti
pula bahwa mereka akan berusaha mencurahkan kemampuannya
yang ditopang oleh semangat kerja yang tinggi.
3. Memperluas dan menambah pengetahuan.
Memperluas wawasan dan pengetahuan merupakan kebutuhan
yang perlu mendapat perhatian dalam satu organisasi. Dengan
demikian tenaga kerja yang ada, wawasan dan pengetahuannya
tidak terbatas atau terpaku hanya pada satu bidang tertentu saja.
Dengan rotasi jabatan berarti terbuka kesempatan bagi tenaga
13
kerja untuk memperluas wawasan dan pengetahuannya dalam
organisasi yang bersangkutan.
4. Menghilangkan kejenuhan terhadap suatu jabatan.
Apabila seorang tenaga kerja terus menerus dari tahun ke tahun
memegang jabatan yang sama, maka akan menimbulkan
kebosanan dan kejenuhan yang akibatnya sangat berbahaya.
Kebosanan dan kejenuhan akan menimbulkan tenaga kerja yang
bersangkutan terjebak pada rutinitas kerja dan menurunkan
gairah serta semangat kerjanya. Untuk itu perlu terus diupayakan
adanya penyegaran-penyegaran.
5. Memberikan imbalan terhadap prestasi kerja. Suatu rotasi
jabatan dapat dipergunakan untuk memberikan imbalan sebagai
penghargaan kepada tenaga kerja yang berprestasi.
6. Membuka
kesempatan
terjadinya
persaingan
dalam
meningkatkan prestasi kerja.
7. Sebagai pelaksanaan sanksi terhadap pelanggaran. Apabila
seorang tenaga kerja melakukan pelanggaran atau tidak mampu
memperlihatkan prestasi yang baik, rotasi jabatan dapat
dijadikan alat untuk menghukum.
Hasibuan (2003:102) berpendapat bahwa tujuan dari Rotasi Jabatan
adalah sebagai berikut :
14
1. Meningkatkan produktivitas kerja karyawan.
2. Menciptakan
keseimbangan
antara
tenaga
kerja
dengan
komposisi pekerjaan atau jabatan.
3. Memperluas atau menambah pengetahuan karyawan.
4. Menghilangkan rasa jenuh atau bosan karyawan terhadap
pekerjaannya.
5. Memberikan
perangsang
agar
karyawan
mau
berupaya
meningkatkan karier yang lebih tinggi.
6. Untuk pelaksanaan sanksi atau hukuman atas pelanggaranpelanggaran yang dilakukan karyawan.
7. Untuk
memberikan
pengakuan
atau
imbalan
terhadap
prestasinya.
8. Sebagai alat pendorong agar spirit kerja meningkat melalui
persaingan terbuka.
Berdasarkan penjelasan di atas, ada beberapa kesamaan perihal tujuan
dari adanya Rotasi Jabatan seperti: jenjang karir, keseimbangan tenaga kerja,
menambah pengalaman, mengurangi kejenuhan, imbalan, dan merupakan
sanksi terhadap pelanggaran. Maka penulis menyimpulkan bahwa tujuan dari
diadakannya Rotasi Jabatan adalah untuk memberikan pengalaman dan
pengetahuan kerja baru bagi karyawan, sehingga menimbulkan semangat kerja
baru dan meningkatkan prestasi kerja karyawan yang bersangkutan dan juga
15
sebagai salah satu upaya menghindarkan karyawan dari rasa jenuh dalam
bekerja.
2.1.1.3 Dasar-Dasar Rotasi Jabatan
Hendakanya
dalam
pelaksanaan
Rotasi
Jabatan,
organisasi
menetapkan terlebih dahulu suatu dasar pertimbangan yang dapat dijadikan
pedoman untuk memilih karyawan yang akan dirotasikan. Hasibuan
(2003:102) membagi dasar Rotasi Jabatan menjadi tiga landasan pelaksanaan,
antara lain :
1. Merit System, yaitu perpindahan jabatan yang didasarkan atas
landasan yang bersifat ilmiah, objektif dan hasil prestasi
kerjanya. Sistem ini termasuk dasar Rotasi Jabatan yang baik
karena dapat meningkatkan semangat dan disiplin karyawan
sehingga produktivitasnya meningkat.
2. Seniority System, yaitu perpindahan jabatan yang didasarkan
atas landasan masa kerja, usia dan pengalaman kerja dari
jabatan yang bersangakutan. Sistem ini tidak objektif karena
kecakapan orang yang dipindahkan didasarkan pada senioritas
dan belum tentu mampu memangku jabatan yang baru.
3. Spoil System, yaitu perpindahan jabatan yang didasarkan atas
landasan kekeluargaan, sistem ini kurang baik karena
didasarkan atas pertimbangan suka atau tidak suka.
16
Sedangkan menurut Sastrohadiwiryo dalam skripsi Neni Kurniati
(2008:12) dasar pelaksanaan Rotasi Jabatan yaitu :
1. Rotasi Jabatan didasarkan atas kebijakan dan peraturan manajer,
yang berarti bahwa pelaksanaan rotasi didasarkan atas perencanaan
perusahaan menurut kebijakan dan peraturan yang telah ditetapkan dan
dituangkan dalam pedoman yang berlaku.
2. Rotasi Jabatan didasarkan atas prinsip The Right Man on The Right
Job, yang artinya rotasi jabatan dilakukan untuk menempatkan
karyawan pada posisi yang tepat.
3. Rotasi Jabatan sebagai tindakan untuk meningkatkan moral kerja.
4. Rotasi Jabatan sebagai media kompetisi yang rasional, artinya
pelaksanaan rotasi jabatan berdasarkan kompetisi yang rasional berupa
penilaian prestasi kerja.
5. Rotasi Jabatan sebagai langkah untuk promosi jabatan bagi
karyawan.
6. Rotasi Jabatan dilakukan untuk mengurangi labour turn over.
7. Pelaksanaan Rotasi Jabatan harus terkoordinasi
2.1.1.4 Cara-Cara Rotasi Jabatan
Dalam menjalankan Rotasi Jabatan, organisasi harus mengetahui caracara bagaimana menjalankan sistem Rotasi Jabatan. Agar Rotasi Jabatan
memberikan dampak positif untuk organisasi bukan dampak yang akan
17
merugikan lembaga/organisasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh
Hasibuan (2003:103), terdapat dua cara pelaksanaan Rotasi Jabatan yang
dilakukan dalam organisasi, antara lain :
1. Cara tidak ilmiah, yang dilakukan dengan :
a. Tidak didasarkan kepada norma atau standar kriteria
tertentu.
b. Berorientasi semata-mata kepada masa kerja dan ijazah,
bukan atas prestasi atau faktor-faktor riil.
c. Berorientasi kepada banyaknya anggaran yang tersedia,
bukan atas kebutuhan riil karyawan.
d. Berdasarkan spoil system.
2. Cara ilmiah, dilakukan dengan :
a. Berdasarkan norma atau standar kriteria tertentu, seperti
analisis pekerjaan.
b. Berorientasi pada kebutuhan yang riil/nyata.
c. Berorientasi pada formasi riil kepegawaian.
d. Berorientasi kepada tujuan yang beraneka ragam.
e.Berdasarkan
objektivitas
yang
dapat
dipertanggung
jawabkan.
Berdasarkan pendapat ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
pelaksanaan Rotasi Jabatan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu cara tidak
ilmiah yang didasarkan secara subyektif, karena didasarkan pada kriteria
18
tertentu seperti berorientasi kepada masa kerja. Sedangakan Rotasi Jabatan
yang dilakukan dengan cara ilmiah dilakukan dengan objektif karena
didasarkan pada standar tertentu, dan berorientasi pada kebutuhan karyawan
yang nyata.
2.1.1.5 Sebab dan Alasan Rotasi Jabatan
Sebab-sebab
pelaksanaan
Rotasi
Jabatan
menurut
Hasibuan
(2003:104) antara lain sebagai berikut :
1. Permintaan sendiri
Rotasi atas permintaan sendiri adalah rotasi yang dilakukan
atas keinginan sendiri dari karyawan yang bersangkutan
dan dengan mendapat persetujuan pimpinan organisasi
yang bersangkutan. Rotasi permintaan sendiri ini pada
umumnya hanya kepada jabatan yang peringkatnya sama
baiknya, artinya kekuasaan dan tanggung jawab maupun
besarnya balas jasa tetap sama. Cara karyawan itu
mengajukan permohonan dengan mengemukakan alasanalasan kepada pimpinan organisasi yang bersangkutan .
Adapun alasan-alasan tersebut dikarenakan :
a. Kesehatan, fisik dan mental karyawan bisa kurang
mendukung untuk melaksanakan pekerjaan, misalnya
19
karyawan
yang
minta
dirotasikan
dari
dinas
luar/lapangan kedinas kantor/dalam
b. Keluarga, kepentingan karyawan akan hubungan
keluarganya yang memaksanya untuk bertugas satu
daerah dengan keluarganya, misalnya harus merawat
orang tua yang sudah lanjut usia
c. Kerjasama, hubungan kerja dengan karyawan lain
maupun
dengan
atasannya
dapat
mempengaruhi
prestasi kerja sehingga diperlukan suatu penyesuaian
ataupun perubahan posisi kerja, misalnya seorang
karyawan yang tidak dapat bekerja sama dengan
karyawan lainnya karena terjadi pertengkaran atau
perkelahian
2.
Alih Tugas Produktif (ATP)
Alih Tugas Produktif (ATP) adalah rotasi karena kehendak
pimpinan
dengan
kejabatan
perusahaan
menempatkan
atau
untuk
meningkatkan
karyawan
pekerjaan
yang
yang
produksi
bersangkutan
sesuai
dengan
kecakapannya. Alih tugas produktif ini didasarkan pada
hasil penilaian prestasi kerja karyawan yang berprestasi
baik di promosikan, sedangkan karyawan yang tidak
berprestasidan tidak disiplin didemosikan. Alasan lain alih
20
tugas produktif (production transfer) didasarkan kepada
kecakapan, kemampuan, sikap dan disiplin karyawan.
Hal senada juga dikatakan oleh Syadam (2005:545) bahwa Rotasi
Jabatan dapat dilaksanakan atas keinginan perusahaan, maupun keinginan
karyawan.
1. Rotasi Jabatan atas keinginan perusahaan dilakukan atas
pertimbangan sebagai berikut :

Usaha
perusahaan
untuk
menghilangkan
kejenuhan
karyawan

Kemampuan yang dimiliki karyawan kurang serasi dengan
kualifikasi yang dituntut perusahaan

Lingkungan
pekerjaan
yang
kurang
mendukung
pelaksanaan pekerjaan

Sistem dan prosedur kerja yang berubah

Diri karyawan yang sudah mengalami perubahan

Sebagai sanksi bagi karyawan yang bersangkutan
2. Sedangkan Rotasi Jabatan atas keinginan karyawan disebabkan
karena :

Alasan pribadi dan keluarga

Kesehatan

Lingkungan kerja yang kurang cocok
21

Hubungan kerja yang kurang harmonis

Beban tugas yang dirasa terlalu berat

Tingkat pendidikan yang berubah
Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa, alasan
pelaksanaan Rotasi Jabatan dapat disebabkan atas keinginan perusahaan dan
atas keinginan karyawan. Rotasi Jabatan atas keinginan perusahaan dilakukan
dengan pertimbangan untuk menghilangkan kejenuhan karyawan, baik itu
dalam pekerjaan maupun dalam lingkungan tempat ia bekerja. Sedangkan
Rotasi Jabatan atas keinginan karyawan biasanya disebabkan karena alasan
keluarga, kesehatan, maupun alasan pribadi. Misalnya karyawan tersebut
merasa kurang cocok pada posisi jabatan yang semula, sehingga ia tidak dapat
bekerjasama dengan rekan kerjanya.
2.1.1.6 Ruang Lingkup Rotasi Jabatan
Ruang lingkup Rotasi Jabatan menurut Wahyudi (2002:179) dikenal
juga dengan istilah antara lain :
1. Mutasi Tempat (Tour of Area), merupakan pemindahan
seorang tenaga kerja dari satu tempat/daerah kerja ke
tempat/daerah
kerja
yang
lain
tetapi
masih
jabatan/posisi/pekerjaan yang tingkat atau levelnya sama.
dalam
22
2. Mutasi Jabatan (Tour of Duty), merupakan pemindahan
seorang tenaga kerja dari suatu jabatan ke jabatan lain pada
tingkat/level yang sama dan dalam lokasi yang sama pula.
3. Rehabilitasi, merupakan suatu kebijaksanaan organisasi
untuk menempatkan kembali seorang tenaga kerja pada
posisi/jabatan/pekerjaannya yang terdahulu, setelah tenaga
kerja yang bersangkutan menyelesaikan suatu tugas tertentu.
2.1.1.7 Pengukuran Rotasi Jabatan
Pengukuran rotasi berdasarkan tingkat kebutuhan pegawai dalam
organisasi. Pegawai hendaknya mengetahui dasar perpindahan posisi dalam
bekerja, karena jangan sampai Rotasi Jabatan akan membuat pegawai tidak
nyaman dan akan menimbulkan masalah-masalah dalam bekerja.
Menurut Bambang Wahyudi (2002:109) “rotasi jabatan merupakan
suatu mutasi personal yang dilakukan secara horizontal tanpa menimbulkan
perubahan dalam hal gaji ataupun pangkat atau golongan dengan tujuan untuk
menambah
pengetahuan
dan
pengalaman
serta
untuk
menghindari
kejenuhan.” Selain itu, dimensi yang menjadi operasional dalam Rotasi
Jabatan ada 5, yaitu :
1. Pengalaman
2. Pengetahuan
3. Kebutuhan
23
4. Prestasi kerja, dan
5. Tanggung jawab
Pengalaman dapat dijadikan tolak ukur dilakukannya Rotasi Jabatan,
karena pengalaman pegawai akan mempengaruhi dengan hasil kerja
karyawan. Apabila pegawai tidak memiliki pengalaman, maka pegawai
tersebut akan diragukan kemempuannya ketika diberikan pekerjaan yang baru.
Tolak ukur lain untuk dilakukan Rotasi Jabatan yaitu dengan melihat
pengetahuan pegawai. Semakin rendahnya pengetahuan pegawai akan
membuat perusahaan atau organisasi mencarikan cara untuk mengatasi hal
tersebut, salah satu cara ialah dengan rotasi jabatan.
Rotasi Jabatan berdasarkan tingkat kebutuhan pegawai dikarenakan
untuk menutupi kekosongan jabatan yang tiba-tiba pegawai mengundurkan
diri, maka organisasi berhak untuk merotasi pegawainya Hal ini diperkuat
dengan pendapat Marihot Tua Effendi (2005:159) bahwa “ . . . adanya
kemungkinan pengalihan pegawai dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain yang
sama adalah untuk memenuhi kekurangan tenaga kerja”. Jadi secara tidak
langsung Rotasi Jabatan berdasarkan kondisi kerja di organisasi.
Prestasi kerja merupakan salah satu poin utama layak tidaknya Rotasi
Jabatan. Apabila pegawai memiliki prestasi kerja yang kurang baik, maka
pegawai tersebut akan diragukan oleh organisasi untuk melakukan pekerjaan.
Sehingga pegawai tersebut akan ditempatkan sesuai posisi yang tepat sesuai
dengan pegawai tersebut.
24
Tanggung jawab juga merupakan salah satu point utama layak
tidaknya rotasi dilakukan. (Winardi,2004: 138). Hal ini dikarenakan apabila
pegawai tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang baik, maka pegawai
tersebut akan diragukan kemampuannya ketika menduduki jabatannya yang
baru
Sedangkan menurut Ortega,Jaime dalam tesis A. Tolkah Mansur
(2009) yang berjudul “Analisa Pengaruh Budaya Organisasi dan Rotasi
Pekerjaan Terhadap Motivasi Kerja Untuk Meningkatkan Kinerja Pegawai
Ditjen Pajak”
Menjelaskan bahwa dalam Rotasi Jabatan terdapat beberapa faktor
yang dapat digunakan dalam mengukur variable tersebut, yaitu:

Kemampuan Karyawan
Menurut Schermerhorn, Hunt & Osborn (2009) kemampuan
didefinisikan sebagai “Ability is the capacity to perform the
various task needed for a given job”. Berarti kemampuan
merupakan kapasitas seseorang di dalam mengerjakan berbagai
macam tugas dalam pekerjaannya.
Sedangkan
menurut
Hasibuan
(2003:94),
kemampuan
karyawan ialah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang
didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta
25
waktu. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan yang
dimaksud adalah kemampuan para pegawai itu sendiri
khususnya untuk mengerjakan berbagai tugas sesuai dengan
kewajibannya.

Pengetahuan Karyawan
Menurut Schermerhorn, Hunt & Osborn (2009) pengetahuan
(knowledge) adalah suatu jenis kemampuan yang dimiliki
karyawan yang didapatkan dari proses belajar serta bisa juga
dari
pengalaman.
Dimana
setiap
karyawan
memiliki
pengetahuan yang berbeda, begitu juga pekerjaan yang
dilaksanakan membutuhkan pengetahuan yang berbeda pula,
sehingga karyawan berusaha untuk mempertemukan
pengetahuan
yang dimiliki dengan tuntutan kebutuhan
pekerjaan tersebut.

Kejenuhan Karyawan
Menurut Herbert Freudenberger(dalam Sutjipto (2005:2-4)
”Kejenuhan
kerja
(burn-out)
merupakan
suatu
bentuk
kelelahan yang disebabkan karena seseorang bekerja terlalu
intens, berdedikasi dan berkomitmen, bekerja terlalu banyak
dan terlalu lama, serta memandang kebutuhan dan keinginan
mereka sebagai hal yang kedua”. Karyawan yang mengalami
26
kejenuhan kerja akan merasakan energi dan minat yang
berkurang terhadap pekerjaan mereka. Mereka pun merasakan
kecemasan emosional, apatis, depresi, terganggu dan bosan
serta selalu merasakan kegagalan di setiap aspek terhadap
lingkungan pekerjaan, rekan kerja dan bereaksi negative
terhadap masukan dari orang lain
2.1.2
Motivasi
2.1.2.1 Pengertian Motivasi
Kata Motivasi berasal dari kata dasar yaitu motif, di mana kata motif
seringkali diartikan dengan istilah suatu dorongan yang mana dorongan
tersebut merupakan aktivitas atau keinginan seseorang untuk melakukan
gerakkan jiwa dan jasmani untuk berbuat suatu hal. Motivasi merupakan salah
satu faktor pendorong yang ada di dalam diri manusia baik yang bersumber
dari internal maupun eksternal untuk tergerak melakukan apapun baik yang
sudah pernah dilakukannya maupun yang belum pernah dilakukannya.
Motivasi merupakan faktor penentu seseorang untuk bertindak dan faktor
yang dapat mengubah tindakan orang tersebut.
27
Berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa pengertian Motivasi
menurut beberapa ahli yang dikutip oleh Hasibuan (2010) dalam buku
Organisasi dan Motivasi: Dasar Peningkatan Produktivitas, yaitu:
1. Teori Motivasi Frederick Winslow Taylor
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Frederick Winslow
Taylor disebut juga dengan teori motivasi klasik. Teori ini
memandang bahwa masing-masing karyawan mau bekerja
dengan giat dan semangat untuk dapat memenuhi kebutuhan
fisik atau biologis. Kebutuhan fisik diperoleh dalam bentuk
uang atau gaji dan barang-barang yang dapat mencukupi
kebutuhan karyawan tersebut.
2. Teori Motivasi Abraham Maslow
Teori yang dikembangkan oleh Abraham Maslow sering
disebut juga dengan Maslow’s Needs Hierarchy Theory atau
teori kebutuhan maslow. Teori ini berpendapat bahwa masingmasing karyawan dapat bekerja dengan giat karena adanya
dorongan untuk memenuhi bermacam-macam kebutuhan dan
sifat dari kebutuhan tersebut ialah berjenjang. Kebutuhan
berjenjang yang di maksud ialah munculnya kebutuhankebutuhan baru setelah kebutuhan pertama terpenuhi, saat
kebutuhan pertama dari seorang karyawan terpenuhi maka
28
secara otomatis akan muncul kebutuhan kedua di mana
kebutuhan kedua tersebut akan langsung menjadi prioritas atau
utama, setelah kebutuhan kedua terpenuhi maka akan muncul
kebutuhan ketiga dan seterusnya sampai kebutuhan yang
kelima.
Menurut Hasibuan (2005) terdapat lima jenjang kebutuhan
yang umumnya dimiliki oleh seorang pekerja, yaitu;
 Physiological needs (Kebutuhan fisik)
Kebutuhan yang diperlukan seseorang untuk dapat
bertahan hidup, kebutuhan tersebut meliputi makan,
minum, dan sebagainya. Kebutuhan akan hidup ini
yang mendorong seseorang untuk bekerja lebih keras
dan giat.
 Safety and security needs (Kebutuhan akan rasa aman)
Kebutuhan ini meliputi keamanan dan keselamatan
seorang karyawan dalam bekerja.
 Social needs (Kebutuhan social)
Kebutuhan ini meliputi pembauran seorang individu
dalam kelompok social atau keterlibatan individu
tersebut dalam bekerja sehingga tercipta interaksi antar
karyawan. Manusia pada hakekatnya adalah mahluk
29
sosial sehingga mereka memiliki kebutuhan sosial
seperti:

Kebutuhan akan perasaan diterima oleh
orang lain

Kebutuhan akan perasaan dihormati

Kebutuhan untuk berprestasi

Kebutuhan untuk ikut serta dalam
kelompok
 Esteem needs (Kebutuhan akan penghargaan)
Kebutuhan ini meliputi penghargaan yang diterima oleh
karyawan tersebut (prestige) serta adanya pengakuan di
mata orang lain, semakin tinggi jabatan orang tersebut
di dalam organisasi maka secara otomatis penghargaan
atau prestige yang diterima pun akan semakin besar.
 Self actualization needs (Kebutuhan aktualisasi diri)
Setiap manusia ingin mengembangkan kapasitas mental
dan
kapasitas
kerjanya
melalui
pengembangan
pribadinya. Oleh sebab itu pada tingkat ini karyawan
cenderung untuk selalu mengembangkan diri dan
berbuat lebih baik lagi.
30
3. Teori motivasi Frederick Herzberg
Frederick Herzberg ialah seorang ahli psikologis klinis dan
dianggap sebagai salah satu pemikir besar dalam bidang
manajemen
dan
teori
motivasi.
Frederick
Herzberg
mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu
faktor Hygiene dan Motivasion. Frederick membagi teori
kebutuhan maslow menjadi dua bagian yaitu kebutuhan tingkat
rendah (fisik, rasa aman, dan sosial) dan kebutuhan tingkat
tinggi (prestige dan aktualisasi diri) serta mengemukakan
bahwa cara terbaik untuk memotivasi karyawan ialah dengan
memberikan kebutuhan tingkat tinggi.
 Hygiene Factor
Kebutuhan akan kesehatan atau pemeliharaan. Faktor
pemeliharaan berkaitan dengan hakekat manusia yang
ingin memperoleh ketentraman dan kesehatan jasmani.
 Motivasion Factor
Faktor-faktor yang dapat memuaskan dan mendorong
manusia untuk bekerja lebih baik, hal ini terdiri dari:

Keberhasilan pelaksanaan

Pengakuan

Pekerjaan itu sendiri
31

Tanggung jawab, dan

Pengembangan
Menurut Herzberg yang dikutip oleh hasibuan (2005), terdapat
tiga hal penting yang harus diperhatikan dalam memberi
motivasi pada karyawan seperti:
 Hal-hal yang mendorong karyawan adalah pekerjaan
yang menantang yang mencakup perasaan berprestasi,
bertanggung
jawab,
kemajuan,
dapat
menikmati
pekerjaan itu sendiri dan adanya pengakuan atas semua
itu.
 Hal-hal yang mengecewakan karyawan adalah faktorfaktor yang bersifat tidak penting dalam pekerjaan,
peraturan pekerjaan, dan lain-lain. Hal ini dikarenakan
faktor tersebut akan berakibat buruk pada karyawan itu
sendiri, sehingga sering kali karyawan akan merasa
terbebani dengan adanya faktor-faktor tersebut.
 Karyawan akan kecewa bila peluang untuk berprestasi
terbatas dikarenakan mereka tidak mungkin memiliki
jenjang karir yang lebih baik dari sebelumnya.
32
4. Teori motivasi Mc Clelland
Sebuah organisasi haruslah memiliki struktur dan sistem
motivasi
agar
para
karyawan
tetap
konsisten
dalam
menjalankan tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan.
Dalam
menjaga
konsisten
tersebut,
manager
dapat
menggunakan motivasi internal positif maupun negative.
Motivasi internal positif seperti penghargaan kepada karyawan
yang berprestasi, sedangkan motivasi negative yaitu pemberian
sanksi kepada karyawan yang melakukan kesalahan.
Mc Clelland berpendapat bahwa terdapat 3 hal yang melatar
belakangi motivasi seseorang, yaitu:

The Need for Achievement (n-ach)
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang
untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai
berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi.
Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin
menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat
kebebasan yang tinggi.

The Need for Authority and Power (n-pow)
33
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk
mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mc
Clelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan,
yaitu pribadi dan sosial.
Contoh
dari
kekuasaan
pribadi
adalah
seorang
pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi
agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke
mana
perusahaannya
akan
bergerak.
Sedangkan
kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya
dimiliki oleh pemimpin seperti Nelson Mandela, yang
memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya
tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya
perdamaian.

The Need for Affiliation (n-affil)
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh
keinginan
untuk
mendapatkan
atau
menjalankan
hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa
ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland
mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi
akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia
34
merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun
agar orang lain suka akan keputusannya.
Dari beberapa pengertian tentang teori Motivasi di atas maka dapat
disimpulan bahwa Motivasi ialah suatu dorongan yang berasal dari dalam
maupun luar diri seorang individu di mana dorongan tersebut dapat membuat
orang tersebut melakukan apa pun sesuai dengan harapan yang telah
ditetapkan. Tidak cukup hanya memperhatikan kebutuhan fisik saja namun
Motivasi juga perlu memperhatikan keadaan lingkungan kerja, keamanan
kerja,dll.
2.1.2.2 Jenis Motivasi
Salah satu cara penunjang maksimalnya prestasi kerja karyawan
adalah Motivasi Pemberian Motivasi kepada karyawan tidak dapat dipungkiri
dalam kaitannya dengan peningkatan kinerja karyawan tersebut, sebab
Motivasi adalah elemen terpenting yang membuat karyawan selalu tampil
dengan kemampuan terbaiknya.
Pengaruh Motivasi terhadap prestasi kerja ditentukan oleh dua macam
Motivasi, menurut Sardiman (2010: 91) yaitu Motivasi Intrinsic dan Motivasi
Ekstrinsic.
35
1. Motivasi Intrinsic
Motivasi Intrinsic adalah motivasi yang hadir dalam diri
seseorang tanpa melibatkan unsur-unsur dari luar dirinya.
Pengaruh motivasi terhadap prestasi kerja seharusnya
terwujud jika motivasi internal sudah ada pada diri
karyawan. Motivasi inilah yang paling penting untuk
membangun prestasi kerja yang hebat dan konsisten. Untuk
meningkatkan Motivasi Intrinsic pada diri karyawan
prosesnya
cukup
lama,
namun
hilangnya
pun
membutuhkan waktu yang lama. Banyak hal yang
dilakukan
perusahaan
untuk
meningkatkan
motivasi
terhadap prestasi kerja yang didasari oleh motivasi
intrinsic. Diantaranya dengan memberikan reward kepada
karyawan yang berprestasi, mengirim karyawan ke
beberapa pusat pendidikan dan pelatihan, membuka
peluang promosi jabatan, dan lain sebagainya.
2. Motivasi Ekstrinsic
Motivasi Ekstrinsic adalah motivasi yang datang dari luar
diri
karyawan
yang
kemudian
disuntikkan
kepada
karyawan tersebut. Baik itu dilakukan melalui proses
natural maupun proses modifikasi, jenis motivasi ini
bersifat instan. Pengaruh motivasi kerja terhadap prestasi
36
kerja karyawan yang didasari oleh motivasi ekstrinsik
susah untuk diharapkan. Walau demikian, manajemen
masih menganggap Motivasi Ekstrinsic ini cukup efektif
untuk mengendalikan motivasi karyawan. Cara yang
dilakukan
manajemen
biasanya
adalah
memberikan
punishment kepada karyawan yang bekerja di bawah
standar yang telah ditetapkan perusahaan.
Masalah Motivasi dalam organisasi menjadi tanggung jawab
manajemen untuk menciptakan, mengatur, dan melaksanakannya. Oleh karena
itu sesuai dengan sifat motivasi yaitu bahwa ia adalah rangsangan bagi motif
perbuatan manusia, maka manajemen harus dapat menciptakan motivasi yang
mampu menumbuhkan motif orang-orang sehingga mau berbuat sesuai
dengan kehendak perusahaan.
Menurut Hasibuan (2005), jika Motivasi dilihat dari segi perannya,
maka motivasi terbagi menjadi dua yaitu:
1. Motivasi Positif
Motivasi yang menimbulkan harapan yang sifatnya
menguntungkan atau
37
menggembirakan karyawan, misalnya gaji, tunjangan,
fasilitas, karir, jaminan hari tua, jaminan kesehatan,
jaminan keselamatan dan semacamnya.
2. Motivasi Negatif
Motivasi yang menimbulkan rasa takut, misalnya
ancaman, tekanan, intimidasi dan semacamnya.
Semua manager haruslah menggunakan kedua motivasi tersebut.
Masalah utama dari kedua motivasi tersebut adalah proporsi penggunaan dan
kapan menggunakannya. Para pimpinan yang lebih percaya bahwa ketakutan
akan mengakibatkan seseorang akan segera bertindak, mereka akan lebih
banyak menggunakan motivasi negative. Sebaliknya jika pimpinan lebih
percaya kesenangan akan menjadi dorongan bekerja, maka pimpinan akan
lebih banyak menggunakan motivasi positif. Walaupun demikian tidak ada
seorang pimpinan yang tidak pernah menggunakan motivasi negative.
Penggunaan masing-masing jenis motivasi ini dengan segala bentuknya harus
mempertimbangkan situasi dan orangnya, hal ini dikarenakan setiap orang
memiliki sifat yang berbeda-beda sehingga suatu dorongan yang efektif bagi
seseorang belum tentu efektif untuk orang lain.
Dalam memberikan motivasi kepada karyawan perusahaan, tidak
cukup dengan melakukan himbauan atau perkataan saja, namun sebenarnya
38
motivasi memiliki dua jenis perwujudan menurut pendapat Udai Pareek
(1984,144) yaitu:
1. Materiil
Materiil merupakan bentuk motivasi yang diberikan
kepada karyawan berupa hal-hal yang memiliki wujud,
misalnya uang, kertas berharga, atau benda-benda lain
yang memiliki daya tarik. Diantara jenis-jenis motivasi
materiil tersebut, uang merupakan bentuk insentif atau
materiil yang menduduki posisi penting karena uang
merupakan faktor yang sangat mudah diberikan kepada
karyawan dan biasanya diberikan dalam bentuk gaji,
upah, premi, bonus, tunjangan, dll.
2. Non-Materiil
Non-Materiil
merupakan
bentuk
motivasi
yang
diberikan kepada karyawan berupa hal-hal yang tidak
memiliki wujud. Untuk beberapa karyawan, motivasi
non-materiil memiliki daya tarik yang lebih besar
dibandingkan dengan motivasi materiil, misal ucapan
atau pujian, promosi jabatan, dll.
39
Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa dalam menaikkan
kinerja karyawan, pemberian Motivasi berupa gaji, insentif, maupun bonus
masih belum mencukupi dalam proses motivasi namun harus diimbangi
dengan adanya Verbal Motivasi atau non-Materiil berupa promosi dan pujian.
2.1.2.3 Unsur-Unsur Penggerak Motivasi
Motivasi dari seorang tenaga kerja sebenarnya ditentukan oleh
motivatornya, motivator dimaksud ialah sebuah mesin penggerak motivasi di
mana mesin penggerak tersebut memiliki fungsi utama yaitu sebagai
pendongkrak semangat atau motivasi dari karyawan untuk dapat bekerja lebih
giat. Menurut Sagir (1985), ia mengemukakan unsur-unsur penggerak
Motivasi yaitu:
1. Prestasi (achievement)
Seseorang memiliki keinginan
untuk
berprestasi
sebagai suatu “kebutuhan” atau needs dapat mendorong
hal-hal yang dikerjakannya agar mencapai sasaran. Mc.
Clelland
menyatakan
Achievement”
bahwa
tingkat
“Needs
of
yang merupakan langkah atau naluri
kedua, merupakan kunci keberhasilan seseorang.
“Needs of Achievement” biasanya juga dikaitkan
dengan sikap positif, keberanian mengambil resiko
40
yang diperhitungkan untuk mencapai sasaran yang telah
ditentukan.
2. Penghargaan (recognition)
Penghargaan atau pengakuan atas kesuksesan suatu
usaha yang telah diselesaikan seorang karyawan
merupakan suatu motivator yang sangat kuat. Hal ini
dikarenakan pada saat orang lain mengakui atau
menghargai keberhasilan usaha seseorang maka secara
otomatis akan terbentuknya kepuasan batin dalam diri
orang tersebut serta sifat kepuasan ini bahkan lebih
tinggi bila dibandingkan dengan materi atau hadiah.
3. Tantangan (challenges)
Adanya tantangan yang dihadapi dalam suatu pekerjaan
merupakan merupakan motivator kuat bagi manusia
untuk mengatasinya. Suatu tugas yang memiliki sifat
mudah untuk diselesaikan pada umumnya tidak akan
memberikan rasa tantangan dalam diri karyawan untuk
bekerja, di sisi lain hal seperti ini dapat dilihat sebagi
suatu tugas rutin. Semakin tinggi tantangan yang
dihadapi karyawan dan diimbangi oleh penyelesaian
yang tepat maka akan menghasilkan suatu hasrat atau
41
rasa bangga bagi karyawan tersbut untuk dapat terus
menjadi lebih baik.
4. Tanggung Jawab (responsibility)
Adanya rasa ikut serta memiliki (sense of belonging)
akan menimbulkan motivasi untuk ikut merasa
bertanggung
seorang
jawab.
karyawan
Semakin
dalam
tinggi
organisasi
keterlibatan
maka
rasa
tanggung jawab yang dimiliki pun akan semakin besar
dan meningkatnya motivasi.
5. Pengembangan (development)
Pengembangan
kemampuan
seseorang
baik
dari
pengalaman kerja atau kesempatan untuk maju, dapat
menjadi suatu motivator kuat bagi tenaga kerja untuk
bekerja lebih giat. Hal ini dapat menjadi lebih
maksimal
bila
pengembangan
perusahaan
selalu
dikaitkan dengan prestasi atau produktivitas tenaga
kerja.
42
6. Kesempatan (opportunity)
Adanya jenjang karir terbuka (menjadi top level
management) yang ditawarkan oleh perusahaan maka
dapat menjadi suatu pemicu atas peningkatnya kerja
karyawan.
Menurut pendapat penulis, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor pendorong motivasi seseorang untuk terus muncul dalam
dunia kerja di mana faktor-faktor tersebut memiliki suatu kekuatan semangat
yang dapat membuat individu karyawan menjadi memiliki sebuah spririt kerja
2.1.2.4 Teori X dan Teori Y
Seorang pakar psikolog social asal amerika yaitu Douglas McGregor
mengatakan bahwa motivasi atau semangat kerja karyawan dapat dilihat atau
diukur dengan menggunakan teori X dan teori Y
Teori XY merupakan prinsip dasar dalam pengembangan pengelolaan
SDM (Sumber Daya Manusia) modern, menentukan pola komunikasi
organisasi, menyusun panduan manajemen prilaku, mengelola interaksi social
karyawan dan dalam menciptakan budaya perusahaan.
Teori X dan teori Y saling menjabarkan atau menjelaskan dua model
motivasi yang saling berkebalikkan, di mana menurut Douglas McGregor
43
teori X yaitu pada dasarnya tiap-tiap karyawan memiliki sifat malas dan tidak
menyukai pekerjaannya sehingga perlu adanya tindakkan otoriter atau
pemaksaan untuk mengatasi karyawan. Manajemen harus lebih dan terus
aktif dan otoritatif dalam mengendalikan karyawan. Asumsi selain karyawan
tidak suka bekerja adalah karyawan tidak memiliki ambisi sehingga ingin
selalu menghindari tanggung jawab maka perlu adanya arahan, paksaan,
bahkan ancanam berupa hukuman serta adanya control yang ketat dari atasan.
Pada umumnya teori X ini dirasa kurang efektif dalam praktek
manajemen modern, namun hal ini tidak dapat dihindari bila perusahaan
tersebut memiliki jumlah karyawan yang tergolong banyak, proses produksi
yang banyak, serta pekerjaan yang terus berulang-ulang seperti di pabrik. Hal
ini dikarenakan proses kepemimpinan yang biasanya dianut ialah sentralisasi,
di mana pusat kepemimpinan hanya mengacu pada satu titik saja sehingga
pengawasan terhadap titik lain menjadi melemah dan sulit dikontrol, oleh
sebab itu untuk mengatasinya biasanya perusahaan terpaksa melakukan
tindakkan otoriter atau teori X dalam mengendalikan tindakan-tindakan
karyawannya.
Sedangkan menurut Douglas McGregor, teori Y adalah pada
umumnya karyawan diasumsikan sebagai orang yang memiliki ambisi, mau
menerima tanggung jawab bahkan mencari wewenang agar bisa bekerja
secara optimal dengan potensi diri yang dimiliki.
44
Model kepemimpinan yang dianut atau yang dimiliki oleh teori Y
ialah manajemen partisipatif, di mana masing-masing karyawan dilibatkan
dalam proses diskusi dan membuat keputusan sehingga adanya peluang karir
bagi karyawan tersebut atau promosi. Dalam teori Y, para manager biasanya
melihat beberapa sifat yang dimiliki oleh tiap-tiap karyawan seperti
kreativitas, inteletualitas, otonomi, dan keahlian yang dimiliki karyawan itu
sendiri.
Dalam berjalannya teori motivasi yang ada (teori X dan teori Y)
terdapat juga suatu pengembangan teori baru yang dikemukakan oleh
Abraham Maslow dan Dr. W. Edwards Demming yaitu tentang teori Z. Teori
Z sendiri merupakan pengembangan dari teori Y dalam proses motivasi
karyawan. Teori Z menyatakan tentang bagaimana cara perusahaan dapat
membuat masing-masing dari tiap karyawan menjadi loyal terhadap
perusahaan. Perusahaan yang menggunakan teori Z beranggapan bahwa
kebutuhan karyawan sebagai faktor pendorong motivasi kerja tidak hanya
meliputi kebutuhan fisik dan keamanan saja, melainkan perlu adanya
pemenuhan kebutuhan mental, emotional, social, dan spiritual karyawan.
Menurut seorang ahli di bidang manajemen dan bisnis, William Ouchi,
perusahaan yang menerapkan teori Z akan memberikan kestabilan
SDM(meliputi: turn over
rendah, tindakkan karyawan yang minta untuk
dipecat,dll), meningkatkan produktivitas dengan menaikkan level kepuasan
45
kerja dan moral dari para karyawan. Karyawan menjadi sangat setia pada
perusahaan
dan
termotivasi
untuk
memberikan
yang
terbaik
bagi
perusahaannya.
2.1.3
Kinerja Karyawan
2.1.3.1 Pengertian Kinerja Karyawan
Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Seseorang sepatutnya memiliki derajat
kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan
seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa
pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana
mengerjakan. Kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap
orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh pegawai sesuai dengan
perannya dalam instansi. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat
penting dalam upaya instansi untuk mencapai tujuan.
Menurut pendapat Vroom dalam Luthans (2006, p279) kinerja ialah
tingkat
sejauh
mana
keberhasilan
seseorang
dalam
menyelesaikan
pekerjaannya disebut “Level of Performance”, bila karyawan yang memiliki
Level of Performance tinggi maka dapat dikategorikan sebagai karyawan
produktif dan sebaliknya jika ada karyawan yang Level of Performancenya
rendah maka dapat dikatakan sebagai karyawan yang sudah tidak produktif.
46
Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan
kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya menurut pendapat
Sulistiyani (2003,223). Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani (2003,223224) menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan
dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode
waktu tertentu. Hasibuan (2003, p94) juga berpendapat bahwa kinerja
merupakan suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan
tugas-tugasnya yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapa,
pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Kinerja merupakan gabungan dari
tiga faktor penting, yaitu kemampuan dan minat seorang pekerja, kemampuan
dan penerimaan atas pelaksanaan delegasi tugas, serta peran tingkat motivasi
seorang pekerja.
Kinerja mengacu pada prestasi karyawan yang diukur berdasarkan
standar atau kriteria yang ditetapkan perusahan. Pengertian kinerja atau
prestasi kerja diberi batasan oleh Maier (dalam Moh As’ad, 2003) sebagai
kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan. Lebih tegas
lagi Lawler and Poter menyatakan bahwa kinerja adalah succesfull role
achievement yang diperoleh seseorang dari perbuatan-perbuatannya (Moh
As’ad, 2003). Menurut Rivai dan Basri (2005) pengertian kinerja adalah
kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan
dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti
yang diharapkan. “Kinerja Karyawan (Prestasi Kerja) adalah hasil kerja secara
47
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya”. (Mangkunegara,2005:9)
Berdasarkan definisi kinerja oleh beberapa ahli di atas, penulis
menyimpulkan bahwa kinerja merupakan suatu hasil yang dihasilkan dari
suatu pekerjaan di mana waktunya telah ditetapkan sebelumnya atau selama
periode waktu tertentu. Atau dapat juga dikatakan sebagai hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang pegawai dalam
melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepada
karyawan.
2.1.3.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja
Para pimpinan organisasi sangat menyadari adanya perbedaan kinerja
antara satu karyawan dengan karyawan lainnya yang berada di bawah
pengawasannya. Walaupun karyawan-karyawan bekerja pada tempat yang
sama namun produktivitas mereka tidaklah sama. Secara garis besar
perbedaan kinerja ini disebabkan oleh dua faktor (As’as 1991:49), yaitu
:faktor individu dan situasi kerja.
Menurut Mangkunegara (2000) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi kinerja antara lain:

Faktor kemampuan secara psikologis
48
Kemampuan (ability) pegawai terdiri dari kemampuan potensi
(IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu
pegawai perlu ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan
keahliannya.

Faktor Motivasi
Terbentuk dari sikap (attitude) seorang pegawai dalam
menghadapi situasi kerja. Motivasi merupakan kondisi yang
menggerakkan diri pegawai terarah untuk mencapai tujuan
kerja.
Sikap
mental
merupakan
kondisi
mental
yang
mendorong seseorang untuk berusaha mencapai potensi kerja
secara maksimal
2.1.3.3 Penilaian Kinerja
Informasi penilaian tenaga kerja dapat digunakan oleh supervisor
untuk mengelola kinerja karyawan. Data yang diperoleh dapat digunakan
untuk mengetahui penyebab keberhasilan maupun kelemahan dari kinerja para
karyawan disuatu perusahaan, sehingga data tersebut dapat digunakan sebagai
bahan pertimbangan untuk mengambil langkah perbaikan serta untuk
menentukan target selanjutnya dalam mencapai tujuan dari organisasi.
Menurut Hani Handoko (2002) pengukuran kinerja adalah usaha untuk
merencanakan dan mengontrol proses pengelolaan pekerjaan sehingga dapat
dilaksanakan sesuai tujuan yang telah ditetapkan, penilaian prestasi kerja juga
49
merupakan proses mengevaluasi dan menilai prestasi kerja karyawan diwaktu
yang lalu atau untuk memprediksi prestasi kerja di waktu yang akan dating
dalam suatu organisasi
Hani Handoko (2000) menyebutkan bahwa penilaian kinerja terdiri
dari 3 kriteria, yaitu:

Penilaian berdasarkan hasil
Penilaian yang didasarkan oleh adanya target-target dan
ukurannya spesifik serta dapat diukur.

Penilaian berdasarkan perilaku
Penilaian perilaku-perilaku yang berkaitan dengan pekerjaan

Penilaian berdasarkan hukuman (judgement)
Penilaian yang berdasarkan kualitas pekerjaan, kuantitas
pekerjaan,
keterampilan,
koordinasi,
kreativitas,
pengetahuan
semangat
pekerjaan
kerja,
dan
kepribadian,
keramahan, integritas pribadi serta kesadaran dan dapat
dipercaya dalam menyelesaikan tugas.
Menurut Sudarmanto (2009) dalam buku berjudul “Kinerja dan
Pengembangan Konpetensi SDM” mengatakan bahwa terdapat 4 dimensi
yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam menilai kinerja, yaitu

Kualitas, yaitu: Tingkat kesalahan, kerusakan, kecermatan

Kuantitas, yaitu: Jumlah pekerjaan yang dihasilkan
50

Penggunaan
waktu,
yaitu:
Tingkat
ketidak
hadiran,
keterlambatan , waku kerja efektif

Kerja sama dengan orang lain dalam bekerja
Sedangkan menurut Bernadin & Russel (2003) untuk mengukur
kinerja karyawan dapat digunakan beberapa criteria kinerja, antara lain:

Kualitas (Quality) merupakan tingkatan di mana proses atau
hasil dari penyelesaian suatu kegiatan mendekati sempurna

Kuantitas (Quantity) merupakan produksi yang dihasilkan
dapat ditunjukkan dalam satuan mata uang, jumlah unit, atau
jumlah siklus kegiatan yang diselesaikan

Ketepatan Waktu (timeliness) merupakan di mana kegiatan
tersebur dapat diselesaikan, atau suatu hasil produksi dapat
dicapai, pada permulaan waktu yang ditetapkan bersamaan
koordinasi dengan hasil produk yang lain dan memaksimalkan
waktu yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan ini.

Kebutuhan akan pengawasan (need for supervisior) adalah
tingkatan di mana seorang karyawan mampu melaksanakan
suatu
fungsi
pekerjaan
tanpa
membutuhkan
bantuan
pengawasan atau memerlukan campur tangan pengawas untuk
mencegah agar hasil produk tidak mengalami kerugian
51

Hubungan
antar
perseorangan
(interpersonal
impact)
merupakan tingkatan di mana seorang karyaan mampu untuk
mengembangkan perasaan saling menghargai, niat baik dan
kerjasama antar karyawan yang satu dengan karyawanyang lain
dan juga pada bawahan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja pada dasarnya
merupakan faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi secara efektif
dan efisien, karena adanya kebijakkan atau program yang lebih baik atas
sumber daya manusia yang ada dalam organisasi. Untuk menilai kinerja yang
efektif maka sebaiknya dilakukan penilaian kinerja secara spesifik sehingga
diharapkan dapat memberikan umpan balik yang baik bagi karyawan dalam
melaksanakan pekerjaannya. Penilaian kerja individu sangat bermanfaat bagi
dinamika pertumbuhan organisasi secara keseluruhan, melalui penilaian
tersebut maka dapat diketahui kondisi sebenarnya tentang bagaimana kinerja
karyawan.
2.1.4
Penelitian yang Relevan
1) Hasil penelitian Faizan Mohsan , Muhammad Musarrat Nawaz and M.
Sarfraz Khan(2012) tentang “ Impact of Job Rotation on employee
Motivation, commitment and job involvement in banking sector of
52
Pakistan” mengatakan bahwa rotasi jabatan memiliki sedikit dampak
negative terhadap motivasi karyawan.
2) Hasil penelitian Abubakr M. Suliman and Nawal Al-Sabri tentang
“Surviving Through the Global Downturn: Employee Motivation and
Performance in Healthcare Industry.” Mengatakan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi karyawan terhadap kinerja
karyawan.
3) Hasil penelitian AWOSUSI, Omojola Omowumi, Ph.D & JEGEDE,
Amen
Osamede
M.Sc
tentang
“MOTIVATION
AND
JOB
PERFORMANCES AMONG NURSES IN THE EKITI STATE
ENVIRONMENT
OF
NIGERIA”
mengatakan
bahwa
terdapat
hubungan yang signifikan antara motivasi dengan kinerja di mana
rendahnya motivasi akan berdampak pada rendahnya kinerja.
4) Hasil penelitian Roymond H. Simamora tentang “The influence of Job
Rotation on nurse’s performance in Bondowoso Dr. H. Koesnadi
General Hospital” mengatakan bahwa ada pengaruh antar Rotasi
Jabatan terhadap kinerja pegawai namun bersifat negative.
5) Hasil penelitian Tuti Setyorini tentang “Kaitan Sistem Penghargaan
dan Sistem Rotasi Terhadap Motivasi Kerja Karyawan” mengatakan
bahwa dengan perencanaan sistem Rotasi Jabatan yang terarah dan
terencana maka diyakini bisa menumbuhkan motivasi kerja karyawan
53
2.2
Kerangka Pemikiran
JOB ROTATION (X)

Employee’s Ability

Employee’s Knowledge

Employee’s Boredom
MOTIVATION (Y)

Direct Motivation

Indirect Motivation
KINERJA KARYAWAN (Z)

Quality

Quantity

Time Utility

Interpersonal Impact
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
54
2.3
Hipotesis
Hipotesis dari penelitian yang sedang dilaksanakan ialah sebagai
berikut:
1.
Hipotesis dari rumusan masalah pertama
Ho = Tidak ada kontribusi yang signifikan antara Job Rotation
terhadap Motivation pada PT.Mashill Internasional Finance
Ha = Ada kontribusi yang signifikan antara Job Rotation
terhadap Motivation pada PT.Mashill Internasional Finance
2.
Hipotesis dari rumusan masalah kedua
Ho = Tidak ada kontribusi yang signifikan antara Job Rotation
dan Motivation terhadap Kinerja Karyawan baik secara parsial
maupun simultan pada PT.Mashill Internasional Finance.
Ha = Ada kontribusi yang signifikan antara Job Rotation dan
Motivation terhadap Kinerja Karyawan baik secara parsial
maupun simultan pada PT.Mashill Internasional Finance
.
Download