BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam perikanan telah dikenal perhitungan yang namanya survival atau peluang hidup dan mortalitas atau dugaan peluang hidup. Perhitungan ini muncul dilatar belakangi atas kemajuan pola pikir masyarakat yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Telah lama diketahui bahwa dalam pemeliharaan ikan baik di kolam tambak, KJA, dan lain sebagainya kematian selalu menjadi hal yang sulit dielakkan oleh para pembudidaya ikan selama ini. Maka dari itu berbagai perhitungan dalam perikanan mulai dikembangkan salah satunya survival dan mortalitas ikan. Dengan perhitungan ini setidaknya memberikan kontribusi besar bagi pembudidaya karena dapat menduga hingga mengukur banyak tidaknya ikan yang dibudidayakannya dapat bertahan hidup. 1.2 Tujuan Dengan mempelajari perhitungan survival dan mortalitas ikan ini, mahasiswa diharapkan mampu : Mengetahui dan memahami bagaimana perhitungan survival ikan Mengetahui dan memahami bagaimana perhitungan dari metode-metode yang digunakan dalam perhitungan survival ikan Mengetahui dan memahami bagaimana perhitungan mortalitas ikan Mengetahui bagian-bagian dari mortalitas 1 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Survival Metoda survival (S) adalah dengan membandingkan ikan yang hidup pada akhir periode (Nt) dengan jumlah ikan pada awal periode pengamatan (No). S Nt No Dugaan mortalitas total (koefisien mortalitas total = Z) perhitungannya berdasarkan waktu satu tahun adalah logaritma natural dari survival dengan tandanya yang berubah : Z Nt = - Ln S = -Ln = No e -Zt Nt No Mortalitas ini adalah jumlah semua kekuatan mortalitas dalam populasi. Mortalitas populasi antara lain adalah berasal dari mortalitas yang disebabkan oleh fishing (F) dan mortalitas alami (M). Dalam hal ini, Z = F + M Nt = No e –Zt = No e –(F+M)t = No e –Ft e –Mt Survival adalah peluang untuk hidup dalam satu saat tertentu yang sama dengan peluang tidak ditangkap (e –Ft) dan peluang tidak mati secara alami (e –Mt). Mortalitas merupakan salah satu pelengkap dari Survival. Hubungan mortalitas karena penangkapan dan alami adalah : E (1 S ) F …. Mortalitas fishing Z dan 2 D (1 S )M ….. Mortalitas alami Z Contoh : Dalam suatu perairan telah disebar 1.000 ekor ikan. Satu tahun kemudian dipanen ada 600 ekor ikan. Selama setahun itu terjadi penangkapan 50 hari usaha penangkapan. Dalam 50 hari itu telah ditangkap 100 ekor (E = 0,1) dan ikan mati alami sebanyak 300 ekor (D = 0,3). Sehingga : 600 1000 = 0,6 S Dimana, S = - Ln 0,6 = = Z = e –Zt -Z - 0,511 0,511 Sehubungan dengan mortalitas diatas maka, E (1 S ) F Z atau F EZ (1 S ) Sehingga kematian akibat Fishing adalah : (0,1x0,511) (1 0,6) = 0,128 DZ (1 S ) 0,3 x 0,511 (1 0,6) = 0,38325 M 3 Bila tiap tahun dimasukkan 1.000 ekor anak ikan dan survival tahunannya 50%. Keadaan tersebut pada tahun ke 11 adalah : Kelas Umur : Jumlah Ikan : 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 1000 500 250 125 63 31 16 8 4 2 1 Hitungan Umur dengan Jumlah Ikan Jumlah Ikan 1000 800 600 400 200 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Umur 2.1.1 Metode Heincke Dalam tiap-tiap populasi ada kecenderungan bahwa ikan yang berumur tua semakin jarang daripada yang muda. Perhitungan dalam metode ini mengikutsertakan ikan-ikan muda karena variability sampling, penduga S dari contoh itu kurang baik kalau hanya dari umur-umur yang muda saja. Bila umur itu mewakili contoh kemudian diberi nomor berurut mulai dari nol pada yang muda, sehingga nomor ikan berurut itu adalah N0, N1, N2, N3, dan seterusnya. ∑N adalah jumlah semua ikan dalam contoh. Penduga kecepatan mortalitas A menurut metode ini ialah : A = N0 ∑N Sedangkan yang menunjukan kecapatan survivalnya ialah S = 1 – A S = ∑N – N0 ∑N Berdasarkan hal tersebut diatas maka tidak perlu tidak perlu tahu jumlah ikan dalam tiap umur yang leih tua dari pada ikan yang diberi kode 0, kecuali 4 jumlah seluruhnya. Dengan demikian rumus ini dapat digunakan apabila penentuan terhadap yang lebih tua tidak baik. Namun sangat jelas begantung kepada keperwakilan ikan berumur muda yang digunakan. Contoh : Umur : 0 1 2 3 4 5 6+ Frekuensi : 0,3 2,3 12,7 17,2 24,1 14,1 29,5 Kalau umur 4 dan 5 dianggap baik penentuannya dan mewakili sampai dengan baik, maka survival diantara kedua umur tersebut dapat diduga dengan menggunakan rumus : S = Nt+1 Jadi S = 14,1 Nt = 0,585 24,1 Alternatifnya, dengan menduga bahwa satu kecepatan survival yang konstan, ikan berumur 5 tahun dan yang lebih tua dapat dibandingkan dengan yang berumur 4 tahun dengan menggunakan rumus : S = ∑N – N0 ∑N = 14,1 + 29,5 = 0,643 24,1 + 14,1 + 29,5 Hasilnya memberikan nilai S yang lebih besar daripada dengan perbandingan sederhana saja. Tanpa memperhatikan data atau keterangan tambahan yang tersedia, tidak ada jalan lain akan menyungguhkan bahwa ikan berumur 4 tahun mudah tertangkap seperti ikan yang berumur 5 tahun dan yang berumur 3 tahun kurang mudah tertangkap. Bila menggunakan data ikan yang berumur 5 tahun dan yang lebih tua lagi maka akan didapatkan : S = 29,5 = 0,676 14,1 + 29,5 Jadi pengaruh penambahan usia terhadap waktu dimana stok sedang direkruit, menyebabkan pendugaan survival akan lebih besar dari pada orang mengatasi pada waktu sampel diambil. 5 2.1.2 Metode Robson dan Chapman Menurut Robson dan Chapman (Ricker, 1975) pendugaan yang paling baik untuk S dari data sensus umur adalah: 𝑺= 𝑻 ∑𝑵 + (𝑻 − 𝟏) dengan dugaan sampling variancenya : 𝐒 = (𝑺 − dimana: 𝑻−𝟏 ) ∑𝑵 + 𝑻 − 𝟐 T = N1+N2+N3+…..+Nn ∑N = N0+N1+N2+N3+…..+Nn Contoh : umur : 3 4 5 6 7 8 umur yang dikode : 0 1 2 3 4 5 frekuensi : 25 12 6 3 2 1 Maka T = (0x25) + (1x12) + (2x6) + (3x3) + (4x2) + (5x1) = 46 N = 25+12+6+3+2+1 = 49 Jadi, 𝑺= 𝟒𝟔 = 𝟎, 𝟒𝟗 𝟒𝟗 + 𝟒𝟔 − 𝟏 𝑽𝒂𝒓𝒊𝒂𝒏𝒄𝒆 = 𝟒𝟗(𝟒𝟗 − 𝟒𝟔 − 𝟏 ) = 𝟎, 𝟎𝟎𝟑 𝟒𝟗 + 𝟒𝟔 − 𝟐 6 2.2 Mortalitas Mortalitas adalah jumlah actual ikan yang mati pada suatu keadaan tertentu tidak ditentukan sebelumnya. Ada 2 cara untuk menduga mortalitas : 1. mempertimbangkan populasi yang dipanen sebagai jumlah pengukuran jumlah eksploitasi, 2. mempertimbangkan beberapa usaha alat penangkapan tertentu yang proposional dengan kekuatan fishing mortality Kecepatan eksploitasi atau pendugaan kematian karena fishing (fishing mortality) diberi batasan : Kemungkinan ikan mati karena penangkapan perikanan selama periode tertentu bilamana semua faktor penyebab kematian bekerja terhadap populasi. Contoh : populasi terdiri dari 1.000 ekor ikan pada awal musim penangkapan 350 diambil pada waktu penangkapan, Maka kecepatan eksploitasi atau dugaan kematian karena perikanan adalah : 350 1.000 = 0,35 Jadi, Kecepatan eksploitasi : Total hasil tangkapan dibandingkan dengan besarnya populasi awal. Jika diketahui nilai keduanya, maka ratio diatas merupakan nilai parameter dan bukan dugaan. Salah satu alat untuk menghitung survival dan mortalitas adalah pengetahuan umur ikan dalam populasi tersebut. Marking dan tagging juga sangat membantu dalam penghitungan survival dan mortalitas. Misal, pada awal tahun populasi ikan tersebut 1.000 ekor. Pada akhir tahun atau awal tahun berikutnya, diketahui populasi ikan tersebut ternyata hanya 200 ekor. Disini, laju mortalitas = Z 7 Z ( No Nt ) No Dimana, Z = laju mortalitas No = jumlah ikan awal pengamatan Nt = jumlah ikan akhir pengamatan Sehingga nilai Z = 0,8 Bagian – bagian dari mortalitas : 1. diambil oleh orang (fishing) 2. pemangsaan, 3. penyakit, 4. kecelakaan, bencana alam dll Bagian-bagian tersebut dikelompokkan dalam 2 kelompok : mati karena perikanan (F), dan mati alami (M) 8 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dalam pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa adanya perhitungan survival dan mortalitas ikan. Survival adalah metode perhitungan dengan membandingkan ikan yang hidup diakhir periode pengamatan dengan ikan yang hidup diawal periode pengamatan. Survival juga dapat diartikan sebagai peluang untuk hidup dalam satu saat tertentu yang sama dengan peluang tidak ditangkap dan peluang tidak mati secara alami. Sementara mortalitas adalah sebagai pelengkap dari survival atau dugaan mortalitas dalam populasi. 3.2 Saran Dalam makalah ini perlu dikembangkan secara detail dan mendalam bagaimana ikan dapat ditentukan berdasarkan perhitungan survival dan mortalitasnya. Hal ini bermanfaat agar dalam pengaplikasiannya memudahkan bagi pembaca. 9 DAFTAR PUSTAKA Grie, Moehammad. 2010. Survival Rate (SR) dalam Perikanan. https://zonaikan.wordpress.com. (diakses pada tanggal 21 februari 2015 pukul 10.00 WIB) Nuralita, S. R. Pengaruh Lama Kejutan Panas (Heat Shock) pada Proses Androgenesis Terhadap Hatching Rate dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio L). Department of Fisheries. Tahun 2006. Rudiyanti, Siti., Ekasari, A. D. Pertumbuhann dan Survival Rate Ikan Mas (Cyprinus carpio Linn) pada Berbagai Konsentrasi Pestisida Regent 0,3 G. Volume 5, Nomor 1, Tahun 2009, Halaman 39-47. Kasimah. Pengaruh Padat Penebaran Berbeda Terhadap Survival Rate (SR) dan Pertumbuhan Benih Ikan Betutu (Oxyyeleotris marmorata Bleeker) dengan Pemberian Pakan Scenedesmus sp. Department of Animal Husbandry. Tahun 2005. 10