BAB I PERILAKU ORGANISASI : PENGEMBANGAN ORGANISASI

advertisement
BAB I
PERILAKU ORGANISASI :
PENGEMBANGAN ORGANISASI PEOPLE-CENTERED AND SKILLS
Tugas Manajer : Mengerjakan Sesuatu Menggunakan Orang Lain
Manajer adalah suatu posisi atau jabatan yang dapat diterapkan di
berbagai macam profesi jenis kerja apapun dalam kehidupan di masyarakat.
Secara formal, Manajemen adalah proses bekerja dengan dan melalui orang lain
untuk mencapai tujuan organisasi dengan cara yang efisien dan etis. Makna
Manajemen dilihat dari sudut pandang prolaku organisasi
adalah “Bekerja
dengan dan melalui orang lain”.
Saat ini sorang Manajer yang sukses saat ini adalah seseorang yang bukan
mengatakan bahwa “semua tugas sudah ada di bawah kendali saya” tetapi
mengatakan “perlu memimpikan secara kreatif dan menawarkan arahan baru
yang tegas dengan cara yang etis dan sensitif. Manajer yang efektif adalah
pemain dalam sebuah tim yang memberi wewenang dan mendorong orang lain
yang mengendalikan pertentangan di dalam dirinya.
Clark Wilson telah memberikan sebuah gambaran tentang keahlian manajer yang
dapat divalidasi secara praktis dab statistik. Antara lain yaitu :
1. Menjelaskan tujuan dan target bagi semua orang yang terkait
2. Memberi semangat untuk berpartisipasi, komunikasi dengan atasan, dan
member saran
3. Merencanakan dan mengatur arus kerja dengan teratur
4. Mempunyai pengalaman teknis dan administrasi untuk menjawab
pertanyaan yang berhubungan dengan organisasi.
5. Memberikan fasilitas kerja melalui kerja dalam tim, pendidikan,
pengajaran dan semangat
6. Menyediakan umpan balik yang jujur dan membantu
1
7. Memberikan segalanya berjalan sesuai dengan jadwal, tepat waktu, dan
membantu untuk mengingat.
8. Mengendalikan Segalanya tanpa merasa terkekang
9. Menerapkan tekanan yang masuk akal demi keberhasilan tujuan
10. Memberi wewenang dan mendelagasikan tugas pokok kepada orang lain
ketika mewujudkan tujuan yang jelas dan komitmen.
11. Menanggapi penampilan yang baik dengan memberikan penghargaan
dan pujian yang positif.
Penelitian Wilson tentang keahlian manajemen menghasilkan 3
pengajaran yang berguna :
1. Berhadapan dengan orang secara efektif adalah inti dari manajemen 11
keahlian
dalam
tabel
tujuan/komitmen/umpan
1-1
menggambarkan
siklus
membuat
balik/penghargaan/keberhasilan
dengan
interaksi manusia disetiap kesempatan.
2. Manajer yang menguasi keahlian yang tinggi cenderung memiliki
penampilan sub-unit dan moral karyawan yang lebih baik dibandingkan
dengan manajer yang memiliki penguasaan keahlian yang rendah
3. Antara manajer Pria dan wanita yang efektif tidak memiliki perbedaan
keahlian yang signifikan.
Tabel 1-2 Evolusi Manajer Abad 21
MANAJER MASA LALU
MANAJER MASA DEPAN
Pemberi perintah, orang
Pemberi fasilitas, anggota
yang memiliki,
tim, guru, penasehat,
pemanipulasi, pengendali
pemberi sponsor, pelatih
PEMBELAJARAN DAN
Pembelajaran yang
Pemberlajaran yang
PENGETAHUAN
periodik, spesialisasi yang
berkesinambungan, orang
PERANAN MANAJER
2
terarah
yang memiliki kompeten,
memiliki spesialisasi yang
beraneka ragam
KRITERIA
Waktu, usaha, tingkat
Keahlian, hasil kerj, budaya
KOMPENSASI
kedudukan satu budaya,
yang majemuk, bahasa yang
ORIENTASI BUDAYA
satu bahasa
majemuk,
SUMBER PENGARUH
Pihak yang berkuasa
Pengetahuan (secara teknik
YANG UTAMA
secara formal
dan pendekatan
perseorangan)
PANDANGAN
Masalah yang potensial
Sumber daya yang utama
Vertikal
Arah yang majemuk
MENGENAI SDM
POLA KOMUNIKASI
YANG UTAMA
GAYA PENGAMBILAN Input yang terbatas bagi
Input yang luas bagi
KEPUTUSAN
keputusan individu
keputusan perusahaan
PERTIMBANGAN ETIS
Pemikiran yang timbul
Pemikiran yang hati-hati dan
kemudian
merencanakan untuk masa
depan
KESETARAAN
Kompetitif (menang-kalah)
HUBUNGAN
Kerjasama (menangMenang)
PERSEORANGAN
MENANGANI
Rahasia dan pengaksesan
Pengaksesan yang luas dan
KEKUASAAN DAN
yang ketat
terbagi
Memaksa
Member fasilitas
INFORMASI PENTING
PENDEKATAN
PERUBAHAN
Untuk memahami bidang prilaku organisasi (PO) yang lebih baik pada saat
ini dan bagaimana harus ditempatkan, dengan mengetahui asalnya. Kita harus
3
mengetahui dan meneliti 3 faktor penting dalam evolusi tentang memahami dan
mengelola sumber daya manusia :
1. Pergerakan hubungan manusia
Elton Mayo dan Mary Parker Follett merupakan tokoh penting dalam
gerakan hubungan manusia. Mayo memberikan masukan kepada manajer untuk
memperhatikan hubungan emosional karyawan dalam karyanya yang dibuat
pada tahun 1933 berjudul “The Human Problems of an Industrial Civilization”
atau “Problem manusia dari peradaban industri”. Sedangkan Mary Parker Follett
selangkah lebih maju dalam menyampaikan kepada para manajer untuk
memotivasi kemampuan kerja daripada hanya memintanya semata sebuah
strategi “menarik” daripada “mendorong”. Dia juga membangun sebuah batasan
logis antara demokratis politis dan semangat kerjasama dalam lingkungan kerja.
Hal lain yang ada dalam bahasan Pergerakan hubungan Manusia adalah
“Teori X dan Teori Y” yang dikeluarkan oleh Douglas McGregor yang ditulis dalam
sebuah buku yang berjudul “The Human Side of Enterprise”, yang menjadi dasar
filosofi yang penting bagi pandangan modern tentang orang dalam bekerja.
McGregor merumuskan dua rangkaian asumsi yang bertolak belakang tentang
karakteristik manusia. Asumsi Teori-X nya pesimis dan negative,menurut
McGregor dilukiskan bagaimana para manajer melihat para pegawainya secara
tradisional. Sedangkan Asumsi Teri-Y nya, adalah positif dan modern, para
manajer dapat menjadi lebih sukses melalui orang lain dengan memandang
mereka sebagai mahkluk hidup yang berenergi serta bertanggung jawab dan
kreatif.
4
Tabel 1-3 Teori X dan Teori McGregor
ASUMSI KUNO (TEORI X) TENTANG
ASUMSI MODERN (TEORI Y)
ORANG DALAM BEKERJA
TENTANG ORANG DALAM BEKERJA
1. Sebagian besar orang tidak 1. Bekerja
suka bekerja. Mereka sebisa
biasa,
mungkin menghindarinya.
istirahat.
adalah
seperti
aktivitas
yang
bermain
atau
2. Sebagian besar orang harus 2. Orang mampu menuntun dan
dipaksa dan diancam dengan
mengendalikan dirinya sendiri bila
hukuman
sebelum
mereka setia pada tujuan.
mau
kerja.
mereka
Orang
membutuhkan tuntunan saat
mereka bekerja
3. Sebagian besar orang lebih 3. Orang secara umum menjadi setia
memilih
Mereka
untuk
dituntun.
cenderung
untuk
menghindari tanggung jawab
pada tujuan Organisasi bila mereka
diberikan
penghargaan
untuk
melakukannya.
dan menunjukkan ambisi yang 4. Karyawan tertentu dapat belajar
sedikit. Mereka hanya tertarik
untuk menerima dan mencari
dengan keamanan.
tanggung jawab
5. Anggota tertentu dalam populasi
yang umum mempunyai imajinasi,
kemampuan
memecahkan
masalah dan kreatifitas.
2. Pergerakan manajemen kualitas total
Manajemen Kualitas Total (MKT) adalah bahwa budaya organisasi
ditentukan oleh dan mendukung kesuksesan bagi kepuasan pelanggan melalui
sistem peralatan, teknik, dan pelatihan yang saling terkait. Hal ini meliputi
5
perbaikan proses organisasi secara berkesinambungan yang menghasilkan
produk dan pelayanan yang berkualitas tinggi.
Konsultan kualitas Richard J. Schonberger menyimpulkan, MKT adalah
“perbaikan yang berkesinambungan, berpusat pada pelanggan, dikendalikan oleh
karyawan.”
W. Edwards Deming yang menjadi pelopor Total Quality Manajemen
(Manajemen Kualitas Total) mengatakan berdasarkan sisi kemanusiaan dalam
perbaikan kualitas seharusnya:
a. Pelatihan formal dalam teknik pengendalian proses secara statistik dan kerja
kelompok.
b. kepeminpinan yang membantu, daripada pemberian perintah dan hukuman
c. penghapusan rasa takut sehingga karyawan akan meresa bebas untuk
bertanya.
d. Mementingkan perbaikan proses yang berkesinambungan daripada kuota
numeric/ kualitas.
e. Kerja kelompok dalam tim
f. Penghapusan penghalang kerja sama yang baik.
Satu pelajaran Deming yang paling berkesan bagi para manajer adalah
peraturan 85 – 15 nya. Lebih jelasnya, ketika sesuatunya menjadi salah, ada
kemungkinan 85 % sistemnya (termasuk manajemen, mesin, dan peraturan)
yang salah. Hanya sekitar 15 % sisanya adalah kesalahan karyawan. Yang sering
terjadi adalah para manajer melakukan waktu yang sia-sia dengan menyalahkan
dan menghukum karyawan karena kesalahan sistem.
Prinsip-prinsip MKT :
1. Lakukan dengan benar setiap pekerjaan untuk menghapus pekerjaan
ulang yang memakan biaya.
2. Dengarkan dan belajar dari pelanggan dan karyawan
3. Membuat perbaikan yang berkesinambungan setiap hari
6
4. Membangun kerja sama dalam kelompok, kepercayaan, dan
penghargaan yang saling menguntungkan.
3. Pendekatan kemungkinan terhadap manajemen
Teori kemungkinan berkembang dan penerimaannya berkembang pesat karena
mereka menanggapi kritikan bahwa teori klasik mengandalkan “satu cara
terbaik” dalam menggorganisasi dan mengatur. Teori kemungkinan sebaliknya,
mengusulkan bahwa struktur organisasi dan gaya manajemen yang cocok
tergantung pada serangkaian faktor “kemungkinan”, biasanya ketidakpastian dan
ketidakstabilan lingkungan. Pendukung pendekatan kemungkinan memberanikan
manajer untuk melihat perilaku organisasi sebagai sebuah konteks situasi. Dalam
hal ini bukan peraturan yang keras dan cepat, tetapi yang menentukan kapan
dan dimana teknik manajemen itu cocok.
7
BAB II
MENGELOLA PERBEDAAN :
MENUMBUHKAN POTENSI SETIAP KARYAWAN
Perbedaan adalah sekumpulan perbedaann individu yang membuat
setiap orang berbeda dari dan mempunyai kemiripan satu sama lain. Perbedaan
juga menunjukkan hal-hal yang tidak selalu sama dan serupa di antara setiap
manusia. Difinisi ini mengaris bawahi 3 hal penting, yaitu :
1. Ada banyak dimensi dan komponen perbedaan. Hal ini berarti bahwa
perbedaan itu ada pada setiap orang, hal ini bukan sekedar masalah
umur, ras, atau gender, juga bukan mengenai kehidupan heteroseksual,
homoseksual, gay, atau lesbian, atau menjadi muslim, khatolik, Hindu,
Bhuda, Yahudi. Melainkan, perbedaan menyebabkan kita berbeda dan
unik satu sama yang lain.
2. Perbedaan tidak sama dengan berbeda. Perbedaan mengcangkup semua
yang berbeda dan sekaligus serupa. Mengelola perbedaan berarti berarti
mengatur dua hal tersebut secara bersamaan.
3. Perbedaan mencangkup perpaduaan antara hal-hal yang serupa dan halhal yang berbeda, bukan hanya salah satunya. Dengan adanya perbedaan
dalam organisasi, pada manajer diharapkan dapat menyatukan hal-hal
tersebut.
Selanjutnya, dalam mengelola perbedaan : menumbuhkan potensi setiap
karyawan seorang manajer harus memperhatikan empat tahapan perbedaan
yang mencangkup antara lain, pertama adalah, Kepribadian. Identitas pribadi
individu dan mengatur filter perseptual yang mempengaruhi bagaimana kita
menginterpretasikan dunia. Lapisan kedua perbedaan Dimensi Internal yang
mengacu kepada dimensi perbedaan primer (Etnis, Ras, Gender, Orientasi Sex,
Kemampuan fisik, Umur). Lapisan ketiga perbedaan Dimensi Eksternal yang juga
disebut sebagai dimensi perbedaan sekunder yang terdiri dari latar belakang
8
pendidikan, agama, kebiasaan berkreasi, kebiasaan pribadi, penghasilan, lokasi
geografi,
status
perkawinan,
status/dominasi
orang
tua,
penampilan,
pengalaman kerja. Lapisan keempat adalah perbedaan dimensi organisasi yang
terdiri
dari
elemen
level/klasifikasi
fungsional,
lingkungan
kerja,
divisi/departemen/unit/grup, keahlian, tempat kerja, afiliasi, status manajemen.
Mengelola Perbedaan –sebuah Keunggulan KompetitifSemua stakeholder –konsultan, manajer, pemimpin, akademisi- percaya
bahwa pengelolaan perbedaan akan berpengaruh pada tingkah laku organisasi
dan efektifitas. Mengelola perbedaan secara efektif akan menghasilkan :
1. Mengurangi biaya dan meningkatkan sikap karyawan
2. Peningkatan dalam penjualan, pangsa Pasar, dan Laba perusahaan
3. Mengembangkan Upaya penerimaan pegawai
4. Meningkatkan Kreatifitas dan Penemuan Baru
5. Meningkatkan pemecahan masalah secara kelompok dan produktivitas
Selanjutnya, dalam mengelola perbedaan untuk menghasilkan individu
karyawan yang produktif dan maksimal dalam praktiknya tidaklah semudah
memutarkan telapak tangan. Perbedaan adalah sesuatu yang sensitif, secara
potensial dapat membahayakan dan kadang-kadang merupakan masalah yang
tidak mengenakkan. Di bawah ini adalah daftar penghalang yang biasanya
muncul dalam melaksanakan program perbedaan yang sukses:
1. Prasangka dan stereotype yang tidak akurat.
2. Etnosentris
3. Perencanaan karir yang kurang baik
4. Lingkungan kerja yang tidak mendukung dan berbahaya untuk karyawan
yang berbeda
5. Kurangnya perlindungan politik pada karyawan yang berbeda
6. Kesulitan dalam keseimbangan antara masalah karir dan keluarga
7. Ketakutan terhadap diskriminasi
9
8. Perbedaan tidak dilihat sebagai prioritas organisasi
9. Keinginan untuk mengubah pelaksanaan organisasi dalam pemberian
penilaian dan sistem penghargaan.
10. Menolak untuk melaksanakan perubahan.
10
BAB III
BUDAYA ORGANISASI DAN ETIKA
Budaya organisasi adalah satu wujud anggapan yang dimiliki, diterima
secara implisit oleh kelompok dan menentukan bagaimana kelompok tersebut
rasakan, pikirkan, dan bereaksi terhadap lingkungannya yang beraneka ragam.
Nilai-nilai dan keyakinan organisasi merupakan dasar budaya organisasi. Nilai
yang mendukung (espaused values) menampilkan nilai-nilai yang dinyatakan
secara eksplisit dan norma-norma yang diinginkan oleh organisasi. Sedangkan
nilai yang diperankan (enacted values) mencerminkan nilai dan norma yang
sebenarnya ditampilkan atau dilakukan oleh tingkah laku karyawan.
Tipologi nilai-nilai organisasi mengidentifikasikan empat tipe sistem nilai
organisasi. Ia berdasar pada norma penghargaan organisasi campuran dan
struktur kekuasaan organisasi. Tipe sistem nilai mencakup elite, meritokratis,
kepemimpinan, dan kolegial. Setiap tipe sistem nilai mengandung seperangkat
nilai yang konsisten dan tidak konsisten dengan sistem nilai pokok.
Wujud umum budaya organisasi merupakan objek, perkataan, tingkah
laku, dan emosi yang dimiliki bersama yang memiliki empat fungsi yakni sebagai
identitas, komitmen kolektivitas, stabilitas sistem sosial, dan sarana yang
berguna bagi organisasi.
Terdapat tiga tipe umum budaya organisasi yaitu konstruktif, pasifdefensif, dan agresif-defensif yang setiap tipe didasarkan pada keyakinan
normatif yang berbeda. Keyakinan normatif menampilkan pemikiran dan
keyakinan individu mengenai bagaimana anggota dari kelompok atau organisasi
tertentu diharapkan melakukan pekerjaannya dan berinteraksi dengan orang
lain. Budaya konstruktif berhubungan dengan keyakinan pencapaian tujuan,
aktualisasi diri, penghargaan yang manusiawi, dan persatuan. Budaya yang pasifdefensif
cenderung
mendukung
keyakinan
11
persetujuan,
konvensional,
ketergantungan,
dan
penghindaran.
Sedangkan
budaya
agresif-defensif
cenderung mendukung keyakinan oposisi, kuasa, kompetitif, dan sikap
perfeksionis.
Proses pengembangan budaya organisasi dimulai dengan kepemimpinan
yang kharismatis yang menciptakan strategi dan visi organisasi. Dengan
berlalunya waktu, adaptasi dibentuk oleh kombinasi sukses organisasi dan
kemampuan pemimpin untuk membuat para karyawan mengikuti filosofi atau
seperangkat
nilai
yang
memuaskan
kebutuhan
para
karyawan
dan
mengembangkan kepemimpinan. Akhirnya, sebuah infrastruktur dibentuk untuk
memelihara kesesuaian organisasi.
Terdapat beberapa mekanisme bagaimana menanamkan sejumlah
budaya untuk mengajarkan para karyawan mengenai nilai-nilai, keyakinan,
harapan, dan tingkah laku yang diinginkan organisasi, yakni dengan: (a)
pernyataan filosofi formal, misi, visi, nilai, dan material yang digunakan untuk
merekrut, seleksi, dan sosialisasi organisasi, (b) desain fisik ruangan, lingkungan
kerja, dan bangunan, (c) slogan, bahasa, akronim, dan ucapan, (d) pembentukan
model peranan, program pelatihan, pengajaran, dan pelatihan oleh para manajer
dan supervisor, (e) penghargaan, simbol status, dan kriteria promosi, (f) cerita,
legenda, dan mitos mengenai peristiwa dan orang-orang penting, (g) aktivitas,
proses, atau hasil organisasi yang diperhatikan, diukur, atau dikendalikan oleh
pimpinan, (h) reaksi pimpinan terhadap insiden kritis dan krisis organisasi, (i)
sistem dan prosedur organisasi, dan (k) tujuan organisasi gabungan kriteria yang
digunakan untuk rekrutmen, seleksi, pengembangan, promosi, pemberhentian,
dan pengunduran diri karyawan.
Dalam menanamkan budaya organisasi, sebuah organisasi menggunakan
proses sosialisasi organisasi, di mana seseorang mempelajari nilai, norma, dan
perilaku yang dituntut, yang memungkinkan ia untuk berpartisipasi sebagai
anggota organisasi. Terdapat tiga tahap model sosialisasi yang dikembangkan
oleh Feldman, yaitu sosialisasi antisipasi, pertemuan, serta perubahan dan
12
pemahaman yang bertambah. Sosialisasi antisipasi mulai sebelum seorang
individu benar-benar bergabung dengan organisasi. Tahap bertemu mulai saat
kontrak karyawan telah ditandatangani. Tahap ketiga mencakup periode di mana
karyawan melakukan tugas yang penting dan menyelesaikan konflik peranan.
Sosialisasi melalui mentoring (pelatihan) yang sering dilakukan oleh
organisasi memiliki dua fungsi dasar yaitu fungsi karir dan psikososial. Untuk
fungsi karir, mentor memberikan nasihat dan dukungan dalam hubungannya
dengan usaha, pengetahuan dan pandangan, pelatihan, perlindungan, dan tugas
yang menantang. Fungsi psikososial memerlukan pembentukan model peran,
penerimaan dan konfirmasi, konseling, dan persahabatan. Ada empat tahap
proses mentoring yaitu permulaan, perkembangan, pemisahan, dan redefinisi.
Setiap tahap melibatkan variabel dan pada waktu yang tetap terdapat aktivitas
pokok yang muncul pada tiap tahap.
Isu mengenai etika dan perilaku etis dalam organisasi menyangkut isu
moral, baik versus buruk. Jika perilaku organisasi dapat memberikan wawasan
mengenai bagaimana mengelola perilaku kerja manusia, maka ia dapat
mengajarkan kepada kita cara menghindari perilaku yang buruk.
Terdapat beberapa tindakan yang dapat diambil manajer untuk
mengembangkan iklim organisasi, yaitu: (a) tingkah laku etis, (b) menyaring
karyawan potensial, (c) mengembangkan kode etik, (d) memberikan pelatihan
etika, (e) mendukung dan menghargai perilaku etis, dan (f) membentuk posisi
dan mekanisme struktural yang berhubungan dengan etika.
13
BAB IV
PERILAKU ORGANISASI INTERNASIONAL:
MENGELOLA LINTAS BUDAYA
Budaya melibatkan kumpulan-kumpulan asumsi yang dianggap benar dari
masyarakat tentang bagaimana mereka sebaiknya berpikir, bertindak, dan
merasakan. Aspek-aspek penting budaya masyarakat, seperti kebiasaan dan
bahasa, diangkat ke lingkungan kerja oleh individu. Kombinasi antara budaya
masyarakat dan organisasi mempengaruhi nilai-nilai, etika, sikap, dan harapanharapan seseorang.
Etnosentrisme dapat didefinisikan sebagai kepercayaan di mana budaya
asli, bahasa dan cara-cara tertentu seseorang dianggap lebih unggul daripada
semua budaya lain. Masyarakat dari budaya berkonteks rendah mengambil
kesimpulan secara relatif lebih sedikit daripada isyarat atau petunjuk situasional
dan lebih mengutamakan pemahaman dari kata-kata yang diucapkan dan
tertulis. Pada budaya berkonteks tinggi seperti Jepang dan Cina, para manajer
lebih suka negosiasi-negosiasi yang perlahan dengan pertemuan-pertemuan
yang membangun kepercayaan, yang cenderung membuat frustasi orang-orang
Eropa Utara dan Amerika Utara yang berkonteks rendah yang lebih menyukai
segalanya langsung ke dalam bisnis.
Masyarakat dengan budaya individualistis cenderung berpikir dengan
menggunakan ”I” dan ”me” serta menempatkan nilai yang tertinggi pada
kebebasan dan pilihan pribadi. Sedangkan budaya kolektivitas mengajarkan
masyarakat untuk menjadi ”we” dan ”us” yang terorientasikan dan
mengebawahkan keinginan-keinginan dan sasaran-sasaran pribadi daripada
kepentingan unit sosial yang relevan (seperti keluarga, kelompok, organisasi,
atau masyarakat).
Sementara itu, masyarakat dengan budaya monokhronis menggunakan
jadual dan lebih suka mengerjakan satu hal pada satu waktu. Bagi mereka, waktu
14
adalah seperti uang, yang digunakan scara bijak. Sedangkan budaya polikhronis
terdapat kecenderungan untuk mengerjakan banyak hal sekaligus dan
menganggap waktu fleksibel dan multidimensional. Masyarakat polikhronis
memandang bahwa masyarakat monokhronis sebagai masyarakat yang terlalu
asyik dengan waktu.
Antropolog
Edward
Hall
menempatkan
istilah
proxemics
untuk
menyebutkan penelitian harapan-harapan budaya mengenai ruang antar pribadi.
Orang-orang Asia dan Amerika Latin senang berdiri dekat (6 inchi sampai 1 kaki)
selama pembicaraan-pembicaraan bisnis, sementara orang-orang Amerika Utara
dan Eropa Utara lebih menyukai jarak antar pribadi lebih besar (3 sampai 4 kaki).
Sementara itu, menurut penelitian lintas budaya Hofstede-Bond, kehati-hatian
harus dipegang ketika sedang memindahkan teori-teori dan praktik-praktik
manajemen dari satu budaya ke budaya lainnya. Juga, orientasi jangka panjang
merupakan satu-satunya dimensi budaya yang memiliki korelasi positif dengan
pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebuah penelitian manajemen lintas budaya menyatakan perlunya
mengubah gaya kepemimpinan dari satu ke lain budaya. Gaya partisipatif harus
dialihkan menjadi satu-satunya gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan pada
18 negara yang diteliti. Namun, gaya partisipatif memiliki batasan-batasan dan
tidak selalu efektif secara universal.
Menurut penelitian, para manajer AS memiliki tingkat kegagalan yang
secara komparatif tinggi pada penugasan-penugasan luar negeri, dan mengenali
keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan oleh manajer global saat ini.
Ekspatriat Amerika terganggu oleh masalah-masalah penyesuaian keluarga dan
pribadi. Para ahli mengatakan bahwa para manajer global membutuhkan
keterampilan seperti perspektif global, respon budaya, komunikasi lintas budaya,
kerjasama lintas budaya, dan pengalaman luar negeri yang luas.
Siklus penugasan luar negeri memiliki empat tahapan yaitu seleksi dan
pelatihan, kedatangan dan penyesuaian, bermukim dan menyesuaikan budaya
15
serta kembali ke negara asal dan menyesuaikan diri. Pelatihan lintas budaya lebih
disukai jika mengkombinasikan latihan-latihan pemberangkatan yang informatif
dan yang berhubungan dengan pengalaman, yang dapat membantu para
ekspatriat menghindari dua kesulitan perilaku organisasi yaitu harapan-harapan
yang tidak realistis dan kejutan budaya.
16
BAB 5
Perbedaan Individu: Kepribadian, Sikap, Kemampuan, dan Emosi
Menjelaskan sifat dan penentu self-esteem yang berbasis organisasi. Selfesteem dalam organisasi (OBSE) merupakan suatu nilai yang dirasakan sendiri
oleh karyawan sebagai seorang yang penting dan berarti dalam sebuah
organisasi. Tiga penentu utama dari OBSE yang tinggi adalah penghargaan dan
kepedulian manajerial, struktur organisasi yang fleksibel, dan pekerjaan yang
rumit dan menantang.
Mendefinisikan self-efficacy, dan menjelaskan sumber-sumbernya. Selfefficacy
melibatkan
keyakinan
seseorang
mengenai
kemampuannya
untukmenyelesaikan tugas khusus. Orang dengan self-efficacy yang sangat
rendah menderita ketidakberdayaan. Empat sumber keyakinan self-efficacy
adalah pengalaman sebelumnya, model perilaku, persuasi dari orang lain, dan
penilaian keadaan fisik dan emosi seseorang. Keyakinan self-efficacy yang tinggi
mendorong tindakan yang membangun dan berorientasi tujuan, sedangkan selfefficacy yang rendah mendorong aktivitas dan emosi yang pasif dan mengarah
pada kegagalan.
Membandingkan individu dengan self-monitoring yang tinggi dan rendah,
dan menggambarkan akibat dari peradaban. Seorang dengan self-monitor yang
tinggi berjuang untuk membuat suatu kesan publik yang baik memantau
perilakunya dan menyesuaikannya dengan situasi yang ada. Self-monitoring yang
tinggi dapat menciptakan seorang ”bunglon” yang terlihat tidak sungguhsungguh dan tidak jujur. Orang dengan self-monitoring yang rendah melakukan
hal yang sebaliknya dengan bertindak di luar perasaan sesaat mereka terlepas
dari lingkungan mereka. Self-monitoring yang sangat rendah dapat mengarah
pada komunikator satu arah yang terlibat mengabaikan isyarat verbal dan nonverbal dari orang lain.
17
Mengidentifikasi dan menerangkan dimensi kepribadian lima besar, dan
menentukan manakah yang berkaitan paling kuat dengan prestasi kerja. Dimensi
kepribadian lima besar adalah wawasan ekstra (sosial dan banyak bicara),
kesepakatan (percaya dan kerja sama), ketelitian (tanggung jawab dan
ketekunan), dan keterbukaan pada pengalaman (intelektual dan rasa ingin tahu).
Ketelitian adalah penentu prediksi terbaik terhadap prestasi kerja.
Menjelaskan perbedaan antara lokus pengendalian internal dan
eksternal.Orang dengan lokus pengendalian internal, seperti para pemilik
perusahaan, yakin bahwa mereka adalah pemimpin dari nasib mereka sendiri.
Orang lokus pengendalian eksternal melekatkan perilaku mereka dan akibatnya
pada kekuatan yang berkaitan dengan situasi.
Menjelaskan bagaimana sikap mempengaruhi perilaku dalam model
tujuan perilaku Fishbein dan Ajzen. Menurut model Fishbein dan Ajzen,
keyakinan mengenai hubungan perilaku dan bagaimana seseorang seharusnya
bertindak mempengaruhi sikap dan norma subjektif. Tergantung pada relatif
pentingnya, sikap dan norma yang secara bersamaan mendorong perilaku. Hal ini
merupakan penentu perkiraan yang paling baik dari perilaku aktual.
Menjelaskan tipologi gaya kognitif Carl Jung. Dengan menggabungkan
dua dimensi persepsi (sensasi dan intuisi) dengan dua dimensi penilaian (logika
dan perasaan), Carl Jung mengidentifikasikan empat gaya kognitif. Keempatnya
adalah sensasi/logika (praktis dan menurut fakta), intuisi/logika (logis dan terus
terang), sensasi/perasaan (simpatik dan ramah), dan intuisi/perasaan (antusiastik
dan penuh wawasan).
Memisahkan antara emosi positif dengan negatif, dan menjelaskan
bagaimana keduanya dapat dinilai. Emosi positif, rasa bahagia/senang, rasa
bangga, rasa cinta/kasih, dan rasa lega adalah reaksi pribadi pada keadaan yang
searah dengan tujuan seseorang. Emosi negatif, rasa marah, rasa
takut/kegelisahan, rasa bersalah/malu, rasa sedih, rasa iri/cemburu, dan rasa
kemuakan adalah reaksi pribadi terhadap keadaan yang tidak searah dengan
tujuan seseorang. Kedua jenis emosi tersebut perlu dinilai dalam pengertian
intensitas dan kesesuaian tujuan yang relevan dari orang yang bersangkutan.
18
BAB 6
Persepsi dan Atribut-atribut Sosial
Menjelaskan persepsi dengan menggunakan model proses informasi
sosial. Persepsi adalah proses mental dan kognitif yang memungkinkan kita
dapat menafsirkan dan memahami lingkungan-lingkungan kita. Persepsi sosial,
juga dikenal sebagai proses informasi sosial dan kognisi sosial, yang merupakan
proses empat tahap. Empat tahap itu adalah perhatian yang selektif/mendalam
pengkodean dan penyederhanaan, penyimpanan dan ingatan, serta memperoleh
kembali dan tanggapan. Selama stimuli kognisi sosial yang menonjol disesuaikan
dengan skema, yang dimasukkan kedalam kategori-kategori kognitif, dan
disimpan dalam ingatan jangka panjang untuk peristiwa-peristiwa, materi-materi
atau orang-orang semantik.
Mengenali dan secara ringkas menjelaskan empat implikasi persepsi
sosial manajerial. Persepsi sosial mempengaruhi keputusan mengontrol
karyawan, penilaian kinerja, persepsi kepemimpinan dan proses-proses
komunikasi. Skema tidak akurat atau skema ras dan jenis kelamin dapat dipakai
untuk mengevaluasi para pelamar kerja. Demikian juga skema salah tentang apa
yang merupakan kinerja baik dan buruk dapat mengarah pada penilaianpenilaian kinerja yang tidak akurat. Skema yang tidak benar perlu dikenali dan
digantikan dengan skema yang benar melalui latihan dan nasihat. Selanjutnya,
para manajer sebaiknya lebih menggunakan ukuran-ukuran kinerja yang objektif
daripada yang subjektif. Dalam kaitannya dengan kepemimpinan, pimpinan akan
mengalami waktu yang sulit untuk mempengaruhi para karyawan ketika mereka
memperlihatkan perilaku yang termasuk dalam skema pimpinan yang buruk dari
karyawan. Akhirnya, komunikasi dipengaruhi oleh skema yang digunakan untuk
menafsirkan setiap pesan. Para komunikator yang efektif mencoba untuk
menyesuaikan pesan-pesan mereka dengan skema persepsi dari penerima.
19
Membicarakan stereotip-stereotip dan proses terjadinya stereotip.
Stereotip menghadirkan keyakinan atau harapan yang terlalu disederhanakan
tentang kelompok-kelompok orang. Stereotip merupakan proses empat langkah
yang diawali dengan mengkategorikan orang-orang kedalam kelompokkelompok yang sesuai dengan berbagai kriteria. Kemudian, kita menyimpulkan
bahwa semua orang didalam kelompok khusus memiliki sifat atau ciri-ciri yang
sama. Lalu kita membentuk harapan-harapan orang lain dan menafsirkan
perilaku sesuai dengan stereotip kita. Akhirnya, stereotip ditetapkan dengan (a)
melebih-lebihkan perilaku-perilaku stereotip yang diperlihatkan oleh orangorang lain, (b) secara tidak benar menjelaskan perilaku yang diharapkan dan yang
tidak diharapkan, (c) membuat perbedaan individu dari kelompok minoritas
dengan dirinya sendiri. Penggunaan stereotif dipengaruhi oleh jumlah dan tipe
informasi yang tersedia bagi individu dan motivasinya terhadap informasi yang
diproses akurat.
Meringkas tantangan-tantangan manajerial dan rekomendasi tentang
stereotif peran berdasarkan jenis kelamin, usia, ras dan orang cacat. Tantangan
manajerial yang utama adalah membuat keputusan yang tidak memandang
terhadap jenis kelamin, usia, ras dan orang cacat. Pelatihan dapat digunakan
untuk mendidik para karyawan tentang masalah stereotip dan melengkapi para
manajer dengan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk menangani
situasi-situasi unik yang dihubungkan dengan penanganan para karyawan cacat
mental. Kontak dengan kelompok bermacam-macam mengurangi terjadinya
stereotip, maka organisasi sebaiknya menciptakanpeluang bagi aneka ragam
karyawan untuk saling bertemu dan bekerja sama dalam kelompok-kelopok yang
statusnya sama. Keputusan mengontrak karyawan sebaiknya didasarkan pada
perbedaan-perbedaan individu yang berlaku dan para manajer dapat dilatih
menggunakan kriteria yang berlaku ketika sedang mengevaluasi kinerja
karyawan. Memperkecil perbedaan peluang kerja dan pengalaman untuk seluruh
kelompok orang dapat membantu mengurangi hambatan-hambatan promosi.
20
Teknik desain kerja dapat digunakan untuk mengurangi masa stabilnya kinerja
yang berhubungan dengan usia. Organisasi mungkin juga perlu menggunakan
insentip untuk memotivasi para karyawan agar meningkatkan keterampilan dan
kemampuan mereka, serta mengontrak para pekerja berusia tua yang memiliki
banyak pengakuan organisasi yang potensial. Sangat penting untuk memperoleh
komitmen top manajemen dan mendukung mengurangi stereotip dan
keputusan-keputusan yang membedakan.
Membicarakan bagaimana ramalan pemenuhan diri dibuat dan
bagaimana ramalan dapat digunakan untuk meningkatkan produktifitas
kelompok dan individu. Ramalan pemenuhan diri, juga dikenal sebagai efek
pygmalion, yang menjelaskan bagaimana orang-orang bersikap sehingga harapan
mereka menjadi nyata. Harapan-harapan manajerial yang tinggi membantu
berkembangnya harapan-harapan diri karyawan yang tinggi, yang pada gilirannya
mengarah pada upaya yang lebih besar dan kinerja yang lebih baik, dan harapan
yang
lebih
tinggi.
Sebaliknya,
sindrom
yang
menetapkan
kegagalan
menggambarkan sisi negatif ramalan pemenuhan diri. Para manajer didorong
untuk menggunakan efek Pygmalion dengan membangun kerangka hirarkis yang
memperkuat harapan-harapan kinerja positif diseluruh organisasi.
Menjelaskan, menurut model kelley bagaimana hubungan kausal
eksternal dan internal dirumuskan. Teori hubungan mencoba untuk menjelaskan
bagaimana orang-orang menyimpulkan sebab akibat bagi perilaku yang diamati.
Menurut model hubungan kausal Kelley, hubungan sebab akibat eksternal
cenderung dibuat jika konsensus dan perbedaan tinggi dan konsisten rendah.
Hubungan sebab akibat internal (tanggung jawab pribadi) cenderung dibuat jika
konsensus dan perbedaan rendah serta konsistensi tinggi.
Meninjau model hubungan sebab akibat Weiner. Model Weiner
meramalkan berperilaku prestasi dengan menggunakan hubungan kausal atau
sebab akibat. Hubungan kemampuan, usaha, kesulitan tugas, keberuntungan,
dan bantuan dari orang-orang lain mempengaruhi bagaimana individu
21
merasakan tentang dirinya sendiri. Sebaliknya, perasan-perasaan ini secara
langsung mempengaruhi yang kinerja terkait dengan prestasi yang berikutnya.
Membandingkan bias hubungan sebab akibat fundamental melibatkan
penekanan faktor-faktor pribadi lebih dari faktor-faktor situasional sambil
merumuskan hubungan sebab akibat untuk perilaku orang-orang lain. Bias dalam
kepentingan diri memasukkan personalisasi sebab-sebab keberhasilan seseorang
dan mengeksternalisasikan sebab-sebab kegagalan seseorang.
22
BAB VII
Kebijakan Sumber Daya Manusia dan Praktiknya
Berbagai kebijakan sumber daya manusia dan praktiknya seperti seleksi
karyawan, pelatihan, dan manajemen kinerja mempengaruhi efektivitas
organisasi pertama-tama membahas tentang :
PRAKTIK SELEKSI
Tujuan dari seleksi yang efektif adalah untuk menyesuaikan karakteristik
individual (kemampuan, pengalaman, dan semacamnya) dengan persyaratan
dalam suatu pekerjaan. Apabila manajemen gagal untuk mendapatkan
memasangkannya secara benar, baik kinerja maupun kepuasan karyawan akan
berkurang.
Cara Kerja Proses Seleksi
Setelah memutuskan untuk melamar suatu pekerjaan, pelamar akan
melalui beberapa tahap :
Seleksi Awal
Alat seleksi awal adalah informasi pertama yang pelamar serahkan dan
digunakan sebagai alat “penyaringan kasar” awal untuk memutuskan apakah
pelamar memenuhi kualifikasi dasar dari pekerjaan yang ditawarkan. Formulir
aplikasi (termasuk surat rekomendasi) merupakan alat seleksi awal. Kita
melakukan cek terhadap latar belakang pelamar sebagai alat seleksi awal atau
sebagai alat seleksi lanjutan, tergantung bagaimana suatu organisasi
melakukannya.
Formulir Aplikasi
Formulir aplikasi bisa menjadi alat saring awal yang baik. Sebagai contoh,
tidak ada gunanya menghabiskan waktu mewawancarai para pelamar untuk
posisi perawat jika mereka tidak mempunyai kualifikasi yang memadai
(pendidikan, sertifikat, pengalaman).banyak organisasi mendorong pelamar
23
untuk menyerahkan aplikasi secara online. Ini hanya membutuhkan waktu
beberapa menit, dan formulir bisa disampaikan kepada orang-orang yang
bertanggung jawab langsung untuk membuat keputusan mempekerjakan
seseorang.
Pengecekan Latar Belakang
Delapan puluh persen lebih pengusaha melakukan pemeriksaan lamaran
di dalam proses seleksi karyawan .untuk mengetahui bagaimana kinerja pelamar
di masa lalu dan perusahaan yang lama memberi rekomendasi baik/tidak
terhadap orang tersebut
Seleksi Substantif
Ini merupakan tahap selanjutnya setelah tahap penyaringan awal. Tahap
ini merupakan inti dari proses seleksi dan di dalamnya tercakup tes tertulis, tes
kinerja, dan wawancara.
Tes tertulis
Sejak dulu terkenal sebagai alat seleksi, tes tertulis (“ tes dengan pensil
dan kertas”)walaupun sebagian besarnya kini mulai digantikan secara online.
Para manajer menyadari bahwa tes yang valid itu ada dan hal itu bisa membantu
memprediksi siapa yang akan berhasil dalam suatu pekerjaan. Tes tertulis
biasanya mencakup :
1. Tes kemampuan kognitif atau intelegensi
2. Tes kepribadian ‘
3. Tes integritas, dan
4. Kumpulan minat.
Tes simulasi kerja
Cara apa yang lebih baik untuk mengetahui apakah pelamar mampu
melakukan suatu pekerjaan dengan baik selain dengan “mempekerjakannya”?
inilah yang menjadi logika yang mendasari tes simulasi kinerja. Dua tes simulasi
kinerja yang paling terkenal adalah percobaan kerja dan pusat penilaian. Tes
percobaan kerja simulasi turunan dari sebagian atau semua pekerjaan yang
24
harus dilakukan oleh pelamar jika ia diterima bekerja.kemudian untuk pusat
penilaian, dalam tes ini , eksekutif lini, supervisor, dan psikolog terlatih
mengevaluasi kandidat saat mereka melalui satu dari beberapa hari latihan yang
menyimulasikan masalah nyata yang akan dihadapi dalam pekerjaan.
Wawancara
Di korea,Jepang dan negara asia wawancara karyawan Secara tradisional
bukanlah merupakan bagian dari proses seleksi. Keputusan cenderung dibuat
seluruhnya
berdasarkan
skor
ujian,
pencapaian
skolastik,
dan
surat
rekomendasi(packlaring), namun, praktiknya tidak berlaku di seluruh dunia.
Wawancara merupakan cara yang paling lazim ,perusahaan mulai mengandalkan
wawancara sebagai alat penyaringan ,wawancara memiliki bobot yang besar
sebagai alat pertimbangan, itu artinya hasil wawancara cenderung memiliki
pengaruh yang besar terhadap keputusan seleksi. Kandidat yang menunjukan hal
yang buruk selama proses wawancara kemungkinan besar akan tersingkir tanpa
memperdulikan pengalaman,skor tes, atau surat rekomendasi yang dipunyainya.
Sebaliknya orang yang mahir dalam teknik mencari kerja. Terutama dalam proses
wawancara, adalah orang yang diterima bekerja, walaupun ia mungkin bukan
kandidat yang terbaik untuk posisi tersebut.
Dalam wawancara , pelamar diminta untuk mendeskripsikan cara mereka
menangani masalah dan situasi yang spesifik pada pekerjaan mereka yang dulu.
Hal ini didasarkan atas asumsi bahwa perilaku di masa lalu dapat menjadi
prediktor terbaik bagi perilaku manusia. Bukti menunjukan bahwa wawancara
sangat penting untuk menilai kemampuan mental, tingkat ketelitian,
kemampuan antarpersonal pelamar untuk menemukan orang yang sesuai
dengan kultur dan citra organisasi.
Seleksi Lanjutan
Selanjutnya setelah lolos dalam metode seleksi substantif, pelamar siap
untuk dipekerjakan,tergantung dari pemeriksaan terakhir salah satu metode
lanjutan yang lazim adalah tes narkotika, guna menyaring individu yang telah
25
menggunakan mariyuana(ganja) , obat-obatan(narkoba)dan zat adictif lainnya
,pemberi kerja menjawab alasan kenapa diadakan tes narkotika, menjawab
pandangan seperti ini dengan menyatakan bahwa pemakaian narkotika dan
penyalahgunaannya
sangat
merugikan,
tidak
hanya
dalam
pengertian
keuangan,tetapi juga dalam konteks keamanan umum.
PROGRAM PELATIHAN DAN PENGEMBANGAN
Karyawan yang kompeten tidak selamanya kompeten. Keterampilan bisa
melemah dan menjadi usang dan keterampilan baru perlu dipelajari. Inilah
alasan banyak organisasi menghabiskan dana yang banyak setiap tahunnya untuk
menyelenggarakan pelatihan formal.
Jenis Pelatihan
1. Kemampuan Dasar Membaca adalah dimana organisasi semakin perlu
mengajarkan keterampilan membaca dan matematika dasar bagi para karyawan
.
2. Keterampilan Teknis sebagian besar pelatihan yang ada diarahkan untuk
mengembangkan dan meningkatkan keterampilan teknis karyawan.
3. Keterampilan Antarpersonal adalah belajar untuk menjadi pendengar yang lebih
baik, menjadi pengkomunikasi ide yang lebih jelas, dan menjadi anggota tim yang
lebih efektif.
4. Kemampuan Memecahkan Masalah adalah bagian dasar dari hampir semua
usaha
organisasi
untuk
memperkenalkan
tim
yang
mandiri
atau
mengimplementasikan program manajemen berkualitas.
5. Bagaimana dengan Pelatihan Etika mencakup program orientasi karyawan baru,
yang dijadikan sebagai bagian dari program pelatihan pengembangan yang
berkelanjutan, atau yang ditawarkan kepada semua karyawan sebagai usaha
periodik untuk mengingatkan mereka akan prinsip-prinsip etis.
26
Metode Pelatihan
Metode pelatihan dikalsifikasikan menjadi :
1.
Pelatihan Formal, pelatihan ini direncanakan sebelumnya dan mempunyai
format yang terstruktur rapi.
2.
Pelatihan informal,pelatihan ini tidak direncanakan dan bisa diadaptasi
dengan mudah pada situasi dan individunya.
3.
Pelatihan on the job mencakup rotasi kerja, magang, tugas belajar, dan
program mentoring formal.
4.
Pelatihan off the job mencakup menonton video, seminar umum, program
belajar sendiri, kursus internet, studi kasus.
Menyesuaikan Pelatihan Formal agar Sesuai dengan Gaya Belajar
Karyawan
Cara memproses, memperdalam, dan mengingat materi yang baru dan
sulit tidak selalu sama dengan orang lain berbeda-beda.fakta ini berarti bahwa
pelatihan formal yang efektif harus disesuaikan agar mencerminkan gaya belajar
dari karyawan. Beberapa contoh dari gaya belajar yang berbeda adalah
membaca, memerhatikan, mendengarkan, dan berpartisipasi. Beberapa orang
dapat menyerap informasi secara lebih baik ketika mereka membaca .orang –
orang dapat belajar menggunakan computer hanya dengan duduk dan membaca
petunjuknya. Beberapa orang belajar dengan sangat baik melalui observasi.
Mereka memerhatikan orang lain dan kemudian meniru perilaku yang telah
mereka lihat. Pendengar sangat mengandalkan indera pendengaran mereka
untuk menyerap informasi. Jadi dapat diterjemahkan bahwa berbagai gaya
belajar dapat dijadikan metode-metode yang berbeda.
Mengevaluasi Efektivitas
Kebanyakan Program pelatihan cukup berhasil karena mayoritas orang
yang menjalaninya belajar banyak daripada mereka yang tidak, bereaksi secara
27
positif terhadap pengalaman pelatihan, dan setelah pelatihan dilakukan perilaku
sebagaimana diajarkan oleh program pelatihan. Namun begitu , beberapa faktor
membuat program tertentu lebih berhasil dibandingkan yang lain. Keberhasilan
pelatihan juga bergantung pada individu. Jika individu tidak termotifasi untuk
belajar, pelatihan akan sedikit saja membantu . faktor
yang menentukan
motivasi pelatihan adalah kepribadian ,mereka yang memiliki fokus pengendalian
internal, ketelitian, kemampuan, kognitif, dan keinginan berhasil yang tinggi akan
belajar lebih baik dalam program pelatihan. Iklim pelatihan juga penting , ketika
yang dilatih mempercayai bahwa ada kesempatan untuk mengaplikasikan
keterampilan mereka yang baru dalam pekerjaan dan ada sumber daya yang
cukup untuk diaplikasikan ketika mereka selesai belajar, mereka akan lebih
termotivasi untuk belajar dan bekerja lebih keras dalam program pelatihan.
EVALUASI KINERJA
Apakah anda akan belajar dengan cara yang berbeda atau mengerahkan
usaha yang berbeda ketika belajar di sebuah perguruan tinggi yang mata
kuliahnya dinilai dengan standar lulus dan gagal atau tingkat-tingkat huruf mulai
dari A hingga F. Temuan ini menggambarkan bagaimana sistem evaluasi kinerja
mempengaruhi perilaku. Penentu utama dari perilaku usaha belajar anda dikelas
dan di luar kelas merupakan criteria dan teknik yang digunakan pengajar untuk
mengevaluasi kinerja anda. Apa yang dilakukan di perguruan tinggi juga berlaku
untuk karyawan. Di bagian ini , kita akan melihat faktor pendorong penting yang
memenuhi perilaku pekerja.
Tujuan Evaluasi Kinerja
Evaluasi kinerja memiliki beberapa tujuan salah satunya adalah untuk
membantu manajemen membuat keputusan sumber daya manusia secara
umum. Evaluasi menyediakan masukan untuk berbagai keputusan penting
seperti promosi, perpindahan bagian, dan pemutusan hubungan kerja. Evaluasi
juga
berguna
untuk
mengidentifikasikan
kebutuhan
28
pelatihan
dan
pengembangan. Evaluasi kinerja menunjukkan kecakapan dan kompetensi dari
karyawan yang saat ini mungkin dirasa kurang memadai tetapi bisa
dikembangkan melalui program pelatihan . Evaluasi kinerja juga bisa menjadi
criteria yang dengannya manajemen memvalidasi seleksi dan program
pengembangan. Manajemen bisa mengidentifikasikan karyawan baru yang
kinerjanya buruk. Serupa dengannya, organisasi menentukan efektivitas program
pengembangan dan pelatihan dengan menilai seberapa baik partisipan
melakukan evaluasi kinerja mereka. Evaluasi juga bertujuan untuk menyediakan
umpan balik bagi karyawan tentang bagaimana organisasi melihat kinerja
mereka. Kita akan menekankan fungsi evaluasi kinerja sebagai mekanisme dalam
menyediakan
umpan
balik
dan
sebagai
penentu
untuk
alokasi
imbalan(gaji/reward).
Apa yang Kita Evaluasi ?
Kriteria yang dipilih oleh manajemen untuk mengevaluasi ketika menilai
kinerja karyawan akan sangat mempengaruhi apa yang dilakukan karyawan. Tiga
criteria yang paling popular adalah hasil pekerjaan individual, perilaku, dan sikap.
Hasil Pekerjaan Individual
Dengan menggunakan hasil kerja, manajer operasional bisa dinilai dengan
criteria seperti kuantitas yang diproduksi, limbah yang dihasilkan, dan biaya per
unit produksi. Hal yang sama berlaku bagi seorang penjual yang dinilai
berdasarkan volume penjualan keseluruhan di suatu wilayah, keuntungan
penjualan, dan jumlah pelanggan baru yang didapat.
Perilaku adalah sulit untuk mengidentifikasi hasil spesifik yang bisa
langsung dihubungkan dengan aktifitas karyawan. Hal ini berlaku untuk
karyawan di bagian konsultan dan posisi pendukung dan individu yang tugas
kerjanya merupakan bagian dari usaha kelompok. Kita mungkin telah
mengevaluasi kinerja kelompok, tetapi mengalami kesulitan untuk menentukan
kontribusi yang jelas dari setiap anggota kelompok . dalam kasus semacam ini,
bukanlah hal yang aneh bagi manajemen
untuk mengevaluasi perilaku
29
karyawannya. Dengan menggunakan contoh yang lalu, perilaku dari manajer
produksi yang bisa digunakan untuk tujuan evaluasi kinerja bisa termasuk
ketepatan dalam menyerahkan laporan bulanan atau gaya kepemimpinan yang
ditunjukkan oleh manajer tersebut. Perilaku seorang penjual yang berhubungan
adalah rata-rata telepon relasi yang dibuat per harinya atau cuti sakit yang
digunakan per tahunnya. Maka dengan memasukkan faktor subjektif dan
kontekstual pada evaluasi kinerja ,selama ada kontribusi bagi efektivitas
organisasi tidak hanya masuk akal tetapi bisa juga memperbaiki koordinasi, kerja
tim, kerja sama, dan kinerja kelompok secara keseluruhan.
Sikap
Kriteria yang paling lemah , namun masih digunakan secara luas oleh
organisasi adalah sikap individual . kita menyebutnya lebih lemah dari hasil kerja
atau perilaku karena sikap paling tidak terkait dengan kinerja actual dari
pekerjaan itu sendiri. Sikap seperti bertindak-tanduk yang baik, menunjukan
kepercayaan diri, bisa diandalkan, terlihat sibuk, atau kaya akan pengalaman bisa
ya bisa juga tidak secara erat berhubungan dengan hasil kerja yang positif , tetapi
hanya orang yang naïf yang akan mengacuhkan kenyataan bahwa kepribadian
seperti ini sangat sering digunakan sebagai criteria untuk menilai tingkat kinerja
karyawan.
30
BAB 9
Memperbaiki Prestasi Kerja Dengan Umpan Balik Dan Penghargaan
1. Dua Fungsi Umpan Balik
Para ahli mengatakan bahwa umpan balik memiliki dua fungsi bagi
orang – orang yang menerimanya, yang pertama berkaitan dengan
instruksi dan kedua adalah berkaitan dengan motivasi. Umpan balik
memberikan instruksi pada saat memperjelas peran atau melakukan
sesuatu yang baru
2. Penerimaan Umpan Balik
 Karakteristik Penerimaan
Ciri – cirri kepribadian seperti self-esteem dan self – efficacy dapat
membantu atau menghilangkan kesepian seseorang untuk umpan balik.
Orang yang memiliki
self-esteem rendah dan self – efficacf
rendah secara umum pasti tidak aktif mencari umpan balik.Kebutuhan
dan tujuan juga mempengaruhi keterbukaan seseorang terhadap
umpan balik.
 Persepsi Penerima Umpan Balik
Umpan balik dalam berbagai bentuk memperlihatkan tanda
positif atau negative. Secara umum,orang cenderung merasakan dan
mengingat umpan balik positif secara lebih akurat dari pada umpan
balik
negative.
tetapi
umpan
balik
yang
negative
(misalnya,pemberitahuan bahwa prestasi seseorang dibawah rata – rata
)dapat memiliki pengaruh yang positif terhadap motivasi.
 Evaluasi Umpan Balik Kognitif Para penerima
Dari penerimaan umpan balik, secara kognitif orang yang akan
mengevaluasi
factor – factor seperti ketelitian, kredibilitas dari
sumbernya, keadilan sistemnya (misalnya,system penilaian prestasi ),
harapan prestasi, penghargaan mereka, dan standar yang masuk akal.
31
Setiap umpan balik yang gagal untuk memperjelas salah satu atau lebih
dari evaluasi kognitif ini akan ditolak atau dihentikan.
3. Pelajaran Praktis Dari Penelitian Umpan Balik
Setelah mengulas berbagai penelitian laboratorium dan lapangan
mengenai umpan balik, suatu trio peneliti prilaku organisasi menyatakan
beberapa pelajaran praktis berikut ini bagi para manajer:
 Penerimaan umpan balik seharusnya tidak diperlakukan sebagai suatu
pemberian ini sering kali disalahartikan atau ditolak. Hal ini terutama
berlaku pada situasi antar budaya.
 Para manajer dapat meningkatkan kredibilitas mereka sebagai sumber
umpan
balik
dengan
mengembangkan
keahlian
mereka
dan
menciptakan suatu iklim kepercayaan.
 Umpan balik negatif pada umumnya disalahartikan atau ditolak.
 Walaupun sering terjadi umpan balik dapat mengikis pemahaman
seseorang mengenai pengedalian pribadi dan inisiatif, umpan balik
terlalu jarang dikemukakan dalam sebagaian besar organisasi kerja.
 Umpan balik perlu dibuat berdasarkan penerimaan.
 Sementara orang dengan pretasi, orang yang berpretasi tinggi
memberikan respons umpan balik yang meningkatkan perasaan
kompetensi dan pengendalian pribadi mereka.
4. Umpan Balik Keatas
Umpan balik ke atas membalikan pendekatan tradisional dengan
meminta para bawahan untuk memberikan umpan balik terhadap gaya
dan prestasi seorang manajer. Jenis umpan balik ini pada umumnya
anonim. Para manajer biasanya menolak program umpan balik keatas
karena mereka percaya bahwa hal ini akan mengikis kekuasaan mereka.
5. Beberapa Tips Kesimpulan Untuk Pemberian Umpan Balik Yang Baik.
Para manajer perlu memperhatikan tips – tips berikut ini pada
saat memberikan umpan balik
32
 Menghubungkan umpan balik dengan tujuan prestasi yang sudah ada
harapan yang jelas.
 Memberikan umpan balik yang spesifik terkait dengan perilaku yang
dapat diamati atau hasil yang dapat diukur.
 Mengarahkan umpan balik menuju hasil yang tepat sasaran
 Memberikan umpan balik sesegerah mungkin
 Memberikan umpan balik positif untuk memperbaiki, tidak hanya untuk
hasil akhir.
 Menfokuskan umpan balik prestasi, bukan pada keperibadian.
 Mendasarkan umpan balik pada informasi yang akurat dan dapat
diandalkan.
6. Jenis Penghargaan
Alternatif penghargaan organisasi adalah pemisahan antara
penghargaan ekstrinsik dan intrinsic. Penghargaan uang, materi, dan
social memenuhi syarat sebagai penghargaan ekstrinsik karena berasal
dari lingkungan. Sedangkan penghargaan psikis merupakan penghargaan
intrinsic karena diberikan sendiri, seorang karyawan yang berkerja untuk
mendapatkan penghargaan ekstrinsik, seperti uang dan pujian, dikatakan
termotivasi secara ekstrinsik. Seseorang yang menyukai tugasnya dalam
pekerjaan atau mengalami pemahaman kompetensi atau penentuan diri
dikatakan sebagai termotivasi secara intrinsic dan intrinsic adalah
kebudayaan dan citarasa pribadi.
7. Kriteria Distribusi Penghargaan
Menurut seorang ahli dalam system penghargaan organisasi, tiga criteria
umum untuk distribusi penghargaan dalah sebagai berikut :
 Prestasi : hasil yang nyata dari prestasi individu, kolompok, atau
organisasi: kuanlitas atau kualitas pretasi.
 Pretasi :tindakan dan prilaku. Dalam bentuk kerja tim, kerjasama,
pengambilan risiko, kreativitas.
33
 Pertimangan selain pretasi. Menurut kebiasaan atau menurut kontrak,
dimana jenis pekerjaan, sifat pekerjaan, persamaan, ketekunan,
tingkat dalam hierarki, dan sebagainya diberi penghargaan.
8. Profit Sharing Versus Gainsharing.
Profit sharing muncul pada saat karyawan secara individu atau kelompok
kerja diberi sebagaian dari laba yang dihasilkan perusahaan berapapun
yang diperoleh oleh perusahaan tersebut.
Gainsharing menggunakan pengukuran produktivitas yang digabungkan
dengan penghitungan bonus yang dirancang untuk memberikan kepada
karyawan pembagian yang saling menguntungkan dari setiap peningkatan
total produktivitas organisasi. Biasanya semua orang yang
bertanggungjawab atas peningkatan tersebut akan menerima bonus.
Jenis program profit sharing

Program tertunda, memberikan kredit individu dengan perolehan
periodic. Menunda distribusi actual sehingga apabila terjadi cacat,
pension, atau meninggal

Program distribusi, sepenuhnya mendistribusikan tunjangan yang
diperoleh setiap periode segera setelah kumpulan sebagian dapat
diperhitungkan

Program gabungan, memperbolehkan para karyawan untuk
menerima suatu porsi dari perolehan setiap periode dalam bentuk
tunai, sementara sisanya menunggu hingga distribusi masa depan
Jenis program Gainsharing

Program Improshare, berdasarkan pada kemampuan para
karyawan untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih
cepat dari pada yang diharapkan dengan adanya rasa dasar pada
produktivitas historis
34

Program Rucker, secara umum membatasi partisipasi pembuatan
keputusan pada suatu komite penyaringan tunggal atau tatap
muka dari suatu produksi dengan komite penyaringan

Program Scanlon, menggunakan suatu system komite ganda untuk
mendorong partisipasi di tingkat perusahaan perusahaan dalam
pembuatan keputusan.
9. Team-based pay
Didepinisikan sebagai kompensasi insentif yang memberikan
penghargaan kepada individu untuk bekerja dalam kerja tim dan atau
menghargai hasil kolektif tim, definisi ini menyoroti suatu pemisahan
yang penting antara perilaku individu dengan hasil. Atau dengan kata lain,
team based pay menggunakan para pekerja dalam team untuk
mendapatkan pemisahan ini hampir dipastikan pekerja akan gagal.
35
BAB 10
Modifikasi Perilaku dan Manajemen Diri
1. Apakah Modifikasi Perilaku Itu?
Modifikasi perilaku melibatkan pembentukan perilaku khusus yang sering
muncul dengan mengelola isyarat dan konsekwensinya secara sistematis.
Modifikasi perilaku di tempat kerja telah menjadi modifikasi perilaku
organisasi, manajemen perilaku organisasi, dan alternative manajemen
prestasi. Istilah umum modifikasi perilaku digunakan di sini untuk
menghindari kesimpang siuran yang tidak perlu. B mod menggunakan karya
dua psikologi perintis, E L Thorndike dan B F Skinner.
2. Dampak Hukum Thorndike, Thorndike merumuskan dampak hukum yang
terkenal yang mengatakan bahwa perilaku dengan konsekwensi yang
mendukung
cenderung
akan
terulang,
sementara
prilaku
dengan
konsekwensi yang tidak mendukung cenderung akan menghilang.
3. Model Kondisi Operant Skinner, Skinner memperbaharui kesimpulan
Thorndike bahwa prilaku dikendalikan oleh konsekwensinya. Karya Skinner
terkenal sebagai paham perilaku karya ia dengan jelas menangani perilaku
yang dapat diamati. Sebagai seorang ahli perilaku, Skinner percaya bahwa
tidak ada gunanya untuk menjelaskan perilaku di dalam diri yang tidak dapat
diamati
seperti
kebutuhan,
tujuan,
sikap,
atau
poses
-
proses
pemikiran.Skinner membuat pemisahan yang tegas antara dua jenis perilaku.
Perilaku responden dan perilaku operant.
4. Pembentukan Perilaku, pembentukan perilaku bagi orang terutama dalam
program pelatihan dan kualitas yang melibatkan perbaikan yang terus
menerus. Pujian, pengakuan dan umpan balik yang instruktif dan dapat
dipertanggung jawabkan memerlukan tindakan para manajer yang lebih dari
sekedar kesediaan waktu mereka. Meskipun demikian, pada saat digunakan
dalam program pembentukan prilaku, konsekwensi ini dapat mendukung
36
perbaikan yang signifikan secara efesien untuk prestasi kerja. Kunci
pembentukan perilaku yang berhasil berstandar pada pengurangan perilaku
target yang rumit untuk dipelajari secara mudah dan selanjutnya secara yakin
dan secara sabar memperkuat semua kebaikan.
5. Model memodifikasi perilaku kerja
Para modifikator perilaku menguji proses B Mod empat langkah untuk
mengelola perilaku di tempat kerja.

Langkah ke-1: mengidentifikasi perilaku target
Para manajer yang kaku mengikuti prinsip operant pada perilaku yang
dapat diamati dan bukannya pada keadaan internal yang di duga,
memiliki dua alternative dalam langkah 1 mereka dapat menunjukan
suatu perilaku yang di inginkan yang bukan perilaku yang umum
dilakukan misalnya memberikan kontribusi gagasan yang kreatif
dalam pertemuan staf atau mereka dapat terfokus pada suatu
perilaku yang tidak di inginkan yang muncul terlalu sering misalnya
membuat komentar yang mengganggu.

Langkah ke-2 menganalisis situasi secara fungsional
Setiap perilaku regular selalu memiliki isyarat dan konsekwensinya
sendiri yang mendukung jadi, penting bagi para manajer untuk
mengidentifikasi kemungkinan A – B – C yang telah ada sebelum
mencoba untuk menyusun kembali hal-hal ini. Sebagai contoh,
penting untuk mengetahui bahwa seorang karyawan yang akhir-akhir
ini tidak mau bekerja sama karena ditekan oleh para teman kerjanya
untuk memberikan suara dalam suatu pilihan sertifikasi serikat
pekerja yang akan datang.

Lankah ke-3 menyusun pendahuluan dan menyediakan konsekwensi
Dalam langkah ini, analisis akan mengarah pada tindakan. Cara yang
tepat untuk membahas langkah 3 adalah dengan mengungkapkan
manajemen pendahuluan dan manajemen konsekwensi secara
37
terpisah. Dalam praktis, manajemen pendahuluan dan konsewensi
saling terkait erat

Langkah ke-4 Mengevaluasi hasil
Campur tangan B Mod efektif jika perilaku target yang diinginkan
muncul lebih sering atau perilaku target yang tidak diinginkan muncul
tidak begitu sering karena kurang lebih istilah yang relative, maka
manajer membutuhkan alat pengukur yang menyediakan dasar
objektif untuk membandingkan data sebelum campurtangan dengan
data sesudah campur tangan. Dari data garis datar dan pembuatan
bagan perilaku dapat memberikan suatu kontribusi yang merharga.
Data dasar adalah data perilaku sebelum campur tangan yang
dikumpulkan tanpa pengetahuan orang yang ditargetkan. Ukuran
sebelum ini selanjutnya akan menyediakan suatu dasar untuk menilai
keefektifan suatu campur tangan. Bagan perilaku adalah suatu alat
evaluasi program B Mod yang mencakup baik data garis dasar
sebelum campertangan maupun data setelah campurtangan. Sumbu
vertical dari bagan perilaku dapat berarti prekwensi perilaku, persen,
dan hasil yang dicapai suatu dimensi waktu biasanya berupa sumbu
horizontal dari bagan perilaku.
6. Manajeman Diri Perilaku
Jika didefinisikan secara formal, manajemen diri keperilakuan (Behaviour Self
Management= BSM) adalah proses modifikasi perilaku seseorang secara
sistematis dengan mengelola isyarat, proses kognitif, dan konsekwensi
kontingen. Istikah perilaku memperlihatkan bahwa BSM terfokus terutama
pada modifikasi perilaku bukan pada nilai-nilai, sikap, atau kepribadian yang
berubah. Pada ulasan awal, BSM tanpak seperti memiliki kelebihan
dibandingkan MB Mod yang ditempatkan sendiri. Tetapi BSM berbeda
dengan B Mod dimana proses kognitif dipertimbangkan dalam BSM tetapi
38
diabaikan dalam B Mod penyesuaian ini mencerminkan pengaruh perluasan
teori operant albert bandura kedalam teori pembelajaran social
7. Teori Pembelajaran Sosial Bandura
Albert Bandura mengembangkan karya Skinner yang pada peran disebut
sebagai metode pembelajara seolah-olah dialami sendiri dan selanjutnya
mengulas purposes kognitif terhadap isyarat konsekwensi. Seperti model
operan skinner, pendekatan Bandura membuat periku yang dapat diamati
sebagai unit analisis yang utama. Bandura juga berjalan bersama dengan
pernyataan skinner bahwa perilaku dikendalikan dengan isyarat dan
konsekwensi yang berkaitan dengan lingkungan. Meskipun demikian,
bandura memperluas model operant skinner dengan mnekankan bahwa
proses kognitif atau mental mempengaruhi sebagai sesorang memberikan
respon terhadap lingkungan. Singkatnya bandura mempertimbangkan factorfaktor di dalam individu, sebagai teori pembelajaran social.
8. Konteks Manajerial untuk manajemen diri pribadi
Para pakar perilaku organisasi Fred Luthan dan tim Davis mengembangkan
konteks manajerial untuk BSM sebagai berikut: Penelitian dan penulisan
dalam bidang manajemen telah memberikan perhatian yang besar pada
pengelolaan masyarakat, organisasi, kelompok dan individu yang aneh,
hamper tidak ada orang yang telah memberikan perhatian pada pengelolaan
seseorang sendiri secara lebih efektif manajemen diri tampaknya merupakan
suatu syarat untuk manajemen yang efektif atas orang lain, kelompok,
organisasi, dan masyarakat.
9. Model Pembelajaran social dari manajemen diri
Bandura
menempatkan
manajemen
diri
kedalam
suatu
konteks
pembelajaran social dengan pencatatan hasil berikut ini: Ciri yang berbeda
dari teori pembelajaran social adalah peran yang menonjol yang ditempatkan
pada kapasilitas pengaturan diri dengan menyusun dorongan yang berkaitan
dengan lingkungan, memunculkan dukungan kognitif, dan menghasilkan
39
konsekwensi untuk tindakan mereka sendiri orang mampu untuk
melaksanakan suatu ukuran pengendalian atas perilaku mereka sendiri.
Stephen R Covey, dalam buku terlarisnya The Seven Habits of Highly Effective
People, telah memberikan manajer suatu agenda yang dapat membantu
untuk memperbaiki diri mereka sendiri.
Tujuh kebiasaan Covey: suatu agenda untuk perbaikan diri adalah

Menjadi proaktif. Memilih usaha dan tujuan akhir yang benar dalam
hidup, dan memegang tanggung jawab pribadi untuk setiap tindakan
anda. Membuat keputusan yang tepat waktu dan membuat kemajuan
positif

Mengawali dengan bagian dari akhir pikiran. Pada saat smuanya
dikatakan dan dilakukan bagaimana anda ingin mengingatkan
jadikanlah itu sebagai orientasi tujuan

Menempatkan yang pertama sebagai yang pertama. Membangun
prioritas perusahaan akan membantu anda mencapai misi anda dalam
hidup. Memperjuangkan suatu keseimbangan antara pekerjaan anda
sehari-hari dengan potensi anda untuk prestasi di masa depan

Berfikir menang atau menang. Bekerjasama mencari solusi yang
bermanfaat dan kreatif untuk mengatasi persoalan dan pertentangan

Pertama - tama mencoba memahami, dan selanjutnya untuk
dipahami. Berjuang keras untuk menjadi seorang pendengar yang
lebih baik.

Sinergis.karena keseluruhan lebih besar dari pada bagian –
bagiannya,maka anda perlu menggerakan kerja tim diantara individu
dengan kemampuan dan potensi yang unuk. Perbedaan antara
peribadi yang adalah berharga.

Mempertajam pandangan. ini adalah kebiasaan memperbaruhi diri,
yang memiliki empat elemen. pertama adalah mental, yang
mencakup mempuan membaca, visualisasi, perencanaan dan
40
penulisan. Kedua adalah spiritual, yang berarti klarifikasi nilai dan
komitmen, penelitian, meditasi. Ketiga adalah sosial/ emosi, yang
melibatkan pelayanan, empati, sinergi, dan keamanan intrinsik.
Akhirnya elemen fisik mencakup olahraga, gizi, dan menejemen
stress.
41
Download
Study collections