BAB I - Directory UMM

advertisement
1
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN CIBINONG
SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI
A. Latar Belakang
Pertumbuhan perekonomian di Indonesia mengalami trend yang fluktuatif
sejak terjadinya krisis moneter yang melanda negara-negara Asia pada akhir
tahun 1997. Akibat kejadian tersebut banyak sekali perusahaan yang mengalami
kerugian, dan tidak mampu lagi membiayai kegiatan operasionalnya, untuk itu
perusahaan diperlukan langkah strategis. Seperti yang terjadi pada Semen
Cibinong, akibat dari krisis moneter yang membuat nilai tukar rupiah melemah
PT. Semen Cibinong mengalami kerugian. Salah satu langkah strategis yang
dapat dilakukan yaitu dengan penggabungan usaha. Penggabungan usaha adalah
usaha untuk menggabungkan satu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan
lain ke dalam satu kesatuan ekonomis (Hadori dan Hernanto, 1999:224).
Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dengan merger, akuisisi,
dan konsolidasi. Merger merupakan penggabungan usaha dua atau lebih
perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai
badan hukum, sementara yang lain menghentikan aktivitasnya atau bubar.
Akuisisi merupakan investasi pada perusahaan anak yaitu satu penguasaan
mayoritas saham perusahaan lain sehingga tercipta hubungan perusahaan induk
dan anak. Konsolidasi merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau lebih
perusahaan bersama-sama meleburkan diri dan membentuk perusahaan yang baru
(Moin, 2004:10).
2
Akuisisi merupakan salah satu keputusan strategis dalam upaya
meningkatkan kinerja keuangan dan strategi penciptaan nilai bagi perusahaan.
Kinerja keuangan yang semakin baik akan menjadikan perusahaan mempunyai
daya saing yang tinggi. Laba merupakan indikator kinerja keuangan perusahaan
untuk menciptakan nilai perusahaan. Kondisi finansial perusahaan setelah
melakukan akuisisi menjadi lebih baik, maka keputusan akuisisi adalah tepat.
Namun jika sebaliknya terjadi, maka keputusan melakukan akuisisi kurang tepat.
Salah satu metode untuk mengetahui keberhasilan akuisisi yaitu dengan
melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan pada saat sebelum dan
setelah akuisisi.
Sesuai dengan kondisi tersebut dalam penelitian ini penulis ingin
mengetahui nilai perusahaan dan kinerja keuangan dari kasus akuisisi
PTjangan dipisah Semen Cibinong oleh Holcim Ltd karena akibat dari krisis
moneter, nilai tukar rupiah melemah sehingga pada tahun 1997, 1998 dan 2000
PT. Semen Cibinong mengalami kerugian. Kerugian yang cukup besar tersebut
dengan adanya akuisisi yang dilakukan Holcim Ltd pada tahun 2001, apakah akan
memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dan menguntungkan bagi
Holcim
Ltd. Kerugian disebabkan oleh tingginya biaya operasional dan non operasional
serta meningkatnya kewajiban yang harus dibayar karena sebagian besar
kewajiban PT. Semen Cibinong dalam mata uang dollar AS, sebaliknya sebagian
besar pendapatan PT. SMCB dalam mata uang rupiah. Berdasarkan uraian diatas
maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Kinerja
Keuangan PT. Semen Cibinong Sebelum dan Sesudah Akuisisi”tambahkan
3
gambaran singkat kalao perlu ditambah data yang up to date tentang
perusahaan cibinong tersebut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan kinerja keuangan PT. Semen Cibinong sebelum dan
setelah diakuisisi oleh Holcim Ltd ?
C. Batasan Penelitian
Masalah yang dibahas agar memberikan pemahaman yang sesuai dengan
tujuan yang telah ditetapkan , maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai
berikut :
Penilaian nilai perusahaan PT. SMCB berdasarkan laporan keuangan yang
dipublikasikan dari tahun 2005 sampai 2006 ini isinya tentang
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui janga pertanyaan ada perbedaan kinerja keuangan PT.
Semen Cibinong sebelum dan sesudah diakuisisi oleh Holcim Ltd akan lebih
baik atau sebaliknya.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi akademis
sebagai media pemahaman lebih lanjut mengenai akuisisi serta metode
analisis rasio sebagai pengukuran kinerja keuangan.
b. Bagi investor dan calon investor
4
Memberikan tambahan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan
sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membeli
saham perusahaan.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan Sri Hartaningsih (2006) dengan judul
“Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi
(Studi pada Perusahaan Go public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)”
hasil penelitian yang dilakukannya adalah: bahwa tidak ada perbedaan kinerja
keuangan perusahaan untuk periode sebelum dan sesudah akuisisi. Selain itu
bahwa peristiwa akuisisi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan
perusahaan karena tujuan ekonomis akuisisi seperti memperoleh keuntungan
yang maksimal dari pemanfaatan sumber dayanya tidak tercapai. Kesimpulan
ini didukung hasil analisis data sebagai berikut ini: Perbandingan rasio-rasio
keuangan 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah akuisisi dari 4 rasio yang
diuji menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan.
Penelitian ini merupakan hasil replikasi dari penelitian yang telah
dilakukan oleh Latifah (2002) meneliti bagaimana analisis keputusan akuisisi
terhadap perubahan kinerja perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan
Manufaktur dan Perusahaan Keuangan dan Perbankan Yang terdaftar di BEJ).
Penelitian ini dilakukan terhadap 22 perusahaan, diantaranya 20 perusahaan
manufaktur (industri) dan 2 perusahaan perbankan. Selama periode 1990-
5
1995. Tujuan penelitian untuk memberikan bukti empiris apakah ada
perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Kinerja keuangan
diukur dengan rasio-rasio keuangan, yang meliputi rasio aktivitas dan rasio
profitabilitas untuk perusahaan industri dan rasio profitabilitas serta rasio
efisiensi untuk perusahaan keuangan dan perbankan. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi tidak
mempunyai pengaruh yang signifikan, baik sebelum maupun setelah akuisisi.
Artinya kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah akuisisi tidak
berbeda atau sama, baik sebelum maupun setelah akuisisi. Berarti tujuantujuan ekonomis dilakukannya merger atau akuisisi tidak tercapai. Barangkali
praktek merger dan akuisisi di indonesia lebih banyak mempertimbangkan
faktor non ekonomis, seperti menyelamatkan target company dari ancaman
kebangkrutan.
Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu
dengan penelitian sekarang. Adapun persamaannya adalah sama-sama
menganalisis kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi, sedangkan
perbedaannya adalah:
Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang:
1. obyek yang diteliti sekarang merupakan perusahaan Semen Cibinong
sedangkan pada penelitian terdahulu adalah perusahaan yang bergerak
dalam bidang manufaktur.
2. periode penelitian saat ini mulai tahun 2005 sampai tahun 2006.
6
2. landasan Teori
1. Pengertian Penggabungan Usaha
Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk
mengembangkan usaha. Definisi penggabungan usaha menurut PSAK
No. 22 (2002) adalah Penggabungan usaha (Business Combination)
adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu
entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain
atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan
lain.
Penggabungan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu
perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan
ekonomis (Hadori dan Harnanto, 1999:224). Penggabungan usaha dari
pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai salah satu strategi untuk
mempertahankan kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan.
Dengan bergabung, dua perusahaan atau lebih menjadi satu akan saling
menunjang kegiatan usaha, sehingga diharapkan keuntungan yang didapat
akan lebih besar dari pada melakukan usaha sendiri-sendiri.
a. Penggolongan Penggabungan Badan Usaha
Berdasarkan hubungan antara perusahaan-perusahaan yang
melakukan
penggabungan
usaha,
penggabungan
usaha
dapat
digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : penggabungan usaha
vertikal, horisontal, dan konglomerasi (Beams, 2004:2).
7
1. Penggabungan badan usaha horisontal
Penggabungan badan usaha horisontal adalah penggabungan
perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama.
2. Penggabungan badan usaha vertikal
Penggabungan badan usaha verlikal adalah penggabungan dua
atau lebih perusahaan yang beroperasi dalam tahap produksi yang
berbeda, tetapi saling berhubungan, misalnya supplier dengan
langganan.
3. Penggabungan badan usaha konglomerasi
Penggabungan badan usaha konglomerasi adalah penggabungan
dua atau lebih perusahaan dengan produk atau jasa yang tidak
saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan
melakukan diversifikasi untuk mengurangi resiko yang ada pada
lini usaha tertentu, atau untuk menstabilkan penghasilan yang
berfluktuasi.
b. Bentuk-Bentuk Penggabungan Usaha
Menurut Beams (2004:2) penggabungan usaha umunya
dilakukan dalam bentuk :
1. Merger
Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu
perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainnya
dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi
8
diambil alih oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan
usahanya.
2. Akuisisi
Akuisisi merupakan penguasan mayoritas saham perusahaan lain
sehingga tercipta hubungan perusahaan induk dan anak. Akuisisi
terjadi ketika salah satu perusahaan yang bergabung masih hidup
dan perusahaan pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva
tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
3. Konsolidasi
Konsolidasi
merupakan
penggabungan
perusahaan
yang
bergabung menjadi satu dan membentuk perusahaan baru.
2. Pengertian Akuisisi
Menurut PSAK No. 22 (2002), definisi akuisisi (acquisition)
adalah suatu penggabungan usaha yang salah satu perusahaan, yaitu
pengakuisisi (acquiror) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi
perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva
tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham.
Menurut Moin (2005:8) akuisisi adalah “Pengambil alihan
kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan
lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil alih atau yang
diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi
saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak atas
suara dari perusahaan-perusahaan yang diakuisisi dan kedua perusahaan
9
tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, tetapi
timbul hubungan induk (pengakuisisi) dan anak (yang diakuisisi).
Akuisisi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa
akuisisi merupakan penggabungan usaha yang tetap sebagai badan hukum
yang terpisah, tetapi timbul suatu hubungan induk yaitu perusahaan yang
mengakuisisi dan perusahaan anak yaitu perusahaan yang diakuisisi,
Perusahaan induk memperoleh kendali dari aktiva dan segala operasi
perusahaan.
a. Jenis Akuisisi
Menurut Junaedi (2004) dalam Rosana (2005), jenis akuisisi
terbagi atas :
1. Akuisisi vertikal
Akuisisi vertikal merupakan gabungan dua atau lebih perusahaan
yang memiliki tahapan-tahapan produksi yang berbeda dengan
keterkaitan input atau output dalam proses produksi suatu industri.
2. Akuisisi horisontal
Akuisisi horisontal merupakan penggabungan dua perusahaan
atau lebih yang memiliki kegiatan usaha yang sejenis untuk
meningkatkan skala ekonomi.
Menurut Suta (2000:300) akuisisi dibedakan menjadi dua,
yaitu :
10
1. Akuisisi saham (stock acquisition) merupakan salah satu alternatif
akuisisi
yang
tersedia
dimana
acquiring
company
akan
mengakuisisi sebagian besar atau seluruh saham target company.
2. Akuisisi aset (asset acquisition), melibatkan aset dari target
company dengan saham dari acquiring company atau perusahaan
induk dari acquiring company
b. Motivasi Akuisisi
Suta (2000:304) mengemukakan alasan-alasan melakukan
akuisisi sebagai berikut :
1. Keuntungan dari segi operasi.
Tindakan untuk melakukan akuisisi karena alasan skala ekonomis
yang kemungkinan dapat dicapai. Skala ekonomis adalah situasi
dimana perusahaan dapat melakukan penurunan dalam beban ratarata untuk memproduksi dan menjual suatu jenis produk dengan
semakin meningkatnya volume produksi. misalnya melalui
penurunan biaya overhead.
2. Keuntungan dari segi finansial.
Perusahaan
yang baru setelah melakukan
akuisisi
dapat
memperoleh manfaat di pasar modal karena meningkatkan ukuran
(size) maupun efisiensi perusahaan.
11
3. Kemungkinan untuk meningkatkan pertumbuhan usaha.
Melalui
akuisisi
perusahaan
dapat
mempercepat
tingkat
pertumbuhan dibandingkan dengan melalui ekspansi internal.
4. Diversifikasi usaha.
Beberapa perusahaan yang melakukan akuisisi dalam rangka
melakukan diversifikasi atas kegiatan usaha perusahaan, sehingga
dapat
menjaga agar
perolehan tingkat
keuntungan tidak
mengalami fluktuasi.
c. Proses dalam Praktik Akuisisi
Dalam melakukan akuisisi Payamta (2001) mengemukakan
tahap-tahap yang harus dilaksanakan, antara lain :
1. Menetapkan tujuan dari akuisisi.
2. Mengidentifikasi perusahaan target yang mempunyai potensi
untuk diakuisisi.
3. Menyeleksi
beberapa
perusahaan
target
yang
mungkin
mengadakan kontak dengan manajemen dari perusahaan target
dalam rangka mengumpulkan informasi.
4. d. Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaan termasuk
pembiayaan dengan kas, saham, atau bentuk pembayaran lainnya
dengan mencari alternative sumber pembiayaan.
5. Melaksanakan dan menandatangani kontrak akuisisi.
12
3. Metode Akuntansi untuk Akuisisi
Dalam PSAK No. 22 penggabungan usaha dari sudut teknik
akuntansi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu :
1. Metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method)
Metode ini memandang penggabungan usaha sebagai penyatuan
kepemilikan antara dua atau lebih perusahaan. Dengan menggunakan
metode ini pemilik perusahaan yang bergabung disatukan dengan cara
menambahkan aktiva dan hutang serta laba yang diterima. Dasar
penilaian yang digunakan dalam penggabungan usaha adalah nilai
buku aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi dan tidak akan
menimbulkan goodwill pada saat penggabungan karena transaksi yang
terjadi bukan transaksi pembelian.
2. Metode pembelian (purchase method)
Metode pembelian digunakan untuk penggabungan usaha jenis
akuisisi. Dalam metode ini penggabungan usaha dipandang sebagai
pembelian perusahaan yang sama dengan pembelian aktiva atas
sekelompok aktiva. Dasar penilaian yang digunakan adalah pangsa
pasar yang disepakati oleh kedua belah pihak sehingga aktiva dan
kewajiban perusahaan yang diakuisisi harus dinilai kembali pada
tanggal terjadinya akuisisi. Penilaian kembali menimbulkan adanya
goodwill.
13
Penggabungan usaha melalui akuisisi, pencatatannya adalah
dengan metode pembelian. Perlakuan akuntansi terhadap akuisisi menurut
PSAK No. 22 adalah sebagai berikut :
1. Transaksi dibukukan seperti halnya pembelian aktiva lainnya karena
dalam akuisisi terjadi pengambilalihan aktiva, timbulnya kewajiban
atau penerbitan saham dalam rangka memperoleh kendali atas aktiva
neto dan operasi perusahaan lain.
2. Metode pembelian menggunakan harga perolehan sebagai dasar untuk
mencatat akuisisi tersebut.
3. Sejak tanggal akuisisi hasil usaha perusahaan yang diakuisisi harus
dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan yang mengakuisisi.
4. Aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi harus dilaporkan
dalam neraca perusahaan yang mengakuisisi.
5. Goodwill yang timbul akibat akuisisi tersebut harus dilaporkan dalam
neraca perusahaan yang mengakuisisi.
4. Permasalahan dalam Proses Akuisisi
Suta (2000:305) mengungkapkan bahwa permasalahan yang
ditimbulkan oleh akuisisi diantaranya bahwa proses akuisisi sangat mahal
karena membentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar yang sangat
competitive adalah tidak mudah. Mahalnya biaya untuk pelaksanaan
akuisisi juga disebabkan oleh banyaknya pihak yang terlibat seperti
brokers
investment
bankers,
law
firms,
dan
accounting
firms.
Permasalahan yang timbul adalah kebutuhan untuk mempekerjakan
14
tenaga kerja baru, kemungkinan adanya budaya usaha (corporate culture)
yang membedakan antar target company dengan acquiring company dan
kemungkinan acquiring company tidak memiliki pengalaman di bidang
usaha yang baru diakuisisi.
Dengan menyadari beberapa permasalahan diatas, maka akuisisi
dapat mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh:
1. Akuisisi tidak direncanakan dengan baik.
2. Harga yang dibayar terlalu mahal.
3. Kurangnya pengalaman dalam melaksanakan akuisisi.
4. Kegagalan dalam mempertahankan dan meningkatkan motivasi
pegawai dan target company.
5. Perusahaan yang diambil alih terlalu besar ditinjau dari ukuran
acquiring company.
6. Corporate culture dari target company jauh berbeda dengan acquiring
company.
5. Pengertian Penilaian Perusahaan
Penilaian (valuation) atau penaksiran nilai perusahaan adalah
penentu nilai atau harga perusahaan. Harga perusahaan adalah harga
wajar sesuai dengan kondisi riil perusahaan dengan mempertimbangkan
prospek perusahaan di masa yang akan datang (Moin, 2005:152).
15
Penilaian perusahaan terdapat dua dimensi :
1. Dimensi obyektif.
Dimensi ini didasarkan pada analisis finansial dan model-model
penilaian secara matematis.
2. Dimensi subyektif.
Dimensi subyektif mencakup prakiraan potensi, seperti solidaritas
manajemen, dan pengembangan perusahaan.
Acuan dalam penilaian perusahaan tidak hanya berasal dari data
historis perusahaan tetapi juga berdasarkan pada “prospek” perusahaan di
masa yang akan datang. Prospek merupakan harapan atau prediksi
keadaan perusahaan di masa yang akan datang yang terkait dengan data
historis yang dimiliki perusahaan.
6. Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah metode atau cara menentukan nilai
perusahaan dengan menggunakan input data yang berasal dari perkiraan
(Moin,2005:156).
Menurut Moin (2005:157) ada beberapa teknik penilaian
perusahaan, yaitu:
1. Model pertumbuhan deviden.
Model ini menggunakan input data berupa jumlah deviden yang
dibayarkan dan men-discounted-kan dengan cost of equity untuk
menentukan nilai ekuitas.
16
2. Discounted Cash Flow
Penentuan nilai perusahaan dengan pendekatan ini memerlukan input
berupa perkiraan cash flow dimasa yang akan datang dan perkiraan
cash flow tersebut di-discounted-kan dengan biaya modal.
3. Price Earning Ratio
Penentuan
nilai
ekuitas
berdasarkan
pendekatan
ini
hanya
memerlukan satu periode yaitu perkiraan harga saham dan perkiraan
harga per lembar saham.
4. Return On Investment (ROI)
Pendekatan ini memerlukan input data berupa perkiraan tingkat
pengembalian investasi (ROI) dan perkiraan laba sebelum bunga dan
pajak untuk menentukan nilai perusahaan.
7. Penilaian Berdasarkan Discounted Cash Flow
Salah satu penilaian yang paling banyak digunakan dalam merger
dan akuisisi adalah penilaian berdasarkan cash flow yang didiskontokan
(Discounted cash flow/DCF). Teknik penilaian berdasarkan Discounted
Cash Flow ini adalah mendiskontokan seluruh perkiraan cash flow
dengan discounted tertentu. Discount rate yang digunakan adalah biaya
modal. Kelebihan dari DCF adalah perkiraan arus kas dan laba dihitung
secara lebih mendetail (Moin 2005:164).
Langkah-langkah penilaian perusahaan menggunakan DCF model,
sebagai berikut :
17
1. Menentukan tambahan laba bersih ditambah dengan depresiasi.
2. Menentukan biaya modal sebagai discount rate.
Formula perhitungan biaya modal, sebagai berikut ;
Biaya modal = Rf +  (Rm-Rf)
Dimana :
Rf = tingkat pengembalian bebas resiko /SBI
 = faktor resiko (Beta) pada 13 Desember 2001
Rm = tingkat keuntungan yang diharapkan di pasar
modal.
Rm = IHSG t – IHSG t-1
IHSG t-1
3. Menghitung present value dari seluruh cash flow.
8. Kinerja Keuangan Perusahaan
Kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Anthony dan
Govindarajan (2000) dalam Deni (2003), membagi aspek kinerja
perusahaan menjadi dua, yaitu aspek finansial dan non finansial. Aspek
finansial dapat berupa rasio keuangan perusahaan, harga dan return
saham. Aspek non finansial berupa penyebaran pasar, indeks kepuasan
konsumen, perputaran pekerja, penghematan waktu dalam siklus
produksi, inovasi dan sebagainya.
Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang
ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan
tercermin dari laporan keuangan, sehingga untuk mengukur kinerja
18
finansial perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangan.
Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan pula sebagai prospek,
pertumbuhan, dan potensi perkembangan yang dapat dibandingkan
dengan horison waktu atau dengan perusahaan lain yang bergerak pada di
bidang yang sama (Mulyadi, 2001:415)
9. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah informasi yang memuat informasi tentang
posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan.
Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam
melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan
keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara
direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang
berada di luar perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:13). Laporan
keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan
memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk
membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (Weston dan
Copeland, 1995:24).
Ada dua macam bentuk-bentuk laporan keuangan utama yang
digunakan untuk melihat kinerja dari suatu perusahaan, yaitu:
1.
Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi
keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu.
2.
Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan
hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu.
19
Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan pada suatu periode
tertentu, maka manajer keuangan dapat digunakan untuk menyusun
kebijakan perusahaan yang lebih baik di masa yang akan datang.
10. Metode Analisis Laporan Keuangan
Metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan menurut
Munawir (1999:36) yaitu:
 Analisis horisontal
Analisis horisontal adalah analisis laporan keuangan dengan
mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode
atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya.
Metode horisontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis.
 Analisis vertikal
Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis
meliputi satu periode atau satu saat saja. Caranya dengan
membandingkan antar pos yang satu dengan pos yang lain dalam
laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan
keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini
disebut juga dengan metode analisis statis karena kesimpulan yang
diperoleh
hanya
perkembangannya.
untuk
periode
itu
saja
tanpa
mengetahui
20
11. Teknik Analisis Laporan Keuangan
Analisis laporan keuangan tidak bisa dilakukan tanpa teknik analisis
yang benar. Menurut Munawir (1999:36), teknik analisis yang biasa
digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut:
a. Analisis perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik
analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua
atau lebih periode.
b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan
yang dinyatakan dalam prosentase (trend procentage analysis),
yaitu suatu teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari
keadaan keuangan perusahaan, apakah menunjukkan tendensi
tetap, naik atau bahkan turun.
c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size
statement, yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui
prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total
aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan
komposisi kerusakan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah
penjualannya.
d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu suatu analisis
untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja
atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja
dalam periode tertentu.
21
e. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement
analysis), yaitu suatu teknik analisis untuk mengetahui sebabsebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui
sumber-sumber penggunaan uang kas selama periode tertentu.
f.
Analisis rasio, yaitu suatu teknik analisis laporan keuangan
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca
dan laporan rugi laba secara individu atau kombinasi antara
keduanya.
g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), yaitu suatu
teknik analisis laporan keuangan
yang digunakan untuk
mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan
dari suatu periode ke periode yang lain atau perusahaan laba kotor
suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode
tersebut.
h. Analisis break even, yaitu suatu teknik analisis untuk menentukan
tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar
perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum
memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even ini akan
diketahui tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat
penjualan.
Penelitian ini menggunakan metode analisis laporan keuangan
horisontal, karena dengan menggunakan metode ini dapat diketahui
perkembangan kinerja keuangan perusahaan selama beberapa periode.
22
Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis rasio keuangan,
karena rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan
karena dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesejahteraan
keuangan perusahaan. Teknik analisis tersebut dianggap lebih baik
dengan teknik-teknik analisis yang lain. Di antara alat-alat analisis
keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan dan
kekuatan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan, adalah
analisis rasio (Alwi, 1980:370).
12. Analisis Rasio Keuangan
Rasio
keuangan
adalah
angka
yang
diperoleh
dari
hasil
perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2001:297).
Rasio merupakan alat analisis yang paling sering digunakan untuk
mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga dapat
menggambarkan tentang gejala-gejala yang tampak dari suatu keadaan.
Dengan menggunakan rasio keuangan juga dapat diketahui area-area
mana yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam.
Penggunaan teknik analisis rasio keuangan, data pokok yang
digunakan dalam perhitungannya adalah neraca, dan juga laporan laba
rugi perusahaan. Melalui data tersebut akan dapat dilakukan perhitungan
terhadap sejumlah rasio keuangan yang selanjutnya akan digunakan
menilai aspek-aspek tertentu dari operasi perusahaan pada periode
23
tertentu dari operasi perusahaan atau menilai kinerja perusahaan pada
periode tertentu.
a. Metode Perbandingan Rasio Keuangan Perusahaan
Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam
membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu “Cross-sectional
approach” dan “Time series analysis” (Syamsuddin, 2001:39)
-
Cross-sectional approach
Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi
dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang
satu dengan perusahaan lain yang sejenis pada saat yang
bersamaan.
Melalui
pendekatan
ini,
dimaksudkan
untuk
mengetahui seberapa baik atau buruk kondisi perusahaan
dibandingkan perusahaan sejenis yang lain. Perbandingan dengan
cross-sectional approach ini juga dapat dilakukan dengan jalan
membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio rata-rata
industri.
-
Time series analysis
Time
series
analysis
dilakukan
dengan
jalan
membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu
periode ke periode lain. Perbandingan antara rasio yang dicapai
saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan
apakah perusahaan mengalami kemajuan ataukah sebaliknya.
Perkembangan perusahaan dapat dilihat pada trend dari tahun ke
24
tahun, sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan
dapat membuat rencana-rencana untuk masa yang akan datang.
b. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan
Pada umumnya analisis rasio dapat digunakan perusahaan dan
pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai aspek-aspek sebagai
berikut : profitabilitas, likuiditas, aktivitas, efektifitas dalam
penggunaan dana, kemampuan perusahaan dalam mengembalikan
pinjaman. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap rasiorasio keuangan ini, menurut Syamsudin (2001:37}, terbagi menjadi
tiga kelompok :
1. Para pemegang saham dan calon pemegang saham.
Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh
perhatian utama pada tingkat keuntungan yang dihasilkan, baik
yang sekarang maupun yang akan datang, karena dapat
berpengaruh terhadap harga saham yang mereka miliki.
2. Kreditur dan calon kreditur.
Para kreditur dan calon kreditur umumnya berkepentingan
terhadap tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutanghutangnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
3. Manajemen perusahaan.
Manajemen perusahaan berkepentingan terhadap seluruh keadaan
keuangan perusahaan, karena rasio-rasio keuangan akan dinilai
olah para pemilik perusahaan dan juga para kreditur. Dengan
25
demikian manajemen perusahaan akan berusaha untuk dapat
mempertahankan kondisi rasio keuangan yang sehat, sehingga
dapat menarik lebih banyak investor untuk menanamkan modal
melalui penjualan saham berharga. Rasio-rasio keuangan juga
digunakan oleh manajemen untuk memonitor keadaan perusahaan
dari satu periode ke periode lain.
c. Jenis-Jenis Rasio Keuangan
Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil
perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang
mempunyai hubungan relevan dan signifikan (Harahap, 2001:297}.
Bringham
dan Houston (2001:70-91)
mengelompokkan
rasio
keuangan dalam lima macam, yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen
aktiva, rasio manajemen utang, rasio profitabilitas, dan rasio nilai
pasar. Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan
antar item-item pada laporan keuangan (neraca dan laba rugi), ada
lima jenis rasio keuangan, yaitu: Liquidity ratios, Leverage ratios,
Aseet management ratios, Profitability ratios, Market-value ratios
(Admaja, 1999:415).
1) Rasio likuiditas
Menurut Warsono (2002:32) rasio likuiditas adalah suatu
rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi
rasio likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan dalam
26
memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penganalisaan
posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio,
yaitu rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio).
a. Rasio lancar (Current Ratio)
Rasio lancar yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk
memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang
dimiliki (Admaja, 2002:416).
Rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
Current Ratio 
Aktiva Lancar
Kewajiban Lancar
b. Rasio Cepat (Quick Ratio)
Rasio cepat (Quick Ratio) digunakan untuk mengetahui sejauh
mana perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendak
tanpa bergantung pada penjualan persediaan (Admaja,
2002:116).
Rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
Quick Ratio 
Aktiva Lancar  Persediaan
Kewajiban Lancar
2) Leverage Ratios atau Rasio Solvabilitas
Rasio Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini digunakan
untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang,
menurut Warsono (2003:34) leverage ratios terdiri atas:
27
a. Debt to Total Assets (DAR)
Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan
untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva
perusahaan (Warsono, 2003:34).
DAR dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
DAR 
Total Hutang
Total Aktiva
b. Debt to Equity (DER)
Digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi
total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri
(Warsono, 2003:34).
DER dapat dihitung dengan formula sebagai berikut:
DER 
Total Hutang
Total Ekuitas
3) Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana
perusahaan secara efektif mengelola aktiva perusahaan. Semakin
tinggi rasio aktivitas, semakin efektif perusahaan dalam
memanfaatkan sumber dayanya (Warsono,2003:33).
c. Fixed Assets Turnover
FATO mengindikasikan bagaimana keefektifan manajemen
dalam menggunakan aktiva tetap tiap rupiah penjualan
(Admaja, 2002:416).
28
Formula perhitungan FATO sebagai berikut:
FATO 
Penjualan
Aktiva Tetap
d. Total Assets Turnover
TATO
memberikan
indikasi
bagaimana
kemampuan
perusahaan dalam menggunakan total aktiva yang dimiliki
untuk
menghasilkan
penjualan
(Darsono
dan
Ashari,
2005:60).
Formula perhitungan TATO sebagai berikut :
TATO 
Penjualan
Total Aktiva
4) Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan
seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik
hubungannya dengan assets maupun ekuistas (Warsono, 2003:35).
Rasio ini digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen
dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi.
 Net Profit Margin (NPM)
NPM menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh
oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan
(Darsono dan Ashari, 2005:56).
NPM dapat dihitung dengan formula sebagai berikut :
29
NPM 
Laba Bersih
Penjualan
 Return on Asset (ROA)
ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan
menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham
dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan
efektivitas menejemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pendapatan.(Warsono, 2003:36).
Formula perhitungan ROA sebagai berikut :
ROA 
Laba Bersih
Total Aktiva
 Return on Equity (ROE)
ROE digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan
perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para
pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimiliki
(Warsono, 2003:36).
Formula perhitungan ROE sebagai berikut :
Re turn on Equity (ROE) 
Laba Bersih
Total Ekuitas
5) Rasio Pasar atau Market-Value ratios
Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan
dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini menunjukkan
bagaimana perusahaan dinilai oleh investor di pasar modal
(Warsono, 2003:36).
30
6) Earning Per Share
EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap
lembar saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham
(Darsono dan Ashari, 2005).
EPS dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut :
EPS 
Laba Bersih
Jumlah Saham yang Beredar
F. METODE PENELITIAN
1. Objek Penelitian
Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Semen
Cibinong di Bursa Efek Jakarta.
2. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dan metode
penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, jenis penelitian
studi kasus menurut Indriantoro dan Supomo (2002:26) yaitu penelitian
dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan
kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksi dengan lingkungan.
Metode analisis deskriptif menurut Nasir (2003:54) adalah suatu metode
dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi,
suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa di masa sekarang. Tujuan
penelitian deskriptif
adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara
sistematis, fluktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan
antara fenomena yang diselidiki.
31
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik
pengumpulan
data
yang
dilakukan
dengan
metode
dokumentas yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa
catatan, buku, surat kabar, majalah atau data-data yang berkaitan dengan
obyek penelitian.Dengan penelitian ini data diperoleh dari pojok BEJ
Universitas Muhammadiyah malang.
4. Sumber Data
Penelitian menggunakan sumber data sekunder, yaitu data
penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media
perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo,
2002:147). Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas:
-
Rasio keuangan dan ringkasan laporan keuangan PT. SMCB TAHUN
1999 sampai 2000 bersumber dari Indonesia Capital Market Directory
yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta.
-
Laporan keuangan PT. SMCB tahun 2005 sampai 2006.
-
Data-data mengenai PT. Semen Cibinong yang diakses melalui internet.
5. Analisis Data definisi operasionala variabelnya mana
6.
Analisis data merupakan bagian terpenting dalam penelitian
dimana data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan
kemudahan dalam pemahaman dan interpretasi data. Analisis kualitatif
digunakan dalam tahap penelitian analisis interpretasi atas rasio-rasio
keuangan. Analisis kuantitatif yaitu serangkaian kegiatan analisis data yang
32
dinyatakan dalam bentuk angka-angka dengan cara mengklarifikasikan,
melakukan perhitungan dan membandingkan data-data tersebut untuk
kemudian disimpulkan.
Dalam peneltian ini menggunakan untuk analisis laporan
keungan menggunakan analisis horizontal dengan teknik analisis rasio time
series dan menentukan nilai perusahaan dengan perhitungan present value
cash flow . Adapun tahap-tahap analisis data pada penelitian ini adalah:
1. Melakukan perhitungan atas rasio-rasio keuangan perusahaan pada
periode sebelum melakukan akuisisi dan sesudah melakukan akuisisi.
Penghitungan dibatasi pada empat tahun sebelum akuisisi yaitu tahun
1999 sampai tahun 2000 dan empat tahun setelah akuisisi yaitu tahun
2005 sampai tahun 2006.
Adapun rasio-rasio keuangan yang dilakukan perhitungan antara lain:
a. Rasio Likuiditas, yang meliputi ;
- Current Rasio
- Quick Ratio
b. Rasio Leverage atau Solvabilitas.
- Debt to Assets Ratio
- Debt to Equity Ratio
c. Rasio Aktivitas
- Fixed Assets Turnover
- Total Assets Turnover
d. Rasio Profitabilitas
33
- Net Profit Margin
- Return on Investement
- Return on Equity
e. Market-Value Ratio
- Earning Per Share
2. Menghitung tingkat pertumbuhan tiap-tiap rasio keuangan pada periode
sebelum dan setelah akuisisi, dengan menggunakan rumus:
Rn  Ro (1  P) n
atau
P n
Rn
1
Ro
Dimana: Rn = rasio tahun terakhir
Ro = rasio tahun pertama
1
= konstanta
P = tingkat pertumbuhan rasio
n
3. Melakukan
= tahun ke n
perbandingan
Kinerja
Keuangan
Untuk
mengetahui
perbedaan. Pada penelitian ini Uji parametrik yang digunakan adalah uji t
untuk berpasangan
(Paired t-test). Adapun sebagai langkah-Langkah
dalam pengujian hipotesis yaitu:
1. Menentukan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif
(Ha).
Adapun formulasinya adalah sebagai berikut :
Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keungan perusahaan sebelum dan
sesudah akuisisi.
34
Ha : Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan
sesudah akuisisi.
2. Karena data yang diuji berdistribusi normal maka uji statistik yang
sesuai yaitu menggunakan paired sample t-test (uji t untuk data
berpasangan). Menentukan nilai t dihitung dengan rumus :
t
d
Sd / n
Dimana:
d
=
Mean dari harga-harga d ( perbedaan harga-harga yang
berpasangan).
Sd =
Deviasi standar dari harga-harga d
n
Banyaknya pasangan
=
3. Membandingkan angka t hitung dan t tabel
Angka t
hitung
dibandingkan dengan angka t
tabel
adalah untuk
mengambil keputusan berdasarkan pada uji paired samples t-test
dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima
b. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak
sebagai kriteria penilaian adalah dengan menggunakan tingkat
kepercayaan 95%, yaitu untuk menguji hipotesis yang digunakan
dengan membandingkan nilai probabilitas dengan alphanya yaitu
dengan ketentuan sebagai berikut:
35
a. Nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak; Ha diterima
b. Nilai probabilitas >
DAFTAR PUSTAKA
Andrianit, Sri, 2002, Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja
Perusahaan Pada PT. Madura Prima Interna Surabaya, Skripsi Pada
Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak Dipublikasikan.
Agus sartono, 1996, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta.
Hitt, Michael A., Harisson, Jeffrey S.,Ireland, R. Duane, 2002, Merger dan
Akuisisi Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta.
Helfert, Erich A., 1996, Teknik Analisis Keuangan, edisi Kedelapan, erlangga,
Jakarta.
Kristianti, Narti, Kwik Kian Gie, Merger dan Akuisisi; Kemungkinan dan
Penyalahgunaan dan Efek Sinerginya pada Unit-unit Group Bisnis,
Manajemen dan Usahawan, Jakarta, Lembaga Manajemen FE UI, Maret
1992, hal. 11-15.
Marcel Go, 1992, Akuisisi Bisnis Analisis dan Pengelolaannya, Rineke Cipta,
Jakarta.
Oktavia, Yani, 2001, Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum Dan
Sesudah Akuisisi Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di
Bursa Efek Surabaya, Skripsi pada Universitas Muhammadiyah Malang,
Tidak Dipublikasikan.
Payamta, 1997, Penilaian Kelayakan Investasi dalam Keputusan Merger dan
Akuisisi, Kajian Bisnis, hal. 1-12.
Syamsudin, Lukman,1995, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru,
Penerbit atas Kerjasam dengan Pretice Hall Inc, Yogyakarta.
Sudarsanam, 1999, The Essence of Merger dan akuisisi, Edisi Pertama, Penerbit
ANDI, Yogyakarta.
Suta, Ari, I.P.G., 1992, Akuisisi dan Implikasinya bagi Perusahaan Publik.
Makalah disajikan dalam seminar “ Akuisisi dan Dampak Globalisasi
Terhadap Pasar Modal Indonesia”, Jakarta, 25 Agustus, 1-20.
36
Sutrisno, 1998, Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi dalam Merger dan
Akuisisi terhadap Harga Saham, Tesis S-2 UGM.
Usulan Penelitian
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN CIBINONG
SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI
Oleh
Ika Henni Kusumawati
02610017
37
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2007
Download