1 ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN CIBINONG SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI A. Latar Belakang Pertumbuhan perekonomian di Indonesia mengalami trend yang fluktuatif sejak terjadinya krisis moneter yang melanda negara-negara Asia pada akhir tahun 1997. Akibat kejadian tersebut banyak sekali perusahaan yang mengalami kerugian, dan tidak mampu lagi membiayai kegiatan operasionalnya, untuk itu perusahaan diperlukan langkah strategis. Seperti yang terjadi pada Semen Cibinong, akibat dari krisis moneter yang membuat nilai tukar rupiah melemah PT. Semen Cibinong mengalami kerugian. Salah satu langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu dengan penggabungan usaha. Penggabungan usaha adalah usaha untuk menggabungkan satu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis (Hadori dan Hernanto, 1999:224). Penggabungan usaha pada umumnya dilakukan dengan merger, akuisisi, dan konsolidasi. Merger merupakan penggabungan usaha dua atau lebih perusahaan yang kemudian hanya ada satu perusahaan yang tetap hidup sebagai badan hukum, sementara yang lain menghentikan aktivitasnya atau bubar. Akuisisi merupakan investasi pada perusahaan anak yaitu satu penguasaan mayoritas saham perusahaan lain sehingga tercipta hubungan perusahaan induk dan anak. Konsolidasi merupakan bentuk khusus merger dimana dua atau lebih perusahaan bersama-sama meleburkan diri dan membentuk perusahaan yang baru (Moin, 2004:10). 2 Akuisisi merupakan salah satu keputusan strategis dalam upaya meningkatkan kinerja keuangan dan strategi penciptaan nilai bagi perusahaan. Kinerja keuangan yang semakin baik akan menjadikan perusahaan mempunyai daya saing yang tinggi. Laba merupakan indikator kinerja keuangan perusahaan untuk menciptakan nilai perusahaan. Kondisi finansial perusahaan setelah melakukan akuisisi menjadi lebih baik, maka keputusan akuisisi adalah tepat. Namun jika sebaliknya terjadi, maka keputusan melakukan akuisisi kurang tepat. Salah satu metode untuk mengetahui keberhasilan akuisisi yaitu dengan melakukan analisis terhadap laporan keuangan perusahaan pada saat sebelum dan setelah akuisisi. Sesuai dengan kondisi tersebut dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui nilai perusahaan dan kinerja keuangan dari kasus akuisisi PTjangan dipisah Semen Cibinong oleh Holcim Ltd karena akibat dari krisis moneter, nilai tukar rupiah melemah sehingga pada tahun 1997, 1998 dan 2000 PT. Semen Cibinong mengalami kerugian. Kerugian yang cukup besar tersebut dengan adanya akuisisi yang dilakukan Holcim Ltd pada tahun 2001, apakah akan memperbaiki kondisi keuangan perusahaan dan menguntungkan bagi Holcim Ltd. Kerugian disebabkan oleh tingginya biaya operasional dan non operasional serta meningkatnya kewajiban yang harus dibayar karena sebagian besar kewajiban PT. Semen Cibinong dalam mata uang dollar AS, sebaliknya sebagian besar pendapatan PT. SMCB dalam mata uang rupiah. Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Kinerja Keuangan PT. Semen Cibinong Sebelum dan Sesudah Akuisisi”tambahkan 3 gambaran singkat kalao perlu ditambah data yang up to date tentang perusahaan cibinong tersebut. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah ada perbedaan kinerja keuangan PT. Semen Cibinong sebelum dan setelah diakuisisi oleh Holcim Ltd ? C. Batasan Penelitian Masalah yang dibahas agar memberikan pemahaman yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan , maka perlu dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut : Penilaian nilai perusahaan PT. SMCB berdasarkan laporan keuangan yang dipublikasikan dari tahun 2005 sampai 2006 ini isinya tentang D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah : Untuk mengetahui janga pertanyaan ada perbedaan kinerja keuangan PT. Semen Cibinong sebelum dan sesudah diakuisisi oleh Holcim Ltd akan lebih baik atau sebaliknya. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi akademis sebagai media pemahaman lebih lanjut mengenai akuisisi serta metode analisis rasio sebagai pengukuran kinerja keuangan. b. Bagi investor dan calon investor 4 Memberikan tambahan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan sehingga dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dalam membeli saham perusahaan. E. TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan Sri Hartaningsih (2006) dengan judul “Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi (Studi pada Perusahaan Go public yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta)” hasil penelitian yang dilakukannya adalah: bahwa tidak ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan untuk periode sebelum dan sesudah akuisisi. Selain itu bahwa peristiwa akuisisi tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan karena tujuan ekonomis akuisisi seperti memperoleh keuntungan yang maksimal dari pemanfaatan sumber dayanya tidak tercapai. Kesimpulan ini didukung hasil analisis data sebagai berikut ini: Perbandingan rasio-rasio keuangan 2 tahun sebelum dengan 2 tahun sesudah akuisisi dari 4 rasio yang diuji menunjukkan tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan. Penelitian ini merupakan hasil replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Latifah (2002) meneliti bagaimana analisis keputusan akuisisi terhadap perubahan kinerja perusahaan (Studi Kasus Pada Perusahaan Manufaktur dan Perusahaan Keuangan dan Perbankan Yang terdaftar di BEJ). Penelitian ini dilakukan terhadap 22 perusahaan, diantaranya 20 perusahaan manufaktur (industri) dan 2 perusahaan perbankan. Selama periode 1990- 5 1995. Tujuan penelitian untuk memberikan bukti empiris apakah ada perbedaan kinerja keuangan sebelum dan sesudah akuisisi. Kinerja keuangan diukur dengan rasio-rasio keuangan, yang meliputi rasio aktivitas dan rasio profitabilitas untuk perusahaan industri dan rasio profitabilitas serta rasio efisiensi untuk perusahaan keuangan dan perbankan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan yang melakukan akuisisi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan, baik sebelum maupun setelah akuisisi. Artinya kinerja keuangan perusahaan sebelum dan setelah akuisisi tidak berbeda atau sama, baik sebelum maupun setelah akuisisi. Berarti tujuantujuan ekonomis dilakukannya merger atau akuisisi tidak tercapai. Barangkali praktek merger dan akuisisi di indonesia lebih banyak mempertimbangkan faktor non ekonomis, seperti menyelamatkan target company dari ancaman kebangkrutan. Ada sejumlah persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang. Adapun persamaannya adalah sama-sama menganalisis kinerja perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi, sedangkan perbedaannya adalah: Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang: 1. obyek yang diteliti sekarang merupakan perusahaan Semen Cibinong sedangkan pada penelitian terdahulu adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur. 2. periode penelitian saat ini mulai tahun 2005 sampai tahun 2006. 6 2. landasan Teori 1. Pengertian Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mengembangkan usaha. Definisi penggabungan usaha menurut PSAK No. 22 (2002) adalah Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu perusahaan menyatu dengan perusahaan lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain. Penggabungan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis (Hadori dan Harnanto, 1999:224). Penggabungan usaha dari pengertian diatas dapat disimpulkan sebagai salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan pengembangan perusahaan. Dengan bergabung, dua perusahaan atau lebih menjadi satu akan saling menunjang kegiatan usaha, sehingga diharapkan keuntungan yang didapat akan lebih besar dari pada melakukan usaha sendiri-sendiri. a. Penggolongan Penggabungan Badan Usaha Berdasarkan hubungan antara perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan usaha, penggabungan usaha dapat digolongkan menjadi tiga macam, yaitu : penggabungan usaha vertikal, horisontal, dan konglomerasi (Beams, 2004:2). 7 1. Penggabungan badan usaha horisontal Penggabungan badan usaha horisontal adalah penggabungan perusahaan-perusahaan dalam lini usaha atau pasar yang sama. 2. Penggabungan badan usaha vertikal Penggabungan badan usaha verlikal adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan yang beroperasi dalam tahap produksi yang berbeda, tetapi saling berhubungan, misalnya supplier dengan langganan. 3. Penggabungan badan usaha konglomerasi Penggabungan badan usaha konglomerasi adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dengan produk atau jasa yang tidak saling berhubungan dan bermacam-macam. Suatu perusahaan melakukan diversifikasi untuk mengurangi resiko yang ada pada lini usaha tertentu, atau untuk menstabilkan penghasilan yang berfluktuasi. b. Bentuk-Bentuk Penggabungan Usaha Menurut Beams (2004:2) penggabungan usaha umunya dilakukan dalam bentuk : 1. Merger Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana satu perusahaan tetap hidup sedangkan perusahaan yang lainnya dilikuidasi. Harta dan kewajiban perusahaan yang dilikuidasi 8 diambil alih oleh perusahaan yang masih berdiri dan meneruskan usahanya. 2. Akuisisi Akuisisi merupakan penguasan mayoritas saham perusahaan lain sehingga tercipta hubungan perusahaan induk dan anak. Akuisisi terjadi ketika salah satu perusahaan yang bergabung masih hidup dan perusahaan pengakuisisi memperoleh kendali atas aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. 3. Konsolidasi Konsolidasi merupakan penggabungan perusahaan yang bergabung menjadi satu dan membentuk perusahaan baru. 2. Pengertian Akuisisi Menurut PSAK No. 22 (2002), definisi akuisisi (acquisition) adalah suatu penggabungan usaha yang salah satu perusahaan, yaitu pengakuisisi (acquiror) memperoleh kendali atas aktiva netto dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree), dengan memberikan aktiva tertentu, mengakui suatu kewajiban atau mengeluarkan saham. Menurut Moin (2005:8) akuisisi adalah “Pengambil alihan kepemilikan atau pengendalian atas saham atau aset suatu perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan hukum yang terpisah. Akuisisi saham terjadi ketika sebuah perusahaan mengakuisisi saham berhak atas suara dari perusahaan-perusahaan yang diakuisisi dan kedua perusahaan 9 tersebut tetap beroperasi sebagai entitas hukum yang terpisah, tetapi timbul hubungan induk (pengakuisisi) dan anak (yang diakuisisi). Akuisisi dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa akuisisi merupakan penggabungan usaha yang tetap sebagai badan hukum yang terpisah, tetapi timbul suatu hubungan induk yaitu perusahaan yang mengakuisisi dan perusahaan anak yaitu perusahaan yang diakuisisi, Perusahaan induk memperoleh kendali dari aktiva dan segala operasi perusahaan. a. Jenis Akuisisi Menurut Junaedi (2004) dalam Rosana (2005), jenis akuisisi terbagi atas : 1. Akuisisi vertikal Akuisisi vertikal merupakan gabungan dua atau lebih perusahaan yang memiliki tahapan-tahapan produksi yang berbeda dengan keterkaitan input atau output dalam proses produksi suatu industri. 2. Akuisisi horisontal Akuisisi horisontal merupakan penggabungan dua perusahaan atau lebih yang memiliki kegiatan usaha yang sejenis untuk meningkatkan skala ekonomi. Menurut Suta (2000:300) akuisisi dibedakan menjadi dua, yaitu : 10 1. Akuisisi saham (stock acquisition) merupakan salah satu alternatif akuisisi yang tersedia dimana acquiring company akan mengakuisisi sebagian besar atau seluruh saham target company. 2. Akuisisi aset (asset acquisition), melibatkan aset dari target company dengan saham dari acquiring company atau perusahaan induk dari acquiring company b. Motivasi Akuisisi Suta (2000:304) mengemukakan alasan-alasan melakukan akuisisi sebagai berikut : 1. Keuntungan dari segi operasi. Tindakan untuk melakukan akuisisi karena alasan skala ekonomis yang kemungkinan dapat dicapai. Skala ekonomis adalah situasi dimana perusahaan dapat melakukan penurunan dalam beban ratarata untuk memproduksi dan menjual suatu jenis produk dengan semakin meningkatnya volume produksi. misalnya melalui penurunan biaya overhead. 2. Keuntungan dari segi finansial. Perusahaan yang baru setelah melakukan akuisisi dapat memperoleh manfaat di pasar modal karena meningkatkan ukuran (size) maupun efisiensi perusahaan. 11 3. Kemungkinan untuk meningkatkan pertumbuhan usaha. Melalui akuisisi perusahaan dapat mempercepat tingkat pertumbuhan dibandingkan dengan melalui ekspansi internal. 4. Diversifikasi usaha. Beberapa perusahaan yang melakukan akuisisi dalam rangka melakukan diversifikasi atas kegiatan usaha perusahaan, sehingga dapat menjaga agar perolehan tingkat keuntungan tidak mengalami fluktuasi. c. Proses dalam Praktik Akuisisi Dalam melakukan akuisisi Payamta (2001) mengemukakan tahap-tahap yang harus dilaksanakan, antara lain : 1. Menetapkan tujuan dari akuisisi. 2. Mengidentifikasi perusahaan target yang mempunyai potensi untuk diakuisisi. 3. Menyeleksi beberapa perusahaan target yang mungkin mengadakan kontak dengan manajemen dari perusahaan target dalam rangka mengumpulkan informasi. 4. d. Menetapkan harga penawaran dan cara pembiayaan termasuk pembiayaan dengan kas, saham, atau bentuk pembayaran lainnya dengan mencari alternative sumber pembiayaan. 5. Melaksanakan dan menandatangani kontrak akuisisi. 12 3. Metode Akuntansi untuk Akuisisi Dalam PSAK No. 22 penggabungan usaha dari sudut teknik akuntansi dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu : 1. Metode penyatuan kepemilikan (pooling of interest method) Metode ini memandang penggabungan usaha sebagai penyatuan kepemilikan antara dua atau lebih perusahaan. Dengan menggunakan metode ini pemilik perusahaan yang bergabung disatukan dengan cara menambahkan aktiva dan hutang serta laba yang diterima. Dasar penilaian yang digunakan dalam penggabungan usaha adalah nilai buku aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi dan tidak akan menimbulkan goodwill pada saat penggabungan karena transaksi yang terjadi bukan transaksi pembelian. 2. Metode pembelian (purchase method) Metode pembelian digunakan untuk penggabungan usaha jenis akuisisi. Dalam metode ini penggabungan usaha dipandang sebagai pembelian perusahaan yang sama dengan pembelian aktiva atas sekelompok aktiva. Dasar penilaian yang digunakan adalah pangsa pasar yang disepakati oleh kedua belah pihak sehingga aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi harus dinilai kembali pada tanggal terjadinya akuisisi. Penilaian kembali menimbulkan adanya goodwill. 13 Penggabungan usaha melalui akuisisi, pencatatannya adalah dengan metode pembelian. Perlakuan akuntansi terhadap akuisisi menurut PSAK No. 22 adalah sebagai berikut : 1. Transaksi dibukukan seperti halnya pembelian aktiva lainnya karena dalam akuisisi terjadi pengambilalihan aktiva, timbulnya kewajiban atau penerbitan saham dalam rangka memperoleh kendali atas aktiva neto dan operasi perusahaan lain. 2. Metode pembelian menggunakan harga perolehan sebagai dasar untuk mencatat akuisisi tersebut. 3. Sejak tanggal akuisisi hasil usaha perusahaan yang diakuisisi harus dilaporkan dalam laporan laba rugi perusahaan yang mengakuisisi. 4. Aktiva dan kewajiban perusahaan yang diakuisisi harus dilaporkan dalam neraca perusahaan yang mengakuisisi. 5. Goodwill yang timbul akibat akuisisi tersebut harus dilaporkan dalam neraca perusahaan yang mengakuisisi. 4. Permasalahan dalam Proses Akuisisi Suta (2000:305) mengungkapkan bahwa permasalahan yang ditimbulkan oleh akuisisi diantaranya bahwa proses akuisisi sangat mahal karena membentuk suatu perusahaan yang profitable di pasar yang sangat competitive adalah tidak mudah. Mahalnya biaya untuk pelaksanaan akuisisi juga disebabkan oleh banyaknya pihak yang terlibat seperti brokers investment bankers, law firms, dan accounting firms. Permasalahan yang timbul adalah kebutuhan untuk mempekerjakan 14 tenaga kerja baru, kemungkinan adanya budaya usaha (corporate culture) yang membedakan antar target company dengan acquiring company dan kemungkinan acquiring company tidak memiliki pengalaman di bidang usaha yang baru diakuisisi. Dengan menyadari beberapa permasalahan diatas, maka akuisisi dapat mengalami kegagalan yang diakibatkan oleh: 1. Akuisisi tidak direncanakan dengan baik. 2. Harga yang dibayar terlalu mahal. 3. Kurangnya pengalaman dalam melaksanakan akuisisi. 4. Kegagalan dalam mempertahankan dan meningkatkan motivasi pegawai dan target company. 5. Perusahaan yang diambil alih terlalu besar ditinjau dari ukuran acquiring company. 6. Corporate culture dari target company jauh berbeda dengan acquiring company. 5. Pengertian Penilaian Perusahaan Penilaian (valuation) atau penaksiran nilai perusahaan adalah penentu nilai atau harga perusahaan. Harga perusahaan adalah harga wajar sesuai dengan kondisi riil perusahaan dengan mempertimbangkan prospek perusahaan di masa yang akan datang (Moin, 2005:152). 15 Penilaian perusahaan terdapat dua dimensi : 1. Dimensi obyektif. Dimensi ini didasarkan pada analisis finansial dan model-model penilaian secara matematis. 2. Dimensi subyektif. Dimensi subyektif mencakup prakiraan potensi, seperti solidaritas manajemen, dan pengembangan perusahaan. Acuan dalam penilaian perusahaan tidak hanya berasal dari data historis perusahaan tetapi juga berdasarkan pada “prospek” perusahaan di masa yang akan datang. Prospek merupakan harapan atau prediksi keadaan perusahaan di masa yang akan datang yang terkait dengan data historis yang dimiliki perusahaan. 6. Teknik Penilaian Teknik penilaian adalah metode atau cara menentukan nilai perusahaan dengan menggunakan input data yang berasal dari perkiraan (Moin,2005:156). Menurut Moin (2005:157) ada beberapa teknik penilaian perusahaan, yaitu: 1. Model pertumbuhan deviden. Model ini menggunakan input data berupa jumlah deviden yang dibayarkan dan men-discounted-kan dengan cost of equity untuk menentukan nilai ekuitas. 16 2. Discounted Cash Flow Penentuan nilai perusahaan dengan pendekatan ini memerlukan input berupa perkiraan cash flow dimasa yang akan datang dan perkiraan cash flow tersebut di-discounted-kan dengan biaya modal. 3. Price Earning Ratio Penentuan nilai ekuitas berdasarkan pendekatan ini hanya memerlukan satu periode yaitu perkiraan harga saham dan perkiraan harga per lembar saham. 4. Return On Investment (ROI) Pendekatan ini memerlukan input data berupa perkiraan tingkat pengembalian investasi (ROI) dan perkiraan laba sebelum bunga dan pajak untuk menentukan nilai perusahaan. 7. Penilaian Berdasarkan Discounted Cash Flow Salah satu penilaian yang paling banyak digunakan dalam merger dan akuisisi adalah penilaian berdasarkan cash flow yang didiskontokan (Discounted cash flow/DCF). Teknik penilaian berdasarkan Discounted Cash Flow ini adalah mendiskontokan seluruh perkiraan cash flow dengan discounted tertentu. Discount rate yang digunakan adalah biaya modal. Kelebihan dari DCF adalah perkiraan arus kas dan laba dihitung secara lebih mendetail (Moin 2005:164). Langkah-langkah penilaian perusahaan menggunakan DCF model, sebagai berikut : 17 1. Menentukan tambahan laba bersih ditambah dengan depresiasi. 2. Menentukan biaya modal sebagai discount rate. Formula perhitungan biaya modal, sebagai berikut ; Biaya modal = Rf + (Rm-Rf) Dimana : Rf = tingkat pengembalian bebas resiko /SBI = faktor resiko (Beta) pada 13 Desember 2001 Rm = tingkat keuntungan yang diharapkan di pasar modal. Rm = IHSG t – IHSG t-1 IHSG t-1 3. Menghitung present value dari seluruh cash flow. 8. Kinerja Keuangan Perusahaan Kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Anthony dan Govindarajan (2000) dalam Deni (2003), membagi aspek kinerja perusahaan menjadi dua, yaitu aspek finansial dan non finansial. Aspek finansial dapat berupa rasio keuangan perusahaan, harga dan return saham. Aspek non finansial berupa penyebaran pasar, indeks kepuasan konsumen, perputaran pekerja, penghematan waktu dalam siklus produksi, inovasi dan sebagainya. Kinerja keuangan perusahaan merupakan kinerja perusahaan yang ditinjau dari kondisi keuangan perusahaan. Kondisi keuangan perusahaan tercermin dari laporan keuangan, sehingga untuk mengukur kinerja 18 finansial perusahaan diperlukan analisis terhadap laporan keuangan. Kinerja keuangan perusahaan dapat diartikan pula sebagai prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan yang dapat dibandingkan dengan horison waktu atau dengan perusahaan lain yang bergerak pada di bidang yang sama (Mulyadi, 2001:415) 9. Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah informasi yang memuat informasi tentang posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas perusahaan. Informasi ini diperlukan untuk melihat kinerja manajemen dalam melaksanakan kewenangan yang diberikan oleh pemilik. Laporan keuangan juga berfungsi untuk mengurangi kesenjangan informasi antara direksi atau manajemen perusahaan dengan pemilik atau kreditor yang berada di luar perusahaan (Darsono dan Ashari, 2005:13). Laporan keuangan melaporkan prestasi historis dari suatu perusahaan dan memberikan dasar, bersama dengan analisis bisnis dan ekonomi, untuk membuat proyeksi dan peramalan untuk masa depan (Weston dan Copeland, 1995:24). Ada dua macam bentuk-bentuk laporan keuangan utama yang digunakan untuk melihat kinerja dari suatu perusahaan, yaitu: 1. Neraca adalah laporan keuangan yang menggambarkan posisi keuangan suatu organisasi pada suatu periode tertentu. 2. Laporan laba-rugi adalah laporan keuangan yang menggambarkan hasil-hasil usaha yang dicapai selama periode tertentu. 19 Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu, maka manajer keuangan dapat digunakan untuk menyusun kebijakan perusahaan yang lebih baik di masa yang akan datang. 10. Metode Analisis Laporan Keuangan Metode yang digunakan untuk menganalisis laporan keuangan menurut Munawir (1999:36) yaitu: Analisis horisontal Analisis horisontal adalah analisis laporan keuangan dengan mengadakan perbandingan laporan keuangan untuk beberapa periode atau beberapa saat, sehingga akan diketahui perkembangannya. Metode horisontal ini disebut pula sebagai metode analisis dinamis. Analisis vertikal Analisis vertikal adalah apabila laporan keuangan yang dianalisis meliputi satu periode atau satu saat saja. Caranya dengan membandingkan antar pos yang satu dengan pos yang lain dalam laporan keuangan tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat itu saja. Analisis vertikal ini disebut juga dengan metode analisis statis karena kesimpulan yang diperoleh hanya perkembangannya. untuk periode itu saja tanpa mengetahui 20 11. Teknik Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan tidak bisa dilakukan tanpa teknik analisis yang benar. Menurut Munawir (1999:36), teknik analisis yang biasa digunakan dalam analisis laporan keuangan adalah sebagai berikut: a. Analisis perbandingan laporan keuangan, yaitu metode dan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan untuk dua atau lebih periode. b. Trend atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang dinyatakan dalam prosentase (trend procentage analysis), yaitu suatu teknik analisis untuk mengetahui tendensi dari keadaan keuangan perusahaan, apakah menunjukkan tendensi tetap, naik atau bahkan turun. c. Laporan dengan prosentase per komponen atau common size statement, yaitu suatu metode analisis untuk mengetahui prosentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap total aktivanya, juga untuk mengetahui struktur permodalannya dan komposisi kerusakan yang terjadi dihubungkan dengan jumlah penjualannya. d. Analisis sumber dan penggunaan modal kerja, yaitu suatu analisis untuk mengetahui sumber-sumber serta penggunaan modal kerja atau untuk mengetahui sebab-sebab berubahnya modal kerja dalam periode tertentu. 21 e. Analisis sumber dan penggunaan kas (cash flow statement analysis), yaitu suatu teknik analisis untuk mengetahui sebabsebab berubahnya jumlah uang kas atau untuk mengetahui sumber-sumber penggunaan uang kas selama periode tertentu. f. Analisis rasio, yaitu suatu teknik analisis laporan keuangan untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca dan laporan rugi laba secara individu atau kombinasi antara keduanya. g. Analisis perubahan laba kotor (gross profit analysis), yaitu suatu teknik analisis laporan keuangan yang digunakan untuk mengetahui sebab-sebab perubahan laba kotor suatu perusahaan dari suatu periode ke periode yang lain atau perusahaan laba kotor suatu periode dengan laba yang dianggarkan untuk periode tersebut. h. Analisis break even, yaitu suatu teknik analisis untuk menentukan tingkat penjualan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan agar perusahaan tersebut tidak menderita kerugian, tetapi juga belum memperoleh keuntungan. Dengan analisis break even ini akan diketahui tingkat keuntungan atau kerugian untuk berbagai tingkat penjualan. Penelitian ini menggunakan metode analisis laporan keuangan horisontal, karena dengan menggunakan metode ini dapat diketahui perkembangan kinerja keuangan perusahaan selama beberapa periode. 22 Teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis rasio keuangan, karena rasio keuangan merupakan alat utama dalam analisis keuangan karena dapat menjawab berbagai pertanyaan mengenai kesejahteraan keuangan perusahaan. Teknik analisis tersebut dianggap lebih baik dengan teknik-teknik analisis yang lain. Di antara alat-alat analisis keuangan yang selalu digunakan untuk mengukur kelemahan dan kekuatan yang dihadapi oleh perusahaan di bidang keuangan, adalah analisis rasio (Alwi, 1980:370). 12. Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (Harahap, 2001:297). Rasio merupakan alat analisis yang paling sering digunakan untuk mengetahui kinerja keuangan suatu perusahaan dan juga dapat menggambarkan tentang gejala-gejala yang tampak dari suatu keadaan. Dengan menggunakan rasio keuangan juga dapat diketahui area-area mana yang memerlukan penelitian dan penanganan yang lebih mendalam. Penggunaan teknik analisis rasio keuangan, data pokok yang digunakan dalam perhitungannya adalah neraca, dan juga laporan laba rugi perusahaan. Melalui data tersebut akan dapat dilakukan perhitungan terhadap sejumlah rasio keuangan yang selanjutnya akan digunakan menilai aspek-aspek tertentu dari operasi perusahaan pada periode 23 tertentu dari operasi perusahaan atau menilai kinerja perusahaan pada periode tertentu. a. Metode Perbandingan Rasio Keuangan Perusahaan Pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan di dalam membandingkan rasio keuangan perusahaan, yaitu “Cross-sectional approach” dan “Time series analysis” (Syamsuddin, 2001:39) - Cross-sectional approach Cross-sectional approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lain yang sejenis pada saat yang bersamaan. Melalui pendekatan ini, dimaksudkan untuk mengetahui seberapa baik atau buruk kondisi perusahaan dibandingkan perusahaan sejenis yang lain. Perbandingan dengan cross-sectional approach ini juga dapat dilakukan dengan jalan membandingkan rasio keuangan perusahaan dengan rasio rata-rata industri. - Time series analysis Time series analysis dilakukan dengan jalan membandingkan rasio-rasio keuangan perusahaan dari satu periode ke periode lain. Perbandingan antara rasio yang dicapai saat ini dengan rasio-rasio pada masa lalu akan memperlihatkan apakah perusahaan mengalami kemajuan ataukah sebaliknya. Perkembangan perusahaan dapat dilihat pada trend dari tahun ke 24 tahun, sehingga dengan melihat perkembangan ini perusahaan dapat membuat rencana-rencana untuk masa yang akan datang. b. Penggunaan Analisis Rasio Keuangan Pada umumnya analisis rasio dapat digunakan perusahaan dan pihak-pihak yang berkepentingan untuk menilai aspek-aspek sebagai berikut : profitabilitas, likuiditas, aktivitas, efektifitas dalam penggunaan dana, kemampuan perusahaan dalam mengembalikan pinjaman. Adapun pihak-pihak yang berkepentingan terhadap rasiorasio keuangan ini, menurut Syamsudin (2001:37}, terbagi menjadi tiga kelompok : 1. Para pemegang saham dan calon pemegang saham. Para pemegang saham dan calon pemegang saham menaruh perhatian utama pada tingkat keuntungan yang dihasilkan, baik yang sekarang maupun yang akan datang, karena dapat berpengaruh terhadap harga saham yang mereka miliki. 2. Kreditur dan calon kreditur. Para kreditur dan calon kreditur umumnya berkepentingan terhadap tingkat kemampuan perusahaan dalam melunasi hutanghutangnya, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. 3. Manajemen perusahaan. Manajemen perusahaan berkepentingan terhadap seluruh keadaan keuangan perusahaan, karena rasio-rasio keuangan akan dinilai olah para pemilik perusahaan dan juga para kreditur. Dengan 25 demikian manajemen perusahaan akan berusaha untuk dapat mempertahankan kondisi rasio keuangan yang sehat, sehingga dapat menarik lebih banyak investor untuk menanamkan modal melalui penjualan saham berharga. Rasio-rasio keuangan juga digunakan oleh manajemen untuk memonitor keadaan perusahaan dari satu periode ke periode lain. c. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Rasio keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan satu pos laporan keuangan dengan pos lainnya yang mempunyai hubungan relevan dan signifikan (Harahap, 2001:297}. Bringham dan Houston (2001:70-91) mengelompokkan rasio keuangan dalam lima macam, yaitu rasio likuiditas, rasio manajemen aktiva, rasio manajemen utang, rasio profitabilitas, dan rasio nilai pasar. Rasio keuangan didesain untuk memperlihatkan hubungan antar item-item pada laporan keuangan (neraca dan laba rugi), ada lima jenis rasio keuangan, yaitu: Liquidity ratios, Leverage ratios, Aseet management ratios, Profitability ratios, Market-value ratios (Admaja, 1999:415). 1) Rasio likuiditas Menurut Warsono (2002:32) rasio likuiditas adalah suatu rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka pendek. Semakin tinggi rasio likuiditas, semakin baik kemampuan perusahaan dalam 26 memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Dalam penganalisaan posisi likuiditas perusahaan dapat menggunakan dua macam rasio, yaitu rasio lancar (Current Ratio) dan rasio cepat (Quick Ratio). a. Rasio lancar (Current Ratio) Rasio lancar yaitu kemampuan aktiva lancar perusahaan untuk memenuhi kewajiban lancar dengan aktiva lancar yang dimiliki (Admaja, 2002:416). Rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : Current Ratio Aktiva Lancar Kewajiban Lancar b. Rasio Cepat (Quick Ratio) Rasio cepat (Quick Ratio) digunakan untuk mengetahui sejauh mana perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendak tanpa bergantung pada penjualan persediaan (Admaja, 2002:116). Rasio ini dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: Quick Ratio Aktiva Lancar Persediaan Kewajiban Lancar 2) Leverage Ratios atau Rasio Solvabilitas Rasio Leverage adalah kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Rasio ini digunakan untuk mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai oleh hutang, menurut Warsono (2003:34) leverage ratios terdiri atas: 27 a. Debt to Total Assets (DAR) Mengukur sejauh mana kewajiban perusahaan digunakan untuk mendanai pembelian atau investasi atas aktiva perusahaan (Warsono, 2003:34). DAR dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: DAR Total Hutang Total Aktiva b. Debt to Equity (DER) Digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan memenuhi total kewajibannya dengan menggunakan modal sendiri (Warsono, 2003:34). DER dapat dihitung dengan formula sebagai berikut: DER Total Hutang Total Ekuitas 3) Rasio Aktivitas Rasio aktivitas adalah rasio keuangan yang mengukur bagaimana perusahaan secara efektif mengelola aktiva perusahaan. Semakin tinggi rasio aktivitas, semakin efektif perusahaan dalam memanfaatkan sumber dayanya (Warsono,2003:33). c. Fixed Assets Turnover FATO mengindikasikan bagaimana keefektifan manajemen dalam menggunakan aktiva tetap tiap rupiah penjualan (Admaja, 2002:416). 28 Formula perhitungan FATO sebagai berikut: FATO Penjualan Aktiva Tetap d. Total Assets Turnover TATO memberikan indikasi bagaimana kemampuan perusahaan dalam menggunakan total aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan penjualan (Darsono dan Ashari, 2005:60). Formula perhitungan TATO sebagai berikut : TATO Penjualan Total Aktiva 4) Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas adalah rasio keuangan yang menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan memperoleh laba, baik hubungannya dengan assets maupun ekuistas (Warsono, 2003:35). Rasio ini digunakan untuk mengukur keefektifan manajemen dilihat dari laba yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi. Net Profit Margin (NPM) NPM menggambarkan besarnya laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan pada setiap penjualan yang dilakukan (Darsono dan Ashari, 2005:56). NPM dapat dihitung dengan formula sebagai berikut : 29 NPM Laba Bersih Penjualan Return on Asset (ROA) ROA menunjukkan seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham dengan seluruh aktiva yang dimiliki. Rasio ini menunjukkan efektivitas menejemen dalam menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.(Warsono, 2003:36). Formula perhitungan ROA sebagai berikut : ROA Laba Bersih Total Aktiva Return on Equity (ROE) ROE digunakan untuk mengukur seberapa besar kemampuan perusahaan menghasilkan laba yang tersedia bagi para pemegang saham biasa dengan modal ekuitas yang dimiliki (Warsono, 2003:36). Formula perhitungan ROE sebagai berikut : Re turn on Equity (ROE) Laba Bersih Total Ekuitas 5) Rasio Pasar atau Market-Value ratios Rasio nilai pasar menghubungkan harga saham perusahaan dengan laba dan nilai buku per saham. Rasio ini menunjukkan bagaimana perusahaan dinilai oleh investor di pasar modal (Warsono, 2003:36). 30 6) Earning Per Share EPS menggambarkan jumlah rupiah yang diperoleh untuk setiap lembar saham biasa yang dimiliki oleh para pemegang saham (Darsono dan Ashari, 2005). EPS dapat dihitung menggunakan formula sebagai berikut : EPS Laba Bersih Jumlah Saham yang Beredar F. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Perusahaan yang menjadi objek penelitian ini adalah PT. Semen Cibinong di Bursa Efek Jakarta. 2. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian studi kasus dan metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, jenis penelitian studi kasus menurut Indriantoro dan Supomo (2002:26) yaitu penelitian dengan karakteristik masalah yang berkaitan dengan latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta interaksi dengan lingkungan. Metode analisis deskriptif menurut Nasir (2003:54) adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran atau suatu peristiwa di masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran secara sistematis, fluktual, akurat, mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 31 3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan metode dokumentas yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, buku, surat kabar, majalah atau data-data yang berkaitan dengan obyek penelitian.Dengan penelitian ini data diperoleh dari pojok BEJ Universitas Muhammadiyah malang. 4. Sumber Data Penelitian menggunakan sumber data sekunder, yaitu data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain (Indriantoro dan Supomo, 2002:147). Data yang digunakan dalam penelitian terdiri atas: - Rasio keuangan dan ringkasan laporan keuangan PT. SMCB TAHUN 1999 sampai 2000 bersumber dari Indonesia Capital Market Directory yang diterbitkan oleh Bursa Efek Jakarta. - Laporan keuangan PT. SMCB tahun 2005 sampai 2006. - Data-data mengenai PT. Semen Cibinong yang diakses melalui internet. 5. Analisis Data definisi operasionala variabelnya mana 6. Analisis data merupakan bagian terpenting dalam penelitian dimana data yang telah diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan kemudahan dalam pemahaman dan interpretasi data. Analisis kualitatif digunakan dalam tahap penelitian analisis interpretasi atas rasio-rasio keuangan. Analisis kuantitatif yaitu serangkaian kegiatan analisis data yang 32 dinyatakan dalam bentuk angka-angka dengan cara mengklarifikasikan, melakukan perhitungan dan membandingkan data-data tersebut untuk kemudian disimpulkan. Dalam peneltian ini menggunakan untuk analisis laporan keungan menggunakan analisis horizontal dengan teknik analisis rasio time series dan menentukan nilai perusahaan dengan perhitungan present value cash flow . Adapun tahap-tahap analisis data pada penelitian ini adalah: 1. Melakukan perhitungan atas rasio-rasio keuangan perusahaan pada periode sebelum melakukan akuisisi dan sesudah melakukan akuisisi. Penghitungan dibatasi pada empat tahun sebelum akuisisi yaitu tahun 1999 sampai tahun 2000 dan empat tahun setelah akuisisi yaitu tahun 2005 sampai tahun 2006. Adapun rasio-rasio keuangan yang dilakukan perhitungan antara lain: a. Rasio Likuiditas, yang meliputi ; - Current Rasio - Quick Ratio b. Rasio Leverage atau Solvabilitas. - Debt to Assets Ratio - Debt to Equity Ratio c. Rasio Aktivitas - Fixed Assets Turnover - Total Assets Turnover d. Rasio Profitabilitas 33 - Net Profit Margin - Return on Investement - Return on Equity e. Market-Value Ratio - Earning Per Share 2. Menghitung tingkat pertumbuhan tiap-tiap rasio keuangan pada periode sebelum dan setelah akuisisi, dengan menggunakan rumus: Rn Ro (1 P) n atau P n Rn 1 Ro Dimana: Rn = rasio tahun terakhir Ro = rasio tahun pertama 1 = konstanta P = tingkat pertumbuhan rasio n 3. Melakukan = tahun ke n perbandingan Kinerja Keuangan Untuk mengetahui perbedaan. Pada penelitian ini Uji parametrik yang digunakan adalah uji t untuk berpasangan (Paired t-test). Adapun sebagai langkah-Langkah dalam pengujian hipotesis yaitu: 1. Menentukan formulasi hipotesis nol (Ho) dan hipotesis alternatif (Ha). Adapun formulasinya adalah sebagai berikut : Ho : Tidak ada perbedaan kinerja keungan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. 34 Ha : Ada perbedaan kinerja keuangan perusahaan sebelum dan sesudah akuisisi. 2. Karena data yang diuji berdistribusi normal maka uji statistik yang sesuai yaitu menggunakan paired sample t-test (uji t untuk data berpasangan). Menentukan nilai t dihitung dengan rumus : t d Sd / n Dimana: d = Mean dari harga-harga d ( perbedaan harga-harga yang berpasangan). Sd = Deviasi standar dari harga-harga d n Banyaknya pasangan = 3. Membandingkan angka t hitung dan t tabel Angka t hitung dibandingkan dengan angka t tabel adalah untuk mengambil keputusan berdasarkan pada uji paired samples t-test dengan ketentuan sebagai berikut : a. Jika t hitung < t tabel, maka Ho diterima b. Jika t hitung > t tabel, maka Ho ditolak sebagai kriteria penilaian adalah dengan menggunakan tingkat kepercayaan 95%, yaitu untuk menguji hipotesis yang digunakan dengan membandingkan nilai probabilitas dengan alphanya yaitu dengan ketentuan sebagai berikut: 35 a. Nilai probabilitas < α, maka Ho ditolak; Ha diterima b. Nilai probabilitas > DAFTAR PUSTAKA Andrianit, Sri, 2002, Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada PT. Madura Prima Interna Surabaya, Skripsi Pada Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak Dipublikasikan. Agus sartono, 1996, Manajemen Keuangan, BPFE, Yogyakarta. Hitt, Michael A., Harisson, Jeffrey S.,Ireland, R. Duane, 2002, Merger dan Akuisisi Panduan Meraih Laba Bagi Para Pemegang Saham, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Helfert, Erich A., 1996, Teknik Analisis Keuangan, edisi Kedelapan, erlangga, Jakarta. Kristianti, Narti, Kwik Kian Gie, Merger dan Akuisisi; Kemungkinan dan Penyalahgunaan dan Efek Sinerginya pada Unit-unit Group Bisnis, Manajemen dan Usahawan, Jakarta, Lembaga Manajemen FE UI, Maret 1992, hal. 11-15. Marcel Go, 1992, Akuisisi Bisnis Analisis dan Pengelolaannya, Rineke Cipta, Jakarta. Oktavia, Yani, 2001, Analisis Perbedaan Kinerja Keuangan Sebelum Dan Sesudah Akuisisi Pada Perusahaan Manufaktur yang Go Publik di Bursa Efek Surabaya, Skripsi pada Universitas Muhammadiyah Malang, Tidak Dipublikasikan. Payamta, 1997, Penilaian Kelayakan Investasi dalam Keputusan Merger dan Akuisisi, Kajian Bisnis, hal. 1-12. Syamsudin, Lukman,1995, Manajemen Keuangan Perusahaan, Edisi Baru, Penerbit atas Kerjasam dengan Pretice Hall Inc, Yogyakarta. Sudarsanam, 1999, The Essence of Merger dan akuisisi, Edisi Pertama, Penerbit ANDI, Yogyakarta. Suta, Ari, I.P.G., 1992, Akuisisi dan Implikasinya bagi Perusahaan Publik. Makalah disajikan dalam seminar “ Akuisisi dan Dampak Globalisasi Terhadap Pasar Modal Indonesia”, Jakarta, 25 Agustus, 1-20. 36 Sutrisno, 1998, Pengaruh Pemilihan Metode Akuntansi dalam Merger dan Akuisisi terhadap Harga Saham, Tesis S-2 UGM. Usulan Penelitian ANALISIS KINERJA KEUANGAN PT. SEMEN CIBINONG SEBELUM DAN SESUDAH AKUISISI Oleh Ika Henni Kusumawati 02610017 37 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2007