Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi pada Bayi usia 6-12 bulan Noer Saudah, Rike Anggun Purbasari The pattern of giving side food of mother’s milk that is not suitable could bring some effect against nutrient status of baby. This phenomena is happened in Polindes Tanjangrono village of Tanjangrono whereas still many mothers give side food of mother’s in wrong way and its could have effect to the nutrient status of baby 6 – 12 month old. The purpose of this research is to know correlation between pattern of giving side food of mother’s milk and nutrients status of baby 6 – 12 month old. This research use analytic correlation design with cross sectional. Independent variable in this research is pattern of giving side food of mother’s milk, dependent variable is nutrient status of baby 6-12 month old. Population of this research are all of mothers who have baby 6-12 month old in Polindes Tanjungrono Village of Tanjangrono District of Ngoro Regency of Mojokerto in July 2011. Sample is taken by consecutive sampling counted of 40 respondents. Data analyzed by Spearman rho tes with the result = 0.001 dan α = 0.05. so < α, its mean H0 rejected and H1 accepted, so there are correlation between pattern in giving side food of mother’s milk and nutrient status of baby 6-12 month old in Polindes Tanjungrono Village of Tanjangrono District of Ngoro Regency of Mojokerto in July 2011. The result of this research show that the more appropriate pattern of giving side food of mother’s milk better nutrient status of baby 6-12 month old. Its hoped that respondents more improve their knowledge about pattern of giving side food of mother’s milk in the right way so nutrient status of baby will be better. Keyword : The Pattern on Side Food of Mother’s milk, Nutrient Status PENDAHULUAN Anak balita adalah masa anak di bawah lima tahun atau berumur 12-60 bulan (Dep.Kes,2005). Pada saat memasuki usia balita terjadi pertumbuhan cepat terutama pertumbuhan otak yang dapat mencapai 80% dari total pertumbuhan. Status gizi yang buruk pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang sangat menghambat pertumbuhan fisik, mental, maupun kemampuan berfikir yang pada akhirnya akan menurunkan produktivitas kerja. Keadaan ini memberikan petunjuk bahwa pada hakikatnya gizi yang buruk atau kurang akan berdampak pada menurunya kualitas sumber daya manusia. Gizi yang buruk membuat daya tahan tubuh yang lemah sehingga bayi mudah terkena infeksi, oleh karena itu pola pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan sangat erat hubunganya dengan status gizi pada bayi. Makanan pendamping ASI yang diberikan mulai usia 6-24 bulan merupakan makanan peralihan dari ASI ke makanan keluarga. Pemberian makanan pendamping ASI yang cukup dalam kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan otak dan perkembangan kecerdasan bayi. Namun, pada kenyataanya sering terjadi permasalahan yang sering terjadi diantaranya adalah pemberian makanan pendamping ASI dini atau terlambat. Bayi yang tidak mendapatkan ASI kemungkinan akan mengalami kekurangan gizi yang dimulai ketika bayi berusia 2-3 bulan, yang merupakan manifestasi status gizi bayi. Dari hasil beberapa penelitian menyatakan bahwa keadaan kurang gizi pada bayi dan anak disebabkan karena kebiasaan pemberian makanan pendamping ASI yang tidak tepat. Ketidaktahuan tentang cara pemberian makanan bayi dan anak serta adanya kebiasaan yang merugikan kesehatan, secara langsung dan tidak langsung menjadi penyebab utama terjadinya masalah kurang gizi pada anak, khususnya pada anak usia dibawah 2 tahun (Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan RI, 2000). Dalam periode pemberian Makanan Pendamping ASI, bayi tergantung sepenuhnya pada perawatan dan pemberian makanan oleh ibunya. Oleh karena itu pengetahuan dan sikap ibu sangat berperan, sebab pengetahuan tentang Makanan Pendamping ASI dan sikap yang baik terhadap pemberian Makanan Pendamping ASI akan menyebabkan seseorang mampu menyusun menu yang baik untuk dikonsumsi oleh bayinya. Semakin baik pengetahuan gizi seseorang maka ia akan semakin memperhitungkan jenis dan jumlah makanan yang diperolehnya untuk dikonsumsi (Ahmad Djaeni, 2000). Menurut data Biro Pusat Statistik (BPS) 2003, dari sekitar 5 juta anak balita (27,5%) yang kekurangan gizi, lebih kurang 3,6 juta anak (19,2%) dalam tingkat gizi kurang, 1,5 juta anak (8,3%) gizi buruk (Almatsier, 2009). Menurut Almatsier (2001) status gizi bayi merupakan hasil dari keseimbangan antara asupan gizi dengan kebutuhan gizi. Dilihat dari kebutuhan gizi, kematangan fisiologis, dan keamanan imunologis, pemberian makanan selain ASI sebelum bayi berusia 6 bulan adalah tidak perlu dan juga dapat membahayakan. Kerugian dan resiko apabila makanan pelengkap diberikan secara tidak tepat dapat mengganggu perilaku dalam pemberian makanan bayi, pengurangan produksi ASI, penurunan absorbsi besi dari ASI, meningkatnya resiko infeksi dan alergi pada bayi, dan meningkat pula resiko terjadinya kehamilan baru. Di samping itu juga dapat terjadi pula resiko terhadap defisit air yang akan menyebabkan hiperosmolaritas dan hipernatremia, yang pada kasus-kasus ekstrim dapat menyebabkan terjadinya letargi, kejang-kejang, dan bahkan kerusakan yang menetap pada otak. Berdasarkan hasil studi pendahuluan tanggal 26 Oktober 2010 di Polindes Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto pada 10 ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan terdapat 4 (40%) bayi dengan status gizi buruk, 3 (30%) bayi dengan status gizi kurang, 3 (30%) bayi dengan status gizi baik, dan 3 (30%) ibu sudah memperhatikan pemberian makanan pendamping ASI, 7 (70%) ibu tidak memperhatikan pemberian makanan pendamping ASI pada bayi usia 6-12 bulan. Berorientasi dari hal tersebut, pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan merupakan masalah yang penting untuk dikaji lebih dalam, untuk itu perlu diadakan suatu penelitian yang mengkaji masalah tersebut dengan judul “Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi Pada Bayi Usia 6-12 Bulan di Polindes Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011”. Makanan tambahan harus mulai diberikan ketika bayi tidak lagi mendapat cukup energi dan nutrien dari ASI saja. Pada usia 6 bulan otot dan saraf di dalam mulut bayi cukup berkembang untuk mengunyah, menggigit dan memamah. Sebelum usia 6 bulan, bayi akan mendorong makanan keluar dari mulutnya karena mereka tidak dapat mengendalikan gerakan lidahnya secara penuh. Pada usia 6 bulan sistem pencernaan sudah cukup matang untuk mencerna makanan. Memulai pemberian makanan dini atau terlambat, keduanya tidak di inginkan. Tanda bahwa seorang anak sudah siap untuk menerima makanan tambahan adalah bahwa anak tersebut sekurangnya berusia 4 bulan dan sering mendapat ASI tetapi tampak lapar segera sesudahnya atau tidak mengalami penambahan berat badan yang adekuat. Memberikan makanan tambahan terlalu cepat berbahaya karena seorang anak belum memerlukaan makanan tambahan saat ini, dan makanan tersebut dapat menggantikan ASI. Jika makanan diberikan, anak akan minum ASI lebih sedikit dan ibu memproduksinya lebih sedikit, sehingga akan lebih sulit untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak, anak mendapat faktor pelindung dari ASI lebih sedikit sehingga resiko infeksi meningkat, resiko diare juga meningkat karena tambahan tidak sebersih ASI, makanan yang diberikan sebagai pengganti ASI sering encer, buburnya berkuah atau berupa sup karena mudah dimakan oleh bayi. Makanan ini memang membuat lambung penuh, tetapi memberi nutrien lebih sedikit daripada ASI, sehingga kebutuhan anak tidak terpenuhi, ibu mempunyai resiko lebih tinggi untuk hamil kembali jika jarang menyusui. Memulai pemberian makanan tambahan terlalu lambat juga berbahaya, karena anak tidak mendapat makanan extra yang dibutuhkan untuk mengisi kesenjangan energi dan nutrien, anak berhenti pertumbuhanya, atau tumbuh lambat, pada anak resiko malnutrisi dan defisiensi mikronutrien meningkat. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan di polindes Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011. METODE PENELITIAN Pada penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasinya adalah Semua ibu yang mempunyai bayi usia 6-12 bulan dan bayi usia 6-12 bulan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 sebanyak 50 responden.Pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan nonprobability sampling tipe consecutive sampling. Sampel sebanyak 40 responden. Variabel dalam penelitian ini adalah pola pemberian MP-ASI dan status gizi bayi usia 6 – 12 bulan. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kuesioner berisi tentang pola pemberian makanan pendamping ASI dan Lembar observasi berat badan bayi dan timbangan bayi. Penelitian ini dilakukan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto pada bulan Juli 2011. Analisa data pada Pola Makanan Pendamping ASI diberikan skor sebagai berikut : a. Tepat jika skor 7 – 10 b. Kurang Tepat jika skor 4 – 6 c. Tidak Tepat jika skor ˂ 4 Sedangkan status gizi diberikan penilaian dengan rumus perhitungan : Rumus perhitungan status gizi : = ...% 0 – 60% 61 – 81 % 82 – 100% 110 – 120% > 120% = Buruk = Kurang = Baik = Over Weight = Obesitas Uji Statistika dengan menggunakan uji statistik spearman rho dengan tingkat keyakinan 95 % (α : 0,05) HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dilakukan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto. Hasil Penelitian Data Umum 1. Karakteristik Pendidikan Ibu Tabel 4.1 Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan ibu di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Pendidikan Jumlah % Terakhir Ibu SD 20 50 SMP 7 17,5 SMA 9 22,5 Akademi/perguruan 4 10 tinggi 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Tabel 4.2 Karakteristik responden berdasarkan Umur ibu di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Umur Jumlah % 20–35 tahun 29 72,5 >35 tahun 11 27,5 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Tabel 4.3 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan ibu di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Pekerjaan Jumlah % PNS 4 10 wiraswasta 9 22,5 Buruh 27 67,5 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Tabel 4.4 Karakteristik responden berdasarkan Jumlah anak di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Jumlah Anak Jumlah % 1 18 45 2-4 22 55 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Tabel 4.5 Karakteristik responden berdasarkan Penghasilan perbulan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Penghasilan (Rp) Jumlah % <Rp. 450.000 36 90 ≥Rp. 450.000 4 10 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Data Khusus Tabel 4.6 Karakteristik responden berdasarkan Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Pola Pemberian Jumlah % MP-ASI Tepat 6 15 Kurang tepat 25 62,5 Tidak tepat 9 22,5 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 Tabel 4.7 Karakteristik responden berdasarkan Status Gizi bayi usia 6-12 bulan di Polindes Tanjangrono Desa Ngoro Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Status Gizi Jumlah % Buruk 8 20 Kurang 22 55 Baik 10 25 40 100 TOTAL Sumber : Data Primer 2011 3. Tabulasi silang hubungan antara pola pemberian MP-ASI dengan status gizi Tabel 4.8 Tabulasi silang antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi pada bayi usia 612 bulan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Jumlah Statu s Gizi Tepa Kurang Tidak t tepat tepat f % f % f % f % Buru - - - 8 10 8 100 k 0 Kura - - 2 95, 1 4,6 2 100 ng 1 4 2 Baik 6 6 4 40 - - 1 100 0 0 Jumla 6 1 2 62, 9 22, 4 100 h 5 5 5 5 0 Tabel diatas menunjukan bahwa sebagian besar status gizi bayi usia 6-12 bulan kurang dan pola pemberian makanan pendamping ASI-nya kurang tepat sebanyak 21 responden (95,4 %). Berdasarkan hasil uji spearman rho diperoleh data ρ = 0,001 dan α = 0,05. Maka ρ < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima jadi terdapat hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011. Pembahasan 1. Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI Berdasarkan tabel 4.6 menunjukan bahwa sebagian besar responden memberikan makanan pendamping ASI dengan kurang tepat sebanyak 25 responden (62,5 %). Berdasarkan tabulasi silang responden dengan latar belakang pendidikan SD sebanyak 12 responden (60%), responden yang berusia 20-35 th sebanyak 16 responden (55 %), responden yang bekerja sebagai buruh sebanyak 20 responden (74 %), responden yang mempunyai jumlah anak 2-4 sebanyak 15 responden (68 %) dan responden yang berpenghasilan < Rp.450.000 sebanyak 25 responden (69 %). Menurut Paath (2005) banyak faktor yang mempengaruhi antara lain kemampuan keluarga untuk membeli makanan atau pengetahuan tentang zat gizi. Kurangnya pengetahuan dan salah persepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia. Bila ibu mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang baik di bidang kesehatan, maka bayi yang di asuhnya bisa lebih terjamin pertumbuhan dan perkembanganya sebaliknya jika ibu kurang mempunyai pengetahuan dan keterampilan di bidang kesehatan maka perlakuan mereka pada bayinya akan jauh dari perilaku sehat, akibatnya bayi akan mengalami gangguan kesehatan. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar dari mereka mempunyai latar belakang SD, dimana SD merupakan pendidikan paling dasar atau rendah. Karena itulah masih banyak responden yang belum dapat memberikan makanan pendamping ASI dengan tepat akan tetapi responden yang memberikan makanan pendamping ASI dengan tepat pada bayinya kemungkinan mereka memperoleh informasi dari lingkungan ataupun dari teman-temanya. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar berumur 20-35 Th. Responden pada penelitian ini tergolong umur yang dewasa sehingga responden dapat mempergunakan wawasan ataupun pengalamanya yang didapat untuk memberikan makanan pada bayinya khusunya pada pola pemberian makanan pendamping ASI. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar bekerja sebagai buruh. Status pekerjaan dipengaruhi oleh sebagian besar pendidikan. Semakin rendah pendidikan responden menyebabkan responden sulit untuk mencari lapangan pekerjaan yang layak. Sehingga mereka harus bekerja banting tulang dan mengelurkan banyak keringat dan akhirnya akan berpengaruh terhadap pola pemberian makanan pada bayinya yang berusia 6-12 bulan. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar mempunyai anak 24. Hal ini dapat berpengaruh terhadap pola pemberian makanan pada bayinya sebab bukan hanya 1 anak yang diperhatikan melainkan 2-4 anak yang harus diperhatikan. Sehingga responden belum bisa fokus untuk memeperhatikan asupan gizi pada bayinya. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa sebagian besar berpenghasilan < Rp. 450.000 sehingga masih kurang dari batas normal untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Hal ini akan dapat mempengaruhi responden untuk memberikan makanan pada bayinya. 2. Status Gizi bayi usia 6-12 bulan Berdasarkan tabel 4.7 sebagian besar bayi usia 6-12 bulan di Polindes Tanjangrono berstatus gizi kurang sebanyak 22 responden (55 %). Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu, contohnya gondok endemik merupakan keadaan tidak seimbangnya asupan dan pengeluaran yodium dalam tubuh (Supariasa, 2001). Responden dalam penelitian ini menunjukan bahwa mereka kurang memperhatikan status gizi bayinya. Hal ini dibuktikan dengan sebagian besar bayi usia 6-12 bulan yang berstatus gizi kurang. Adapun faktor yang mempengaruhi antara lain program pemberian makanan tambahan, tingkat pendapatan keluarga, pemeliharaan kesehatan dan pola asuh keluarga. 3. Hubungan antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI dengan Status Gizi pada bayi usia 6-12 bulan Tabel 4.8 diatas menunjukan bahwa sebagian besar status gizi bayi usia 6-12 bulan kurang dan pola pemberian makanan pendamping ASI-nya kurang tepat sebanyak 21 responden (95,4 %). Berdasarkan hasil uji spearman rho diperoleh data ρ = 0,001 dan α = 0,05. Maka ρ < α berarti H0 ditolak dan H1 diterima jadi terdapat hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011. Menurut Waryono (2010) pola makan bayi sebenarnya tidak ada acuan pastinya, karena waktu makan bayi dan istirahat bayi belum teratur seperti orang dewasa, karenanya gunakan pola makan sehari sebagai berikut : 1. 2. Berikan ASI sekehendak atau semaunya bayi Jika menggunakan susu formula pengganti ASI, berikan 5 kali sehari dengan takaran 180-210 ml untuk bayi usia 4-5 bulan. Untuk bayi usia 5-6 bulan, berikan 5 kali sehari dengan takaran susu 210-240 ml setiap kali minum. Tambahkan satu kali bubur susu dan satu kali bubur buah atau pure sayuran. Responden pada penelitian ini menunjukan bahwa mereka melakukan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan kurang tepat. Status Gizi kurang dikarenakan pengetahuan responden kurang tentang pola pemberian makanan pendamping ASI secara tepat. Walaupun demikian mereka tetap berusaha untuk memenuhi asupan gizi pada bayinya. Oleh karena itu responden berusaha untuk meningkatkan pengetahuan mereka baik melalui media massa, ataupun mengikuti penyuluhan dari tenaga kesehatan sehingga akan menambah wawasan mereka tentang pola pemberian makanan pendamping ASI secara tepat. Hal ini menunjukan bahwa semakin tepat pola pemberian makanan pendamping ASI maka status gizi bayi usia 6-12 bulan akan semakin baik. Penutup Simpulan 1. Pemberian makanan pendamping ASI di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 sebagian besar melaksanakan dengan kurang tepat sebanyak 25 responden (62,5 %). 2. Status gizi pada bayi usia 6-12 bulan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011 sebagian besar dengan status gizi kurang sebanyak 22 responden (55 %). 3. Hasil H0 ditolak dan H1 diterima jadi terdapat hubungan antara pola pemberian makanan pendamping ASI dengan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan di Polindes Tanjangrono Desa Tanjangrono Kecamatan Ngoro Kabupaten Mojokerto Tahun 2011. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin tepat pola pemberian makanan pendamping ASI maka akan semakin baik status gizi bayi usia 6-12 bulan. Saran 1. Bagi Responden Diharapkan responden lebih meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan tepat sehingga untuk anak selanjutnya dapat diupayakan pemberian makanan pendamping ASI dengan tepat. Serta dapat menjaga status gizi bayinya agar tetap baik dengan cara melaksanakan pola pemberian makanan pendamping ASI dengan tepat. Untuk mendapatkan informasi tentang pola pemberian MPASI secara tepat responden dapat bertanya pada bidan, petugas kesehatan maupun kader. 2. Bagi Calon Ibu Diharapkan meningkatkan pengetahuan tentang pola pemberian makanan pendamping ASI dengan tepat maka jika sudah mempunyai anak dapat memberikan makanan pendamping ASI dengan tepat sehingga status gizi bayinya menjadi baik. 3. Bagi Institusi Kesehatan Diharapkan tenaga kesehatan lebih aplikatif lagi dalam memberikan pendidikan kesehatan pada ibu bayi usia 6-12 bulan sehingga mereka lebih mengerti tentang pola pemberian makanan pendamping ASI yang baik dan tepat bagi bayi usia 6-12 bulan seperti demo membuat makanan pendamping ASI. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat mengkaji lebih dalam lagi tentang faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pola pemberian makanan pendamping ASI bagi bayi usia 6-12 bulan dan status gizi pada bayi usia 6-12 bulan sehingga hasil penelitian dapat baik lagi. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Behrman. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : EGC Department Of Nutrition For Health and Development. 2004. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. 2007. Gizi dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada Waryono. 2010. Gizi Reproduksi. Yogyakarta : Pustaka Rihama Hidayat, Alimul A. 2007. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta : Salemba Medika Wasis. 2008. Pedoman Riset Praktis Untuk Profesi Perawat. Jakarta : Hidayat, Alimul A. 2010. Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analis Data. Jakarta : Salemba Medika Notoatmodjo, Soekidjo. 2005. Metode penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta Nursalam. 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika Prabantini Dwi. 2010. Makanan Pendamping ASI. Yogyakarta : Andi Purwitasari Desi, dkk. 2009. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika Proverawati Atikah,dkk. Gizi Untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika Paath Erna Francin, dkk. 2005. Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC Setiadi. 2007. Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Setiawan Ari, dkk. 2010. Metode Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1 dan S2. Yogyakarta : Nuha Medika Supariasa I Dewa Nyoman, dkk. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC Utami. 2007. Mengenal ASI Ekslusif. Jakarta : Trubus Agriwidya