PENGARUH THERMOREGULASI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL ARTIKEL Oleh : APRILLIA WIDYASTUTI NIM: 010214B027 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO 2016 LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL Artikel dengan judul “Pengaruh Thermoregulasi Terhadap Perubahan Berat Badan pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal” yang disusun oleh : Nama : Aprillia Widyastuti NIM : 010214B027 Program Studi : Keperawatan Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo. Ungaran, … Agustus 2016 Pembimbing Utama Priyanto, S.Kp. Ns. M.Kep., Sp.KMB NIDN : 0625047601 PENGARUH THERMOREGULASI TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL Aprillia Widyastuti*) Priyanto, S.Kp. Ns. M.Kep., Sp.KMB *), Umi Aniroh, S.Kep., Ns. M.Kes *) *) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran *) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRAK Latar Belakang: Kemampuan tubuh bayi dalam menjaga keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (thermoregulasi). Proses thermoregulasi yang kurang baik dapat menyebabkan hipotermia dimana hal tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan, gangguan pertumbuhan serta IQ (Intelligence Quotient) hingga kematian pada bayi. Tujuan: untuk mengetahui pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Metode: Studi dilakukan adalah rancangan kohort retrospektif. Populasi sumber yaitu semua bayi yang lahir BBLR yang masuk ke Ruang Perinatologi dan dirawat dalam inkubator di RSUD Soewondo Kendal pada bulan Januari-Juni 2016 dengan data sekunder sebanyak 31 BBLR. Analisa data yang digunakan adalah uji Mann Whitney. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal (P value = 0,039) Simpulan: Ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) Saran: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran kepada rumah sakit agar bayi yang lahir dengan prematur dan BBLR setelah melalui proses pemeriksaan, segera dilakukan perawatan dalam inkubator untuk menjaga stabilitas suhu sehingga proses tubuh bayi untuk menjaga kehangatan dapat dibantu dari inkubator yang pada akhirnya diharapkan energi bayi dapat tersimpan untuk meningkatkan berat badannnya. Kata Kunci : Thermoregulasi, Perubahan Berat Badan Pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah PENDAHULUAN Penatalaksanaan neonatus dengan risiko tinggi merupakan tantangan bagi pelayanan kesehatan neonatus, selain angka kematian yang tinggi disebabkan pula adanya penyakit yang diderita beragam dan dampak pada tumbuh kembangnya. Di Asia Tenggara prematuritas penyebab kematian ketiga setelah infeksi dan asfiksia, di Indonesia setiap lima menit satu bayi di masa neonatal meninggal karena berbagai sebab. Hampir sepertiganya 29% disebabkan BBLR karena prematuritas, makin rendahnya masa gestasi dan berat lahir bayi makin tinggi angka kematian bayi (Sudarti dan Fauziah, 2013). Perhatian terhadap upaya penurunan angka kematian neonatal (0-28 hari) menjadi penting karena kematian neonatal memberi kontribusi terhadap 59% kematian bayi. Berdasarkan hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka Kematian Neonatus (AKN) pada tahun 2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini sama dengan AKN berdasarkan SDKI tahun Kesehatan Keluarga 2007 dan hanya menurun 1 point dibanding SDKI tahun 2002-2003 yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Pada bayi BBLR banyak sekali risiko terjadi permasalahan pada sistem tubuh, oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Kematian perinatal pada bayi BBLR adalah 8 kali lebih besar dari bayi normal. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah, kematian sering disebabkan karena komplikasi neonatal seperti asfiksia, aspirasi, pneumonia, pendarahan intra kranial, hipoglikemia. Bayi BBLR harus dilakukan tindakan penanganan di rumah sakit, bergantung pada kondisi bayi masing-masing. Sebelum mencapai berat badan yang cukup, bayi biasanya memerlukan perawatan intensif dalam inkubator, karena bayi BBLR sangat sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh sebab itu, bayi perlu dimasukkan ke kotak kaca yang bisa diatur kestabilan suhunya (Proverawati dan Ismawati, 2010). Penanganan pada bayi BBLR yaitu dengan mempertahankan suhu dengan ketat, mencegah infeksi dengan ketat, pengawasan nutrisi/ASI, penimbangan ketat (Prawiroharjo, 2008). Mempertahankan suhu tubuh normal bayi yang kecil dengan berat lahir < 2500 gram perlu penambahan kehangatan tubuh, bayi dapat cepat terjadi hipotermi dan untuk menghangatkan kembali membutuhkan waktu yang lama. Risiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal. Cara menghangatkan dan mempertahankan suhu tubuh bayi ada 5 cara yaitu kontak kulit dengan kulit, KMC (Kangaroo Mother Care), pemancar panas, incubator, dan ruangan yang hangat (Sudarti dan Khoirunisa, 2010). Perubahan berat badan pada bayi BBLR mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi bayi dan erat kaitanya dengan daya tahan tubuh, oleh sebab itu penimbangan berat badan harus dilakukan dengan ketat. Bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 gram) (Proverawati dan Ismawati, 2010). Di ruang Prenatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal kenaikan berat badan BBLR merupakan salah satu sarat untuk BBLR bisa dinyatakan boleh pulang yaitu jika berat badan BBLR naik 3 hari berturut- turut. Hal ini selaras dengan teori yang disampaikan oleh Sudarti dan Khoirunisa (2010), yaitu bayi dapat dipulangkan apabila tidak ada masalah lain yang memerlukan perawatan di rumah sakit dan berat badan naik >20 gr/hari selama 3 hari berturut-turut. Hasil survey pendahuluan yang dilakuakan pada bulan Maret 2016 di ruang Perinatal RSUD Soewondo Kendal, didapatkan data bahwa BBLR merupakan kasus terbanyak di ruang Perinatal RSUD Soewondo Kendal dalam tiga bulan terakhir yaitu 93 bayi dengan BBLR dari total bayi yang baru lahir yang masuk di ruang perinatal 186 yaitu 50% dari bayi yang dirawat di ruang perinatal adalah BBLR. Berdasarkan studi pendahuluan pada bulan Juni 2016, Di ruang perinatal RSUD Soewondo Kendal mengenai berat badan dan perubahan suhu diperoleh data dari 10 bayi dengan Diagnosa BBLR (berat lahir antara 1460-2400 gram) yang dirawat di inkubator terdapat 6 BBLR dengan penurunan berat badan 40-50 gram selama 3-5 hari perawatan terdapat 2 BBLR dengan penurunan berat badan 20-30 gram dan 2 BBLR dengan peningkatan berat badan 50-60 gram selama 3-5 hari perawatan Dari hasil studi pendahuluan di atas, didapatkan kesimpulan bahwa perubahan berat badan BBLR di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal mengalami variasi perubahan berat badan yaitu peningkatan dan penurunan antara 20-60 gram. Berdasarkan data tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan rancangan kohort retrospektif. Dalam studi kohort ini mempelajari hubungan faktor risiko dengan efek atau penyakit yang pendekatan waktunya secara longitudinal (time-period approach), dimana faktor risiko diidentifikasi terlebih dahulu kemudian diikuti periode tertentu untuk melihat efek atau penyakit yang yang diteliti pada kelompok dengan faktor risiko dan pada kelompok tanpa faktor risiko. Populasi dalam penelitian ini adalah semua bayi yang lahir BBLR yang masuk ke Ruang Perinatologi dan dirawat dalam inkubator di RSUD Soewondo Kendal pada bulan JanuariJuni 2016 dengan data sekunder sebanyak 31 BBLR dengan teknik sampling jenuh. HASIL PENELITIAN A. Perubahan Berat Badan Bayi BBLR dengan Thermoregulasi Efektif di Ruang Perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Gambar 1 Perubahan Berat Badan Bayi pada BBLR dengan Thermoregulasi Efektif Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1790 gram menurun menjadi 1740 gram pada hari ke 1, 1715 gram pada hari ke 2 dan 1710 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1725 gram dan hari kelima menjadi 1740 gram menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z score -2,628 dan p value 0,009 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal. B. Perubahan Berat Badan Bayi BBLR dengan Thermoregulasi Tidak Efektif di Ruang Perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal D. Perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Gambar 2 Perubahan Berat Badan Bayi pada BBLR dengan Thermoregulasi Tidak Efektif Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat bahwa perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1700 gram menurun menjadi 1670 gram pada hari ke 1, 1640 gram pada hari ke 2 dan 1600 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1650 gram dan hari kelima menurun kembali menjadi 1520 gram. Tabel 2 Distribusi frekuensi perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Kategori BB Lahir BB Hari Ke 5 C. Perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Tabel 1 Distribusi frekuensi perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Kategori BB Lahir BB Hari Ke 5 Mean SD 1790,91 1717,73 112,9 160,6 Z Zcore P Value -2,628 0,009 Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil hitung Mean SD 1682,22 1561,11 140,5 146,7 Z Zcore 2,375 P Value 0,018 Berdasarkan hasil perhitungan tabel diatas menunjukkan bahwa hasil hitung menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z score -2,375 dan p value 0,018 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal. E. Pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal Tabel 3 Distribusi frekuensi pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal Kategori BB Lahir BB Hari Ke 5 Mean SD 1682,22 1561,11 140,5 146,7 B. Perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Z Zcore P Value -2,066 0,039 Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai Z score -2,066 dan p value 0,039 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal. PEMBAHASAN A. Perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1790 gram menurun menjadi 1740 gram pada hari ke 1, 1715 gram pada hari ke 2 dan 1710 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1725 gram dan hari kelima menjadi 1740 gram. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada hari pertama lahir sampai dengan hari ke tiga dan kembali terjadi peningkatan pada hari ke empat dan kelima secara bertahap karena pada bayi BBLR dengan thermoregulasi yang efektif penggunaan lemak coklat untuk meningkatkan suhu tubuh akan lebih sedikit dan energinya akan lebih banyak digunakan untuk proses pertumbuhan (Sarwono, 2009). Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1700 gram menurun menjadi 1670 gram pada hari ke 1, 1640 gram pada hari ke 2 dan 1600 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1650 gram dan hari kelima menurun kembali menjadi 1520 gram. Hal ini menunjukkan bahwa terjadi penurunan berat badan pada hari pertama lahir sampai pada hari ke 5, sehingga bayi mengalami kehilangan berat badan, sesuai dengan teori dari Proverawati dan Ismawati (2010) bahwa bayi akan kehilangan berat badan selama 7-10 hari pertama (sampai 10% untuk bayi dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15% untuk bayi dengan berat lahir <1500 gram). C. Perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil hitung menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z score -2,628 dan p value 0,009 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Raulina Suradi, Piprim B Yanuarso (2000) dengan judul “Metode kanguru sebagai pengganti inkubator untuk bayi berat lahir rendah” menunjukan bahwa metode kanguru efektif sebagai pengganti inkubator dalam menjaga suhu tubuh bayi, dan dengan terjaganya suhu tubuh dapat meningkatkan pertumbuhan dan berat badan bayi dengan lebih baik, karena menurut Proverawati dan Ismawati (2010) bayi prematur akan cepat mengalami kehilangan panas badan dan menjadi hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, metabolismenya rendah, dan permukaan tubuh yang relatif luas. Oleh karena itu bayi prematur harus dirawat di dalam inkubator sehingga panas badannya mendekati dalam rahim. D. Perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal Berdasarkan hasil perhitungan menunjukkan bahwa hasil hitung menggunakan uji Wilcoxon menunjukkan nilai Z score -2,375 dan p value 0,018 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal. Bayi baru lahir menurut Sulistyawati, dkk (2010) belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan cenderung mengalami stress fisik akibat adanya perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi (naik turunya) suhu di dalam uterus minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC karena cairan ketuban dalam uterus suhunya relatif tetap. Suhu di dalam uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka bayi segera setelah lahir akan menyesuaikan diri terhadap lingkungan di luar uterus yang sangat berbeda dengan kondisi dalam uterus. Semakin kecil tubuh neonatus, semakin sedikit cadangan lemaknya. Semakin kecil tubuh neonatus juga semakin tinggi rasio permukaan tubuh dengan massanya. Suhu permukaan kulit meningkat atau turun sejalan dengan perubahan suhu lingkungan. Sedangkan suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus. Namun pada pediatrik, pengaturan tersebut masih belum matang dan belum efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik ada lapisan yang penting yang dapat membantu untuk mempertahankan suhu tubuhnya serta mencegah kehilangan panas tubuh yaitu rambut, kulit dan lapisan lemak bawah kulit. Ketiga lapisan tersebut dapat berfungsi dengan baik dan efisien atau tidak bergantung pada ketebalannya. Sayangnya sebagian besar pediatrik tidak mempunyai lapisan yang tebal pada ketiga unsur tersebut. Transfer panas melalui lapisan pelindung tersebut dengan lingkungan berlangsung dalam dua tahap. Tahap pertama panas inti tubuh disalurkan menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh hilang melalui radiasi, konduksi, konveksi atau evaporasi E. Pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan uji Mann Whitney menunjukkan nilai Z score -2,066 dan p value 0,039 < 0,05 yang artinya Ha diterima Ho ditolak, sehingga ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal Soewondo Kendal. RSUD Dr.H. Tujuan dari thermoregulasi pada BBLR menurut Sudarti dan Fauziah (2013) yaitu untuk mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal (36,537,5°C). Masalah thermoregulasi pada bayi BBLR dapat mengakibatkan terjadinya hipothermi mau pun hiperthermi. Bayi baru lahir tidak dapat mengatur temperatur tubuhnya secara memadai, dan dapat dengan cepat kedinginan jika kehilangan panas tidak segera dicegah. Bayi yang mengalami kehilangan panas (hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam keadaan basah dan tidak diselimuti, mungkin akan mengalami hipotermia, meskipun berada dalam ruangan yang relatif hangat. Bayi prematur atau berat badan rendah sangat rentan terhadap terjadinya hipotermia (Sarwono, 2009). Intake makanan yang adekuat merupakan suatu hal yang penting untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu bayi menurun, lebih banyak energi yang digunakan untuk memproduksi panas daripada untuk pertumbuhan dan terjadi peningkatan penggunaan O2, Bayi yang kedinginan akan terlihat kurang aktif dan akan mempertahankan panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan meningkatkan pernafasannya secara menangis, sehingga terjadi peningkatan penggunaan kalori yang mengakibatkan hipoglikemi yang timbul dari efek hipotermi, begitu juga hipoksia dan hiperbilirubinemia (Sarwono, 2009). Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh, dan mereka mampu meningkatkan panas tubuh sampai 100 %. Untuk membakar lemak coklat, seorang bayi harus menggunakan glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh bayi baru lahir dan cadangan lemak coklat ini akan habis dalam waktu singkat dengan adanya stress dingin (Guyton, 2007). KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN 1. 2. 3. Pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil merupakan usaha utama seorang bayi yang kedinginan untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya. Perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1790 gram menurun menjadi 1740 gram pada hari ke 1, 1715 gram pada hari ke 2 dan 1710 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1725 gram dan hari kelima menjadi 1740 gram. Perubahan berat badan pada BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif mengalami penurunan pada hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari 1700 gram menurun menjadi 1670 gram pada hari ke 1, 1640 gram pada hari ke 2 dan 1600 gram pada hari ke 3, dan kembali meningkat pada hari keempat yaitu 1650 gram dan hari kelima menurun kembali menjadi 1520 gram Ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal (P value = 0,009) 4. 5. Ada perbedaan perubahan berat badan bayi BBLR dengan thermoregulasi tidak efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo Kendal (P value = 0,018) Ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal (P value = 0,039). SARAN 1. 2. 3. DAFTAR PUSTAKA Guyton, 2007. Fisiologi Kesehatan. Jakarta: EGC Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil Kesehatan Indinesia Tahun 2014. http://www.kemenkes.go.id. [27 Juni 2016] Maryanti, Sujianti dan Budiarti. 2011. Buku Ajar Neonatus, Bayi dan Balita. Jakarta: Trans Info Media. Bagi Rumah Sakit Bayi yang lahir dengan prematur dan BBLR setelah melalui proses pemeriksaan, segera dilakukan perawatan dalam inkubator untuk menjaga stabilitas suhu sehingga proses tubuh bayi untuk menjaga kehangatan dapat dibantu dari inkubator yang pada akhirnya diharapkan energi bayi dapat tersimpan untuk meningkatkan berat badannnya Prawiroharjo, Sarwono. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : PT Bina Pustaka. Bagi Profesi Keperawatan Perawat sebaiknya lebih meningkatkan pengawasan suhu inkubator selama bayi menjalani perawatan di inkubator supaya suhu selalu stabil dan dalam kondisi yang efektif sehingga berat badan BBLR dapat terus meningkat. Sudarti dan Khoirunnisa, Endang. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak Balita. Yogyakarta: Nuha Medika. Bagi Penelitian Selanjutnya Mempertimbangkan variabel lain yaitu pengaturan suhu di inkubator serta intake nutrisi ketika di inkubator mengingat kedua variabel tersebut berdasarkan telaah literatur mempengaruhi kenaikan berat badan. Suradi, Rulina dan Yanuarso, Piprim B. 2000. Metode Kanguru Sebagai Pengganti Inkubator untuk Bayi Berat Lahir Rendah. Sari Pediatri, Vol. 2, No. 1, Juni 2000: 29 – 35. Proverawati dan Ismawati. 2010. BBLR (Berat Badan lahir Rendah). Yogyakarta: Nuha Medika. Sudarti dan Fauziah, Arofah. 2013. Asuhan Neonatus Risiko Tinggi dan Kegawatan. Yogyakarta: Nuha Medika. Sulistyawati, Ari.dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta : Salemba Medika.