5135 - perpusnwu.web.id

advertisement
PENGARUH THERMOREGULASI TERHADAP PERUBAHAN
BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL
RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL
ARTIKEL
Oleh :
APRILLIA WIDYASTUTI
NIM: 010214B027
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDI WALUYO
2016
LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL
Artikel dengan judul “Pengaruh Thermoregulasi Terhadap Perubahan Berat Badan pada
Bayi Berat Badan Lahir Rendah di Ruang Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo Kendal”
yang disusun oleh :
Nama
: Aprillia Widyastuti
NIM
: 010214B027
Program Studi
: Keperawatan
Telah disetujui dan disahkan oleh pembimbing utama skripsi Program Studi
Keperawatan STIKES Ngudi Waluyo.
Ungaran, … Agustus 2016
Pembimbing Utama
Priyanto, S.Kp. Ns. M.Kep., Sp.KMB
NIDN : 0625047601
PENGARUH THERMOREGULASI TERHADAP PERUBAHAN
BERAT BADAN PADA BAYI BERAT BADAN
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL
RSUD DR.H. SOEWONDO KENDAL
Aprillia Widyastuti*)
Priyanto, S.Kp. Ns. M.Kep., Sp.KMB *), Umi Aniroh, S.Kep., Ns. M.Kes *)
*) Mahasiswa PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
*) Dosen PSIK STIKES Ngudi Waluyo Ungaran
ABSTRAK
Latar Belakang: Kemampuan tubuh bayi dalam menjaga keseimbangan antara
produksi panas dan kehilangan panas agar dapat mempertahankan suhu tubuh dalam
batas normal (thermoregulasi). Proses thermoregulasi yang kurang baik dapat
menyebabkan hipotermia dimana hal tersebut dapat menyebabkan gangguan kesehatan,
gangguan pertumbuhan serta IQ (Intelligence Quotient) hingga kematian pada bayi.
Tujuan: untuk mengetahui pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan
pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR).
Metode: Studi dilakukan adalah rancangan kohort retrospektif. Populasi sumber yaitu
semua bayi yang lahir BBLR yang masuk ke Ruang Perinatologi dan dirawat dalam
inkubator di RSUD Soewondo Kendal pada bulan Januari-Juni 2016 dengan data
sekunder sebanyak 31 BBLR. Analisa data yang digunakan adalah uji Mann Whitney.
Hasil: Hasil penelitian menunjukkan ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan
berat badan pada pada Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal
RSUD Dr.H. Soewondo Kendal (P value = 0,039)
Simpulan: Ada pengaruh thermoregulasi terhadap perubahan berat badan pada pada
Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)
Saran: Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka saran kepada rumah sakit
agar bayi yang lahir dengan prematur dan BBLR setelah melalui proses pemeriksaan,
segera dilakukan perawatan dalam inkubator untuk menjaga stabilitas suhu sehingga
proses tubuh bayi untuk menjaga kehangatan dapat dibantu dari inkubator yang pada
akhirnya diharapkan energi bayi dapat tersimpan untuk meningkatkan berat
badannnya.
Kata Kunci
: Thermoregulasi, Perubahan Berat Badan Pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah
PENDAHULUAN
Penatalaksanaan neonatus dengan risiko
tinggi merupakan tantangan bagi
pelayanan kesehatan neonatus, selain
angka kematian yang tinggi disebabkan
pula adanya penyakit yang diderita
beragam dan dampak pada tumbuh
kembangnya. Di Asia Tenggara
prematuritas penyebab kematian ketiga
setelah infeksi dan asfiksia, di Indonesia
setiap lima menit satu bayi di masa
neonatal meninggal karena berbagai
sebab. Hampir sepertiganya 29%
disebabkan BBLR karena prematuritas,
makin rendahnya masa gestasi dan berat
lahir bayi makin tinggi angka kematian
bayi (Sudarti dan Fauziah, 2013).
Perhatian terhadap upaya penurunan
angka kematian neonatal (0-28 hari)
menjadi penting karena kematian
neonatal memberi kontribusi terhadap
59% kematian bayi. Berdasarkan hasil
Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, angka
Kematian Neonatus (AKN) pada tahun
2012 sebesar 19 per 1.000 kelahiran
hidup. Angka ini sama dengan AKN
berdasarkan SDKI tahun Kesehatan
Keluarga 2007 dan hanya menurun 1
point dibanding SDKI tahun 2002-2003
yaitu 20 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2014).
Pada bayi BBLR banyak sekali risiko
terjadi permasalahan pada sistem tubuh,
oleh karena kondisi tubuh yang tidak
stabil. Kematian perinatal pada bayi
BBLR adalah 8 kali lebih besar dari
bayi normal. Prognosis akan lebih
buruk bila berat badan semakin rendah,
kematian sering disebabkan karena
komplikasi neonatal seperti asfiksia,
aspirasi, pneumonia, pendarahan intra
kranial, hipoglikemia. Bayi BBLR
harus dilakukan tindakan penanganan di
rumah sakit, bergantung pada kondisi
bayi masing-masing. Sebelum mencapai
berat badan yang cukup, bayi biasanya
memerlukan perawatan intensif dalam
inkubator, karena bayi BBLR sangat
sensitif terhadap perubahan suhu. Oleh
sebab itu, bayi perlu dimasukkan ke
kotak kaca yang bisa diatur kestabilan
suhunya (Proverawati dan Ismawati,
2010).
Penanganan pada bayi BBLR yaitu
dengan mempertahankan suhu dengan
ketat, mencegah infeksi dengan ketat,
pengawasan nutrisi/ASI, penimbangan
ketat
(Prawiroharjo,
2008).
Mempertahankan suhu tubuh normal
bayi yang kecil dengan berat lahir <
2500
gram
perlu
penambahan
kehangatan tubuh, bayi dapat cepat
terjadi
hipotermi
dan
untuk
menghangatkan kembali membutuhkan
waktu yang lama. Risiko komplikasi
dan kematian meningkat secara
bermakna bila suhu lingkungan tidak
optimal. Cara menghangatkan dan
mempertahankan suhu tubuh bayi ada 5
cara yaitu kontak kulit dengan kulit,
KMC (Kangaroo Mother Care),
pemancar panas, incubator, dan ruangan
yang hangat (Sudarti dan Khoirunisa,
2010).
Perubahan berat badan pada bayi BBLR
mencerminkan kondisi gizi atau nutrisi
bayi dan erat kaitanya dengan daya
tahan
tubuh,
oleh
sebab
itu
penimbangan berat badan harus
dilakukan dengan ketat. Bayi akan
kehilangan berat badan selama 7-10 hari
pertama (sampai 10% untuk bayi
dengan berat lahir ≥1500 gram dan 15%
untuk bayi dengan berat lahir <1500
gram) (Proverawati dan Ismawati,
2010).
Di ruang Prenatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal kenaikan berat badan
BBLR merupakan salah satu sarat untuk
BBLR bisa dinyatakan boleh pulang
yaitu jika berat badan BBLR naik 3 hari
berturut- turut. Hal ini selaras dengan
teori yang disampaikan oleh Sudarti dan
Khoirunisa (2010), yaitu bayi dapat
dipulangkan apabila tidak ada masalah
lain yang memerlukan perawatan di
rumah sakit dan berat badan naik >20
gr/hari selama 3 hari berturut-turut.
Hasil survey pendahuluan yang
dilakuakan pada bulan Maret 2016 di
ruang Perinatal RSUD Soewondo
Kendal, didapatkan data bahwa BBLR
merupakan kasus terbanyak di ruang
Perinatal RSUD Soewondo Kendal
dalam tiga bulan terakhir yaitu 93 bayi
dengan BBLR dari total bayi yang baru
lahir yang masuk di ruang perinatal 186
yaitu 50% dari bayi yang dirawat di
ruang perinatal adalah BBLR.
Berdasarkan studi pendahuluan pada
bulan Juni 2016, Di ruang perinatal
RSUD Soewondo Kendal mengenai
berat badan dan perubahan suhu
diperoleh data dari 10 bayi dengan
Diagnosa BBLR (berat lahir antara
1460-2400 gram) yang dirawat di
inkubator terdapat 6 BBLR dengan
penurunan berat badan 40-50 gram
selama 3-5 hari perawatan terdapat 2
BBLR dengan penurunan berat badan
20-30 gram dan 2 BBLR dengan
peningkatan berat badan 50-60 gram
selama 3-5 hari perawatan
Dari hasil studi pendahuluan di atas,
didapatkan
kesimpulan
bahwa
perubahan berat badan BBLR di ruang
perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal mengalami variasi perubahan
berat badan yaitu peningkatan dan
penurunan
antara
20-60
gram.
Berdasarkan data tersebut maka peneliti
tertarik untuk meneliti pengaruh
thermoregulasi terhadap perubahan
berat badan pada pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo
Kendal
METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang digunakan
adalah penelitian analitik dengan
rancangan kohort retrospektif. Dalam
studi kohort ini mempelajari hubungan
faktor risiko dengan efek atau penyakit
yang pendekatan waktunya secara
longitudinal (time-period approach),
dimana faktor risiko diidentifikasi
terlebih dahulu kemudian diikuti
periode tertentu untuk melihat efek atau
penyakit yang yang diteliti pada
kelompok dengan faktor risiko dan pada
kelompok tanpa faktor risiko.
Populasi dalam penelitian ini adalah
semua bayi yang lahir BBLR yang
masuk ke Ruang Perinatologi dan
dirawat dalam inkubator di RSUD
Soewondo Kendal pada bulan JanuariJuni 2016 dengan data sekunder
sebanyak 31 BBLR dengan teknik
sampling jenuh.
HASIL PENELITIAN
A. Perubahan Berat Badan Bayi
BBLR dengan Thermoregulasi
Efektif di Ruang Perinatal RSUD
Dr. H Soewondo Kendal
Gambar 1
Perubahan Berat Badan Bayi pada
BBLR dengan Thermoregulasi Efektif
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat
bahwa perubahan berat badan pada
BBLR dengan thermoregulasi efektif
mengalami penurunan pada hari
pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari
1790 gram menurun menjadi 1740 gram
pada hari ke 1, 1715 gram pada hari ke
2 dan 1710 gram pada hari ke 3, dan
kembali meningkat pada hari keempat
yaitu 1725 gram dan hari kelima
menjadi 1740 gram
menggunakan
uji
Wilcoxon
menunjukkan nilai Z score -2,628 dan p
value 0,009 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
perbedaan perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal.
B. Perubahan Berat Badan Bayi
BBLR dengan Thermoregulasi
Tidak Efektif di Ruang Perinatal
RSUD Dr. H Soewondo Kendal
D. Perbedaan perubahan berat
badan bayi BBLR dengan
thermoregulasi tidak efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal
Gambar 2
Perubahan Berat Badan Bayi pada
BBLR dengan Thermoregulasi Tidak
Efektif
Berdasarkan gambar diatas dapat dilihat
bahwa perubahan berat badan pada
BBLR dengan thermoregulasi tidak
efektif mengalami penurunan pada hari
pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari
1700 gram menurun menjadi 1670 gram
pada hari ke 1, 1640 gram pada hari ke
2 dan 1600 gram pada hari ke 3, dan
kembali meningkat pada hari keempat
yaitu 1650 gram dan hari kelima
menurun kembali menjadi 1520 gram.
Tabel 2
Distribusi frekuensi perbedaan
perubahan berat badan bayi BBLR
dengan thermoregulasi tidak efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal
Kategori
BB Lahir
BB Hari Ke 5
C. Perbedaan perubahan berat
badan bayi BBLR dengan
thermoregulasi efektif di ruang
perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal
Tabel 1
Distribusi frekuensi perbedaan
perubahan berat badan bayi BBLR
dengan thermoregulasi efektif di ruang
perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal
Kategori
BB Lahir
BB Hari Ke 5
Mean
SD
1790,91
1717,73
112,9
160,6
Z
Zcore
P
Value
-2,628
0,009
Berdasarkan hasil perhitungan tabel
diatas menunjukkan bahwa hasil hitung
Mean
SD
1682,22
1561,11
140,5
146,7
Z
Zcore
2,375
P
Value
0,018
Berdasarkan hasil perhitungan tabel
diatas menunjukkan bahwa hasil hitung
menggunakan
uji
Wilcoxon
menunjukkan nilai Z score -2,375 dan p
value 0,018 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
perbedaan perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi tidak
efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal.
E. Pengaruh
thermoregulasi
terhadap perubahan berat badan
pada pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo
Kendal
Tabel 3
Distribusi frekuensi pengaruh
thermoregulasi terhadap perubahan
berat badan pada pada Bayi Berat
Badan Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo
Kendal
Kategori
BB Lahir
BB Hari Ke 5
Mean
SD
1682,22
1561,11
140,5
146,7
B. Perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi
tidak efektif di ruang perinatal
RSUD Dr. H Soewondo Kendal
Z
Zcore
P
Value
-2,066
0,039
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan uji Mann Whitney
menunjukkan nilai Z score -2,066 dan p
value 0,039 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
pengaruh
thermoregulasi
terhadap
perubahan berat badan pada pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Ruang
Perinatal
RSUD
Dr.H.
Soewondo Kendal.
PEMBAHASAN
A. Perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi
efektif di ruang perinatal RSUD
Dr. H Soewondo Kendal
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan perubahan berat badan
pada BBLR dengan thermoregulasi
efektif mengalami penurunan pada hari
pertama sampai hari ke ketiga yaitu dari
1790 gram menurun menjadi 1740 gram
pada hari ke 1, 1715 gram pada hari ke
2 dan 1710 gram pada hari ke 3, dan
kembali meningkat pada hari keempat
yaitu 1725 gram dan hari kelima
menjadi
1740
gram.
Hal
ini
menunjukkan bahwa terjadi penurunan
berat badan pada hari pertama lahir
sampai dengan hari ke tiga dan kembali
terjadi peningkatan pada hari ke empat
dan kelima secara bertahap karena pada
bayi BBLR dengan thermoregulasi yang
efektif penggunaan lemak coklat untuk
meningkatkan suhu tubuh akan lebih
sedikit dan energinya akan lebih banyak
digunakan untuk proses pertumbuhan
(Sarwono, 2009).
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan perubahan berat badan
pada BBLR dengan thermoregulasi
tidak efektif mengalami penurunan pada
hari pertama sampai hari ke ketiga yaitu
dari 1700 gram menurun menjadi 1670
gram pada hari ke 1, 1640 gram pada
hari ke 2 dan 1600 gram pada hari ke 3,
dan kembali meningkat pada hari
keempat yaitu 1650 gram dan hari
kelima menurun kembali menjadi 1520
gram. Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi penurunan berat badan pada hari
pertama lahir sampai pada hari ke 5,
sehingga bayi mengalami kehilangan
berat badan, sesuai dengan teori dari
Proverawati dan Ismawati (2010)
bahwa bayi akan kehilangan berat
badan selama 7-10 hari pertama (sampai
10% untuk bayi dengan berat lahir
≥1500 gram dan 15% untuk bayi
dengan berat lahir <1500 gram).
C. Perbedaan perubahan berat
badan bayi BBLR dengan
thermoregulasi efektif di ruang
perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa hasil hitung
menggunakan
uji
Wilcoxon
menunjukkan nilai Z score -2,628 dan p
value 0,009 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
perbedaan perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal.
Hasil penelitian ini sama dengan hasil
penelitian Raulina Suradi, Piprim B
Yanuarso (2000) dengan judul “Metode
kanguru sebagai pengganti inkubator
untuk bayi berat lahir rendah”
menunjukan bahwa metode kanguru
efektif sebagai pengganti inkubator
dalam menjaga suhu tubuh bayi, dan
dengan terjaganya suhu tubuh dapat
meningkatkan pertumbuhan dan berat
badan bayi dengan lebih baik, karena
menurut Proverawati dan Ismawati
(2010) bayi prematur akan cepat
mengalami kehilangan panas badan dan
menjadi hipotermia, karena pusat
pengaturan
panas
badan
belum
berfungsi dengan baik, metabolismenya
rendah, dan permukaan tubuh yang
relatif luas. Oleh karena itu bayi
prematur
harus dirawat di dalam
inkubator sehingga panas badannya
mendekati dalam rahim.
D. Perbedaan perubahan berat
badan bayi BBLR dengan
thermoregulasi tidak efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menunjukkan bahwa hasil hitung
menggunakan
uji
Wilcoxon
menunjukkan nilai Z score -2,375 dan p
value 0,018 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
perbedaan perubahan berat badan bayi
BBLR dengan thermoregulasi tidak
efektif di ruang perinatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal.
Bayi baru lahir menurut Sulistyawati,
dkk (2010) belum dapat mengatur suhu
tubuhnya, sehingga akan cenderung
mengalami stress fisik akibat adanya
perubahan suhu di luar uterus. Fluktuasi
(naik turunya) suhu di dalam uterus
minimal, rentang maksimal hanya 0,6ºC
karena cairan ketuban dalam uterus
suhunya relatif tetap. Suhu di dalam
uterus sekitar 36ºC-37ºC sedangkan
suhu ruangan sekitar 24ºC-32ºC maka
bayi segera setelah lahir akan
menyesuaikan diri terhadap lingkungan
di luar uterus yang sangat berbeda
dengan kondisi dalam uterus.
Semakin kecil tubuh neonatus, semakin
sedikit cadangan lemaknya. Semakin
kecil tubuh neonatus juga semakin
tinggi rasio permukaan tubuh dengan
massanya. Suhu permukaan kulit
meningkat atau turun sejalan dengan
perubahan suhu lingkungan. Sedangkan
suhu inti tubuh diatur oleh hipotalamus.
Namun pada pediatrik, pengaturan
tersebut masih belum matang dan belum
efisien. Oleh sebab itu pada pediatrik
ada lapisan yang penting yang dapat
membantu untuk mempertahankan suhu
tubuhnya serta mencegah kehilangan
panas tubuh yaitu rambut, kulit dan
lapisan lemak bawah kulit. Ketiga
lapisan tersebut dapat berfungsi dengan
baik dan efisien atau tidak bergantung
pada ketebalannya. Sayangnya sebagian
besar pediatrik tidak mempunyai
lapisan yang tebal pada ketiga unsur
tersebut. Transfer panas melalui lapisan
pelindung tersebut dengan lingkungan
berlangsung dalam dua tahap. Tahap
pertama panas inti tubuh disalurkan
menuju kulit. Tahap kedua panas tubuh
hilang melalui radiasi, konduksi,
konveksi atau evaporasi
E. Pengaruh
thermoregulasi
terhadap perubahan berat badan
pada pada Bayi Berat Badan
Lahir Rendah (BBLR) di Ruang
Perinatal RSUD Dr.H. Soewondo
Kendal
Berdasarkan
hasil
perhitungan
menggunakan uji Mann Whitney
menunjukkan nilai Z score -2,066 dan p
value 0,039 < 0,05 yang artinya Ha
diterima Ho ditolak, sehingga ada
pengaruh
thermoregulasi
terhadap
perubahan berat badan pada pada Bayi
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Ruang
Perinatal
Soewondo Kendal.
RSUD
Dr.H.
Tujuan dari thermoregulasi pada BBLR
menurut Sudarti dan Fauziah (2013)
yaitu untuk mempertahankan suhu
tubuh dalam batas normal (36,537,5°C). Masalah thermoregulasi pada
bayi BBLR dapat mengakibatkan
terjadinya
hipothermi
mau
pun
hiperthermi.
Bayi baru lahir tidak dapat mengatur
temperatur tubuhnya secara memadai,
dan dapat dengan cepat kedinginan jika
kehilangan panas tidak segera dicegah.
Bayi yang mengalami kehilangan panas
(hipotermia) berisiko tinggi untuk jatuh
sakit atau meninggal. Jika bayi dalam
keadaan basah dan tidak diselimuti,
mungkin akan mengalami hipotermia,
meskipun berada dalam ruangan yang
relatif hangat. Bayi prematur atau berat
badan rendah sangat rentan terhadap
terjadinya hipotermia (Sarwono, 2009).
Intake
makanan
yang
adekuat
merupakan suatu hal yang penting
untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika
suhu bayi menurun, lebih banyak energi
yang digunakan untuk memproduksi
panas daripada untuk pertumbuhan dan
terjadi peningkatan penggunaan O2,
Bayi yang kedinginan akan terlihat
kurang aktif dan akan mempertahankan
panas tubuhnya dengan posisi fleksi dan
meningkatkan pernafasannya secara
menangis, sehingga terjadi peningkatan
penggunaan kalori yang mengakibatkan
hipoglikemi yang timbul dari efek
hipotermi, begitu juga hipoksia dan
hiperbilirubinemia (Sarwono, 2009).
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini
merupakan hasil penggunaan lemak
coklat terdapat di seluruh tubuh, dan
mereka mampu meningkatkan panas
tubuh sampai 100 %. Untuk membakar
lemak coklat, seorang bayi harus
menggunakan
glukosa
guna
mendapatkan
energi
yang
akan
mengubah lemak menjadi panas. Lemak
coklat tidak dapat diproduksi ulang oleh
bayi baru lahir dan cadangan lemak
coklat ini akan habis dalam waktu
singkat dengan adanya stress dingin
(Guyton, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
1.
2.
3.
Pada
lingkungan
yang
dingin,
pembentukan suhu tanpa mekanisme
menggigil merupakan usaha utama
seorang bayi yang kedinginan untuk
mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Perubahan berat badan pada BBLR
dengan thermoregulasi efektif
mengalami penurunan pada hari
pertama sampai hari ke ketiga yaitu
dari 1790 gram menurun menjadi
1740 gram pada hari ke 1, 1715
gram pada hari ke 2 dan 1710 gram
pada hari ke 3, dan kembali
meningkat pada hari keempat yaitu
1725 gram dan hari kelima menjadi
1740 gram.
Perubahan berat badan pada BBLR
dengan thermoregulasi tidak efektif
mengalami penurunan pada hari
pertama sampai hari ke ketiga yaitu
dari 1700 gram menurun menjadi
1670 gram pada hari ke 1, 1640
gram pada hari ke 2 dan 1600 gram
pada hari ke 3, dan kembali
meningkat pada hari keempat yaitu
1650 gram dan hari kelima
menurun kembali menjadi 1520
gram
Ada perbedaan perubahan berat
badan
bayi
BBLR
dengan
thermoregulasi efektif di ruang
perinatal RSUD Dr. H Soewondo
Kendal (P value = 0,009)
4.
5.
Ada perbedaan perubahan berat
badan
bayi
BBLR
dengan
thermoregulasi tidak efektif di
ruang perinatal RSUD Dr. H
Soewondo Kendal (P value =
0,018)
Ada
pengaruh
thermoregulasi
terhadap perubahan berat badan
pada pada Bayi Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal
RSUD Dr.H. Soewondo Kendal (P
value = 0,039).
SARAN
1.
2.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, 2007. Fisiologi Kesehatan.
Jakarta: EGC
Kementrian Kesehatan RI. 2015. Profil
Kesehatan Indinesia Tahun
2014.
http://www.kemenkes.go.id. [27
Juni 2016]
Maryanti, Sujianti dan Budiarti. 2011.
Buku Ajar Neonatus, Bayi dan
Balita. Jakarta: Trans Info
Media.
Bagi Rumah Sakit
Bayi yang lahir dengan prematur
dan BBLR setelah melalui proses
pemeriksaan, segera dilakukan
perawatan dalam inkubator untuk
menjaga stabilitas suhu sehingga
proses tubuh bayi untuk menjaga
kehangatan dapat dibantu dari
inkubator yang pada akhirnya
diharapkan energi bayi
dapat
tersimpan untuk meningkatkan
berat badannnya
Prawiroharjo,
Sarwono.
2009.
Pelayanan Kesehatan Maternal
dan Neonatal. Jakarta : PT Bina
Pustaka.
Bagi Profesi Keperawatan
Perawat
sebaiknya
lebih
meningkatkan pengawasan suhu
inkubator selama bayi menjalani
perawatan di inkubator supaya suhu
selalu stabil dan dalam kondisi
yang efektif sehingga berat badan
BBLR dapat terus meningkat.
Sudarti dan Khoirunnisa, Endang. 2010.
Asuhan Kebidanan Neonatus,
Bayi
dan
Anak
Balita.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Bagi Penelitian Selanjutnya
Mempertimbangkan variabel lain
yaitu pengaturan suhu di inkubator
serta intake nutrisi ketika di
inkubator
mengingat
kedua
variabel
tersebut
berdasarkan
telaah literatur mempengaruhi
kenaikan berat badan.
Suradi, Rulina dan Yanuarso, Piprim B.
2000. Metode Kanguru Sebagai
Pengganti Inkubator untuk Bayi
Berat Lahir Rendah. Sari
Pediatri, Vol. 2, No. 1, Juni
2000: 29 – 35.
Proverawati dan Ismawati. 2010. BBLR
(Berat Badan lahir Rendah).
Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti dan Fauziah, Arofah. 2013.
Asuhan Neonatus Risiko Tinggi
dan Kegawatan. Yogyakarta:
Nuha Medika.
Sulistyawati, Ari.dkk. 2010. Asuhan
Kebidanan Pada Ibu Bersalin.
Jakarta : Salemba Medika.
Download