rumus iklan yang baik

advertisement
Copywriter, copywriting dan Bahasa
BAB
4
Copywriter. Copywriting
dan Bahasa
COPYWRITER, COPYWRITING, DAN BAHASA
Hasil kerja seorang copywriter disebut dengan copywriting. Copywriting
merupakan rancangan bahasa dalam pembuatan iklan. Copywriting sering
diartikan sebagai hasil kerja gabungan antara sastrawi dan intelektual. Sehingga
syarat utama menjadi copywriter adalah penguasaan bahasa.
Dalam hal ini terdapat unsur mencipta, menyajikan kebenaran yang faktual
menggunakan bahasa -- sangatlah dipentingkan.
Copywriting adalah benda abstrak berstruktur kata-kata yang membangun
emosi dan membentuk imajinasi sehingga mempengaruhi pembaca maupun
pendengarnya untuk berbuat seperti yang diharapkan si pembuat teks. Daya
pengaruh ini begitu kuat, bahkan seperti bisa menghipnotis.
Oleh karena itu, bahasa dalam iklan dituntut mampu menggugah,
menarik, mengidentifikasi, menggalang kebersamaan, dan mengkombinasikan
pesan dengan komparatif kepada khalayak (Stan Rapp & Tom Collins, 1995:
152). Dengan demikian, struktur kata dalam iklan:
1.
Menggugah: mencermati kebutuhan konsumen, memberikan solusi, dan
memberikan perhatian.
2.
Informatif: kata-katanya harus jelas, bersahabat, komunikatif. Tidak berteletele apalagi sampai mengabaikan durasi penayangan.
3.
Persuasif: rangkaian kalimatnya membuat konsumen nyaman, senang,
tentram, menghibur.
4.
Bertenaga gerak: komposisi kata-katanya menghargai waktu selama masa
penawaran/masa promosi berlangsung.
Bacaan kuliah
Page 1
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Untuk menyampaikan gagasan pikiran dalam suatu bahasa seorang penulis
iklan harus mengetahui aturan-aturan bahasa tersebut, seperti tata bahasa,
kaidah-kaidahnya, idiom-idiomnya, nuansa atau konotasi sebuah kata, dan
sebagainya. Syarat ini adalah syarat yang mutlak.
"Bermain-main" dengan bahasa atau sesekali melanggar peraturan baku,
boleh-boleh saja. Tetapi aturan bakunya, harus kita kuasai dulu. Dan ini justru
dipakai oleh para copywriter demi kreativitasnya untuk memancing perhatian.
Untuk penulis naskah dengan menggunakan bahasa Indonesia, mereka
harus menguasai EYD. Hal ini dipakai untuk menjelaskan hal yang sangat
gamblang, misalnya "di" awalan harus disambung, dan "di" kata depan harus
dipisah.
Bahkan menurut Agustrijanto ( 2004:75) seringkas apa pun sebuah kalimat
pada copywriting, ia harus mempunyai subjek dan predikat. Tanpa itu gugur sudah
kekuatan copywriting. Pengertian subjek predikat ini tidak boleh diartikan kaku
seperti halnya kita mempelajari tata bahasa karena materi teks periklanan sangat
tergantung di media mana iklan diterapkan.
Panduan bagi seorang copywriter untuk menulis iklan adalah Brief Kreatif.
Dengan demikian, gaya berbahasa dan jenis kata dalam iklan yang dibuatnya
untuk surat kabar tentu berbeda dengan iklan yang ditayangkan di radio atau
televisi. Sebab surat kabar mementingkan mata dan dapat diamati orang dengan
lama. Sementara radio mementingkan telinga dan televisi mementingkan mata
dan telinga. Kedua yang terakhir ini bersifat sekelebat.
Selain itu,
bahasa yang dipakai dalam copywriting harus mampu
mengarahkan target audience untuk membeli, menggunakan, atau beralih ke
produk jasa yang diiklankan. Tentu saja, perlu juga diperhatikan apakah produk
yang diiklankan baru ataukah sudah lama.
Gaya dan jenis bahasa yang dipakai pun harus sesuai dengan target
audience. Seorang copywriter
seharusnya mengetahui dengan siapa dia
berbicara, bagaimana kebiasaan perilaku mereka, dan di mana mereka berada.
Sebagai contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari, kita akan berbicara
Bacaan kuliah
Page 2
Copywriter, copywriting dan Bahasa
secara berbeda dengan teman, kuliah, sahabat, pacar, penjual di kantin. Bahkan
secara lebih spesifik kita akan berbeda melakukan penbicaraan dengan teman
kita yang berasal dari Jawa dan dari Batak, akan berbeda berbicara dengan orang
tua dan orang yang sebaya.
Perhatikanlah iklan berikut. Kepada siapa iklan tersebut ditujukan?
Promo_attackgoceng2701
1 comment
Efektivitas Kata dalam Iklan
Sebuah atau beberapa kata namun memiliki sifat menjual itulah efetivitas
kata dalam copywriting. Di sini terdapat kekuatan narasi, teks, atau diksi dari
sebuah iklan dapat membuat orang terpengaruh untuk berbuat seperti yang
dikehendaki pesan iklan tersebut. Sehingga memang benar sangat diperlukan
kata-kata yang memadai.
Bahasa dalam iklan selain memperhatikan masalah ide yang diwujudkan
dalam bentuk kat-kata, dalam penghadirannya bahasa iklan menurut Goddard
(2003:13-16) juga memperhatikan hal-hal "paralanguage" yang merupakan
pakaian yang dipilih copywriter dan art director untuk membungkus idenya.
Paralanguage itu berupa layout, jenis huruf, visual dan media, untuk membentuk
iklan secara menyeluruh.
Dengan demikian ,jika unsur paralangue tersebut diolah secara maksimal,
efektivitas iklan akan tercapai. Efekivitas ini, secara substansi didukung oleh
efektivitas kata.
Bacaan kuliah
Page 3
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Penggunaan bahasa dalam iklan terkadang dipandang menarik, jika
bersifat main-main, atau menurut Hakim (2006) bersifat "lanturan". Menurutnya
lanturan berbeda dengan kata melantur yang artinya ngawur, tidak nyambung
dengan topik yang sedang dibahas. Sementara lanturan adalah sengaja melantur
atau melantur dengan tujuan. Namun, lanturan yang dibuat tersebut harus selalu
dijaga relevannya. Karena itu, carilah lanturan yang sejauh-jauhnya, namun
bawalah relevansi sedekat-dekatnya (Hakim, 2006: 78-79).
Hal yang paling dekat dengan lanturan adalah plesetan. Orang muda saat ini
tidak terasa gaul jika tidak banyak berplesesetan dalam bercanda. Orang
tertawa ketika mendengar plesetan karena relevansinya. Relevansi dalam
konteks ini adalah kata asli yang diplesetinya. Jika orang tidak tertawa berarti
tidak relevan. Tidak ada korelasi kata asli dengan plesetannya.
Untuk berpandai-pandai dalam membuat lanturan, seorang copywriter
harus menguasai gaya bahasa, baik itu personifikasi, analogi,
kontradiksi,
metafora, sinisme, sarkasme, hiperbola, paradoks dan masih banyak lagi.
Perhatikanlah iklan rokok A-Mild dalam seri "tanya kenapa". Iklan tersebut
dipasang di sepanjang jalan-jalan tol di Jabodetabek. Iklan tersebut bertuliskan
"terhambat di jalan bebas hambatan" dengan visual yang dilatari oleh kemacetan
mobil. Karena itu dipasang di sepanjang jalan tol Jabodetabek, dapat kita
pastikan bahwa target audience adalah para sopir, penumpang kendaraan yang
melewati jalan tersebut. Hanya masalahnya, apa kaitan kata-kata itu dengan rokok
A-Mild? Di sinilah berlaku sifat lanturan. Namun, apakah itu relevan?
Yang jelas iklan tersebut masuk dalam seri iklan A-Mild "tanya kenapa".
Kita tahu bahwa iklan-iklan dalam seri tersebut selalu berisi kritik sosial. Dalam
konteks ini, iklan rokok A-Mild mengusung brand bahwa dia adalah rokok yang
cerdas dan kritis terhadap kondisi masyarakat. Kemudian, orang akan bertanya
"apa hubungannya semua itu dengan A-Mild sebagai rokok?" Untuk menjawab hal
itu memang diperlukan penjelasan tentang sejarah A-Mild.
Ketika awal peluncuran produk tersebut, A-Mild mengusung brand rokok yang
rendah tar dan rendah nikotin. Dengan kata lain, rokok ini adalah rokok sehat,
Bacaan kuliah
Page 4
Copywriter, copywriting dan Bahasa
sebuah produk yang tentu saja mendukung kampanye anti nikotin. Dengan
demikian, sebenarnya tak masalah orang-orang tetap mentradisikan merokok
dengan tetap memperhatikan kesehatan karena A-Mild telah dapat memenuhi
kebutuhan tersebut. Namun, tata krama beriklan di Indonesia menerapkan aturan
yang tegas untuk rokok. Antara lain iklan tidak boleh menayangkan atau
menvisualkan bentuk rokok dan orang merokok. Dan lebih ekstrim lagi, iklan rokok
selalu harus memuat tulisan "rokok dapat menggangu kesehatan, serangan
jangtung, gangguan kemailan dan janin”. Cobalah lihat contoh rokok A-Mild berikut
ini.
A mild
Sebuah kritik yang diusung oleh iklan rokok ini: Mengapa pihak-pihak
tertentu mengatur secara "ketat" produk rokok sehat ini. Padahal di masyarakat
terdapat banyak sekali PR yang masih harus diselesaikan, seperti banjir di ibu
kota, macet di jalan tol, sikap petugas pemerintah yang sulit sekali memberi tanda
stempel, mentaati peraturan kalau ada yang melihat, dan lain-lain. Nah, dalam
konteks ini iklan tersebut sangatlah relevan.
RINGKASAN
Hasil kerja seorang copywriter disebut dengan copywriting. Copywriting adalah
benda abstrak berstruktur kata-kata yang membangun emosi dan membentuk
imajinasi sehingga mempengaruhi pembaca maupun pendengarnya untuk berbuat
seperti yang diharapkan si pembuat teks. Oleh karena itu, bahasa dalam iklan
dituntut mampu menggugah, informatif, persuasif, bertenaga gerak.
Untuk menyampaikan gagaan pikiran dalam suatu bahasa seorang penulis
iklan harus mengetahui aturan-aturan dalam sebuah bahasa.
Tentu saja,
"bermain-main" dengan bahasa atau sesekali melanggar peraturan baku
Bacaan kuliah
Page 5
Copywriter, copywriting dan Bahasa
diperbolehkan asalkan hal itu memang menjadi konsep kreatif dan terdapat dalam
Kreatif Brief.
Keefektivan bahasa dalam iklan harus memiliki sifat menjual serta
memperhatikan media iklan, target audience , serta rencana pemasaran: apakah
produk baru ataukah lama. Hal ini harus didukung oleh "paralanguage" yang
berupa layout, jenis huruf, visual dan media.
Terkadang penggunaan bahasa dalam iklan dipandang menarik, jika bersifat
bersifat lanturan. Lanturan adalah sengaja melantur, dengan selalu menjaga sifat
relevan
dari
lanturan
tersebut.
Syarat
untuk membuat
lanturan
adalah
penguasaan gaya bahasa, baik itu personifikasi, analogi, kontradiksi, metafora,
sinisme, sarkasme, hiperbola, maupun paradoks.
BRAND dan POSITIONING
1. APAKAH BRAND ITU?
Apakah yang ada dalam benak Anda, ketika Anda mendengar atau
membaca kata Blaster, Malboro, atau Anlene? Dalam benak kita kata Blaster
langsung mengacu pada sebuah produk permen yang bentuknya belang-belang.
Kata Malboro langsung membawa kita pada seorang Malboro Man yang suka
berpetualang dan individualis. Kata Anlene langsung mengarahkan pikiran kita
pada susu kaya kalsium untuk orang tua.
Anlene
Bentuk-bentuk asosiasi yang menghubungkan suatu produk dengan
gagasan tertentu yang melekat pada benak orang disebut dengan brand. Dewi
(2005: 14) menyebutkan bahwa brand adalah ide, kata, desain, desain grafis atau
suara/bunyi yang menyimbolkan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi
produk dan jasa tersebut. Semua aspek ini menerbitkan asosiasi khusus dalam
Bacaan kuliah
Page 6
Copywriter, copywriting dan Bahasa
benak konsumen, misalnya tentang kualitas produk, makna simbolis yang
terkandung dalam pengalaman emosional dan psikologis yang dialami konsumen
dalam bersentuhan dengan brand tersebut.
Pengiklan dan biro iklan harus memahami bahwa konsumen dalam
mengkonsumsi suatu produk, sebenarnya untuk memenuhi suatu kebutuhan
fungsional, emosional, atau keduanya. Masalah mengapa dan bagaimana
konsumen mengkonsumsi suatu produk harus diketahui oleh pengiklan dan
biro iklan. Misalnya orang membeli kosmetik tidak sekedar untuk kecantikan
diri, tetapi sebagai sarana sumber kepercayaan diri. Orang membeli rokok
tidak untuk kebutuhan fisik seperti halnya makan, tetapi untuk gaya hidup dan
nilai tambah kejantanan seorang pria.
Biro iklan dengan pengiklan akan menentukan aspek mana dari motivasi
pembeli dan makna simbolis dari produk yang dijadikan dasar utama kampanye
iklan tersebut. Iklan inilah yang kemudian mengkomunikasikan hal tersebut dan
membangun hubungan yang konsisten antara brand dan berbagai emotional appeal
dan simbolic values-nya. Sebagai contoh, Molto Pewangi yang merupakan pewangi
pakaian, menemukan bahwa keharuman alami bersumber pada bunga. Sehingga
harum wangi selalu dikaitkan dengan bunga yang berwarna cerah. Hal ini
kemudian diangkat oleh Molto Pewangi dengan slogan "Alami keharuman alami
Molto Pewangi Baru", disertai gambar visual hamparan padang bunga yang di
tengah-tengah hamparan tersebut terdapat jalan yang berkelok: warna jalan
senada dengan warna bunga. Di sini orang membayangkan sensasi keharuman
berkendara di tengah padang bunga. Iklan ini menggunakan analogi supaya orang
bisa sampai pada kesimpulan bahwa Molto Pewangi sama dengan Keharuman
alami bunga-bunga di padang. Perhatikan iklan Molto Pewangi ini.
Bacaan kuliah
Page 7
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Molto
Konsep dasar branding dapat dilakukan dengan mengunakan dasar fungsi
produk (functional) atau citra brand (brand image).
Pemilihan sebuah konsep brand dipengaruhi oleh asumsi produsen atas tiga
faktor: jenis produk itu sendiri, intensitas persaingan, dan bagaimana konsumen
memilih dan memngkonsumsi produk.
Misalnya permen blaster harus bersaing di tengah aneka jenis permen
yang telah ada, seperti Hexos, Sugus, Mentos, Kiss, Kopiko, Nano-Nano, Fross,
dan lain-lain. Jadi persaingan dalam dunia produksi iklan sangat ketat. Untuk itu
vitur iklan permen Blaster yang belang-belang dijadikan brand dan diaplikasikan
dalam iklan. Orang sangat menggilai bentuk belang-belang Blaster sehingga
semua yang tampilannya belang akan digigit: dasi belang dan subang belang.
Di tengah banyak deferensi jenis produk shampo untuk berbagai kalangan:
anak-anak, dewa perempuan, dewasa laki-laki -- orang meginginkan hal yang
praktis. Konsumen tidak ingin direpotkan membeli shampo beraneka jenis untuk
satu keluarga. Belum lagi dengan adanya diferensi shampo untuk rambut kering,
rambut rontoh, dan kepala berketombe. Untuk itu hadirnya shampo lifeboy,
produsen dan biro iklan mengusung brand "shampo untuk seluruh keluarga" (anak
laki-laki, anak perempuan, ibu, dan juga ayah). Kemudian, setelah dalam benak
Bacaan kuliah
Page 8
Copywriter, copywriting dan Bahasa
orang telah melekat gambaran bahwa sampho Lifeboy adalah shampo seluruh
keluarga, pengiklan tetap mengingatkan bahwa pada dasarnya produk Lifeboy
adalah produk untuk anak-anak. Untuk itu, dalam iklan-iklan berikutnya
diperkenalkan bahwa shampho Lifeboy tepat untuk mengatasi anak-anak yang
berketombe. Dengan demikian, terbentuklah brand untuk konsumen bahwa
sampho Lifeboy anti ketombe bisa juga dipakai untuk seluruh keluarga.
Shampo Lifebuoy
Suatu brand image dibangun dengan menciptakan citra dari suatu produk.
Konsumen bersedia membayar lebih tinggi dan menganggapnya berbeda karena
karena brand ini memancarkan asosiasi citra tertentu. Para perancang image dari
brand berusaha memenuhi hasrat konsumen untuk menjadi bagian dari kelompok
sosial tertentu yang lebih besar dan dipandang terhormat oleh orang lain, atau
untuk mendefinisikan diri menurut citra yang diinginkannya.
Brand image menjadi pilihan pada saat persaingan sudah menjadi taraf
dimana produk-produk yang ditawarkan sudah tidak lagi memiliki perbedaan yang
berarti. Perlu diingat bahwa strategi ini dapat ditempuh jika kualitas produk sudah
mengalami paritas. Iklan adalah satu hal yang penting untuk kampanye brand. Jadi
bagi iklan brand adalah panglima. Kampanye iklan yang efektif bisa membentuk
citra produk misalnya dengan mengasosiasikan suatu brand dengan golongan
konsumen tertentu (orang pintar minum Tolak Angin), atau dengan nilai-nilai yang
dijunjung tinggi dalam masyarakat, misalnya
Susu Bendera, memanfaatkan
kekhasan perbedaan budaya untuk persatuan, iklan Filma dengan sejernih akal
sehat. Bahkan iklan suatu brand tertentu bisa menjadi pembeda utama yang
membuat suatu produk berbeda dari produk lain yang sejenis.
Contoh-contoh brand suatu produk yang diusung oleh iklan.
1.
Rokok Malboro, dicitrakan dengan Malboro Man yang jantan, petualang, dan
individualis.
2.
Rokok A-Mild, rokoh rendah tar dan nikotin, rokok sehat, dan rokok yang
kritis terhadap permasalahan sosial.
Bacaan kuliah
Page 9
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Slogan "How Low Can You Go", "Bukan Basi", "Tidak membeli Kucing dalam
Karung", "Saatnya Unjuk Gigi" mencitrakan bahwa rokok A-Mild adalah rokok
yang sehat dan rendah tar & nikotin.
Iklan A-Mild dengan seri "Tanya Kenapa", untuk iklan-iklan A-Mild yang
bertema taat kalau ada yang melihat, petugas stempel, banjir di Jakarta, macet
di jalam Tol -- mencitrakan bahwa rokok A-Mild yang sehat dan rendah tar
tersebut ternyata juga rokok yang cerdas, yang kritis terhadap permasalahan
sosial.
3.
Pepsi Cola, dengan slogannya "the Choice of a New Generation" dan "The
Next Generation" membentuk image brand bahwa minuman ringan tersebut
adalah minuman generasi muda yang mewarisi generasi berikutnya. Brand ini
dibentuk karena danya persaingan yang sangat ketat dengan Coca-Cola yang
lebih dulu hadir dan telah merajai kelas minuman ringan.
2. POSITIONING
Positioning merupakan suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu
produk, brand, perusahaan, atau individu dalam alam pikiran konsumen. Usaha ini
merupakan langkah penting untuk merebut perhatian pasar karena situasi
masyarakat di pasar sudah over communicated.
Untuk berhasil dalam masyarakat yang sudah jenuh dengan berbagai
merk produk serta sudah demikian banyaknya aneka ragam periklanan, kita harus
menciptakan posisi dalam pikiran atau benak konsumen. Posisi di sini tidak hanya
mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan perusahaan sendiri, melainkan juga
para pesaingnya. Kita harus menjadi yang pertama masuk dalam benak pikiran
konsumen.
Sebagai gambaran, Ries dan Trout (dalam Madjadikara, 2004: 61)
menggambarkan positioning dalam konteks
sejarah penemuan Amerika.
Christopher Columbuslah yang sebenarnya pertama kali menemukan benua
Amerika Serikat. Namun, dia lebih sibuk mencari emas daripada berbicara atau
Bacaan kuliah
Page 10
Copywriter, copywriting dan Bahasa
memposisikan benua tersebut dalam pikiran masyarakat. Lain halnya dengan
Amerigo Vespucci, ia menemukan benua Amerika setelah lima tahun dari yang
dilakukan Chistopher Columbus. Dia melakukan dua hal penting. Pertama, dia
memposisikan Dunia Baru (benua Amerika) sebagai benua tersendiri, yang sama
sekali berbeda dengan Asia. Kedua, dia banyak menulis tentang benua
penemuannya. Salah satunya yang berjudul Mundus Novus (Dunia Baru) telah
diterjemahkan ke dalam 40 bahasa dalam masa 25 tahun. Hasilnya, orang Eropa
mengabadikan nama Amerigo Vespuci menjadi nama benua besar tersebut,
sedangkan Christipher meninggal dalam penjara.
Dalam percakapan anak muda, kita sering mendengar perkataan, "Saya
ingin membeli Levis merek Tira". Atau pertanyaan, "Kodakmu merk apa?". Seorang
Bapak di rumah berkata kepada istrinya, "Bu, Odolnya habis, tolong beli di
warung?". Dalam benak kita Levis adalah nama lain lain celana jeans, Kodak
adalah nama lain dari kamera, Odol adalah nama lain dari pasta gigi. Padahal
nama-nama itu adalah merek produk. Merk produk inilah yang pertama
menempati posisi dalam benak konsumen dan selalu menjadi "Yang Paling
Diingat" atau Top of Mind.
Posisioning berkaitan dengan persaingan. Jadi, persoalannya adalah
bagaimana pengiklan dan biro iklan memposisikan produk di antara para pesaing.
Dalam hal ini positioning dapat diciptakan dengan menggunakan asosiasi tertentu,
misalnya: gaya hidup, kelas sosial, kedudukan profesional, sifat tertentu, dll yang
mampu membedakannya dengan pesaing.
Jadi, sebenarnya posisioning diciptakan untuk mendukung pembentukan
citra produk sehingga sangat berkaitan dengan brand dari produk tersebut.
Terdapat beberapa strategi untuk menciptakan positioning suatu produk.
1.
Penonjolan karakterisasi produk
Pengiklan memilih satu di antara sekian unsur produk yang dapat ditonjolkan.
Misalnya teh botol tidak diposisikan sebagai minuman teh yang panas, namun
diposisikan sebagai minuman ringan yang sama dengan cola. Sehingga teh botol
Bacaan kuliah
Page 11
Copywriter, copywriting dan Bahasa
bukanlah teh yang harus diminum pada saat minum teh di sore hari, tetapi minuman
tepat untuk perjalanan, untuk minuman penutup setelah makan.
Produk Mariteh tampil dengan memposisikan diri sebagai teh bubuk instan. Posisi ini
membedakan dengan produk teh lain yang penyajiannya harus disedu terlebih dahulu.
2.
Penonjolan harga
Pengiklan memilih harga murah sebagai hal yang akan ditonjolkan. Misalnya
ketika sabun cuci Daia diluncurkan pertama kali, ia mengusung posisi sebagai
sabun cuci yang murah harganya dibandingkan dengan produk sejenis yang
telah dulu ada, yaitu Rinso dan So Klin. Iklan nyamuk Hit sedari awal hingga
kini selalu mengusung posisi sebagai obat nyamuk yang murah. Tentu saja
pengiklan maupun biro iklan harus berhati-hati dengan strategi penonjolan
harga ini karena untuk konsumen -- harga sering diasosiasikan dengan mutu.
3.
Penonjolan kegunaan
Suatu produk dikaitkan dengan kegunaan khusus. Bererapa obat batuk, flu,
deman, dan sakit kepala sebenarnya mengandung komposisi yang relatif
sama. Namun, obat Paramex memposisikan diri sebagai obat sakit kepala,
Konidin dan Woods sebagai obat batuk, Decolden sebagai obat flu. Bahkan
Feminax yang kandungan komposisinya sama dengan Paramex, diposisikan
kegunaannya khusus sebagai obat sakit di kala datang bulan.
Pengiklan harus memilih kegunaan khusus dari produknya untuk pemosisian
diri.
4.
Posisioning menurut pemakainya
Produk yang sangat tua menggunakan strategi ini adalah sabun Lux. Dengan
memposisikan diri bahwa produk ini dipakai oleh bintang film kondang dunia Sophia
Laurens, brand yang terbentuk untuk sabun Lux adalah sabunnya bintang film. Dalam
perkembangannya di Indonesia sabun Lux selalu menggunakan bintang film
berkaraker sebagai ikonnya.
Produk lain yang menggunakan strategi ini adalah produk-produk kosmetik, oli Top
One, dan beberapa produk mobil.
Bacaan kuliah
Page 12
Copywriter, copywriting dan Bahasa
5.
Posisioning menurut kelas produk
Beberapa produk yang "terjepit" perlu melakukan keputusan positioning yang
kritis dengan mengaitkannya pada kelas produk yang bersangkutan. Misalnya,
produk 7 Up terjepit di antara produk minuman cola Pepsi dan Coca-Cola,
sehingga ia menggunakan slogan "7-Up is the uncola drink. But with a better
taste" untuk memposisikan dirinya.
6.
Posisioning dengan menggunakan simbol-simbol budaya
Simbol yang dijadikan identifikasi ini memiliki arti penting bagi konsumen.
Simbol ini tidak digunakan oleh posisioning pesaing. Misalnya produk Mustika
Ratu diposisikan sebagai produk yang mewarisi budaya Kraton di Jawa.
7.
Posisioning langsung terhadap pesaing
Untuk budaya , strategi ini sering dianggap tidak etis. Pernah terdapat produk
yang memanfaatkan strategi ini, namun sekarang sudah tidak dipakai lagi. Di
awal era 90-an muncul banyak produk motor Cina, dengan model bangau.
Dengan aktor Basuki yang sibuk menendangi beberapa ekor bebek, dipakailah
slogan " sekarang bukan zamannya bebek" . Namun, iklan dengan strategi
positioning tersebut segera disambut dengan keras oleh pengiklan produk
motor bebek. Sehingga saat ini, produk motor bangau tidak begitu melekat
dalam benak konsumen.
Di
Amerika
perusahaan
persewaan
mobil
Avis
secara
lamgsung
memposisikan diri dengan pesaingnya, yaitu Hertz dengan slogan "We are
number two, so we try harder". Strategi ini berhasil melekat dalam benak
konsumen. Banyak orang memilih Avis yang lebih rendah (underdog), tetapi
memiliki semangat kerja yang hebat.
Setelah Anda mengetahui strategi untuk menentukan positioning suatu produk,
berikut ini dipaparkan langkah-langkah untuk menentukan positioning tersebut.
Hal ini, dalam banyak telah dilakukan oleh pengklam. Namun, banyak juga
pengiklan yang membutuhkan bantuan biro iklan untuk membantunya mengatasi
Bacaan kuliah
Page 13
Copywriter, copywriting dan Bahasa
masalah positioning produk. Berikut ini, adalah langkah-langkag penentuan
strategi tersebut.
1.
Identifikasi Para Pesaing
Identifikasi terhadap produk sejenis, produk pengganti, maupun bentuk usaha
turunan.Di pasar terdapat pesaing primer dan pesaing sekunder
2.
Riset Persepsi Konsumen
Penelitian tentang persepsi konsumen terhadap produk pesaing, yang meliputi
karakteristik produk, manfat bagi konsumen, dll.
3.
Menentukan Posisi Pesaing
4.
Menganalisis Preferensi Konsumen
Mengetahui posisi yang dikehendaki oleh konsumen terhadap suatu produk. Pada
tahap ini produsen perlu mengkaji kembali apakah masih ada celah yang tersisa
dalam pasar yang mencermikan permintaan potensial.
5.
Menentukan Posisi Merk Produk Sendiri
Hal yang perlu diperhatikan:

Posisioning adalah komitmen terhadap segmentasi pasar. Memiliki posisi
berarti memilih segmen pasar. Ini berarti ada resiko tidak terjangkaunya
sutau produk oleh pembeli lain.

Jika iklan sudah berhasil, jangan melakukan perubahan penting dalam
hal posisioning.

Simbol produk adalah penting. Hal ini mrp identitas yang juga
menunjukkan kepribadian.
Ikuti Perkembangan Posisi
Secara berkala, posisi produk harus ditinjau dan dinilai kembali apakah masih sesuai
dengan zaman. Demikianlah penjelasan tentang positioning. Pada prinsipnya
positioning ini dilakukan untuk membentuk brand dari produk. Sebuah brand dari
produk mencerminkan posisi yang dimiliki produk di mata konsumen. Brand
sangat penting bagi pembuat iklan. Bagi penulis iklan, brand adalah panglima.
Bacaan kuliah
Page 14
Copywriter, copywriting dan Bahasa
RINGKASAN
Brand adalah ide, kata, desain, desain grafis atau suara/bunyi yang
menyimbolkan produk, jasa, dan perusahaan yang memproduksi produk dan jasa
tersebut. Semua aspek ini menerbitkan asosiasi khusus dalam benak konsumen,
misalnya tentang kualitas produk, makna simbolis yang terkandung dalam
pengalaman emosional dan psikologis yang dialami konsumen dalam bersentuhan
dengan brand tersebut.
Positioning diciptakan untuk mendukung pembentukan brand. Positioning
merupakan suatu proses atau upaya untuk menempatkan suatu produk dalam
alam pikiran konsumen. Usaha ini merupakan langkah penting untuk merebut
perhatian pasar karena situasi masyarakat di pasar sudah over communicated.
Brand merupakan panglima bagi pembuatan iklan. Brand produk harus diusung
dalam semua kampanye perusahaan, salah satunya melalui iklan. Jangan sampai
ada iklan yang menyimpangi dari brand yang telah dicanangkan untuk suatu
produk.
Terdapat beberapa strategi untuk menciptakan positioning suatu produk,
yaitu penonjolan karakterisasi produk, penonjolan harga, penonjolan kegunaan,
posisioning menurut pemakainya, posisioning menurut kelas produk, positioning
dengan menggunakan simbol-simbol budaya, positioning langsung terhadap
pesaing,
RUMUS IKLAN YANG BAIK
1. IKLAN BAIK: AIDCA
Terdapat beberapa pendapat mengenai iklan yang bagus. Menurut Kasali
(1995: 83:86) iklan yang bagus paling tidak memenuhi kriteria rumus yang
disebut AIDCA. Rumus itu merupakan singkatan dari dari elemen-elemen:
1.
Attention (perhatian)
2.
Interest (minat)
3.
Desire (kebutuhan)
Bacaan kuliah
Page 15
Copywriter, copywriting dan Bahasa
4.
Conviction (keinginan)
5.
Action (tindakan)
Dalam elemen Attention, iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran.
Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak,
atau suara-suara khusus.
Untuk elemen Interest, iklan berurusan dengan bagaimana konsumen
berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus
dirangsang agar mau membaca, mendengar, atau menonton pesan-pesan yang
disampaikan. Selain itu, iklan juga harus memiliki komponen Desire, yaitu mampu
menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut.
Setelah itu, iklan juga harus mempunyai elemen Conviction, yang artinya
iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai
goyah dan emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut. Akhirnya,
elemen Action berusaha membujuk calom pembeli agar sesegera mungkin
melakukan suatu tindakan pembelian. Dalam hal ini dapat digunakan kata beli,
ambil, hubungi, rasakan, bunakan, dan lain-lain.
Namun demikian, dalam era yang serba over comunication iklan ini, penulis
iklan harus cukup hati-hati. Banyak kalangan yang merasa alergi melihat iklan.
Salah satu di antaranya karena iklan tersebut membosankan atau terlalu terkesan
memaksa, seperti iklan berikut.
Tje Fuk
Di sisi lain, kita juga perlu memperhatikan rencana strategi pemasaran secara umum.
Tentu saja target iklan untuk produk baru, akan sangat berbeda dengan iklan untuk
produk yang sudah lama melekat dalam benak konsumen.
Begitu juga golongan target audience atau calon konsumen dan ciri fungsi
produk dari iklan -- mempengaruhi pemakaian kata-kata yang akan dipakai.
Bahasa yang dipakai untuk iklan yang target audience-nya anak-anak tentu
berbeda dengan iklan yang target audience-nya orang dewasa laki-laki .Bahasa
Bacaan kuliah
Page 16
Copywriter, copywriting dan Bahasa
yang dipakai untuk iklan rokok tentu berbeda dengan iklan yang dipakai untuk
iklan obat masuk angin. Untuk iklan obat masuk angin copywriter dapat
menggunakan kata "segeralah minum obat X", namun untuk iklan rokok katakata itu tidak dapat digunakan. Di sini yang membedakan adalah ciri fungsi iklan.
Obat masuk angin dipakai langsung untuk mengobati penyakit yang sering
diidap
oleh
masyarakat.
Sementara rokok
digunakan
konsumen
untuk
kenikmatan dan gaya hidup.
Oleh karena itu, rumus AIDCA sebagai syarat untuk iklan yang baik, tidak
begitu relevan untuk saat ini. Hakim (2006: 49-63), menawarkan rumus iklan baik
yang disebut dengan SUPER "A".
2. IKLAN BAIK: SUPER "A"
Rumus iklan SUPER "A" selain sesuai dengan kondisi masyarakat saat ini
yang over comunication, juga memperhatikan rencana strategi pemasaran,
golongan konsumen, serta ciri fungsi produk. Rumus SUPER "A" merupakan
singkatan dari elemen-elemen berikut ini.
a.
Simple (S)
Simple artinya sederhana. Untuk brand baru kesederhanaaan ini dipahami
sebagai "dapat dimengerti sekali lihat". Contohnya
Iklan Kit Kat dengan
slogannya "ada break ada Kit Kat."
Slogan ini dengan mudah masuk dalam ingatan kita bahwa Kit Kat adalah
makanan ringan untuk waktu istirahat.
Sebaliknya, untuk brand yang sudah mapan, sederhana dipahami sebagai
tidak banyak elemen, namun tetap komunikatif. Dalam bentuk yang sederhana
konsumen mampu menangkap adanya makna di balik makna yang tedapat dalam
permukaan. Tampilan iklan bersifat simple, tetapi pemikirannya tidak simple,
bertingkat, mendalam, dan melebar. Perhatikanlah iklan Levis ini. Iklan ini tidak
perlu mengusung pesan adanya produk baru Levis karena produk ini telah
Bacaan kuliah
Page 17
Copywriter, copywriting dan Bahasa
menjadi the top of Mind di kelas jeans. Iklan ini hanya mengingatkan pada
konsumen keberadaan produk Levis sambil menekanlah bahwa Levis yang tidak
hanya dipakai oleh laki-laki, tetapi juga perempuan.
b.
Unexpected (U)
Unexpected artinya tidak terduga. Di tengah derasnya arus iklan yang kita
lihat setiap harinya, iklan yang baik adalah iklan yang idenya tidak terduga, di
luar bayangan kita sehingga kita berdecak kagum. Iklan seperti ini akan selalu
diingat dan menjadi the top of mind, paling tidak dalam segmentnya.
Lihatlah iklan majalah berikut. Pada awalnya kita disuguhi gambaran orang
duduk dengan punggung tegak yang sangat asyik membaca di kebun. Setelah
kita amati, ternyata apabila gambar itu dilihat dari sisi kanan, akanlah tampak
gambar gadis yang tengah merebahkan punggungnya dan asyik menikmati
bacaan. Sehingga dapat dimaknai, betapa mengasyikkannya isi majalah tersebut,
sehingga orang yang membacanya berada di dua dunia: dunia tempat ia membaca
dan dunia bacaannya.
c.
Persuasive (P)
Persuafif disebut juga dengan daya bujuk, yang berarti mempunyai
kemampuan menyihir orang untuk melakukan sesuatu. Iklan yang berpersuasif
mampu menggerakkan konsumen untuk mendekatkan diri dengan brand dan
tertarik untuk mencobanya.
Bacaan kuliah
Page 18
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Hangan lupa, daya persuasif sebuah iklan harus diarahkan pada brand.
Sasarannya adalah konsumen tertarik kepada brand dari sebuah produk. Jangan
sampai yang menjadi top of the Mind konsumen adalah iklan, bukan brand itu
sendiri.
Jadi, benarlah adanya bahwa brand adalah hero (Hakim: 2006:57), brand
adalah panglima (Dewi, 662005).
d.
Entertaining (E)
Pernahkah Anda merasa kesal menonton iklan? Ataukah Anda merasa seperti dibodohi,
dipaksa, dan merasa waktu Anda sia-sia untuk melihat iklan? Atau sebaliknya, Anda
merasa terhibur ketika melihat sebuah iklan, berdecak melihatnya, dan ingin melihat
lagi gambar atau tayangan iklan tersebut?
Dalam era yang sudah over comunication dan juga over iklan ini, pembuat
iklan harus kreatif. Jangan sampai pesan yang kita sampaikan dalam iklan,
menjadi tidak tersampaikan karena konsumen merasa kesal melihat iklan yang
ditayangkan. Lebih lagi, jika kita menginginkan iklan yang kita buat teringat di
benak konsumen.
Iklan yang standar mungkin tidak mengesalkan hati konsumen, namun
iklan itu juga tidak akan tertanam dalam benak konsumen. Sebaliknya, iklan yang
baik akan tertanam di benak konsumen. Iklan -iklan tersebut mengandung unsur
hiburan.
Iklan yang mempunyai sifat menghibur mampu memainkan emosi
konsumen untuk tertawa, menyanyi, menari, menangis, atau terharu. Iklan seperti
itu mampu mengangkat simpati konsumen terhadap brand yang diiklankan.
Anda pasti mengingat iklan televisi rokok Djarum yang bertema puasa.
Iklan itu menggambarkan seorang pengendara sepeda motor di daerah pedesaan.
Ia diselip oleh pengendara mobil yang meninggalkan cipratan air bekas hujan ke
baju dan motornya. Sang pengendara bersabar untuk tidak marah karena dia
sedang puasa. Ketika bunyi beduk bertalu menandakan saat buka puasa, sang
Bacaan kuliah
Page 19
Copywriter, copywriting dan Bahasa
pengendara mampir di sebuah perhentian. Di situ ada mushola dan warung
makan. Ketika ia berhenti, sekilas diperlihatkan sang pengendara mobil yang tadi
mendahuluinya, tengah nikmat menyantap makanan buka puasa. Sang
pengendara membuka bekal kurma yang ia bawa, memakannya sedikit, dan
meninggalkan sisanya di atas sepeda motor. Ia segera menjalankan sholat magrip.
Setelah selesai, ia bermaksud menghabiskan kembali sisa kurmanya. Ternyata,
kurma itu sudah habis, yang tersisa hanyalah batang kurma di atas jok sepeda
motornya. Setelah itu, kamera menyorot sang pengengendara mobil yang tengah
tertawa-tawa masuk kembali ke mobilnya. Dialah yang mengambil kurma itu.
Terdapat wajah kesal dan marah dalam diri di pengendara sepeda motor. Iklan
tersebut diakhiri dengan tulisan "Sejauh mana Kesabaran Anda Teruji".
Iklan tersebut sangat menghibur dan memberi hikmah pada penonton di bulan
Romadhon. Karena itu , iklan rokok Djarum dapat masuk ke waktu tayang yang
seharusnya tidak boleh berlaku untuk iklan rokok, yaitu pukul 18.00 - 20 WIB.
Iklan rokok diizinkan tayang setelah pukul 21.00.
e.
Relevevant (R)
Dalam beriklan, kita dituntut untuk kreatif. Penyampaian iklan tidak harus
lugas menunjukkan persuafif agar konsumen segera menggunakan iklan yang
kita tawarkan. Iklan yang baik harus memnggunakan berbagai gaya berbahasa:
asosiasi, analogi, hiperbola, metafora, dan lain-lain. Atau dengan kata lain, iklan
bolehlah melantur kemana-mana, dengan syarat harus relevan.
Iklan yang baik harus dapat dipertanggungjawabkan, harus tetap dapat
dirasionalisasi, harus ada hubungan dengan brand dari produk yang kita
iklankan.Iklan harus relevan dgn brand, baik brand positioning, maupun brand
personality.
Eksekusi (produksi) dari iklan harus diperuntukkan untuk brand. Sekali lagi
brand adalah hero, brand adalah panglima. Dan, iklan harus relevan dengan brand.
Bacaan kuliah
Page 20
Copywriter, copywriting dan Bahasa
f.
ACCEPTABLE (A)
Unsur acceptable atau penerimaan sangat berkaitan dengan budaya yang
berlaku di masyarakat. Membandingkan secara langsung produk kompetitor
dengan produk yang kita iklankan, dirasa tidak dapat di terima oleh masyarakat.
Begitu juga dengan iklan yang menampilkan kekerasan.
Iklan yang baik, adalah iklan yang dapat diterima oleh masyarakat, sesuai
dengan nilai budaya setempat. Kode Etik Periklanan dan Undang-undang
tentang perlindungan konsumen merupakan kesepakatan yang memcerminkan
kepentingan masyarakat. Janganlah iklan melanggarnya. Meskipun demikian,
terdapat beberapa bagian dari kesepakatan itu yang bersifat grey area, sehingga
susah dijadikan pegangan. Untuk itu, berpeganglah pada hati nurani. Kita
dianugerahi Tuhan sebuah hati nurani yang mampu menuntun kita untuk menilai
apakah iklan yang kita buat, sesuai atau tidak dengan nilai-nilai budaya di
masysrakat.
Tentu kita tetap menginginkan iklan yang kita buat menjadi the top of the
Mind , sekaligus menjadi pendongkrak penjualan. Untuk itu, iklan yang baik
haruslah dapat diterima oleh masyarakat.
RANGKUMAN
Dahulu iklan yang baik dianggap harus memenuhi kriteria rumus AIDCA,
yaitu Attention (menarik perhatian), Interest (mampu menggerakkan minat minat),
Desire (mampu menggerakkan kebutuhan orang menikmati produk), Conviction
(mampu menciptakan kebutuhan konsumen untuk membeli produk), dan Action
(mampu menggerakkan konsumen untuk bertindaj membeli produk).
Namun demikian, dalam era yang serba over comunication iklan ini, iklan
harus memperhatikan rencana strategi pemasaran secara umum, target audience,
ciri fungsi produk, dan harus dapat menghibur.
Bacaan kuliah
Page 21
Copywriter, copywriting dan Bahasa
Iklan dengan rumus SUPER "A" dinilai tepat sebagai syarat iklan yang
baik. SUPER "A" terdiri dari elemen 1) Simple, artinya sederhana, baik untuk
iklan produk baru maupun lama:, 2) Unexpected , artinya tidak terduga, iklan
harus mampu membuat kejutan bagi yang orang yang menyaksikannya; 3)
Persuasive, artinya daya bujuk, iklan harus mampu mendekatkan diri konsumen
pada brand; 4) Entertaining, artinya menghibur, iklan harus menyenangkan,
jangan sampai membuat orang kesal menyaksikannya; 5) Relevevant, artinya
sesuai, eksekusi yang dibuat dalam iklan harus sesuai dengan brand; 6)
Acceptable, artinya iklan harus dapat diterima oleh budaya dalam masyarakat.
Bacaan kuliah
Page 22
Download