WORKING SHEET PROGRAM : TECHNICAL NOTE No : WEEK : DATE : 15 - 09 - 2008 Klasifikasi Tanah Sawah dan Emisi Metana Lahan sawah dalam bahasan ini didefinisikan sebagai suatu kawasan lahan yang digunakan untuk budidaya tanaman padi yang dikelola dengan adanya periode penggenangan. Secara fisik, tanah sawah dicirikan oleh terbentuknya lapisan oksidatif atau aerobik di atas lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya sebagai akibat penggenangan (Patrick dan Reddy, 1978; Ponnamperuma, 1985). Menurut Greenland (1997), IRRI mengklasifikasikan ekosistem tanah sawah kedalam empat kelompok, yaitu: (a) (b) (c) (d) Tanah sawah beririgasi (irrigated rice ecosystem), dicirikan oleh permukaan lahan yang datar, dibatasi oleh pematang dengan tata air terkontrol, lahan tergenang dangkal dengan kondisi tanah dominan anaerobik selama pertumbuhan tanaman dan penanaman padi dilakukan dengan pemindahan bibit pada tanah yang telah dilumpurkan. Tanah sawah dataran tinggi (upland rice ecosystem), dicirikan oleh lahan datar hingga agak berombak, jarang digenangi, tanah bersifat aerobik dan penanaman padi dilakukan dengan penyebaran benih pada tanah kering atau tanpa penggenangan yang telah dibajak atau dalam keadaan lembab tanpa pelumpuran. Tanah sawah air dalam peka banjir (flood-prone rice ecosystem), dicirikan oleh permukaan lahan yang datar hingga agak berombak atau cekungan, tergenang banjir akibat air pasang selama lebih dari 10 hari berturut-turut sedalam 50-300 cm selama pertumbuhan tanaman, tanah bersifat aerobik sampai anaerobik dan penanaman padi dilakukan dengan pemindahan bibit pada tanah yang dilumpurkan atau sebar-benih pada tanah kering yang telah dibajak. Tanah sawah tadah hujan dataran rendah (rainfed lowland rice ecosystem), dicirikan oleh permukaan lahan datar hingga agak berombak, dibatasi pematang, penggenangan akibat air pasang tidak kontinyu dengan kedalaman dan periode bervariasi, umumnya tidak lebih dari 50 cm selama lebih dari 10 hari berturutturut, tanah bersifat aerobik-anaerobik berselang-seling dengan frekuensi dan periode yang bervariasi serta penanaman padi dilakukan dengan pemindahan bibit pada tanah yang telah dilumpurkan atau sebar-benih pada tanah kering yang telah dibajak atau dilumpurkan. Sedangkan di Indonesia, selain klasifikasi diatas dikenal juga klasifikasi lainnya: Tanah sawah pasang surut, yaitu jenis sawah terletak didaerah datar yang pengairannya tergantung pada air sungai yang dipengaruhi oleh pasang surutnya air laut. Tanah sawah lebak, yaitu lahan sawah yang pengairannya berasal dari reklamasi rawa lebak Tanah sawah polder, yaitu lahan sawah yang terletak di delta sungai Sifat fisik, kimia dan biologi tanah sawah dan tanah pada lahan basah lainnya sangat berbeda dibandingkan tanah pada lahan kering. Lansekap berteras-teras, adanya pematang dan penutupan tanah dengan lapisan genangan air melindungi tanah dari proses degradasi yang paling menentukan produktivitas lahan pada jangka panjang, yaitu erosi. Menurut Greenland (1997), karakteristik utama tanah sawah yang menentukan keberlanjutan sistem budidaya padi sawah di Asia adalah sebagai berikut: (a) (b) (c) (d) (e) (f) Penggunaan tanah secara kontinyu tidak menyebabkan reaksi tanah menjadi semakin masam. Hal ini berkaitan dengan sifat kimia-fisik tanah tergenang, dimana penggenangan menyebabkan terjadinya konvergensi pH tanah menuju netral. Kondisi lansekap tanah sawah memungkinkan hara yang tercuci lebih cenderung tertampung kembali ke lahan di bawahnya daripada keluar dari sistem tanah. Fosfor lebih mudah tersedia bagi padi sawah karena pada kondisi tergenang besi lebih banyak berada dalam bentuk ferro daripada ferri, dimana ferro-fosfat lebih mudah tersedia daripada ferri-fosfat. Sebagian hara yang terserap tanaman padi tergantikan oleh hara terlarut dalam air irigasi. Populasi aktif organisme penambat nitrogen pada tanah sawah membantu mempertahankan tingkat ketersediaan nitrogen organik dalam jumlah yang cukup untuk mendukung tingkat produksi rata-rata. Karena tanah sawah bertopografi datar, dibatasi oleh pematang dan tertutup air genangan, maka tidak terjadi erosi. Setiap sistem pengelolaan sawah terutama sistem pengairan sawahnya akan memberikan pengaruh terhadap besaran emisi metana yang dihasilkan. Penggenangan merupakan karakteristik khas dari sistem tanah sawah. Pada kondisi tergenang, kebutuhan oksigen yang tinggi dibandingkan laju penyediaannya yang rendah menyebabkan terbentuknya dua lapisan tanah yang sangat berbeda, yaitu lapisan permukaan yang oksidatif atau aerobik dimana tersedia oksiden dan lapisan reduktif atau anaerobik di bawahnya dimana tidak tersedia oksigen bebas (Patrick dan Reddy, 1978). Emisi metan dari lingkungan akuatik seperti tanah sawah pada dasarnya ditentukan oleh dua proses mikrobial yang berbeda, yaitu produksi metan dan konsumsi metan (Rudd dan Taylor, 1980). Pada tanah sawah, metan diproduksi sebagai hasil antara dan hasil akhir dari berbagai proses mikrobial, seperti dekomposisi anaerobik bahan organik oleh bakteri metanaogen (Zehnder dan Stumm, 1988). Bakteri ini hanya aktif bila kondisi tanah yang reduktif atau anoksik telah tercapai akibat penggenangan. Sebagian dari metan yang diproduksi akan dioksidasikan oleh bakteri metanaotroph yang bersifat aerobik di lapisan permukaan tanah dan di zona perakaran. Sisa metan yang tidak teroksidasi ditransportasikan ke atmosfer dengan cara difusi melalui air genangan, ebulisi atau pembentukan gelembung-gelembung gas serta transportasi melalui aerenchyma padi. Kemampuan tanaman padi dalam mengemisi metana beragam, bergantung pada sifat fisiologis dan morfologis suatu varietas. Selain itu, masing-masing varietas mempunyai umur dan aktivitas akar yang berbeda yang erat kaitannya dengan volume emisi metana (Setyanto et al. (2004). Dalam kaitan dengan variasi besaran emisi metana dari setiap variatas, pengukuran emisi metana dari berbagai kondisi ekosistem dan varietas padi telah banyak dilakukan di Indonesia. Tujuan utama dari kegiatan tersebut adalah untuk mencari jenis varietas yang mempunyai emisi metana kecil tetapi mempunyai produktivitas yang optimum. Berikut adalah hasil pengukuran emisi metana dari berbagai varietas dan ekosistem sawah yang berbeda. Tabel 1. Kompilasi emisi gas CHa dari berbagai varjetas padi di lndonesra varietas Padi Padisawah Emisi CH4 kg/ha/musim Hasil padi (ton/ha) Rasio produksi padi/kg ch4 Tahun penelitian Cisadane Membramo Maros IR36 IR64 97,7 81,0 73,9 72,9 37,4 3,15 3,41 3,68 4,13 3,52 32,2 42,0 49,8 56,7 94,1 1997-98 Cisadane Muncul IR36 Memberamo IR64 Dodokan 238,5 127,0 117,5 112,0 97,0 74,5 3,98 4,58 4,87 4,15 3,89 3,32 16,7 36,0 41,4 37,1 40,1 44,5 1998-99 Tukad Unda (baseline) IR64 Ciherang Tukad petanu Way Apoburu Cisantana Tukad Balian 244,2 195,7 170,5 157,8 137,3 133,1 115,6 4,91 4,87 5,34 2,78 4,95 4,95 4,89 20,1 24,9 31,3 17,6 36,0 32,2 40,0 2001 Cisadane (Baseline) Memberamo 107,0 83,0 5,76 5,88 53,9 70,9 2001 Way Apoburu IR64 Cisadane Tabela (Baseline) Cisadane Tapin IR64, Tabela IR64, Tapin Cisadane (baseline) Memberamo Way Apoburu IR64 83,0 79,0 6,07 5,87 73,1 74,3 122,0 86,0 82,1 78,2 6,03 6,46 5,89 5,91 49,5 75,1 71,7 75,5 124,0 106,0 106,0 101,0 6,43 7,40 7,40 6,74 51,8 69,8 69,8 66,7 Ciherang (baseline) 538,7 7,05 13,1 Girang 470,7 5,89 12,5 IR64 469,1 6,31 13,5 Fatmawati 324,2 5,47 16,9 Padi Pasangsurut Punggur (baseline) 183,0 4,0 21,8 Banyuasin 179,0 3,5 19,3 Martapura 171,0 6,0 34,9 Sei Lalan 153,0 5,7 44,5 Indragiri 141,0 6,0 42,7 Tenggulang 124,0 3,3 26,8 Batanghari 104,0 3,3 31,7 Sumber: Wihardjaka et al (1997), Wihardjaka et al. (1999), Setyanto et al. (2004) Setyanto et al (2005), Setyanto and Abubakar (2006), Styanto et al. (2006) 2003 2004 Dari Tabel di atas menunjukkan bahwa varietas padi yang berbeda menghasilkan emisi yang berbeda. Sedangkan varietas padi yang sama dibudidayakan pada perlakukan dan ekosistem yang berbeda menghasilkan emisi metana yang berbeda. Rasio produksi padi per kg metana mengindikasikan besaran produksi padi per hektar dibandingkan dengan produksi emisi metana yang dihasilkan. Dengan mengetahui rasio ini dapat digunakan untuk memilih varietas padi yang mempunyai produksi yang tinggi tetapi mempunyai emisi yang rendah. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik untuk dipilih sebagai varietas berproduksi tinggi dan ramah lingkungan. Nama Job Code Mubekti Tanda Tangan : PERAN