PAI – KIA klmpk7 fix - Keluarga IKMA FKMUA 2010

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan.
Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Al Qur’an” menyebutkan bahwa Islam
menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal,
jasmani, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari dari yang disebutkan tersebut
berkaitan dengan kesehatan (kedokteran). Hal ini sejalan dengan kesepakatan
ulama yang
menyatakan bahwa Islam bertujuan untuk memelihara lima hal
pokok, yakni agama (hifdh diin), kehidupan (hifdh al-nafs), keturunan (hifdh alnasl), akal (hifdh al-‘aql) dan harta (hifdh al-maal). Setiap usaha yang dapat
mendukung terciptanya salah satu dari tujuan tersebut, walaupun belum ditemukan
dalam Al Qur,an dan Al Sunnah, mendapat dukungan penuh dari ajaran Islam.
Untuk memenuhi perlindungan terhadap keturunan (hifdh al-nasl), Islam
telah mengatur sedemikian rupa dengan memberikan batasan dan kelonggaran
tertentu sehingga dapat terbentuk suatu generasi yang unggul dari waktu ke waktu.
Maka dalam hal ini peranan keluarga terutama wanita sangatlah penting. Wanita
memegang peranan terhadap kelangsungan dan kesinambungan keluarga tersebut.
Perkembangan keluarga melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di
posisi terpenting dalam melahirkan generasi baru dari manusia.
Pentingnya peranan wanita dalam suatu generasi, Islam pun memberikan
kedudukan yang Istimewa untuk kaum wanita. Peran wanita dikatakan penting
1
karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban
yang semestinya dipikul oleh pria. Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa
wanita hamil dan melahirkan mempunyai keutamaan lebih dimata Allah SWT.
Rasulullah bersabda, “Apalah kamu tidak rela, salah seorang dari kamu,
wahai sekalian wanita, bahwa jika Ia hamil dari suaminya, sedangkan suaminya
ridha padanya, maka ia akan memperoleh pahala, seperti pahala orang yang
berpuasa yang sedang berjuang fi sabilillah. Dan jika dia merasa kesakitan
(ketika melahirkan), maka ia akan mendapatkan pahala yang penduduk langit dan
bumi belum pernah melihat pahala yang disediakan untuknya dari pandangan
mata yang menyenang-kan. Dan jika ia melahirkan, maka tiadalah keluar seteguk
susunya yang kemudian anaknya menghisap susunya, melainkan setiap tetesan
susunya tersebut akan berpahala satu kebaikan. Dan jika ia tidak dapat tidur
semalam suntuk (karena anaknya), maka baginya pahala seperti memerdekakan
70 hamba sahaya dijalan Allah dengan penuh keikhlasan."
Dari Surat maupun hadist di atas jelas kiranya bahwa kedudukan wanita (ibu)
sangat dijunjung tinggi. Islam memperhatikan bahwa wanita mengemban amanah
yang besar, sehingga Islam memberikan berbagai keistimewaan dan perlakuan
khusus pada mereka. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima
kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya.
Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan
ayah.
Ini disebutkan dalam firman Allah dalam Surat Luqman ayat 14,
2
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibubapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada
dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS.
Luqman: 14)
Begitu pula dalam firman-Nya pada Surat Al-Ahqaf ayat 15,
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu
bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya
dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh
bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15)
Selain itu, Islam juga memerintahkan umatnya untuk mencetak generasi Islam
dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Oleh karena itu merupakan kewajiban
3
setiap orangtua untuk memperhatikan kebutuhan anak baik fisik maupun spiritual
agal kelak dapat menjadi generasi yang diidamkan Rasulullah.
Sabda Rasulullah, “Nikahilah wanita-wanita subur peranakannya dan
memiliki rasa cinta, karena aku merasa bangga dengan banyak umatku dihadapan
nabi-nabi pada hari kiamat” (HR. Ahmad dari Anas)
Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "..Suami
sebagai pimpinan didalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab dalam
rumah tangganya..." (HR. Bukhori Muslim).
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dengan sedemikian
rupa mengatur kedudukan dan hak – hak dari seorang wanita terlebih lagi pada
wanita hamil, bagaimana mereka diperlakukan, dan hal apa saja yang
diperbolehkan atau dilarang ketika mengalami proses kehamilan dan kelahiran
agar ibu dan bayinya dapat selamat. Sementara itu, masalah kesehatan anak juga
mendapat perhatian besar dari Islam. Pertumbuhan dan keselamatan seorang anak
di masa kecil, menentukan nasibnya di kemudian hari sehingga berpengaruh juga
terhadap kontribusinya terhadap agama, orang tua, dan negara.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan secara umum?
2. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan
nifas?
3. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan anak?
4
1.3 Tujuan
1. Memahami makna kesehatan dalam Islam.
2. Memahami pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan
nifas.
3. Memahami pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan
nifas.
5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi keadaan sehat menurut Islam
Dalam literatur keagamaan, ada dua istilah yang digunakan untuk menunjuk
tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. Pertama, kata kesehatan,
terambil dari kata sihat. Kedua, kata ‘afiat. Kedua kata ini sering diucapkan
dengan sehat – afiat dan umat Islam mengucapkannya dengan “sehat wal ‘afiat”.
Dalam kamus bahasa arab, kata ‘afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk
hamba-Nya dari segala macam bencana dan musibah-Nya. Dalam pengertian ini,
kata ‘afiat menegaskan adanya makna berfungsinya anggota tubuh manusia
sesuai dengan tujuan penciptaannya. Misalnya, mata yang sehat adalah mata
yang dapat melihat dan membaca tanpa menggunakan kaca mata.
Sedangkan mata yang ‘afiat adalah mata yang dapat melihat dan membaca
objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek yang dilarang.
Hal lain misalnya, perut yang sehat adalah perut yang dapat mencerna makanan
secara sempurna sehingga kebutuhan gizi badan dapat optimal. Sedangkan perut
yang ‘afiat adalah perut yang dapat menahan nafsunya sehingga hanya akan
diberi makan dengan makanan halalan thoyiban. Hal-hal tersebut itu pada
dasarnya merupakan fungsi yang diharapkan sang pencipta.
6
2.2 Kesehatan ibu
Menjaga kesehatan sebagai calon ibu adalah keharusan untuk setiap wanita
maupun suaminya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga pola makan kemudian
olahraga. Latihan yang berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh dapat
membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan tubuh
yang baik dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan individu serta
meminimalkan risiko trauma tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil.
Memiliki jantung sehat dapat pula membantu mengatasi beberapa gejala
fisik selama kehamilan. Ini membantu meningkatkan atau menjaga kadar energi
wanita serta membantu mereka mengatasi peningkatan kondisi psikologi yang
dapat terjadi saat mengandung dan mempercepat proses pemulihan setelah
melahirkan. Kemampuan mengontrol pernapasan pun akan turut membantu
mengatasi rasa sakit. Kemudian juga mengkonsumsi makanan yang sehat.
Allah telah menyediakan begitu banyak ragam makanan dengan banyak
manfaatnya. Maka sebagai wanita yang beriman yang akan mempunyai
momongan haruslah memanfaatkan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya, lalu
jangan lupa selalu mensyukuri segala pemberianNya agar kita selalu mendapat
tambahan kenikmatan dariNya.
Allah berfirman :
‫ش ِديْد‬
َ َ‫عذَا ِبي ل‬
َ ‫ش َكرْ ت ُ ْم أل َ ِز ْيدَنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ ت ُ ْم إِ َّن‬
َ ‫لَئِ ْن‬
3
7
Yang artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah
nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya
adzab-Ku sangat pedih“. (QS. Ibrahim. 7.).
a. Ibu hamil
Pada satu sisi harus berusaha menjaga kesehatan diri sendiri dan calon
anak dalam kandungan. Pada sisi lain juga siap berusaha bagaimana supaya
anak yang dilahirkannya nanti menjadi anak yang baik, anak yang soleh atau
solehah. Itu membutuhkan usaha yang kuat dan terus menerus pada saat
masih dalam kandungan. Sebuah tugas yang sangat berat yang harus dijalani.
Namun bila semua dikerjakan dengan penuh keikhlasan karena Allah,
kesungguhan
dan
kemauan
yang
kuat
serta
kesabaran
dalam
menjalankannya, tentu semua insya Allah dapat berjalan dengan baik dan
ringan. Dan tentu saja Allah tidak akan menyia-nyiakan niat dan usaha
hambaNya itu.
Allah berfirman dalam Al-Qur’an bagaimana seorang hamba yang ikhlas
dalam usahanya dan mencari keridhoan Allah, maka akan mendapat hasil
yang baik.
‫ت هللاِ َوتِثْبِيْتا ً ِم ْن أَ ْنفُس ِِه ْم َك َمث َ ِل َجنَّ ٍة بِ َرب َْو ٍٍ أَََابَهَا‬
ِ ‫َو َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُوْ نَ أَم َْوالَ ُه ُم ا ْبتِغَآ َء َمرْ ضَا‬
‫َوابْل فَآت َ ْت أ ُ ُكلَها َ ِض ْعفَي ٍْن فَ ِإ ْن لَ ْم ي ُِصبْها َ َوابِل َف َط ٌّل َوهللاُ بِ َما ت َ ْع َملُوْ نَ بَ ِصيْر‬
Yang artinya : ”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta
bendanya karena mencari keridhaan Allah semata dan untuk keteguhan jiwa
mereka, adalah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang
disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu kemudian menghasilkan buahnya
8
dua kali lipat. Jika hujan lebat tiada menyiraminya, maka hujan gerimis pun
memadai pula. Dan Allah Maha Melihat apa yang kerjakan.(QS. AlBaqarah : 265).
Raga sehat adalah dambaan seluruh manusia, apalagi wanita yang sedang
hamil. Hal itu sangat diutamakan, karena keadaannya akan menyangkut pada
perkembangan sang bayi dalam kandungannya dan juga pada proses
melahirkannya.
Bila calon ibu sehat wal afiat, insya Allah bayi dalam kandungannya pun
akan berkembang normal dan sehat. Maka usaha untuk menjadi ibu yang
sehat dan bayi dalam kandungan yang sehat harus terus diutamakan dan
diusahakan.
Kesehatan seorang wanita yang sedang mengandung dapat berpengaruh
pada diri sendiri dan calon bayi yang dikandungnya. Maka pola makan
sehari-hari harus diperhatikan dengan baik, yaitu pola makan yang halal,
thoyyib (baik), sehat dengan gizi yang seimbang dan makanan yang
bervariasi.
Jangan ikuti pada keadaan dimana calon ibu tidak nafsu makan, atau
muntah-muntah karena misalnya pada saat bulan- bulan pertama hamil yang
disebut ngidam. Usahakan harus tetap mengkonsumsi makanan halalan
thoyyiban yang sehat dan bergizi, hal ini supaya terhindar dari penyakit
anemia atau kurang darah, dengan gejala pusing dan tubuh jadi lemah.
9
Asupan makanan halalan thoyyiban yang bervariasi dan bergizi menjadi
sangat perlu bagi calon ibu. Hal ini sangat berguna untuk calon ibu sendiri
dan calon bayinya.
Allah berfirman,
َ ‫اَّللُ َح ََل اًل‬
‫اَّللِ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم إِيَّاهُ ت َ ْعبُد ُون‬
َّ َ‫طيِِّباا َوا ْش ُك ُروا نِ ْع َمة‬
َّ ‫فَ ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم‬
“Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan
Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya
saja menyembah.” (QS. An-Nahl: 114)
Biasanya wanita hamil juga mengkonsumsi vitamin sebagai asupan gizi
tambahan, hal itu boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai berlebihan. Karena
biar bagaimanapun ada resiko sendiri jika asupan vitamin yang berlebihan.
“Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan.
Sesungguhnya
Allah
tidak
menyukai
orang-orang
yang
berlebih-
lebihan”. (QS. Al A`raaf : 31)
Bila Allah telah mengharamkan suatu perbuatan atau mengharamkan
suatu makanan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits nabi-Nya, itu
berarti sudah pasti mengandung resiko besar, baik itu berupa dosa bila
melanggarnya atau resiko fisik berupa penyakit atau bahaya lain.
10
Misal Allah telah mengharamkan khamr (minuman beralkohol), jika
seorang hamba melanggarnya (tetap meminumnya), maka berdosalah si
peminum dan adapun fisiknya akan terkena berbagai macam penyakit. Bila
wanita hamil pengguna khamr, kelak bayinya akan mengalami keguguran,
bayi lahir mengalami fetal alcohol syndrome (gangguan yang menyebabkan
lahir cacat fisik dan psikis).
Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda,
"Barangsiapa minum khamr semasa di dunia dan belum sempat bertaubat
maka diharamkan untuknya minum di akhirat kelak," (HR Bukhari [5575]
dan Muslim [2003]).
Maka wanita hamil harus menjauhi apa-apa yang diharamkan Allah, agar
terhindar dari dosa dan terhindar dari berbagai macam penyakit yang tentu
saja sangat menakutkan bagi diri sendiri dan bagi bayinya kelak.
b. Masa melahirkan
Proses melahirkan adalah dimana proses melahirkan bayi yang akan
terjadi ketika usia kandungan sudah mencapai umur kurang lebih 9 bulan 10
hari. Proses Melahirkan atau persalinan ini berarti dilakukan tanpa melalui
operasi yang kita kenal dengan istilah medis proses melahirkan caesar.
Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur'an diturunkan, pasti
mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani lakilaki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir
11
sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang
gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi,
sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian
orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu
pengetahuan abad ke-20.
Anak yang baru lahir harus dirawat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan
petunjuk medis dan ajaran islam. Karena anak merupakan karunia titipan
Allah SWT dan akan menjadi khalifah di bumi. Sebagaimana firman Allah
SWT:surah/surat:
An-Nahl
Ayat
:
78
artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan
tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.
c. Nifas.
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan, mengiringi
wiladah (setelah melahirkan anak). Lamanya nifas itu adakalanya sebentar
saja (satu lahzah), dan biasanya 40 hari. Selama-lama nifas itu 60 hari 60
malam. Jika lebih dari 60 hari, itu adalah darah istihadah. Mengenai kaum
perempuan bernifas lamanya 40 hari itu adalah sesuai dengan hadis Nabi
SAW. Dan Ummi Salamah r.a. dia berkata:
12
"Adalah para wanita yang bemifas pada masa Rasulullah SAW itu,
duduk/berhenti selama 40 hari dan 40 malam." (Riwayat Abu Daud,
Tirmizi dan lain-lain)
Pada hadis lain, ada pula dinyatakan artinya: dari Anas r.a ia berkata,
"Adalah Rasulullah SAW membatasi waktu bagi perempuan perempuan
yang nifas itu 40 hari, kecuali ia melihat suci sebelum itu."(Riwayat Ibnu
Majah)
Selama masa nifas seorang wanita diberi kelonggaran oleh Islam
untuk memulihkan keadaan fisiknya pasca melahirkan. Diantaranya
adalah,
1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik
Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas (darah
kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan,
bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang membutuhkan kekuatan
fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran.
2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan
Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang
kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa
nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena
melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah
berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal
13
kesehatan Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa
kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan dengan keimanan.
Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera berobat.
Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam agama. Seseorang
tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir, karena
sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit.
Rasulullah saw bersabda:
Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan
penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu
penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan.
3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas
Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada
masa nifas sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari
segi kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup banyak hikmah,
seperti, jalan lahir anak pada wanita masih dalam penyembuhan dari
luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi.
Ayat allah SWT
‫و ال ال مح يض ف ي ال ن ساء ف اع تزل وا أذى هو ق ل ال مح يض عن وي سأل ون ك‬
‫هللا أمرك م ح يث من ف أت وهن ت طهرن ف إذا ي طهرن ح تى ت قرب وهن‬
‫هللا إن‬
‫ري نال م تطه وي حب ال تواب ين ي حب‬
Artinya: dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang
haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah
14
istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum
mereka suci…. (al-Baqarah: 222)
Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid
maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar).
4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas
Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk
mandi. Dengan demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci.
Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus diaktifkan kembali
dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40 hari
merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita
baik kesehatan fisik maupun mentalnya.
d. Menyusui
Menyusui merupakan perintah Allah yang disebutkan dalam Al Quran
Surat Al Baqarah ayat 233, yang berbunyi,
َ ‫د‬
َ ُْ ‫ر‬
ْ ‫ر‬
َ ‫دلاَ ْو‬
ْ ْ ‫َرو َّْ َُه‬
ْ ‫لا‬
ْ ‫َر‬
ْ َ‫د ا‬
‫لاو‬
‫ع َض ْو‬
‫ال َو‬
‫َْْل َو‬
‫ن َو‬
‫ت َّْأ َّْ ْدل ْو‬
‫ََمَ َو‬
َ ‫ر ََ َن‬
َ ‫ِن‬
َ ‫ِ َداْل‬
َ ‫ه‬
َ َِ ْ ‫ه‬
ْ ‫نض‬
َ ‫ضَْو‬
ْ َ‫و‬
ْ ‫ع‬
ْ ُْ ‫د‬
َ َُِْ ‫او‬
ْ ‫لان‬
ْ ‫لا‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫نا‬
‫رو‬
‫ن َداَد َو‬
‫ر اْ َو‬
‫ر َد َن َه َق َو‬
‫دوَ َق َو‬
‫ك و‬
‫فَ َ َو‬
َ ُ‫ن َض َن‬
ْ ‫و‬
َ ‫ه َ ٌْ َس‬
ْ ‫ه‬
ْ ُْ
َ َُ ْ ‫ه‬
ْ َ‫ا و‬
ْ َِ ْ ‫ه‬
ْ ‫و َوو‬
ْ َِ ‫ضَْو‬
‫فو‬
‫ض ْقن ََّ و‬
‫َد و‬
‫ر َو‬
‫الن ُْلاَ ْو َو‬
‫ه ُْ و‬
‫ْ َداَد َدوَا َ َو‬
َ ْ‫دا‬
َ ْ‫دا‬
َ ‫ث‬
ْ ‫دل‬
ْ ‫ن‬
ْ ‫أ‬
ْ ‫نن وْ ْنلرَو‬
َ
َ ‫ون َُ َود‬
ْ ‫نه ِ َّْ ْدل‬
ْ ‫لا‬
ْ َْ ‫ضر‬
ْ ‫ْ َُ َق‬
ْ ْ‫ل ْ ُْو‬
‫دل َد و‬
‫ْ َل َو‬
‫َاَ ْو‬
‫ْنَ َو‬
‫ل و‬
‫ْ و‬
‫َ ُْن ْو‬
َْ
َ ‫ل‬
َ ‫د‬
َ ‫ضَْل‬
َ ‫ع‬
ْ ‫ن‬
ْ ََّ
ْ ‫أ‬
ْ ‫َل‬
َ ‫ت‬
َ ْ‫ت و‬
ْ ْ ‫ل ْ َّْ َُه‬
ْ ‫َق‬
‫نن‬
‫ت ََُّْ َو‬
‫ضدل َّْأ َّْ ْد َدوَ َو‬
‫ِ َو‬
‫ْ و‬
‫َ ُْن ْو‬
‫َف َو‬
َ ‫ه ْم َن‬
َ ‫ضَْل‬
َ َِ ‫َ ُْلوَ َتدل‬
َ ُْ ‫أ‬
َ ‫او‬
َ َْ‫لض‬
َ َ َ‫ه‬
ْ ‫َْ ْْلوْ َل َمت‬
ْ ‫نا‬
ْ َِ ‫دأ‬
ْ ‫وْ َض‬
‫ن َمت‬
‫ْو‬
‫ندل‬
‫َ َّْ َو‬
‫ْو‬
‫نن‬
‫نََ ْو‬
َ ُ‫ن َض َن‬
َ‫لل َنو‬
َ ِْ {233}
15
yang artinya, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama
dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan.
Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut
kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan
karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun
berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua
tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada
dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang
lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran
menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah
bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. " (Q.S Al Baqarah
:233).
Selaras dengan apa yang difirmankan Allah beratus tahun yang lalu
tentang kewajiban menyusui, perkembangan ilmu pengetahuan modern
juga mendukung perintah tersebut karena terbukti menyusui memberikan
banyak manfaat kesehata bukan hanya untuk bayi tetapi untuk sang ibu
sendiri. Beberapa manfaat menyusui bagi ibu adalah,
1.
Mengurangi risiko kanker payudara. Wanita yang menyusui
mengurangi risiko terkena kanker payudara sebanyak 25 persen.
Pengurangan risiko kanker terjadi proporsional dengan durasi
menyusui kumulatif seumur hidup. Artinya, semakin banyak bulan
16
atau tahun ibu menyusui, semakin rendah risikonya terkena kanker
payudara.
2.
Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen yang
lebih rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua kanker itu
menurun. Diduga penurunan estrogen menyebabkan berkurangnya
rangsangan terhadap dinding rahim dan juga jaringan payudara,
sehingga memperkecil risiko jaringan tersebut menjadi kanker.
3.
Mengurangi osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki risiko
empat kali lebih besar mengembangkan osteoporosis daripada wanita
menyusui dan lebih mungkin menderita patah tulang pinggul di
tahun-tahun setelah menopause.
4.
Manfaat KB alami. Menyusui dapat mengakibatkan penundaan
ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara waktu.
Berapa lama seorang wanita kembali subur tergantung pada pola
menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya sendiri.
5.
Meningkatkan kesehatan emosional. Menyusui tidak hanya baik
untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan bahwa ibu
menyusui
kurang
menunjukkan
kecemasan
dan depresi
postpartumdaripada ibu yang memberikan susu formula.
6.
Meningkatkan penurunan berat badan. Ibu menyusui menunjukkan
lebih banyak penurunan lingkar pinggang dan massa lemak dalam
satu bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu yang memberikan
17
susu formula. Ibu menyusui cenderung kembali ke berat badan
sebelum kehamilan.
Dalam Islam ibu yang menyusui anaknya juga diganjar dengan pahala
yang sangat besar. Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah
bersabda,
“…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali
ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit
karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya
seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah
melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu
yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang
memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap
orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan.
Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa
itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan
qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang
Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah
mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (HR
Thabrani dan Ibnu ‘Asakir)
e. Kontrasepsi
Pasca Melahirkan wanita Diperbolehkan Menjaga Jarak Kehamilan.
Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita
18
boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan.Menjaga jarak dengan
tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu
sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang
beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu
hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita
meniggal dunia ketika hamil atau melahirkan. Dalam Al-Quran ditegaskan
bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik dan mencukupi
dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt: “Dan
Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin
menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang
wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak
hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan
sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih
bayinya. Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan
proses kehamilan itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti
jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan)
adalah 2 tahun 9 bulan.
Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu
maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam
rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah
anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan
pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang
sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt
19
berfirman: “…………. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam
urusan itu.(QS:Ali Imran:159.)
2.3 Kesehatan Anak
a. ASI
Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugrah Ilahi untuk pertumbuhan
bayi. ASI ini adalah bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki
kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan
pertama sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi
dapat memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian
atau tidur. Jadi, ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak
memerlukan persiapan juga tidak membutuhkan biaya. Kandungan zat gizi
ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan vitamin,
ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang
cukup sekalipun berada pada iklim panas. ASI memiliki kandungan
protein dan lemak yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang
pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk
kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin, sehingga tidak perlu lagi
menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama. Salah satu
firman
Allah
tersebut
adalah
ibu-ibu
muslimin
diminta
untuk
menyempurnakan persusuan hingga 2 tahun saat penyapihan dimulai.
20
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”… (Al
Baqarah [2:233]).
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah
yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”…
(Luqman [31:14]).
“Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya
dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya .
Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada
dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233).
“Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil,
maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin,
kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka
berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara
kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan
maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya .” (Q.S At
Thalaq:6).
21
“Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya
kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar
(dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu,
lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya
dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat
manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk,
akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (Q.S Al-Hajj:1-2).
Seorang sahabat Rasulullah, pernah berkata kepada istri yang
menyusui bayinya : “ Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan
yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak.
Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar
ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid
kepada Allah Swt..”
Ternyata banyak hikmah dari perintah Allah untuk menyusui bayi
tersebut. Selain mempererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak,
manfaat kesehatan dari pemberian ASI ternyata sangat besar. Misalnya,
mendukung terbentuknya komunitas bakteri yang menguntungkan di
dalam usus. Baru-baru ini, para peneliti menemukan bahwa ada perbedaan
menonjol dalam kandungan flora jasad renik di dalam perut antara bayi
yang disusui oleh ibunya dengan bayi yang diberikan susu formulasi.
Perbedaan ini berlanjut dengan perbedaan ekspresi gen-gen yang terkait
dengan kekebalan tubuh bayi. Menggunakan teknik terbaru dalam bidang
kajian genomika, para peneliti dari tiga universitas di Amerika, membaca
22
gen-gen yang teraktifkan pada jaringan lapisan luar usus bayi. Sejalan
dengan itu, mereka juga membaca gen-gen dari bakteri dan mikroba yang
hidup di dalam usus. Bayi yang disusui dengan ASI memiliki kandungan
mikroba yang lebih beragam dibandingkan dengan bayi yang diberi susu
formula. Kandungan bakteri berjenis gram negatif lebih banyak ditemukan
pada bayi yang diberi ASI. Bakteri jenis ini ternyata memberikan
keuntungan dengan menstimulasi atau mengaktifkan sistem kekebalan
tubuh sang bayi yang diberi ASI. Selain itu, dapat mencegah penularan
penyakit.
Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina
baru-baru ini menunjukkan bahwa air susu ibu memiliki daya bunuh tinggi
terhadap virus penyebab AIDS (HIV) dan melindungi dari penularan virus
ini melalui jalur mulut. Sungguh luar biasa perintah Allah swt. dari
manfaat memberikan ASI pada anak. Oleh karena itu, seharusnya kita
sebagai manusia bersyukur dengan perintah Allah yang tujuannya
memberikan manfaat yang sangat banyak ini kepada kita.
b. Nutrisi anak
Secara umum anak memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan
yang murah dan bermutu. Pandangan Islam tentang kesehatan jauh
melampaui
pandangan
dari
peradaban
manapun.
Islam
telah
menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda
Rasulullah saw.:
23
“Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan.
Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik
yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim).
Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang
kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR
Muslim).
Kesehatan sebagaimana pendidikan juga merupakan kebutuhan
pokok manusia yang harus dipenuhi, termasuk anak. Seorang anak
memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sejak berada
dalam kandungan, lahir sampai
dewasa.
Kewajiban memelihara
kesehatan anak dalam rahim dan bayi merupakan tanggung jawab seorang
Ibu secara langsung dan keterlibatan ayah. Selama kandungan, ibu wajib
memperhatikan
asupan
makan
yang
cukup
memperhatikan kehalalan dan kethoyyibannya.
bagi
janin
dengan
Allah SWT telah
berfirman:
“Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang
terdapat di bumi…”(TQS:2:168)
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan
cara ma’ruf……” (Al-Baqarah [2]: 233)
Sedangkan saat dia lahir, anak memiliki hak untuk mendapatkan ASI,
sebagaimana penjelasan dalam firman Allah SWT yang artinya:
24
“Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan
kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan pakaian kepada para ibu
dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar
kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena
anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang
mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah:
233).
25
BAB III
STUDI KASUS
3.1 Contoh Kasus
Di jaman modern seperti ini banyak kaum perempuan zaman sekarang yang
enggan memberikan ASI pada anak-anaknya, termasuk ketakutan untuk
melahirkan secara normal dan lebih memilih melahirkan lewat operasi. Ada
fenomena para ibu bersikap lunak terhadap asupan makanan untuk anakanaknya. Mereka lebih memilih memberikan susu formula dan makanan bayi
instan, karena produk susu dan makanan itu kini sudah banyak tersedia di
pasaran.
Kecenderungan itu juga terjadi di kalangan perempuan Muslim. Kesadaran
untuk memberikan ASI pada anak-anaknya justeru masih tinggi di kalangan
muslimah konservatif dengan tingkat pendidikan tinggi. Di balik pakaian tertutup
mereka, masih mau memberikan ASI pada anak-anaknya yang masih bayi.
Mereka masih memegang teguh kebiasaan kalangan kaum muslimin di awalawal perkembangan Islam. Para ibu ketika itu, menyapih anaknya setelah berusia
dua tahun dan tidak memberikan makanan padat sebelum gigi si anak tumbuh.
Jika mereka tidak mampu menyusui bayi-bayi mereka karena alasan yang kuat,
maka mereka akan mencari perempuan lain yang bisa menyusui bayi mereka.
Di zaman sekarang, banyak hal yang menyebabkan anak-anak Muslim
kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ASI. Baik dari faktor si ibu, anak dan
faktor luar seperti sistem rumah sakit yang tidak mempromosikan pemberian ASI
26
Eksklusif pada bayi yang baru lahir. Baru belakangan ini saja, Indonesia
mengkampanyekan inisiasi menyusui dini di rumah-rumah sakit.
Rumah-rumah sakit kadang memberikan susu formula pada bayi yang baru
lahir. Kadang terjadi praktik yang tidak etis, dimana terjadi kesepakatan antara
pihak rumah sakit dan produsen susu atau obat tertentu untuk mempromosikan
produk-produk mereka pada pasien. Ada juga kaum perempuan yang hanya mau
menyusui bayinya sampai usia enam bulan dengan alasan produksi ASI nya
sudah berkurang. Padahal hal itu bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan
yang bergizi dan berkalori.
Di sisi lain, karena faktor sang bayi, banyak para ibu yang harus berjuang
agar bayinya mau menyusu ASI dan menolak memberikan susu botol pada
bayinya yang baru lahir. Untuk kasus seperti ini, seorang ibi membutuhkan
dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya dan si ibu dibiarkan untuk
bersama-sama dengan bayinya paling tidak di 40 hari pertama kehidupan sang
bayi.
Mengingat pentingnya ASI, patut disayangkan jika kaum perempuan Muslim
enggan memberikan ASI pada bayi-bayinya yang baru lahir.Karena pemberian
ASI yang baik akan menciptakan generasi-generasi Muslim yang kuat, sehat dan
cerdas baik dari sisi intelektual maupun emosional, seperti hasil penelitian para
ilmuwan tentang manfaat ASI.
27
3.2 Analisis
Sangat disayangkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tentang
kedokteran dan berkembangpesatnya teknologi semakin mempersempit cara
pandang. Kebanyakan perempuan terdoktrin oleh modernitas yang menuntut
kesempurnaan fisik seperti yang ditayangkan di media massa. Banyak ibu di kota
– kota besar enggan menyusui anaknya dengan alasan payudaranya akan kendor
sehingga tubuhnya tidak indah lagi. Padahal Allah berfirman,
َ ‫د‬
َ ُْ ‫رو‬
َ
ْ ‫ر‬
ْ ‫عن‬
َ ‫دلاَ ْو‬
ْ ْ ‫َرو َّْ َُه‬
ْ ‫لان‬
ْ ‫لا‬
ْ ‫ع َض‬
ْ ‫َر‬
ْ َ‫د ا‬
‫لاو‬
‫ال َو‬
‫َْْل َو‬
‫ن َو‬
‫ت َّْأ َّْ ْدل ْو‬
‫ر ََ َم َو‬
‫ض ْو‬
َ ‫ر ََ َن‬
َ ‫ِن‬
َ ‫ِ َداْل‬
َ ‫ه‬
َ َِ ْ ‫ه‬
ْ َ‫ف وٌْ و‬
ْ ُْ ‫ن َداَد َدو‬
ْ ‫ه‬
َ َ َ‫ف‬
َ َُِْ ‫ا‬
َ َُ ْ ‫ه‬
ْ ‫لا‬
ْ ‫ه‬
ْ ‫نا‬
‫ضَْو‬
‫ر اْ َو‬
‫ر َد َن َه َق َو‬
‫دوَ َق َو‬
‫ن َض َنُ َو‬
‫كو و‬
‫ه َ َس َو‬
‫ض ْقن ََّ و‬
‫و‬
َ ‫ث‬
ْ ‫دل‬
ْ ‫و‬
ْ ‫أ‬
َ ‫ر‬
ْ ُْ َْ
ْ َ‫ا و‬
ْ ‫َّْ ْدل‬
ْ َِ ْ ‫ه ُْهو‬
ْ ‫و‬
ْ َِ ‫ضَْو‬
ْ ‫لا‬
‫َدو‬
‫الن ُْلاَ ْو َو‬
‫ْ َداَد َدوَا َ َو‬
‫و َو‬
‫دل َد و‬
‫ْ َل َو‬
‫َاَ ْو‬
‫ْ َن َو‬
َ ْ‫دا‬
َ ْ‫دا‬
َ ‫ل‬
ْ ‫ن‬
َ ‫ع‬
ِ ‫نه‬
ْ َ‫لر‬
ْ ‫أ‬
َ ‫نن‬
َ ْ‫و‬
َ ‫ون َُ َود‬
ْ َْ ‫ضر‬
ْ ‫ْ َُ َق‬
ْ ْ‫ْلو ْ ُْو‬
ْ ‫َق‬
‫ل و‬
‫نن وْ ْن و‬
‫َ ُْن ْو‬
‫ت ََُّْ َو‬
‫ضدل َّْأ َّْ ْد َدوَ َو‬
َ ‫ه ْم َن‬
َ ‫ضَْل‬
َ َِ ‫َ ُْلو َ َتدل‬
َ ‫د‬
َ ‫ضَْل‬
ْ ‫ن‬
َ ُ
ْ ََّ ‫ن َمت‬
َ ‫ا‬
ْ ‫َل‬
َ ‫تو‬
َ َْ‫لض‬
َ ْ‫ل‬
َ ‫َف‬
َ َ َ‫ه‬
ْ ْ ‫توَّْ َُه‬
ْ ‫َْ ْْلوْ َل َمت‬
ْ ‫نا‬
ْ
‫ِو‬
‫ْ و‬
‫َ ُْن ْو‬
‫ن َض َنُ َو‬
‫ْو‬
‫ندل‬
َ َّْ َ
ْ َِ ‫دأ‬
ْ ‫لل َنوَ وْ َض‬
‫أو‬
‫ْو‬
‫نن‬
‫نََ ْو‬
َ ِْ {233}
yang artinya, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun
penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah
seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena
anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin
menyapih
(sebelum
dua
tahun)
dengan
kerelaan
keduanya
dan
permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin
anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu
28
memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah
dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. " (Q.S Al
Baqarah :233).
Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan setiap wanita yang mampu harus
menyusui anaknya paling tidak selama 2 tahun, namun bila tidak mampu maka
anak tersebut boleh disusukan kepada orang lain dengan ketentuan tertentu.
Seperti yang telah dibahas dalam bab pembahasan bahwa ASI yang disusukan
oleh ibunya mempunyai banyak manfaat bagi sang ibu dan bayinya. Proses
menyusui memberikan efek menguntungkan berikut bagi ibu:
a. Mengurangi risiko kanker payudara.
b. Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium.
c. Mengurangi osteoporosis.
d. Manfaat KB alami.
e. Meningkatkan kesehatan emosional.
f. Meningkatkan penurunan berat badan.
Dalam Islam ibu yang menyusui anaknya juga diganjar dengan pahala yang
sangat besar. Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah bersabda,
“…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada
dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena
melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti
memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya
dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya
kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari
29
kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu
hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa,
dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala
puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah
Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah
mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (HR
Thabrani dan Ibnu ‘Asakir)
Selain itu menurut berbagai penelitian bayi yang sejak kecil mendapatkan ASI
akan tumbuh lebih sehat dan imunitasnya tinggi, sehingga tidak mudah terkena
penyakit. Bayi yang semasa kecil mendapat ASI selama 2 tahun perkembangan
fisik maupun kecerdasannya akan lebih cepat daripada bayi yang tidak
mendapatkan ASI. Hal tersebut karena ASI mengandung berbagai macam zat
gizi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi seperti kolostrum, protein, karbohidrat,
vitamin dalam takaran yang pas untuk bayi.
Jadi, sebenarnya jauh sebelum ilmu pengetahuan modern berkembang Islam
telah memberikan tuntunan yang terbukti selaras dengan penemuan ilmu
pengetahuan modern. Seharusnya tidak ada alasan bagi seorang wanita untuk
menyusui apabila memang tidak menderita penyakit tertentu yang mungkin
ditularkan dari ibu ke bayinya. Maka dari itu menyusui bukan hanya sekedar
masalah prestise tertentu tetapi dalam rangka mengikuti tuntunan Islam dan
memenuhi hak yang seharusnya didapat oleh anak.
30
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Islam merupakan agama yang sempurna dimana Islam membahas berbagai
macam perkara kehidupan manusia yang akan mendatangkan kebaikan terhadap
umatnya. Salah satu perkara yang di atur dalam agama Islam adalah Kesehatan
Ibu dan Anak. Islam pun memberikan kedudukan yang Istimewa untuk kaum
wanita. Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang
harus dihadapinya. Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa wanita hamil
dan melahirkan mempunyai keutamaan lebih dimata Allah SWT. Bukan hanya
wanita tetapi islam juga menjamin hak – hak seorang anak.
Seperti yang dijelaskan dalam (QS Al-Baqarah: 233).kesehatan ibu dan anak
bukan hanya kewajiban seorang ibu, tetapi seorang ayah juga harus ikut
mendukung tercapainya kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak dalam
prespektif islam membahas mengenai kesehatan ibu ketika hamil, melahirkan,
nifas, dan menyusui. Bahkan kesehtan ibu dan anak juga membahas mengenai
pendidikan kesehatan sejak dini pada anak.
Hal ini seuai dengan konsep kesehatan ibu dan anak di masa modern ini yang
menyebutkan bahwa
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan
kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu
nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita
dan anak prasekolah sehat. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa islam telah lama
31
mengatur mengenai kesehatan ibu dan anak sebelum muncunya konsep
kesehatan ibu dan anak di masa modern.
32
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. Ayat Al Quran tentang Manusia dan Tugasnya sebagi Khalifah di Bumi.
http://smaalup.wordpress.com/about/ayat-ayat-al-qur%E2%80%99an-tentangmanusia-dan-tugasnya-sebagai-khalifah-di-bumi/
.
aitas
pada
tanggal
13
September 2012 16:00
Erwin. 2009. Nifas Dalam Islam.
http://erwin-buahhati.blogspot.com/2009/03/nifas-dalam-islam.html . sitas pada
tanggal 13 September 2012 15:05
Rifai, Syamsuri. 2008. Pahala dan Keutamaan Ibu Hamil dan Menyusui.
http://syamsuri149.wordpress.com/2008/07/19/pahala-bagi-ibu-hamil-danmenyusui/. Sitasi pada tanggal 13 September 2012.
Mulyadi Nurdin. 2009. Pandangan Islam Tentang Ibu Hamil dan Kesehatan Anak.
http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/31/pandangan-islam-tentang-ibuhamil-dan-kesehatan-anak-anak-2/ . Sitas pada tanggal 13 September 2012 14:58
Soularto, Dirwan Suryo. 2010. Petunjuk Kesehatan dalam Al-Quran dan Sunnah.
http://misc09.files.wordpress.com/2010/04/petunjuk-kesehatan-dalam-al-qurandan-sunnah-6-april-2010.pdf. Sitasi pada tanggal 13 September 2012
33
Download