BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Islam sebagai agama yang sempurna, mengatur semua aspek kehidupan. Quraish Shihab dalam bukunya “Wawasan Al Qur’an” menyebutkan bahwa Islam menetapkan tujuan pokok kehadirannya untuk memelihara agama, jiwa, akal, jasmani, harta dan keturunan. Setidaknya tiga dari dari yang disebutkan tersebut berkaitan dengan kesehatan (kedokteran). Hal ini sejalan dengan kesepakatan ulama yang menyatakan bahwa Islam bertujuan untuk memelihara lima hal pokok, yakni agama (hifdh diin), kehidupan (hifdh al-nafs), keturunan (hifdh alnasl), akal (hifdh al-‘aql) dan harta (hifdh al-maal). Setiap usaha yang dapat mendukung terciptanya salah satu dari tujuan tersebut, walaupun belum ditemukan dalam Al Qur,an dan Al Sunnah, mendapat dukungan penuh dari ajaran Islam. Untuk memenuhi perlindungan terhadap keturunan (hifdh al-nasl), Islam telah mengatur sedemikian rupa dengan memberikan batasan dan kelonggaran tertentu sehingga dapat terbentuk suatu generasi yang unggul dari waktu ke waktu. Maka dalam hal ini peranan keluarga terutama wanita sangatlah penting. Wanita memegang peranan terhadap kelangsungan dan kesinambungan keluarga tersebut. Perkembangan keluarga melalui proses keturunan, menjadikan wanita berada di posisi terpenting dalam melahirkan generasi baru dari manusia. Pentingnya peranan wanita dalam suatu generasi, Islam pun memberikan kedudukan yang Istimewa untuk kaum wanita. Peran wanita dikatakan penting 1 karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya, bahkan beban-beban yang semestinya dipikul oleh pria. Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa wanita hamil dan melahirkan mempunyai keutamaan lebih dimata Allah SWT. Rasulullah bersabda, “Apalah kamu tidak rela, salah seorang dari kamu, wahai sekalian wanita, bahwa jika Ia hamil dari suaminya, sedangkan suaminya ridha padanya, maka ia akan memperoleh pahala, seperti pahala orang yang berpuasa yang sedang berjuang fi sabilillah. Dan jika dia merasa kesakitan (ketika melahirkan), maka ia akan mendapatkan pahala yang penduduk langit dan bumi belum pernah melihat pahala yang disediakan untuknya dari pandangan mata yang menyenang-kan. Dan jika ia melahirkan, maka tiadalah keluar seteguk susunya yang kemudian anaknya menghisap susunya, melainkan setiap tetesan susunya tersebut akan berpahala satu kebaikan. Dan jika ia tidak dapat tidur semalam suntuk (karena anaknya), maka baginya pahala seperti memerdekakan 70 hamba sahaya dijalan Allah dengan penuh keikhlasan." Dari Surat maupun hadist di atas jelas kiranya bahwa kedudukan wanita (ibu) sangat dijunjung tinggi. Islam memperhatikan bahwa wanita mengemban amanah yang besar, sehingga Islam memberikan berbagai keistimewaan dan perlakuan khusus pada mereka. Oleh karena itu, menjadi kewajiban bagi kita untuk berterima kasih kepada ibu, berbakti kepadanya, dan santun dalam bersikap kepadanya. Kedudukan ibu terhadap anak-anaknya lebih didahulukan daripada kedudukan ayah. Ini disebutkan dalam firman Allah dalam Surat Luqman ayat 14, 2 “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada ibubapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambahtambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Ku lah kamu akan kembali.” (QS. Luqman: 14) Begitu pula dalam firman-Nya pada Surat Al-Ahqaf ayat 15, “Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada ibu bapaknya. Ibunya telah mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandung dan menyapihnya adalah tiga puluh bulan.” (QS. Al-Ahqaf: 15) Selain itu, Islam juga memerintahkan umatnya untuk mencetak generasi Islam dengan kuantitas dan kualitas yang baik. Oleh karena itu merupakan kewajiban 3 setiap orangtua untuk memperhatikan kebutuhan anak baik fisik maupun spiritual agal kelak dapat menjadi generasi yang diidamkan Rasulullah. Sabda Rasulullah, “Nikahilah wanita-wanita subur peranakannya dan memiliki rasa cinta, karena aku merasa bangga dengan banyak umatku dihadapan nabi-nabi pada hari kiamat” (HR. Ahmad dari Anas) Dalam hadist yang lain disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, "..Suami sebagai pimpinan didalam rumah tangganya dan dia bertanggung jawab dalam rumah tangganya..." (HR. Bukhori Muslim). Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa Islam dengan sedemikian rupa mengatur kedudukan dan hak – hak dari seorang wanita terlebih lagi pada wanita hamil, bagaimana mereka diperlakukan, dan hal apa saja yang diperbolehkan atau dilarang ketika mengalami proses kehamilan dan kelahiran agar ibu dan bayinya dapat selamat. Sementara itu, masalah kesehatan anak juga mendapat perhatian besar dari Islam. Pertumbuhan dan keselamatan seorang anak di masa kecil, menentukan nasibnya di kemudian hari sehingga berpengaruh juga terhadap kontribusinya terhadap agama, orang tua, dan negara. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan secara umum? 2. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan nifas? 3. Bagaimana pandangan Islam tentang kesehatan anak? 4 1.3 Tujuan 1. Memahami makna kesehatan dalam Islam. 2. Memahami pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan nifas. 3. Memahami pandangan Islam tentang kesehatan ibu hamil, melahirkan, dan nifas. 5 BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi keadaan sehat menurut Islam Dalam literatur keagamaan, ada dua istilah yang digunakan untuk menunjuk tentang pentingnya kesehatan dalam pandangan Islam. Pertama, kata kesehatan, terambil dari kata sihat. Kedua, kata ‘afiat. Kedua kata ini sering diucapkan dengan sehat – afiat dan umat Islam mengucapkannya dengan “sehat wal ‘afiat”. Dalam kamus bahasa arab, kata ‘afiat diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan musibah-Nya. Dalam pengertian ini, kata ‘afiat menegaskan adanya makna berfungsinya anggota tubuh manusia sesuai dengan tujuan penciptaannya. Misalnya, mata yang sehat adalah mata yang dapat melihat dan membaca tanpa menggunakan kaca mata. Sedangkan mata yang ‘afiat adalah mata yang dapat melihat dan membaca objek yang bermanfaat serta mengalihkan pandangan dari objek yang dilarang. Hal lain misalnya, perut yang sehat adalah perut yang dapat mencerna makanan secara sempurna sehingga kebutuhan gizi badan dapat optimal. Sedangkan perut yang ‘afiat adalah perut yang dapat menahan nafsunya sehingga hanya akan diberi makan dengan makanan halalan thoyiban. Hal-hal tersebut itu pada dasarnya merupakan fungsi yang diharapkan sang pencipta. 6 2.2 Kesehatan ibu Menjaga kesehatan sebagai calon ibu adalah keharusan untuk setiap wanita maupun suaminya. Hal ini bisa dilakukan dengan menjaga pola makan kemudian olahraga. Latihan yang berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh dapat membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai kekuatan tubuh yang baik dapat meningkatkan keseimbangan dan kestabilan individu serta meminimalkan risiko trauma tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil. Memiliki jantung sehat dapat pula membantu mengatasi beberapa gejala fisik selama kehamilan. Ini membantu meningkatkan atau menjaga kadar energi wanita serta membantu mereka mengatasi peningkatan kondisi psikologi yang dapat terjadi saat mengandung dan mempercepat proses pemulihan setelah melahirkan. Kemampuan mengontrol pernapasan pun akan turut membantu mengatasi rasa sakit. Kemudian juga mengkonsumsi makanan yang sehat. Allah telah menyediakan begitu banyak ragam makanan dengan banyak manfaatnya. Maka sebagai wanita yang beriman yang akan mempunyai momongan haruslah memanfaatkan pemberian Allah dengan sebaik-baiknya, lalu jangan lupa selalu mensyukuri segala pemberianNya agar kita selalu mendapat tambahan kenikmatan dariNya. Allah berfirman : ش ِديْد َ َعذَا ِبي ل َ ش َكرْ ت ُ ْم أل َ ِز ْيدَنَّ ُك ْم َولَئِ ْن َكفَرْ ت ُ ْم إِ َّن َ لَئِ ْن 3 7 Yang artinya : “Sesungguhnya jika kamu bersyukur pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya adzab-Ku sangat pedih“. (QS. Ibrahim. 7.). a. Ibu hamil Pada satu sisi harus berusaha menjaga kesehatan diri sendiri dan calon anak dalam kandungan. Pada sisi lain juga siap berusaha bagaimana supaya anak yang dilahirkannya nanti menjadi anak yang baik, anak yang soleh atau solehah. Itu membutuhkan usaha yang kuat dan terus menerus pada saat masih dalam kandungan. Sebuah tugas yang sangat berat yang harus dijalani. Namun bila semua dikerjakan dengan penuh keikhlasan karena Allah, kesungguhan dan kemauan yang kuat serta kesabaran dalam menjalankannya, tentu semua insya Allah dapat berjalan dengan baik dan ringan. Dan tentu saja Allah tidak akan menyia-nyiakan niat dan usaha hambaNya itu. Allah berfirman dalam Al-Qur’an bagaimana seorang hamba yang ikhlas dalam usahanya dan mencari keridhoan Allah, maka akan mendapat hasil yang baik. ت هللاِ َوتِثْبِيْتا ً ِم ْن أَ ْنفُس ِِه ْم َك َمث َ ِل َجنَّ ٍة بِ َرب َْو ٍٍ أَََابَهَا ِ َو َمث َ ُل الَّ ِذيْنَ يُ ْن ِفقُوْ نَ أَم َْوالَ ُه ُم ا ْبتِغَآ َء َمرْ ضَا َوابْل فَآت َ ْت أ ُ ُكلَها َ ِض ْعفَي ٍْن فَ ِإ ْن لَ ْم ي ُِصبْها َ َوابِل َف َط ٌّل َوهللاُ بِ َما ت َ ْع َملُوْ نَ بَ ِصيْر Yang artinya : ”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan harta bendanya karena mencari keridhaan Allah semata dan untuk keteguhan jiwa mereka, adalah seperti sebuah kebun yang terletak di dataran tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu kemudian menghasilkan buahnya 8 dua kali lipat. Jika hujan lebat tiada menyiraminya, maka hujan gerimis pun memadai pula. Dan Allah Maha Melihat apa yang kerjakan.(QS. AlBaqarah : 265). Raga sehat adalah dambaan seluruh manusia, apalagi wanita yang sedang hamil. Hal itu sangat diutamakan, karena keadaannya akan menyangkut pada perkembangan sang bayi dalam kandungannya dan juga pada proses melahirkannya. Bila calon ibu sehat wal afiat, insya Allah bayi dalam kandungannya pun akan berkembang normal dan sehat. Maka usaha untuk menjadi ibu yang sehat dan bayi dalam kandungan yang sehat harus terus diutamakan dan diusahakan. Kesehatan seorang wanita yang sedang mengandung dapat berpengaruh pada diri sendiri dan calon bayi yang dikandungnya. Maka pola makan sehari-hari harus diperhatikan dengan baik, yaitu pola makan yang halal, thoyyib (baik), sehat dengan gizi yang seimbang dan makanan yang bervariasi. Jangan ikuti pada keadaan dimana calon ibu tidak nafsu makan, atau muntah-muntah karena misalnya pada saat bulan- bulan pertama hamil yang disebut ngidam. Usahakan harus tetap mengkonsumsi makanan halalan thoyyiban yang sehat dan bergizi, hal ini supaya terhindar dari penyakit anemia atau kurang darah, dengan gejala pusing dan tubuh jadi lemah. 9 Asupan makanan halalan thoyyiban yang bervariasi dan bergizi menjadi sangat perlu bagi calon ibu. Hal ini sangat berguna untuk calon ibu sendiri dan calon bayinya. Allah berfirman, َ اَّللُ َح ََل اًل اَّللِ إِ ْن ُك ْنت ُ ْم إِيَّاهُ ت َ ْعبُد ُون َّ َطيِِّباا َوا ْش ُك ُروا نِ ْع َمة َّ فَ ُكلُوا ِم َّما َرزَ قَ ُك ُم “Maka makanlah yang halal lagi baik dari rezki yang telah diberikan Allah kepadamu; dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (QS. An-Nahl: 114) Biasanya wanita hamil juga mengkonsumsi vitamin sebagai asupan gizi tambahan, hal itu boleh-boleh saja, tetapi jangan sampai berlebihan. Karena biar bagaimanapun ada resiko sendiri jika asupan vitamin yang berlebihan. “Makan dan minumlah kalian, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih- lebihan”. (QS. Al A`raaf : 31) Bila Allah telah mengharamkan suatu perbuatan atau mengharamkan suatu makanan yang terdapat dalam Al-Qur’an dan hadits nabi-Nya, itu berarti sudah pasti mengandung resiko besar, baik itu berupa dosa bila melanggarnya atau resiko fisik berupa penyakit atau bahaya lain. 10 Misal Allah telah mengharamkan khamr (minuman beralkohol), jika seorang hamba melanggarnya (tetap meminumnya), maka berdosalah si peminum dan adapun fisiknya akan terkena berbagai macam penyakit. Bila wanita hamil pengguna khamr, kelak bayinya akan mengalami keguguran, bayi lahir mengalami fetal alcohol syndrome (gangguan yang menyebabkan lahir cacat fisik dan psikis). Diriwayatkan dari Ibnu Umar r.a, bahwasanya Rasulullah saw. bersabda, "Barangsiapa minum khamr semasa di dunia dan belum sempat bertaubat maka diharamkan untuknya minum di akhirat kelak," (HR Bukhari [5575] dan Muslim [2003]). Maka wanita hamil harus menjauhi apa-apa yang diharamkan Allah, agar terhindar dari dosa dan terhindar dari berbagai macam penyakit yang tentu saja sangat menakutkan bagi diri sendiri dan bagi bayinya kelak. b. Masa melahirkan Proses melahirkan adalah dimana proses melahirkan bayi yang akan terjadi ketika usia kandungan sudah mencapai umur kurang lebih 9 bulan 10 hari. Proses Melahirkan atau persalinan ini berarti dilakukan tanpa melalui operasi yang kita kenal dengan istilah medis proses melahirkan caesar. Orang-orang yang hidup pada zaman kala Al Qur'an diturunkan, pasti mengetahui bahwa bahan dasar kelahiran berhubungan dengan mani lakilaki yang terpancar selama persetubuhan seksual. Fakta bahwa bayi lahir 11 sesudah jangka waktu sembilan bulan tentu saja merupakan peristiwa yang gamblang dan tidak memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Akan tetapi, sedikit informasi yang dikutip di atas itu berada jauh di luar pengertian orang-orang yang hidup pada masa itu. Ini baru disahihkan oleh ilmu pengetahuan abad ke-20. Anak yang baru lahir harus dirawat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan petunjuk medis dan ajaran islam. Karena anak merupakan karunia titipan Allah SWT dan akan menjadi khalifah di bumi. Sebagaimana firman Allah SWT:surah/surat: An-Nahl Ayat : 78 artinya: Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur. c. Nifas. Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan perempuan, mengiringi wiladah (setelah melahirkan anak). Lamanya nifas itu adakalanya sebentar saja (satu lahzah), dan biasanya 40 hari. Selama-lama nifas itu 60 hari 60 malam. Jika lebih dari 60 hari, itu adalah darah istihadah. Mengenai kaum perempuan bernifas lamanya 40 hari itu adalah sesuai dengan hadis Nabi SAW. Dan Ummi Salamah r.a. dia berkata: 12 "Adalah para wanita yang bemifas pada masa Rasulullah SAW itu, duduk/berhenti selama 40 hari dan 40 malam." (Riwayat Abu Daud, Tirmizi dan lain-lain) Pada hadis lain, ada pula dinyatakan artinya: dari Anas r.a ia berkata, "Adalah Rasulullah SAW membatasi waktu bagi perempuan perempuan yang nifas itu 40 hari, kecuali ia melihat suci sebelum itu."(Riwayat Ibnu Majah) Selama masa nifas seorang wanita diberi kelonggaran oleh Islam untuk memulihkan keadaan fisiknya pasca melahirkan. Diantaranya adalah, 1. Bebas dari aktivitas ibadah fisik Setelah melahirkan seorang ibu akan mengalami masa nifas (darah kotor) selama 40 hari. Pada masa itu seorang wanita dibebaskan, bahkan diharamkan dari kegiatan ibadah yang membutuhkan kekuatan fisik seperti shalat, puasa, dan membaca Al-Quran. 2. Menjaga Kebersihan dan Kesehatan Pasca melahirkan wanita memerlukan perhatian khusus dibidang kesehatan. Di samping banyaknya darah kotor yang keluar pada masa nifas, kondisi wanita juga masih dalam keadaan luka (karena melahirkan). Perawatan kesehatan diperlukan untuk mencegah berbagai penyakit. Diakui bahwa kebersihan merupakan pangkal 13 kesehatan Islam telah menjelaskan dengan sangat jelas bahwa kebersihan merupakan anjuran yang dikaitkan dengan keimanan. Jika jatuh sakit, Islam menganjurkan supaya manusia segera berobat. Ikhtiar atau usaha merupakan kewajiban dalam agama. Seseorang tidak boleh menyerah pada nasib dengan alasan taqdir, karena sesungguhnya Islam selalu menyuruh kita berobat ketika sakit. Rasulullah saw bersabda: Artinya: “ Berobatlah kamu karena Allah tidak akan mengadakan penyakit melainkan mengadakan pula obatnya, kecuali hanya satu penyakit yang tidak dapat diobati yaitu ketuaan. 3. Larangan Untuk Melakukan Hubungan Suami Istri Selama Masa Nifas Islam melarang suami istri untuk melakukan hubungan intim pada masa nifas sampai darah kotor tersebut berhenti. Kalau ditinjau dari segi kesehatan, larangan tersebut mengandung cukup banyak hikmah, seperti, jalan lahir anak pada wanita masih dalam penyembuhan dari luka yang diakibatkan dari kelahiran bayi. Ayat allah SWT و ال ال مح يض ف ي ال ن ساء ف اع تزل وا أذى هو ق ل ال مح يض عن وي سأل ون ك هللا أمرك م ح يث من ف أت وهن ت طهرن ف إذا ي طهرن ح تى ت قرب وهن هللا إن ري نال م تطه وي حب ال تواب ين ي حب Artinya: dan mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang haid. Katkanlah, “Itu adalah sesuatu yang kotor” karena itu jauhilah 14 istri pada waktu haid; dan jangan kamu dekati mereka sebelum mereka suci…. (al-Baqarah: 222) Dari ayat di atas, pengertian setelah mereka suci, baik itu setelah haid maupun darah kotor pada saat nifas (setelah darah berhenti keluar). 4. Mandi Setelah Berakhirnya Masa Nifas Setelah berkahirnya masa nifas, seorang wanita diwajibkan untuk mandi. Dengan demikian maka ia kembali menjadi bersih dan suci. Artinya, segala aktivitas keagamaan mulai harus diaktifkan kembali dan juga telah sah untuk berhubungan suami istri. Masa 40 hari merupakan waktu yang cukup untuk memulihkan seoarang wanita baik kesehatan fisik maupun mentalnya. d. Menyusui Menyusui merupakan perintah Allah yang disebutkan dalam Al Quran Surat Al Baqarah ayat 233, yang berbunyi, َ د َ ُْ ر ْ ر َ دلاَ ْو ْ ْ َرو َّْ َُه ْ لا ْ َر ْ َد ا لاو ع َض ْو ال َو َْْل َو ن َو ت َّْأ َّْ ْدل ْو ََمَ َو َ ر ََ َن َ ِن َ ِ َداْل َ ه َ َِ ْ ه ْ نض َ ضَْو ْ َو ْ ع ْ ُْ د َ َُِْ او ْ لان ْ لا ْ ه ْ نا رو ن َداَد َو ر اْ َو ر َد َن َه َق َو دوَ َق َو ك و فَ َ َو َ ُن َض َن ْ و َ ه َ ٌْ َس ْ ه ْ ُْ َ َُ ْ ه ْ َا و ْ َِ ْ ه ْ و َوو ْ َِ ضَْو فو ض ْقن ََّ و َد و ر َو الن ُْلاَ ْو َو ه ُْ و ْ َداَد َدوَا َ َو َ ْدا َ ْدا َ ث ْ دل ْ ن ْ أ ْ نن وْ ْنلرَو َ َ ون َُ َود ْ نه ِ َّْ ْدل ْ لا ْ َْ ضر ْ ْ َُ َق ْ ْل ْ ُْو دل َد و ْ َل َو َاَ ْو ْنَ َو ل و ْ و َ ُْن ْو َْ َ ل َ د َ ضَْل َ ع ْ ن ْ ََّ ْ أ ْ َل َ ت َ ْت و ْ ْ ل ْ َّْ َُه ْ َق نن ت ََُّْ َو ضدل َّْأ َّْ ْد َدوَ َو ِ َو ْ و َ ُْن ْو َف َو َ ه ْم َن َ ضَْل َ َِ َ ُْلوَ َتدل َ ُْ أ َ او َ َْلض َ َ َه ْ َْ ْْلوْ َل َمت ْ نا ْ َِ دأ ْ وْ َض ن َمت ْو ندل َ َّْ َو ْو نن نََ ْو َ ُن َض َن َلل َنو َ ِْ {233} 15 yang artinya, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. " (Q.S Al Baqarah :233). Selaras dengan apa yang difirmankan Allah beratus tahun yang lalu tentang kewajiban menyusui, perkembangan ilmu pengetahuan modern juga mendukung perintah tersebut karena terbukti menyusui memberikan banyak manfaat kesehata bukan hanya untuk bayi tetapi untuk sang ibu sendiri. Beberapa manfaat menyusui bagi ibu adalah, 1. Mengurangi risiko kanker payudara. Wanita yang menyusui mengurangi risiko terkena kanker payudara sebanyak 25 persen. Pengurangan risiko kanker terjadi proporsional dengan durasi menyusui kumulatif seumur hidup. Artinya, semakin banyak bulan 16 atau tahun ibu menyusui, semakin rendah risikonya terkena kanker payudara. 2. Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. Tingkat estrogen yang lebih rendah selama menyusui menyebabkan risiko kedua kanker itu menurun. Diduga penurunan estrogen menyebabkan berkurangnya rangsangan terhadap dinding rahim dan juga jaringan payudara, sehingga memperkecil risiko jaringan tersebut menjadi kanker. 3. Mengurangi osteoporosis. Wanita tidak menyusui memiliki risiko empat kali lebih besar mengembangkan osteoporosis daripada wanita menyusui dan lebih mungkin menderita patah tulang pinggul di tahun-tahun setelah menopause. 4. Manfaat KB alami. Menyusui dapat mengakibatkan penundaan ovulasi sehingga ibu menyusui tidak subur untuk sementara waktu. Berapa lama seorang wanita kembali subur tergantung pada pola menyusui bayinya dan kecenderungan tubuhnya sendiri. 5. Meningkatkan kesehatan emosional. Menyusui tidak hanya baik untuk tubuh, tetapi juga untuk pikiran. Studi menunjukkan bahwa ibu menyusui kurang menunjukkan kecemasan dan depresi postpartumdaripada ibu yang memberikan susu formula. 6. Meningkatkan penurunan berat badan. Ibu menyusui menunjukkan lebih banyak penurunan lingkar pinggang dan massa lemak dalam satu bulan setelah melahirkan dibandingkan ibu yang memberikan 17 susu formula. Ibu menyusui cenderung kembali ke berat badan sebelum kehamilan. Dalam Islam ibu yang menyusui anaknya juga diganjar dengan pahala yang sangat besar. Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (HR Thabrani dan Ibnu ‘Asakir) e. Kontrasepsi Pasca Melahirkan wanita Diperbolehkan Menjaga Jarak Kehamilan. Islam secara tersurat dan tersirat telah menjelaskan bahwa seorang wanita 18 boleh menjaga jarak dalam mengatur kehamilan.Menjaga jarak dengan tujuan memberikan anak perhatian yang cukup demi kesehatan wanita itu sendiri. Mengandung dan melahirkan merupakan sebuah perjuangan yang beresiko tinggi, kelalaian dalam menjaga kesehatan dan keselamatan ibu hamil bisa berakibat fatal bahkan bisa menyebabkan seorang wanita meniggal dunia ketika hamil atau melahirkan. Dalam Al-Quran ditegaskan bahwa seorang ibu harus menyusui anaknya secara baik dan mencukupi dengan batas waktu hingga 2 tahun, sebagaimana firman Allah swt: “Dan Ibu-ibu hendaklah menyusui anaknya dua tahun penuh, bagi yang ingin menyusui secara sempurna……….(QS:al-Baqarah 233) Kalau seorang wanita memberikan ASI secara sempurna hingga 2 tahun, artinya dia tidak hamil selama dalam proses tersebut. Kehamilan itu sendiri membutuhkan sebuah perjuangan yang akan merepotkan seorang ibu dalam menyapih bayinya. Setelah 2 tahun barulah seorang ibu boleh hamil kembali dan proses kehamilan itu sendiri membutuhkan waktu hingga 9 bulan, berarti jarak yang ideal bagi seorang ibu untuk mempunyai anak (melahirkan) adalah 2 tahun 9 bulan. Meskipun memiliki anak merupakan hak kedua orang tua baik ibu maupun bapak, bukan berarti seorang ayah sebagai pemimpin dalam rumah tangga boleh memaksakan kehendaknya dalam menentukan jumlah anak dan mengatur jarak antar anak, karena Islam sangat menekankan pentingya musyawarah dalam segala urusan, apalagi dalam hal yang sangat penting dan beresiko bagi salah satu pihak. Dalam hal ini Allah swt 19 berfirman: “…………. Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu.(QS:Ali Imran:159.) 2.3 Kesehatan Anak a. ASI Air Susu Ibu (ASI) merupakan anugrah Ilahi untuk pertumbuhan bayi. ASI ini adalah bahan makanan terbaik untuk bayi karena memiliki kandungan semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam masa enam bulan pertama sejak lahir. Pemberian ASI juga lebih fleksibel karena ibu bayi dapat memberikannya walau sedang dalam keadaan sakit, haid, bepergian atau tidur. Jadi, ASI selalu siap untuk diberikan pada bayi dan tidak memerlukan persiapan juga tidak membutuhkan biaya. Kandungan zat gizi ASI seperti adanya protein dan lemak, mengandung laktosa dan vitamin, ada zat besi, garam, kalsium dan fosfat serta memiliki kandungan air yang cukup sekalipun berada pada iklim panas. ASI memiliki kandungan protein dan lemak yang tepat untuk kebutuhan bayi dalam jumlah yang pas. Kandungan laktosa (gula susu) ASI juga sangat tepat untuk kebutuhan bayi disamping kandungan vitamin, sehingga tidak perlu lagi menyediakan vitamin tambahan selama enam bulan pertama. Salah satu firman Allah tersebut adalah ibu-ibu muslimin diminta untuk menyempurnakan persusuan hingga 2 tahun saat penyapihan dimulai. 20 “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan”… (Al Baqarah [2:233]). “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun”… (Luqman [31:14]). “Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya . Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan” (Al-Baqarah [2]: 233). “Dan jika mereka (isteri-isteri yang sudah ditalaq) itu sedang hamil, maka berikanlah kepada mereka nafkahnya hingga mereka bersalin, kemudian jika mereka menyusukan (anak-anak)mu untukmu maka berikanlah kepada mereka upahnya, dan musyawarahkanlah di antara kamu (segala sesuatu) dengan baik; dan jika kamu menemui kesulitan maka perempuan lain boleh menyusukan (anak itu) untuknya .” (Q.S At Thalaq:6). 21 “Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (Ingatlah) pada hari (ketika) kamu melihat kegoncangan itu, lalailah semua wanita yang menyusui anaknya dari anak yang disusuinya dan gugurlah kandungan segala wanita yang hamil, dan kamu lihat manusia dalam keadaan mabuk, padahal sebenarnya mereka tidak mabuk, akan tetapi azab Allah itu sangat kerasnya. (Q.S Al-Hajj:1-2). Seorang sahabat Rasulullah, pernah berkata kepada istri yang menyusui bayinya : “ Janganlah engkau menyusui anakmu seperti hewan yang menyusui anaknya karena didorong kasih sayangnya kepada anak. Akan tetapi susuilah dengan niat mengharap pahala dari Allah dan agar ia hidup melalui susuanmu itu. Mudah-mudahan ia kelak akan bertauhid kepada Allah Swt..” Ternyata banyak hikmah dari perintah Allah untuk menyusui bayi tersebut. Selain mempererat jalinan kasih sayang antara ibu dan anak, manfaat kesehatan dari pemberian ASI ternyata sangat besar. Misalnya, mendukung terbentuknya komunitas bakteri yang menguntungkan di dalam usus. Baru-baru ini, para peneliti menemukan bahwa ada perbedaan menonjol dalam kandungan flora jasad renik di dalam perut antara bayi yang disusui oleh ibunya dengan bayi yang diberikan susu formulasi. Perbedaan ini berlanjut dengan perbedaan ekspresi gen-gen yang terkait dengan kekebalan tubuh bayi. Menggunakan teknik terbaru dalam bidang kajian genomika, para peneliti dari tiga universitas di Amerika, membaca 22 gen-gen yang teraktifkan pada jaringan lapisan luar usus bayi. Sejalan dengan itu, mereka juga membaca gen-gen dari bakteri dan mikroba yang hidup di dalam usus. Bayi yang disusui dengan ASI memiliki kandungan mikroba yang lebih beragam dibandingkan dengan bayi yang diberi susu formula. Kandungan bakteri berjenis gram negatif lebih banyak ditemukan pada bayi yang diberi ASI. Bakteri jenis ini ternyata memberikan keuntungan dengan menstimulasi atau mengaktifkan sistem kekebalan tubuh sang bayi yang diberi ASI. Selain itu, dapat mencegah penularan penyakit. Penelitian dari Fakultas Kedokteran Universitas North Carolina baru-baru ini menunjukkan bahwa air susu ibu memiliki daya bunuh tinggi terhadap virus penyebab AIDS (HIV) dan melindungi dari penularan virus ini melalui jalur mulut. Sungguh luar biasa perintah Allah swt. dari manfaat memberikan ASI pada anak. Oleh karena itu, seharusnya kita sebagai manusia bersyukur dengan perintah Allah yang tujuannya memberikan manfaat yang sangat banyak ini kepada kita. b. Nutrisi anak Secara umum anak memiliki hak mendapatkan pelayanan kesehatan yang murah dan bermutu. Pandangan Islam tentang kesehatan jauh melampaui pandangan dari peradaban manapun. Islam telah menyandingkan kesehatan dengan keimanan, sebagaimana sabda Rasulullah saw.: 23 “Mintalah oleh kalian kepada Allah ampunan dan kesehatan. Sesungguhnya setelah nikmat keimanan, tak ada nikmat yang lebih baik yang diberikan kepada seseorang selain nikmat sehat.” (HR Hakim). Rasulullah saw. juga bersabda yang artinya, “Orang Mukmin yang kuat itu lebih baik dan disukai Allah daripada Mukmin yang lemah.” (HR Muslim). Kesehatan sebagaimana pendidikan juga merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi, termasuk anak. Seorang anak memiliki hak untuk mendapatkan pelayanan kesehatan sejak berada dalam kandungan, lahir sampai dewasa. Kewajiban memelihara kesehatan anak dalam rahim dan bayi merupakan tanggung jawab seorang Ibu secara langsung dan keterlibatan ayah. Selama kandungan, ibu wajib memperhatikan asupan makan yang cukup memperhatikan kehalalan dan kethoyyibannya. bagi janin dengan Allah SWT telah berfirman: “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi…”(TQS:2:168) “Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf……” (Al-Baqarah [2]: 233) Sedangkan saat dia lahir, anak memiliki hak untuk mendapatkan ASI, sebagaimana penjelasan dalam firman Allah SWT yang artinya: 24 “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. Dan kewajiban ayah memberi rezki (makanan) dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya. Dan orang yang mendapatkan warisan pun berkewajiban demikian…” (QS Al-Baqarah: 233). 25 BAB III STUDI KASUS 3.1 Contoh Kasus Di jaman modern seperti ini banyak kaum perempuan zaman sekarang yang enggan memberikan ASI pada anak-anaknya, termasuk ketakutan untuk melahirkan secara normal dan lebih memilih melahirkan lewat operasi. Ada fenomena para ibu bersikap lunak terhadap asupan makanan untuk anakanaknya. Mereka lebih memilih memberikan susu formula dan makanan bayi instan, karena produk susu dan makanan itu kini sudah banyak tersedia di pasaran. Kecenderungan itu juga terjadi di kalangan perempuan Muslim. Kesadaran untuk memberikan ASI pada anak-anaknya justeru masih tinggi di kalangan muslimah konservatif dengan tingkat pendidikan tinggi. Di balik pakaian tertutup mereka, masih mau memberikan ASI pada anak-anaknya yang masih bayi. Mereka masih memegang teguh kebiasaan kalangan kaum muslimin di awalawal perkembangan Islam. Para ibu ketika itu, menyapih anaknya setelah berusia dua tahun dan tidak memberikan makanan padat sebelum gigi si anak tumbuh. Jika mereka tidak mampu menyusui bayi-bayi mereka karena alasan yang kuat, maka mereka akan mencari perempuan lain yang bisa menyusui bayi mereka. Di zaman sekarang, banyak hal yang menyebabkan anak-anak Muslim kehilangan kesempatan untuk mendapatkan ASI. Baik dari faktor si ibu, anak dan faktor luar seperti sistem rumah sakit yang tidak mempromosikan pemberian ASI 26 Eksklusif pada bayi yang baru lahir. Baru belakangan ini saja, Indonesia mengkampanyekan inisiasi menyusui dini di rumah-rumah sakit. Rumah-rumah sakit kadang memberikan susu formula pada bayi yang baru lahir. Kadang terjadi praktik yang tidak etis, dimana terjadi kesepakatan antara pihak rumah sakit dan produsen susu atau obat tertentu untuk mempromosikan produk-produk mereka pada pasien. Ada juga kaum perempuan yang hanya mau menyusui bayinya sampai usia enam bulan dengan alasan produksi ASI nya sudah berkurang. Padahal hal itu bisa diatasi dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan berkalori. Di sisi lain, karena faktor sang bayi, banyak para ibu yang harus berjuang agar bayinya mau menyusu ASI dan menolak memberikan susu botol pada bayinya yang baru lahir. Untuk kasus seperti ini, seorang ibi membutuhkan dukungan dari suami dan anggota keluarga lainnya dan si ibu dibiarkan untuk bersama-sama dengan bayinya paling tidak di 40 hari pertama kehidupan sang bayi. Mengingat pentingnya ASI, patut disayangkan jika kaum perempuan Muslim enggan memberikan ASI pada bayi-bayinya yang baru lahir.Karena pemberian ASI yang baik akan menciptakan generasi-generasi Muslim yang kuat, sehat dan cerdas baik dari sisi intelektual maupun emosional, seperti hasil penelitian para ilmuwan tentang manfaat ASI. 27 3.2 Analisis Sangat disayangkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan tentang kedokteran dan berkembangpesatnya teknologi semakin mempersempit cara pandang. Kebanyakan perempuan terdoktrin oleh modernitas yang menuntut kesempurnaan fisik seperti yang ditayangkan di media massa. Banyak ibu di kota – kota besar enggan menyusui anaknya dengan alasan payudaranya akan kendor sehingga tubuhnya tidak indah lagi. Padahal Allah berfirman, َ د َ ُْ رو َ ْ ر ْ عن َ دلاَ ْو ْ ْ َرو َّْ َُه ْ لان ْ لا ْ ع َض ْ َر ْ َد ا لاو ال َو َْْل َو ن َو ت َّْأ َّْ ْدل ْو ر ََ َم َو ض ْو َ ر ََ َن َ ِن َ ِ َداْل َ ه َ َِ ْ ه ْ َف وٌْ و ْ ُْ ن َداَد َدو ْ ه َ َ َف َ َُِْ ا َ َُ ْ ه ْ لا ْ ه ْ نا ضَْو ر اْ َو ر َد َن َه َق َو دوَ َق َو ن َض َنُ َو كو و ه َ َس َو ض ْقن ََّ و و َ ث ْ دل ْ و ْ أ َ ر ْ ُْ َْ ْ َا و ْ َّْ ْدل ْ َِ ْ ه ُْهو ْ و ْ َِ ضَْو ْ لا َدو الن ُْلاَ ْو َو ْ َداَد َدوَا َ َو و َو دل َد و ْ َل َو َاَ ْو ْ َن َو َ ْدا َ ْدا َ ل ْ ن َ ع ِ نه ْ َلر ْ أ َ نن َ ْو َ ون َُ َود ْ َْ ضر ْ ْ َُ َق ْ ْْلو ْ ُْو ْ َق ل و نن وْ ْن و َ ُْن ْو ت ََُّْ َو ضدل َّْأ َّْ ْد َدوَ َو َ ه ْم َن َ ضَْل َ َِ َ ُْلو َ َتدل َ د َ ضَْل ْ ن َ ُ ْ ََّ ن َمت َ ا ْ َل َ تو َ َْلض َ ْل َ َف َ َ َه ْ ْ توَّْ َُه ْ َْ ْْلوْ َل َمت ْ نا ْ ِو ْ و َ ُْن ْو ن َض َنُ َو ْو ندل َ َّْ َ ْ َِ دأ ْ لل َنوَ وْ َض أو ْو نن نََ ْو َ ِْ {233} yang artinya, "Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan pernyusuan. Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang maruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian. Apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan keduanya dan permusyawaratan, maka tidak ada dosa atas keduanya. Dan jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, maka tidak ada dosa bagimu bila kamu 28 memberikan pembayaran menurut yang patut. Bertaqwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. " (Q.S Al Baqarah :233). Dalam ayat tersebut Allah memerintahkan setiap wanita yang mampu harus menyusui anaknya paling tidak selama 2 tahun, namun bila tidak mampu maka anak tersebut boleh disusukan kepada orang lain dengan ketentuan tertentu. Seperti yang telah dibahas dalam bab pembahasan bahwa ASI yang disusukan oleh ibunya mempunyai banyak manfaat bagi sang ibu dan bayinya. Proses menyusui memberikan efek menguntungkan berikut bagi ibu: a. Mengurangi risiko kanker payudara. b. Mengurangi risiko kanker rahim dan ovarium. c. Mengurangi osteoporosis. d. Manfaat KB alami. e. Meningkatkan kesehatan emosional. f. Meningkatkan penurunan berat badan. Dalam Islam ibu yang menyusui anaknya juga diganjar dengan pahala yang sangat besar. Dalam salah satu hadist disebutkan bahwa Rasulullah bersabda, “…Tak ada seorangpun perempuan yang hamil dari suaminya, kecuali ia berada dalam naungan Allah azza wa jalla, sampai ia merasakan sakit karena melahirkan, dan setiap rasa sakit yang ia rasakan pahalanya seperti memerdekakan seorang budak yang mukmin. Jika ia telah melahirkan anaknya dan menyusuinya, maka tak ada setetes pun air susu yang diisap oleh anaknya kecuali ia akan menjadi cahaya yang memancar di hadapannya kelak di hari 29 kiamat, yang menakjubkan setiap orang yang melihatnya dari umat terdahulu hingga yang belakangan. Selain itu ia dicatat sebagai seorang yang berpuasa, dan sekiranya puasa itu tanpa berbuka niscaya pahalanya dicatat seperti pahala puasa dan qiyamul layl sepanjang masa. Ketika ia menyapih anaknya Allah Yang Maha Agung sebutan-Nya berfirman: ‘Wahai perempuan, Aku telah mengampuni dosa-dosamu yang lalu, maka perbaruilah amalmu’.” (HR Thabrani dan Ibnu ‘Asakir) Selain itu menurut berbagai penelitian bayi yang sejak kecil mendapatkan ASI akan tumbuh lebih sehat dan imunitasnya tinggi, sehingga tidak mudah terkena penyakit. Bayi yang semasa kecil mendapat ASI selama 2 tahun perkembangan fisik maupun kecerdasannya akan lebih cepat daripada bayi yang tidak mendapatkan ASI. Hal tersebut karena ASI mengandung berbagai macam zat gizi lengkap yang dibutuhkan oleh bayi seperti kolostrum, protein, karbohidrat, vitamin dalam takaran yang pas untuk bayi. Jadi, sebenarnya jauh sebelum ilmu pengetahuan modern berkembang Islam telah memberikan tuntunan yang terbukti selaras dengan penemuan ilmu pengetahuan modern. Seharusnya tidak ada alasan bagi seorang wanita untuk menyusui apabila memang tidak menderita penyakit tertentu yang mungkin ditularkan dari ibu ke bayinya. Maka dari itu menyusui bukan hanya sekedar masalah prestise tertentu tetapi dalam rangka mengikuti tuntunan Islam dan memenuhi hak yang seharusnya didapat oleh anak. 30 BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan Islam merupakan agama yang sempurna dimana Islam membahas berbagai macam perkara kehidupan manusia yang akan mendatangkan kebaikan terhadap umatnya. Salah satu perkara yang di atur dalam agama Islam adalah Kesehatan Ibu dan Anak. Islam pun memberikan kedudukan yang Istimewa untuk kaum wanita. Peran wanita dikatakan penting karena banyak beban-beban berat yang harus dihadapinya. Bahkan dalam sebuah hadist disebutkan bahwa wanita hamil dan melahirkan mempunyai keutamaan lebih dimata Allah SWT. Bukan hanya wanita tetapi islam juga menjamin hak – hak seorang anak. Seperti yang dijelaskan dalam (QS Al-Baqarah: 233).kesehatan ibu dan anak bukan hanya kewajiban seorang ibu, tetapi seorang ayah juga harus ikut mendukung tercapainya kesehatan ibu dan anak. Kesehatan ibu dan anak dalam prespektif islam membahas mengenai kesehatan ibu ketika hamil, melahirkan, nifas, dan menyusui. Bahkan kesehtan ibu dan anak juga membahas mengenai pendidikan kesehatan sejak dini pada anak. Hal ini seuai dengan konsep kesehatan ibu dan anak di masa modern ini yang menyebutkan bahwa Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah pelayanan kesehatan ibu dan anak yang meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, keluarga berencana, kesehatan reproduksi, pemeriksaan bayi, anak balita dan anak prasekolah sehat. Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa islam telah lama 31 mengatur mengenai kesehatan ibu dan anak sebelum muncunya konsep kesehatan ibu dan anak di masa modern. 32 DAFTAR PUSTAKA Anonimous. Ayat Al Quran tentang Manusia dan Tugasnya sebagi Khalifah di Bumi. http://smaalup.wordpress.com/about/ayat-ayat-al-qur%E2%80%99an-tentangmanusia-dan-tugasnya-sebagai-khalifah-di-bumi/ . aitas pada tanggal 13 September 2012 16:00 Erwin. 2009. Nifas Dalam Islam. http://erwin-buahhati.blogspot.com/2009/03/nifas-dalam-islam.html . sitas pada tanggal 13 September 2012 15:05 Rifai, Syamsuri. 2008. Pahala dan Keutamaan Ibu Hamil dan Menyusui. http://syamsuri149.wordpress.com/2008/07/19/pahala-bagi-ibu-hamil-danmenyusui/. Sitasi pada tanggal 13 September 2012. Mulyadi Nurdin. 2009. Pandangan Islam Tentang Ibu Hamil dan Kesehatan Anak. http://mulyadinurdin.wordpress.com/2009/12/31/pandangan-islam-tentang-ibuhamil-dan-kesehatan-anak-anak-2/ . Sitas pada tanggal 13 September 2012 14:58 Soularto, Dirwan Suryo. 2010. Petunjuk Kesehatan dalam Al-Quran dan Sunnah. http://misc09.files.wordpress.com/2010/04/petunjuk-kesehatan-dalam-al-qurandan-sunnah-6-april-2010.pdf. Sitasi pada tanggal 13 September 2012 33