1) Pada zaman purba obat adalah tumbuh-tumbuhan dan mineral disertai mantra-mantra untuk mengusir roh jahat pengganggu dan penyebab penyakit. 2) Masyarakat Babylonia membagi pengobatan menjadi dua Magic (The Asipu) -> dengan mantra Empiric (The Asu) -> dengan tumbuh-tumbuhan, menjadi dasar pengobatan saat ini. 3) Pada 800 SM, istilah pharmakon (bahasa Yunani) menjadi asal kata farmasi yang berarti obat. Terbagi dalam dua aspek: Jahat: meracuni (jika tidak tepat penggunaannya) Baik: menyembuhkan Ilmuan dalam bidang kefarmasian pada zaman dahulu: 1. Hipocrates (370-460 SM), ahli obat Yunani yang dikenal sebagai father of medicine. Mengenalkan: Farmasi dan kedokteran secara ilmiah antara penggunaan obat secara rasional (saat ini dianggap rasional jika tepat kombinasi, dosis, frekuensi, lama pengobatan, indikasi) Farmasi sebagai obat untuk tujuan baik.2.The Ophrastus (285-370 SM), father of botani ilmuan Eropa yang mempelajari berbagai tanaman dan bukunya dikenal sebagai historia plantarum. 1. Dioscoroides (65 M), seorang dokter Yunani yang karyanya adalah awal perkembangan botani farmasi dengan melakukan penelitian bahan obat biasa dari alam. Dikenal dengan ilmu farmakognosi. 2. Galen (130-200 M), memulai pembuatan obat dari tumbuhan-sediaan galenik. 3. Raja Frederick II (1240 M), memerintahkan pemisahan farmasi dan kedokteran, karena profesi farmasi butuh ilmu, keterampilan, inisiatif, tanggung jawab khusus, dan seni. Penemu bahan obat: – Karl Wilhem Scheef (1742-1786), farmasist Swedia—menemukan asam laktat, asam sitrat, asam oksalat, asam stearat. O2. – Frederick Serturner (1783-1841), farmasist Jerman—mengisolasi morphin dari opium. – Joseph Caventon dan Joseph Pelletier (1745-1877)—mengisolasi kinin, sinkonin (dari daun sinkonia) dan strichin, bruchin (dari daun hesx vomica) – Pelletier dan Piere Robiquet (1780-1840), mengisolasi kafein – Piere Robiquet (1832), mengisolasi codein dari opium untuk antitusif – Felix Hoffman (1893), menemukan aspirin untuk mengencerkan darah – Alexander Fleming (1928), penemu penisilin sebagai antibiotik Sejarah farmasi Sejak masa Hipocrates (460-370 SM) yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Kedokteran”, belum dikenal adanya profesi Farmasi. Saat itu seorang “Dokter” yang mendignosis penyakit, juga sekaligus merupakan seorang “Apoteker” yang menyiapkan obat. Semakin berkembangnya ilmu kesehatan masalah penyediaan obat semakin rumit, baik formula maupun cara pembuatannya, sehingga dibutuhkan adanya suatu keahlian tersendiri. Pada tahun 1240 M, Raja Jerman Frederick II memerintahkan pemisahan secara resmi antara Farmasi dan Kedokteran dalam dekritnya yang terkenal “Two Silices”. Dari sejarah ini, satu hal yang perlu digarisbawahi adalah akar ilmu farmasi dan ilmu kedokteran adalah sama. Awal mula Kelahiran Ilmu Farmasi Farmasi (bahasa Inggris: pharmacy, bahasa Yunani: pharmacon, yang berarti : obat merupakan salah satu bidang profesional kesehatan yang merupakan kombinasi dari ilmu kesehatan dan ilmu kimia, yang mempunyai tanggung-jawab memastikan efektivitas dan keamanan penggunaan obat. Ruang lingkup dari praktik farmasi termasuk praktik farmasi tradisional seperti peracikan dan penyediaan sediaan obat, serta pelayanan farmasi modern yang berhubungan dengan layanan terhadap pasien (patient care) di antaranya layanan klinik, evaluasi efikasi dan keamanan penggunaan obat, dan penyediaan informasi obat. Kata farmasi berasal dari kata farma (pharma). Farma merupakan istilah yang dipakai pada tahun 1400 - 1600an. 1. Paracelsus (1541-1493 SM) berpendapat bahwa untuk membuat sediaan obat perlu pengetahuan kandungan zat aktifnya dan dia membuat obat dari bahan yang sudah diketahui zat aktifnya. 2. Hippocrates (459-370 SM) yang dikenal dengan “bapak kedokteran” dalam praktek pengobatannya telah menggunakan lebih dari 200 jenis tumbuhan atau biasa disebut obat herbal. 3. Claudius Galen (200-129 SM) menghubungkan penyembuhan penyakit dengan teori kerja obat yang merupakan bidang ilmu farmakologi. 4. Ibnu Sina (980-1037) telah menulis beberapa buku tentang metode pengumpulan dan penyimpanan tumbuhan obat serta cara pembuatan sediaan obat seperti pil, supositoria, sirup dan menggabungkan pengetahuan pengobatan dari berbagai negara yaitu Yunani, India, Persia, dan Arab untuk menghasilkan pengobatan yang lebih baik. 5. Johann Jakob Wepfer (1620-1695) berhasil melakukan verifikasi efek farmakologi dan toksikologi obat pada hewan percobaan, ia mengatakan :”I pondered at length, finally I resolved to clarify the matter by experiment”. Ia adalah orang pertama yang melakukan penelitian farmakologi dan toksikologi pada hewan percobaan. Percobaan pada hewan merupakan uji praklinik yang sampai sekarang merupakan persyaratan sebelum obat diuji–coba secara klinik pada manusia. 6. Institut Farmakologi pertama didirikan pada th 1847 oleh Rudolf Buchheim (1820-1879) di Universitas Dorpat (Estonia). Selanjutnya Oswald Schiedeberg (1838-1921) bersama dengan pakar disiplin ilmu lain menghasilkan konsep fundamental dalam kerja obat meliputi reseptor obat, hubungan struktur dengan aktivitas dan toksisitas selektif. Konsep tersebut juga diperkuat oleh T. Frazer (1852-1921) di Scotlandia, J. Langley (1852-1925) di Inggris dan P. Ehrlich (1854-1915) di Jerman. Sejarah Farmasi http://farmatika.blogspot.com/p/sejarah-farmasi.html#ixzz3l7DQSaTz