MODUL PERKULIAHAN FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA LOGIKA FORMAL Fakultas Program Studi Fakultas Psikologi Abstract Tatap Muka 12 Kode MK Disusun Oleh Kode MK Masyhar, MA Kompetensi Mengerti tentang alam filsafat yang menyangkut asal usul, asas-asas, peranan, kegunaan, metode serta cabang-cabang dan aliran-aliran filsafat Mampu berfilsafat berdasarkan metode yang digunakan Mampu menganalisis suatu peristiwa berdasarkan aliran filsafat Mengerti dan memahami tentang pengetahuan dan kebenaran yang disertai dengan cara berpikir logis Mampu berpikir reflektif terhadap masalah-masalah psikologi 2016 1 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id A. Prinsip-prinsip logika Prinsip dasar logika adalah pernyataan kebenaran universal yang kebenarannya sudah terbukti dengan sendirinya, artinya kebenaran universal yang tidak membutuhkan hal-hal lain untuk membuktikan kebenarannya. Prinsip dasar ini merupakan dasar bagi semua pembuktian meskipun tidak perlu lagi dibuktikan kebenarannya. Prinsip-prinsip atau hukum-hukum ini oleh dengan nama yang berbeda. Uberweg, menyebutnya dengan axiom of inference. Sedangkan John Stuart Mill menyebutnya universal of postulates of all reasoning. Meskipun tidak terdapat perbedaan mengenai pokok-pokok prinsip dasar ini, namun ada perbedaan pendapat mengani jumlah prinsip yang ada di dalam logika. Aristoteles merumuskan tiga buah hukum yang menjadi prinsip dasar logika. Sedangkan Leibnitz menambahkan satu hukum lagi yaitu hokum cukup alasan. Berikut penjelasan hukum tersebut; 1. Hukum Identitas (Law of Identity) Hukum Identitas menyatakan bahwa suatu benda adalah benda itu sendiri, tak mungkin yang lain. Secara simbolis dapat dirumuskan dengan “A adalah A”. Artinya, suatu benda tetap sama selama benda itu dibicarakan dan dipikirkan. Setiap benda memiliki ciri-ciri identitas dirinya sendiri, tidak mungkin satu buah bola basket di gambarkan dengan ciri-ciri persegi. Tetapi, bola basket adalah bulat. Maka argument tersebut dinyatakan benar. Jika sesuatu adalah selalu dan dalam semua kondisi sama atau identik dengan dirinya, maka ia tidak dapat tidak sama atau berbeda dari dirinya. Kesimpulan tersebut secara logis patuh pada hukum identitas: Jika A selalu sama dengan A, maka ia tidak pernah sama dengan bukan A (Non-A). 2. Hukum Kontradiksi (Law of Contradiction) Hukum ini menyatakan bahwa suatu benda tidak dapat merupakan benda itu sendiri dan benda lain pada waktu yang sama, maksudnya bahwa dua sifat yang berlawanan tidak mungkin ada pada suatu benda pada waktu dan tempat yang sama. Dengan rumus : Tak mungkin “A” sama dengan “B” dan “bukan B” serentak. Homilton menyebutkan hukum ini dengan Hukum non Kontradiksi, karena tidak ada kontradiksi merupakan syarat bagi pemikiran yang valid. 2016 2 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Misalnya, Sebuah argument tidak dapat mengatakan bahwa “meja ini hitam dan tak hitam” sangat mungkin jika suatu benda memiliki salah satu sifat pada suatu saat, tetapi meja tersebut tidak dapat berwarna hitam dan tak hitam dalam satu waktu atau tempat. 3. Hukum Penyisihan Jalan Tengah (Excluded Middle) Arti dari hukum ini adalah bahwa dua sifat yang berlawanan tak mungkin kedua-duanya dimiliki oleh suatu benda, hanya salah satu daripadanya yang dapat dimilikinya. Menurut hukum ini dua hal yang berkontradiksi pada suatu benda, keduanya tidak mungkin salah, karena itu salah satu dari padanya mestilah benar. Rumusnya “ Segala sesuatu haruslah positif atau negative” “A” mestilah “B” atau “tak B”. Menurut Hukum ini: Selain Benar dan Salah tidak ada kemungkinan lain. Misalnya jika meja ini hitam adalah salah, maka meja ini tidak hitam adalah benar. Jevons mengatakan bahwa nama hukum ini menyatakan bahwa tidak ada kemungkinan ketiga atau jalan tengah. Jawabannya ya atau tidak. Menurut hukum penyisihan jalan tengah ini dua hal yang kontradiksi pada suatu benda keduanya tidak mungkin salah; karena itu, salah satu dari padanya mestilah benar. Jadi, jika digabungkan dua prinsip ini maka kebenaran salah satu dari dua hal yang berkontradiksi menunjukkan kesalahan yang lainnya, dan kesalahan yang lainnya menunjukan kebenaran yang lainya. 4. Hukum Cukup Alasan (Law of Sufficient Reason) Hukum ini merupakan tambahan dari hukum identitas. Adanya sesuatu itu mestilah mempunyai alasan yang cukup, demikian pula jika ada perubahan pada keadaan sesuatu. Contohnya: Jika suatu benda jatuh ke tanah, alasannya karena adanya gaya tarik bumi, sedangkan benda itu tidak ada yang menahannya. Hukum ini menyatakan bahwa di alam ini tak ada yang mungkin terjadi dengan tiba-tiba tanpa alasan yang cukup. Hukum ini dikatakan hukum tambahan bagi indentitas karena secara tak langsung menyatakan bahwa sesuatu benda mestilah tetap tidak berubah, artinya tetap sebagaimana benda itu sendiri. Tetapi jika kebetulan terjadi suatu perubahan, maka perubahan ini mestilah ada suatu keadaan yang mendahuluinya yang sanggup menyebabkan perubahan itu. Hukum ini menyatakan bahwa di alam ini tidak ada yang mungkin terjadi dengan tibatiba tanpa alasan yang cukup. 2016 3 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id B. Pembahasan kata (term) dan defenisi Term merupakan ide atau konsep yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih yang membuat konsep atau ide itu menjadi nyata. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. Jadi, term adalah pernyataan lahiriah dari konsep atau idea. Hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep atau idea saja yang dapat disebut sebagai term logika. Sebuah kata-kata tidak memiliki pengertian tertentu sehingga tidak dapat digunakan sebagai term tanpa bantuan kata-kata yang lain, maka ia tidak disebut dengan Term Sinkategorimatis. Contoh: kepada, dari, kemana dan lain sebagainya. Dalam struktur bahasa dikenal dengan kata depan, kata bantu, kata penghubung. Namun, sebuah kata telah memiliki pengertian tertentu tanpa bantuan dengan kata yang lain biasa disebut dengan Term Kategorimatis. Contoh: hewan, manusia, matahari, putih dan lain sebagainya. Term Kategorimatis dapat dibedakan menjadi tiga jenis: 1. Term Kategorimatis Univokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang sama, seperti contoh kalimat-kalimat berikut: “Adam adalah manusia”, “Tuti adalah manusia”, “jhon adalah manusia”. Term “manusia dalam contoh ini digunakan dalam arti yang sama. 2. Term Kategorimatis Equivokal, yaitu term yang dikenakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang berbeda-beda, contoh kalimat-kalimat berikut: “kambing itu adalah kambing hitam”, “Hidayat adalah orang yang sering dijadikan kambing hitam”. Kambing hitam yang pertama merupakan kambing yang memang berwarna hitam, sedangkan yang kedua adalah dimaksudkan orang yang sering dipersalahakan. 3. Term Kategorimatis Analogis, yaitu term yang digunakan kepada beberapa hal atau benda dalam arti yang berlainan namun dari segi tertentu memiliki kesamaan, seperti contoh term sakit untuk “orang sakit” dan “rumah sakit” Komprehensi (konotasi) dan Ekstensi (denotasi) Komprehensi adalah keseluruhan arti yang tercakup dalam suatu konsep atau term. Keseluruhan dalam hal ini adalah suatu unit (kesatuan) arti-arti yang kompleks yang terdapat pada suatu konsep. Contoh: term manusia komprehensinya rasional, beradab, berbudaya, dan sebagainya. Sedangkan Ekstensi lebih mengacu pada luas cakupan, kuantitas, bidang, lingkungan konsep suatu term. Dengan kata lain, ekstensi adalah keseluruhan luas lingkungan dan bidang serta keseluruhan jumlah dari suatu konsep yang terkandung dalam suatu term. Contoh: Ekstensi term manusia ialah semua manusia tanpa terkecuali dan pembatasan apapun juga. 2016 4 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Dalam komprehensi dan ekstensi terdapat rumusan yang berlaku yaitu a. Semakin miskin komprehensi, semakin luas ekstensi, contoh: ide atau konsep tentang hewan jika tanpa keterangan yang lebih lanjut, maka ide tentang hewan tersebut akan mengacu pada hewan apa saja, bisa saja kucing, ular, anjing dsb. b. Semakin kaya komprehensi, semakin sempit ekstensi, contoh: ide hewan yang meringkik keterangan yang meringkik memperkaya komprehensi karenanya maka ekstensinya menjadi sempit dan hanya kuda yang dapat ditunjuk dengan ide atau konsep hewan yang meringkik. Berikut skema sederhana kaitan antara: Jenis-Jenis Term Term biasanya dibedakan atas lima jenis: 1. Term konkret, yaitu term yang mengarah kepada suatu benda konkret, dalam logika tradisional termasuk pula nama diri (proper name). misalnya: kursi, meja, kuda, dsb. 2. Term abstrak, yaitu term yang mengacu pada kualitas, sifat, dan hubungan dari sesuatu. Misalnya: kebajikan, kemanusiaan, keindahan, bulatan, hitam, peramah, dsb. 3. Term tunggal, term yang mengacu kepada satu benda atau perorangan, atau kepada suatu himpunan yang terdiri atas sebuah pengertian yang menunjuk kepada suatu diri. Misalnya: Rektor Universitas Mercubuana yang kedua, dekan Fakultas Psikologi yang ke tiga, dsb. 4. Term kolektif, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan atau kelompok dari hal-hal atau benda yang dilihat selaku satu kesatuan. Misalnya: Mercubuana, fakultas psikologi, Fakultas ekonomi. 5. Term umum, yaitu term yang mengacu kepada suatu himpunan tanpa pembatasan kuantitas ataupun kualitas (berlaku umum) contoh: manusia, hewan, dsb. term merupakan ide atau konsep yang dinyatakan dalam sebuah kata atau lebih. Tidak semua kata atau kumpulan kata adalah term, meskipun setiap term itu adalah kata atau kumpulan kata. Term adalah kata atau beberapa kata yang memiliki satu pengertian yang membuat konsep atau ide itu menjadi nyata, jadi Term adalah 2016 5 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pernyataan lahiriah dari konsep atau idea. Hanya kata atau kesatuan kata-kata yang menyatakan konsep atau idea saja yang dapat disebut sebagai term logika. Sebagai catatan, suatu term, sebagai suatu kegiatan tahu, di dalam fenomologi modern selalu menyandang ciri intensional. Suatu tangkapan selalu merupakan suatu kegiatan menangkap ke arah sesuatu yang lain yakni sesuatu yang atas kesadaran spontan tidak bergantung pada kegiatan menangkap tersebut. Karena tangkapan-tangkapan tersebut berciri abstrak, maka ia mengungkapkan benda-benda secara tidak penuh, tetapi di lain pihak mengungkapkan suatu isi tertentu yang tidak jelas. C. Klasifikasi dan Proposisi Klasifikasi (penggolongan) ialah karya budi manusia,untuk menganalisis, membagibagi menggolong-golongkan dan menyusun pengertian-pengertian dan barang-barang menurut persamaan dan perbedaannya. Misalnya, terdapat sejumlah kelereng yang berwarna merah, putih dan biru. Di sampingnya terdapat 3 buah kotak yang juga berwarna merah, putih dan biru. Apabila seorang anak kecil yang berusia Taman Kanak-kanak (3 -5 tahun) disuruh mengisi masing-masing kotak itu sesuai dengan warna kelereng dan kotak, maka dengan mudah dan gembira menyelesaikan tugasnya dengan baik. Tugas mengisi kotak itu dapat bervariasi kesulitannya sesuai dengan variasi penugasannya. Walaupun terdapat banyak variasi atau kebanyakragaman/tugasan dalam hal tersebut, tetapi budi (ratio) manusia selalu melihat adanya suatu aturan atau cara yang tertentu. Klasifikasi merupakan metode unifikasi dan metode ini dapat membantu pikiran atau benak untuk melihat sekilas fenomena-fenomena pengelompokan yang kiranya memiliki banyak variasi. Klasifikasi juga memungkinkan pikiran kita untuk memahami benang merah yang terdapat dalam hubungan antara objek yang satu dengan objek yang lainnya. Klasifikasi dapat membantu kita memahami benda-benda atau objek-objek menurut struktur kodratnya ataupun menurut struktur artifisialnya. Pembagian Klasifikasi Pembagian (Logical Division) adalah membagi suatu jenis kepada spesia yang dicakupinya. Pembagian juga dapat berarti 1) penguarian suatu hal ke dalam bagian-bagian yang menjadi komponennya. 2) penguraian ke suatu hal atau kelas yang sifatnya umum ke dalam beberapa sub kelas. 3) penguaraian suatu kelompok ke dalam anggota-anggotanya secara individual 4) penguraian suatu hal ke dalam unsur-unsur pembentuknya. Pembagian logis dapat dibedakan atas dua jenis pembagian: 1. Pembagian universal, yaitu pembagian genus ke dalam semua species, atau term umum ke daslam term-term khusus yang menyusunnya. Misalnya: Manusia purba (term umum) dibagi menjadi homo pithecanthropus, homo neandertal dan homo sapien. Atau manusia dibagi menjadi ras mongoloid, kaukasoid, melanesoid dan negroid. 2016 6 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Pembagian dikotomi, yaitu pemecahan sesuatu menjadi dua bagian yang saling terpisah. Misalnya Hewan dibagi hewan berakal dan hewan tak berakal. Sifat pemurah dibagi menjadi bakhil dan dermawan. Materi dibagi menjadi materi konkrit dan materi abstrak. Suatu ketika, kita tidak bisa membagi dengan model di atas, karena terbatasnya pengetahuan kita akan kelompok barang-barang dan juga sering kita dapati pembagian tersebut tidak bisa kita laksanakan, maka kita menggunakan model pembagian logika jenis lain, yaitu Pembagian Dikotomi. Pembagian dikotomi adalah pembagian dari suatu genera kepada spesia yang dicakupnya dengan cara mengelompokkan menjadi dua golongan yang dibedakan atas ‘ada’ dan ‘tidak adanya’ kualitas tertentu Agar didapat spesia yang benar, maka dalam pembagian perlu diperhatikan patokan berikut: a. Pembagian harus didasarkan atas sifat persamaan yang ada pada genera secara menyeluruh. Spesianya membuka perubahan tertentu dari sifat persamaan itu. Misalnya kita hendak membagi bidang datar, maka kita harus membagi berdasarkan perubahan tertentu dari sifat generanya, yakni jumlah sisi yang membentuknya. Kita akan mendapatkan pembagian berikut: Segi tiga, segi empat, segi lima, segi enam, segi lebih dari enam, (tiga sisi), (empat sisi), (lima sisi), (enam sisi).Jika kita membagi ‘bidang datar’ misalnya dengan: belah ketupat, bujur sangkar, jajaran genjang, maka kita tidak membagi berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh dari bidang datar, melainkan perubahan tertentu dari segi empat. Pembagian yang berdasarkan sifat yang ada pada genera secara menyeluruh adalah pembagian yang dalam bahasa latin disebut fundamentum divisionis. Syarat ini menjamin agar pembagian itu dapat menghasilkan spesia yang langsung di bawah generanya. Jika tidak demikian kita akan mendapatkan spesia yang tidak langsung, jadi ada spesia di atasnya yang diloncati. b. Setiap pembagian harus berlandaskan satu dasar saja. Pembagian yang berlandaskan lebih dari satu dasar akan menghasilkan spesia yang simpang siur (overlap, cross division, terselip tidak karuan). Contoh dari pemabagian yang overlap adalah membagi manusia menjadi: manusia berkulit putih, manusia Aria, manusia Asia, manusia penyabar. Di sini terdapat empat macam dasar pembagian yaitu: warna kulit, ras, regional, dan sifat dari manusia. Pembagian yang benar atas manusia, misalnya dengan dasar warna kulit, akan menghasilkan spesia-spesia: manusia berkulit putih, manusia berkulit hitam, manusia berkulit kuning, manusia berkulit merah. 2016 7 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id c. Pembagian harus lengkap, yakni harus menyebut keseluruhan spesia yang dicakup oleh suatu genera. Ini memang sulit karena tidak selamanya mengetahui keseluruhan spesia suatu genera. Hal ini sangat tergantung akan keluasan pengetahuan kita atas kelompok barang-barang d. Pembagian harus dilakukan dengan cara teratur dan tidak meloncat-loncat. Pembagian wilayah waktu Indonesia: Waktu Indonesia bagian Barat, Indonesia Bagian Tengah dan Waktu Indonesia bagian Timur, bukan bagian timur, lalu barat kemudiang tengah. Membagi manusia atas dasar warna kulit menjadi manusia berkulit putih dan manusia berkulit hitam saja tidak benar karena ada spesia yang masih tertinggal, demikian pada membagi agama wahyu menjadi Islam dan Yahudi saja. Cara Melakukan Pembagian Adapun langkah-langkah dan cara-cara praktis pembagian sebagai berikut: 1. Memikirkan pola pendekatan atau sudut pandang atau sistem pembagian yang diinginkan. 2. Mencari dan menemukan pola pembagian. Bila ternyata menemukan pola pembagian yang banyak yang dirasakan semuanya penting, pilihlah satu dahulu, lalu bagilah. Setelah itu barulah beralih ke pola yang kedua dan demikian seterusnya. 3. Memikirkan luas pengertian dan seluruh anggota yang msuk dalam himpunan yang akan dibagi. 4. Menetapkan sub-sub kelompok yang masing-masing memiliki ciri khas yang berbeda antara satu sub dengan sub-sub lainnya. 6. Memasukkan setiap anggota ke dalam sub kelompok sesuai ciri-ciri khas yang dimiliki. Dan pastikan baha tidak ada satu anggotapun yang belum masuk, dan tidak ada satu anggotapun yang merangkap menjadi anggota dan dua sub kelompok atau lebih. Proposisi Proposisi adalah suatu pernyataan dalam bentuk kalimat yang memiliki arti penuh dan utuh. Dalam setiap proposisi selalu terdapat tiga unsur berikut ini: (a) Term subyek: hal yang tentangnya pengakuan atau pengingkaran ditujukan. Term subyek dalam sebuah proposisi disebut subyek logis. Ada perbedaan antara subyek logis dengan subyek dalam sebuah kalimat. Tentang subyek logis harus ada penegasan atau pengingkaran sesuatu tentangnya; (b) Term predikat: isi pengakuan atau pengingkaran itu sendiri (apa yang diakui atau diingkari). Term predikat dalam sebuah proposisi adalah predikat logis, yaitu apa yang ditegaskan atau diingkari tentang subyek; dan 2016 8 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id ( c ) Kopula: penghubung antara term subyek dan term predikat dan sekaligus memberi bentuk (pengakuan atau pengingkaran) pada hubungan yang terjadi. Jadi, kopula memiliki tiga fungsi, yakni: (a) menghubungkan subyek dan predikat; (b) menyatakan bahwa subyek sungguh-sungguh eksis; dan ( c ) menyatakan cara keberadaan (eksistensi) subyek. Setiap proposisi selalu mengandung ketiga unsur tersebut di atas. Itulah sebabnya, meskipun setiap proposisi selalu berupa kalimat, tetapi tidak setiap kalimat adalah proposisi. Dalam logika sebuah kalimat adalah proposisi apabila isi kalimat tersebut sanggup menjadi benar atau salah. Dalam contoh “Selamat Hari Ulang Tahun” dan “Semoga umur panjang”, keduanya adalah kalimat tetapi bukan proposisi. Alasannya, dari segi isinya, kalimat-kalimat tersebut tidak dapat dibenarkan. Hal yang sama berlaku juga untuk kalimat perintah atau kalimat tanya. Jadi, kalimat-kalimat harapan, tanya, perintah, dan keinginan (desideratif) tidak ada pengakuan atau pengingkaran sesuatu tentang sesuatu yang lain, karena itu tidak dapat disebut proposisi. Hanya kalimat berita (informatif) yang digolongkan sebagai proposisi. Selanjutnya dalam bahasa Indonesia kopula dalam suatu proposisi tidak selalu dinyatakan secara eksplisit. “Amir nakal” adalah proposisi, karena nakal (term predikat) diakui tentang Amir (term subyek), meskipun kedua term tersebut tidak dihubungkan secara eksplisit oleh kopula. Proposisi menurut sumbernya menurut Immanuel Kant dibagi menjadi 2 macam, yaitu proposisi analitik dan proposisi sintetik. a. Proposisi Analitik (proposisi a priori) yaitu proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang sudah terkandung pada subyeknya. Contoh, Rektor adalah pimpinan suatu universitas. Kata “universitas” yang kedudukannya sebagai Predikat dalam contoh di atas, pengertiannya sudah terkandung dalam kata “rektor” (sebagai subyek). Jadi, mendatangkan pengetahuan baru. predikat pada proposisi analitik tidak Sedangkan untuk mengetahui benar atau tidaknya maka dilihat dari pernyataan terbesut, apakah bertentangan atau tidak. b. Proposisi Sintetik (proposisi a pesteriori) yaitu proposisi yang predikatnya mempunyai pengertian yang bukan menjadi keharusan bagi subyeknya. Contoh, mahasiswa itu cantik. Kata “cantik” pada proposisi “mahasiswa itu cantik” pengertiannya belum terkandung pada subyeknya (mahasiswa). Jadi kata ”cantik” merupakan pengetahuan baru yang didapat melalui pengalaman. Proposisi sintetik merupakan lukisan dari kenyataan empirik. Cara menguji benar dan salahnya yaitu melalui kesesuaian atau tidaknya kenyataan dengan empiriknya. Proposisi jika dilihat dari kombinasi antara kuantitas dan kualitas maka dikenal empat macam proposisi: 2016 9 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id a) Universal Afirmatif (Affirmo) : Semua manusia akan mati (A) b) Partikular Afirmatif (affIrmo) : beberapa orang menjadi saksi kunci dalam penculikan (I) d) Universal negative (nEgo) : tidak semua orang berkaki lima (E) e) Partikular negatif (negO): Beberapa mahasiswa tidak lulus.(O) Sedangkan menurut bentuknya, proposisi terdiri dari 2 macam, yaitu proposisi kategorik, proposisi hipotetik. Proposisi Kategorik Proposisi Kategorik sebuah proposisi yang mengandung pernyataan tanpa adanya syarat. Paling sederhana proposisi ini terdiri atas satu subyek, satu predikat, satu kopula, dan satu kuantifier. Juga dapat dikatakan bahwa proposisi kategoris merupakan suatu keputusan berfikir dengan cara menghubungkan satu variable dengan variable lainnya. Seperti, segala sesuatu di dunia ini adalah baru. Quantifier adakalanya menunjukkan pada permasalahan yang universal, seperti kata: seluruh, semua, segenap, setiap, tak satu pun; atau permasalahan partikular, seperti kata: sebagian, kebanyakan, beberapa, tidak semua, sebagian besar, hampir seluruh, ratarata, (salah) seorang di antara..; (salah) sebuah di antara, atau bahkan permasalahan singular. Tetapi untuk hal yang singular quantifier biasanya tidak dinyatakan. Apabila quantifier suatu proposisi menunjukkan pada permasalahan universal maka disebut sebagai proposisi universal, menunjuk pada permasalahan particular disebut proposisi particular, dan pada permasalahan singular juga disebut sebagai proposisi singular. Kopula menentukan kualitas proposisinya. Terdiri dari 2 jenis yaitu positif (mengiyakan) dan negative (mengingkari). Contoh, Proposisi Negatif : Dosen adalah orang yang mengajar mahasiswa Proposisi Positif : Mahasiswa bukan peminta-minta Kopula positif boleh tidak dinyatakan dan terkadang memang hanya tersembunyi, akan tetapi jika kopula negative harus dinyatakan. Dalam suatu proposisi Kopula itu harus ada meskipun dinyatakan atau tidak. Sedangkan berdasarkan distribusi term subjek dan term prediket, maka dapat diketahui beberapa hal yaitu: 1. subjek pada proposisi universal selalu universal. Misalnya, semua orang Jawa berkulit sawo matang. Dalam contoh ini memberikan suatu gambaran bahwa semua orang Jawa dimanapun ia berada baik secara individu atau kolektif berkulit sawo matang. Demikian juga dengan ungkapan orang jawa berarti bukan orang non jawa seperti batak atau irian dan lain sebagainya. 2016 10 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 2. Subjek pada proposisi partikular selalu particular. Misalnya beberapa pejabat melakukan tindak korupsi. Dalam hal ini term subjek menggambarkan jumlah sebagian orang yang menjadi pejabat 3. Prediket pada proposisi afirmatif selalu partikular. Misalnya, Mahasiswa adalah kaum intelektual. Frase kaum intelektual yang berfungsi sebagai term prediket di sini digambarkan bahwa mahasiswa adalah bagian dari kelompok intelektual. Proposisi Hipotetis Proposisi Hipotetis secara etimologi diartikan sebagai keputusan bersyarat atau keputusan hipotesisi. Sedangkan menurut terminology berarti suatu keputusan dengan cara menghubungkan satu proposisi dengan proposisi yang lain, dalam hubungan saling bergantungan dan sebab akibat. Contoh, ‘Jika kamu rajin belajar, kamu sukses dalam ujian. Jika proposisi kategoris menyatakan suatu kebenaran tanpa syarat, maka pada proposisi hipotetis kebenaran yang dinyatakan justru harus mempunyai syarat tertentu, berdasarkan perbedaan yang mendasar. Pada proposisi kategoris, kopulanya selalu ‘adalah’ atau ‘bukan’ atau ‘tidak’; sedangkan pada proposisi hipotetis kopulanya adalah ‘jika, apabila, atau manakala’ yang kemudian dilanjutkan dengan ‘maka’, meskipun kata ‘maka’ sering dihilangkan, seperti contoh di atas. Ada tiga macam jenis proposisi hipotetis, yaitu proposisi kondisional, proposi, disjungtif, dan proposisi konjungtif. Proposisi Kondisional Proposisi kondisional adalah proposisi yang menyatakan suatu kondisi atau hubungan ketergantungar, antara dua proposisi. Hubungan tersebut menunjukkan bahwa proposisi yang satu pasti mengikuti proposisi yang lainnya karena adanya suatu kondisi tertentu. Salah satu proposisi mengandaikan atau mempengaruhi proposisi yang lainnya. Rumusan proposisi tersebut adalah Jika ... . maka .... Proposisi kondisional memiliki dua bagian/unsur, yaitu antesedens dan konsekuens. Bagian antesedens terdiri atas kondisi atau persyaratan, sedangkan bagian Konsekuens menunjukkan pernyataan yang sesuai dengan persyaratan yang ada. Jadi, konsekuens adalah proposisi yang berupa pernyataan yang tergantung pada adanya persyaratan. Sebuah proposisi kondisional menyebut dan menerangkan adanya ketergantungan dari konsekuens terhadap antesedens. Ketergantungan ini sifatnya logis, yaitu kita berpikir dan berbicara bertolak dari antesedens ke arah konsekuens. Jadi, jika ada pernyataan Jika hujan, maka akan diikuti maka tanah basah. Realitas ini akan menunjukkan ketergantungan logis bahwa jika tanah basah, maka pasti baru saja turun hujan. Contoh:1) jika seseorang silau oleh sinar matahari maka ia membutuhkan kacamata hitam. 2). jika musim kemarau berkepanjangan, maka panen tahun ini akan gagal. 2016 11 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Proposisi Disjungtif proposisi disjungtif adalah proposisi di mana subjek atau predikatnya terdiri dari bagian-bagian yang saling terkait. Menurut susunannya, proposisi ini mempunyai rumus sebagai berikut: Atau ... atau .... Masing-masing bagian dalam disjungsi disebut alternatif. Sebuah disjungsi disebut sempuma atau lengkap jika bagian-bagiannya berhubungan secara timbal balik dan eksklusif. Artinya, satu alternatif menyisihkan yang lainnya, tidak mungkin kedua alternatif sama-sama benar atau sama-sama salah. Contoh: Seorang laki-laki adalah atau bujangan atau orang yang sudah menikah. Sebuah disjungsi dikatakan tidak sempurna jika bagian-bagiannya yang berhubungan secara timbal balik itu tidak bersifat eksklusif. Arlinya, satu alternatif tidak sepenuh-nya menyisihkan alternatif yang lain. Satu subjek pada waktu yang sama dimungkinkan untuk berada dalam dua situasi. Contoh: Roberto itu sedang duduk atau sedang menulis. (Dalam disjungsi ini dimungkinkan Roberto sedang duduk dan menulis. ) Sebuah disjungsi disebut luas jika sekurang-kurangnya ada satu alternatif benar dan yang lainnya dapat juga benar. Contoh: Saya atau kakak saya akan pergi. (yang akan pergi itu adalah saya atau kakak saya. Namun, ada kemungkinan yang akan pergi itu kami berdua. Seandainya hanya satu alternatif saja yang dinyatakan benar, maka kita harus meyakinkan bahwa yang lain tidak benar.) Berkaitan macam-macam disjungsi tersebut di atas, biasanya kita harus dapat menetapkan apakah sebuah proposisi itu bersifat benar-benar disjungtif atau disjungtif dalam arti luas. Ini dapat kita lakukan dengan cara melihat isi dan konteks di mana proposisi tersebut dinyatakan. Namun, kita juga harus ingat bahwa sebuah proposisi disjungtif itu bersifat tegas, sempuma, lengkap, dan semestinya jika dua syarat berikut ini dapat terpenuhi: 1) jumlah posibilitas (kemungkinan) harus lengkap: 2) harus ada oposisi (perlawanan) eksklusif di antara posibilitas-posibilitas yang ada. Proposisi Konjungtif Jenis proposisi hipotetis yang ketiga adalahproposisi konjungtif, yaitu proposisi yang menolak gagasan bahwa dua predikat yang bersifat kontraris dapat menjadi benar bagi subjek sama serta pada waktu yang sama. Proposisi ini menolak gagasan tentang munculnya posibilitas dua buah alternatif dalam waktu yang bersamaan. Artinya, proposisi ini menolak kesemertaan kemungkinan/posibilitas dua buah alternatif. 2016 12 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Contoh: Anda tidak dapat sekaligus duduk dan berlari pada saat yang bersamaanKau tidak mungkin berada di dua tempat sekaligus. Kebenaran sebuah proposisi konjungtif tergantung terutama pada oposisi eksklusif yang terdapat di antara unsur-unsur pembentuknya. Proposisi semacam ini dapat diterapkan pada dua buah proposisi hipotetis yang saling berhubungan atau pada kombinasi antara proposisi hipotetis dan proposisi kategoris dengan maksud untuk menyederhanakannya. Contoh: Jika Anda sedang duduk, maka tidak mungkin Anda berlari. Jika kita berada di Yogyakarta, maka kita tidak berada di Semarang. D. Oposisi dalam logika Oposisi dalam logika diartikan dengan pertentangan antara dua pernyataan atas dasar pengolahan term yang sama. Pertentangan diartikan juga dengan hubungan logis, yaitu hubungan yang di dalamnya terkandung adanya suatu penilaian benar atau salah terhadap dua pernyataan yang diperbandingkan. Adapun dua pernyataan yang diperbandingkan atau dihubungkan itu dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari satu term, dan dapat juga keduanya berbentuk pernyataan yang terdiri dari dua term sebagai subyek dan predikat yang disebut dengan proposisi kategoris. Dengan adanya pernyataan ini oposisi dibedakan dua macam, yaitu : oposisi satu term (oposisi sederhana), dan oposisi dua term (oposisi kompleks). Oposisi sederhana Oposisi yang berupa hubungan logis antara dua pernyataan tunggal atas dasar term yang sama, tetapi perbedaan dalam kualitas dan kuantitas. Term satu-satunya disini merupakan predikat. Contoh : Semuanya adalah korupsi Ada sebagian yang tidak korupsi Kata korupsi sebagai predikat yang tidak mempunyai term sebagai subyek yang saling dihubungkan secara logis dengan bentuk pernyataan yang berbeda. Namun berbeda kualitas dan kuantitas. Kemudian dalam oposisi sederhana dibedakan menjadi empat macam, yaitu : oposisi kontraris, oposisi sub kontraris, oposisi kontradiktoris, dan oposisi subalternasi. a. Oposisi kontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan universal atas dasar satu term yang sama. Tetapi berbeda dalam kualitasnya. Hukumnya : 1. Bila pernyataan yang satu benar, yang lain pasti salah 2. Bila pernyataan yang satu salah, maka yang lain dapat juga benar dan dapat juga salah. misalnya : Semuanya adalah korupsi 2016 13 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Semuanya tidak ada yang korupsi b. Oposisi subkontraris yaitu pertentangan antara dua pernyataan particular atas dasar satu term yang sama, tetapi berbeda dalam kualitasnya. Hukumnya : - Bila pernyataan yang satu salah maka yang lain dapat diakui benar. - Bila pernyataan yang satu benar maka yang lain dapat benar dan dapat juga salah. misalnya : Sebagian adalah sarjana Hukum Sebagian bukan sarjana Hukum c. Oposisi kontradiktoris yaitu dimana yang satu menyangkal apa yang diakui oleh yang lain. Example : Semua manusia terpelajar Beberapa manusia tidak terpelajar. Proposisi yang satu memakai “semua” yang lain memakai “beberapa” dan memakai “ada” yang lain “tidak ada” karena itu dalam kontradiktoris yang berbeda ada pada kuantitas (semua, beberapa) dan dalam kualitas (ada, tidak ada). Dalam oposisi ini mempunyai tabiat bila satu salah, yang lain harus benar. Dan bila yang satu benar yang lain harus salah, tidak mungkin benar keduanya atau salah keduanya. d. Oposisi Subalternasi yaitu pertentangan antara dua pernyataan atas dasar satu term yang sama dan berkualitas sama tapi berbeda dalam kuantitasnya. Subalternasi ini dibagi dua yaitu : 1) Sub implikasi, yaitu hubungan logis pernyataan particular terhadap pernyataan universal atas dasar term yang sama serta kualitas sama. Hukumnya : Bila pernyataan particular salah, maka pernyataan universal pasti salah. Bila pernyataan particular benar, maka yang universal tidak dapat diketahui benar atau salah. misalnya : Sebagian adalah seniman Semuanya adalah seniman 2) Super implikasi, yaitu hubungan logis pernyataan universal terhadap pernyataan particular atas dasar term yang sama serta kualitas yang sama Hukumnya : Bila pernyataan universal benar, maka yang particular pasti benar Bila pernyataan universal salah, maka yang particular tidak dapat diketahiu benar atau salah. misalnya : Semua adalah pemberontak Ada sebagian yang memberontak 2016 14 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Oposisi kompleks Oposisi yang berupa hubungan logis anara dua pernyataan atas dasar dua term yang sama sebagai subyek dan predikat, tetapi berbeda dalam kuantitas atau kualitasnya atau berbeda kedua-duanya atau pertentangan antara dua proposisi kategoris dengan term yang sama dan berbeda dalam satu hal. misalnya : Semua peserta bimbingan tes perintis Yogyakarta ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri Ada peserta bimbingan tes perintis Yogyakarta yang tidak ingin masuk Perguruan Tinggi Negeri Oposisi ini dibagi menjadi tiga, yaitu oposisi parallel, oposisi kontradiktoris, dan eksklusif. Oposisi Paralel: merupakan hubungan antara dua pernyataan particular dengan dua term yang sama tapi berbeda daam kualitasnya. Dalam pertentangan dua pernyataan particular ini, obyek dari kedua pernyataan itu adalah satu himpunan yang dibagi dua kelompok, yang satu dengan predikat positif (afirmatif) dan yang lain dengan predikat negative. Oleh karena itu pernyataan yang satu mengandalkan adanya pernyataan yang lain. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kebenaran bagi yang lain, demikian juga kesalahan bagi yang satu berarti kesalahan yang lain. misalnya: Ada sebagian pejabat pemerintah yang korupsi Ada sebagian pejabat pemerintah yang tidak korupsi Oposisi kontradiktoris, yaitu merupakan pertentangan antara dua pernyataan kategoris dengan term yang sama. Namun berbeda kuantitas dan kualitasnya. Oposisi kontradiksi disini sama juga dengan oposisi kontradiktoris dan dibahas dalam oposisi sederhana . hukumnya pun sama. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kesalahan bagi yang lain. Demikian sebaliknya, kesalahan bagi yang satu berarti kebenaran bagi yang lain. Misalnya: Semua Bangsa Indonesia berketuhana YME Ada Bangsa Indonesia yang tidak berketuhanan YME Oposisi eksklusif : merupakan pertentangan antara dua pernyatan universal kategoris ang berbeda kualitas, atas pertentangan dua pernyataan yang berkualitas sama tapi bebeda kuantitas. Dalam pertentangan-pertentangan pernyataan di atas antara yang satu dengan yang lain saling menyisihkan. Dalam arti tidak mungkin kduanya benar dan kemungkinan keketiga jika keduanya salah. Hukumnya : kebenaran bagi yang satu berarti kesalahan bagi yang lain. Namun kedua-duanya dapat juga salah. 2016 15 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id misalnya: Semua jaksa adalah sarjana hukum Sebagian jaksa adalah sarjana hukum Bentuk penalaran lain yang ada hubungannya denga oposisi kompleks ialah negasi, kontradiksi, dan penyimpulan implikasi. Negasi kontradisi merupakan kelanjutan pertentangan berbentuk kontradiksi yang diingkari, sedangkan penyimplan implikasi merupakan hubungan antara keseluruhan dan bagian yang tidak bertenangan. Negasi kontradiksi adalah dua pernyataan yang kontradiksi jika salah satu diingkari akan mewujudkan suatu persamaan arti. Negasi kontradisi dapat juga dinyatakan sebagai bentuk penatanan obverse, yakni penyimpulan langsung dengan jalan menegasikan suatu pernyataan yang berbeda kualitasnya. misalnya: “Setiap warga Negara mempunyai kedudukan sama dalam bidang hukum dan pemerintahan.” Yang sama artinya dengan “tidak ada satupun warganegara yang tidak mendapat kedudukan sama dalam bidang hokum dan pemerintah.” Dalam contoh di atas kata “tidak ada satupun” berarti “semua” Penyimpulan implikasi, yaitu jika suatu keseluruhan mempunyai sifat tertentu maka bagian dari keseluruhan itu juga mempunyai sifat tersebutdan jika mengingkari maka bagiannyapun mengingkari. Misalnya: Jika “semua peserta ujian logika dapat nilai baik “maka”, sebagian dari peserta ujian logika dapat nilai baik.” Perlu diperhatikan, penyimpulan ini bukan untuk dipertentangkan sebagai mana oposisi eksklusif tetapi bagian dari simpulan keseluruhan. E. Silogisme Silogisme adalah sebuah argumentasi di mana sebuah proposisi disimpulkan dari dua proposisi lainnya yang sudah diketahui dan memuat gagasan-gagasan yang sudah diketahui pula, serta sekurang-kurangnya salah satu dari dua proposisi tersebut universal. Dengan begitu, walaupun proposisi yang disimpulkan itu berbeda dari dua proposisi lainnya, proposisi tersebut harus tetap mengikuti alur gagasan yang terdapat dalam dua proposisi lainnya. Dalam silogisme proses logis yang terdiri dari tiga bagian. Dua bagian pertama merupakan premis-premis atau pangkal tolak penalaran silogistik. Sedangkan bagian ketiga merupakan perumusan hubungan yang terdapat antara kedua bagian pertama melalui pertolongan term penengah (M). bagian ketiga ini disebut juga kesimpulan yang berupa 2016 16 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id pengetahuan baru (konsekuens). Proses menarik suatu kesimpulan dari premis-premis tersebut disebut penyimpulan. Suatu premis adalah suatu pernyataan yang dirumuskan sedemikian rupa sehingga pernyataan tadi menegaskan atau menolak bahwa sesuatu itu benar atau tidak benar. Suatu premis dapat mengatakan suatu fakta, suatu generalisasi, atau sekedar suatu asumsi atau sesuatu yang spesifik. Silogisme mempunyai dua bentuk asli, yaitu: silogisme kategoris dan silogisme hipotetis. a) Silogisme Kategoris Silogisme Kategoris adalah struktur suatu deduksi berupa berupa suatu proses logis yang terdiri dari tiga bagian yang masing-masing bagiannya berupa pernyataan kategoris (pernyataan tanpa syarat. Sebagai suatu bentuk logis yang sudah baku, silogisme kategoris bermakna sekali dalam percakapan sehari-hari, diskusi, buku, dan jalan pikiran kita jarang dirumuskan dalam bentuk silogisme. Tetapi begitu masalah mengapa dipersoalkan, maka orang akan mencari alasan-alasannya. Disinilah bentuk silogisme kategoris dapat membantu menunjukkan jalan atau tahap-tahap penalarannya. Misalnya, apabila seseorang ditanya,”mengapa korupsi itu haram?” maka akan dicari alasannya, dan kemudian berkata” karena korupsi adalah mencuri.” Jika kemudian diberi bentuk logis, maka dapat diperoleh silogisme sebagai berikut: Mencuri itu haram. Korupsi adalah mencuri. Maka korupsi adalah haram. Bentuk Silogisme kategoris Dengan memperhatikan kedudukan term pembanding (M) dalam premis pertama maupun dalam premis kedua, silogisme kategoris dapat dibedakan antara empat bentuk atau empat pola, yakni sebagai berikut: 1) Silogisme Sub-Pre, suatu bentul silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai subjek dan dalam premis kedua sebagai predikat. Polanya: M P SM SP Contoh: Semua manusia akan mati. Socrates adalah manusia. Jadi, Socrates akan mati. 2) Silogisme Bis-Pre, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi predikat dalam kedua premis. 2016 17 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Polanya: P M SM SP Contoh: Semua orang yang berjasa terhadap negara adalah pahlawan. Sukarno adalah pahlawan. Jadi, Sukarno adalah orang yang berjasa terhadap negara. 3) Silogisme Bis-Sub, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya menjadi subjek dalam kedua premis. Polanya: M P MS SP Contoh: Manusia adalah berbudaya. Manusia itu juga berakal budi. Jadi, semua yang berakal budi adalah berbudaya. 4) Silogisme Pre-Sub, suatu bentuk silogisme yang term pembandingnya dalam premis pertama sebagai predikat dan dalam premis kedua sebagai subjek. Polanya: P M MS SP Contoh: Semua batuk adalah penyakit. Semua penyakit adalah menggannggu kesehatan. Jadi, sebagian yang mengganggu kesehatan adalah batuk. Hukum-hukum silogisme kategoris Dalam menyusun suatu silogisme haruslah perlu diingat aturan-aturan tentang isi dan luas subjek dan predikat agar jalan pikiran itu sah. 1. Term S,P dan M dalam satu pemikiran harus tetap sama artinya. Dalam silogisme S dan P dipersatukan atas dasar pembanding masing-masing dengan M, jikalau M itu mayor dan minor tidak tepat sama artinya maka tidak dapat ditarik kesimpulan. Yang bersinar di langit itu bulan. Nah, bulan itu tiga puluh hari. Jadi, tiga puluh hari bersinar di langit. 2. Kalau S dan atau P dalam premis partikular, maka dalam kesimpulan tidak boleh universal. Sebabnya ialah kita tidak boleh menarik kesimpulan mengenahi semua jika premis hanya memberi katerangan beberapa. 2016 18 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Semua lingkaran itu bulat. Nah, semua lingkaran itu gambar. Jadi semua gambar itu bulat. Semua ahli ekonomi harus pandai memegang buku. Nah, tuan A itu bukan ahli ekonomi. Jadi, ia tidak perlu pandai memegang buku. 3. Term M sekurang-kurangnya satu kali universal Anjing itu binatang. Kucing itu binatang. Jadi Kucing itu Anjing. 4. Kesimpulan harus sesuai dengan premis yang paling lemah. Jika kalimat universal dibandingkan dengan kalimat particular, maka yang particular disebut yang lemah. Begitupula kalimat negative itu lemah dibandingkan dengan kalimat afirmatif. Cerita yang cabul tidak baik untuk mendidik anak. Nah, banyak cerita-cerita Panji yang cabul. Jadi, banyak cerita-cerita dari Panji tidak baik untuk mendidik anak. Hukum dasar penyimpulan silogisme kategoris Perbandingan dua proposisi dalam bentuk silogisme walaupun ada term sebagai pembanding belum tentu dapat diambil kesimpulan secara tepat dan pasti. Untuk menentukan ketepatan dan kepastian kesimpulan yang dihasilkannya, harus mengikuti aturan-aturan tertentu yang langsung berbentuk rumusan silogisme berkesimpulan tepat dan pasti. Aturan-aturan itu disebut hukum dasar penyimpulan yang muncul dari hakikat silogisme itu sendiri. Aturan itu adalah: 1. Dua hal yang sama, apabila yang satu diketahui sama dengan hal ketiga, yang lain pun pasti sama. Contoh: Semua mahasiswa berakal budi. Semua yang berakal budi berbudaya. Jadi, semua mahasiswa berbudaya. 2. Dua hal yang sama, apabila sebagian yang satu termasuk dalam hal ketiga, sebagian yang lain pun termasuk di dalamnya. Contoh: semua rakyat Indonesia adalah warga Negara Indonesia. Sebagian warga Negara Indonesia adalah keturunan Cina. Jadi, sebagian rakyat Indonesia keturunan Cina. 3. Antara dua hal, apabila yang satu sama dan yang lain berbeda dengan hal ketiga, dua hal itu berbeda. Contoh: semua yang berakal budi adalah manusia. Semua manusia bukan kera. Jadi, semua yang berakal budi bukan kera. 2016 19 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id 4. Apabila sesuatu hal diakui sifat yang sama dengan keseluruhan maka diakui pula sebagian sifat oleh bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Contoh: semua mahasiswa mercubuana adalah rakyat Indonesia. Semua rakyat Indonesia adalah berpancasila. Jadi semua mahasiswa mercuabuana berpancasila. 5. Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang sama dengan bagian dari suatu keseluruhan maka diakui pula sebagai bagian dari keseluruhan itu. Contoh: sebagian mahasiswa mercubuana adalah manusia. Semua manusia adalah berbudaya. Sebagian mahasiswa mercubuana adalah berbudaya. 6. Apabila sesuatu hal diakui sebagai sifat yang meliputi keseluruhan maka meliputi pula bagian-bagian dalam keseluruhan itu. Contoh: semua mahasiswa adalah makhluk. Semua mahasiswa ciptaan Tuhan. Jadi, semua mahasiswa adalah ciptaan Tuhan. 7. Apabila sesuatu hal tidak diakui oleh keseluruhan maka tidak diakui pula oleh bagianbagian dalam keseluruhan. Contoh: semua warga Meruya adalah rakyat Indonesia. Semua rakyat Indonesia tidak beraliran komunis. Jadi, semua warga Meruya tidak beraliran komunis. b. Silogisme hipotetis Silogisme Hipotetis, yakni premisnya berupa penyataan bersyarat: P diakui atau dipungkiri tentang S tidak secara mutlak, melainkan bergantung pada syarat Ada 4 macam tips silogisme hipotetis,yaitu: 1) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti: Jika hujan, saya naik ojek Sekarang hujan Jadi saya naik ojek 2) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengakui bagian konsekuennya: seperti: Bila hujan, bumi akan basah Sekarang bumi telah basah Jadi hujan telah turun 3) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari antecedent, seperti: Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul Politik pemerintah tidak dilaksanakan dengan paksa Jadi kegelisahan tidak akan timbul 4) Silogisme hipotetis yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya, seperti: Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah Pihak penguasa tidak gelisah Jadi mahasiswa tidak ke jalanan Hukum-hukum silogisme Hipotetis 2016 20 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Bila antecedent kita lambangkan A dan kosekuen kita lambangkan B, jadwal hokum silogisme hipotetik adalah: 1) Bila A terlaksana maka B terlaksana, seperti: Bila terjadi peperangan harga harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan terjadi. Jadi harga bahan makanan membubung tinggi. 2) Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah= salah),seperti: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, peperangan tidak terjadi. Jadi, harga bahan makanan tidak membubung tinggi. (tidak sah= salah). 3) Bila B terlaksana, maka A terlaksana. (tidak sah= salah), seperti: Bila terjadi peperangan harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, sekarang harga makanan membubung tinggi. Jadi peperangan terjadi. (tidak sah= salah) 4) Bila B terlaksana maka A terlaksana, seperti: Bila peperangan terjadi harga bahan makanan membubung tinggi. Nah, harga makanan tidak membubung tinggi. Jadi peperangan tidak terjadi. 2016 21 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id Daftar Pustaka Alex lanur OFM. Logika Selayang Pandang. Kanisius. Jogjakarta. 1983 Bagus, Lorens, 2000, Kamus Filsafat, Jakarta: PT Gramedia Farâbî, Abû Nashr al-, 1968. Ihshâ al-‘Ulûm, Kairo: Maktabah al-Anjalû al-Mishriyah, Ghazali, Abû Hâmid al, 2000 Mi‘yâr al-‘Ilm, Kairo: Maktabah al-Jundi, Ibrâhîmî, Muhammad Nûr, ‘Ilm al-Manthiq, Surabaya: Sa‘ad Ibn Nâshr Nabhân, Katsoff, Louis O, 2000 Pengantar Filsafat, Yogyakarta, Tiara Wacana Mehra, Partap Sing &Jazir Burhan, 1996, Pengantar Logika Tradisional, Bandung: Bina Cipta, Nasoetion, Andi Hakim, 2008 Pengantar ke Filsafat Sains, Bogor, Litera Antar Nusa, Poespoprodjo,1999 Logika Scientifika: Pengantar Dialektika dan Ilmu, Bandung: Pustaka grafika Soekardjo, 2001, Logika Dasar: Tradisional, Simbolik dan Induktif, Jakarta: Gramedia Pustaka Sumaryono, E. 1998, Dasar-Dasar Logika, Yogyakarta: Kanisius 2016 22 Filsafat Ilmu dan Logika Masyhar, MA Pusat Bahan Ajar dan eLearning http://www.mercubuana.ac.id