JURNAL indra 4

advertisement
WACANA AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL
(Analisis Wacana Agama dan Perubahan Sosial pada Buku Prisma
Pemikiran Gus Dur Edisi Tahun 2000)
Indrasto Satriyotomo
Eko Setyanto
Kandyawan
Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Abstract
Relevance between religion and social change in the community to be
interesting to study. In addition to regulating the human relationship with God,
religion also has a share in regulating social relations with others. It shows that
there is a link between religion and social changes that occur in social life. It is
also the author found in a book called Prisma Pemikiran Gus Dur.
This study aimed to determine the relationship of religious discourse with
social change in the book Prisma Pemikiran Gus Dur.
In analyzing the writings of Gus Dur on book Prisma Pemikiran Gus Dur
the author uses the method of discourse analysis developed by Teun van
Dijk. This model divides the text into three structures namely macro structure that
contains the thematic writing Gus Dur. Then superstructure associated with
schematic or text frame. Then microstructure observed in the form of semantic
discourse
of
background,
detail,
intent,
presuppositions
and
nominalization. Furthermore, the observed syntactic discourse of tenses,
coherence and pronouns. Then stylistic, which is part of the observed
microstructure discourse based lexicon.The final element of the microstructure
was observed rhetorical discourse of metaphor.
Based on the research, the authors conclude that the book Prisma
Pemikiran Gus Dur.religious discourse and social change in a balanced
discourse, On the other side, religion has a role in the process of social change
and social change can happen because there share of one aspect of life in society
are religion.
Keyword: religion, social change, Prisma Pemikiran Gus Dur.
1
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ± 200 juta jiwa
dengan latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Perbedaan ras, suku,
agama dan budaya merupakan sebuah kekayaan yang tak ternilai. Dibutuhkan
sebuah pemahaman yang bijak mengenai konsep kemajemukan dan sikap
menghargai perbedaan. Sebagai negara yang menganut paham demokrasi,
menghargai dan menghormati perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sikap
menerima dan menghormati perbedaan dalam segala aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolak keberadaannya. Karena
dari perbedaan itulah semangat demokrasi mulai dibangun.
Latar belakang suku bangsa di Indonesia menjadikan pilihan hidup untuk
saling
menghargai
adalah
kepastian.
Bhineka
Tunggal
Ika
adalah
pengejawantahannya, dan ini telah dipahami oleh para pendiri bangsa sejak tahun
1928. Walau harus diakui bahwa masih banyak masalah karena keragaman ini
(Meinarno, Widianto & Halida, 2011: 77).
Abdurrahman Wahid atau mungkin yang lebih dikenal Gus Dur
merupakan salah satu tokoh cendekiawan muslim Indonesia yang memiliki
semangat dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Selain itu Gus
Dur dikenal sebagai tokoh intelektual muslim Indonesia yang peduli dan giat
dalam gerakan yang mendukung anti-diskriminasi kaum minoritas serta melawan
radikalisme agama.
Gus Dur adalah salah seorang tokoh intelektual Indonesia yang cukup
disegani dan menonjol. Tokoh yang sudah lebih dari 15 tahun menjabat Ketua
Umum PBNU, organisasi kaum tradisionalis, ini sering kali menghebohkan
masyarakat dan terkadang membuat telinga pemerintah pada Orde Baru memerah.
Di luar pemerintah dan figur militer hal ini sungguh sulit dibayangkan. Selama
bertahun-tahun kepemimpinan dan popularitasnya mengalami pasang surut
(Wahid, 2000: xxi).
Sebagaimana yang dikatakan Douglas E. Ramage pada tulisannya yang
berjudul “Pemahaman Gus Dur Tentang Pancasila dan Penerapannya” dalam
Dharwis (1994), menurut pandangan Gus Dur, Pancasila adalah sebuah
2
kesepakatan politik yang memberi peluang bagi bangsa Indonesia untuk
mengembangkan kehidupan nasional
yang sehat di dalam sebuah negara
kesatuan. Namun Gus Dur masih melihat adanya sejumlah ancaman terhadap
konsepsi Pancasila sebagai yang diharapkannya.
Keprihatinan Gus Dur ini tentu saja lebih mewakili sebuah citranya
sebagai seorang nasionalis daripada seorang pemikir Islam, walaupun tidak bisa
disangkal bahwa Gus Dur pada hakikatnya mewakili generasi baru pemikir Islam
revolusioner Indonesia. (Dharwis, 1994: 104).
Berangkat dari kesadaran bahwa Indonesia merupakan bangsa yang
majemuk dan multikultural, Gus Dur mulai memupuk dan menyerukan semangat
multikulturalisme dan pluralisme melalui sebuah forum. Pada awal tahun 1990an, Gus Dur bersama beberapa rekannya mendirikan Forum Demokrasi (Fordem).
Forum ini memberikan pelajaran kepada kita tentang strategi berdemokrasi dalam
menciptakan perdamaian (Hamid, 2010: 89).
Sebagaimana yag kita ketahui bahwa sebagai salah satu cendikiawan
muslim di Indonesia, Gus Dur banyak memberikan kontribusi dalam menjaga
semangat pluralisme. Banyak pemikiran beliau dalam hal kemanusiaan dan agama
yang menjadi sumber inspirasi berbagai kalangan. Gus Dur sadar bahwa agama
tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan masyarakat dan begitu juga sebaliknya.
Keterkaitan antara agama dan masyarakat memang menarik untuk
diperbincangkan, mengingat keduanya memilki karakater tersendiri. Agama
sebagai sesuatu yang sakral dan masyarakat yang memiliki karakter heterogen dan
dinamis. Hal tersebut menjadi alasan mengapa penulis memilih tema agama dan
perubahan sosial dalam penelitian ini. Penulis menilai ada relevansi antara agama
dan perubahan sosial yang menarik untuk dibahas dalam kerangka pemikiran
seorang cendikiawan muslim seperti Gus Dur.
Banyak pemikiran-pemikiran Gus Dur yang menginspirasi dan mendapat
apresiasu dari berbagai kalangan. Beberapa pemikiran Gus Dur pun banyak yang
dipublikasikan dan dipresentasikan dalam berbagai bentuk dan salah satunya
buku. Buku Prisma Pemikiran Gus Dur merupakan salah satu dari sekian banyak
media publikasi yang memuat pemikiran-pemikiran Gus Dur. Sebenarnya masih
3
banyak media publikasi yang memuat pemikiran Gus Dur, namun tidak semuanya
merupakan representai langsung dari pemikiran Gus Dur. Buku
Prisma
Pemikiran Gus Dur adalah salah satu buku yang berisi pemikiran Gus Dur yang
meruepakan kumpulan tulisan-tulisan Gus Dur pada jurnal Prisma. Dapat
dikatakan bahwa buku ini adalah merupakan representasi langsung dari pemikiran
Gus Dur. Berdasarkan uraian di atas,penulis tertaik untuk meneliti “WACANA
AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL” (Analisis Wacana Agama dan
Perubahan Sosial pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Edisi Tahun 2000).
Dengan menggunakan teknik analisis wacana, penulis akan meneliti pemikiran
Gus Dur mengenai agama dalam bentuk teks pada buku Prisma Pemikiran Gus
Dur.
Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah
utama yang diteliti adalah Bagaimana Wacana Agama dan Perubahan Sosial pada
Buku Prisma Pemikiran Gus Dur?
Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana pemikiran Abdurrahman Wahid
mengenai agama dan perubahan sosial pada buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Tinjauan Pustaka
1. Komunikasi dalam Proses Pemaknaan Pesan
Ada berbagai definisi mengenai komunikasi itu sendiri, salah satunya
seperti yang diungkapkan oleh Ruben & Stewart (1998) dalam Liliweri (2011),
menurut Ruben & Stewart komunikasi meliputi respon terhadap pesan yang
diterima lalu menciptakan pesan baru karena setiap orang berinteraksi dengan
orang lain melalui proses penciptaan dan interpretasi pesan yang dikemas dalam
bentuk simbol atau kumpulan simbol bermakna yang sangat berguna (Liliweri,
2011:35).
4
Berdasarkan pendapat yang diungkapkan di atas sedikitnya telah
menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan
berupa informasi atau ide antara individu dengan individu lain, yang di dalam
pesannya
terdapat
makna
yang
penafsirannya
berbeda-beda
sehingga
mempengaruhi dampak dari prose komunikasi itu sendiri.
Dapat dikatakakan bahwa proses pertukaran makna pada dalam sebuah
jalinan komunikasi ditentukan dari masing-masing konsep diri individu. Jika
seseorang komunikator mengkomunikasikan sebuah konsep diri yang sifatnya
positif maka makna pesan yang diterima oleh komunikan belum tentu positif.
2. Antara Agama, Masyarakat dan Perubahan Sosial
Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal
dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam
berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai
“agama” (Ishomuddin, 2002: 29).
Agama dalam kehidupan manusia sebagai individu berfungsi sebagai suatu
sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma
tersebut menjadu kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan
dengan keyakinan agama yang dianutnya. . Menurut Mc Guire, diri manusia
memiliki bentuk sistem nilai tertentu dan sistem nilai tersebut merupakan suatu
yang dianggap bermakna bagi dirinya (Ishomuddin: 2002: 35).
Pada intinya Mc Guire berpendapat bahwa sistem nilai yang berdasarkan
agama dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam
bentuk keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan
masyarakat (Ishomuddin, 2002: 36).
Perubahan sosial sebetulnya merupakan realitas yang majemuk, bukan
realitas tunggal yang diakibatkan dinamika masyrakat tertentu. Perubahan sosial
adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya eskalasi perubahan
alam, biologis, fisik, yang terjadi sepanjang kehidupan manusia (Salim, 2002: 1).
Agama pada umumnya mempunyai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak
benar dan tidak berubah-ubah. Paham mutlak benar dan tidak berubah-ubah ini
5
mempunyai pengaruh pada sikap mental dan tingkah laku pemeluknya. Oleh
karena itu, umat beragama tidak mudah menerima perubahan dan cenderung
untuk mempertahankan tradisi yang berlaku. Dari kenyataan ini timbullah
anggapan bahwa agama menentang perubahan dan mengahambat kemajuan
masyarakat (Nasution, 1996: 167).
Terhadap perubahan sosial, agama dapat mempunyai dua macam pengaruh
yang saling bertentangan. Apabila agama telah melembaga dan mencapai
kedudukan yang kuat, agama akan menentang segala perubahan. Tetapi dewasa
ini banyak filsuf penganut Marxis mengakui bahwa agama juga dapat menjadi
sebuah kekuatan revolusioner. Agama dapat mempertajam kesadaran, bahwa
semua manusia sama-sama ciptaan Tuhan dan oleh karena itu sama derajatnya
(Suseno, 2001: 84).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama tidak dapat
menghentikan perubahan sosial, tidak dapat mengembalikan keadaan yang
semula, tetapi dapat mempengaruhi arah perubahan sosial, entah untuk
memperkuat struktur-struktur yang ada, entah ke arah peniadaan struktur-struktur
yang tidak adil (Suseno, 2001: 85).
3. Perubahan Sosial dalam Perspektif Komunikasi
Dalam dalam perspektif ilmu sosiologi, komunikasi dianggap sebagai
bagian penting dalam proses sosialisasi. Hal tersebut dikarenakan komunikasi
merupakan kebutuhan dasar dalam bersosialisasi. Banyak penyebab perubahan
sosial, antara lain ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, komunikasi, urbanisasi,
faktor ekonomi (Ishommudin, 2002: 91).
Tentunya dalam sebuah proses sosial, komunikasi turut memiliki peran
dalam proses sosial itu sendiri. Komunikasi dapat menjadi perantara dalam
merespon perbedaan di masyarakat karena dianggap mampu membangun kembali
sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan.
Dalam proses sosialisasi tentunya memerlukan komunikasi dalam
berinterkasi. Tentunya ada pesan yang ingin disampaikan dalam berinteraksi dan
6
tentunya ada makna yang terkandung di dalamnya. Melalui makna dalam interaksi
akan melahirkan ide-ide atau gagasan mengenai masyarakat itu sendiri.
Ada beberapa tinjauan teori dalam perspektif komunikasi yang membahas
tentang perubahan sosial, salah satunya adalah Teori Interaksi Simbolis. Menurut
pandangan interaksi simbolis, makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana
tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide dan
paham interaksi simbolis menyatakan bahwa makna muncul dari interaksi
(Morrisan, 2013: 112).
Terdapat tiga konsep penting dalam teori interaksi simbolis yaitu
masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang
berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yaitu “tindakan sosial”.
Tindakan sosial merupakan suatu unit tingkah laku yang lengkap yang tidak dapat
dianalisis ke dalam subbagian tertentu (Morrisan, 2013: 225).
Komunikasi dapat mempengaruhi proses perubahan sosial melalui pesan.
Sebuah pesan yang di dalamnya terdapat makna yang ingin disampaikan
komunikator pada komunikan. Tentunya ada sebuah tujuan yang ingin dicapai
dalam sebuah pesan. Melalui makna pada pesan tersebut tersisip sebuah harapan
komunikator agar komunikan dapat menangkap maksud dari pesan dan
terpengaruh oleh maksud dari pesan tersebut. Ketika komunikan sudah mulai
terpengaruh oleh pesan yang disampaikan komunikator, maka yang terjadi adalah
perubahan pola pemikiran dari komunikan yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada tindakan sosialnya. Berawal dari tindakan sosial, pergerakan proses
perubahan sosial mulai berjalan.
4. Buku Sebagai Media Komunikasi
Sejarah telah mengatakan bahwa kehadiran buku sebagai bahan bacaan
masyarakat kelas atas telah terjadi sebelum masehi, meskipun demikian kehadiran
buku sebagai media massa baru dikenal pada abad pertengahan di daratan Eropa.
Kehadiran percetakan di saat-saat awalnya memberikan dorongan demokratisasi
di bidang informasi yang semula dikuasai oleh kaum elit saja, maka sekarang
7
informasi harus disebarluaskan secara besar-besaran dan cepat kepada masyarakat
pada umumnya (Liliweri, 1991: 9).
Buku sebagai salah satu media massa, dapat dikatakan sebagai komunikasi
lewat media atau komunikasi bermedia (public media & mass media). Dan pada
umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informatif karena tidak begitu
ampuh untuk komunikasi persuasif yang memiliki tujuan mengubah perilaku
khalayak (Effendi, 2004: 32).
Sebagaimana yang telah dibahas pada sebelumnya, buku merupakan salah
satu bentuk komunikasi massa massa. Kehadiran buku sebagai salah satu bentuk
komunikasi massa, memang tidak dapat lepas dari proses komunikasi. Melalui
buku pula komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan tanpa
harus bertatap muka secara langsung.
Komunikator menggunakan buku sebagai media dalam berkomunikasi
dengan khalayak. Media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan khalayak
inilah yang disebut dengan media massa. Media massa adalah media komunikasi
dan informasi yaang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat
diakses masyarakat (Bungin, 2011: 72).
5. Buku Sebagai Salah Satu Jenis Wacana
Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan
seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog atau secara tertulis seperti cerpen,
novel, buku, surat,dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari
segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi
makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2003: 15).
Wujud wacana sebagai media komunikasi dapat berupa rangkaian ujaran
(tuturan) lisan dan tertulis. Bila berdasarkan media yang digunakan, buku
tergolong sebagai wacana tulis. Wacana tulis sendiri merupakan wacana yang
disampaikan melalui media tulis. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat
berbentuk sebuah teks/bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea
yang mengungkapan sesuatu secara beruntun dan utuh (Djajasudarma, 1994: 78).
8
Bila dlihat dari tinjauan isi, cara penyusunan dan sifatnya, buku Prisma
Pemikiran Gus Dur yang merupakan kumpulan artikel Gus Dur yang dimuat di
jurnal Prisma tergolong sebagai wacana ekspositori. Wacana ekspositori sendiri
bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau simpulan dari sebuah
pandangan. Wacana ini dapat berbentuk rangkaian tuturan yang menjelaskan atau
memaparkan sesuatu. Isi dari wacana ekspositori lebih menjelaskan dengan cara
menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang ingin dicapai melalui
wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu
(Djajasudarma, 1994: 10-11).
6. Analisis Wacana Teun van Dijk
Teun A Van Dijk merupakan pengajar di Universitas Amsterdam Belanda
yang mengembangkan analisis wacana dengan pendekatan kognisi sosial.
Menurut Van Dijk, wacana dilihat bukan hanya dari struktur wacana, tetapi juga
menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana
menyertakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Menurut Van Dijk,
penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks
semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga
diamati.
Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan.
Pertama, teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana
yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kedua, kognisi sosial,
meneliti proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dari penulis.
Ketiga, konteks sosial,
meneliti bangunan wacana yang berkembang dalam
masyarakat akan suatu masalah (Eriyanto, 2001: 224).
Sebagaimana yang dikutip Eriyanto (2001: 227), Van Dijk membuat
kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Van Dijk melihat suatu
wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling
mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan :
9
a) Struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu
teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks.
b) Super struktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan
elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh.
c) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan
menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para frase yang
dipakai dan sebagainya.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan
fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. Di sini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data
bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2010: 56-57).
Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode analisis wacana.
Yaitu cara, teknik, atau metode untuk menganalisis dan menginterpretasi teks.
Analisis wacana (discourse analysis) secara singkat dapat didefinisikan sebagai
suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terkandung didalam pesanpesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual (Pawito, 2007: 170).
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari buku
Prisma Pemikiran Gus Dur. Dalam mengumpulkan data pada buku tersebut,
penulis menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik
purposive sampling merupakan sebuah teknik pengambilan sampel dengan
pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adapun telah
disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri.
Sajian dan Analisis Data
1. Tematik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Dalam penelitian ini ditemukan dua tema pokok yang berkaitan dengan
wacana agama dan perubahan sosial. Pertama, peran agama dalam perubahan
sosial. Tema ini muncul dalam bab yang berjudul berjudul “Penafsiran Kembali
Ajaran Agama” dan “Jangan Paksakan Paradigma Luar terhadap Agama”. Dalam
10
tema ini agama dianggap memiliki peran tersendiri dalam proses perubahan sosial.
Namun perannya tersebut tidak serta merta dapat mengendalikan arah perubahan
sosial itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan peran agama hanya sebagai
suplementer atau salah satu faktor pendorong dalam proses perubahan sosial.
Kedua, pengaruh agama dalam perubahan sosial. Tema ini muncul pada
bab yang berjudul “Agama, Ideologi dan Pembangunan” dan “Republik Bumi di
Sorga: Sisi Lain Motif Keagamaan di Kalangan Gerakan Masyarakat”. Pada tema
ini masalah hubungan antara gerakan masyarakat berlatarkan agama dengan pihak
pemerintah menjadi latar belakang tema ini. Pada tema ini agama yang merupakan
bagian dari masyarakat telah memberi pengaruh pada gerakan masyarakat
berlatarkan agama. Gerakan perubahan yang dilakukan pihak keagamaan biasanya
dilandaskan pada ajaran agama itu sendiri. Jadi agama memberikan pengaruh pada
proses perubahan sosial melalui ajaran-ajaran yang terkandung di dalamya.
2. Skematik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Dalam level skematik, beberapa tulisan Gus Dur pada buku Prisma
Pemikiran Gus Dur memiliki skema yang cenderung sama. Skema tersebut terdiri
dari judul, pendahuluan, isi( fakta, latar pendukung fakta, pendapat) dan
kesimpulan. Pada bab yang berjudul “Agama, Ideologi dan Pembangunan”, inti
dari tulsan ditempatkan pada akhir tulisan. Gus Dur menegaskan bahwa dalam
proses pembangunan pada negara yang sedang berkembang saat itu memang
masih rawan terjadi gesekan antara pemerintah dengan pihak keagamaan.
Pada bab yang berjudul “Penafsiran Kembali Ajaran Agama: Dua Kasus
dari Jombang” inti dari tulisan terdapat pada akhir tulisan. Inti tulisannya yaitu
bahwa proses perubahan pemahaman ajaran agama bukan merubah penafsiran
ajaran agama yang sudah ada, melainkan pemunculan ajaran-ajaran baru yang
dianggap lebih sesuai dengan keadaan saat itu.
Kemudian pada bab yang berjudul “Jangan Paksakan Paradigma Luar
Terhadap Agama”, ditemukan sebuah fakta bahwa agama memiliki dampak
pembebasan, namun hanya saja semua itu membutuhkan proses dan proses
tersebut berjalan lambat dan jangkauannya pun tidak begitu luas. inti dari tulisan
11
ini ditempatkan pada akhir tulisan. Gus Dur berpendapat bahwa suatu gerakan
pembebasan yang sebenar-benarnya adalah pembebasan tanpa dasar apapun
kecuali manusia itu sendiri.
Pada tulisan Gus Dur yang berjudul “Republik Bumi di Surga: Sisi Lain
Motif Keagamaan di Kalangan Gerakan Masyarakat”, inti dari tulisan diletakan
pada akhir tulisan. Pada akhir tulisan Gus Dur menyampaikan sebuah kesimpulan
bahwa gerakan kemasyarakatan dengan oleh motif agama beberapa dekade
terakhir mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi cenderung tidak jelas
arahnya dan gagasan revolusioner yang ditawarkan hanya sebatas retorika belaka
dan reformistik dalam kerja nyata.
3. Semantik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Berdasarkan hasil analisis semantik, latar yang digunakan Gus Dur dalam
beberapa tulisannya menunjukan bahwa agama dengan perubahan sosial memiliki
keterkaitan. Pada beberapa tulisannya, Gus Dur memaparkan fakta mengenai
peran agama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, ekonomi
bahkan politik. Sedangkan berdasarkan hasil analisis detail, dapat dilihat bahwa
informasi-informasi yang disampaikan Gus Dur menunjukan bahwa agama dan
perubahan sosial dalam beberapa tulisannya pernah mengalami masa-masa sulit.
Namun setelah melewati masa-masa sulit tersebut, akan tercipta kondisi yang
lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Kemudian dari hasil analisis maksud,
sebagaimana kontrol informasi pada elemen detail, maksud pada beberapa tulisan
Gus Dur diungkapkan secara eksplisit dan implisit.
Hasil analisis praanggapan, dari empat tulisan yang Gus Dur tulis, hanya
tiga yang didalamnya terdapat elemen praanggapan. Gus Dur berasumsi bahwa
dalam proses perubahan sosial agama memang memiliki “kekuatan” dalam
menciptakan perubahan.. Untuk hasil analisis nominalisasi, dari tulisan Gus Dur
pada beberapa paragraf terdapat bentuk penghilangan subjek yang pada dasarnya
strategi tersebut dilakukan untuk menguatkan tulisan Gus Dur. Sehingga bagian
daru teks yang dianggap dapat melemahkan pendapat Gus Dur dapat disamarkan.
Hal tersebut dapat terlihat pada salah satu bab yang berjudul Agama, Ideologi dan
12
Pembangunan, dimana terdapat nominalisasi yang berkaitan dengan upaya
pelemahan oleh pihak pemerintah kepada pihak keagamaan dalam hal
penyampaian aspirasi politik.
4. Sintaksis Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Untuk hasil analsis sintaksis terbagi menajdi tiga bagian yaitu bentuk
kalimat, koherinsi dan kata ganti. Hampir pada tiap tulisan yang Gus Dur bentuk
kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Kemudian hasil analisis elemen
koherensi menunjukan bahwa jenis koherensi yang sering digunakan adalah
koherensi pengingkaran yang memberikan kesan bahwa ada pesan tersembunyi
yang ingin disampaikan. Sedangkan dalam elemen kata ganti, penggunaan kata
ganti “mereka” cenderung untuk menggantikan pihak tertentu yang perbuatannya
mendapatkan penilaian secara negatif
5. Stilistik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Hasil analisis pada elemen ini yaitu leksikon menunjukan bahwa banyak
kata atau kalimat yang terkesan memiliki makna negatif dan itu ditujukan pada
beberapa pihak yang tidak secara langsung disebutkan. Hal tersebut menunjukan
bahwa Gus Dur tetap berupaya untuk menjaga etika dalam hal berpendapat
dengan tidak secara frontal menyebut salah satu pihak biarpun disampaikan
dengan kalimat yang terkesan sarkastik.
6. Stilistik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur
Dari hasil analisis elemen retoris dalam bentuk metafora, dapat dilihat
bahwa ungkapan atau kiasan yang sering digunakan Gus Dur terkesan negatif
yang ditujukan untuk sebuah kejadian atau peristiwa juga beberapa pihak. Kiasan
seperti “memotong baja harus dengan baja” yang ada pada bab yang berjudul
“Agama, Ideologi dan Pembangunan” merupakan salah satu contoh kiasan yang
digunakan Gus Dur dalam menjabarkan ketidakharmonisan hubungan pihak
keagamaan dengan pemerintah.
13
Kesimpulan
Setelah melalui tahapan analisis, dapat kita ketahui bahwa Gus Dur
memiliki pandangan bahwa agama memang memiliki peran dan pengaruh
tersendiri dalam proses perubahan sosial. Namun peran nya tersebut tidak
menjadikannya “superior” dengan mengendalikan arah perubahan sosial itu
sendiri akan tetapi hanya mempengaruhi dan mendorong perubahan itu saja. Jika
agama mengubah dirinya menjadi penentu perubahan maka yang terjadi adalah
munculnya sikap represif. Berawal dari munculnya sikap represif akan berlanjut
menjadi ajang perebutan kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya.
Selain peran dan pengaruh agama dalam perubahan sosial, Gus Dur
banyak sekali mengemukakan pandangannya mengenai pergerakan masyarakat
dalam proses perubahan sosial seringkali berbenturan dengan penanggungjawab
ideologi negara dalam hal ini pemerintah. Gerakan masyarakat yang berlatar
agama terkadang tidak sejalan dengan visi dan misi pemerintah. Tujuan mereka
memang sama yaitu menciptakan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik.
Namun pihak keagamaan yang menjadikan ajaran agama sebagai landasan
pergerakan mereka seringkali tidak sejalan dengan pemerintah. Hal itu disebabkan
karena pemerintah yang memiliki pandangan sekuler tidak dapat menerima begitu
saja pandangan dari pihak keagamaan yag berlandaskan dari ajaran-ajaran agama.
Terkadang “negosiasi” tidak menemukan titik temu dan berakhir pada semakin
lebarnya jurang pemisah antara pemerintah dengan pihak keegamaan.
Saran
Sebenarnya dalam buku Prisma Pemikiran Gus Dur ini masih banyak
topik-topik penting dan menarik yang bisa dikaji selain wacana agama dan
perubahan sosial. Bagi para akademis yang hendak melakukan penelitian dengan
buku ini sebagai objek penelitian baik menggunakan metode yang sama atau
berbeda agar lebih luas lagi dalam memilih topik yang akan dikaji. Karena buku
ini banyak memuat kajian dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi
dimasyarakat. Dengan semakin banyaknya kajian-kajian yang diteliti maka akan
memberikan manfaat bagi masyarakat.
14
Daftar Pustaka
Bungin, B. (2011). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana.
Dharwis, E. K. (Ed.). (1994). Gus Dur: NU dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta:
LKiS.
Djajasudarma, F. T. (1994). Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur.
Bandung: Eresco.
Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya .
Eriyanto. (2001). Analsis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta:
LKiS.
Ishomuddin. (2002). Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia.
Kriyantono, R. (2010). Teknis Praktis: Riset Komunikasi . Jakarta: Kencana.
Liliweri, A. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Pranada
Media Group.
Liliweri, A. (1991). Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyakat.
Bandung: Citra Aditya Bakti.
Meinarno, E. A., Widianto, B., & Halida, R. (2011). Manusia dalam Kebudayaan
dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika.
Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana
Prenada Media Grup.
Nasution, H. (1996). Islam Rasional. Bandung: Mizan.
Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS.
Salim, A. (2002). Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus
Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Suseno, F. M. (2001). Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Wahid, A. (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS.
15
Download