WACANA AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL (Analisis Wacana Agama dan Perubahan Sosial pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Edisi Tahun 2000) Indrasto Satriyotomo Eko Setyanto Kandyawan Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta Abstract Relevance between religion and social change in the community to be interesting to study. In addition to regulating the human relationship with God, religion also has a share in regulating social relations with others. It shows that there is a link between religion and social changes that occur in social life. It is also the author found in a book called Prisma Pemikiran Gus Dur. This study aimed to determine the relationship of religious discourse with social change in the book Prisma Pemikiran Gus Dur. In analyzing the writings of Gus Dur on book Prisma Pemikiran Gus Dur the author uses the method of discourse analysis developed by Teun van Dijk. This model divides the text into three structures namely macro structure that contains the thematic writing Gus Dur. Then superstructure associated with schematic or text frame. Then microstructure observed in the form of semantic discourse of background, detail, intent, presuppositions and nominalization. Furthermore, the observed syntactic discourse of tenses, coherence and pronouns. Then stylistic, which is part of the observed microstructure discourse based lexicon.The final element of the microstructure was observed rhetorical discourse of metaphor. Based on the research, the authors conclude that the book Prisma Pemikiran Gus Dur.religious discourse and social change in a balanced discourse, On the other side, religion has a role in the process of social change and social change can happen because there share of one aspect of life in society are religion. Keyword: religion, social change, Prisma Pemikiran Gus Dur. 1 Pendahuluan Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ± 200 juta jiwa dengan latar belakang kehidupan yang beraneka ragam. Perbedaan ras, suku, agama dan budaya merupakan sebuah kekayaan yang tak ternilai. Dibutuhkan sebuah pemahaman yang bijak mengenai konsep kemajemukan dan sikap menghargai perbedaan. Sebagai negara yang menganut paham demokrasi, menghargai dan menghormati perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sikap menerima dan menghormati perbedaan dalam segala aspek kehidupan berbangsa dan bernegara merupakan sesuatu yang tidak bisa ditolak keberadaannya. Karena dari perbedaan itulah semangat demokrasi mulai dibangun. Latar belakang suku bangsa di Indonesia menjadikan pilihan hidup untuk saling menghargai adalah kepastian. Bhineka Tunggal Ika adalah pengejawantahannya, dan ini telah dipahami oleh para pendiri bangsa sejak tahun 1928. Walau harus diakui bahwa masih banyak masalah karena keragaman ini (Meinarno, Widianto & Halida, 2011: 77). Abdurrahman Wahid atau mungkin yang lebih dikenal Gus Dur merupakan salah satu tokoh cendekiawan muslim Indonesia yang memiliki semangat dalam menjaga kerukunan umat beragama di Indonesia. Selain itu Gus Dur dikenal sebagai tokoh intelektual muslim Indonesia yang peduli dan giat dalam gerakan yang mendukung anti-diskriminasi kaum minoritas serta melawan radikalisme agama. Gus Dur adalah salah seorang tokoh intelektual Indonesia yang cukup disegani dan menonjol. Tokoh yang sudah lebih dari 15 tahun menjabat Ketua Umum PBNU, organisasi kaum tradisionalis, ini sering kali menghebohkan masyarakat dan terkadang membuat telinga pemerintah pada Orde Baru memerah. Di luar pemerintah dan figur militer hal ini sungguh sulit dibayangkan. Selama bertahun-tahun kepemimpinan dan popularitasnya mengalami pasang surut (Wahid, 2000: xxi). Sebagaimana yang dikatakan Douglas E. Ramage pada tulisannya yang berjudul “Pemahaman Gus Dur Tentang Pancasila dan Penerapannya” dalam Dharwis (1994), menurut pandangan Gus Dur, Pancasila adalah sebuah 2 kesepakatan politik yang memberi peluang bagi bangsa Indonesia untuk mengembangkan kehidupan nasional yang sehat di dalam sebuah negara kesatuan. Namun Gus Dur masih melihat adanya sejumlah ancaman terhadap konsepsi Pancasila sebagai yang diharapkannya. Keprihatinan Gus Dur ini tentu saja lebih mewakili sebuah citranya sebagai seorang nasionalis daripada seorang pemikir Islam, walaupun tidak bisa disangkal bahwa Gus Dur pada hakikatnya mewakili generasi baru pemikir Islam revolusioner Indonesia. (Dharwis, 1994: 104). Berangkat dari kesadaran bahwa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk dan multikultural, Gus Dur mulai memupuk dan menyerukan semangat multikulturalisme dan pluralisme melalui sebuah forum. Pada awal tahun 1990an, Gus Dur bersama beberapa rekannya mendirikan Forum Demokrasi (Fordem). Forum ini memberikan pelajaran kepada kita tentang strategi berdemokrasi dalam menciptakan perdamaian (Hamid, 2010: 89). Sebagaimana yag kita ketahui bahwa sebagai salah satu cendikiawan muslim di Indonesia, Gus Dur banyak memberikan kontribusi dalam menjaga semangat pluralisme. Banyak pemikiran beliau dalam hal kemanusiaan dan agama yang menjadi sumber inspirasi berbagai kalangan. Gus Dur sadar bahwa agama tidak dapat dihilangkan dalam kehidupan masyarakat dan begitu juga sebaliknya. Keterkaitan antara agama dan masyarakat memang menarik untuk diperbincangkan, mengingat keduanya memilki karakater tersendiri. Agama sebagai sesuatu yang sakral dan masyarakat yang memiliki karakter heterogen dan dinamis. Hal tersebut menjadi alasan mengapa penulis memilih tema agama dan perubahan sosial dalam penelitian ini. Penulis menilai ada relevansi antara agama dan perubahan sosial yang menarik untuk dibahas dalam kerangka pemikiran seorang cendikiawan muslim seperti Gus Dur. Banyak pemikiran-pemikiran Gus Dur yang menginspirasi dan mendapat apresiasu dari berbagai kalangan. Beberapa pemikiran Gus Dur pun banyak yang dipublikasikan dan dipresentasikan dalam berbagai bentuk dan salah satunya buku. Buku Prisma Pemikiran Gus Dur merupakan salah satu dari sekian banyak media publikasi yang memuat pemikiran-pemikiran Gus Dur. Sebenarnya masih 3 banyak media publikasi yang memuat pemikiran Gus Dur, namun tidak semuanya merupakan representai langsung dari pemikiran Gus Dur. Buku Prisma Pemikiran Gus Dur adalah salah satu buku yang berisi pemikiran Gus Dur yang meruepakan kumpulan tulisan-tulisan Gus Dur pada jurnal Prisma. Dapat dikatakan bahwa buku ini adalah merupakan representasi langsung dari pemikiran Gus Dur. Berdasarkan uraian di atas,penulis tertaik untuk meneliti “WACANA AGAMA DAN PERUBAHAN SOSIAL” (Analisis Wacana Agama dan Perubahan Sosial pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Edisi Tahun 2000). Dengan menggunakan teknik analisis wacana, penulis akan meneliti pemikiran Gus Dur mengenai agama dalam bentuk teks pada buku Prisma Pemikiran Gus Dur. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah utama yang diteliti adalah Bagaimana Wacana Agama dan Perubahan Sosial pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur? Tujuan Penelitian Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui wacana pemikiran Abdurrahman Wahid mengenai agama dan perubahan sosial pada buku Prisma Pemikiran Gus Dur Tinjauan Pustaka 1. Komunikasi dalam Proses Pemaknaan Pesan Ada berbagai definisi mengenai komunikasi itu sendiri, salah satunya seperti yang diungkapkan oleh Ruben & Stewart (1998) dalam Liliweri (2011), menurut Ruben & Stewart komunikasi meliputi respon terhadap pesan yang diterima lalu menciptakan pesan baru karena setiap orang berinteraksi dengan orang lain melalui proses penciptaan dan interpretasi pesan yang dikemas dalam bentuk simbol atau kumpulan simbol bermakna yang sangat berguna (Liliweri, 2011:35). 4 Berdasarkan pendapat yang diungkapkan di atas sedikitnya telah menunjukan bahwa komunikasi merupakan sebuah proses penyampaian pesan berupa informasi atau ide antara individu dengan individu lain, yang di dalam pesannya terdapat makna yang penafsirannya berbeda-beda sehingga mempengaruhi dampak dari prose komunikasi itu sendiri. Dapat dikatakakan bahwa proses pertukaran makna pada dalam sebuah jalinan komunikasi ditentukan dari masing-masing konsep diri individu. Jika seseorang komunikator mengkomunikasikan sebuah konsep diri yang sifatnya positif maka makna pesan yang diterima oleh komunikan belum tentu positif. 2. Antara Agama, Masyarakat dan Perubahan Sosial Agama merupakan suatu ciri kehidupan sosial manusia yang universal dalam arti bahwa semua masyarakat mempunyai cara-cara yang berbeda dalam berpikir dan pola-pola perilaku yang memenuhi syarat untuk disebut sebagai “agama” (Ishomuddin, 2002: 29). Agama dalam kehidupan manusia sebagai individu berfungsi sebagai suatu sistem nilai yang memuat norma-norma tertentu. Secara umum norma-norma tersebut menjadu kerangka acuan dalam bersikap dan bertingkah laku agar sejalan dengan keyakinan agama yang dianutnya. . Menurut Mc Guire, diri manusia memiliki bentuk sistem nilai tertentu dan sistem nilai tersebut merupakan suatu yang dianggap bermakna bagi dirinya (Ishomuddin: 2002: 35). Pada intinya Mc Guire berpendapat bahwa sistem nilai yang berdasarkan agama dapat memberi individu dan masyarakat perangkat sistem nilai dalam bentuk keabsahan dan pembenaran dalam mengatur sikap individu dan masyarakat (Ishomuddin, 2002: 36). Perubahan sosial sebetulnya merupakan realitas yang majemuk, bukan realitas tunggal yang diakibatkan dinamika masyrakat tertentu. Perubahan sosial adalah suatu bentuk peradaban umat manusia akibat adanya eskalasi perubahan alam, biologis, fisik, yang terjadi sepanjang kehidupan manusia (Salim, 2002: 1). Agama pada umumnya mempunyai ajaran-ajaran yang bersifat mutlak benar dan tidak berubah-ubah. Paham mutlak benar dan tidak berubah-ubah ini 5 mempunyai pengaruh pada sikap mental dan tingkah laku pemeluknya. Oleh karena itu, umat beragama tidak mudah menerima perubahan dan cenderung untuk mempertahankan tradisi yang berlaku. Dari kenyataan ini timbullah anggapan bahwa agama menentang perubahan dan mengahambat kemajuan masyarakat (Nasution, 1996: 167). Terhadap perubahan sosial, agama dapat mempunyai dua macam pengaruh yang saling bertentangan. Apabila agama telah melembaga dan mencapai kedudukan yang kuat, agama akan menentang segala perubahan. Tetapi dewasa ini banyak filsuf penganut Marxis mengakui bahwa agama juga dapat menjadi sebuah kekuatan revolusioner. Agama dapat mempertajam kesadaran, bahwa semua manusia sama-sama ciptaan Tuhan dan oleh karena itu sama derajatnya (Suseno, 2001: 84). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa agama tidak dapat menghentikan perubahan sosial, tidak dapat mengembalikan keadaan yang semula, tetapi dapat mempengaruhi arah perubahan sosial, entah untuk memperkuat struktur-struktur yang ada, entah ke arah peniadaan struktur-struktur yang tidak adil (Suseno, 2001: 85). 3. Perubahan Sosial dalam Perspektif Komunikasi Dalam dalam perspektif ilmu sosiologi, komunikasi dianggap sebagai bagian penting dalam proses sosialisasi. Hal tersebut dikarenakan komunikasi merupakan kebutuhan dasar dalam bersosialisasi. Banyak penyebab perubahan sosial, antara lain ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi, komunikasi, urbanisasi, faktor ekonomi (Ishommudin, 2002: 91). Tentunya dalam sebuah proses sosial, komunikasi turut memiliki peran dalam proses sosial itu sendiri. Komunikasi dapat menjadi perantara dalam merespon perbedaan di masyarakat karena dianggap mampu membangun kembali sistem sosial masyarakat dalam usahanya melakukan perubahan. Dalam proses sosialisasi tentunya memerlukan komunikasi dalam berinterkasi. Tentunya ada pesan yang ingin disampaikan dalam berinteraksi dan 6 tentunya ada makna yang terkandung di dalamnya. Melalui makna dalam interaksi akan melahirkan ide-ide atau gagasan mengenai masyarakat itu sendiri. Ada beberapa tinjauan teori dalam perspektif komunikasi yang membahas tentang perubahan sosial, salah satunya adalah Teori Interaksi Simbolis. Menurut pandangan interaksi simbolis, makna suatu objek sosial serta sikap dan rencana tindakan tidak merupakan sesuatu yang terisolasi satu sama lain. Seluruh ide dan paham interaksi simbolis menyatakan bahwa makna muncul dari interaksi (Morrisan, 2013: 112). Terdapat tiga konsep penting dalam teori interaksi simbolis yaitu masyarakat, diri, dan pikiran. Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yaitu “tindakan sosial”. Tindakan sosial merupakan suatu unit tingkah laku yang lengkap yang tidak dapat dianalisis ke dalam subbagian tertentu (Morrisan, 2013: 225). Komunikasi dapat mempengaruhi proses perubahan sosial melalui pesan. Sebuah pesan yang di dalamnya terdapat makna yang ingin disampaikan komunikator pada komunikan. Tentunya ada sebuah tujuan yang ingin dicapai dalam sebuah pesan. Melalui makna pada pesan tersebut tersisip sebuah harapan komunikator agar komunikan dapat menangkap maksud dari pesan dan terpengaruh oleh maksud dari pesan tersebut. Ketika komunikan sudah mulai terpengaruh oleh pesan yang disampaikan komunikator, maka yang terjadi adalah perubahan pola pemikiran dari komunikan yang pada akhirnya akan berpengaruh pada tindakan sosialnya. Berawal dari tindakan sosial, pergerakan proses perubahan sosial mulai berjalan. 4. Buku Sebagai Media Komunikasi Sejarah telah mengatakan bahwa kehadiran buku sebagai bahan bacaan masyarakat kelas atas telah terjadi sebelum masehi, meskipun demikian kehadiran buku sebagai media massa baru dikenal pada abad pertengahan di daratan Eropa. Kehadiran percetakan di saat-saat awalnya memberikan dorongan demokratisasi di bidang informasi yang semula dikuasai oleh kaum elit saja, maka sekarang 7 informasi harus disebarluaskan secara besar-besaran dan cepat kepada masyarakat pada umumnya (Liliweri, 1991: 9). Buku sebagai salah satu media massa, dapat dikatakan sebagai komunikasi lewat media atau komunikasi bermedia (public media & mass media). Dan pada umumnya banyak digunakan untuk komunikasi informatif karena tidak begitu ampuh untuk komunikasi persuasif yang memiliki tujuan mengubah perilaku khalayak (Effendi, 2004: 32). Sebagaimana yang telah dibahas pada sebelumnya, buku merupakan salah satu bentuk komunikasi massa massa. Kehadiran buku sebagai salah satu bentuk komunikasi massa, memang tidak dapat lepas dari proses komunikasi. Melalui buku pula komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan tanpa harus bertatap muka secara langsung. Komunikator menggunakan buku sebagai media dalam berkomunikasi dengan khalayak. Media yang digunakan untuk berkomunikasi dengan khalayak inilah yang disebut dengan media massa. Media massa adalah media komunikasi dan informasi yaang melakukan penyebaran informasi secara massal dan dapat diakses masyarakat (Bungin, 2011: 72). 5. Buku Sebagai Salah Satu Jenis Wacana Wacana adalah satuan bahasa terlengkap yang dinyatakan secara lisan seperti pidato, ceramah, khotbah, dan dialog atau secara tertulis seperti cerpen, novel, buku, surat,dan dokumen tertulis, yang dilihat dari struktur lahirnya (dari segi bentuk) bersifat kohesif, saling terkait dan dari struktur batinnya (dari segi makna) bersifat koheren, terpadu (Sumarlam, 2003: 15). Wujud wacana sebagai media komunikasi dapat berupa rangkaian ujaran (tuturan) lisan dan tertulis. Bila berdasarkan media yang digunakan, buku tergolong sebagai wacana tulis. Wacana tulis sendiri merupakan wacana yang disampaikan melalui media tulis. Wacana dengan media komunikasi tulis dapat berbentuk sebuah teks/bahan tertulis yang dibentuk oleh lebih dari satu alinea yang mengungkapan sesuatu secara beruntun dan utuh (Djajasudarma, 1994: 78). 8 Bila dlihat dari tinjauan isi, cara penyusunan dan sifatnya, buku Prisma Pemikiran Gus Dur yang merupakan kumpulan artikel Gus Dur yang dimuat di jurnal Prisma tergolong sebagai wacana ekspositori. Wacana ekspositori sendiri bersifat menjelaskan sesuatu. Biasanya berisi pendapat atau simpulan dari sebuah pandangan. Wacana ini dapat berbentuk rangkaian tuturan yang menjelaskan atau memaparkan sesuatu. Isi dari wacana ekspositori lebih menjelaskan dengan cara menguraikan bagian-bagian pokok pikiran. Tujuan yang ingin dicapai melalui wacana ekspositori adalah tercapainya tingkat pemahaman akan sesuatu (Djajasudarma, 1994: 10-11). 6. Analisis Wacana Teun van Dijk Teun A Van Dijk merupakan pengajar di Universitas Amsterdam Belanda yang mengembangkan analisis wacana dengan pendekatan kognisi sosial. Menurut Van Dijk, wacana dilihat bukan hanya dari struktur wacana, tetapi juga menyertakan bagaimana wacana itu diproduksi. Proses produksi wacana menyertakan suatu proses yang disebut sebagai kognisi sosial. Menurut Van Dijk, penelitian atas wacana tidak cukup hanya didasarkan pada analisis atas teks semata, karena teks hanya hasil dari suatu praktik produksi yang harus juga diamati. Wacana oleh Van Dijk digambarkan mempunyai tiga dimensi/bangunan. Pertama, teks, yang diteliti adalah bagaimana struktur teks dan strategi wacana yang dipakai untuk menegaskan suatu tema tertentu. Kedua, kognisi sosial, meneliti proses produksi teks yang melibatkan kognisi individu dari penulis. Ketiga, konteks sosial, meneliti bangunan wacana yang berkembang dalam masyarakat akan suatu masalah (Eriyanto, 2001: 224). Sebagaimana yang dikutip Eriyanto (2001: 227), Van Dijk membuat kerangka analisis wacana yang dapat didayagunakan. Van Dijk melihat suatu wacana terdiri atas berbagai struktur/tingkatan, yang masing-masing bagian saling mendukung. Van Dijk membaginya ke dalam tiga tingkatan : 9 a) Struktur makro. Ini merupakan makna global/ umum dari suatu teks yang dapat dipahami dengan melihat topik dari suatu teks. b) Super struktur adalah kerangka suatu teks: bagaimana struktur dan elemen wacana itu disusun dalam teks secara utuh. c) Struktur mikro adalah makna wacana yang dapat diamati dengan menganalisa kata, kalimat, proposisi, anak kalimat, para frase yang dipakai dan sebagainya. Metodologi Penelitian Penelitian ini bersifat kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan fenomena dengan sedalam-dalamnya melalui pengumpulan data sedalamdalamnya. Di sini yang ditekankan adalah persoalan kedalaman (kualitas) data bukan banyaknya (kuantitas) data (Kriyantono, 2010: 56-57). Metode penelitian yang dipergunakan adalah metode analisis wacana. Yaitu cara, teknik, atau metode untuk menganalisis dan menginterpretasi teks. Analisis wacana (discourse analysis) secara singkat dapat didefinisikan sebagai suatu cara atau metode untuk mengkaji wacana yang terkandung didalam pesanpesan komunikasi baik secara tekstual maupun kontekstual (Pawito, 2007: 170). Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari buku Prisma Pemikiran Gus Dur. Dalam mengumpulkan data pada buku tersebut, penulis menggunakan teknik sampel bertujuan (purposive sampling). Teknik purposive sampling merupakan sebuah teknik pengambilan sampel dengan pertimbangan tertentu. Sampel yang diambil dalam penelitian ini adapun telah disesuaikan dengan tujuan penelitian itu sendiri. Sajian dan Analisis Data 1. Tematik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Dalam penelitian ini ditemukan dua tema pokok yang berkaitan dengan wacana agama dan perubahan sosial. Pertama, peran agama dalam perubahan sosial. Tema ini muncul dalam bab yang berjudul berjudul “Penafsiran Kembali Ajaran Agama” dan “Jangan Paksakan Paradigma Luar terhadap Agama”. Dalam 10 tema ini agama dianggap memiliki peran tersendiri dalam proses perubahan sosial. Namun perannya tersebut tidak serta merta dapat mengendalikan arah perubahan sosial itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan peran agama hanya sebagai suplementer atau salah satu faktor pendorong dalam proses perubahan sosial. Kedua, pengaruh agama dalam perubahan sosial. Tema ini muncul pada bab yang berjudul “Agama, Ideologi dan Pembangunan” dan “Republik Bumi di Sorga: Sisi Lain Motif Keagamaan di Kalangan Gerakan Masyarakat”. Pada tema ini masalah hubungan antara gerakan masyarakat berlatarkan agama dengan pihak pemerintah menjadi latar belakang tema ini. Pada tema ini agama yang merupakan bagian dari masyarakat telah memberi pengaruh pada gerakan masyarakat berlatarkan agama. Gerakan perubahan yang dilakukan pihak keagamaan biasanya dilandaskan pada ajaran agama itu sendiri. Jadi agama memberikan pengaruh pada proses perubahan sosial melalui ajaran-ajaran yang terkandung di dalamya. 2. Skematik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Dalam level skematik, beberapa tulisan Gus Dur pada buku Prisma Pemikiran Gus Dur memiliki skema yang cenderung sama. Skema tersebut terdiri dari judul, pendahuluan, isi( fakta, latar pendukung fakta, pendapat) dan kesimpulan. Pada bab yang berjudul “Agama, Ideologi dan Pembangunan”, inti dari tulsan ditempatkan pada akhir tulisan. Gus Dur menegaskan bahwa dalam proses pembangunan pada negara yang sedang berkembang saat itu memang masih rawan terjadi gesekan antara pemerintah dengan pihak keagamaan. Pada bab yang berjudul “Penafsiran Kembali Ajaran Agama: Dua Kasus dari Jombang” inti dari tulisan terdapat pada akhir tulisan. Inti tulisannya yaitu bahwa proses perubahan pemahaman ajaran agama bukan merubah penafsiran ajaran agama yang sudah ada, melainkan pemunculan ajaran-ajaran baru yang dianggap lebih sesuai dengan keadaan saat itu. Kemudian pada bab yang berjudul “Jangan Paksakan Paradigma Luar Terhadap Agama”, ditemukan sebuah fakta bahwa agama memiliki dampak pembebasan, namun hanya saja semua itu membutuhkan proses dan proses tersebut berjalan lambat dan jangkauannya pun tidak begitu luas. inti dari tulisan 11 ini ditempatkan pada akhir tulisan. Gus Dur berpendapat bahwa suatu gerakan pembebasan yang sebenar-benarnya adalah pembebasan tanpa dasar apapun kecuali manusia itu sendiri. Pada tulisan Gus Dur yang berjudul “Republik Bumi di Surga: Sisi Lain Motif Keagamaan di Kalangan Gerakan Masyarakat”, inti dari tulisan diletakan pada akhir tulisan. Pada akhir tulisan Gus Dur menyampaikan sebuah kesimpulan bahwa gerakan kemasyarakatan dengan oleh motif agama beberapa dekade terakhir mengalami perubahan. Perubahan yang terjadi cenderung tidak jelas arahnya dan gagasan revolusioner yang ditawarkan hanya sebatas retorika belaka dan reformistik dalam kerja nyata. 3. Semantik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Berdasarkan hasil analisis semantik, latar yang digunakan Gus Dur dalam beberapa tulisannya menunjukan bahwa agama dengan perubahan sosial memiliki keterkaitan. Pada beberapa tulisannya, Gus Dur memaparkan fakta mengenai peran agama dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari sosial, budaya, ekonomi bahkan politik. Sedangkan berdasarkan hasil analisis detail, dapat dilihat bahwa informasi-informasi yang disampaikan Gus Dur menunjukan bahwa agama dan perubahan sosial dalam beberapa tulisannya pernah mengalami masa-masa sulit. Namun setelah melewati masa-masa sulit tersebut, akan tercipta kondisi yang lebih baik dari masa-masa sebelumnya. Kemudian dari hasil analisis maksud, sebagaimana kontrol informasi pada elemen detail, maksud pada beberapa tulisan Gus Dur diungkapkan secara eksplisit dan implisit. Hasil analisis praanggapan, dari empat tulisan yang Gus Dur tulis, hanya tiga yang didalamnya terdapat elemen praanggapan. Gus Dur berasumsi bahwa dalam proses perubahan sosial agama memang memiliki “kekuatan” dalam menciptakan perubahan.. Untuk hasil analisis nominalisasi, dari tulisan Gus Dur pada beberapa paragraf terdapat bentuk penghilangan subjek yang pada dasarnya strategi tersebut dilakukan untuk menguatkan tulisan Gus Dur. Sehingga bagian daru teks yang dianggap dapat melemahkan pendapat Gus Dur dapat disamarkan. Hal tersebut dapat terlihat pada salah satu bab yang berjudul Agama, Ideologi dan 12 Pembangunan, dimana terdapat nominalisasi yang berkaitan dengan upaya pelemahan oleh pihak pemerintah kepada pihak keagamaan dalam hal penyampaian aspirasi politik. 4. Sintaksis Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Untuk hasil analsis sintaksis terbagi menajdi tiga bagian yaitu bentuk kalimat, koherinsi dan kata ganti. Hampir pada tiap tulisan yang Gus Dur bentuk kalimat yang digunakan adalah kalimat aktif. Kemudian hasil analisis elemen koherensi menunjukan bahwa jenis koherensi yang sering digunakan adalah koherensi pengingkaran yang memberikan kesan bahwa ada pesan tersembunyi yang ingin disampaikan. Sedangkan dalam elemen kata ganti, penggunaan kata ganti “mereka” cenderung untuk menggantikan pihak tertentu yang perbuatannya mendapatkan penilaian secara negatif 5. Stilistik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Hasil analisis pada elemen ini yaitu leksikon menunjukan bahwa banyak kata atau kalimat yang terkesan memiliki makna negatif dan itu ditujukan pada beberapa pihak yang tidak secara langsung disebutkan. Hal tersebut menunjukan bahwa Gus Dur tetap berupaya untuk menjaga etika dalam hal berpendapat dengan tidak secara frontal menyebut salah satu pihak biarpun disampaikan dengan kalimat yang terkesan sarkastik. 6. Stilistik Artikel Gus Dur pada Buku Prisma Pemikiran Gus Dur Dari hasil analisis elemen retoris dalam bentuk metafora, dapat dilihat bahwa ungkapan atau kiasan yang sering digunakan Gus Dur terkesan negatif yang ditujukan untuk sebuah kejadian atau peristiwa juga beberapa pihak. Kiasan seperti “memotong baja harus dengan baja” yang ada pada bab yang berjudul “Agama, Ideologi dan Pembangunan” merupakan salah satu contoh kiasan yang digunakan Gus Dur dalam menjabarkan ketidakharmonisan hubungan pihak keagamaan dengan pemerintah. 13 Kesimpulan Setelah melalui tahapan analisis, dapat kita ketahui bahwa Gus Dur memiliki pandangan bahwa agama memang memiliki peran dan pengaruh tersendiri dalam proses perubahan sosial. Namun peran nya tersebut tidak menjadikannya “superior” dengan mengendalikan arah perubahan sosial itu sendiri akan tetapi hanya mempengaruhi dan mendorong perubahan itu saja. Jika agama mengubah dirinya menjadi penentu perubahan maka yang terjadi adalah munculnya sikap represif. Berawal dari munculnya sikap represif akan berlanjut menjadi ajang perebutan kekuasaan dari pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Selain peran dan pengaruh agama dalam perubahan sosial, Gus Dur banyak sekali mengemukakan pandangannya mengenai pergerakan masyarakat dalam proses perubahan sosial seringkali berbenturan dengan penanggungjawab ideologi negara dalam hal ini pemerintah. Gerakan masyarakat yang berlatar agama terkadang tidak sejalan dengan visi dan misi pemerintah. Tujuan mereka memang sama yaitu menciptakan sebuah perubahan ke arah yang lebih baik. Namun pihak keagamaan yang menjadikan ajaran agama sebagai landasan pergerakan mereka seringkali tidak sejalan dengan pemerintah. Hal itu disebabkan karena pemerintah yang memiliki pandangan sekuler tidak dapat menerima begitu saja pandangan dari pihak keagamaan yag berlandaskan dari ajaran-ajaran agama. Terkadang “negosiasi” tidak menemukan titik temu dan berakhir pada semakin lebarnya jurang pemisah antara pemerintah dengan pihak keegamaan. Saran Sebenarnya dalam buku Prisma Pemikiran Gus Dur ini masih banyak topik-topik penting dan menarik yang bisa dikaji selain wacana agama dan perubahan sosial. Bagi para akademis yang hendak melakukan penelitian dengan buku ini sebagai objek penelitian baik menggunakan metode yang sama atau berbeda agar lebih luas lagi dalam memilih topik yang akan dikaji. Karena buku ini banyak memuat kajian dari fenomena-fenomena sosial yang terjadi dimasyarakat. Dengan semakin banyaknya kajian-kajian yang diteliti maka akan memberikan manfaat bagi masyarakat. 14 Daftar Pustaka Bungin, B. (2011). Sosiologi Komunikasi. Jakarta: Kencana. Dharwis, E. K. (Ed.). (1994). Gus Dur: NU dan Masyarakat Sipil. Yogyakarta: LKiS. Djajasudarma, F. T. (1994). Wacana: Pemahaman dan Hubungan Antarunsur. Bandung: Eresco. Effendy, O. U. (2004). Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya . Eriyanto. (2001). Analsis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS. Ishomuddin. (2002). Pengantar Sosiologi Agama. Jakarta: Ghalia. Kriyantono, R. (2010). Teknis Praktis: Riset Komunikasi . Jakarta: Kencana. Liliweri, A. (2011). Komunikasi: Serba Ada Serba Makna. Jakarta: Pranada Media Group. Liliweri, A. (1991). Memahami Peran Komunikasi Massa dalam Masyakat. Bandung: Citra Aditya Bakti. Meinarno, E. A., Widianto, B., & Halida, R. (2011). Manusia dalam Kebudayaan dan Masyarakat. Jakarta: Salemba Humanika. Morissan. (2013). Teori Komunikasi: Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. Nasution, H. (1996). Islam Rasional. Bandung: Mizan. Pawito. (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LKiS. Salim, A. (2002). Perubahan Sosial: Sketsa Teori dan Refleksi Metodologi Kasus Indonesia. Yogyakarta: Tiara Wacana. Suseno, F. M. (2001). Kuasa dan Moral. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Wahid, A. (2000). Prisma Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta: LKiS. 15