BAB 8 BANGKITAN (SEIZURE) A. Tujuan pembelajaran 1. 2. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. Melaksanakan anamnesis atau aloanamnesis pada pasien kejang Menerangkan mekanisme terjadinya kejang. Membedakan klasifikasi kejang. Membedakan etiologi kejang. Mengidentifikasi tanda dan gejala kejang. Melaksanakan pemeriksaan neurologi pada pasien kejang. Memahami cara kerja dan tata cara pemeriksaan neurofisiologi (EEG) Menegakkan diagnosis banding kejang. Merencanakan manajemen kejang. Membedakan tipe kejang, epilepsi atau non epilepsi Membedakan klasifikasi, pencetus, tanda dan gejala dari epilepsi Membedakan kondisi-kondisi emergensi dan non emergensi pasien kejang Merencanakan manajemen epilepsi Merencanakan manajemen status epileptikus Membedakan berbagai aspek farmakologi obat-obat anti kejang dan anti epilepsi. 17. Mengetahui prognosis dan rehabilitasi sosial pasien epilepsi Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 B. Pertanyaan dan persiapan dokter muda Sebagai persiapan, dapatkah saudara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: 1. Sebutkan macam-macam bangkit? 2. Tindakan pertama apa yang harus dilakukan pada pasien dengan bangkitan? 3. Bagaimana mekanisme terjadinya bangkitan? 4. Penyakit-penyakit apa saja yang dapat menyebabkan gejala bangkitan? 5. Bagaimana manejemen terapi pasien bangkn bangkitan? 6. Edukasi apa saja yang harus dijelaskan pada pasien bangkitan? 7. Kapan kita melakukan rujukan pada pasien bangkitan? 8. Bagaimana prognosis pasien bangkitan? Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 C. Algoritme kasus Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 D. Daftar keterampilan (kognitif dan psikomotor) 1. Mampu membedakan macam-macam bangkitan E. Penjabaran prosedur Hal-hal penting anamnesis pasien dengan penurunan kesadaran sesaat: (Deferensial diagnosa dari sinkop dan kejang) • Waktu serangan ( misalnya frekuensinya, durasinya) • Patient's recollection of events • Lingkungan saat terjadinya serangan (misalnya di gereja, saat mandi, atau setelah plebotomi) • Faktor-faktor yang memicu terjadinya serangan • Posisi tubuh sesaat sebelum terjadinya serangan (misalnya saat miring, duduk, atau berdiri) • Adakah gejala prodomal aura? • Apakah gejalanya tonik atau klonik? • Adakah faktor-faktor yang mendorong terjadinya defisit neurologi (focal onset) Adakah ngompol atau lidah tergigit saat serangan? • Adakah gejala yang menyertainya (misalnya tidur terus, defisit neurologis fokal) • Waktu menjadi pemulihan (recovery) komplet? • Adanya saksi pemakaian obat-obat terlarang, alkohol, dan terapi obat-obatan • Riwayat keluarga? Modified from : Campbell WW, Pridgeon RP. Practical Primer of Clinical Neurology. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins, 2002 Panduan Belajar Ilmu Penyakit Saraf – 2006 F. Contoh Kasus Seorang laki-laki, 65 tahun, pensiunan polisi. Dalam 3 bulan terakhir sudah 3 kali berjalan saat tidur (1 kali/bulan). Sebelum berjalan pasien merasa seperti mimpi ada orang yang datang, kemudian pasien berteriak, lalu kejang tonik seluruh tubuh, berjalan sambil mulutnya seperti mengunyah, membasahi bibir, dan kemudian kembali lagi ketempat tidur. Kejang tonik lagi lalu terjaga akan tetapi bingung. Saat serangan tidak dapat diajak komunikasi. Lama serangan 3 -5 menit.