Strategi pembangunan di negara dunia kedua

advertisement
Strategi pembangunan di negara dunia kedua
Negara dunia kedua menurut Wikipedia adalah Vietnam, Republik Rakyat China, Kuba, Laos
dan Korea Utara. Berikut ini adalah penjelasan strategi pembangunan masing-masing negara
diatas.
Cina
Republik Rakyat Cina mencirikan ekonominya sebagai Sosialisme dengan ciri Cina. Sejak akhir
1978, kepemimpinan Cina telah memperharui ekonomi dari ekonomi terencana Soviet ke
ekonomi yang berorientasi-pasar tapi masih dalam kerangka kerja politik yang kaku dari Partai
Komunis. Untuk itu para pejabat meningkatkan kekuasaan pejabat lokal dan memasang manajer
dalam industri, mengizinkan perusahaan skala-kecil dalam jasa dan produksi ringan, dan
membuka ekonomi terhadap perdagangan asing dan investasi. Kearah ini pemerintah mengganti
ke sistem pertanggungjawaban para keluaga dalam pertanian dalam penggantian sistem lama
yang berdasarkan penggabunggan, menambah kuasa pegawai setempat dan pengurus kilang
dalam industri, dan membolehkan berbagai usahawan dalam layanan dan perkilangan ringan, dan
membuka ekonomi pada perdagangan dan pelabuhan asing. Pengawasan harga juga telah
dilonggarkan. Ini mengakibatkan Cina daratan berubah dari ekonomi terpimpin menjadi ekonomi
campuran.
Pemerintah RRC tidak suka menekankan kesamarataan saat mulai membangun ekonominya,
sebaliknya pemerintah menekankan peningkatan pendapatan pribadi dan konsumsi dan
memperkenalkan sistem manajemen baru untuk meningkatkan produktivitas. Pemerintah juga
memfokuskan diri dalam perdagangan asing sebagai kendaraan utama untuk pertumbuhan
ekonomi, untuk itu mereka mendirikan lebih dari 2000 Zona Ekonomi Khusus (Special
Economic Zones, SEZ) di mana hukum investasi direnggangkan untuk menarik modal asing.
Hasilnya adalah PDB yang berlipat empat sejak 1978. Pada 1999 dengan jumlah populasi 1,25
miliar orang dan PDB hanya $3.800 per kapita, Cina menjadi ekonomi keenam terbesar di dunia
dari segi nilai tukar dan ketiga terbesar di dunia setelah Uni Eropa dan Amerika Serikat dalam
daya beli. Pendapatan tahunan rata-rata pekerja Cina adalah $1.300. Perkembangan ekonomi
Cina diyakini sebagai salah satu yang tercepat di dunia, sekitar 7-8% per tahun menurut statistik
pemerintah Cina. Ini menjadikan Cina sebagai fokus utama dunia pada masa kini dengan hampir
semua negara, termasuk negara Barat yang mengkritik Cina, ingin sekali menjalin hubungan
perdagangan dengannya. Cina sejak tanggal 1 Januari 2002 telah menjadi anggota Organisasi
Perdagangan Dunia.
Uang kertas 1 Yuan tahun 1960
Uang kertas 100 Yuan tahun 2005
Cina daratan terkenal sebagai tempat produksi biaya rendah untuk menjalankan aktivitas
pengilangan, dan ketiadaan serikat sekerja amat menarik bagi pengurus-pengurus perusahaan
asing, terutama karena banyaknya tenaga kerja murah. Pekerja di pabrik Cina biasanya dibayar
50 sen - 1 dolar Amerika per jam (rata-rata $0,86), dibandingkan dengan $2 sampai $2,5 di
Meksiko dan $8.50 sampai $20 di AS. Buruh-buruh RRC ini seringkali terpaksa bekerja keras di
kawasan berbahaya dan mudah ditindas majikan karena tiada undang-undang dan serikat pekerja
yang bisa melindungi hak mereka.
Pada akhir 2001, tarif listrik rata-rata di Provinsi Guangdong adalah 0,72 yuan (9 sen Amerika)
per kilowatt jam, lebih tinggi dari level rata-rata di Cina daratan 0,368 yuan (4 sen AS). Cina
resmi menghapuskan "direct budgetary outlays" untuk ekspor pada 1 Januari 1991. Namun,
diyakini banyak produsen ekspor Cina menerima banyak subsidi lainnya. Bentuk subsidi ekspor
lainnya termasuk energi, bahan material atau penyediaan tenaga kerja. Ekspor dari produk
agkrikultur, seperti jagung dan katun, masih menikmati subsidi ekspor langsung. Namun, Cina
telah mengurangi jumlah subsidi ekspor jagung pada 1999 dan 2000.
Biaya bahan mentah yang rendah merupakan satu lagi aspek ekonomi Cina. Ini disebabkan
persaingan di sekitarnya yang menyebabkan hasil berlebihan yang turut menurunkan biaya
pembelian bahan mentah. Ada juga pengawasan harga dan jaminan sumber-sumber yang tinggal
dari sistem ekonomi lama berdasarkan Soviet. Saat negara terus menswastakan perusahaanperusahaan miliknya dan pekerja berpindah ke sektor yang lebih menguntungkan, pengaruh yang
bersifat deflasi ini akan terus menambahkan tekanan keatas harga dalam ekonomi.
Insentif pajak "preferensial" adalah salah satu contoh lainnya dari subsidi ekspor. Cina mencoba
mengharmoniskan sistem pajak dan bea cukai yang dijalankan di perusahaan domestik dan asing.
Sebagai hasil, pajak "preferensial" dan kebijakan bea cukai yang menguntungkan eksportir
dalam zona ekonomi spesial dan kota pelabuhan telah ditargetkan untuk diperbaharui.
Ekspor Cina ke Amerika Serikat sejumlah $125 miliar pada 2002; ekspor Amerika ke Cina
sejumlah $19 miliar. Perbedaan ini desebabkan utamanya atas fakta bahwa orang Amerika
mengonsumsi lebih dari yang mereka produksi dan orang Cina yang dibayar rendah tidak
mampu membeli produk mahal Amerika. Amerika sendiri membeli lebih dari yang dibuatnya
dan sekalipun rakyat RRC ingin membeli barangan buatan Amerika, mereka tidak dapat berbuat
demikian karena harga barang Amerika terlalu tinggi. Faktor lainnya adalah pertukaran valuta
yang tidak menguntungkan antara Yuan Cina dan dolar AS yang di"kunci" karena RRC
mengikatkannya kepada kadar tetap 8 renminbi pada 1 dolar. Pada 21 Juli 2005, Bank Rakyat
Cina mengumumkan untuk membolehkan mata uang renminbi ditentukan oleh pasaran, dan
membolehkan kenaikan 0,3% sehari. . Ekspor Cina ke Amerika Serikat meningkat 20% per
tahun, lebih cepat dari ekspor AS ke Cina. Dengan penghapusan kuota tekstil, RRC sudah tentu
akan menguasai sebagian besar pasaran baju dunia. [3], [4]
Pada 2003, PDB Cina dari segi purchasing power parity mencapai $6,4 trilyun, menjadi terbesar
kedua di dunia. Menggunakan penghitungan konvensional Cina diurutkan di posisi ke-7. Meski
jumlah populasinya sangat besar, ini masih hanya memberikan PNB rata-rata per orang hanya
sekitar $5.000, sekitar 1/7 Amerika Serikat. Laporan pertumbuhan ekonomi resmi untuk 2003
adalah 9,1%. Diperkirakan oleh CIA pada 2002 bahwa agrikultur menyumbangkan sebesar
14,5% dari PNB Cina, industri dan konstruksi sekitar 51,7% dan jasa sekitar 33,8%.
Pendapatan rata-rata pedesaan sekitar sepertiga di daerah perkotaan, sebuah perbedaan yang
telah melebar di dekade terakhir.
Oleh karena ukurannya yang amat luas dan budaya yang amat panjang sejarahnya, RRC
mempunyai tradisi sebagai sebuah negara penguasa ekonomi. Dalam kata Ming Zeng, profesor
pengurus di Shanghai, Dalam sebagian statistik, pada pengujung abad ke 16 sekalipun, RRC
mempunyai sepertiga PDB. Amerika Serikat yang gagah pada masa kini hanya mempunyai 20%.
Jadi, jika Anda membuat perbandingan sejarah ini, tiga atau empat ratus tahun terdahulu, Cina
tentulah kuasa terbesar dunia. Percobaan mewujudkan kembali keadaan yang membanggakan
ini sudah tentu adalah salah suatu tujuan orang Cina. Maka tidak mengherankan fenomena
kebanjiran orang bukan Cina dunia yang lain mau mempelajari Bahasa Cina ini dan kegeraman
Amerika dan Barat terhadap Cina secara umum terjadi pada skenario politik dunia pada hari ini.
Akan tetapi, jurang pengagihan kekayaan di antara pesisiran pantai dan kawasan pendalaman
Cina masih amat besar. Untuk menandingi keadaan yang berpotensi mengundang bahaya ini,
pemerintah melaksanakan strategi Pembangunan Cina Barat pada tahun 2000, Pembangunan
Kembali Cina Timur Laut pada tahun 2003, dan Kebangkitan Kawasan Cina Tengah pada tahun
2004, semuanya bertujuan membantu kawasan pedalaman Cina turut membangun bersama.
Vietnam
Perang Vietnam sangat menghancurkan bagi perekonomian Vietnam. Pada saat pengambilalihan
kekuatan, pemerintah menciptakan sebuah ekonomi terencana, mirip apa yang dilakukan
Indonesia di zaman Orde Baru lewat Rencana Pembangunan Lima Tahun. Kolektivisasi
pertanian, pabrik-pabrik dan modal ekonomi diterapkan, dan jutaan orang diperkerjakan pada
program-program pemerintah. Untuk beberapa dekade, ekonomi Vietnam terganggu oleh ketidak
efisien-an dan korupsi dalam program-program negara, kualitas buruk dan di bawah target
produksi dan pembatasan pada kegiatan perekonomian dan perdagangan. Vietnam juga
menderita akibat embargo perdagangan oleh Amerika Serikat dan kebanyakan negara-negara
Eropa setelah Perang Vietnam. Setelah itu, partner-partner perdagangan dengan blok-blok
Komunis mulai surut. Pada 1986, Kongres Partai Keenam memperkenalkan reformasi ekonomi
penting dengan elemen-elemen ekonomi pasar sebagai bagian dari paket reformasi ekonomi luas
yang disebut Doi Moi (Renovasi). Kepemilikan swasta digenjot dalam bidang industri,
perdagangan dan pertanian. Dalam satu pihak, Vietnam berhasil mencapai pertumbuhan GDP
tahunan sebesar 8% dari tahun 1990 hingga 1997 dan berlanjut sekitar 7% dari tahun 2000
hingga 2005, membuat Vietnam sebagai negara dengan pertumbuhan ekonomi tercepat kedua di
dunia. Pada saat yang bersamaan, investasi asing tumbuh tiga kali lipat dan simpanan domestik
tumbuh empat kali lipat.
Manufaktur, teknologi informasi dan industri teknologi canggih membentuk bagian besar dan
tumbuh dengan cepat daripada ekonomi nasional. Vietnam secara relatif adalah pemain baru
dalam bisnis perminyakan, tetapi sekarang Vietnam adalah produser minyak terbesar ketiga di
Asia Tenggara dengan nilai produksi 400.000 barel per hari. Vietnam adalah salah satu negara
Asia yang memiliki kebijakan ekonomi paling terbuka; neraca perdagangan mencapai sekitar
160% GDP, lebih dari dua kali rasio yang dimiliki Cina dan lebih dari empat kali rasio India.[1]
Vietnam secara umum masih tergolong negara miskin dengan GDP US$280,2 miliar (estimasi
2006). Ini menandakan kemampuan daya beli sebesar ~US$3.300 per kapita (atau US$726 per
kapita berdasarkan market exchange rate). Tingkat inflasi diperkirakan 7.5% per tahun pada
2006. Daya beli publik meningkat dengan pesat. Kemiskinan, berdasarkan jumlah penduduk
yang hidup dengan pendapatan di bawah $1 per hari, telah menurun secara drastis dan sekarang
lebih sedikit daripada di Cina, India dan Filipina.[2]
Sebagai hasil dari langkah-langkah reformasi tanah (land reform), Vietnam sekarang adalah
produsen kacang cashew terbesar dengan pangsa 1/3 dari kebutuhan dunia dan eksportir beras
kedua terbesar di dunia setelah Thailand. Vietnam memiliki persentasi tertinggi atas penggunaan
lahan untuk kepentingan cocok tanam permanen, 6,93%, daripada negara-negara lain di Subwilayah Mekong Raya (Greater Mekong Subregion). Selain beras, kunci ekspor adalah kopi, teh,
karet dan produk-produk perikanan. Tetapi, peranan pertanian terhadap pemasukan ekonomi
telah berkurang, jatuh berdasarkan sumbangan terhadap GDP dari 42% pada tahun 1989 menjadi
20% pada tahun 2006, akibat dari meningkatnya produksi sektor-sektor ekonomi lainnya.
Pengangguran diperkotaan meningkat terus menerus dalam beberapa tahun terakhir karena
tingginya tingkat migrasi dari desa ke kota-kota, sedangkan pengangguran di pedesaan sudah
mencapai level kritis. Di antara langkah-langkah lain yang diambil dalam proses transisi ke
ekonomi pasar, Vietnam, pada Juli 2006 meng-update peraturan properti intelektualnya untuk
mematuhi TRIPS. Vietnam diterima sebagai anggota WTO pada 7 November 2006. Partnerpartner perdagangan utama Vietnam termasuk Jepang, Australia, negara-negara ASEAN,
Amerika Serikat dan negara-negara Eropa Barat.
Kuba
Negara Kuba mematuhi prinsip-prinsip sosialis dalam mengorganisir sebagian besar yang
dikendalikan negara ekonomi yang direncanakan. Sebagian besar alat-alat produksi yang dimiliki
dan dijalankan oleh pemerintah dan sebagian besar angkatan kerja yang digunakan oleh negara.
Beberapa tahun terakhir telah melihat kecenderungan kerja sektor swasta yang lebih. Pada tahun
2006, lapangan kerja sektor publik adalah 78% dan sektor swasta 22%, dibandingkan dengan
91,8% menjadi 8,2% pada tahun 1981 [138]. Modal investasi dibatasi dan membutuhkan
persetujuan pemerintah. Pemerintah Kuba menetapkan harga yang paling dan barang jatah.
Setiap perusahaan yang ingin menyewa Kuba harus membayar pemerintah Kuba, yang pada
gilirannya akan membayar karyawan di peso Kuba. [139]
Kuba sangat bergantung pada perdagangan dengan Uni Soviet. Dari akhir 1980-an, subsidi
Soviet untuk barang Kuba mulai mengering. Sebelum runtuhnya Uni Soviet, Kuba bergantung
pada Moskow untuk bantuan substansial dan pasar terlindung untuk ekspor. Penghapusan subsidi
ini (misalnya minyak [140] [141]) dikirim ekonomi Kuba ke dalam depresi yang cepat dikenal di
Kuba sebagai Periode Khusus. Pada tahun 1992 Amerika Serikat memperketat embargo
perdagangan, berharap untuk melihat keruntuhan politik diikuti dengan beralih ke kapitalisme,
seperti yang terjadi di Eropa Timur.
Seperti beberapa negara komunis dan pasca-komunis lainnya menyusul runtuhnya Uni Soviet,
Kuba mengambil terbatas bebas berorientasi pasar langkah-langkah untuk mengurangi
kekurangan parah makanan, barang-barang konsumsi, dan jasa. Langkah-langkah ini termasuk
memungkinkan beberapa wirausaha di beberapa sektor manufaktur ritel dan ringan, legalisasi
penggunaan dolar AS dalam bisnis, dan dorongan dari pariwisata. Kuba telah mengembangkan
sistem pertanian yang unik perkotaan (yang organoponicos) untuk mengkompensasi akhir impor
makanan dari Uni Soviet. Dalam beberapa tahun terakhir, Kuba telah bergulir kembali beberapa
langkah berorientasi pasar yang dilakukan pada 1990-an. Pada tahun 2004 para pejabat Kuba
secara terbuka mendukung Euro sebagai "perimbangan-global terhadap dolar AS", dan
menghilangkan mata uang AS dari peredaran di toko-toko dan bisnis. [Rujukan?]
Varadero beach mendapatkan 1 juta pengunjung asing per tahun
Pariwisata awalnya dibatasi untuk resort kantong di mana wisatawan akan dipisahkan dari
masyarakat Kuba, disebut sebagai "pariwisata enclave" dan "apartheid pariwisata" [142]. Kontak
antara pengunjung asing dan Kuba biasa yang de facto ilegal hingga 1997. [143] Dalam 1996
pariwisata melampaui industri gula sebagai sumber terbesar devisa bagi Kuba. Kuba telah tiga
kali lipat pangsa pasar dari Karibia pariwisata dalam dekade terakhir, sebagai hasil dari investasi
yang signifikan dalam infrastruktur pariwisata, ini tingkat pertumbuhan diperkirakan akan terus
[144] 1,9 juta wisatawan mengunjungi Kuba pada tahun 2003, sebagian besar dari Kanada dan
Uni Eropa. , menghasilkan pendapatan sebesar $ 2,1 milyar [145]. Pesatnya pertumbuhan
pariwisata selama Periode Khusus memiliki dampak sosial dan ekonomi yang luas di Kuba, dan
menimbulkan spekulasi tentang munculnya ekonomi dua-tier. [146] Sektor pariwisata medis
melayani ke ribuan Eropa, Amerika Latin, Kanada, dan konsumen Amerika setiap tahun.
Sistem produksi pertanian komunis diejek oleh Raúl Castro pada tahun 2008. [147] Kuba
sekarang mengimpor hingga 80% dari makanan yang digunakan untuk jatah. [147]
Di bawah Venezuela Mission Barrio Adentro, Hugo Chavez disediakan Kuba sampai dengan
80.000 barel (13.000 m3) minyak per hari dalam pertukaran untuk 30.000 dokter dan guru.
Pada tahun 2005 Kuba memiliki ekspor sebesar $ 2,4 miliar, peringkat negara-negara dunia 114
dari 226, dan impor sebesar US $ 6,9 miliar, peringkat 87 dari 226 negara. [148] mitra utamanya
ekspor adalah Cina 27,5%, Kanada 26,9%, Belanda 11,1%, Spanyol 4,7 % (2007) [7] ekspor
utama Kuba adalah gula, nikel, tembakau, ikan, produk medis, jeruk, dan kopi;. [7] impor
termasuk makanan, bahan bakar, pakaian, dan mesin. Kuba saat ini memegang utang dalam
jumlah diperkirakan menjadi $ 13 milyar, [149] sekitar 38% dari PDB [150]. Menurut Heritage
Foundation, Kuba tergantung pada rekening kredit yang berputar dari satu negara ke negara.
[151] s Kuba sebelum 35 % pasokan pasar ekspor dunia untuk gula telah menurun sampai 10%
karena berbagai faktor, termasuk penurunan komoditas gula harga global yang membuat Kuba
kurang kompetitif di pasar dunia. [152] Pada suatu waktu, Kuba adalah yang paling penting di
dunia gula produsen dan eksportir. Sebagai hasil dari diversifikasi, kurangnya investasi, dan
bencana alam, produksi gula Kuba telah melihat penurunan drastis. Pada tahun 2002 lebih dari
setengah dari pabrik gula Kuba ditutup. Kuba memiliki 6,4% dari pasar global untuk nikel, [153]
yang merupakan sekitar 25% dari ekspor Kuba total [154]. Sebuah laporan 2005 US Geological
Survey memperkirakan bahwa Kuba Utara Basin bisa mengandung 4,6 miliar barel minyak dan
9,8 triliun kubik kaki gas alam. [155]
Pada tahun 2010, Kuba diizinkan untuk membangun rumah mereka sendiri. Menurut Raul
Castro, mereka akan dapat meningkatkan rumah mereka dengan izin baru, tetapi pemerintah
tidak akan mendukung rumah-rumah baru atau perbaikan [156].
Pada tanggal 2 Agustus 2011, The New York Times melaporkan Kuba menegaskan kembali niat
mereka untuk melegalkan "jual beli" dari milik pribadi sebelum tahun berakhir. Menurut para
ahli, penjualan pribadi properti bisa "mengubah Kuba lebih dari reformasi ekonomi yang
diumumkan oleh pemerintah Presiden Raúl Castro" [157] Ini akan memotong pekerjaan negara
lebih dari satu juta termasuk birokrat partai yang menolak perubahan..
Korea utara
Korea Utara memiliki ekonomi komando yang terindustrialisasi, autarkik, dan sangat terpusat.
Dari lima negara sosialis yang tersisa di dunia, Korea Utara adalah satu dari dua negara
(bersama-sama dengan Kuba) dengan ekonomi yang dimiliki negara dan direncanakan oleh
pemerintah sepenuhnya.
Kebijakan isolasi Korea Utara berarti bahwa perdagangan internasional sangatlah dibatasi. Korut
mengeluarkan undang-undang pada tahun 1984 yang memperbolehkan investasi asing melalui
joint venture,[67] akan tetapi gagal mengundang investasi yang berarti. Pada tahun 1991, Zona
Ekonomi Khusus Rason didirikan,[68] dengan tujuan menarik investasi asing dari Cina dan Rusia.
Perusahaan-perusahaan Cina dan Rusia telah memperoleh hak untuk menggunakan pelabuhan di
Rason. Investor Cina telah merenovasi jalan dari Rason ke Cina,[69] dan pekerja kereta api Rusia
merenovasi jalur kereta api dari Rason ke Rusia.[70]
Gaji rata-rata Korut adalah sekitar $47 per bulan.[71] Meskipun terdapat masalah ekonomi yang
substansial, kualitas hidup rakyat terus membaik dan upah pekerja terus meningkat.[72] Pasar
swasta berskala kecil, disebut janmadang, hadir di seluruh penjuru negara ini dan melayani
penduduk dengan makanan dan komoditas tertentu dari impor yang ditukar dengan uang, dengan
demikian membantu mencegah kelaparan.[73]
Makanan, rumah, kesehatan, dan pendidikan diberikan secara gratis oleh negara,[74] dan
pembayaran pajak telah dihapuskan sejak 1 April 1974.[75] Untuk meningkatkan produktivitas
pertanian dan industri, sejak tahun 1960-an, pemerintah Korea Utara telah memperkenalkan
sistem-sistem manajemen seperti sistem kerja Taean.[76] Pada abad ke-21, pertumbuhan PDB
Korea Utara cukup lambat tetapi pasti, meskipun pada beberapa tahun terakhir, angka
pertumbuhan meningkat hingga 3,7% pada 2008 karena pertumbuhan sektor pertanian sebesar
8,2%.[77]
Pertumbuhan PDB per tahun[77][78]
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1,3 % 3,7 % 1,2 % 1,8 % 2,2 % 1,0 % 1,6 % 1,8 % 3,7 %
Menurut perkiraan tahun 2002, sektor utama dalam ekonomi Korea Utara adalah industri
(43,1%), diikuti oleh jasa (33,6%) dan pertanian (23,3%). Pada 2004, diperkirakan bahwa sektor
pertanian menyerap 37% dari tenaga kerja, sementara industri dan jasa menyerap sisanya,
63%.[6] Industri utama meliputi produk militer, pembuatan mesin, energi listrik, bahan kimia,
pertambangan, perlogaman, sandang, pengolahan makanan dan pariwisata.
Pada 2005, menurut FAO, Korea Utara adalah produsen buah segar terbesar ke-10,[79] dan
produsen apel terbesar ke-19.[80] Korea Utara memiliki sumber daya alam yang substansial,
dengan sumber daya utama meliputi besi, seng, batu bara, fluor, tembaga, garam, timbal,
tungsten, grafit, magnesium, emas, pirit, fluorspar, dan listrik tenaga air.[6]
Perdagangan luar negeri
Kawasan Industri Kaesong adalah pusat industri ringan Korea Utara.
Cina dan Korea Selatan masih menjadi penyumbang terbesar bantuan makanan kepada Korea
Utara. Amerika Serikat menentang penyumbangan makanan ini karena kurangnya
pengawasan.[81] Pada 2005, jumlah bantuan makanan dari Cina dan Korea Selatan tercatat
sebesar 1 juta ton.[82] Selain itu, sekitar 80 hingga 90 persen minyak impor Korut berasal dari
Cina, yang dijual dengan "harga teman" yang jauh lebih murah dibanding harga pasar dunia.[83]
Sebuah toko di Daerah Industri Kaesong, pusat industri ringan Korea Utara.
Pada 19 September 2005, Korea Utara dijanjikan bantuan bahan bakar dan berbagai-bagai
insentif non-pangan lainnya dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan Cina
sebagai pengganti penghentian program senjata nuklir dan ikut serta kembali ke dalam Perjanjian
Non-Proliferasi Nuklir. Penyediaan makanan sebagai ganti untuk penghentian program senjata
nuklir berdasarkan sejarahnya telah dihindarkan oleh Amerika Serikat sehingga tidaklah
dirasakan sebagai "menggunakan makanan sebagai senjata".[84] Bantuan kemanusiaan dari
tetangga-tetangga Korea Utara telah dihentikan sebagai upaya agar Korea Utara mau
melanjutkan kembali pembicaraan yang sempat terhenti. Misalnya, Korea Selatan pernah
"menunda pertimbangan" 500.000 ton beras untuk Korea Utara pada 2006, tetapi gagasan
menyediakan makanan sebagai insentif telah dihindari.[85] Selain itu, terdapat gangguan terhadap
bantuan karena merebaknya perampokan lokomotif yang dipakai oleh Cina untuk mengirimkan
bahan makanan.[86]
Wonsan adalah kota pelabuhan yang penting dan pangkalan angkatan laut di tenggara Korea
Utara.
Pada Juli 2002, Korea Utara mulai bereksperimen dengan kapitalisme di Kawasan Ekonomi
Khusus Rajin-Sonbong dan Kawasan Industri Kaesong.[87] Sejumlah kawasan lainnya telah
dirancang sebagai Daerah Administratif Khusus, seperti SinÅ­iju di sepanjang perbatasan Cina
dan Korea Utara. Cina dan Korea Selatan adalah mitra perdagangan terpenting Korea Utara.
Perdagangan dengan Cina meningkat 15% menjadi $ 1,6 miliar, dan perdagangan dengan Korea
Selatan meningkat 50% menjadi lebih dari $1 miliar pada tahun 2005.[84] Dilaporkan bahwa
jumlah telepon seluler di Pyongyang bertambah dari hanya 3.000 pada 2002 menjadi hampir
20.000 pada 2004.[88] Namun, pada Juni 2004, telepon seluler menjadi terlarang lagi,[89] hingga
jaringan 3G baru, Koryolink, didirikan pada tahun 2008 melalui joint venture dengan Orascom
Telecom Holding dari Mesir. Pada Mei 2010, lebih dari 120.000 orang Korea Utara memiliki
telepon genggam.[90]
Sejumlah kecil unsur-unsur kapitalistik secara bertahap meluas dari kawasan percobaan,
termasuk sejumlah papan iklan di sepanjang jalan raya tertentu. Beberapa pengunjung
melaporkan bahwa jumlah pasar petani terbuka telah meningkat di Kaesong dan Pyongyang, dan
juga di sepanjang perbatasan Cina-Korea Utara, melampaui sistem penjatahan makanan.
Peternakan ayam bersama di Hungju, provinsi Chagang.
Pada sebuah peristiwa pada tahun 2003 yang dikenal sebagai "Insiden Pong Su", sebuah kapal
kargo Korea Utara yang dituduh berupaya menyelundupkan heroin ke Australia telah diamankan
oleh pihak yang berwajib di Australia, memperkuat prasangka Australia dan Amerika Serikat
bahwa Pyongyang terlibat dalam penyelundupan narkotika internasional. Pemerintah Korea
Utara menampik semua tuduhan keterlibatan.[91]
Laos
Pemerintah Laos - salah satu dari sekian negara komunis yang tersisa - memulai melepas kontrol
ekonomi dan mengizinkan berdirinya perusahaan swasta pada tahun 1986. Hasilnya,
pertumbuhan ekonomi melesat dari sangat rendah menjadi rata-rata 6% per tahun periode 19882004 kecuali pada saat krisis finansial Asia yang dimulai pada 1997. Seperti negara berkembang
umumnya, kota-kota besarlah yang paling banyak menikmati pertumbuhan ekonomi. Ekonomi di
Vientiane, Luang Prabang, Pakxe, dan Savannakhet, mengalami pertumbuhan signifikan
beberapa tahun terakhir.
Sebagian besar dari wilayahnya kekurangan infrastruktur memadai. Laos masih belum memiliki
jaringan rel kereta api, meskipun adanya rencana membangun rel yang menghubungkan
Vientiane dengan Thailand yang dikenal dengan Jembatan Persahabatan Thailand-Laos. Jalanjalan besar yang meghubungkan pusat-pusat perkotaan, disebut Rute 13, telah diperbaiki secara
besar-besaran beberapa tahun terakhir, namun desa-desa yang jauh dari jalan-jalan besar hanya
dapat diakses melalui jalan tanah yang mungkin tidak dapat dilalui sepanjang tahun. Ada
telekomunikasi internal dan eksternal yang terbatas, terutama lewat jalur kabel, namun
penggunaan telepon genggam/handphone telah menyebar luas di pusat perkotaan. Listrik tidak
tersedia di banyak daerah pedesaab atau hanya selama kurun waktu tertentu. Pertanian masih
memengaruhi setengah dari PDB dan menyerap 80% dari tenaga kerja yang ada. Ekonomi Laos
menerima bantuan dari IMF dan sumber internasional lain serta dari investasi asing baru dalam
bidang pemrosesan makanan dan pertambangan, khususnya tembaga dan emas. Pariwisata
adalah industri dengan pertumbuhan tercepat di Laos. Pertumbuhan ekonomi umumnya
terhambat oleh banyaknya penduduk berpendidikan yang pindah ke luar negeri akibat tidak
tersedianya lapangan pekerjaan yang memadai. Pada 2005 penelitian oleh Bank Dunia
melaporkan bahwa 37% dari penduduk Laos yang berpendidikan tinggal di luar negeri,
menempatkan Laos pada tempat ke-5 di dunia untuk kasus ini.
Akhir 2004 Laos menormalisasi hubungan dagangnya dengan Amerika Serikat, yang membuat
produsen Laos mendapatkan tarif ekspor yang lebih rendah sehingga merangsang pertumbuhan
ekonomi mereka dari sektor ekspor.
Download