BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hasil refleksi diri terhadap pelaksanaan pembelajaran kuliah dan praktikum genetika dan penelitian-penelitian genetika yang selama ini kami lakukan menunjukkan bahwa : 1. Dalam pembelajaran genetika kami selalu bersifat textbook oriented, akibatnya kita miskin dengan contoh-contoh fenomena genetik yang berada di sekitar kita. Pembelajaran yang bersifat textbook oriented akan menempatkan contoh-contoh fenomena genetik yang diambil sesuai dengan yang ada di buku, yang kadangkadang tidak dijumpai di tempat kita. 2. Dalam pembelajaran genetika masih didominansi dengan penggunaan metode ceramah, sehingga hanya terjadi transfer pengetahuan (transfer of knowledge) dari dosen ke mahasiswa. Mahasiswa masih diperlakukan sebagai pebelajar (orang yang sedang belajar) yang memiliki langgam belajar yang sama untuk seluruh mahasiswa. Dengan demikian layanan keragaman karakteristik mahasiswa belum dapat dilakukan (Wuryadi, dkk, 2002). 3. Dalam pembelajaran ini juga belum banyak menggunakan multi metode, multi media, multi sumber belajar maupun multi modul pembelajaran sebagai bagian dari pemberian layanan yang memperhatikan langgam belajar mahasiswa. Akibatnya respon, inisiatif maupun interaksi antara dosen dengan mahasiswa dalam pembelajaran masih sangat rendah. Mahasiswa hanya melakukan kegiatan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa melakukan pengembangan lebih lanjut. 4. Oleh karena sangat luasnya cakupan yang harus dipelajari dalam bidang genetika ini, maka dalam pembelajaran genetika tidak bisa memberikan wawasan yang memadai untuk mengungkap potensi lokal dalam bidang genetika yang dapat diteliti atau dipelajari lebih lanjut oleh para mahasiswa. Sehingga dalam perkuliahan hanya menyampaikan konsep-konsep genetika yang kurang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mahasiswa. 1 5. Dalam penelitian genetika yang kita lakukan belum banyak melakukan pengungkapan fenomena genetik organisme yang ada di sekitar kita. Penelitian kita masih bersifat laboratoris berkisar pada penggunaan Drosophila dan organisme lain yang sudah sering digunakan untuk penelitian genetika. Akibatnya kita sering mengalami kesulitan menjelaskan secara genetik kejadian-kejadian yang dialami suatu organisme yang ada di sekitar kita. 6. Sampai saat ini belum banyak karya-karya penelitian yang dihasilkan oleh dosen pengampu matakuliah maupun mahasiswa dalam bentuk skripsi maupun bentuk penelitian yang lain yang berkaitan dengan genetika. Hal ini disebabkan karena beberapa hal, terutama karena penelitian genetika dipersepsi sebagai penelitian yang sulit, butuh waktu lama, butuh beberapa generasi untuk mengetahui hasilnya, bersifat molekuler dan sebagainya. Hasil penelitian mahasiswa di bidang genetika sangat tertinggal jauh jumlahnya dibanding dengan penelitianpenelitian di bidang ilmu yang lain seperti di bidang fisiologi, ekologi, lingkungan dan sebaginya. 7. Buku-buku genetika yang ada kebanyakan merupakan buku-buku berbahasa asing yang belum banyak dimanfaatkan dengan baik karena kesulitan memahami isinya. Sedang buku-buku atau tulisan-tulisan yang dihasilkan oleh dosen pengampu jumlahnya masih sangat sedikit dan isinyapun belum banyak memberikan varian pengetahuan yang berasal dari hasil-hasil penelitian yang berasal dari kearifan lokal (Suratsih, dkk, 2003). 8. Kita masih miskin sumber belajar genetika yang merupakan hasil penelitian atau hasil kajian ahli-ahli genetika dari negeri kita sendiri. Sumber belajar yang ada kebanyakan hanya berupa terjemahan buku-buku asing, yang tentunya contohcontoh dan fenomena genetik yang ditulis belum tentu ada di sekitar kita. 9. Di sekitar kita sebenarnya kaya akan fenomena-fenomena yang ditunjukkan oleh organisme baik hewan, tumbuhan, mikroorganisme maupun manusia yang dapat dirunut secara genetika melalui berbagai metode penelitian genetika. Jika ini dapat diungkap baik melalui penelitian maupun kajian lainnya, maka hasilnya akan sangat bermanfaat untuk pengembangan sumber belajar genetika. 2 10. Praktikum genetika yang dilakukan masih mengikuti cara-cara lama dan belum berkembang menyesuaikan fenomena yang ada sekarang (Suratsih, dkk, 2002 : ). Penggunaan metode simulasi untuk menjelaskan perilaku gen masih membingungkan mahasiswa, sehingga perlu ada contoh yang berkaitan yang dapat diamati atau dipelajari melalui penelitian dengan objek yang ada di sekitar kita. 11. Di sekitar kita sebenarnya sangat kaya dengan berbagai fenomena kehidupan yang dapat dilacak fenomena genetiknya, dengan memanfaatkan berbagai potensi yang ada untuk mendukung pelacakan fenomena genetik organisme tersebut. Kemudian hasilnya dapat dipakai sebagai sumber belajar genetika untuk mendukung pelaksanaan kuliah dan praktikum genetika. 12. Sampai saaat ini telah banyak metode penelitian yang dikembangkan dapat digunakan untuk mengungkap permasalahan genetika, baik metode penelitian yang berhubungan dengan materi genetik maupun metode penelitian yang berhubungan dengan pola-pola pewarisan organisme (Tamarin RH, 1999). Metode-metode penelitian genetika yang telah ada, sebagian fisibel dilaksanakan oleh para mahasiswa maupun oleh peneliti kita. Dengan memperhatikan berbagai hasil refleksi terhadap pelaksanaan perkuliahan, praktikum, penelitian genetika dan memperhatikan berbagai fenomena kehidupan yang ada di sekitar kita, maka perlu dilakukan penelitian genetika berbasis potensi lokal guna mendukung pengembangan sumber belajar genetika. Agar hasilnya dapat dimanfaatkan secara optimal oleh para mahasiswa, maka hasil-hasil penelitian tersebut perlu dikemas dalam bentuk modul pembelajaran yang dapat dipelajari secara mandiri oleh para mahasiswa, sekaligus dapat digunakan sebagai alternatif sumber belajar genetika untuk mendukung sumber belajar yang sudah ada. B. Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti pada kesempatan ini adalah : Bagaimana mengembangkan sumber belajar genetika melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian berbasis potensi lokal dalam bentuk modul pembelajaran ? 3 Secara rinci beberapa permasalahan genetika berbasis potensi lokal yang akan diteliti, diantaranya adalah : 1. Pola pewarisan sifat rambut gembel di Wonosobo Jawa Tengah melalui pedigri/silsilah, 2. Pola pewarisan sifat anak kembar di Yogyakarta bagaimana pola pewarisan keturunan kembar di dalam keluarga melalui pedigri/ silsilah. 3. Pola pewarisan sifat kelainan retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta melalui pedigri/silsilah. 4. Pola pewarisan sifat golongan darah rhesus pada penderita retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta melalui pedigri/silsilah dan uji golongan darah rhesus dan ABO C. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah : 1. Mengetahui pola pewarisan sifat rambut gembel di Wonosobo, Jawa Tengah. 2. Mengetahui pola pewarisan sifat golongan darah rhesus pada penderita retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul, Yogyakarta, 3. Mengetahui pola pewarisan sifat kelainan retardasi mental/tuna grahita warga Karang Poh, Gunung Kidul Yogyakarta. 4. Mengetahui pola pewarisan sifat kasus anak kembar di Yogyakarta. 5. Mengembangkan sumber belajar genetika melalui pemanfaatan hasil-hasil penelitian mengenai pola-pola pewarisan sifat berbasis potensi lokal ini dalalam bentuk modul pembelajaran. 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Proses Belajar Mengajar Biologi Biologi merupakan ilmu yang mempelajari objek dan persoalan gejala alam. Semua benda dan kejadian alam merupakan sasaran yang dipelajari dalam biologi. Proses belajar biologi menurut Djohar (1987:1) merupakan perwujudan dari interaksi subjek (anak didik) dengan objek yang terdiri dari benda dan kejadian, proses dan produk. Dikatakan pula bahwa dalam pendidikan, biologi harus diletakkan sebagai alat pendidikan, bukan sebagai tujuan pendidikan, sehingga konsekuensinya dalam pembelajaran hendaknya memberi pelajaran kepada subyek belajar untuk melakukan interaksi dengan obyek belajar secara mandiri, sehingga dapat mengeksplorasi dan menemukan konsep. Konsep belajar mengajar biologi memiliki tiga persoalan utama, yaitu hakekat mengajar, kedudukan materi meliputi arti dan peranannya serta kedudukan siswa (Djohar, 1984:7) Proses belajar biologi menurut Collete (Djohar (1987:1) adalah bahwa di dalam belajar sains diperlukan sebuah ketrampilan, yaitu ketrampilan terpadu dan ketrampilan dasar. Ketrampilan dasar meliputi ketrampilan untuk melakukan observasi, klasifikasi, pengukuran, komunikasi, dan prediksi, sedangkan ketrampilan terpadu meliputi ketrampilan untuk merumuskan hipotesis, mengontrol variabel, merumuskan masalah, dan interpretasi data. Hakekatnya, dalam pendidikan biologi menekankan adanya interaksi antara siswa dengan obyek yang dipelajari. Dengan interaksi ini memberi peluang kepada siswa untuk berlatih belajar dan mengerti bagaimana belajar, mengembangkan potensi rasional pikir, ketrampilan, dan kepribadian serta mengenal permasalahan 5 biologi dan pengkajiannya (Djohar, 1974 : 4). Lebih lanjut dikatakan oleh Wuryadi (1971 : 88) bahwa dalam proses belajar mengajar pada diri siswa, akan berkembang tiga ranah yaitu: ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. Tiga ranah tersebut dapat diuraikan menjadi tujuan pendidikan biologi, yaitu: a. Pengembangan sikap dan pengharagaan b. Pengembangan cara berfikir c. Pengembangan ketrampilan, baik ketrampilan kerja maupun ketrampilan berfikir d. Pengembangan pengetahuan dan pengertian serta penggunaan pengetahuan tersebut bagi kepentingan kehidupan manusia Dalam proses belajar mengajar, guru tidak hanya berfungsi sebagai pentransfer ilmu pengetahuan (transmitter of knowledge) tetapi berfungsi juga sebagai pengelola proses belajar mengajar (Prawoto, 1989 : 21). B. Hakekat Sumber Belajar Sumber belajar dapat dirumuskan sebagai segala sesuatu yang dapat memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam memperoleh sejumlah informasi, pengetahuan, pengalaman, dan ketrampilan dalam proses belajar mengajar (Mulyasa, 2002 : 48). Dari berbagai sumber belajar yang ada, pada garis besarnya dapat dikelompokkan sebagai berikut: a. Manusia, yaitu orang menyampaikan pesan secara langsung, seperti guru, konselor, dan administrator, yang dirancang secara khusus dan disengaja untuk kepentingan belajar (by design). b. Bahan, yaitu sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang dirancang secara khusus seperti film pendidikan, peta, grafik, buku, dan lain-lain yang 6 disebut media pengajaran (instructional media), maupun bahan yang bersifat umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan belajar. c. Lingkungan, yaitu ruang dan tempat di mana sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para pesrta didik. Ruang dan tempat yang dirancang secara sengaja untuk kepentingan belajar, misalnya perpustakaan, laboratorium, kebun, dan lain-lain. d. Alat dan peralatan, yaitu sumber belajar untuk produksi dan atau memainkan sumber-sumber lain, misalnya: tape recorder, kamera, slide. e. Aktivitas, yaitu sumber belajar yang biasanya merupakan kombinasi antara teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar (Mulyasa, 2002: 48-49). Pendayagunaan sumber belajar memiliki arti yang sangat penting, yaitu melengkapi, memelihara, dan memperkaya khasanah belajar. Selain itu, sumber belajar juga dapat meningkatkan aktivitas dan kreativitas belajar, yang menguntungkan baik bagi guru maupun bagi peserta didik. Dengan didayagunakannya sumber belajar secara maksimal, maka memungkinkan orang yang belajar menggali berbagai jenis ilmu pengetahuan yang sesuai dengan bidangnya. Dengan demikian, pengetahuan yang didapat senantiasa aktual, serta mampu mengikut akselerasi teknologi dan seni yang senantiasa berubah (Mulyasa, 2002 : 49). Dalam pembelajaran biologi, lingkungan alam sekitar merupakan laboratorium yang mempunyai peranan penting karena adanya gejala-gejala alam yang dapat memunculkan persoalan-persoalan sains. Untuk mendapatkan obyek biologi, alam dengan segenap fenomenanya telah menyediakan informasi yang dapat digunakan dalam kehidupan manusia. Permasalahannya di sini, mampukah kita menggali apa 7 yang tersirat dalam fenomena tersebut sehingga alam dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi (Prawoto, 1989 : 29). Syarat-syarat sumber belajar antara lain (Djohar, 1987 : 2) : a. Kejelasan potensi b. Kesesuaian dengan tujuan belajar c. Kejelasan sasaran d. Kejelasan informasi yang dapat diungkap e. Kejelasan pedoman eksplorasi f. Kejelasan perolehan yang diharapkan. C. Manfaat Sumber Belajar Pemilihan suatu sumber belajar perlu dikaitkan dengan tujuan yang ingin dicapai dalam proses pembelajaran. Dengan demikian, sumber belajar dipilih dan digunakan dalam proses belajar apabila sesuai dan menunjang tercapainya tujuan belajar (Mulyasa, 2002 : 49). Secara umum manfaat sumber belajar adalah: a. dapat memberi pengalaman belajar yang konkret dan langsung kepada siswa b. dapat menyajikan sesuatu yang tidak mungkin diadakan, dikunjungi atau dilihat secara langsung c. dapat menambah dan memperluas cakrawala sajian yang ada di dalam kelas d. dapat memberikan informasi akurat dan terbaru e. dapat membantu memecahkan masalah pendidikan f. dapat memberikan motivasi positif bagi peserta didik. 8 g. dapat merangsang untuk berfikir, bersikap, dan berkembang lebih lanjut (Mulyasa, 2002 : 50). D. Modul sebagai Sumber Belajar Modul merupakan suatu unit program pengajaran yang disusun dalam bentuk tertentu untuk keperluan belajar. Modul bisa dipandang sebagai paket program pengajaran yang terdiri dari komponen-komponen yang berisi tujuan belajar, bahan pelajaran, metode belajar, alat atau media, serta sumber belajar dan sistem evaluasinya. Modul memiliki karakteristik tertentu, misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989 :132). Menurut BP3K Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, modul didefinisikan sebagai unit program belajar mengajar terkecil yang secara rinci menggariskan : a. tujuan instruksional yang akan dicapai b. topik yang akan dijadikan dasar proses belajar mengajar c. pokok-pokok materi yang dipelajari d. kedudukan dan fungsi modul dalam kesatuan program yang akan lebih luas e. peranan guru dalam proses belajar mengajar f. alat-alat dan sumber yang akan digunakan g. kegiatan-kegiatan belajar yang harus dilakukan dan dihayati murid secara berurutan. h. program evaluasi yang akan dilaksanaka (Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 132-133). 9 Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (1989 : 133) penggunaan modul bertujuan agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, dan menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80 %. Modul self contained yang merupakan modul dimana semua materi tercantum dalam modul dan merupakan sumber belajar utama, dapat disusun menurut langkah-langkah sebagai berikut: a. Menyusun Kerangka Modul Kerangka modul disusun dengan cara merumuskan atau menetapkan tujuan instruksional umum, merinci tujuan instruksional umum ke dalam tujuan instruksional khusus, menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian tujuan khusus, mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional khusus, menyusun urutan pokok-pokok materi yang logis, menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa, memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan, dan mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul. b. Menulis Program Secara Rinci, meliputi : pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran tes, dan lembaran jawaban (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 1989: 133-134). 10 E. Bahan Ajar Dalam Bentuk Modul Pembelajaran Sumber belajar yang tersedia melimpah disekitar kita, perlu dikemas dalam bentuk bahan ajar agar optimal pemanfaatannya. Bahan ajar merupakan sumber belajar yang secara sengaja dikembangkan untuk tujuan pembelajaran. Bahan ajar umumnya dikemas dalam bentuk bahan-bahan cetakan atau media lain yang secara potensial mampu menumbuhkan dorongan pada diri siswa untuk belajar (Surachman, 2001 : 9). Modul pembelajaran dapat dipandang sebagai suatu paket pengajaran yang mengandung satu unit konsep dari bahan pelajaran dan disajikan dalam bentuk self instructional. Pengajaran modul memberi kesempatan kepada siswa untuk menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum beralih ke unit berikutnya. Setiap siswa dapat menentukan kecepatan dan intensitas belajarnya sendiri. Modul secara umum memiliki unsur-unsur: rumusan tujuan pengajaran, petunjuk penggunaan, materi pelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar evaluasi dan kunci lembar evaluasi (Vembriarto, 1975: 49-53). Nasution (2000: 218) menambahkan pembelajaran modul mengharuskan siswa disiplin, sanggup mengatur waktu, memaksa diri untuk belajar dan kuat terhadap godaan-godaan untuk bermain. Siswa yang terbiasa menerima pelajaran dari guru melalui pendengaran akan cenderung “pasif” dan mengalami kesulitan dalam pembelajaran menggunakan modul yang menuntut aktivitas sebagai dasar utama dalam belajar. Penyusunan atau pengembangan modul dapat dilakukan menurut langkahlangkah sebagai berikut : 11 1. Merumuskan tujuan pembelajaran secara jelas, spesifik dalam bentuk kelakuan siswa yang dapat diamati dan diukur. 2. Menyusun alasan atau rasional pentingnya modul bagi siswa. Siswa harus mengetahui manfaat yang dapat diambil bila ia mempelajari modul yang disusun sehingga siswa dapat mempelajarinya secara optimal. 3. Menentukan kegiatan-kegiatan belajar yang akan dilakukan siswa untuk membantu dan membimbing siswa dalam mencapai kompetensi-kompetensi yang telah dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Kegiatan belajar dapat berupa mendengarkan rekaman, melihat film, mengadakan percobaan dalam laboratorium, membaca, mengerjakan soal dan sebagainya. 4. Menyusun post-test untuk mengukur hasil belajar siswa. 5. Menyiapkan pusat-pusat sumber-sumber bacaan yang terbuka bagi siswa setiap waktu ia memerlukan. (Nasution, 2000 : 217-218). 12 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Penelitian ini termasuk penelitian studi kasus tentang pewarisan sifat pada manusia, yang terdapat di sekitar kita yang menarik untuk diteliti. Persoalan pewarisan sifat yang akan diteliti adalah : a. Pola pewarisan sifat rambut gembel di Wonosobo Jawa Tengah b. Pola pewarisan sifat anak kembar di Yogyakarta. c. Pola pewarisan sifat kelainan retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta. d. Pola pewarisan sifat golongan darah rhesus pada penderita retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta. 2. Penelitian ini juga termasuk penelitian eksploratif untuk ujicoba terbatas modul pembelajaran genetika dalam rangka mengetahui tingkat keterbacaan modul. B. Setting Penelitian Penelitian pewarisan sifat dilaksanakan pada bulan November – Desember 2006. Penelitian uji terbatas modul pembelajaran dilakukan pada bulan April 2007. Adapun tempat penelitian untuk masing-masing persoalan penelitian adalah sebagai berikut. 1. Pola pewarisan sifat rambut gembel di Wonosobo Jawa Tengah 2. Pola pewarisan sifat anak kembar di Yogyakarta. 3. Pola pewarisan sifatkelainan retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta. 4. Pola pewarisan sifat golongan darah rhesus pada penderita retardasi mental/tuna grahita di Karang Poh, Semin, Gunung Kidul Yogyakarta. 5. Penelitian uji coba modul pembelajaran dilakukan SMA di dan di Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY. 13 Sedangkan langkah-langkah penelitian selengkapnya adalah sebagai berikut. 1. Sosialisasi proposal dan perekrutan mahasiswa yang tertarik dengan penelitian genetika. 2. Memberikan wawasan kepada para mahasiswa mengenai penelitian genetika dan berbagai fenomena kehidupan berbasis potensi lokal yang dapat diteliti fenomena genetiknya. 3. Memilih subjudul penelitian yang telah diidentifikasi untuk 4 mahasiswa. 4. Melakukan bimbingan penyusunan rencana penelitian. 5. Melaksanakan penelitian sesuai dengan rencana penelitian yang telah disusun oleh masing-masing mahasiswa. 6. Penyusunan modul pembelajaran genetika menggunakan hasil-hasil penelitian tersebut di atas 7. Ujicoba modul untuk mengetahui tingkat keterbacaan dan kekurangan modul tersebut. 8. Pembimbingan penulisan skripsi. 9. Ujian skripsi 10. Menyusun modul baru yang mencakup keempat modul hasil revisi modul yang telah disusun mahasiswa. 11. Penyusunan laporan penelitian yang memuat seluruh hasil penelitian mahasiswa tersebut. 12. Seminar akhir hasil penelitian. 13. Menyusun laporan akhir. 14 C. Instrumen Penelitian 1. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket tanggapan siswa terhadap modul pembelajaran untuk mengetahui tingkat keterbacaan modul. D. Validitas Instrumen Instrumen penelitian berupa angket tanggapan siswa terhadap modul divalidasi dari segi isinya. Validitas isi dilakukan melalui seminar proposal dan instrumennya. E. Teknik Pengumpulan Data 1. Data mengenai pola pewarisan sifat diperoleh melalui : a. Wawancara, untuk pewarisan sifat rambut gembel. b. Uji golongan darah, untuk pewarisan sifat golongan darah rhesus bagi penderita retardasi mental. c. Wawancara dan pembuatan Cetakan Jari Tangan (Finger Print), Tapak Tangan (Palm Print) dan Kaki (Sole Print), untuk pewarisan sifat anak kembar. d. Wawancara, untuk pewarisan sifat retardasi mental. 2. Data mengenai keterbacaan modul diperoleh melalui pemberian angket penilaian/ tanggapan mahasiswa terhadap modul yang diberikan kepadanya. G. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif. Adapun jenis analisis yang dilakukan adalah sebagai berikut. 1. Analisis terhadap peta silsilah keluarga penderita retardasi mental mengenai pewarisan sifat golongan darah antara ibu dan anak-anaknya baik yang mengalami retardasi mental ataupun yang normal. Jika ditemukan ada perbedaan golongan darah rhesus ibu dan anak-anaknya maka kemungkinan faktor rhesus berperan sebagai faktor penyebab retardasi mental yang dialami oleh subjek penelitian. 15 2. Analisis peta silsilah keluarga yang memiliki rambut gembel. 3. Analisis peta silsilah keluarga yang memiliki anak kembar. 4. Analisis peluang pemanfaatan/potensi hasil penelitian sebagai sumber belajar dalam bentuk modul pembelajaran. 5. Analisis data tentang tingkat keterbacaan modul dilakukan dengan melihat persentase masing-masing aspek/deskriptor pada angket. 16