UPAYA PENINGKATAN KOMPETENSI GURU DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD) Agus Gunawan ABSTRAK Dalam rangka mencapai visi, misi dan tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bersama oleh warga sekolah, diperlukan kondisi sekolah yang kondusif dan keharmonisan antara tenaga perdidikan yang ada di sekolah antara lain kepala sekolah, guru, tenaga administrasi, dan orang tua murid/masyarakat yang masing-masing mempunyai peran yang cukup besar dalam mencapai tujuan organisasi. Tenaga guru adalah salah satu tenaga kependidikan yang mempunyai peran sebagai faktor penentu keberhasilan tujuan organisasi selain tenaga kependidikan lainnya, karena guru yang langsung bersinggungan dengan peserta didik, untuk memberikan bimbingan yang muaranya akan menghasilkan tamatan yang diharapkan. Guru memegang peranan sentral dalam proses belajar mengajar, oleh sebab itu mutu guru di suatu sekolah dasar sangat ditentukan oleh kemampuan yang dimiliki seorang guru dalam menjalankan tugasnya. Guru yang memiliki kompetensi dapat mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. 47 A. Pendahuluan Kegiatan mengajar yang dilakukan oleh guru yang diminatinya karena sesuai dengan kebutuhannya, jika orang lain tidak minat menjadi guru, hal itu disebabkan karena kebutuhan tidak sesuai dengan kepentingannya sendiri. Guru yang termotivasi dalam bekerja maka akan menimbulkan kinerja yang baik. Hampir semua bangsa di dunia ini selalu mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru yang bermutu. Salah satu kebijakan yang dikembangkan oleh pemerintah di banyak negara adalah kebijakan intervensi langsung menuju peningkatan mutu dan memberikan jaminan dan kesejahteraan hidup guru yang memadai. Beberapa negara yang mengembangkan kebijakan ini bisa disebut antara lain Singapore, Korea Selatan, Jepang, dan Amerika Serikat. Negara-negara tersebut berupaya meningkatkan mutu guru dengan mengembangkan kebijakan yang langsung mempengaruhi mutu dengan melaksanakan sertifikasi guru. Guru yang sudah ada harus mengikuti uji kompetensi untuk sertifikat profesi guru. Pemahaman terhadap institusi sekolah secara menyeluruh sangat penting karena basis utama pendidikan adalah sekolah. Pentingnya pemahaman terhadap keefektifan sekolah tidak saja dalam kaitan dengan meningkatkan mutu pendidikan tetapi juga sejalan dengan kebijakan nasional yaitu desentralisasi pendidikan dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Berkenaan dengan desentralisasi pendidikan tersebut, di bidang pendidikan dasar, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud) telah membuat konsep otonomi sekolah yaitu manajemen berbasis sekolah. Dengan konsep ini, pemerintah tidak hanya berharap pada meningkatnya mutu pendidikan melainkan juga tercapainya pemerataan, relevansi, dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan. Dengan adanya otonomi sekolah, diharapkan sekolah dapat lebih leluasa mengelola sumber daya pendidikan dengan mengalokasikannya sesuai dengan prioritas kebutuhan serta sekolah dapat lebih tanggap torhadap kebutuhan masyarakat setempat dan mampu melibatkan masyarakat dalam membantu dan mengontrol pengelolaan pendidikan pada tingkat sekolah. B. Pembahasan 1. Pengertian Kompetensi Kompetensi memainkan peran kunci dalam mempengaruhi keberhasilan kerja, terutama dalam pekerjaan yang menuntut sungguhsungguh inisiatif dan inovatif. Kompetensi dipahami berkaitan dengan pentingnya hasrat untuk menguasai orang lain, dan secara lebih luas berkaitan dengan menciptakan peristiwa dan bukan sekedar menanti secara pasif, hasrat ini disebut motif kompetensi. Dalam diri orang dewasa motif kompetensi ini sangat mungkin muncul sebagai suatu keinginan untuk menguasai pekerjaan dan jenjang profesional. Pengertian yang mendasar dari kompetensi adalah kemampuan atau kecakapan (Syah, 2000:229). Kemampuan atau kecakapan yang 48 dimaksudkan dalam kompetensi itu menunjuk kepada satu hal yang menggambarkan kualifikasi atau kemampuan seseorang, baik kemampuan atau kecakapan kualitatif maupun kuantitatif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI.1995:516) yang di maksud kompetensi adalah kewenangan (kekuasaan) untuk menentukan (memutuskan sesuatu). Kompetensi merupakan perpaduan dari penguasaan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak pada sebuah tugas/pekerjaan. Kompetensi juga merujuk pada kecakapan seseorang dalam menjalankan tugas dan tanggung-jawab yang diamanatkan kepadanya dengan hasil baik dan piawai/mumpuni (Margono,2003). Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka yang dimaksud dengan kompetensi adalah seperangkat kemampuan dan kewenagan yang harus ada dalam diri, agar dapat mewujudkan penampilan unjuk kerja. 2 Kompetensi Guru 2.1 Pengertian Dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Bab I ayat I dikemukakan bahwa “kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan”. Guru merupakan tenaga yang memberikan sejumlah ilmu pengetahuan kepada anak didik di sekolah. Guru merupakan orang yang berpengalaman dalam bidang profesinya. Dengan keilmuan yang dimilikinya, dia dapat menjadikan anak didik menjadi orang yang cerdas. Jadi Kompetensi guru adalah kemampuan profesional, yang berfungsi untuk kepentingan kualitas atau mutu. Guru memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah proses. Guru merupakan salah satu tolak ukur berhasil atau tidaknya proses kegiatan yang dilakukan. Bila para guru yang ada dalam sebuah lembaga mampu untuk mengemban tugasnya secara profesional, maka apa yang menjadi tujuan pembelajaran akan semakin mungkin untuk dicapai. Untuk menyandang gelar guru profesional tentu banyak indikator yang harus dimiliki oleh guru tersebut agar layak dikatakan sebagai guru yang profesional, termasuk salah satunya yaitu kompetensi yang harus dia miliki sebagai seorang guru. 2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Guru Guru dalam menjalankan tugasnya dituntut memiliki beberapa kompetensi guna menunjang kesuksesan tugas-tugasnya. Kompetensi yang dimiliki dapat berupa kompetensi keilmuan, fisik, sosial dan juga etika moral. Di antara sekian banyak tugas dan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, di antaranya adalah sebagai berikut: 1. Mengajar sesuai dengan kemampuan (bidang keilmuan)nya, dalam arti guru harus memahami dan menguasai ilmu yang diajarkan serta peta konsep dan fungsinya agar tidak 49 menyesatkan dan harus selalu belajar untuk mendalami ilmu. 2. Berperilaku rabbani, takwa dan taat kepada Allah SWT. 3. Memiliki integritas moral sebagaimana rasul bersifat jujur, memegang tugas dengan baik, selalu menyampaikan informasi dan kebenaran, dan cerdas dalam bersikap. 4. Mencintai dan bangga terhadap tugas-tugas guru dan melaksanakannya dengan penuh gembira, kasih sayang, tenang dan sabar. 5. Memiliki perhatian yang cukup dan adil terhadap individualitas dan kolektivitas peserta didik. 6. Sehat rohani, dewasa, menjaga kemuliaan diri, humanis, berwibawa, dan penuh keteladanan. 7. Menjalin komunikasi yang harmonis dan rasional dengan peserta didik dan masyarakat. 8. Menguasai perencanaan, metode, dan strategi mengajar dan juga mampu melakukan pengelolaan kelas dengan baik. 9. Menguasai perkembangan fisik dan psikis peserta didik serta menghormatinya. 10. Eksploratif, apresiatif, responsif, dan inovatif terhadap perkembangan zaman, seperti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama dalam bidang komunikasi dan informasi. 11. Menekankan pendekatan student centered, learning by doing, dan kajian kontekstual-integral. 12. Melakukan promosi wacana dan pembentukan watak dan sikap keilmuan yang otonom. Kompetensi merupakan uraian kemampuan yang memadai dalam segi pengetahuan, keterampilan, sikap, dan menguasai standar materi. Kemampuan itu harus dimiliki dan dikembangkan secara maju dan berkelanjutan seiring dengan perkembangan siswa sesuai dengan materi standar yang diajarkan guru. Melakukan pekerjaan sebagai tenaga pengajar membutuhkan guru dan pelatihan. Oleh sebab itu, sekarang pengajar perlu menguasai berbagai kemampuan baik kemampuan bidang ilmu, teknologi dan mengajar. Semua kemampuan tersebut dipadukan menjadi suatu wawasan yang utuh ketika seorang pengajar berada di depan kelas. Hal ini bisa dicontohnya seperti kemampuan guru dalam mengelola kelas dengan efektif. Guru sebagai pengajar dan guru merupakan salah satu faktor yang menjadi penentu keberhasilan setiap usaha guru. Oleh karena itu, kinerja guru dalam proses pembelajaran adalah suatu hal yang amat penting. Ada beberapa aspek yang harus dilakukan guru dalam proses pembelajaran, A. Sahertian dan Ida Alaida Sahertian (1990:80) mengungkapkan sebagai berikut. 1. 2. Menguasai bahan seperti menguasai bahan bidang studi dalam kurikulum, dan menguasai bahan penunjang bidang studi. Mengelola program pengajaran berupa merumuskan tujuan intruksional, mengenal dan dapat menggunakan prosedur intruksional yang tepat, melaksanakan program pengajaran dan mengenal kemampuan anak didik. 50 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Mengelola kelas meliputi mengatur tata ruang kelas dan menciptakan iklim pembelajaran yang serasi. Menggunakan media/sumber. Menguasai landasan-landasan guru. Mengelola interaksi pembelajaran. Menilai prestasi siswa untuk kepentingan pembelajaran. Mengenal layanan bimbingan dan penyuluhan di sekolah. Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan hasil penelitian guru. Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 tahun 2007 tentang Standar kompetensi guru, yaitu : 1. Ada empat strategi dasar bagi kinerja guru dalam proses pembelajaran di kelas yaitu: 1. 2. 3. 4. Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dengan kepribadian anak sebagaimana diharapkan. Memiliki sistem pendekatan belajar. Memilih dan menetapkan sistem prosedur, metode dan teknik pembelajaran. Menetapkan norma dan batas minimal keberhasilan serta standar keberhasilan siswa. Mengacu kepada tugas pokok dan fungsi guru di atas, maka dapat dimaknai bahwa seyogiyanya inilah yang perlu dilakukan seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya, baik dalam kegiatan, berprilaku, maupun dalam hasil yang di tunjukan. 2.3 Standar Kompetensi Guru 2. 3. Kompetensi pedagogik yaitu merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi: (a) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (b) pemahaman terhadap peserta didik; (c) pengembangan kurikulum/silabus; (d) perancangan pembelajaran; (e) pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis; (f) evaluasi hasil belajar; dan (g) pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian yaitu merupakan kemampuan kepribadian yang: (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara berkelanjutan. Kompetensi sosial yaitu merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk : (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, 51 sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat sekitar. 4. Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi: (a) konsep, struktur, dan metoda keilmuan/teknologi/seni yang menaungi/koheren dengan materi ajar; (b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; (c) hubungan konsep antar mata pelajaran terkait; (d) penerapan konsep-konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari; dan (e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap melestarikan nilai dan budaya nasional. Peran dan tanggung jawab guru pada masa mendatang akan semakin kompleks, sehingga menuntut guru untuk senantiasa melakukan berbagai peningkatan dan penyesuaian penguasaan kompetensinya. Guru harus lebih dinamis dan kreatif dalam mengembangkan proses pembelajaran siswa. Guru di masa mendatang tidak lagi menjadi satusatunya orang yang paling well informed terhadap berbagai informasi dan pengetahuan yang sedang berkembang dan berinteraksi dengan manusia di jagat raya ini. Di masa depan, guru bukan satu-satunya orang yang lebih pandai di tengahtengah siswanya. Jika guru tidak memahami mekanisme dan pola penyebaran informasi yang demikian cepat, ia akan terpuruk secara profesional. Kalau hal ini terjadi, ia akan kehilangan kepercayaan baik dari siswa, orang tua maupun masyarakat. Untuk menghadapi tantangan profesionalitas tersebut, guru perlu berfikir secara antisipatif dan proaktif. Artinya, guru harus melakukan pembaruan ilmu dan pengetahuan yang dimilikinya secara terus menerus. Disamping itu, guru masa depan harus paham penelitian guna mendukung terhadap efektivitas pembelajaran yang dilaksanakannya, sehingga dengan dukungan hasil penelitian guru tidak terjebak pada praktek pembelajaran yang menurut asumsi mereka sudah efektif, namun kenyataannya justru mematikan kreativitas para siswanya. Begitu juga, dengan dukungan hasil penelitian yang mutakhir memungkinkan guru untuk melakukan pembelajaran yang bervariasi dari tahun ke tahun, disesuaikan dengan konteks perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sedang berlangsung. 2.4. Kompetensi Guru dalam Pembelajaran 2.4.1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai suatu tujuan pembelajaran (Hamalik 1995 : 57). Manusia yang terlihat dalam sistem pembelajaran adalah siswa, guru dan tenaga lainnya, misalnya tenaga laboratorium. Material terdiri dari buku-buku, papan tulis, kapur, slide film, audio, video tipe. Fasilitas dan 52 perlengkapan terdiri dari ruangan kelas, perlengkapan audio visual, komputer dan sebagainya. Prosedur meliputi jadwal dan metode, penyampaian informasi, praktik, ujian dan sebagainya. Rumusan tersebut tidak terbatas di dalam ruang saja. Sistem pembelajaran dapat dilaksanakan dengan cara membaca buku, belajar di kelas atau di sekolah. Banyak para ajhli yang merumuskan pembelajaran berdasarkan pandangannya masingmasing. Rumusan dan tinjauannya itu masing-masing memiliki kebaikan dan kelemahannya. Berbagai rumusan didasarkan pada teori tertentu. Pembelajaran adalah upaya mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik (Hamalik, 1995 : 61). Rumusan ini kiranya lebih maju sebab lebih menekankan/menitikberatkan pada peserta didik, lingkungan dan proses belajar. Pendidikan adalah suatu proses atau kegiatan yang bertujuan menghasilkan perubahan tingkah laku manusia, implikasi dari pengertian tersebut adalah sebagai berikut : 1. Pendidikan bertujuan mengembangkan atau mengubah tingkah laku peserta didik. 2. Kegiatan pembelajaran berupa pengorganisasian lingkungan. 3. Peserta didik sebagai suatu organisme yang hidup. Pembelajaran juga dapat diartikan suatu proses membantu siswa menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari. Pandangan ini didukung oleh pakar yang berorientasi pada kehidupan masyarakat. Sekolah dan masyarakat adalah suatu integrasi, pendidikan di sini dan sekarang ini, implikasi dari pengertian tersebut adalah : 1. Tujuan pembelajaran adalah mempersiapkan siswa untuk hidup dalam masyarakat. 2. pembelajaran berlangsung dalam hubungan sekolah dan masyarakat. 3. Siswa belajar secara aktif. 4. Guru juga bertugas sebagai komunikator. 2.4.2. Ciri-ciri Pembelajaran Pada hakekatnya belajar menunjuk kepada perubahan tingkah laku si subyek dalam situasi tertentu berkat pengalamannya yang berulang-ulang dan perubahan tingkah laku tersebut tidak dapat dijelaskan atas dasar kecenderungankecenderungan respons bawaan, kematangan atau keadaan temporer dari subyek, misalnya kelebihan dan sebagainya. Dari pernyataan tersebut maka belajar sesungguhnya memiliki karakteristik (ciri khas) tertentu diantaranya adalah : 1. Belajar berbeda dengan kematangan. 2. Belajar dibedakan diantara fisik dan mental. 3. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap. 2.4.3.Unsur-Unsur Pembelajaran Sistem Unsur-unsur minimal yang harus ada dalam sistem pembelajaran adalah seorang siswa atau peserta didik, suatu tujuan atau suatu prosedur kerja untuk mencapai 53 tujuan. Dalam hal ini, guru (pengajar) tidak termasuk sebagai unsur sistem pembelajaran, fungsinya dapat digantikan atau dialihkan kepada media sebagai pengganti, seperti; buku, slide, teks yang diprogram, dan sebagainya. Namun seorang kepala sekolah dapat menjadi salah satu unsur sistem pembelajaran, karena berkaitan dengan prosedur pembelajaran. Unsur dinamis pembelajaran pada diri guru; yaitu : a) Motivasi membelajarkan siswa Guru harus memiliki motivasi untuk membelajarkan siswa, motivasi ini sebaiknya timbul dari kesadaran yang tinggi utnuk mendidik peserta didik untuk menjadi warga negara yang baik. Jadi guru memiliki hasrat untuk menyiapkan siswa menjadi pribadi yang memiliki pengetahuan dan kemampuan tertentu. Namun diakui bahwa motivasi membelajarkan itu sering timbul karena insentif yang diberikan, sehingga guru melaksanakan tugasnya sebaik mungkin. Kedua jenis motivasi itu diperlukan untuk membelajarkan siswa. b) Kondisi guru membelajarkan siswa Guru perlu memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran, di samping kemampuan kepribadian dan kemampuan kemasyarakatan. Kemampuan dalam proses pembelajaran sering disebut kemampuan profesional. Guru perlu berupaya meningkatkan kemampuan-kemampuan tersebut agar senantiasa berada dalam kondisi siap membelajarkan siswa. untuk Guru tidak lagi subjek pembelajaran, melainkan siswa-lah yang menjadi subjek, Guru berperan sebagai fasilitator, motivator dan salah satu alternatif sumber belajar. Mengaplikasikan pembelajaran di sekolah dasar sangat membutuhkan keterampilan dari guru itu sendiri. Pembelajaran yang monoton akan sangat membosankan peserta didik/siswa, dan inilah tantangan yang harus dihadapi oleh guru SD. Seorang guru SD harus mampu mengubah mainset anak, pembelajaran yang dalam benak anak adalah pembelajaran yang monoton, membosankan menjadi pembelajaran yang menyenangkan, menarik untuk diikuti, dan bermakna. Kreativitas dan inovasi guru SD dalam pembelajarannya perlu ditingkatkan, mengingat peran dan fungsinya memiliki kontribusi penting dalam pencapaian tujuan pembelajaran di SD khususnya. Kreativitas pembelajaran yang pada umumnya tidak banyak dibahas secara khusus, hal ini berkaitan dengan kebiasaan mengajar yang menekankan pada tradisi guru yang mengandalkan interaksi monolog ataupun pola pembelajaran direktif lainnya. Padahal pelajaran bukanlah sesuatu yang statis, frigid, dan mesti uniform. Pembelajaran dapat dikemas melalui suatu penyajian yang menarik, fleksibel, elaboratif, imaginatif, Untuk merumuskan model pembelajaran yang kreatif dan inovatif tersebut. media Dalam proses pembelajaran memiliki fungsi sebagai 54 pembawa informasi dari sumber (guru) menuju penerima (siswa) sedangkan metode adalah prosedur untuk membantu siswa dalam menerima dan mengolah informasi guna mencapat tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan interaksi siswa dengan lingkungan, fungsi media dapat diketahui berdasarkan adanya kelebihan media dan hambatan yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran. Fungsi pertama media adalah sebagai alat bantu pembelajaran dan fungsi yang kedua adalah sebagai media sumber belajar. Kedua fungsi utama tersebut dapat ditelaah dalam ulasan dibawah ini : a. Media pembelajaran sebagai alat bantu dalam pembelajaran Tentunya kita ketahui bahwa setiap materi ajar memiliki tingkat kesukaran yang bervariasi. Pada satu sisi ada materi ajar yang tidak memerlukan alat bantu, tetapi dipihak lain ada materi ajar yang sangat memerlukan alat bantu berupa media pembelajaran. Media pembelajaran yang dimaksud antara lain berupa globe, grafik, gambar, dan sebagainya. Materi ajar dengan tingkat kesukaran yang tinggi tentu sukar dipahami oleh siswa. Tanpa bantuan media, maka materi ajar menjadi sukar dicerna dan dipahami oleh setiap siswa. Hal ini akan semakin terasa apabila materi ajar tersebut abstrak rumit/kompleks. Sebagai alat bantu, media mempunyai fungsi melicinkan jalan menuju tercapainya tujuan perbelajaran. Hal ini dilandasi keyakinan bahwa kegiatan pembelajaran dengan bantuan media mempertinggi kualitas kegiatan belajar siswa dalam tenggang waktu yang cukup lama. Itu berarti, kegiatan belajar siswa dengan bantuan media akan menghasilkan proses dan hasil belajar yang lebih baik daripada tanpa bantuan media. b. Media pembelajaran sebagai sumber belajar Sumber belajar adalah segala sesuatu yang dapat dipergunakan sebagai tempat bahan pembelajaran untuk siswa tersebut berasal. Sumber belajar dapat dikelompokan menjadi lima kategori yaitu ; manusia, buku perpustakaan, media massa, alam lingkungan dan media pendidikan. Media pendidikan sebagai salah satu sumber belajar ikut membantu gur dalam memudahkan tercapainya pemahaman materi ajar oleh 55 siswa, serta dapat memperkaya wawasan siswa. C. Penutup 1. Simpulan : anggaran untuk mengadakan seminar, loka karya atau workshop tentang pembelajaran bagi guru guru SD. E. Daftar Pustaka Dari hasil pembahasan dapat disimpulkan, bahwa upaya peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran di Sekolah Dasar apapun yang dilakukan jika monoton pasti membuat siswa jenuh sehingga tidak termotivasi dalam belajar. Pembelajaran bukan sekadar transfer ilmu tetapi juga transfer nilai, bukan sekadar mengajarkan siswa menjadi cerdas tetapi juga berakhlak mulia. Karena itu, pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan keilmuan sekaligus berfungsi didaktis. Keterbukaan dan dialogis mengharuskan guru untuk tidak menganggap dirinya sebagai satusatunya sumber kebenaran di kelas (terpusat kepada guru), yang cenderung membuat suasana kelas menjadi tertutup dan tidak mampu menumbuhkan kreativitas siswa, sudah harus ditinggalkan kemudian beralih terpusat kepada siswa. 2. Saran : a. Guru SD harus meningkatkan kapasitas dirinya dengan meningkatkan penguasaan materi pembelajaran yang kritis dan kreatif. b. Sekolah harus melengkapi bukubuku dan alat peraga yang mendukung guru SD agar bisa mengaplikasikan beragam media pembelajaran. c. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus mengalokasikan Banks, James A. dan Clegg Yr, Ambrose A. Teaching Strategies for the Social Studies. New York : Longman. Dadang Supardan. 2009. Seminar Nasional Sejarah. Ciamis Prodi Sejarah FKIP Universitas Galuh. Rochiati, Wiriaatmadja. 1995. Menyegarkan Kembali : Model Pendekatan Inkuiri di Kalangan Pengajar Sejarah (Makalah). Bandung : Masyarakat Sejarahwan Indonesia (MSI) Cabang Jawea Barat. Rudi Susilana dan Cepi Riyana. 2008. Media Pembelajaran Hakekat, Pengembangan, Pemanfaatan dan Penilaian. Bandung: CV. Wacana Prima. Sunaryo. Strategi Belajar Mengajar dalam Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Proyek Pengembangan lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan. Wahab, Abdul Azis.. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : PPS UPI Bandung. 56